• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PROFESIONAL DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJARNYA PADA SMA NEGERI DI KOTA CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN PROFESIONAL DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJARNYA PADA SMA NEGERI DI KOTA CIMAHI."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

^?1 '^"I'jj

KONTRIBUSI KEMAMPUAN PROFESIONAL DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA

MENGAJARNYA PADA SMA NEGERI DI KOTA CIMAHI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari SyaratMemperoIeh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

WENI SUBARKAH 029582

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN EKSEKUTIF ( S2 )

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini disetujui dan disahkan oleh Pembimbing :

PEMBIMBING-1

<.l' '(/t

Prof. Dr. H. Diam'an Satori, M.A

PEMBIMBING-2

(3)

Disetujui dan disahkan oleh

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRACT

Weni Subarkah, 029582

THE CONTRIBUTION OF PROFESSIONAL COMPETENCE AND WORKING MOTIVATION OF THE PUBLIC HIGH SCHOOLS

TEACHERS IN CIMAHI TOWARD THED* TEACHING

PERFORMANCE

The research conducted in order to know further about teachers

professionalism and and their teaching competence. In addition, teachers

background knowledge and their expertise in relation with lesson materials contributed less motivation toward their working performance.

Based on the fact above, the research revealed teachers working motivation

and their teaching competence. Shows a close relationship, toward their teaching

performance. This research is also described variable of teachers professionalism

and their working competence.

This research relied on theory that professional competence, motivation as will as working performance should corporate with the concept of educational administration.

In addition, the research with its quantitative approach through correlation descriptive analysis and regression technique by utilizing parametric statistic

should meet the requirements of the teachers. Data collection Obtained through questionniare, by integrating with random sampling technique. These techniques enable to describe facts, nature, study and its phenomenum systematically with

197 samples. It is involving 387 teachers from six different public high school in

Cimahi.

The results of the research indicated that all of the three hypothesis had fulfilled an academic research as will asmet the criterion of empirical data.

The output of data analysis in relation with teachers professional competences showed 9,8%. Mean while the contribution of working motivation

reached 13,1% and it recorded 19,4% for the contribution toward on their working

performance.

Based on the result above, it is recommended that training through on

going assessment should be taken into account in order to boast teachers

professionalism. In addition, IHT (in house training) or in service training

promates more chances to scaffold teacherscreativity, innovation in order to

(5)

ABSTRAK

Weni Subarkah, 029582

KONTRIBUSI KEMAMPUAN PROFESIONAL DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJARNYA PADA SMA NEGERI

DI KOTA CIMAHI

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kecenderungan kurangnya wawasan

profesionalisme guru, ketidaksesuaian latar belakang pendidikan guru dengan

mata pelajaran yang diajarkan, dan motivasi kerja guru yang kurang optimal

sehingga dapat menyebabkan kinerja guru yang rendah.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mengungkap tingkat kontribusi

kemampuan profesional dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis variabel

kemampuan profesional dan motivasi kerja guru serta hubungan dan

kontribusinya terhadap kinerja mengajar guru.

Penelitian ini dilandasi oleh teori yang berhubungan dengan kinerja, kemampuan profesional dan motivasi serta ditambah dengan konsep administrasi

pendidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatifmelalui teknik analisis

deskriptif korelasional dan regresi dengan menggunakan statistik parametrik. Secara kuantitatif adalah untuk mengolah, menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan melalui angket, sedangkan secara deskriptif korelasional dimaksudkan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai

fakta, sifat dan hubungan antar fenomena yang diteliti. Teknik sampling yang

digunakan adalah teknik random sampling, subjek penelitian adalah 6 Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Cimahi dengan populasi sebanyak 387

orang dan sampel sebanyak 197 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga hipotesis yang diajukan

semuanya diterima dan didukung olehdataempirik.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kontribusi kemampuan

profesional guru terhadap kinerjanya sebesar 9,8%, kontribusi motivasi kerja guru

terhadap kinerjanya sebesar 13,1% serta kontribusi kemampuan profesional dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 19,4%.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, direkomendasikan beberapa hal antara lain; untuk meningkatkan kemampuan profesional guru perlu dilakukan kegiatan pelatihan yang pelaksanaannya berdasarkan assessment atau kebutuhan,

dalam hal ini pelatihan yang lebih tepat adalah melalui IHT (In House Training).

Sedangkan untuk meningkatkan motivasi dilakukan dengan cara memberikan

kebebasan bagi guru untuk berkreatifitas, sehingga dengan demikian dapat dicapai

(6)

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis 2. Manfaat Praktis

G. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi

2. Hipotesis Penelitian H. Kerangka Berpikir Penelitian I. Pendekatan Penelitian J. Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS. A. Konsep Administrasi Pendidikan

1. Pengertian Administrasi Pendidikan

2. Proses Administrasi Pendidikan B. Konsep Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja 2. Standar Penilaian Kinerja

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja C. Konsep Kemampuan Profesional Guru D. Motivasi Kerja

1. Teori Hierarki Kebutuhan

(7)

2. Teori X dan Y 54

3. ERG Theory 56

4. Teori Dua Faktor (Herzbeg) 57

5. Teori Kebutuhan McClelland 59

6. Cognitive Evaluation Theory 61

E. Kontribusi Kemampuan Profesional dan Motivasi Kerja

Guru terhadap Kinerja Guru 62

F. Telaah Hasil Penelitian terdahulu 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 67

A. Metode Penelitian 67

B. Populasidan Sampel 68

C. Teknik Pengumpulan Data 70

1. Studi Dokumentasi 70

2. Teknik Angket 71

D. Operasional Variabel Penelitian 71

1. Identifikasi Variabel Independen 73

2. Identifikasi Variabel Dependen 75

E. Instrumen Penelitian 76

1. Skala Pengukuran 76

2. Uji Validitas 76

3. Uji Reliabilitas 77

4. Hasil Uji Validitas Instrumen 79

5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 82

6. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval 83 F. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data 88

G. Uji Persyaratan Analisis 91

1. Uji Normalitas Data 91

2. Uji Linieritas 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 94

A. Hasil Penelitian 94

1. Analisis Data 94

2. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Guru,

Kemampuan Profesional Guru dan Motivasi Kerja .... 96 B. Pengujian Signifikansi variabel Kemampuan Profesional

dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru 101

1. Kontribusi Kemampuan Profesional Guru terhadap

Kinerja Guru 101

2. Kontribusi Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru 105

(8)

3. Kontribusi Kemampuan Profesional dan Motivasi

Kerja Guru terhadap Kinerja Guru 108

C. Temuan Penelitian 111

D. Pembahasan Hasil Penelitian 113

1. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kemampuan

Profesional, Motivasi Kerja dan Kinerja Guru 113

2. Kontribusi Xi atas Y 115

3. Kontribusi X2 atas Y 116

4. Kontribusi X! dan X2 atas Y 117

E. Keterbatasan Penelitian 120

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI.. 121

A. Kesimpulan 121

B. Implikasi 123

C. Rekomendasi 124

DAFTARPUSTAKA 126

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1. Daftar Kompetensi Guru 47

3.1. JumlahGuru SMA Negeri di Kota Cimahi 68

3.2. Jumlah Guru yang dijadikan Sampel 70

3.3. Variabel Independen 73

3.4. Variabel Dependen 75

3.5. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Variabel Kinerja

Guru ( Y ) 79

3.6. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Variabel Kemampuan

Profesional Guru (Xj) 80

3.7. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Variabel Motivasi

Kerja Guru (X2) 81

3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 83

3.9. Proses Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Variabel

Kinerja Guru (Y) 84

3.10. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Y, Xi dan X2 91

3.11. Hasil Uji Linieritas 93

4.1 Hasil SeleksiData 95

4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Kinerja Guru 97 4.3. Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Profesional Guru 98 4.4. Daftar Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Guru 100 4.5. Rata-rata dan Simpangan Baku Variabel Kinerja Guru,

Kemampuan Profesional dan Motivasi Kerja Guru 101 4.6. Hubungan Fungsional Kemampuan Profesional dengan Kinerja

Guru 103

4.7. Hubungan Fungsional Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru 106 4.8. Hubungan Fungsional Kemampuan Profesional dan Motivasi

Kerja Guru dengan Kinerja Guru 110

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. Model Keterkaitan Variabel Penelitian 13

1.2. Model Penentu Kinerja Guru 14

1.3. Hubungan yang terdapat antara kemampuan professional, motivasi

kerja guru dan kinerja mengajar guru di sekolah 15

2.1. Variabel-variabel yang mempengaruhu kinerja guru 29

4.1. Historgram Variabel Kinerja Guru (Y) 97

4.2. Histogram Variabel Kemampuan Profesional Guru (Xi) 99

4.3. Histogram Variabel Motivasi Kerja Guru (X2) 100

4.4 Persamaan Garis Regresi Xi dengan Y 102

4.5. Persamaan Garis Regresi X2 dengan Y 105

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1. Kuesioner Penelitian 130

2.a. Tabel Induk Uji Validitas dan Reliabilitas Jawaban Responden

untuk variabel Kinerja Guru 138

2.b. Tabel Induk Uji Validitas dan Reliabilitas Jawaban Responden

untuk variabel Kemampuan Profesional Guru 139

2.c. Tabel Induk Uji Validitas dan Reliabilitas Jawaban Responden

untuk variabel Motivasi Kerja Guru 140

3.a. Perhitungan Validitas variabel Kinerja Guru 141

3.b. Perhitungan Validitas variabel Kemampuan Profesional Guru 143

3.c. Perhitungan Validitas variabel Motivasi Kerja Guru 145

4.a. Perhitungan Raliabilitas variabel Kinerja Guru 147

4.b. Perhitungan Raliabilitas variabel Kemampuan Profesional Guru. 151 4.c. Perhitungan Raliabilitas variabel Motivasi Kerja Guru 155 5.a Data Mentah Hasil Penelitian variabel Kinerja Guru 159 5.b. Data Mentah Hasil Penelitian variabel Kemampuan Profesional.. 164 5.c. Data Mentah Hasil Penelitian variabel Motivasi Kerja Guru 169

6.a. Proses Transformasi Variabel Kemampuan Profesional Guru 174

6.b. Proses Transformasi Variabel Motivasi Kerja Guru 178

7.a. Data Interval hasil proses transformasi variabel Kinerja Guru 182 7.b. Data Interval hasil proses transformasi variabel Kemampuan

Profesional Guru I89

7.c. Data Interval hasil proses transformasi variabel Motivasi Kerja.. 196

8. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 203

9. Uji Persyaratan Analisis 208

10. Hasil Analisis Deskriptif 212

11. Hasil Pengujian Hipotesis (Regresi) 214

12. Nilai-nilai Distribusi t 217

13. Nilai-nilai r Product Moment 218

14. Tabel Distribusi Normal Baku 219

15. Koordinat Kurva Normal Baku 220

16. Tabel Nilai-nilai Rho 221

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang

damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia

Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah

air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Sedangkan misi

pendidikan nasional untuk mewujudkan visi pendidikan nasional, pemuda, dan

olahraga ditetapkan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan

berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif,

inovatif,

berwawasan

kebangsaan,

cerdas,

sehat,

disiplin,

bertanggungjawab, terampil, serta menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi.

2. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis,

kreatif, dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.

3. Meningkatkan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari

untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa dalam kehidupan, dan mantapnya persaudaraan antarumat

beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun, dan damai.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif, mandiri,

maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dalam

rangka memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi

nasional terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi.

Berkaitan dengan pencapaian visi dan misi pendidikan nasional ini, peran

guru sebagai tenaga pelaksananya diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi

sentral di dalam pelaksanaan proses pendidikan nasional. Namun demikian,
(13)

jumlah maupun penyebarannya. Data terbaru (Bappenas, 2001) menunjukkan

bahwa dari sekitar 1,3 juta guru SD-MI baru 10,5% yang berkualifikasi D2 atau lebih tinggi. Pada jenjang SLTP-MTs, dari sekitar 433,8 ribu guru 42,7% yang berkualifikasi D3 atau lebih tinggi. Pada jenjang SLTA (SMA dan SMK tidak

termasuk MA) 54,9% memiliki kualifikasi Si atau lebih tinggi. Disamping tingkat

pendidikkan yang dimiliki oleh guru, pada tahun 1995/1996 dari sekitar 1,4 juta

guru di SD-MI, SLTP-MTs dan SMA-MA yang memenuhi kualifikasi mengajar

(menurut tingkat pendidikan minimal yang disyaratkan) masing-masing hanya

29% untuk guru SD-MI, 57% untuk SLTP-MTs, dan 26% untuk guru SMA-MA.

Kondisi yang demikian ini menyebabkan rendahnya kemampuan guru dalam

memahami mata pelajaran yang diajarkan. Seperti ditunjukkan oleh beberapa

penelitian tentang kemampuan guru dibidang matematika dan IPA, dimana

hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pemahaman guru matematika berkisar

antara 57% sampai 77% dan guru IPA berkisar antara 45% sampai 63%.

Berdasarkan hal tersebut maka peran guru akan berkaitan dengan totalitas

dedikasi, loyalitas pengabdian, dan kinerjanya, karena peran guru ini berkaitan

dengan kualitas pendidikan nasional. Hal ini menyangkut indikator kualitas suatu

bangsa yang sangat ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya manusianya, dan

indikator kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan

masyarakatnya. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusianya, maka semakin

baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu

(14)

Ukuran kinerja guru dapat dilihat dari rasa tanggung jawabnya

menjalankan amanah, profesi yang diembannya, dan rasa tanggung jawab moral

dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam

menjalankan tugas keguruannya di sekolah dan tugas kependidikannya di luar

sekolah. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya

mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses

pembelajaran. Selain itu, guru juga dituntut untuk menguasai metodologi

pengajaran yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan

dipakai, serta alat penilaian yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi para

siswanya.

Selain kinerja guru ditentukan oleh keluaran dari Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan (LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga guru, kinerja

guru akan menjadi optimal bilamana diintegrasikan dengan komponen

persekolahan, seperti kepala sekolah, guru, karyawan maupun peserta didik.

Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi pula dengan motivasi kerja yang tinggi

dan selalu berupaya untuk dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya

sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dirinya kearah yang lebih baik. Oleh

karena itu banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam upaya

meningkatkan kinerja guru yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan

kualitas pendidikan nasional.

Tenaga pendidikan yang professional menurut Benveniste (Sherry Keith

dan Robert Henriques Girling, 1991: 40) memiliki enam karekteristik dasar

(15)

1. Aplikasi keterampilan berdasar pada pengetahuan teknis;

2. Dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan khusus;

3. Terkontrol secara formal dari kelompok profesi;

4. Memiliki organisasi profesi atau asosiasi;

5. Memiliki kode etik profesi;

6. Bertanggung jawabpada pelayanan publik.

American Association of Colleges for Teacher Education (AACTE)

(dalam Sergiovanni, et.al. 1987 : 83) menandai status profesi seperti ciri-ciri di

bawah ini.

1). Profesi adalah pekerjaan yang berkaitan dengan kelengkapan keberadaan

institusi sosial yang berusaha memberikan layanan terhadap individu dan

sosial.

2). Tiap profesi memiliki ciri kebutuhan fungsi khusus (seperti layanan bidang kesehatan fisik, mental, layanan peningkatan prestasi belajar).

3). Tiap profesi dapat bersifat kolektif maupun individual dengan dilandasi

ilmu pengetahuan dalam melakukan keterampilan khasnya.

4). Tiap anggota profesi turut serta dalam pengambilan keputusan untuk pelayanan kepada pelanggan, dilandasi ilmu pengetahuan yang valid,

berdasarkan prinsip-prinsip teoritis dalam konteks kebermaknaan.

5). Berorganisasi khusus serta memiliki tanggung jawab sosial, otonominya berada dalam pengendalian organisasi profesi (meliputi ijin, standarisasi

pendidikan, lisensi dan pengujian, jalur karir, standar etika dan disiplin

profesi).

6). Mengakui standar kinerja yang ditetapkan.

7). Pelakunya harus dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan khusus.

8). Mendapat kepercayaan publik yang tinggi serta memiliki percaya diri

dalam melaksanakan tugas.

9). Memiliki motivasi yang kuat untuk memberikan pelayanan dan

bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas setiap waktu.

10).Terdapat hubungan yang bebas antara evaluasi publik dengan praktek secara individual.

Semua kebijakan pendidikan bagaimanapun bagusnya tidak akan

memberikan hasil optimal sepanjang guru tidak mendapat kesempatan untuk

mewujudkan otonomi pedagogis-nya yaitu kemandirian dalam memerankan

(16)

terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak dan memiliki

komitmen yang kuat terhadap tanggung jawabnya di bidang pendidikan

merupakan indikasi kinerja yang tinggi dalam melaksanakan tanggung jawabnya

sebagai tenaga pendidik.

Secara teoritis, kinerja dipengaruhi oleh berbagai variabel, antara lain

variabel individu (fisik), variabel organisasi dan variabel psikologis (Gibson, et.al,

1985: 51-53). Sedangkan Wahjosumidjo (1994: 177), menjelaskan bahwa

Penampilan seseorang (kinerja) merupakan perpaduan dari fungsi motivasi,

kemampuan dan persepsi. Dengan memperhatikan uraian tersebut diatas, jelaslah

bahwa kemampuan dalam hal ini kemampuan profesional berpengaruh terhadap

kinerja guru di sekolah. Para guru diharapkan memiliki jiwa profesionalisme,

yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong untuk mewujudkan dirinya sebagai

petugas professional. Pada dasarnya profesionalisme itu, merupakan motivasi

intrinsik pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kearah

perwujudan professional. Sisi lain yang dapat menunjang kinerja guru yang

mandiri dan efektif serta motivasi yang tinggi merupakan indikasi kualitas

sumberdaya manusia sebagai tenaga pendidikan nasional.

Namun demikian, kondisi yang terjadi saat ini khususnya di Kota Cimahi

menunjukkan masih rendahnya profesionalisme guru hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain: (a) masih banyak guru yang tidak menekuni

profesinya secara utuh, hal ini dikarenakan masih banyak guru yang mengajar

disekolah swasta atau bekerja diluar jam kerjanya guna menambah penghasilan

(17)

menulis guna meningkatkan dirinya tidak ada. (b) banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, misalnya guru Biologi mengajar Fisika atau Kimia, guru IPS mengajar Bahasa Indonesia, (c) masih ada sebagian guru dalam memberikan pelajaran tanpa melakukan perencanaan atau persiapan terlebih dahulu, dan (d) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang

diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

Dalam konteks yang lebih luas, masih rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesionalisme atau profesi guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain :

a. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi guru

asalkan ia berpengetahuan atau berpengalaman

b. Kekurangan guru didaerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untukmenjadi guru.

c. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha untuk mengembangkan profesinya. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya, sehingga

wibawa guru merosot.

(18)

merupakan bukti bahwa masih banyak guru yang belum profesional. Untuk itu

maka kemampuan profesional guru perlu ditingkatkan, karena profesionalisme

guru yang rendah akan berdampak kepada rendahnya kinerja guru.

Beranjak dari uraian latar belakang tersebut, jelaslah bahwa kemampuan

profesional dan motivasi kerja guru memiliki kegunaan yang sangat besar bagi

peningkatan kinerja mengajar guru di sekolah. Hal inilah yang medasari

dilakukannya penelitian mengenai kontribusi kemampuan profesional guru dan

motivasi kerja guru serta pengaruhnya terhadap kinerja mengajar guru. Penelitian

ini mengambil lokasi di SMA Negeri Kota Cimahi yang dijadikan sebagai objek

penelitian.

B. Identifikasi Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, antara lain motivasi,

kemampuan professional guru, status sosial ekonomi guru.

Motivasi kerja yang rendah dari sebagian guru menyebabkan menurunnya

prestasi kerja (kinerja) guru. Sangat sedikit guru yang mempunyai motivasi yang

tinggi di suatu sekolah, yang terjadi guru yang mempunyai motivasi tinggi adalah

guru yang memperoleh tugas tambahan seperti menjadi pembantu kepala sekolah

atau wakil kepala sekolah. Guru yang tidak ada tugas tambahan sebagian besar

mengerjakan tugas seadanya, asal jadi dalam arti tidak memikirkan suatu

pekerjaan yang berkualitas.

Kemampuan profesional guru yang rendah dalam melaksanakan tugasnya

(19)

sehingga anak didik hanya disuruh mencatat atau mengerjakan LKS. Guru tidak

menguasai landasan kependidikan, tidak mampu melaksanakan fungsi dan tugas

sebagai pendidik dan pengajar. Banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan

bidang studinya, banyak guru dalam mengajar tidak mempersiapkan apa yang

akan diajarkan atau tidak membuat administrasi guru. Dengan keadaan yang

demikian, maka siswa tidak tertarik lagi untuk belajar dengan sungguh-sungguh

atau banyak ditemukan siswa malas, tidak masuk kelas atau bolos.

Status sosial ekonomi guru merupakan salah satu penyebab kinerja guru

yang rendah. Kita ketahui bersama bahwa gaji guru yang diterima saat ini masih

kurang untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Seorang guru hams

mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam satu

bulan dengan cara, misalnya mengajar di beberapa sekolah atau usaha lain diluar

mengajar. Dengan terlalu banyaknya mengajar atau usaha lain diluar sekolah

sudah barang tentu tidak memikirkan prestasi kerjanya (kinerja) atau sangat sedikit waktunya untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas

mengajar serta konsentrasi terhadap proses belajar mengajar akan berkurang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, peranan guru sangat strategis dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan, dilain pihak kinerja guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran sangat bervariasi dan kualitas keguruannya beraneka

ragam, oleh karena itu sangat penting telaah mendalam tentang faktor-faktor yang

berkontribusi terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar, sehingga

(20)

berkontribusi terhadap kinerja guru patut dijadikan kajian dan penelitian guna

mengetahui secara objektif mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap

kinerja guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya.

Mengingat ruang lingkup dari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap

kinerja guru sangat luas, maka dalam penelitian ini pembahasan mengenai

faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kinerja guru dibatasi pada faktor-faktor kemampuan

professional guru dan motivasi kerja guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

dikemukakan rumusan masalah "Apakah terdapat kontribusi kemampuan

professional guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar

guru?" Rumusan masalah ini dijabarkan lebih rinci ke dalam beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan profesional guru berkontribusi terhadap kinerja mengajar

guru SMA Negeri di Kota Cimahi?

2. Apakah motivasi kerja guru berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru

SMA Negeri di Kota Cimahi?

3. Apakah antara

kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru

berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri di Kota Cimahi?

E. Tujuan Penelitian

(21)

'':'~ ' guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru. Secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kontribusi kemampuan profesional guru terhadap kinerja

mengajar guru SMA Negeri di Kota Cimahi.

2. Mengetahui kontribusi motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru

SMA Negeri di Kota Cimahi.

3. Mengetahui kontribusi kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru

terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri di Kota Cimahi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini, setidak-tidaknya ada dua

yaitu; Pertama, manfaat dari segi ilmiah dalam kerangka pengembangan ilmu

(manfaat teoritis) dan Kedua, manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu Administrasi

Pendidikan, dan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi para peneliti

dan pengamat masalah pendidikan yang terkait dengan kemampuan professional guru, motivasi kerja guru dan kinerja mengajar guru.

2. Manfaat Praktis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

tentang kemampuan profesional guru dan motivasinya serta kontribusinya

terhadap peningkatkan kinerja mengajar guru SMA Negeri di Kota

(22)

11

b. Memberikan masukan kepada Kepala Dinas Pendidikan kota Cimahi

selaku penanggung jawab di wilayahnya dalam rangka membuat suatu

keputusan dan menentukan kebijakan di bidang pendidikan.

G. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

1. Asumsi

Arikunto (2001 : 60-61) mengemukakan bahwa asumsi-asumsi atau

anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak

pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya

diterima oleh peneliti. Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti dipandang perlu

merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud :

a. Agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti.

b. Untuk mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian

c. Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.

Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah

berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan kinerja guru, kemampuan

profesional guru dan motivasi kerja guru dalam sebuah organisasi sekolah.

Dalam kaitannya dengan kepentingan penelitian ini, maka dapat

dirumuskan asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Menurut Churchill, (2001) bahwa kinerja (performance) dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain : motivation, skill level, aptitude dan Role

perception.

b. Kemampuan profesional guru adalah berbagai kemampuan yang diperlukan

(23)

12

profesional meliputi aspek kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu

penguasaan bahan yang harus diajarkan beserta metodenya, rasa tanggung

jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya

(Surya, 2003 : 138). Semakin baik kemampuan profesional guru maka

semakin baik pula kemampuan yang akan dimilikinya. Hal ini dikarenakan

guru tersebut akan mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dengan baik, mampu merencanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar

serta mampu menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kualitas

mengajarnya, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil kerjanya

atau kinerjanya.

c. Motivasi kerja berhubungan erat dengan kinerja, sebagaimana kinerja seseorang dapat tumbuh baik jika seseorang memiliki motivasi kerja yang baik pula. McClelland (1961) sebagaimana dikutip oleh mangkunegara (2002 : 68) mengatakan bahwa adanya hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan pencapaian kinerja. Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri

pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya

agar mampu mencapai kinerja dengan predikat terpuji.

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat rumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

a Terdapat kontribusi kemampuan profesional guru yang signifikan terhadap

(24)

13

b Terdapat kontribusi motivasi kerja guru yang signifikan terhadap kinerja

mengajar guru,

c Terdapat kontribusi kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru

yang signifikan secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru.

H, Kerangka Berpikir Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, sebab penelitian ini akan mendeskripsikan hubungan sebab akibat antara variabel bebas

dan variabel terikat melalui uji statistik. Penelitian ini terdiri dari tiga variabel,

yaitu variabel bebas (independen); kemampuan profesional guru (Xi) dan

motivasi kerja guru (X2); dengan satu variabel terikat (dependen), yaitu kinerja

mengajar guru (Y). Berdasarkan hal tersebut, maka berikut adalah model atau

kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan dari variabel-variabel

penelitian. Berikut ditampilkan gambar model keterkaitan antar variabel

penelitian.

Gambar 1.1

(25)

14

Model keterkaitan variabel tersebut mengacu pada pendekatan yang

dikemukakan oleh Churchil (2001) yang secara komprehensif menggambarkan

hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti. Adapun model tersebut

adalah sebagai berikut:

Personal,

organizational and

environment variables

Motivation

Skill Level

Aptitude

Role Perception

Performance

A JL

Rewards

-Internally

mediated

-Externally

mediated

Satisfaction - Intrinsic - Extrinsic

Sumber. Churchill, 2001, diadaptasi oleh Linda Alexander 'Job Performance

and Motivation'.

Gambar 1.2

(26)

15

Dari model penentu kinerja seperti digambarkan diatas, berikut ini akan

digambarkan model hubungan yang terdapat antara kemampuan profesionalguru,

motivasi kerja guru dan kinerja mengajar guru disekolah yang digambarkan pada

gambar 1.3 berikut ini:

Kemampuan

Profesional

Guru

Kinerja Mengajar

Guru ^

Motivasi Kerja

Guru

A

. . . .

Sumber: Diadaptasi dan dimodifikasi dari berbagai sumber

Gambar 1.3

Hubungan yang terdapat antara kemampuan professional guru, motivasi

kerja guru dan kinerja mengajar guru disekolah.

I. Pendekatan Penelitian

Pendekatan teori utama dalam penelitian ini mengacu pada konsep teori

administrasi pendidikan, kemampuan professional, motivasi kerja dan kinerja.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

korelasional. Sedangkan studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara (1) Studi Kepustakaan, dan (2) Studi Lapangan. Adapun teknik

(27)

16

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Cimahi dengan objek yang dipilih

adalah tenaga pendidik di SMA Negeri. Sedangkan sampel penelitian yang

digunakan adalah para guru SMA Negeri di Kota Cimahi yang bertujuan untuk

mengetahui kontribusi kemampuan professional guru, motivasi kerjanya serta

kinerjanya dalam menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik.

J. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan pemecahan masalah secara lebih

terstruktur dan sistematis, maka penulis menyusun suatu bentuk penulisan sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat/kegunaan penelitian, asumsi, hipotesis dan kerangka berpikir

penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

Menguraikan landasan teori berupa uraian mengenai teori-teori yang

mendukung penelitian ini sebagai dasar pemikiran dan pemecahan

masalah.

BAB III METODE PENELITIAN

Bagian ini berisi tentang uraian langkah-langkah yang dilakukan

(28)

17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi keseluruhan data dari hasil observasi dan kuesioner.

Memaparkan hasil pengolahan data berdasarkan metoda yang telah

ditetapkan serta hasil analisis data yang dilakukan. Hasil analisis ini

kemudian dilakukan pembahasan berkaitan dengan permasalahan

penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditetapkan oleh

(29)

67

BABITI

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan menggunakan data

kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menuntut

ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya, untuk

itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu populasi dan sampel dari sisi

homogenitas, volume dan sebarannya. Karena data hasil penelitian berupa

angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar variabel-variabel yang

dijadikan objek penelitian harus jelas pertautannya (korelasinya) sehingga dapat

ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang

pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas), dengan

demikian mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan

dapat dijadikan rujukan cukup akurat.

Menurut Jujun Suriasumantri (Sugiyono, 2001: 12-13), penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi

mengenai objek empiris, asumsi tersebut adalah :

a. Objek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk,

warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih

variabel tertentu sebagai objek penelitian.

b. Determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa setiap

(30)

68

Berdasarkan asumsi pertama dan kedua, maka penelitian dapat memilih

variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya.

c. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau

gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung

ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari

sifat-sifatnya (Sudjana, 1992 : 6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2001 : 57).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri yang ada di

Kota Cimahi. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari 6 (enam) SMA Negeri

yang ada di Kota Cimahi, jumlah populasi gurunya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Guru SMA Negeri di Kota Cimahi

No Nama Sekolah

SMA Negeri 1 SMA Negeri 2 SMA Negeri 3 SMA Negeri 4 SMA Negeri 5 SMA Negeri 6

Jumlah

hi, 2003

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cimar

Dari jumlah populasi tersebut, akan diambil beberapa guru sebagai sampel.

Dalam hal ini teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah Teknik

random sampling. Teknik ini digunakan karena populasi dianggap homogen,

sehingga dengan demikian setiap guru diberikan kesempatan/peluang yang sama

Jumlah

61

70 70 61

64

61

(31)

69

untuk dijadikan anggota sampel. Penentuan sampel akan menggunakan rumus

yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2002 : 92) sebagai berikut:

N

n =

l + N(d2)

dimana : N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

d = Penyimpangan terhadap populasi

Dalam penentuan sampel ini, penulis menggunakan tingkat signifikansi

sebesar 95% dan dengan estimasi penyimpangan 5% maka sampel yang akan

diambil sebesar 197 guru. Perhitungannya sebagai berikut:

387

n =

l + 387(0,052)

387

1,9675

« = 197

Dengan jumlah sampel keseluruhan sebesar 197 orang, maka penentuan

sampel dari masing-masing sekolah akan menggunakan perhitungan sebagai

berikut:

SMAN1 = n = ~xl97 = 3l

387

Untuk penentuan sampel pada sekolah lainnya menggunakan teknik

perhitungan yang sama. Dengan menggunakan teknik tersebut, maka jumlah

(32)

No.

Tabel 3.2

Jumlah Guru yang dijadikan Sampel

Nama Sekolah

SMA Negeri 1 SMA Negeri 2 SMA Negeri 3 SMA Negeri 4 SMA Negeri 5 SMA Negeri 6

Jumlah

70

Jumlah

31 36 36 31 32 31 197

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat-alat pengukur yang diperlukan

dalam melaksanakan suatu penelitian (Nasir, 1985). Data yang akan dikumpulkan

dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu

studi dokumentasi dan teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan

sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat

bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di

lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi

(33)

71

2. Teknik Angket

Pemilihan teknik pengumpulan data dengan angket, didasarkan atas alasan

bahwa : (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan,

(b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas

pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan

jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari

banyak responden dan dalam waktu yang tepat.

Melalui teknik angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban

tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalam angket

tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel

kemampuan profesional guru, motivasi kerja guru dan kinerja mengajar guru,

merupakan materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pernyataan di dalam

angket.

D. Operasional Variabel Penelitian

Variabel ini akan menguraikan variabel-variabel yang akan digunakan

dalam penelitian. Dalam rangka memberikan gambaran yang lebih tajam tentang

kontribusi persepsi guru mengenai kemampuan profesionalnya dan motivasi kerja

guru terhadap kinerja mengajarnya, berikut ini diuraikan tentang operasionalisasi

variabel-variabel penelitian.

1. Yang dimaksud dengan kemampuan profesional guru dalam penelitian ini

adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaan atau

(34)

72

guru dalam penelitian ini mempergunakan kompetensi berdasarkan daftar

kompetensi guru yang diterbitkan Dinas Pendidikan Nasional Tahun 2003.

2. Yang dimaksud dengan Motivasi Kerja dalam penelitian ini adalah dorongan

kerja yang timbul pada diri seorang guru untuk berperilaku dalam mencapai

tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Pengukuran motivasi kerja dilakukan

berdasarkan teori kebutuhan berprestasi yang mengacu pada Teori Kebutuhan

McClelland (1961).

3. Yang dimaksud dengan Kinerja Mengajar dalam penelitian ini adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Pengukuran kinerja mengajar guru dilakukan berdasarkan orientasi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya dengan menggunakan

pendekatan archievement orientation berdasarkan teori yang dikemukakan

oleh Spencer(1993).

Indikator-indikator dari ketiga operasionalisasi variabel penelitian tersebut

(35)

1. Identifikasi Variabel Independen Variabel a 4) T3 C & u 1 > Sub Variabel fO o o <N , « /—N C f) >< § 5 Z 3 c o J2

a • n n o T3 n 1/5 Oh 2 3 C cu c Q 3 O. c/i P C d <U fl) a ,

fc4 H o « Q Tabel 3.3 Variabel Independen Parameter Memahami landasan dan wawasan pendidikan Menguasai materi pembelajaran mata pelajaran Menguasai pengelolaan pembelajaran mata pelajaran Menguasai evaluasi pembelajaran Indikator

Memahami landasan pendidikan, filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, ilmiah dan

teknologis

Memahami asas-asas pokok pendidikan

Memahami aliran-aliran pendidikan Memahami teori belajar

Memahami perkembangan peserta didik Memahami pendekatan sistem dalam

pendidikan

Memahami tujuan pendidikan nasional

Memahami kebijakan-kebijakan pendidikan nasional

Memahami kebijakan pendidikan SLTA

Menguasai pokok-pokok pembelajaran mata pelajaran meliputi sistem kerja ilmiah

Organisasi pembelajaran

Penguasaan materi mata pelajaran dan hubungan dengan mata pelajaran lain

Sistem pembelajaran

Sistem pengajaran

• Mampu mengidentifikasi karakteristik

peserta didik

»Mampu mengembangkan perencanaan

pembelajaran mata pelajaran

• Mampu mengembangkan materi

pembelajaran

1Mampu mengembangkan metode, media, dan sumber belajar

Mampu menentukan strategi pembelajaran

Memiliki keterampilan dasar-dasar pembelajaran mata pelajaran

Mampu melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan sesuai tujuan dan karakteristik mata pelajaran

Menguasai konsep dasar evaluasi

1Mampu memilih dan mengembangkan metode evaluasi sesuai tujuan pembelajaran

mata pelajaran

Mampu mengembangkan instrumen evaluasi pembelajaran mata pelajaran Mampu melaksanakan evaluasi, pensekoran, dan interpretasi hasil evaluasi\

Mampu menggunakan hasil-hasil evaluasi

untuk kepentingan pembelajaran mata

pelajaran

73

Skala

Ordinal

(36)

74

Memiliki

kepribadian, wawasan profesi

dan

pengembangannya

• Memiliki sikap, nilai dan moral dan berperilaku sebagai pendidik

• Memiliki integritas dan dedikasi sebagai

pendidik

• Memiliki komitmen terhadap

pengembangan profesi

• Mampu mengkomunikasikan

gagasan-gagasan secara efektif dalam forum ilmiah

(lisan dan tulisan)

• Menguasai metodologi penelitian dan

memanfaatkan hasil-hasilnya untuk

kepentingan pembelajaran

• Mampu mengadopsi dan mengembangkan

inovasi-inovasi pendidikan

Ordinal

MotivasiBerprestasi(X2)

TeoriKebutuhanMcClleland

Upaya dalam

melakukan

pekerjaan

o Berusaha agar kemampuan yang dimiliki

dapat mempengaruhi hasil kerja o Berani mengambil dan memikul risiko

Ordinal

Prestasi Individu o Dorongan mencapai prestasio Memiliki rencana kerja yang menyeluruh

o Memiliki semangat berprestasi

Ordinal

Umpan balik terhadap hasil kerja

o Adanya umpan balik dari hasil pekerjaan

o Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi

yang tinggi

Ordinal

Upaya melakukan

cara lebih baik

o Berusaha mendapatkan cara terbaik untuk

melakukan pekerjaan

o Memiliki tujuan yang realistik

(37)

Variabel Dependen/Kinerja (Y) Achievement Orientation Innovation (Inovasi) f? 3 O c N 5' 00 E3 8" EH *< 0) 3 OQ V P

a 3 S

~ 9-. c

g> p" p 3. !T 3

£•<•> p e 3 3 OQ «< § | §

1 g-e:

3

~ ^ -n

v; 9. W ft 2 ** £: ° p' ^ a » 1?

ST 2 g

ag-3

S S-a S § <3 3 " g

K rt 3.

lis.

p &3 W

2 2-p c S- 3 S 3 3 OQ w ,P D. P 3 O* ft f? CL P 9 3 5 00 p 3 p 3 3 o 3 2. ST s. P 3 Represents Breadth

(Peran dan wawasan yang luas) m 3 ff •a ft 3 ft C 3

"8 8"§ ?

O

o

3

"8

Intencity andcompleteness of action

(Intensitasdan kesempurnaan dalam bertindak)

O fo

3 . ft

O 3 o m a 3 o § 3 Hi 3 TJ - n O < ft 3 rt ft 2. sr r3 SS CD £.-3 fa* ft

•^ p —r

3 3 E

fl

fT- 2

2. 5. ST

o 5^

3 *< 5?

-o -

-2. § 5"

3- 3 ft

5-3 p

OQ ^ =•

S 3 q.

C * 5*3 l l §••8

*J

Eg-m 3 00 75 CO rt ft 3 ?T § <=• 3 P § § 00 p 3

l - b

3 J3

3 2 3 3

OQ 2. <£..S

5 ° a

D. 3 5

=;• 2.

g-1*8 S 3 3 <B ft s p » B 3 a » C CL ** s 3 oo ft § | i S. 1-8 3 OQ *! g-3 g-3 CO 3 o - i OQ P 3 p p 3-ft a 3 J- ft «< 3 P OQ 3 M OQ *3' 3 P 3 00 ? £ 8

P J? B

p

"8

c oo •pa

(38)

76

E. Instrumen Penelitian

1. Skala Pengukuran

Data yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner ini berskala pengukuran

ordinal mengingat kuesioner yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan

kisaran 1-5 dengan alternatif pilihan jawaban sebagai berikut.

Untuk pernyataan dengan skala positif ; Sangat Setuju = 5, Setuju = 4,

Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju =1. dan skala negatif;

Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat Tidak

Setuju = 5.

Penggunaan skala ordinal tidak memungkinkan untuk memperolehnya

nilai mutlak (absolut) dari objek yang diteliti, tetapi hanya kecenderungan.

Kuesioner yang merupakan alat ukur dalam penelitian ini perlu diuji

keandalannya. Pengujian keandalan ini bertujuan untuk mendapatkan petunjuk

mengenai mutu penelitian. Keandalan menunjukkan ketepatan, kemantapan dan

homogenitas alat ukur yang dipakai.

2. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan dan kevalidan suatu alat ukur atau instrumen penelitian. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mampu mengukur apa yang akan diukur dalam suatu

penelitian (Singarimbun, 1995: 124). Alat pengukur yang absah akan mempunyai

validitas yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Untuk menguji validitas alat ukur

(39)

m it

menggunakan Rumus Koefisien Korelasi Product Moments Pearson |er|g^i VV^rf

berikut:

'x ^ £fV-'.* //

r. —•

"I-w-I-rZr

vk^'-G^k^-di-)2]

Keterangan:

rs : Koefisien korelasi n : Jumlah responden

Y : Jumlah skor total seluruh item

X : Jumlah skor tiap item

Setelah nilai korelasi (rs) didapat, kemudian nilai rs dibandingkan dengan

nilai

rtabei-Kaidah keputusannya adalah:

- Jika rhitung >rtabei, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan

adalah valid.

- Jika rhitung ^ rtabei, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan

adalah tidak valid.

Rumus yang dikemukakan di atas, baik pengolahan, pengujian, maupun

analisis data untuk membuktikan tingkat validitas dilakukan dengan alat bantu

Program SPSS Versi 11.5

3. Uji Reliabilitas

Singarimbun (1995:140) menyatakan, reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur atau instrumen penelitian dapat

(40)

78

atau instrumen penelitian dapat digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang

sama dengan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur

atau instrumen tersebut reliabel.

Untuk menguji instrument penelitian, reliabel atau tidaknya dilakukan

dengan internal consistency dengan Teknik Belah Dua (split half), Sugiyono (2001 : 109). Butir-butir pertanyaan instrument pada masing-masing variabel

dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrument ganjil dan kelompok instrument genap, selanjutnya disusun skor data tiap kelompok ganjil dan kelompok genap, masing-masing kelompok skor butirnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total tiap-tiap variabel. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya, setelah didapat nilai koefisien korelasi

dimasukkan kedalam rumus Spearman Brown sebagai berikut:

2.n

r = •'A

' l + rb

(Sugiyono, 2000 :278)

Keterangan :

n = reliabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Setelah diperoleh n, selanjutnya dibandingkan dengan harga tabel rho.

Apabila nilai ri lebih besar dari tabel rho maka instrumen dinyatakan reliabel, dan

sebaliknya.

Dari rumus yang dikemukakan di atas, baik pengolahan, pengujian,

maupun analisis data untuk membuktikan tingkat reliabilitas suatu alat ukur

(41)

79

4. Hasil Uji Validitas Instrumen

a. Hasil ujicoba Instrumen Variabel Kinerja Guru (Y)

Instrument variabel Kinerja Guru (Y) berupa kuesioner yang mempunyai

jumlah pernyataan 30 item/butir. Berikut adalah tabel hasil uji validiatas variabel

Kinerja Guru.

Tabel 3.5

Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Variabel Kinerja Guru(Y)

n=30, Signifikansi =0.05)

NcButir

LMiHBJL r*M Keputusan

(42)

80

Dari tabel 3.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa butir yang tidak dapat

digunakan untuk penelitian karena tidak valid yaitu butir nomor; 3, 4, 18, 22 dan

29.

b. Hasil ujicoba Instrumen Kemampuan Profesional Guru (Xj)

Instrument variabel Kemampuan Profesional Guru (Xi) berupa kuesioner

yang mempunyai jumlah pernyataan 30 item/butir. Berikut adalah tabel hasil uji

cobavaliditas untuk instrument Kemampuan Profesional Guru (Xi).

Tabel 3.6

Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Variabel Kemampuan Profesional Guru (X^

•0,05)

No. Butir Thitune rutwi Keputusan

1 0.448 0.361 Valid

2 0.754 0.361 Valid

3 0.352 0.361 Tidak Valid

4 0.246 0.361 Tidak Valid

5 0.749 0.361 Valid

6 0.747 0.361 Valid

7 0.666 0.361 Valid

8 0.686 0.361 Valid

9 0.223 0.361 TidakValid

10 0.385 0.361 Valid

11 0.409 0.361 Valid

12 0.611 0.361 Valid

13 0.662 0.361 Valid

14 0.392 0.361 Valid

15 0.647 0.361 Valid

16 0.609 0.361 Valid

17 0.482 0.361 Valid

18 0.69 0.361 Valid

19 0.52 0.361 Valid

20 0.436 0.361 Valid

21 0.681 0.361 Valid

22 0.502 0.361 Valid

23 0.561 0.361 Valid

24 0.395 0.361 Valid

25 0.383 0.361 Valid

26 0.487 0.361 Valid

27 0.114 0.361 Tidak Valid

(43)

29 0.604 0.361 Valid

30 0.597 0.361

Valid

81

Dari tabel 3.6 diatas, dapat disimpulkan bahwa butir yang tidak dapat

digunakan untuk penelitian karena tidak valid yaitu butir nomor; 3, 4, 9 dan 27.

c. Hasil ujicoba Instrumen Motivasi Kerja Guru (X2)

Instrument variabel Motivasi Kerja Guru (X2) berupa kuesioner yang

mempunyai jumlah pernyataan 30 item/butir. Berikut adalah tabel hasil uji coba

validitas untuk instrument Motivasi Kerja Guru (X2)

Tabel 3.7

Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas

Variabel Motivasi Kerja Guru (X2)

No. Butir •hitunv r«.hd Keputusan

1 0.486 0.361 Valid

2 0.49 0.361

Valid

3 0.554 0.361 Valid

4 0.556 0.361 Valid

5 0.827 0.361 Valid

6 0.722 0.361

Valid

7 0.643 0.361 Valid

8 0.588 0.361 Valid

9 0.46 0.361 Valid

10 0.331 0.361 Tidak Valid

11 0.413 0.361 Valid

12 0.445 0.361 Valid

13 0.486 0.361 Valid

14 0.57 0.361 Valid

15 0.448 0.361 Valid

16 0.611 0.361 Valid

17 0.511 0.361 Valid

18 0.358 0.361 Tidak Valid

19 0.415 0.361 Valid

20 0.35 0.361 Tidak Valid

21 0.457 0.361 Valid

22 0.401 0.361 Valid

23 0.342 0.361 Tidak Valid

24 0.371 0.361 Valid

(44)

26 0.463 0.361 Valid 27 0.341 0.361 Tidak Valid

28 0.416 0.361 Valid

29 0.585 0.361 Valid

30 0.475 0.361 Valid

82

Dari tabel 3.7 diatas, dapat disimpulkan bahwa butir yang tidak dapat

digunakan dalam pengumpulan data karena tidak valid adalah butir nomor 10, 18,

20, 23 dan 27.

Untuk contoh perhitungan uji validitas instrument dapat dilihat pada

lampiran 3.

5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Dari hasil perhitungan menggunakan teknik belah dua (split half) dengan

membagi skor item/butir ganjil dan genap dengan statistik koefisien korelasi

Spearman-Brown diperoleh harga n untuk variabel Kinerja Guru (Y) sebesar

0,931. Kemudian harga n tersebut dibandingkan dengan tabel rho. Dengan tingkat

signifikansi 0,05 dan n = 30 diperoleh harga sebesar 0,364, dengan demikian

variabel Kinerja Guru (Y) dinyatakan reliabel. Karena 0,931 > 0,364.

Untuk variabel Kemampuan Profesional Guru (Xt) diperoleh nilai sebesar

0,869. Kemudian harga ntersebut dibandingkan dengan tabel rho. Dengan tingkat

signifikansi 0,05 dan n = 30 diperoleh harga sebesar 0,364. Dengan demikian

variabel Kemampuan Profesional Gum (Xt) dinyatakan reliabel. Karena 0,869 >

0,364.

Untuk variabel Motivasi Kerja Guru (X2) diperoleh nilai sebesar 0,904.

(45)

83

signifikansi 0,05 dan n =30 diperoleh harga sebesar 0,364. Dengan demikian

variabel Motivasi Kerja Guru (X2) dinyatakan reliabel. Karena 0,904 >0,364.

Contoh perhitungan uji reliabilitas instrument dapat dilihat pada lampiran 4.

Sedangkan Hasil perhitungan reliabilitas tersebut dirangkum dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

(n = 30, Signifikansi 0,05)

Variabel

Kinerja Guru (Y)

Kemampuan Profesional Guru (X,) Motivasi Kerja Guru (X?)

0,931 0,869 0,904

tabelrho 0,364 0,364 0,364

Keputusan

Reliabel Reliabel Reliabel

6. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval

Dalam analisa secara statistik terutama pada statistik parametrik berlaku

tradisi bahwa skala pengukuran sekurang-kurangnya datanya dalam bentuk

interval, sedangkan data yang didapat dilapangan masih berbentuk data ordinal.

Agar analisis dapat dilanjutkan, maka skala pengukuran ordinal harus

ditransfomasikan ke skala interval dengan menggunakan MSI (Method of

Successive Interval).

Langkah kerja yang dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut:

(1).

Diperhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan;

(2).

Untuk setiap butir tersebut, ditentukan berapa orang yang mendapat skor

1,2,3,4 dan 5, yang disebut sebagai frekwensi;

Setiap frekwensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

proporsi;

Ditentukan nilai proporsi kumulatif, dengan jalan menjumlahkan nilai

proporsi secara berurutan perkolom skor.

(3)

(46)

84

(5).

Dengan menggunakan tabel distribusi normal, dihitung nilai Zuntuk setiap

proporsi kumulatif yang diperoleh.

(6).

Ditentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh

(dengan menggunakan tabel tinggi densitas);

(7). Ditentukan nilai skala dengan menggunakan rumus :

Density_at_Lower_Limit - Density_at Upper_Limit ~ Area_Below Upper-_Limit - Area_Below_Lower_Limit

(8). Ditentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus :

Y=NS+[i-#y]

Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut diatas, maka terlebih

[image:46.595.137.514.61.251.2]

dahulu dibuat tabel frekuensi untuk setiap altematif jawaban responden, adapun

tabel frekuensi tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.9

Proses Transformasi Data

Dari Data Ordinal ke Data Interval untuk Variabel Kinerja Guru (Y) Item

Pernyataan

FrekuensiAlternatif Jawaban Pernyataan Total

Frekuensi

1 2 3 4 5

1 5 45 29 61 57 197

2 4 46 17 72 58 197

5 3 59 33 61 41 197

6 3 37 29 80 48 197

7 0 39 40 66 52 197

8 12 68 38 39 40 197

9 5 52 34 67 39 197

10 6 40 25 72 54 197

11 8 46 24 72 47 197

12 5 34 40 68 50 197

13 3 41 21 88 44 197

14 11 72 34 40 40 197

15 1 33 32 67 64 197

16 4 56 32 44 61 197

17 22 87 30 21 37 197

19 1 32 50 70 44 197

20 3 39 35 72 48 197

21 1 26 27 91 52 197

23 2 55 33 72 35 197

24 4 69 47 38 39 197

[image:46.595.145.518.299.671.2]
(47)

85

26 1 39 48

67 42 197

27 3 53

48 53 40 197

28 1 37 49 64 46 197

30 17 52 34 51 43 197

Frekuensi 128 1212

889 1534 1162 4925

Proporsi 0.03 0.25

0.18 0.31 0.23

Proporsi

Kumulatif 0.03 0.28 0.46

0.77 1.00

Zi •1.88

-0.58 -0.10 0.61 oo

Densitas 0.0683 0.3372

0.3970 03312 0

Scale Value -2.27 -1.08 -033 0.23 1.44

Skala Baru 1 2.19 2.99

3.50 4.71

Berdasarkan data pada tabel terlihat f (frekuensi) responden dari banyak

responden yang memberikan altematif jawaban dari pernyataan angket yang

disebarkan dibobot menurut nilai adalah :

Nilai 1 = 128 Nilai 2 = 1212 Nilai 3 = 889 Nilai 4 = 1534 Nilai 5 = 1162

Penentuan Proporsi

Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah f(frekuensi) perpoin

dengan jumlah total frekuensi, sehingga diperoleh proporsi sebagai berikut:

/>1 =J28_ =0.03

4925

« =i21i =0.25

4925

4925

4925

(48)

86

Penentuan Proporsi Kumulatif

Proporsi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan secara berurutan untuk

setiap nilai, sehingga nilai diperoleh sebagai berikut:

Pki = 0 + 0.03 = 0.03 Pk2 = 0.03 + 0.25 = 0.28 Pk3 = 0.28 +0.18 = 0.46 Pk4 = 0.46 +0.31=0.77 Pk5 = 0.77 +0.23=1.00

Penentuan Nilai Z

Nilai Proporsi kumulatif (Pk) dianggap mengikuti distribusi normal baku dengan melihat tabel distribusi normal kumulatif pada Lampiran 14, maka

dapat ditentukan nilai Z untuk setiap kategori:

Z, = 0.5 - 0.03 = 0.47, disesuaikan dengan tabel Z didapat nilai - 1.88 Z2 = 0.5 - 0.28 = 0.22, disesuaikan dengan tabel Z didapat nilai - 0.58

Z3 = 0.5 - 0.46 = 0.04, disesuaikan dengan tabel Z didapat nilai -0.10 Z4 = l _ 0.77 = 0.23, disesuaikan dengan tabel Z didapat nilai 0.61

Z5 = i -l =0, disesuaikan dengan tabel Z didapat nilai oo

Penentuan Scale Value (Skala Nilai)

Scale Value menggunakan rumus sebagai berikut:

Density_at_Lower_Limit - Density_atJJpper_Limit ~ Area_Below_Upper_Limit - Area_Below_Lower_Limit

a. Penentuan Densitas

Nilai Densitas diperoleh dari tabel ordinal kurva normal standar (lampiran

15), untuk nilai:

Di = Nilai 1.88 pada tabel ordinal mempunyai nilai 0.0681 D2 = Nilai 0.58 pada tabel ordinal mempunyai nilai 0.3372 D3 = Nilai 0.10 pada tabel ordinal mempunyai nilai 0.3970

(49)

87

D4-Nilai 0.61 pada tabel ordinal mempunyai nilai 0.3312 D5 =Nilai oo pada tabel ordinal mempunyai nilai 0

b. Penentuan Scale Value

Nilai Scale value diperoleh dengan memakai rumus

sv _ Density_at_Lower_Limit - Density_atJJpperMmit Area_Below_Upper_Limit - Area_Below_Lower_Limit

5^= 0^00681 = -a0681

' 0.03-0 0.03

w 0.0681-0.3372 -0.2691

OK, = = = _1 Qg

0.28-0.03 0.25 „„ 0.3372-0.3970 -0.0598

oK, = — = = _n 33

0.46-0.28 0.18 e7/ 0.3970-0.3312 0.0658

o v. = = = 0 23

0.77-0.46 0.31

„„ 0.3312-0 0.3312 , AA

1-0.77 0.23 • Penentuan Skala Akhir

Skala akhir data interval diperoleh dengan jalan mengambil nilai negatif yang

paling besar dan diubah menjadi = 1, yaitu :

Sa, = (-2.27 + 3.27) = 1 Sa2 = (-1.08+ 3.27) = 2.19 Sa3 = (-0.33 + 3.27) = 2.94 Sa4 = ( 0.23 + 3.27) = 3.50 Sa5 = ( 1.44+ 3.27) = 4.71

Maka dihasilkan skala interval dari data ordinal yang dikumpulkan dari

lapangan sebagai berikut:

1. Untuk Nilai 1dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 1

(50)

88

Untuk variabel Kemampuan Profesional Guru (Xi) dan Motivasi Kerja

Guru (X2) dilakukan langkah yang sama untuk proses transformasi data dari data

ordinal ke data berbentuk interval. Proses perhitungan dan hasil data interval

untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.

F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah

pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari

data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan

segera diketahui. Dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui

bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Pacakagefor Sosial Science)

versi 11.5.

Langkah-langkah atau prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa

jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item

variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah

ditentukan, kemudian menentukan skornya.

3. Melakukan analisis secara deskriptif, untuk mengetahui kecenderungan data.

Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians

data dari masing-masing variabel. Untuk mengetahui kecenderungan umum

jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian, digunakan formula

(51)

P = ~xlOO%

Xid

Keterangan:

P = Prosentase skor rata-rata yang dicari

X = Skor rata-rata setiap variabel Xid = Skor ideal setiap variabel

Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan kriteria yang

telah ditetapkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Nugraha (1999 : 69),

yaitu :

90% - 100% = Sangat Tinggi 80% - 89% = Tinggi

70% - 79% = Cukup Tinggi 60% - 69% = Sedang

50% - 59% = Rendah 49%kebawah = Rendah Sekali

4. Untuk mengetahui hubungan antara X, dengan Y, dan X2 dengan Ydigunakan

teknik korelasi. Teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Pearson

Product Moment, dengan rumus :

!•„ =

^

89

Setelah diketahui korelasi ketiga variabel tersebut, selanjutnya dilakukan

penghitungan koefisien determinasinya masing-masing dengan cara

mengkuadratkan koefiesien korelasi yang telah ditemukan.

5. Untuk mengetahui hubungan antara variabel Xi dan X2 secara bersama-sama

terhadap variabel Y digunakan rumus korelasi ganda (multiple correlation)

Gambar

tabel frekuensi tersebut sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

sebesar 76,33%, mendengarkan penjelasan guru tentang materi secara garis besar diperoleh rata-rata 74%, siswa membentuk kelompok yang diperintah guru diperoleh

Berdasarkan pengamatan penulis, maka penulis ingin membuat suatu bentuk penyajian informasi untuk melengkapi sarana promosi penjualan yang menggambarkan tentang kendaraan bermotor

Menjelaskan sifat elastisitas benda atau penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Menentukan besaran-besaran yang terkait dengan hukum kekekalan energi mekanik

Dari adanya pengaruh demokrasi terpimpinnya Soekarno dalam pendidikan, pengaruh dibubarkannya PKI terhadap dunia pendidikan, serta mulai adanya dualisme

Selain dari data hasil observasi, yang dilakukan, peneliti juga memperoleh data hasil tes kemampuan membaca siswa, dari hasil tes membaca siswa tersebut diperoleh

In sympathy maxim is stated two principles: minimize antipathy between self and other; maximize sympathy between self and other (Rahardi, 2005; 65). Antipathy attitude to others will

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2009

• Fase selanjutnya adalah delivery , yaitu fase dimana Anda menyerahkan proyek kepada pemilik proyek. • Tahapan dalam fase delivery ini terbagi atas tiga bagian utama, yaitu