• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI DAN PEMANFAATAN PROTEASE DARI Bacillus subtilis DAN Bacillus pumilus UNTUK UNHAIRING KULIT SAPI SEBAGAI BAHAN BAKU KERUPUK RAMBAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRODUKSI DAN PEMANFAATAN PROTEASE DARI Bacillus subtilis DAN Bacillus pumilus UNTUK UNHAIRING KULIT SAPI SEBAGAI BAHAN BAKU KERUPUK RAMBAK."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kulit Sapi... 9

2.2 Proses Pembuatan Kerupuk Kulit ……….. 15

2.2.1. Kandungan Kerupuk Kulit ……… 17

2.3.Dampak Konsumsi Kerupuk Rambak Berbahan Dasar Limbah Kulit Sapi ………... 19

2.4. Enzim Protease... 22

2.5. Bacillus subtilis dan Bacillus pumilus... 25

(2)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.7. Analisis Kadar Protein Berdasarkan ………..…... 32

2.8.Pengukuran Pertumbuhan Bakteri ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN... 36

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian... 36

3.2 Alat dan Bahan... 36

3.2.1 Alat... 36

3.2.2 Bahan... 36

3.3 Bagan Alir... 38

3.4 Prosedur Kerja... 39

3.4.1 Pertumbuhan B.subtilis dan B.pumilus... 3.4.2 Produksi Protease dari Bacillus subtilis... 39 39 3.4.3 Pengujian Aktivitas protase secara Kuantitatif dari Bakteri bacillus pumilus dan bacillus subtilis... 40

3.4.4 Optimasi Kondisi Proses Unhairing... 40

3.5 Analisis Kualitas Kulit... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

4.1 Hasil Optimasi pH Media Pembiakan bakteri Bacillus pumilus... 41

4.2 Hasil Uji Aktivitas Enzim Protease Bacillus pumilus dan Bacillus subtilis... 47

(3)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.4 Hasil Optimasi Unhairing Meliputi Volume dan Waktu

Inkubasi... 54

4.4.1 Hasil Optimasi Volume Ekstrak Kasar Protease Terhadap Unhairing Kulit Sapi ... 54

4.4.2 Hasil Pemilihan Waktu Perendaman Terbaik Pada Proses Unhairing Kulit Sapi... 4.5. Hasil Analisis Kadar Protein Dengan Metode Kjehdal ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 57 59 61 5.1 Kesimpulan... 61

5.2 Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA... 63

LAMPIRAN... 67

(4)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Asam amino ………...

Mikroba penghasil protease ekstraseluler ... 14 26

Tabel 2.3 Enzim protease yang dihasilkan oleh Bacillus sp…………. 27

Tabel 2.4 Klasifikasi Bacillus subtilis... 29

Tabel 4.1 Hasil uji optimasi pH media produksi Bacillus

pumilus... 43

Tabel 4.2 Hasil uji Aktivitas protease dari B.subtilis Sp. dan B.

pumilus... 48

Tabel 4.3 Hasil uji unhairing kulit sapi dengan penambahan

protease Bacillus subtilis dan Bacillus pumilus... 52

Tabel 4.4 Hasil optimais volume ekstrak protease pada unhairing

kulit sapi... 56

Tabel 4.5 Hasil Pemilihan Waktu Perendaman Terbaik dari

18;20;22 dan 24 jam untuk unhairing kulit………. 57

(5)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian kulit sapi yang dihilangkan pada proses

unhairing... 10

Gambar 2.2 Susunan α-helik pada keratin... 11

Gambar 2.3 Ikatan disulfida pada sistin... 12

Gambar 2.4 Ikatan Sulfida yang dibentuk pada rantai panjang kolagen... 13

Gambar 2.5 Diagram alir pembentukan kerupuk rambak secara konvensional ……… 16

Gambar 2.6 Reaksi Na2S dan Ca(OH)2 pada proses unhairing... 17

Gambar 2.7 Posisi Substrat Pada Sisi Aktif Enzim... 23

Gambar 2.8 Mekanisme katalitik serin protease... 25

Gambar 2.9 Subtilisin... 30

Gambar 2.10 Bentuk Permukaan Bacillus pumilus……... 31

(6)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.4 Pembentukan kompleks Cu2+ dengan fenol dan indol pada

asam amino tyrosin dalam larutan alkali menyebabkan

reduksi ion Cu2+ ... 50

Gambar 4.5 Hasil Uji Unhairing Kulit Sapi dengan penambahan

Bacillus pumilus dan Bacillus subtilis ... 51

Gambar 4.6 Mekanisme putusnya ikatan sulfide pada sistin... 53

Gambar 4.7 Hasil optimasi volum ekstrak protease pada unhairing

kulit sapi... 55

Gambar 4.8 Hasil penentuan waktu perendaman terbaik pada unhairing

(7)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kurva Standar Tyrosin... 68

Lampiran 2 Hasil Uji Aktivitas Enzim... 69

Lampiran 3 Analisis Morfologi……… 70

Lampiran 4 Hasil Analisis Biokimia ………... 71

Lampiran 5 Foto-Foto Penelitian………... ... 72

(8)

1

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia sebagai negara agraris tidak hanya terfokus pada masalah pertanian, tapi mulai mengembangkan bidang bisnis pertanian dalam arti luas seperti peternakan. Selain dapat melaksanakan tujuan pertanian yang terpadu dan berkelanjutan, yakni melaksanakan pertanian yang ramah lingkungan, misalnya dengan jalan pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk kandang yang berfungsi menyuburkan tanah. Ternak sapi ternyata bisa di manfaatkan daging dan susunya sebagai sumber protein. Pemanfaatan kulit sapi kini sedang marak dilakukan, diantaranya dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri tekstil. Dalam industri tekstil sapi dimanfaatkan kulitnya untuk disamak diantaranya dijadikan sebagai bahan baku pembuatan sepatu,tas dan jaket. Tentunya bahan kulit yang berasal dari hewan ternak tentunya tidak bisa begitu saja dimanfaatkan, akan tetapi harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu, proses ini yang dinamakan penyamakan kulit.

(9)

2

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil penelitian komposisi zat gizi kerupuk yang terbuat dari olahan kulit sapi didapatkan bahwa pada kerupuk rambak yang mengandung protein antara 80,0 1g – 82,91 g per 100 g, data ini menunjukan terdapat kandungan protein yang lebih banyak pada kerupuk rambak sapi daripada kandungan karbohidratnya. Sebaliknya, kerupuk yang terbuat dari tepung terigu dan tapioka, umumnya menunjukkan kandungan karbohidrat per 100 gram lebih tinggi yaitu antara 85,81 g sampai 74,46 g dibandingkan dengan kandungan protein per l00 gram yaitu 0,03 g–8,90 g untuk protein. (Rahman,2009)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Oktafiyani (2009)

menyatakan bahwa jumlah permintaan kerupuk rambak saat ini mencapai 1500

kilogram sampai 1800 kilogram per bulan. Sedangkan hasil produksi industri hanya

sebesar 1000 kilogram sampai 1100 kilogram/bulan. Berdasarkan fakta tersebut dapat

disimpulkan, jumlah permintaan lebih tinggi daripada produksi, terutama permintaan

ini akan melonjak ketika liburan kenaikan kelas dan Hari Raya Lebaran. Jumlah

permintaan kerupuk rambak pada kedua waktu tersebut dapat mencapai 3000 kilogram

sampai 3500 kilogram/bulan.

Meningkatnya permintaan masyarakat, keadaan perekonomian yang serba sulit serta pengusaha yang tak mau rugi karena biaya produksi kerupuk rambak yang semakin tinggi, mendorong para penjual memanfaatkan situasi dengan melakukan berbagai penyimpangan yang salah satunya yaitu dengan mengolah kembali kulit sapi yang sebelumnya telah di pergunakan sebagai bahan baku pembuatan sepatu, tas dan jaket menjadi bahan olahan makanan ringan, khususnya kerupuk. (Rahman,2009).

(10)

3

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

rambut bersama epidermis, protein nonkolagen dan substansi perekat lainnya dilepaskan dari kulit (Puvanakrishnan, 1988 dalam Sivasubramanian, 2008). Pada proses konvensional, para pengrajin kulit biasanya menghilangkan bulu sapi dengan cara dipanggang dalam bara atau tungku pembakaran. Akan tetapi, saat ini proses unhairing dilakukan dengan menambahkan Ca(OH)2 dan Na2S dalam jumlah banyak. Umumnya untuk membuang protein keratin rambut pada proses unhairing digunakan natrium sulfida (Na2S) dengan pH sekitar 9-10 dan suhu 37°C.

Berdasarkan proses tersebut bisa disimpulkan, akan sangat berbahaya apabila masyarakat mengkonsumsi kerupuk rambak yang berbahan dasar limbah kulit hasil penyamakan, karena akan membahayakan kesehatan produsen konsumen dan akan mencemari lingkungan sekitarmya, karena proses unhairing yang menggunakan bahan kimia Na2S memiliki Sulfida yang akan menjadi masalah bagi para pekerja, karena akan terus menerus terhisap sebagai gas hidrogen sulfida, kondisi basa keras pun merupakan bahaya kesehatan bagi pekerja (Purushotham et al., 1996 dalam Zambare et al., 2007). Bagi konsumen apabila zat beracun ini masuk ke dalam tubuh makan akan menjadi toksin dan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti karsinoma, kanker, sakit liver, jaringan rusak, penyakit otak hingga ginjal. Semua limbah yang dihasilkan, baik limbah padatan kapur maupun gas beracun hidrogen sulfida akan terus terbawa oleh aliran sungai (Thanikaivelan et al., 2003 dalam Zambare et al., 2007) sehingga lambat laun akan merusak lingkungan.

(11)

4

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bila dibandingkan dengan protease-protease yang dihasilkan dari hewan dan tumbuhan, protease mikroba mempunyai banyak kelebihan. Kelebihan tersebut adalah enzim dari mikroba bisa diproduksi dalam jumlah yang besar. (Standbury keratinase. Enzim protease yang digunakan dalam penelitian ini diproduksi oleh Bacillus subtilis dan Bacillus pumilus. Selain dapat menghasilkan keratinase,

penggunaan mikroorganisme pun lebih menguntungkan karena pertumbuhannya cepat dan media untuk pembiakan bakteri Bacillus mudah didapat dan harganya murah. Selain itu, Keunggulan proses unhairing secara enzimatik diantaranya adalah penghilangan penggunaan kapur dan sulfida yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan (Palanisamy et al., 2004) sehingga aman dikonsumsi

Tahun 2008 Jaswal R.K dkk melakukan penelitian terhadap B. Subtilis yang

dapat menghasilkan enzim protease yang dapat digunakan sebagai agen unhairing pada kulit kerbau yang memiliki struktur kulit sama dengan kulit sapi yang keduanya digunakan sebagai bahan baku kerupuk kulit dengan hasil yang baik.

(12)

5

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang didapat morfologi kulit sapi dengan penambahan ezim kulit sapi tidak jauh dengan morfologi kulit sapi dengan perendaman dengan menggunakan Na2S atau Ca(OH)2 (Air kapur).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nisa (2011) menyimpulkan bahwa penggunaan protease dari Bacillus subtilis Sp. menghasilkan kualitas kolagen kulit lebih baik dibandingkan dengan penggunaan enzim protease dari Bacillus cereus Sp. dalam proses unhairing enzimatik.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Nisa(2011) yang meneliti mengenai pemanfaatan protease dari Bacillus subtilis dan Bacillus cereus sebagai agen unhairing kulit domba pada proses penyamakan. Penelitian lanjutan ini penting dilakukan untuk mencari, mengetahui dan membandingkan kemampuan bakteri Bacillus subtilis yang pernah diteliti pada penelitian sebelumnya dengan Bacillus pumilus yang dapat digunakan sebagai penghasil protease dalam proses unhairing pada kulit sapi sehingga mendapatkan kulit hasil unhairing yang lebih baik dan tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya dan dapat mengurangi produksi limbah.

(13)

6

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah hasil uji aktivitas Bacillus subtilis dan Bacillus pumilus pada penggunaannya sebagai agen unhairing pada kulit sapi.

1. Berapakah pH optimum prtumbuhan Bacillus pumilus?

2. Berapakah uji aktivitas protease dari Bacillus subtilis hasil isolasi? 3. Berapakah uji aktivitas protease dari Bacillus pumilus hasil isolasi?

4. Berapakah wakttu optimum unhairing kulit sapi menggunakan protease dari Bacillus terpilih?

5. Berapakah volume enzim optimum unhairing kulit sapi menggunakan protease dari Bacillus terpilih?

6. Bagaimanakah kandungan protein kulit sapi hasil unhairing secara enzimatik dengan kulit hasil unhairing secara konvensional?

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan mencapai hasil yang diharapkan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1.Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis Sp. dan Bacillus pumilus Sp.

2. Kulit yang digunakan dalam metode ini adalah kulit sapi.

3. Variabel yang dilakukan dalam menentukan kondisi media pertumbuhan Bacillus pumilus hanya meliputi pH.

4. Variabel yang dilakukan dalam menentukan kondisi unhairing yang optimum meliputi volume enzim dan waktu inkubasi.

(14)

7

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pH optimum dari pertumbuhan Bacillus pumilus.

2. Mendapatkan hasil aktivitas protease terbaik dari

perbandingan protease Bacillus subtilis dan Bacillus pumilus

3. Mengetahui pengaruh penambahan enzim protease dari Bacillus pumilus dan subtilis terhadap kualitas kulit pada proses unhairing dibandingkan dengan proses konvensional.

4. Mengetahui kadar protein dalam kulit setelah dilakukan unhairing.

5. Manfaat Penelitian

1. Dapat menghasilkan kualitas kulit yang lebih baik dibandingkan dengan kualitas kulit yang diproses secara konvensional.

2. Dapat menghilangkan penggunaan Na2S pada proses unhairing yang diketahui sebagai limbah berbahaya, sehingga menjadikan produk kerupuk kulit aman dikonsumsi.

(15)

31

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian

Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah proteas Bacillus subtilis diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh dari laboratorium ITB, kulit sapi didapat dari kampung Manoko, Lembang, Bandung.

Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi, Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

3.2. Alat Dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) peralatan untuk prakultur, media produksi enzim protease, uji aktivitas protease, serta uji penyerapan bahan penyamak yaitu sterilizer (autoclaf), waterbath shaker, shaker, mikrosentrifuge, Genesis UV-mini, dan peralatan gelas laboratorium (2) peralatan untuk keperluan pengolahan kulit, yaitu gelas kimia dan shaker (3) alat untuk keperluan analisis kadar protein kulit hasil unhairing, yaitu seperangkat alat kjehdal.

(16)

32

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini meliputi susu skim, pepton, agar, dan laktosa, K2HPO4 0-2%, KH2PO4 0-1%, 0-0,2% MgSO4.7H2O,(NH4)2CO3, NaCl 0-1% ekstrak ragi, susu kedelai, glukosa, Beef Extract, 0-5% kasein, buffer fospat pH 7, TCA (trikloro asetat), NA2CO3, reagen

Folin Ciocalteu dan tirosin standar, Na2S dan (Ca(OH)2), NaOH 10 %, H2SO4

(17)

33

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.3. Bagan Alir

Ditumbuhkan pada medium cair NB selama 24 jam Dikultur pada media komersial

Bacillus subtilis dan Bacillus pumilus

Air kapur sebagai kontrol

Optimasi kondisi unhairing meliputi waktu inkubasi dan volume enzim

Kulit hasil unhairing dengan protease dari Bacillus terbaik

Kulit dengan kualitas yang lebih baik

Kultur Bacillus

subtilis Kultur Bacillus pumilus

(18)

34

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.4. Prosedur Kerja

3.4.1. Pertumbuhan B. Pumilus dan B.subtiliisl

Media pertumbuhan yang digunakan untuk bakteri adalah medium cair NB yang mengandung 1% pepton, 0.5% NaCl, dan 0.3% ekstrak daging dalam 100 mL aquades. Bakteri diinokulasikan kedalam media cair, kemudian diinkubasi pada suhu kamar diatas alat pengocok dengan kecepatan 120 rpm selama 24 jam. (Elidar Naiola dan Nunuk Widyastuti, 2002).

3.4.2. Produksi Proteas dari Bacillus Subtilis

Enzim protease dari Bacillus subtilis diproduksi sebanyak 250 mL meggunakan medium yang mengandung 0,7% K2HPO4, 0,3%, KH2PO4 0,01%,MgSO4 ekstrak ragi, dan 1% susu skim. Kondisi media produksi dilakukan pada pH 10; suhu 300C dan waktu 24 jam dikocok pada 170 rpm (Nisa,2011). Inkubasi dilakukan pada pH 10 dengan suhu 30°C selama 48 jam, setelah 48 jam dilakukan sentrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan enzim ekstraselular yang akan digunakan pada tahap selanjutnya (Priya Pillai, 2008).

3.4.4. Produksi Protease dari Bacillus pumilus

(19)

35

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.4.3. Pengujian Aktivitas Protease secara Kuantitatif dari Bakteri Bacillus

pumilus dan Bacillus subtilis

Substrat larutan kasein dipipet sebanyak 3 ml dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit kemudian ditambahkan 2 ml larutan enzim dan inkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC sambil di kocok. Setelah 10 menit ditambahkan 3 ml larutan TCA untuk setiap tabung dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit sambil dishaker.(Nakanishi,1974 dalam Mukhammad dan Surya,2010) Setelah 30 menit disentrifugasi pada 8000 rpm selama 20 menit. Larutan tak berwarna (cairan jernih) didekantasi kemudian diambil 2 ml ditambahkan 5 ml Na2CO3 dan ditambahkan 0,5 ml larutan folin diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC. Di ukur absorbansi sampel pada panjang gelombang 739 nm.

3.4.4. Optimasi Kondisi Proses Unhairing

Pertama pada proses unhairing sebagai kontrol, 6 g kulit sapi hasil pencucian dengan sabun direndam dengan larutan 1,5% Na2S pada suhu ruangan selama 24 jam dan air kapur dengan konsentrasi 20 Be, yaitu 0,4 kg kapur dalam 5 liter air untuk 1 kg kulit. Pengadukan menggunakan shaker dengan lama waktu

(20)

36

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.5. Analisis Kualitas Kulit

a. Pengujian Fisik

Sampel kulit hasil dari unhairing enzimatik dan konvensional dianalisis berdasarkan penampakan permukaan meliputi warna, tebal, dan rambut yang tersisa.

b. Analisis Kadar Protein (AOAC 1984)

Kadar protein yang terkandung dalam kulit hasil proses unhairing dan pembuangan bulu dengan menggunakan air kapur biasa diuji dengan metode kjehdal. Sampel dihitung sebanyak 0,5-3 g lalu dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan didestruksi dengn menggunakan 20 ml asam sulfat pekat dipanaskan sampai

terjadi larutan berwarna jernih. Larutan hasil destruksi diencerkan dan didestilasi

dengan penambahan 10 ml NaOH 10 %. Destilat ditampung dalam 25 ml larutan

H3BO3 3 %. Larutan H3BO3 dititrasi dengan larutan HCl standar dengan

menggunakan metal merah sebagai indikator. Dari hasil titrasi ini total nitrogen dapat

diketahui. Kadar protein sampel dihitung berdasarkan rumus berikut:

Total Nitrogen (%) = miltitranx NHCl x fk x 14 x 100 Bobot sampe

(21)

37

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

(22)

58

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan:

1. pH optimum dalam produksi enzim protease Bacillus pumilus adalah pH 10

2. Protease Bacillus subtilis memiliki Aktivitas Enzim lebih tinggi daripada Aktivitas Enzim Bacillus pumilus yaitu sebesar 18,175 U/ml lebih besar dari 14,625 U/ml

3. Protease Bacillus subtilis lebih efektif dalam unhairing kulit sapi dibandingkan protease Bacillus pumilus

4. Dalam optimasi kondisi proses unhairing, volume enzim dengan jumlah 4ml/gram kulit sapi memiliki tekstur yang lebih baik dalam kebersihan bulu, warna kulit yang tetap alami dan lembut. Waktu perendaman terbaik pada proses unhairing adalah selama 24 jam

(23)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Daftar Pustaka

Amertaningtyas.dkk.(2010). Kualitas Organoleptik (Kerenyahan Dan Rasa) Kerupuk Rambak Kulit Kelinci Pada Tenik Buang Bulu Yang Berbeda. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Hasil Ternak Vol.5 No 1. ISSN:1978-0303

Anthony D. Covington. (1999). Tanning Chemistry: The Science of Leather. [online]. Tersedia:http//books.google.co.id [16 April 2012]

Arunachalam dan Saritha. (2009). Protease Enzyme: An Eco-Friendly Alternative For Leather Industry. Indian Journal of Science and Technology Vol.2 No. 12. ISSN: 0974- 6846.

Aunstrup, K.O., O. Andressen, E.A. Falch, and T.K. Nielsen. (1979). Production of microbial enzymes. In. Pepples, H.J and D. Perlman (Eds.). Microbial Technology. Vol. 1. Academic Press Inc., New York.

Bassem, et all.(2009). Excellent Laundry Detergent Compatibility and High Dehairing Ability of the Bacillus pumilus CBS Alkaline Proteinase (SAPB).Biotechnology and Bioprocess Enginering.DOV 10.1007/s 12257-008-0244-8

Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L. (2002). Biochemistry. 5th edition. New York; W. H. Freeman and Company.

Daniar MA. 2008. Manajemen usaha pembuatan kerupuk rambak di Citra Rasa Desa Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal [Laporan Praktek Kerja Lapangan]. Semarang: Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro.

Diyan, Agus.(2007). Kualitas Kerupuk Ramba Kulit Kambing Peranaakan Etawah (PE) Dan Peranakan Boer (PB) Ditinjau Dari Kadar Air, Daya Kembang, Rasa Dan Kerenyahan. Skripsi pada Program Studi Teknologi Hasil Ternak.Fakultas Peternaan Universitas Brawijaya,

Fergus, G. dan Priest. (1977). Extracellular Enzyme Synthesis in the Genus Bacillus. Department of Brewing and Biological Sciences, Scotland. Bacteriological Reviews.

(24)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Garrett R.H. dan Grisham C.M. (1999). Biochemistry edisi ke-2. [online]. tersedia: web.virginia.edu/heidi/1thru25.pdf [16 April 2012]

Gerald J. Cox and Harriette King. (1943). Enzymatic Reactions; l-TRYPTOPHANE. Organic Syntheses, Coll. Vol. 2, p.612 Vol. 10.

Glazer, A.N. and H. Nikaido. 1995. Microbial enzyme in : Microbial Technology, Fundamentals of applied microbiology. W.H. Freeman and Company. New York.

Kawira, A.(1993). Produksi Protease Bacillus pumilus yang diisolasi dari Limbah Cair Tahu Dengan Fermentasi Terkintrol. Skirpsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. FATETA-IPB,Bogor.

Kosim,Mukhamad dan Rosa,Surya.(2010).Pengaruh Suhu Pada Protease Dari Bacillus subtilis.Prosiding Skripsi Semester Genap.Jurusan Kimia.FPMIPA ITS Surabaya

Kusdinar,Agus.(1995).Mempelajari Pengaruh Lingkungan Kimiawi Terhadap Aktivitas dan Daya Tahan Panas Protease Dari Bacillus pumilus y1.Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian.IPB-Bogor.

Lowry, OH; Rosebrough, NJ, Farr, AL, Randall, RJ; J. Biol. Kimia . 1951 , 193, 265-275. Protein pengukuran dengan reagen fenol Folin.

Mann B. R. dan M. M. McMillan. (tanpa tahun). The Chemistry Of The Leather Industry. [online]. Tersedia:http//nzic.org.nz/ChemProcesses/animal/5C.pdf. [16 April 2012]

Nakanishi, T., Minamiura, N., and Yamamoto, T. (1974) Agricultural Biological Chemistry 38, 37-44

Niola, Elidar dan Nunuk Wudyastuti. (2002). Isolasi, Seleksi, dan Optimasi Produksi Protease dari Beberapa isolat Bakteri. Berita Biologi, Bidang Mikrobiologi, LIPI vol:6.

Nigam, Arti Dr. dan Dr. Archana Ayyagari. (2007). Lab Manual in Biochemistry, Immunology and Biotechnology. New Delhi; Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

(25)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

P. J. Michael dan E. C. S. Chan; Penerjemah, Ratna Siri H. (2008). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.

Palanisamy T, Jonnlagadda RR, Balachandran UN, Thirumalachari T (2004) Progress and recent trends in biotechnological methods for leather processing. Trend Biotechnol 22:181–188

Pillai, Priya dan G. Archana. (2008). Hide Depilation And Feather Disintegration Studies With Keratinolytic Serine Protease From A Novel Bacillus Subtilis Isolate. Appl Micribiol Biotechnol 78:643-650.

Puvanakrishnan, R., Dhar, S.C., 1988. Enzyme technology in beamhouse practice. Enzymes in Dehairing. NICLAI Publication, Chennai, India, pp. 92–120.

Puvankrishanan. R (2003). Microbial enzyme technology in leather industry. Advanced Biotech, Vol 4: 17-18.

S. Subramani, Rathinam A., Palanisamy T,. Jonnalagadda R., and Balachandran U. (2003). Green Solution For Tannery Pollution: Effect Of Enzyme Based Lime-Free Unhairing And Fibre Opening In Combination With Pickle-Lime-Free Chrome Tanning. The Royal Society of Chemistry. Green Chemistry. 5, 707–714. S. Subramani, Rathinam A., Palanisamy T,. Jonnalagadda R., and Balachandran U.

(2006). Reversing the Conventional Leather Processing Sequence for Cleaner Leather Production. Environ. Sci. Technol. 40, 1069-1075.

S. Sivasubramanian a, B. Murali Manohar, A. Rajaram, R. Puvanakrishnan. (2008). Ecofriendly lime and sulfide free enzymatic dehairing of skins and hides using a bacterial alkaline protease. Chemosphere 70 (2008) 1015–1024.

S. Sivasubramanian B. Murali Manohar , R. Puvanakrishnan. (2008). Mechanism of enzymatic dehairing of skins using a bacterial alkaline protease. Chemosphere 70 1025–1034.

Suhartono, M.T. (1988). Enzim dan Bioteknologi. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor.

Susanti, Elfi. (2002). Isolasi dan Karakterisasi Protease dari Bacillus subtilis 1012M15. Biodiversitas Vol.4.

Stanbury, P. F. dan Whitaker. (1984). Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press, Ltd., Oxford.

(26)

Fiska Noor Adityani, 2012

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Wang, H.Y., Liu, D.M., Liu, Y., Cheng, C.F., Ma Q.Y., Huang, Q., and Zhang, Y.Z. (2006). Screening And Mutagenesis Of A Novel Bacillus Pumilus Strain Producing Alkaline Protease For Dehairing. Journal Compilation The Society for Applied Microbiology.

Ward, O.P. (1983). Proteinase. In Forgoty, W. M. (ed). Microbial Enzyme and Biotechnology. Appl. Sci. Publisher. London.

Willy Frendrup. (2000). Hair-Save Unhairing Methods In Leather Processing. United Nations Industrial Development Organization.

Yupic.(2009).Pembuatan Kerupuk Rambak. [Online].Tersedia:

http://yupicskull.blogspot.com/2009/06/cara-pembuatan-krupuk-rambak.html.[1 Februari 2012]

Gambar

Gambar 4.5 Hasil Uji Unhairing Kulit Sapi dengan penambahan

Referensi

Dokumen terkait

Selain untuk mengatasi permasalahan beban yang tidak sama sepanjang hari, maka kombinasi antara PLTS, PLTB dan PLTD atau disebut Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid

Matlamat pelaksanaan kursus pendek Kolej Komuniti kementerian Pendidikan Malaysia adalah untuk menyediakan peluang latihan kepada semua lapisan masyarakat setempat untuk

Hal ini berarti dari data yang digunakan sebagai sampel penelitian dapat dikatakan bahwa tingkat pengungkapan modal intelektual pada perusahaan yang melakukan penawaran umum

(5) Untuk perpanjangan dan atau pembaharuan Hak Guna Pakai yang diberikan sekaligus pada waktu pemberian pertama Hak Pakai tersebut sesuai Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 40

(4) Persetujuan perubahan hak dari pemegang Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sebagai persetujuan pelepasan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai sebagaimana

Oleh Karena itu, dalam proses belajar mengajar guru harus lebih memper- hatikan komponen-komponen pembelajaran tersebut agar peserta didik dapat den- gan mudah memahami maksud

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan saham dengan metode Z-Score berdasarkan persepsi pasar dan fundamental keuangan perusahaan mampu memberikan imbal

dari Aisyah RA beliau berkata: pernah sekelompok penunggang kuda, melewati kami, dan kami dalam keadaan ihram bersama Rasulullah SAW, maka tatkala mereka lewat dihadapan kami,