• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Metode Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Seperti halnya pendekatan, metode atau cara pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya Al-Qur‟an Hadits juga termasuk salah satu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Setiap guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran secara variatif mengingat tidak ada satu metode yang baik, juga tidak ada metode yang buruk.

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007:61) mengungkapkan ada beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu, sebagai berikut :

a. Metode Ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode diskusi d. Metode kisah/cerita e. Metode demontrasi f. Metode karya wisata g. Metode tutorial h. Metode perumpaan

i. Metode pemahaman dan penalaran j. Metode suri tauladan

k. Metode peringatan dan pemberian motivasi l. Metode praktek

m. Metode pemberian ampunan dan bimbingan n. Metode kerja sama

o. Metode tulisan p. Metode penugasan

Menurut „Aini Zumaroh (2011:23) adapun metode yang biasa diterapkan pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits adalah sebagai berikut : a. Metode Ceramah

c. Metode diskusi d. Metode kisah/cerita e. Metode tulisan f. Metode penugasan

Adapun maksud dari metode-metode di atas, adalah :

a. Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

b. Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk petanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

c. Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

d. Metode kisah/cerita, al-Qur‟an dan hadits banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai pedagogis-religius yang memungkinkan anak didik mampu meresapinya.

e. Metode tulisan, metode dengan mendidik dengan huruf atau simbol apapun, metode ini merupakan hal yang sangat penting dan

merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.

f. Metode penugasan, metode penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tapi lebih luas. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat dikerjakan secara individual maupun secara komunal (kelompok). (Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2007:61-64)

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa metode yang efektif digunakan dalam pengajaran mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode kisah/cerita, metode tulisan, dan metode penugasan.

B. Bacaan Al-Qur’an

1. Pengertian Bacaan Al-Qur’an

Bacaan merupakan kata dasar “baca”. Terdapat berbagai makna bacaan dengan merujuk kepada penggunaannya dalam suatu konteks ayat. Berdasarkan Kamus Dewan Edisi Keempat, bacaan merujuk bahan untuk dibaca seperti bacaan ringan yang terdiri daripada majalah, komik dan sebagainya. Cara membaca seseorang seperti bacaan al-Qur‟an oleh qari’ah dalam pertandingan Tilawah Al-Qur‟an.

Al-Qur‟an dari segi bahasa berasal dari kata qara’a-yaqra’u-qira’atan-qur’anan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari

segi istilah, Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara mutawatir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw. dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:47)

Allah Swt. berfirman dalam Q.S Al-Isra (17) :9



































 Terjemahan

:

“Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” ( Departemen Agama RI, 2006: 385 )

Dalam membaca al-Qur‟an agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat al-Qur‟an yang dibaca, tentunya perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat al-Qur‟an. Guna tajwid ialah untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca al-Qur‟an.

a. Pengertian Tajwid

Menurut bahasa, tajwid berarti membaguskan, memperbaiki, atau menjadikan baik. Sedangkan menurut istilah tajwid adalah membaguskan bacaan Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid yang berlaku. (Rusdianto, 2014:14)

Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:7) tajwid ialah ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya membunyikan huruf-huruf dengan betul, baik huruf-huruf yang berdiri sendiri maupun huruf-huruf dalam rangkaian.

Kaidah-kaidah itu meliputi cara mengucapkan huruf-huruf al-Qur‟an, tebal atau tipisnya, panjang atau pendeknya, sifat-sifatnya, dan hukum bacaan lainnya. Dengan demikian, jika menguasai ilmu tajwid, berarti memenuhi hak-hak setiap huruf, baik dari aspek makhraj, cara baca, hukum bacaan dan lain-lain.

b. Hukum Mempelajari Tajwid

Belajar ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah. Tetapi membaca Al-Qur‟an secara benar dan sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid itu wajib hukumnya. (Rusdianto, 2014:15)

Oleh sebab itu, belajar ilmu tajwid agar bacaan al-Qur‟an baik dan benar ialah wajib sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S Al-Muzammil (73):4









Terjemahan :

“Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Departemen Agama RI, 2006:575)

Ibnu Katsir menyatakan bahwa maksud tartil (perlahan-lahan) dalam firman tersebut ialah membaca al-Qur‟an dengan perlahan-lahan dan hati-hati.

Dengan demikian, setiap muslim menjadi mudah memahami dan merenungi isi dari al-Qur‟an. Jika tidak hati-hati, dan bacaan al-Qur‟an salah, maka maknanya pun tidak benar. Sehingga, setiap muslim kesulitan memahami maksud dari bacaan al-Qur‟an karena salah cara membaca al-Qur‟an.

c. Manfaat Mempelajari Ilmu Tajwid

Rusdianto (2014:17) mengungkapkan, adapun manfaat yang diperoleh dari mempelajari ilmu tajwid yaitu, sebagai berikut :

1) Mencapai kesempurnaan dalam membaca al-Qur‟an.

2) Terhindar dari kesalahan dalam membaca ayat-ayat al-Qur‟an.

3) Ayat-ayat yang dibaca sesuai dengan ketentuan-ketentuan bahasa Arab, baik secara pengucapan huruf, sifat-sifat huruf dan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.

Dokumen terkait