BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4. Pembahasan Dalam Ilmu Tajwid
a. Hukum Bacaan Nun Sukun (ْ ن) Dan Tanwin 1) Izhar halqi
Menurut Sei H. Dt. Tombak Alam (1992:28) Izhar halqi yaitu nun mati atau tanwin yang disambut oleh huruf izhar halqi yang bertanda baca, tidak boleh dengung dengan menjelaskan mati Nun-nya serta cepat membacanya.
Huruf izhar halqi ada enam, yaitu :
غ ء غ ع ح ﮬ
2) Idgham
Idgham artinya memasukkan atau melebur. Idgham dibagi dua,
yaitu, idgham bighunnah dan idgham bilaghunnah. (a) Idgham bighunnah
Idgham bighunnah adalah memasukkan atau melebur suara huruf
nun sukun dan tanwin dengan dengung ke dalam salah satu di antara huruf idgham bighunnah yang terletak sesudahnya. Huruf idgham bighunnah ada empat, yaitu :
ن م و ي
Idgham bilaghunnah adalah memasukkan atau melebur suara
huruf nun sukun atau tanwin tanpa dengung ke dalam salah satu di antara dua huruf idgham bilaghunnah yang terletak sesudahnya. Huruf idgham bilaghunnah ada dua, yaitu : ل – ر (Rusdianto, 2014:56-58)
3) Iqlab
Menurut Abu Nizhan (2008:16) Iqlab artinya menukar atau mengganti. Artinya, jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf, maka cara membacanya adalah dengan mengubah bunyi nun sukun atau tanwin menjadi suara mim sukun. Huruf iqlab ada satu, yaitu : ب
4) Ikhfa’
Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:12) Ikhfa’ artinya menyamarkan atau menyembunyikan. Hukum bacaan disebut ikhfa’ yaitu, jika nun mati ( ن) atau tanwin bertemu salah satu huruf hijaiah, selain huruf izhar halqi, huruf idgham bighunnah dan idgham bilaghunnah dan huruf iqlab. Cara membacanya adalah suara nun ( ن) maupun tanwin masih tetap terdengar tetapi samar antara izhar dan idghom, terus bersambung dengan makhroj huruf berikutnya sehingga terdengar berbunyi seperti “ng” jika bertemu salah satu huruf ikhfa‟.
Huruf ikhfa‟ ada lima belas, yaitu :
س ز ذ د ج ث ت
ق ف ظ ط ض ص ش
ك
1) Ikhfa’ Syafawi
Ikhfa’ artinya samar, syafawi bermakna bibir. Ikhfa’ syafawi adalah apabila mim sukun bertemu dengan huruf ب. (Subhan Nur, 2014:63)
Huruf ikhfa‟ syafawi ada satu yaitu, huruf ba‟ (ب). Cara membacanya adalah dengan menyamarkan dan mendengungkan huruf mim sukun di bibir, seperti bersiap mengucapkan huruf ba‟ (ب)
2) Idgham Mimi
Idgham mimi ialah apabila terdapat mim sukun bertemu dengan
huruf mim (م). Adapun cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim (م) rangkap atau ditasydidkan, dan wajib dibaca dengung. (Rusdianto, 2014:64)
Idgham mimi seringkali disebut idgham mitamatsilain, karena
hurufnya serupa atau sejenis. 3) Izhar Syafawi
Apabila terdapat mim sukun bertemu dengan huruf selain ba‟ (ب) dan mim (م) maka hukum bacaannya disebut izhar syafawi. Cara membacanya ialah harus terang dan jelas, tanpa berdengung di bibir, dengan mulut tertutup. (Rusdianto, 2014:65)
c. Hukum Bacaan Idgham
Idgham artinya berpadu atau bercampur antara dua huruf, atau
memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafalkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada
Terdapat tiga jenis idgham, yaitu idgham mutamatsilain, idgham mutaqaribain, idgham mutajanisain.
1) Idgham Mutamatsilain
Menurut Abu Nizhan (2008:17) Idgham mutamatsilain (melebur dua huruf yang sama) disebut juga idgham mitsilain, yaitu pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya. Huruf yang pertama sukun, dan yang kedua berharakat.
ب ِر ضِا َكاَصَعِب = َكاَصَعِِّب ِر ضِا
2) Idgham Mutaqaribain
Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:20) Idgham Mutaqaribain artinya berdekatan. Hukum bacaan disebut idgham mutaqaribain ialah dua huruf yang berhadapan itu hampir berdekatan makhraj dan sifatnya, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Membacanya harus diidghamkan atau ditasydidkan huruf pertama pada huruf kedua. Contohnya :
َكِلَّذَهْلَ ي
=كِلَذ ْثَهْلَ ي
3) Idgham Mutajanisain
Menurut Rusdianto (2014:72) idgham mutajanisain (melebur dua huruf yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya. Maka, cara membacanya ialah dengan mengabaikan huruf yang pertama dan memasukkannya kepada huruf yang kedua.
Contoh idgham mutajanisain :
وُمَلْظِإ = ْوُمَلَظ ْذِإ
d. Hukum Bacaan Ghunnah (Mim Tasydid dan Nun Tasydid) Apabila ada mim tasydid atau nun tasydid maka wajib dibaca dengung. Hukum bacaan ini disebut ghunnah. Lama atau batas dengungan kira-kira dua ketukan. (O. Surasman, 2002:35-36)
Mim tasydid dan nun tasydid yang dibaca dengung meliputi tasydid dengan harakat dhammah , kasrah, fathah. Contonhya :
لِِّم َّز م لااَهُّيَأـَي -
هُّم أَف
- َّمَعe. Hukum Bacaan Lam Ta’rif (ل ا) 1) Izhar Qamariyah
Jika lam ta’rif ( ا dan ل) bertemu dengan salah satu dari huruf-huruf qamariyah maka berlaku hukum bacaan izhar qamariyah. Cara
membacanya ialah dengan menerangkan suara alif dan lam (ل ا) tersebut. (Subhan Nur, 2009:40)
Huruf-huruf qamariyah berjumlah empat belas, yaitu :
2) Idgham Syamsiyah
Idgham syamsiyah yaitu huruf ل ا yang diiringi oleh huruf syamsiyah atau setelah ل ا adalah siddah (tasdid). Huruf syamsiyah dibaca dengan menghilangkan bunyi ل ا dimasukkan ke dalam huruf sesudahnya. (M. Ashim Yahya, 2008:52)
Huruf-huruf syamsiyah berjumlah empat belas, yaitu :
ل ش ز ظ س د ن ذ ض ت ر ص ﺚ ﻄ
f. Hukum Bacaan Tafkhim (Lam Tebal) dan Tarqiq (Lam Tipis) 1) Huruf lam dibaca tebal
Lafadz (ﷲ) dibaca tafkhim (tebal) berbunyi “Alloh” (seperti bunyi „O‟) bila didahului oleh huruf yang berharakat fathah atau dhommah. (M. Ashim Yahya, 2008:58)
2) Lam dibaca tipis
Huruf lam harus dibaca ringan atau tipis (tarqiq) apabila lafhzul jalalah (ﷲ) didahului oleh harakat kasrah. (Rusdianto, 2014:79)
g. Hukum Ra’ (ر) yang Dibaca Tebal dan Tipis 1) Ra’ (ر) dibaca tebal
Menurut Rusdianto (2014:81) Huruf ra‟ (ر) dibaca tebal jika terdapat dalam keadaan sebagai berikut :
(a) Huruf ra‟ (ر) berharakat fathah dan dhammah
(b) Huruf ra‟ sukun (asli atau waqaf), dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhammah.
(c) Ra‟ sukun karena waqaf dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) fathah atau dhammah, baik secara langsung maupun dipisahkan oleh huruf lain yang sukun selain huruf ya‟ (ي)
(d) Huruf ra‟ sukun didahului oleh harakat kasrah, serta bertemu dengan salah satu huruf isti‟la‟ dalam satu kata.
(e) Huruf ra‟ sukun yang jatuh setelah hamzah washal, baik didahului huruf berharakat fathah, kasrah, atau dhammah.
2) Ra’ (ر) dibaca tipis
Menurut Rusdianto (2014:84) huruf ra‟ dibaca tipis jika terdapat dalam beberapa keadaan sebagai berikut :
(a) Huruf ra‟ berharakat kasrah
(b) Huruf ra‟ sukun jatuh sesudah jatuh sesudah huruf yang berharakat kasrah asli, satu kata dan sesudah ra‟ bukan huruf isti‟la‟.
(c) Huruf ra‟ sukun karena waqaf jatuh sesudah ya‟ (ى) sukun, sedangkan huruf sebelum ya‟ (ى) sukun itu berharakat kasrah atau fathah.
(d) Huruf ra‟ disukunkan karena waqaf dan jatuh setelah huruf berharakat kasrah, baik bersambung atau terpisah oleh huruf mati.
h. Hukum Qalqalah
Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:30) Qalqalah artinya guncangan atau pantulan suara dengan tiba-tiba sehingga terdengar suara membalik atau terdengar getaran suara.
Huruf Qalqalah ada lima, yaitu :
د ج ب ﻄ ق
Qalqalah dibagi menjadi dua, yaitu Qalqalah kubra (besar) dan
qalqalah sughra (kecil) 1) Qalqalah Sughra
Qalqalah sughra (kecil) artinya guncangannya kecil. Sedangkan
secara istilah, Qalqalah sughra ialah apabila salah satu huruf qalqalah itu sukun asli, bukan karena waqaf. Dikatakan qalqalah sughra karena cara memantulkan huruf qalqalah-nya dilakukan dengan ringan.
Hurufnya ada lima, yaitu :
د ط ج ب ق
2) Qalqalah Kubra
Qalqalah kubra artinya guncangannya besar. Artinya, cara
memantulkan hurufnya dilakukan dengan berat dan kuat. Qalqalah kubra ialah apabila salah satu dari huruf dari Qalqalah itu disukunkan karena waqaf (berhenti membaca), bukan sukun asli. (Rusdianto, 2014:88-90)
Hurufnya ada lima, yaitu:
i. Hukum Bacaan Mad
Secara harfiah, mad artinya panjang. Sedangkan, menurut ilmu tajwid, mad adalah memanjangkan bunyi huruf hijaiah karena sebab-sebab tertentu.
Hurufnya ada tiga, yaitu :
1) Mad Thabi’i
Mad thabi’i disebut juga mad ashli. Mad thabi’i ialah bacaan panjang yang terjadi karena adanya fathah sebelum alif, dhammah sebelum wawu sukun ( و ) dan kasrah sebelum ya‟ sukun ( ي ). (Rusdianto, 2014:92)
Diberi nama mad thabi’i karena mad berlaku sesuai tabiat aslinya (belum bertemu dengan huruf-huruf lain), yang disebut juga mad ashli. Ukuran panjangnya adalah dua harakat (ketukan).
2) Mad Far’i
Mad far’i adalah mad thabi’i yang telah mengalami perubahan karena sebab-sebab tertentu.
Mad far’i terbagi menjadi beberapa macam, yaitu : (a) Mad Wajib Muttashil
Menurut As‟ad Humam (1995:41) Mad wajib muttashil adalah mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Cara membacanya ialah harus panjang lima harakat (ketukan) ketika tidak menghentikan
bacaan. Bisa juga dibaca enam harakat ketika menghentikan bacaan (waqaf).
(b) Mad Jaiz Munfashil
Mad jaiz munfashil adalah mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah yang tidak di dalam satu kata. Cara membacanya ialah harus panjang lima harakat (ketukan). (Rusdianto, 2014:94)
(c) Mad Aridh Lissukun
Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:34) Mad aridh lissukun yaitu apabila mad thabi’i sesudahnya ada waqaf (tempat berhenti). Cara membacanya ialah dipanjangkan selama dua sampai enam harakat (ketukan) atau satu sampai tiga alif.
(d) Mad Iwadh
Menurut Rusdianto (2014:95) Mad iwadh ialah mad berharakat fathatain (tanwin fathah) yang dibaca waqaf. Atau mad iwadh ialah mad yang terjadi ketika bacaan berhenti pada huruf yang berakhiran fathatain (tanwin fathah), kecuali tanwin fathah pada ta’ marbuthah (ﺔ). Cara membacanya ialah dipanjangkan sebanyak dua harakat (ketukan) atau satu alif.
(e) Mad Badal
Badal artinya perubahan. Mad badal, yaitu apabila ada hamzah
bertemu dengan mad yang berasal dari hamzah sukun, kemudian hamzah ini diubah dan diganti dengan alif (ا). Cara membacanya dipanjangkan dua harakat seperti mad thabi’i. (Abdullah Asy‟ari, 1987:36)
(f) Mad Lin atau Layyin
Mad layyin ialah mad yang terjadi karena harakat fathah bertemu
dengan huruf و atau ى sukun, yang sesudahnya terdapat huruf sukun karena waqaf. Cara membacanya ialah lunak/lemas. Sedangkan, panjang bacaannya adalah dua, empat atau enam ketukan. (Rusdianto, 2014:97)
(g) Mad Shilah
(1) Mad Shilah Qashirah
Mad shilah qashirah yaitu apabila ada ha‟ (ه) kata ganti orang atau benda ketiga (dhamir) berada sesudah huruf yang berharakat. Cara membacanya dipanjangkan dua harakat. (Abdullah Asy‟ari, 1987:34)
(2) Mad Shilah Thawilah
Mad shilah thawilah ialah mad yang terjadi pada kata ganti
(dhamir) yang sebelumnya terdapat huruf hidup dan sesudahnya berupa hamzah (ء). Panjang bacaannya ialah dua sampai lima harakat (ketukan). Panjang bacaan yang lebih dari dua harakat tergolong thawilah (panjang). (Rusdianto, 2014:98)
(h) Mad Farqi
Mad farqi ialah mad yang terjadi karena hamzah istifham
(digunakan untuk bertanya) bertemu dengan ل ا, maka hamzah ل ا dibaca panjang. Panjang bacaan mad farqi adalah enam harakat (ketukan). (Rusdianto, 2014:101)
(i) Mad Lazim
(1) Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal
Menurut Basori Alwi Murtadho (2005:62) Mad lazim kilmi mutsaqqal adalah mad yang bertemu dengan sukun tetap yang
diidghomkan atau ditasydid yang ada dalam satu perkataan.
(2) Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf
Menurut Basori Alwi Murtadho (2005:62) Mad lazim kilmi mukhaffaf adalah mad yang bertemu dengan sukun tetap yang tidak
diidghomkan atau tidak ditasydid, yang ada dalam satu perkataan di dalam Al-Qur‟an. Mad ini hanya terjadi dua kali di dalam Al-Qur‟an, yaitu dalam Q.S Yunus (10): 51 dan 91.
(3) Mad Lazim Harfi Mutsaqqal
Menurut As‟ad Humam (1995:45) Mad lazim harfi mutsaqqal adalah mad dari huruf potong pada pembuka surah yang pembacaannya dengan hurufnya diidghomkan. Panjang bacaannya enam harakat.
Hurufnya ada delapan, yaitu :
م ك ل س ع ص ق ن
(4) Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
Mad lazim harfi mukhaffaf adalah mad thabi’i bertemu dengan sukun yang terjadi pada rangkaian huruf-huruf muqatha’ah. (Rusdianto, 2014:104)
Huruf-huruf mad lazim harfi mukhaffaf terdapat pada pembukaan-pembukaan surah di dalam Al-Qur‟an. (Basori Alwi Murtadho, 2005:63)
Huruf mad lazim harfi mukhaffaf ada lima, yaitu :
ر ﮬ ط ى ح
(j) Mad Tamkin
Mad tamkin ialah mad yang terjadi karena terdapat dua huruf ya‟ (ى), yaitu huruf ya‟ (ى) yang pertama bertaydid dan kasrah, sedangkan huruf ya‟ (ى) yang kedua sukun/mati sebagai huruf mad. Syaratnya adalah tidak disukunkan karena akhir bacaan (waqaf), sebab akan mengubah hukum bacaan menjadi mad ‘aridh lissukun. (Rusdianto, 2014:105)
j. Waqaf, Ibtida’ dan Washal (cara berhenti, memulai dan meneruskan bacaan)
Dalam ilmu tajwid, istilah berhenti disebut waqaf, yakni menghentikan suara atau bacaan sebentar untuk bernapas, lalu melanjutkan bacaan lagi, bukan meninggalkannya. Melanjutkan kembali (memulai) bacaan inilah yang disebut ibtida‟. (Rusdianto, 2014:106)
1) Cara Membunyikan Waqaf
(a) Membaca dengan tetap sukun
Apabila akhir kata berupa huruf sukun, maka cara membacanya ketika hendak berhenti ialah dengan tanpa perubahan bacaan, yakni tetap membaca dengan sukun.
(b) Membaca dengan sukun
Apabila akhir kata berupa huruf yang berharakat fathah, kasrah, atau dhammah, maka cara membacanya saat hendak berhenti ialah mematkan (disukunkan) huruf yang terakhir itu.
(c) Membaca seperti ha’ sukun
Apabila akhir kata berupa ta’ marbuthah (ﺔ) maka cara membacanya ketika akan berhenti ialah dengan membunyikan seperti huruf ha‟ (ﺔ) yang sukun.
(d) Mematikan dua huruf terakhir
Apabila huruf akhir sebuah kata didahului oleh huruf mati, maka sewaktu akan berhenti dibaca dengan cara mematikan dua huruf terakhir tersebut perlahan.
(e) Mematikan huruf terakhir
Apabila akhir sebuah kata berupa huruf yang didahului mad maka cara membacanya saat akan berhenti ialah dengan mematikan huruf yang terakhir, dan memanjangkan mad selama dua ketukan.
(f) Membunyikan fathah
Apabila akhir kata berharakat tanwin fathah (fathahtain) maka sewaktu akan berhenti dibaca dengan membunyikan fathah biasa yang dipanjangkan selama dua ketukan. (Rusdianto, 2014:107-110)
(g) Tanda-Tanda Waqaf
Terdapat beberapa tanda waqaf yang bisa dijadikan patokan saat menghentikan atau melanjutkan bacaan Al-Qur‟an. Tanda-tanda waqaf itu memiliki fungsi yang berbeda-beda satu sama lain. (Rusdianto, 2014:115)
Tabel I
Tanda-Tanda Waqaf
Tanda Arti Keterangan
م م ز ﻻ
Wajib berhenti membaca tepat di tanda ini. Sebab, jika diteruskan, maka makna ayat menjadi tidak jelas.
ﻻ فق و ﻻ
Tidak boleh berhenti pada tanda waqaf ini.
ج زﺌ اﺟ
Boleh berhenti, boleh meneruskan bacaan. Di sini, bebas memilih antara berhenti atau meneruskan bacaan.
ىلق هيﻔ فق و ﻻ
Kita lebih baik menghentikan bacaan tepat di tanda ini, meskipun dibolehkan melanjutkan.
ص
ل ىل و ٲ صل ول ا
Kita lebih baik meneruskan bacaan daripada waqaf.
ط قلط ﻤ
Kita lebih baik menghentikan bacaan, namun boleh juga meneruskan bacaan.
namun lebih baik meneruskan bacaan.
ص ص ﻤﺨر
Kita lebih baik meneruskan bacaan, tetapi diperbolehkan berhenti.
ق فق و ليق
Sebagian kecil qurra‟ membolehkan berhenti di tanda tersebut.
فق و فق و
Kita boleh memilih antara berhenti atau meneruskan bacaan.
س ﺔﺘﻜﺳ
Kita harus berhenti sejenak tanpa bernapas jika bertemu dengan tanda seperti, kira-kira dua ketukan.
؞...؞
Dua tanda titik tiga
Waqaf mu’anaqah atau muraqabah ialah boleh berhenti di salah satu tanda tersebut, baik berhenti di tanda pertama atau kedua.