• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KEGIATAN PENYUSUNAN SILABUS BERBASIS KOLABORASI: Studi Pengembangan Model Kegiatan Penyusunan Silabus Materi Keterampilan Menulis pada Guru Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KEGIATAN PENYUSUNAN SILABUS BERBASIS KOLABORASI: Studi Pengembangan Model Kegiatan Penyusunan Silabus Materi Keterampilan Menulis pada Guru Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan."

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KEGIATAN PENYUSUNAN SILABUS

BERBASIS KOLABORASI

(Studi Pengembangan Model Kegiatan Penyusunan Silabus

Materi Keterampilan Menulis pada Guru Bahasa Indonesia SMA

di Kabupaten Kuningan)

Disertasi

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat beroleh gelar doktor ilmu

pendidikan dalam bidang ilmu pendidikan bahasa Indonesia

Promovendus

JAJA

NIM 0808335

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

ii

2013

MODEL KEGIATAN PENYUSUNAN SILABUS

BERBASIS KOLABORASI

(Studi Pengembangan Model Kegiatan Penyusunan Silabus Materi Keterampilan Menulis pada Guru Bahasa Indonesia SMA

di Kabupaten Kuningan)

oleh

Jaja

Drs. IKIP Bandung, 1991

M. Hum. Universitas Padjadjaran Bandung, 1998

sebuah disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

© Jaja 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

(3)

iii

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua,

Prof. Dr. H. Yus Rusyana

NIP130203746

Ko-promotor Merangkap Sekretaris,

Prof. Dr. H. Kosadi Hidayat, M. Pd.

NIP130350089

(4)

iv

Prof. Dr. H. Iskandarwassid, M. Pd.

NIP 130176762

Diketahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Sumiyadi, M. Hum.

(5)
(6)

v

ABSTRAK

Jaja. 2013. Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi (Studi

Pengembangan Model Kegiatan Penyusunan Silabus Materi Keterampilan Menulis pada Guru Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan)

Kata Kunci: pengembangan, model, kolaborasi, silabus, keterampilan menulis.

Salah satu tugas profesional guru adalah merencanakan pembelajaran. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi merencanakan pembelajaran karena perencanaan pembelajaran merupakan sebuah proses intelektual dalam menentukan arah dan putusan dalam bentuk serangkaian tindakan atau kegiatan belajar di kelas. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran merupakan salah faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Silabus pembelajaran merupakan salah satu bentuk perencanaan itu. Penyusunan silabus pembelajaran keterampilan menulis seyogyanya dilakukan dengan kesungguhan. Penyusunan silabus tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan berbasis kolaborasi. Kegiatan tersebut dipandang dapat memberikan rangsangan untuk menumbuhkan sikap kerja sama dan kreativitas berpikir.

Berdasarkan latar belakang itu, tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi.

Penelitian ini menggunakan studi penelitian pengembangan dengan langkah-langkah pengembangan yang dimodifikasi dengan tiga tahapan pokok, yakni (1) studi pendahuluan, (2) studi pengembangan model, dan (3) uji model.

Studi pengembangan ini menghasilkan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi (MKPSBK) dengan prinsip dasar: (1) landasan filosofis konstruktivisme sosial; (2) pendekatan belajar aktif-kreatif, kooperatif, dan kolaboratif; (3) sintaks kegiatan meliputi tahap orientasi, pembentukan kelompok, perumusan tugas dan prosedur proyek, elaborasi, serta sintesis dan evaluasi, (4) sistem sosial partisipatif, kooperatif, dan kolaboratif; (5) prinsip reaksi yang menekankan nilai interaksi; (6) sistem pendukung; dan (7) dampak instruksional dan penyerta. Rancangan modelnya mencakupi (1) rancangan perencanaan kegiatan, (2) rancangan pelaksanaan kegiatan, dan (3) rancangan evaluasi.

(7)

vi

kegiatan penyusunan silabus pembelajaran lainnya, baik dalam bentuk kegiatan MGMP kabupaten maupun MGMP sekolah.

ABSTRACT

Jaja. 2013. Model of Syllabus Drafting Activity Base on Collaboration (Study of Model Development in the Syllabus Drafting for Writing Skill Material to the Indonesian Language Teachers in Kuningan Regency)

Keyword: development, model, collaboration, syllabus, writing skill

One of jobs for professional teachers is planning the lesson. A professional teacher is a teacher who has competence in planning the lesson; it is because planning the lesson is an intellectual process in directing and deciding a series of actions or activities in the classroom. Therefore, planning the lesson is one of the factors determining the success of teaching and learning process. The syllabus is a form of the plan. Formulation of the syllabus should be done seriously and it can be done through activities-based on collaboration. These activities can be considered as a stimulus to foster an attitude of cooperation and creativity of thought.

Based on this background, the purpose of this study was to produce a model of syllabus drafting activity base on collaboration.

This study employed the research development which were modified with three main stages, namely (1) a preliminary study, (2) Model development study, and (3) test the model.

This development study resulted a model of activity-based collaboration in the formulation of the syllabus (MKPSBK) with basic principles: (1) the philosophical foundations of social constructivism, (2) an active-learning approach to creative, cooperative, and collaborative; (3) syntax includes the step of orientation activities, the establishment of groups, formulation of project tasks and procedures, elaboration, synthesis and evaluation, (4) the social system of participatory, cooperative, and collaborative; (5) reaction principle that emphasizes the value of interactions, (6) support systems, and (7) the impact of instructional and accompanying. The design of the model includes (1) the planning activity design, (2) the activities design, and (3) evaluation designs.

(8)

vii

(9)

vii

DAFTAR ISI

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Bagan ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 9

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 12

1.5 Manfaat dan Urgensi Penelitian ... 14

1.6 Asumsi Penelitian ... 14

1.7 Paradigma Penelitian ... 15

1.8 Definisi Istilah ... 15

BAB II PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DALAM PERSPEKTIF KEGIATAN BERBASIS KOLABORASI ... 17

2.1 Pembelajaran Keterampilan Menulis ... 17

2.1.1 Orientasi Pembelajaran Bahasa ... 17

2.1.2 Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 22

(10)

viii

2.1.3.1 Genre Tulisan ... 26

2.1.3.2 Pendekatan Menulis ... 29

2.1.3.3 Aspek Kebahasaan dalam Tulisan ... 31

2.1.4 Pembelajaran Keterampilan Menulis dalam KTSP ... 32

2.1.4.1 Tujuan dan Kompetensi Pembelajaran Menulis ... 32

2.1.4.2 Materi Keterampilan Menulis ... 34

2.1.5 Silabus Pembelajaran ... 38

2.1.5.1 Silabus Sebagai Perencanaan Pembelajaran ... 38

2.1.5.2 Pengertian dan Komponen Silabus ... 42

2.1.5.3 Model Pengembangan Silabus ... 47

2.1.5.4 Prinsip Pengembangan Silabus ... 50

2.1.5.5 Jenis Silabus Pembelajaran Bahasa ... 53

2.2 Kegiatan Berbasis Kolaborasi ... 55

2.2.1 Pengertian dan Hakikat Kolaborasi ... 55

2.2.2 Prosedur Kegiatan ... 59

2.2.3 Kolaborasi Sebagai Model Kegiatan Penyusunan Silabus ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 64

3.1 Metode Penelitian ... 64

3.2 Prosedur Penelitian ... 64

3.3. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 70

3.4 Teknik Penelitian ... 71

(11)

ix

3.4.2 Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV SILABUS MATERI KETERAMPILAN MENULIS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA ... 74

4.1 Deskripsi dan Analisis Data ... 74

4.1.1 Kemampuan Menulis Siswa ... 74

4.1.2 Silabus Materi Keterampilan Menulis ... 90

4.1.2.1 Pemahaman Silabus dari Sudut Pandang Guru, Kepala Sekolah, dan Siswa ... 90

4.1.2.2 Silabus Materi Keterampilan Menulis Saat Ini ... 93

4.2 Hasil Analisis Data ... 124

4.2.1 Kemampuan Menulis Siswa ... 124

4.2.2 Silabus Materi Keterampilan Menulis Saat Ini ... 129

4.2.2.1 Pemahaman Silabus dari Sudut Pandang Guru, Kepala Sekolah, dan Siswa ... 129

4.2.2.2 Komponen Silabus ... 130

4.2.2.3 Langkah-langkah Penyusunan Silabus ... 133

4.2.2.4 Silabus Materi Keterampilan Menulis Kelas X, XI, dan XII ... 135

4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data ... 140

4.3.1 Kemampuan Menulis Siswa ... 140

4.3.2 Silabus Materi Keterampilan Menulis Saat Ini ... 143

4.3.2.1 Persepsi, Komponen, dan Langkah-langkah Penyusunan Silabus .. 143

(12)

x

4.3.3 Potensi yang Dapat Dimanfaatkan untuk Model Adopsi Kegiatan

Penyusunan Silabus ... 160

BAB V MODEL KEGIATAN PENYUSUNAN SILABUS BERBASIS KOLABORASI ... 165

5.1 Kondisi Pembelajaran Keterampilan Menulis Saat Ini ... 165

5.2 Rancangan Pengembangan Model Hipotetik Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi ... 167

5.2.1 Rancangan Model ... 167

5.2.2 Perangkat Model MKPSBK ... 178

5.3 Implementasi Model MKPSBK ... 193

5.3.1 Deskripsi dan Analisis Data ... 196

5.3.1.1 Proses Pelaksanaan Implementasi Model MKPSBK ... 196

5.3.1.2 Sikap dan Perilaku Kolaboratif ... 208

5.3.1.3 Produk Silabus Implementasi Model MKPSBK ... 211

5.3.1.4 Daya Terap Silabus ... 224

5.3.2 Hasil Analisis ... 250

5.3.2.1 Proses Pelaksanaan Implementasi Model MKPSBK ... 251

5.3.2.2 Sikap dan Perilaku Kolaboratif ... 254

5.3.2.3 Produk Silabus Implementasi Model ... 254

5.3.2.4 Daya Terap Silabus ... 259

5.3.3 Pembahasan ... 261

(13)

xi

5.3.3.2 Sikap dan Perilaku Kolaboratif ... 264

5.3.3.3 Produk Silabus Implementasi Model MKPSBK ... 268

5.3.3.4 Daya Terap Silabus ... 272

5.4 Model Final Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi MKPSBK ... 276

5.4.1 Ikhtisar Model ... 277

5.4.2 Rancangan Model Hasil Revisi ... 285

5.5 Temuan Hasil Penelitian ... 288

5.5.1 Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi ... 288

5.2.2 Silabus Materi Keterampilan Menulis ... 292

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 299

6.1 Simpulan ... 299

6.2 Rekomendasi ... 305

Daftar Pustaka ... 308

Riwayat Hidup ... 316

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aspek Kemampuan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Menulis SMA IPA-IPS Tahun 2006

35

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penerapan Model MKPSBK 69

(15)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Paradigma Penelitian Pengembangan Model Kegiatan

Pengembangan Silabus Berbasis Kolaborasi 15 Bagan 2.1 Model Perencanaan Pembelajaran Kemp 48

Bagan 3.1 Alur Prosedur Penelitian 65

Bagan 3.2 Paradigma Penelitian Tahap Studi Pendahuluan 67 Bagan 3.3 Paradigma Penelitian Tahap Pengembangan Model MKPSBK 68 Bagan 3.4 Paradigma Penelitian Tahap Uji Model 70 Bagan 3.5 Paradigma Penelitian Pengembangan Model Kegiatan

Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi 73

Bagan 5.1 Prosedur Penyusunan Silabus 171

Bagan 5.2 Alur Pengembangan Model Kegiatan Penyusunan Silabus

MKPSBK 173

Bagan 5.3 Rancangan Perencanaan Kegiatan Pengembangan Model

(16)

xiv

Bagan 5.4 Rancangan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Model

MKPSBK 177

Bagan 5.5 Rancangan Evaluasi Pengembangan Model MKPSBK 178

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Kegiatan Tahap Pembentukan Kelompok 199

Gambar 5.2-3 Kegiatan Tahap Elaborasi 203

Gambar 5.4 Pelaporan Hasil Kegiatan Tahap Elaborasi 205 Gambar 5.5 Presentasi Produk Silabus Tiap KSSP pada Tahap Sintesis

dan Evaluasi

207

Gambar 5.6 Seorang Guru Model KSSP Mempresentasikan Hasil Implementasi Produk Silabus

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian ... 321

2. Kisi-kisi Instrumen ... 326

3. Angket Kepala Sekolah ... 329

4. Angket Guru ... 337

5. Angket Siswa ... 346

6. Panduan Wawancara Kepala Sekolah ... 351

7. Panduan Wawancara Guru ... 353

8. Instrumen Observasi Tahapan Proses Model ... 355

9. Instrumen Penilaian Proses ... 356

10. Instrumen Penilaian Hasil ... 359

11. Korpus Produk Silabus Materi Keterampilan Menulis Saat Ini ... 364

(18)

xvi

13. Hasil Angket Kepala Sekolah ... 395

14. Hasil Angket Guru ... 401

15. Hasil Angket Siswa ... 408

16. Korpus Data Wawancara Kepala Sekolah ... 414

17. Korpus Data Wawancara Guru ... 419

18. Korpus Data Observasi Tahapan Proses Model ... 422

19. Hasil Penilaian Proses ... 424

20. Korpus Data Produk Silabus MKPSBK ... 428

21. Produk Silabus (Revisi) ... 441

22. Model Konseptual MKPSBK ... 472

23. Buku Panduan Kegiatan ... 485

24. Perangkat Model ... 511

(19)

1

Jaja, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah secara sungguh-sungguh menyusun dan mengesahkan berbagai perundang-undangan. Salah satunya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang ini merupakan pengejawantahan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Pasal 2 ayat (1) disebutkan

bahwa “guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Profesionalitas itu diukur dengan kualifikasi akademik dan kompetensinya. Kualifikasi akademik berkenaan dengan tingkat atau jenjang pendidikan formal minimal yang harus mereka tempuh, sedangkan kompetensi berhubungan dengan segenap kemampuan yang harus dimiliki guru, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Hal ini tertuang dalam Pasal 9 dan Pasal 10 ayat (1).

(20)

Jaja, 2013

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Pengejawantahan aturan tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Mengengah. Di dalam peraturan tersebut, di samping perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem-belajaran, standar proses itu juga mencakupi kegiatan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Pada hakikatnya, merencanakan kegiatan pembelajaran merupakan sebuah kegiatan intelektual seseorang dalam menentukan arah dan putusan yang akan diwujudkan dalam bentuk serangkaian tindakan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan memerhatikan segenap peluang, tantangan, dan hambatan yang mungkin dihadapi. Dalam menyusun desain pembelajaran, seorang guru, termasuk guru bahasa Indonesia, dapat memproyeksikan berbagai tindakan guru dan siswa yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran itu. Ia mengoordinasikan berbagai komponen kegiatan pembelajaran, seperti kurikulum, siswa, dan guru.

(21)

Jaja, 2013

Sebagaimana dikemukakan Gagne, Briggs, dan Wager (1992:21), istilah desain sistem instruksional dibedakan dengan pengembangan instruksional. Desain sistem instruksional merupakan proses sistematis merencanakan sistem instruksional, sedangkan pengembangan sistem instruksional adalah proses mengimplementasikan rencana itu. Keduanya merupakan komponen teknologi instruksional (instructional technology). Menurut mereka, desain sistem instruksional dapat muncul pada tingkatan yang berbeda. Adapun komponen terkecil dari desain sistem instruksional adalah desain instruksional atau desain pembelajaran karena memfokuskan pada bagian instruksional itu sendiri, bukan pada keseluruhan sistem instruksional.

Dick, Carey, and Carey (2005:3) menegaskan bahwa istilah desain pembelajaran (instructional design) digunakan sebagai payung istilah yang mencakup semua tahap proses ISD (Intructional Systems Development). Istilah desain tercakup dalam nama umum proses dan nama subproses utama. Oleh karena itu, istilah desain pembelajaran mengacu pada semua proses ISD yang meliputi kegiatan mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pembelajaran.

(22)

Jaja, 2013

penilaian hasil belajar” (BSNP, 2007:7). Dengan demikian, penyusunan silabus

merupakan salah satu kegiatan merencanakan dan merancang pembelajaran. Silabus pembelajaran dalam penelitian ini merupakan bagian dari kurikulum. Pandangan ini berlaku dalam sistem pendidikan di negara kita. Sebagai bagian dari kurikulum, silabus pembelajaran pada hakikatnya berisikan komponen isi dan urutan materi (Krahnke, 1987:2; Print, 1993:7; Richard, 2001:2). Konten adalah ruhnya kurikulum. Oleh karena itu, penyusunan desain silabus memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan.

Pembelajaran keterampilan menulis merupakan salah satu aspek pembelajaran keterampilan berbahasa yang tercakup dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagaimana ditegaskan di dalam Kurikulum Sekolah Menengah Atas Tahun 2005 (Depdiknas, 2003: 4), kompetensi keterampilan menulis diarahkan

pada kemampuan “menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan

dalam berbagai konteks”. Hal ini sejalan dengan rumusan tujuan mata pelajaran

Bahasa Indonesia SMA yang tertera dalam Standar Isi mata pelajaran. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia SMA dimaksud adalah berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

(23)

Jaja, 2013

pada hakikat keterampilan menulis. Menulis dipandang sebagai sebuah keahlian dan keterampilan atau skill. Menulis tidak sekadar wujud kemampuan berimajinasi sebagaimana yang sering dipahami orang. Bakat dan imajinasi saja tidak cukup. Bakat keahlian dan imajinasi yang dimiliki seseorang merupakan modal dasar yang baik untuk dapat menulis. Modal tersebut akan menjadi lebih baik lagi apabila ditunjang oleh pengetahuan dan latihan yang memadai. Kemampuan tersebut tidak secara instan dapat dikuasai seseorang, termasuk siswa, tetapi harus dilakukan melalui kegiatan berlatih secara terus-menerus atau berkelanjutan. Kurniawan dan Sutardi (2012:12) bahkan menyatakan “Selain menulis sebagai manifestasi kemampuan imajinasi dan kepekaan rasa, ternyata harus diakui, menulis adalah persoalan skill atau keterampilan, yang bisa dikuasai

dengan baik apabila intens dilatih”.

Kemampuan berkomunikasi secara tulis merupakan kemampuan berbahasa yang menuntut keahlian dan keterampilan atau skill. Rusyana (1984:191) mengungkapkan lima aspek kemampuan menulis berikut ini.

Kemampuan menulis itu mencakup berbagai kemampuan, seperti kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan serta tanda baca.

Sebagai sebuah keahlian, kegiatan menulis harus memenuhi beberapa syarat. Persyatan tersebut tidak berlaku bagi kegiatan berbahasa produktif lainnya, yakni berbicara. Hal ini diungkapkan Hedge (Ghazali, 2010:293) berikut ini.

(24)

Jaja, 2013

pengembangan ide dan informasi, tingkat akurasi yang tinggi agar tidak ada keraguan makna, penggunaan sarana-sarana tatabahasa yang kompleks agar bisa membuat pembaca terfokus pada penekanan-penekanan yang diberikan penulis, dan pemilihan kosakata, pola tatabahasa, dan struktur kalimat secara seksama agar bisa menciptakan gaya yang sesuai bagi tema dan bagi pembacanya nanti.

Di lain sisi, penyusunan silabus pembelajaran bukanlah semata-mata tugas administratif bagi guru, termasuk guru bahasa Indonesia. Di samping sebagai pedoman atau arah, penyusunan desain pembelajaran banyak memberikan manfaat bagi guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru menjadi semakin percaya diri di hadapan para peserta didik. Bahkan, para peserta didik akan memberikan “penghormatan” kepada guru yang secara sungguh-sungguh memersiapkan diri sebelum mengajar. Kondisi ini akan menjadi stimulan bagi penciptaan iklim belajar yang bermakna dan menyenangkan. Guru dan peserta didik akan semakin bergairah. Guru akan memberikan bahan-bahan ajar yang aktual kepada peserta didik; memilih strategi yang tepat dan inovatif-kreatif; dan menilai kecakapan siswa secara tepat karena ia senantiasa merancang pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi belajar pada saat itu.

Sejalan dengan hal itu, pemerintah telah menetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satunya adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Mengengah dijelaskan bahwa

(25)

Jaja, 2013

pembelajaran setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kutipan di atas mengindikasikan bahwa penyusunan silabus pembelajaran dapat dilakukan guru sesuai dengan keragaman dan karakteristik peserta didik sehingga memungkinkan munculnya keragaman silabus pembelajaran. Walaupun demikian, rancangan silabus pembelajaran itu tetap mengacu pada standar proses yang berlaku.

Penyusunan silabus pembelajaran keterampilan menulis dapat dilakukan bersama guru sejawat atau bahkan kepala sekolah dan siswa. Selama ini penyusunan silabus pembelajaran hanya dilakukan oleh guru secara perorangan. Jarang sekali penyusunan silabus pembelajaran tersebut melibatkan pihak-pihak lain, terutama kepala sekolah dan pengawas, apalagi siswa sebagai subjek didik. Kalaupun ada kegiatan penyusunan silabus pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif, biasanya hal itu dilakukan bersama guru sejawat dalam kegiatan MGMP atau KKG.

(26)

Jaja, 2013

bagi para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu materinya adalah penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dilakukan secara bersama dan terjadwal. Kegiatan kolaboratif dalam konteks MGMP ternyata tidak selamanya berjalan mulus. Kegiatan kolaboratif membutuhkan peluang waktu dan kesediaan bersama. Kebijakan satuan pendidikan juga kadang-kadang kurang mendukung program MGMP, baik dari sisi kemudahan maupun pembiayaan. Kondisi ini sering menyulitkan guru untuk berkolaborasi.

Di samping kolaborasi antarguru, kegiatan kolaborasi dapat dilakukan antara guru dengan kepala sekolah atau pengawas satuan pendidikan dilakukan tidak sekadar untuk meminta koreksi dan masukan kepala sekolah atau pengawas satuan pendidikan terhadap rancangan silabus pembelajaran yang telah dibuat guru. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara lebih intensif dan komprehensif, terutama untuk menentukan materi, media, dan sumber pembelajaran sesuai dengan SK, KD, dan indikator belajar yang dirumuskan. Kegiatan kolaboratif dengan kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan dapat dilakukan sebelum atau setelah pelaksanaan desain pembelajaran di kelas. Apabila dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran, koreksi dan masukan itu dapat dijadikan landasan perbaikan desain pembelajaran yang bersangkutan. Akan tetapi, jika dilakukan setelah pelaksanaan, koreksi dan masukan itu digunakan sebagai landasan penyusunan desain pembelajaran yang akan datang.

(27)

Jaja, 2013

tersebut. Kerja sama seperti ini tidak saja diharapkan dapat menghasilkan rancangan silabus pembelajaran yang komprehensif, tetapi juga dapat meningkatkan iklim kerja sama di antara berbagai pihak serta menumbuhkan rasa saling memiliki dan bertanggung jawab atas rencana yang mereka susun.

Penelitian tentang perencanaan pembelajaran belum banyak dilakukan.

Majid (2008:16) mengemukakan bahwa “Sampai saat ini riset tentang

perencanaan pengajaran masih jarang”. Kondisi tersebut memberikan ruang

kepada peneliti untuk mengkaji perencanaan silabus pembelajaran dengan menyodorkan konsep pengembangan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis pada guru bahasa Indonesia sekolah menengah atas.

1.2Identifikasi Masalah Penelitian

Dalam kaitannya dengan kegiatan penyusunan silabus pembelajaran, terdapat beberapa persoalan yang mengemuka dan berkembang di kalangan guru. a. Sebagian guru berpersepsi bahwa penyusunan rancangan pembelajaran itu,

(28)

Jaja, 2013

b. Beban mengajar guru sudah terlalu banyak bahkan seringkali di luar batas beban maksimal. Hal ini tidak hanya terjadi pada jenjang pendidikan SD yang masih menerapkan guru kelas, tetapi juga pada jenjang pendidikan SLTP/SLTA yang sudah menerapkan guru bidang studi. Banyaknya beban dan tugas mengajar seperti itu menjadikan mereka tidak memiliki waktu cukup untuk menyusun silabus pembelajaran atau persiapan mengajar yang baik dan optimal.

c. Kondisi di atas diperparah lagi oleh persepsi sebagian guru bahwa guru yang tidak membuat persiapan mengajar pun berhasil mengajar dengan baik. Tentu saja, fenomena seperti ini harus diubah dengan persepsi bahwa tanpa persiapan mengajar saja sudah berhasil, apalagi kalau dipersiapkan dengan baik dan matang, tentu hasilnya akan semakin baik.

d. Karena rutinitas pembagian tugas mengajar, di kalangan guru sering muncul kebiasaan dan keinginan untuk mengajar secara rutin dalam hal yang sama. Akibatnya, dari tahun ke tahun mereka tidak berusaha memerbaiki atau meningkatkan kinerjanya dengan menyesuaikan diri pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(29)

Jaja, 2013

f. Penyusunan silabus tidak jarang dilakukan dengan mereproduksi silabus yang tersedia, baik dilakukan guru secara individual maupun kelompok mata pelajaran. Meskipun dilakukan secara bersama dalam suatu kelompok, kegiatan tersebut tidak dirancang berdasarkan pola atau tahap kegiatan dengan menggunakan pendekatan tertentu, tetapi berlangsung apa adanya.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, persepsi dan pemahaman guru tentang silabus pembelajaran sebagai salah satu bentuk perencanaan pembelajaran harus dipahamkan kembali. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengadakan kegiatan penyusunan silabus melalui kegiatan berbasis kolaborasi. Oleh karena itu, penulis membatasi masalah penelitian ini pada pengembangan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis pada guru bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan. Penelitian ini dilaksanakan tahun 2012/2013.

1.3Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini terdapat pertanyaan pokok, yaitu bagaimanakah model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis pada guru bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan?

Rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut.

(30)

Jaja, 2013

1. Bagaimanakah kemampuan menulis siswa sekolah menengah atas di Kabupaten Kuningan saat ini?

2. Bagaimanakah persepsi guru, kepala sekolah, dan siswa selama ini tentang silabus pembelajaran?

3. Bagaimanakah profil silabus materi keterampilan menulis yang disusun guru bahasa Indonesia saat ini?

b. Bagaimanakah kondisi pembelajaran keterampilan menulis di SMA saat ini? c. Bagaimanakah rancangan model kegiatan penyusunan silabus berbasis

kolaborasi untuk materi keterampilan menulis?

d. Bagaimanakah implementasi pengembangan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis?

1. Bagaimanakah proses pelaksanaan implementasi model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi?

2. Bagaimanakah sikap dan perilaku kolaboratif sebagai wujud interaksi antaranggota dalam model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi?

e. Bagaimanakah produk silabus materi keterampilan menulis yang dihasilkan guru dari implementasi model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi?

1. Bagaimanakah kualitas silabus yang dihasilkan dari implementasi model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi?

(31)

Jaja, 2013

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk berupa model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis pada guru bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan.

Secara rinci, penelitian ini bertujuan untuk:

a. mendeskripsikan penggunaan dan profil silabus materi keterampilan menulis saat ini;

1. mendeskripsikan kemampuan menulis siswa sekolah menengah atas di Kabupaten Kuningan saat ini;

2. mendeskripsikan persepsi guru, kepala sekolah, dan siswa selama ini tentang silabus pembelajaran;

3. mendeskripsikan profil silabus materi keterampilan menulis yang disusun guru bahasa Indonesia saat ini;

b. mendeskripsikan kondisi pembelajaran keterampilan menulis di SMA saat ini; c. menghasilkan rancangan model kegiatan penyusunan silabus berbasis

kolaborasi untuk materi keterampilan menulis;

d. mendeskripsikan implementasi pengembangan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis;

1. mendeskripsikan proses pelaksanaan implementasi model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi; dan

(32)

Jaja, 2013

e. mendeskripsikan produk silabus materi keterampilan menulis yang dihasilkan guru dari implementasi model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi;

1. mendeskripsikan kualitas silabus yang dihasilkan dari implementasi model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi; dan

2. mendeskripsikan daya terap produk silabus yang dihasilkan dari implementasi model terhadap rancangan RPP?

1.5Manfaat dan Urgensi Penelitian

Hasil penelitian ini berupa model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi. Produk model tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru dalam merancang atau mendesain silabus pembelajaran melalui “belajar dari keberagaman”. Melalui pendekatan kegiatan berbasis kolaboratif, para guru saling berbagi pengetahuan, keterampilan, dan wawasan sehingga dapat meminimalisasi keterbatasan kompetensi dirinya. Melalui implementasi model kegiatan tersebut, diharapkan dapat dihasilkan produk silabus pembelajaran sebagai tolok ukur kinerja profesionalitas guru bahasa Indonesia SMA, khususnya kemampuan dan keahlian guru bahasa Indonesia SMA dalam merancang silabus materi keterampilan menulis jenjang SMA.

1.6Asumsi Penelitian

Penelitian ini berlandaskan pada beberapa asumsi berikut.

(33)

Jaja, 2013

b. Penyusunan rencana silabus pembelajaran yang baik dapat melahirkan proses dan hasil pembelajaran yang baik pula karena perencanaan merupakan proses intelektual dalam menentukan arah dan keputusan.

c. Nilai-nilai interaksi teman sejawat dalam kerja kelompok kegiatan berbasis kolaborasi merupakan potensi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggota kelompok dalam menyusun silabus.

1.7Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini dapat digambarkan berikut ini.

Bagan 1.1

Paradigma Penelitian Pengembangan Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi

(34)

Jaja, 2013

Agar memiliki persepsi dan pemahaman yang sama, ada beberapa istilah dalam penelitian ini yang perlu didefinisikan secara operasional.

a. Silabus pembelajaran

Silabus pembelajaran merupakan rencana pembelajaran mata pelajaran tertentu sebagai implementasi kurikulum yang terdiri atas komponen identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, pengalaman belajar, materi pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, serta sumber dan bahan belajar.

b. Keterampilan menulis

Keterampilan menulis merupakan suatu keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya ke dalam tulisan dengan mengikuti kaidah atau aturan penulisan.

c. Pengembangan

Pengembangan diartikan sebagai cara, proses, atau kegiatan mengembangkan sesuatu. Dalam konteks ini, kegiatan mengembangkan sesuatu itu ialah mengembangkan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi.

d. Model kegiatan

Model kegiatan dimaksudkan sebagai pola atau format yang digunakan guru dalam menyusun dan mengembangkan sesuatu.

e. Berbasis kolaborasi

(35)

Jaja, 2013

(36)

64

Jaja, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D) merupakan sebuah proses atau langkah mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang ada yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011:164). Dalam konteks tersebut, penelitian disertasi ini berupaya menghasilkan produk model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi.

3.2 Prosedur Penelitian

(37)

Jaja, 2013

alur prosedur penelitian pengembangan yang dimodifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

Bagan 3.1 Alur Prosedur Penelitian

Secara rinci, alur prosedur penelitian di atas dijelaskan sebagai berikut. a. Tahap Studi Pendahuluan

(38)

Jaja, 2013

dokumen dimaksudkan untuk menggali data dan informasi yang diperlukan. Melalui instrumen angket diperoleh data dan informasi tentang persepsi guru, kepala sekolah, dan siswa mengenai silabus, strategi kegiatan penyusunan silabus, dan kondisi pembelajaran keterampilan menulis selama ini. Penyebaran angket dilakukan pada tiga sekolah, dengan rincian: 3 orang kepala sekolah, 12 orang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia (kembali 11 angket), dan 135 orang siswa untuk semua kelas dari ketiga sekolah itu (kembali 134 angket). Data dan informasi tersebut divalidasi dengan menggunakan instrumen wawancara yang dilakukan pada guru dan kepala sekolah. Adapun penggunaan instrumen dokumen ditujukan untuk mengetahui produk silabus yang disusun dan digunakan guru selama ini serta capaian kemampuan siswa dari produk silabus yang digunakan tersebut. Baik dokumen silabus maupun tulisan siswa sebagai hasil capaian pembelajaran menulis diperoleh dari ketiga sekolah tersebut. Dokumen silabus yang dikaji adalah semua dokumen silabus ketiga sekolah tersebut yang masing-masing terdiri atas silabus kelas X, XI, dan XII. Pengkajian dokumen tulisan siswa dilakukan secara sampling, yakni memilih tiga corak tulisan siswa sebagai sampel dari semua tulisan siswa ketiga sekolah tersebut, baik siswa kelas X, XI, maupun XII. Corak tulisan yang dipilih ialah surat dinas dan paragraf deskripsi untuk kemampuan berbahasa, dan tulisan cerpen untuk kemampuan bersastra.

(39)

Jaja, 2013

Bagan 3.2

Paradigma Penelitian Tahap Studi Pendahuluan b. Tahap Pengembangan Model

(40)

Jaja, 2013

meliputi rancangan perencanaan kegiatan, rancangan pelaksanaan kegiatan, dan rancangan evaluasi. Skema tahap kegiatan pengembangan model ini disajikan dalam bagan berikut.

Bagan 3.3

Paradigma Penelitian Tahap Pengembangan Model MKPSBK c. Tahap Pengujian Model

(41)

Jaja, 2013

pertemuan dengan rincian sebagai berikut. Pertemuan minggu pertama diprogramkan untuk kegiatan sosialisasi guna menyamakan persepsi di antara peneliti dan subjek penelitian tentang model yang dikembangkan. Pertemuan minggu kedua sampai dengan minggu keenam diprogramkan untuk kegiatan implementasi model MKPSBK. Dengan demikian, kegiatan implementasi sebenarnya berlangsung selama lima kali pertemuan. Semua pertemuan itu dilangsungkan setiap hari Selasa di antara bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Adapun kegiatan uji terap dilakukan setelah dihasilkan silabus hasil revisi dan dilakukan pada guru bahasa Indonesia di luar subjek sampel penelitian. Berikut adalah jadwal kegiatan implementasi model penyusunan silabus Model MKPSBK.

No. Pertemuan Ke-

Hari, Tanggal Pukul Kegiatan

1. 1 Selasa,

30 Oktober 2012

9.00 - 12.00 Sosialisasi

2. 2 Selasa,

9.00 - 13.00 Implementasi: Tahap Sintesis dan Evaluasi * Diundurkan ke tanggal 18 Desember 2012

Tabel 3.1

(42)

Jaja, 2013

Kegiatan utama tahap pengembangan model berikutnya adalah evaluasi. Prosedur evaluasi yang dipilih ialah evaluasi proses dalam bentuk produk dan pengamatan selama kegiatan implementasi model Model MKPSBK berlangsung. Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan model yang dikembangkan dalam bentuk capaian produk silabus yang dihasilkan sebagai dampak instruksional model dan capaian sikap serta perilaku kolaboratif sebagai dampak penyertanya. Selanjutnya, data dan capaian hasil pengembangan model hipotetik dijadikan bahan perbaikan atau revisi untuk menyempurnakan model sehingga dilahirkan model final kegiatan berbasis kolaborasi dalam penyusunan silabus (Model MKPSBK). Kerangka pikir kegiatan tahap uji model disajikan dalam skema paradigma penelitian berikut.

Bagan 3.4

Paradigma Penelitian Tahap Uji Model

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian

(43)

Jaja, 2013

purposif dengan memertimbangkan lokasi dan karakteristik sekolah. Dengan menggunakan teknik sampel tersebut diperoleh tiga sampel sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Ciawigebang untuk wilayah timur dan utara, SMA Negeri 3 Kuningan untuk wilayah pusat atau tengah, dan SMA Negeri 1 Kadugede untuk wilayah selatan dan barat. Subjek penelitian dari ketiga sampel sekolah tersebut adalah guru bahasa Indonesia SMA yang berjumlah sebelas orang karena seorang sedang menunaikan ibadah haji dan seorang lagi mengundurkan diri sejak penjajagan kegiatan penelitian.

Lokasi tempat kegiatan penelitian difokuskan di satu tempat. Karena pertimbangan letak dan jarak antara ketiga sekolah tersebut, ruang Multimedia Center SMA Negeri 3 Kuningan dijadikan sebagai lokasi pelaksanaan implementasi model yang dikembangkan, sedangkan pelaksanaan uji implementasi produk silabus dalam seting proses pembelajaran di kelas sebagai bagian dari tahapan kegiatan model dilakukan di semua sampel sekolah penelitian disertasi ini.

3.4 Teknik Penelitian

(44)

Jaja, 2013

3.4.1 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk beroleh data penelitian, dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif berikut.

a. Pengamatan (observasi)

Pengamatan digunakan untuk mengetahui efektivitas model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi (Model MKPSBK) dan dampak penyerta dalam bentuk sikap dan perilaku kolaboratif.

b. Wawancara

Wawancara digunakan untuk beroleh data tambahan guna melengkapi maupun bahan validasi data hasil pengamatan dan angket.

c. Angket

Angket digunakan pada studi penjajagan untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan (1) persepsi guru, kepala sekolah, dan siswa tentang silabus, dan (2) kondisi pembelajaran menulis selama ini.

d. Tes produk atau kinerja

Penilaian dilakukan dengan menggunakan bentuk tes produk atau kinerja yang dihasilkan selama implementasi model berlangsung. Produk dimaksud adalah silabus materi keterampilan menulis.

(45)

Jaja, 2013

lapangan, (4) alat perekam, baik perekam suara maupun perekam visual (kamera) untuk merekam jawaban narasumber dan aktivitas subjek penelitian dan siswa dalam proses uji implementasi, (5) pedoman penilaian pengamatan untuk beroleh informasi tentang capaian efektivitas model dan dampak penyerta, dan (6) pedoman penilai hasil atau produk untuk menilai capaian dampak instruksional, yakni produk silabus yang dihasilkan melalui pengembangan model ini. Validasi instrumen dilakukan melalui uji validitas konstruk (construct validity) dengan meminta pendapat dan penilaian pakar (judgement experts), sedangkan validitas isi (content validity) dilakukan dengan mengkaji butir-butir pokok isi instrumen.

3.4.2 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus selama penelitian berlangsung guna mendapatkan simpulan analisis yang komprehensif dan tepercaya. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008:246), aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas dan sampai data jenuh. Kegiatannya adalah (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, (3) menarik/membuktikan simpulan. Sementara itu, analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik.

(46)

Jaja, 2013

Bagan 3.5

(47)

165

BAB V

MODEL KEGIATAN PENYUSUNAN SILABUS

BERBASIS KOLABORASI

Pengembangan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis pada guru bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan (MKPSBK) pada bab ini bertolak dari pemanfaatan hasil analisis yang diuraikan di Bab 4. Pada dasarnya, pembelajaran yang berlangsung di kelas, baik proses maupun hasil capaiannya, merupakan penerapan silabus dalam konteks real. Oleh karena itu, pembahasan pada bab ini diawali oleh kondisi pembelajaran keterampilan menulis. Selanjutnya, dalam bab ini dipaparkan (1) rancangan model hipotetik MKPSBK, (2) implementasi Model MKPSBK, dan (3) model final MKPSBK.

5.1Kondisi Pembelajaran Keterampilan Menulis Saat Ini

(48)

sependapat dengan guru. Sebagian besar kepala sekolah atau 66,67% justru berpendapat bahwa cakupan jenis kompetensi keahlian menulis yang meliputi teori, praktik, dan penggunaan bahasalah yang harus dikuasai siswa. Pendapat senada juga dikemukakan siswa. Sebanyak 63,91% siswa mengatakan bahwa keahlian menulis ialah kompetensi yang harus mereka kuasai.

Dalam pembelajaran, penekanan kompetensi pembelajaran keterampilan menulis terfokus pada keseimbangan antara teori dan praktik. Opsi ini dipilih separuh guru (58,33%), kepala sekolah (100%), dan siswa (68,42%). Sebagian guru lain (41,67%) memilih opsi lain, yakni menekankan praktik daripada teori.

Dari data di atas, persepsi guru dan siswa serta kepala sekolah ternyata berbeda dalam hal cakupan jenis kompetensi pembelajaran keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa. Tentu saja hal itu bukanlah keinginan mereka. Guru, sebagai pelaksana kurikulum di kelas, mencoba memahami materi kompetensi dari sudut pandang kurikulum, sedangkan siswa memahaminya dari sudut pandang apa yang seharusnya mereka terima atau harapkan dari implementasi kurikulum itu. Data di atas menunjukkan bahwa siswa sebenarnya sangat berharap memiliki keahlian menulis, bukan pengetahuan teoretis tentang menulis. Kurikulum sebenarnya menghendaki hal itu dan itulah yang harus dilakukan guru. Akan tetapi, fakta berbicara lain. Selama ini terkesan guru lebih memilih mengajarkan kompetensi teoretis daripada keahlian atau skill.

(49)

responden guru, 66,67% jumlah responden kepala sekolah, dan 39,55% jumlah responden siswa.

Untuk mengetahui pencapaian kompetensi, sepertiga jumlah responden guru (75%) menggunakan penilaian portofolio dan tugas kinerja atau produk. Pendapat senada juga dikemukakan kepala sekolah (66,67%). Sementara itu, siswa memilih opsi jawaban yang beragam. Mereka menganggap bahwa penilaian banyak dilakukan guru dalam bentuk unjuk kerja di dalam kelas (27,07%), portofolio dan tugas kinerja (24,81%), dan tugas atau pekerjaan rumah (21,80%). Sebagian besar guru (83,33%) memberikan kembali tulisan siswa yang telah dinilainya kepada siswa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat siswa (67,16%). Akan tetapi, kepala sekolah memiliki pandangan sebaliknya (100%).

Secara umum, guru dan siswa menganggap bahwa pembelajaran keterampilan menulis di kelas menyenangkan. Hal ini diperlihatkan dengan pilihan jawaban guru sebesar 75% dan siswa sebesar 60,45%. Mereka juga berpendapat bahwa pembelajaran keterampilan menulis itu tidak sulit atau biasa-biasa saja. Sebanyak 64,93% siswa dan 41,67% guru memilih opsi tersebut. Begitu pula dengan kepala sekolah. Akan tetapi, ada sebagian guru (41,67%) yang berpendapat bahwa pembelajaran keterampilan menulis itu sulit. Pendapat ini diduga disebabkan oleh faktor relevansi pendidikan mereka.

5.2Rancangan Pengembangan Model Hipotetik Kegiatan Penyusunan

Silabus Berbasis Kolaborasi

(50)

Berdasarkan temuan-temuan yang disajikan pada Bab 4, peneliti mengembangkan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis pada guru bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan, selanjutnya disingkat MKPSBK. Pengembangan Model MKPSBK merupakan satu solusi yang ditawarkan kepada guru mata pelajaran dalam menyusun silabus pembelajaran dengan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki setiap guru. Oleh karena itu, model yang dikembangkan ini lebih menitikberatkan pada upaya kerja sama dalam merancang pembelajaran dengan tetap memerhatikan setiap perbedaan yang ada. Dalam konteks ini, kegiatan kolaborasi memberikan peluang kepada guru untuk berbagi wawasan, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya dengan mengoptimalkan nilai-nilai interaksi teman sejawat dalam kelompok menuju kemandirian guru. Model ini dirumuskan dengan berlandaskan pada filsafat konstruktivisme sosial (Bruffee, 1995; Vygotsky, 1978; dalam Barkley, Cross, dan Major, 2012:11).

Model MKPSBK yang dirumuskan dalam penelitian ini memiliki lima tahapan kegiatan, yaitu (1) orientasi, (2) pembentukan kelompok kerja, (3) perumusan tugas dan prosedur kerja, (4) elaborasi, dan (5) sintesis dan evaluasi.

Tahap Orientasi

Tahap ini berisikan kegiatan memerkenalkan kelompok kerja pada peran-peran dan keterampilan kolaboratif.

(51)

menjalani kegiatan kolaboratif. Para guru juga mengenali konten proyek kegiatan kolaboratif dengan menonjolkan tujuan akademis, bukan tujuan sosial. Guru mengidentifikasi persoalan dalam penyusunan silabus pembelajaran yang perlu dibahas dalam kegiatan kolaboratif. Melalui tahap ini mereka dapat menemukenali kembali konsep tentang silabus dan pembelajaran menulis secara lebih seksama.

Guru membangun pemahaman bersama tentang kebijakan dan prosedur kegiatan. Kebijakan kegiatan berkaitan dengan kehadiran dan etos kerja kegiatan kolaboratif, sedangkan prosedur kegiatan berhubungan dengan pemantauan terhadap kebijakan yang sudah disepakati.

Pada tahap ini disediakan sebuah silabus materi keterampilan menulis. Guru mengamati silabus pembelajaran. Selanjutnya mereka mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai konten proyek penyusunan silabus materi keterampilan menulis, seperti Apakah silabus materi keterampilan menulis sudah mencakupi aspek kemampuan menulis siswa? Apakah aspek kebahasan tersaji dalam silabus materi keterampilan menulis? Secara berkelompok, mereka mendiskusikan jawaban pertanyaan tersebut dengan mengkaji silabus yang mereka amati.

Kegiatan selanjutnya adalah menentukan aturan dasar kelompok dengan cara mengajukan pertanyaan tentang perilaku dan tindakan konstruktif (produktif) maupun destruktif (kontraproduktif) dalam kegiatan kolaboratif. Jawaban pertanyaan tersebut lalu disusun dalam bentuk daftar perilaku atau tindakan produktif maupun kontraproduktif dan dijadikan aturan dasar kelompok. Setelah aturan terbentuk, guru selanjutnya membuat dan menandatangani kontrak kegiatan yang berfungsi untuk melegitimasi aturan dasar kelompok. Kontrak kegiatan ini berisikan kesepakatan formal, prosedur, dan sanksi kelompok.

(52)

Kelompok kerja mitra merupakan wadah kerja sama di antara para guru. Kelompok kerja mitra ini terdiri atas para guru suatu bidang studi yang mengajar di satuan pendidikan tersebut.

Pada tahap ini guru membentuk kelompok kerja mitra yang beranggotakan para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di satuan pendidikan itu. Kelompok kerja mitra diketuai oleh seorang ketua kelompok yang bertindak sebagai fasilitator kelompok. Kelompok kerja mitra bersama-sama juga menentukan peran-peran khusus kelompok, seperti fasilitator, pencatat, pemonitor, dan pelapor. Peran khusus diperlukan agar terbangun sikap saling ketergantungan antaranggota kelompok. Peran lainnya muncul sesuai dengan tugas kegiatan kolaboratif.

Tahap Perumusan Tugas dan Prosedur Perumusan Proyek

Tahap ini berisikan kegiatan (1) merancang tugas-tugas kegiatan kolaboratif dan (2) menyusun prosedur perumusan proyek.

Guru mengerjakan tugas-tugas kelompok dengan tingkat kompleksitasnya sehingga memberikan kesempatan berpartisipasi secara luas dan bertanggung jawab, baik secara individu maupun kelompok. Prosedur yang digunakan adalah teknik think-pair-share (bertukar pikiran secara berpasangan) dan group investigation (investigasi kelompok).

(53)

(departemen pendidikan) yang harus dikuasai siswa dalam suatu mata pelajaran setelah menempuh keseluruhan proses pembelajaran. Dalam telaah ini, guru dapat menambahi atau mengurangi serta memerbaiki atau mengganti rumusan standar komptensi dan atau kompetensi dasar bila dipandang perlu. Setelah itu, indikator pembelajaran sebagai rambu-rambu penciri pencapaian kompetensi dirumuskan dengan memerhatikan segala potensi satuan pendidikan. Penentuan materi pembelajaran harus dilakukan melalui kegiatan analisis kebutuhan dan analisis isi atau konten. Analisis kebutuhan siswa dilakukan dengan cara meminta informasi tentang kebutuhan siswa, baik secara langsung (melibatkan anak secara langsung dalam penyusunan silabus pembelajaran) maupun tidak langsung (menyebarkan angket kebutuhan siswa atau analisis dokumen). Analisis isi atau konten dimaksudkan agar penentuan materi ajar dilakukan dengan mengkaji materi yang harus disajikan dengan memertimbangkan karakteristik materi ajar serta aspek linguistiknya. Pengalaman belajar dirumuskan dengan menjabarkan perilaku belajar dalam indikator pembelajaran sehingga mengarah dan mendukung pada upaya pencapaian kompetensi. Penilaian dimaksudkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Sumber dan media ditentukan berdasarkan pokok-pokok materi ajar. Terakhir adalah menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan siswa untuk menguasai kompetensi.

(54)

Bagan 5.1

Prosedur Penyusunan Silabus

Adapun format silabusnya adalah sebagai berikut. Kompetensi

Tahap ini merupakan inti kegiatan kolaborasi. Guru menggarap proyek secara bersama dengan menggunakan prosedur yang disepati bersama. Pada tahap inilah partisipasi anggota kelompok kerja guru (KKG) sebagai komponen kelompok kerja mitra berkolaborasi menggarap proyek.

Pada tahap ini para guru mengenali kegiatan yang akan dilakukan. Mereka mengenali kegiatan, mengklarifikasi tujuan kegiatan, menjabarkan prosedur, dan menetapkan batas waktu penyelesaian kegiatan. Selanjutnya, para guru mengkaji dan merumuskan konten proyek sesuai dengan prosedur proyek yang disepakati. Mereka berbagi informasi, gagasan, pemikiran, dan solusi yang inovatif-kreatif dengan berpegang pada sikap kooperatif, toleran, jujur, tanggung jawab, dan santun. Mereka berinteraksi secara aktif-kreatif dalam menyusun dan merumuskan silabus. Mereka harus dapat menghindari partisipasi yang tidak seimbang, mangkir dari tugas, penolakan kerja kelompok, ketidakhadiran, kecurangan dalam mengerjakan tugas, dan perilaku kontraproduktif lainnya.

Tahap Sintesis dan Evaluasi Penentuan

(55)

Sintesis dimaksudkan untuk menyusun ulang hasil-hasil penggarapan proyek (produk kompilasi) pada tahap elaborasi dan merevisinya sebelum dilakukan evaluasi. Dalam kegiatan revisi, guru dapat meminta pertimbangan, saran, masukan, dan perbaikan dari kepala sekolah, pengawas satuan pendidikan, atau ahli/tim pengembang kurikulum. Tujuannya adalah menyempurnakan produk silabus yang telah dibuat agar dapat diimplemetasikan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran secara fleksibel dan adaptif. Penilaian tidak hanya dilakukan pada produk, tetapi juga pada capaian produk silabus melalui implementasi dalam sebuah seting pembelajaran di kelas.

Guru bersama-sama menyusun produk kompilasi silabus yang telah mereka kerjakan bersama sesuai dengan tingkatan kelas sehingga didapat silabus materi keterampilan menulis per tingkatan kelas. Selanjutnya, KKG meminta koreksi, pertimbangan, masukan, dan penilaian dari kepala sekolah, pengawas satuan pendidikan, atau ahli/tim pengembang kurikulum atas produk kompilasi silabus yang telah mereka susun. KKG menyempurnakan produk silabus menjadi produk jadi. Guru mengimplementasikan produk jadi silabus di dalam kelas.

Berikut ini adalah bagan tahapan alur Model MKPSBK.

(56)

Bagan 5.2

Alur Pengembangan model Kegiatan Penyusunan Silabus MKPSBK

Kegiatan sosialisasi implementasi model diawali dengan penjajagan terhadap para guru di satuan pendidikan sampel penelitian melalui perbincangan sambil menyerahkan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Kuningan kepada para kepala sekolah dan guru. Kegiatan tersebut dilakukan tanggal 3, 8, dan 18 Oktober 2012. Dari sisi waktu dan kesempatan, pada prinsipnya mereka mendukung kegiatan ini selama tidak berbenturan dengan kegiatan di satuan pendidikannya masing-masing. Akan tetapi, para guru, selanjutnya disebut subjek penelitian, menyarankan agar kegiatan dilaksanakan di tempat yang lokasinya strategis untuk ketiga satuan pendidikan sampel penelitian ini (SSP). Dua kepala SSP menawarkan tempat penyelenggaraan kegiatan, yakni di ruang Laboratorium Bahasa SMAN 1 Kadugede atau di Ruang MMC SMAN 3 Kuningan. Berdasarkan kebutuhan kegiatan dan jarak antartiga satuan pendidikan, akhirnya dipilih Ruang MMC SMAN 3 Kuningan karena selain lokasinya berada di tengah wilayah ketiga SSP dan ruang tersebut dapat diseting sesuai dengan keperluan kegiatan. Dari sisi bentuk kegiatan, subjek penelitian berharap dapat menimba wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman baru dalam menyusun silabus.

4. Elaborasi

a. Mengarap proyek b. Berbagi gagasan 3. Perumusan Tugas dan

Prosedur Perumusan Proyek a. Merumuskan tugas

(57)

Jaja, 2013

Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sosialisasi implementasi Model MKPSBK diadakan pada Selasa, 30 Oktober 2012, pukul 9.00 – 12.50 WIB, bertempat di Ruang MMC SMAN 3 Kuningan. Peneliti memaparkan rencana program kegiatan beserta perangkat kegiatannya lalu diikuti dengan kegiatan diskusi. Kegiatan ini bertujuan menyamakan persepsi dan konsep model penyusunan silabus yang dirumuskan. Dalam kegiatan ini beberapa subjek penelitian menyampaikan beberapa persoalan, antara lain (1) fasilitas tiap sekolah berbeda apalagi bila dibandingkan dengan sekolah SBI atau RSBI; (2) keahlian guru berbeda-beda; (3) format silabus yang akan digunakan karena selama ini format tersebut beragam; (4) komponen tujuan dalam silabus tidak muncul; (5) komponen pendidikan karakter tidak terdapat dalam format silabus yang ditawarkan dalam pengembangan Model MKPSBK; dan (6) bagaimana mewujudkan unsur kebahasaan dalam silabus. Setelah dijelaskan, mereka dapat memahami dan siap menjalani kegiatan selama beberapa minggu ke depan.

Berikut disajikan Model MKPSBK.

RANCANGAN MODEL KEGIATAN PENYUSUNAN SILABUS BERBASIS KOLABORASI UNTUK

MATERI KETERAMPILAN MENULIS

A. LANDASAN

1. Landasan Filosofis: Konstruktivisme sosial

2. Pendekatan Pembelajaran: aktif-kreatif, kooperatif, kolaboratif

B. IMPLEMENTASI

1. Perencanaan

a. Merumuskan tujuan

b. Menentukan tahapan kegiatan

c. Menentukan lokasi, waktu, sarana/prasarana

d. Menentukan instrumen kegiatan (pendukung dan evaluasi)

2. Pelaksanaan Sintaks: a. Orientasi

(58)

Berdasarkan rancangan model di atas, selanjutnya rancangan tersebut dijabarkan ke dalam tiga komponen utama kegiatan, yaitu rancangan perencanaan kegiatan, rancangan pelaksanaan kegiatan, dan rancangan evaluasi.

a. Rancangan Perencanaan Kegiatan

Lima tahap kegiatan model: orientasi, pembentukan kelompok, perumusan tugas dan prosedur, elaborasi, serta sintesis dan evaluasi.

Waktu, lokasi, dan sarana/prasarana yang digunakan dalam model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis.

Alat dan teknik evaluasi model kegiatan penyusunan Mengembangkan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis. Tujuan

Kegiatan

(59)

Bagan 5.3

Rancangan Perencanaan Kegiatan Pengembangan Model MKPSBK

b. Rancangan Pelaksanaan Kegiatan

Uraian Kegiatan Tahap Kegiatan

Orientasi

Perumusan Tugas dan Prosedur Proyek

Pembentukan Kelompok

Elaborasi

1. Memerkenalkan kelompok pada peran dan keterampilan kolaboratif

2. Menyusun aturan dasar kelompok 3. Membuat kontrak kerja

1. Pembentukan kelompok kerja 2. Penentuan peran

3. Kontrak kerja

1. Merumuskan tugas

2. Merumuskan/mendiskusikan alur kegiatan perumusan

(60)

Bagan 5.4

Rancangan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Model MKPSBK

c. Rancangan Evaluasi

Bagan 5.5

Rancangan Evaluasi Pengembangan Model MKPSBK

5.2.2 Perangkat Model MKPSBK

Perangkat model yang digunakan meliputi rancangan dasar pelaksanaan kegiatan model penyusunan silabus dan alat evaluasi. Selain perangkat tersebut,

Proses

Teknik Tes unjuk kerja

(61)

dalam implementasi model digunakan beberapa perangkat pendukung lainnya, yaitu daftar pertanyaan pengarah, langkah-langkah teknik kegiatan kolaborasi yang digunakan, lembar kontrak kerja, rincian tugas peran khusus, alur kegiatan penyusunan silabus, dan angket kebutuhan siswa.

a. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Berdasarkan konsep model penyusunan silabus di atas, pelaksanaan kegiatan implementasi Model MKPSBK direncanakan selama lima pertemuan. Pertemuan dilaksanakan setiap hari Selasa pada bulan November dan Desember. Setiap pertemuan direncanakan berlangsung selama tiga jam. Berikut rancangan konseptual pelaksanaan kegiatan implementasi Model MKPSBK.

Rencana Pelaksanaan Kegiatan

PENGEMBANGAN MODEL KEGIATAN PENYUSUNAN SILABUS

BERBASIS KOLABORASI UNTUK MATERI KETERAMPILAN MENULIS

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang Pendidikan : SMA

Lokasi Kegiatan : SMA Negeri 3 Kuningan Alokasi Waktu : 5 Pertemuan

1. Tujuan Kegiatan

Merumuskan model kegiatan penyusunan silabus berbasis kolaborasi untuk materi keterampilan menulis pada guru bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Kuningan.

2. Kegiatan

a) Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan Pertama

Tahap MKPSBK

Kegiatan Alokasi

Waktu

(62)
(63)
(64)
(65)

masing-serta Tahap Elaborasi.

b) Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan Kedua dan Ketiga

Tahap MKPSBK

Kegiatan Alokasi

Waktu

Keterangan

Elaborasi 1. Mengarap proyek:

(66)

2. Berbagi gagasan:

c) Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan Kelima dan Keenam

(67)

merumuskan draf silabus level kelas, yaitu kelas X, XI, dan XII.

(68)

a. Kelompok merancang

LCD, laptop/komputer, buku rujukan (cetak dan elektronik), alat tulis, ruang kegiatan dan perlengkapannya.

4. Instrumen Kegiatan

a) Instrumen pendukung kegiatan : lembar pernyataan kontrak kerja, lembar rincian tugas proyek, langkah-langkah teknik kolaborasi, alur kegiatan penyusunan silabus, daftar pertanyaan pengarah, dan instrumen angket kebutuhan.

b) Alat evaluasi : lembar pengamatan (observasi), wawancara, dan lembar penilaian hasil (produk silabus).

b. Perangkat Alat Evaluasi

(69)

produk. Penilaian proses dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi dan pedoman wawancara, sedangkan penilaian produk dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian unjuk kerja atau produk dan uji terap.

1. Instrumen Penilaian Proses

Instrumen ini digunakan untuk memantau kegiatan sujek penelitian dalam menyusun silabus berbasis kolaborasi. Ada dua instrumen pengamatan yang digunakan. Pertama, pengamatan terhadap aktivitas tahapan kegiatan sesuai dengan alur atau sintaks model. Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan subjek penelitian, termasuk pertanyaan atau hambatan-hambatan yang dialami subjek penelitian. Kedua, pengamatan terhadap aktivitas subjek penelitian, yakni aktivitas yang berkaitan dengan perilaku interaksi antarsubjek penelitian dalam kelompoknya. Pengamatan dilakukan seorang pengamat yang ditunjuk peneliti.

a) Instrumen penilaian proses

Yang dimaksud dengan penilaian aktivitas proses dalam implementasi model ini adalah penilaian yang dilakukan untuk memantau sikap dan perilaku kolaboratif sebagai wujud interaksi subjek penelitian dengan rekan sejawat selama proses kegiatan berlangsung.

Instrumen Penilaian Aktivitas Proses

Pengembangan Model MKPSBK

Kelompok Kerja :

No. Nama Subjek Penelitian

Partisipasi Inisiatif Kreativitas Toleransi Kerja sama

Tanggung jawab

(70)

1.

2.

3.

4.

Kriteria penilaian:

Aspek Skor dan Indikator Mutu

Partisipasi 1 = tidak menunjukkan keterlibatan, berdiam diri, sering tidak hadir

2 = terlibat secara pasif, hadir dalam kegiatan 3 = terlibat dalam setiap kegiatan dengan

memerlihatkan ketertarikan/minat

4 = terlibat dalam setiap kegiatan secara aktif, tetapi kurang produktif

5 = terlibat dalam kegiatan secara aktif, produktif, dan penuh motivasi/gairah

Inisiatif 1 = bersikap menunggu, tidak menunjukkan rasa percaya diri (minder)

2 = hanya mengikuti pendapat/gagasan kelompok, tidak memiliki argumen logis

3 = sesekali mengajukan

usul/pendapat/gagasan/prakarsa disertai argumentasi

4 = usul/pendapat/gagasan/prakarsa argumentatif dan logis

5 = usul/pendapat/gagasan/prakarsa argumentatif, logis, inovatif, dan produktif

Kreativitas 1 = hanya mengandalkan pada sesuatu yang sudah ada, tidak ada pembaharuan dalam berkarya 2 = mencontoh atau meniru yang ada tanpa ada

variasi

3 = mencontoh atau meniru dengan sedikit variasi dan inovasi

4 = menghasilkan sesuatu yang baru

5 = menghasilkan sesuatu yang baru yang variatif dan inovatif

Toleransi 1 = bersikap takacuh, tidak menghargai sejawat, selalu memaksakan pendapat

2 = merespons sejawat secara “dingin”, merasa dirinya lebih baik dari yang lain

3 = menanggapi sejawat secara wajar, tetapi masih berusaha memertahankan pendapatnya

(71)

proporsional

5 = menghargai pendapat/gagasan sejawat sekalipun hal itu berbeda dengan gagasannya

Kerja sama 1 = menyendiri, sibuk dengan tugasnya sendiri, tidak memedulikan sejawat

2 = bekerja sama dengan sejawat, tetapi sering menimbulkan konflik dan banyak mangkir 3 = berbagi ilmu dengan sejawat dalam

menyelesaikan tugas, tetapi masih saling mengandalkan

4 = berbagi ilmu dengan sejawat dalam menyelesaikan tugas secara kooperatif

5 = saling memberi, menerima, dan menghargai di antara anggota kelompok

Tanggung jawab

1 = tidak pernah hadir dalam kegiatan kelompok 2 = jarang hadir dalam kegiatan kelompok, sering

mengabaikan tugasnya

3 = kehadiran baik, menunjukkan ketertarikan terhadap tugas yang harus dikerjakan

4 = selalu hadir, menunjukkan semangat atau gairah dalam menyelesaikan tugas

5 = selalu hadir, bersemangat/bergairah dan sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas

Demokratis 1 = bersikap arogan, memandang dirinya lebih menguasai sesuatu (superior)

2 = memandang sejawat sebagai bagian dari

kelompok, tetapi masih menunjukkan sikap egois 3 = menganggap sejawat sebagai pasangan kerja 4 = memerlakukan sejawat secara wajar

5 = sejawat dipandang memiliki hak dan kewajiban yang sama dan diperlakukan secara sama

Etika 1 = tutur kata kasar, nada bicara tinggi, mimik/kinesik kaku, memancing emosi

2 = tutur kata sedang, nada bicara sedang, volume suara sedang, mimik dan kinesik kaku

3 = tutur kata halus, nada bicara lembut,

mimik/kinesik wajar, tidak memancing emosi 4 = tutur kata halus, nada bicara lembut-berirama,

mimik/kinesik lentur-variatif

5 = tutur kata halus, nada bicara lembut-berirama, mimik/kinesik lentur-variatif, gaya bicara variatif

Gambar

Tabel 2.1 Aspek Kemampuan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Gambar 5.1 Kegiatan Tahap Pembentukan Kelompok
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Implementasi Model MKPSBK
Tabel 5.1  Format Silabus Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan konsentrasi karagenan akan meningkatkan nilai kuat tarik edible film, karena karaginan mampu membentuk matriks polimer yang kuat dan menjadikan kekuatan

• Buat otentikasi user agar halaman hanya dapat diakses oleh pengguna yang berhak • Untuk menghindari pencurian data &. mengurangi pengrusakan

Hal ini juga terjadi di SMA Negeri Kisaran, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kisaran pada bulan November 2014 yang lalu, kekerasan yang dilakukan guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan PET 12/Aluvo 7/LLDPE 40 memberikan umur simpan pal - ing lama (209 hari) berdasarkan perubahan kadar air maupun nilai asam barbiturat,

Ketersedian unsur hara yang lebih tinggi pada pupuk kandang (kambing dan sapi), dan kompos mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,

Beberapa penelitian melaporkan bahwa bawang merah memiliki salah satu derivat flavonoid dalam jumlah banyak yaitu senyawa quersetin yang memiliki aktivitas

Dengan adanya suatu sistem kendali yang terdistribusi maka semua proses yang dikendalikan dengan menggunakan sistem kendali terdistribusi akan dapat mendistribusikan kontrol ke

Pada tes kemampuan pemecahan masalah menunjukkan hasil bahwa siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah tinggi, dapat menyelesaikan soal – soal yang membutuhkan