• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN APARATUR PEMERINTAH GOLONGAN III : Studi Kontribusi Komponen-komponen Proses Belajar Mengajar Terhadap Efektivitas Sistem Pembelajaran dan Dampaknya Terhadap Kinerja Lulusan di Wilayah Provi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN APARATUR PEMERINTAH GOLONGAN III : Studi Kontribusi Komponen-komponen Proses Belajar Mengajar Terhadap Efektivitas Sistem Pembelajaran dan Dampaknya Terhadap Kinerja Lulusan di Wilayah Provi"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

i

B. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 11

BAB. II KAJIAN PUSTAKA A. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 29

1. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan... 29

2. Isu Peningkatan Kinerja Sumber Daya Manusia Melalui Diklat ... 32

B. Konsep Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)... 38

C. Manajemen Sistem Pendidikan dan Pelatihan ... 45

1. Pengertian dan Fungsi-Fungsi Manajemen ... 45

2. Sistem Pendidikan dan Pelatihan ... 49

D. Komponen-komponen Penyelenggaraan Diklat... 55

(2)

ii

2. Komponen Sarana (Instrumental Input) ... 63

3. Komponen-Komponen Lingkungan (Environmental Input) 84 E. Efektivitas Sistem Pembelajaran ... 91

F. Kinerja Aparatur Pemerintah ... 101

G. Studi Terdahulu ... 104

BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 109

B. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 111

C. Populasi dan Sampel ... 120

D. Prosedur Penelitian ... 123

E. Teknik Pengumpulan Data ... 124

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 126

G. Metode Analisis Data ... 129

1. Rancangan Analisis ... 129

2. Rancangan Pengujian Hipotesis ... 130

H. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 134

BAB IV. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Data Umum Penelitian ... 135

1. Gambaran Umum Badan, Kantor, Instansi dan Unit Kediklatan di Provinsi Jawa Barat ... 135

2. Kepegawaian di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat ... 138

B. Data Responden... 147

C. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 149

1. Deskripsi Komponen-Komponen PBM (X)... 149

2. Deskripsi Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 199

3. Deskripsi Kinerja Aparatur (Z) ... 205

D. Pengujian Hipotesis ... 213

1. Penetapan Struktur Hubungan dan Hipotesis yang Diajukan ... 213

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 215

(3)

iii

4. Analisis Induktif Variabel Penelitian ... 226

E. Kontribusi Terhadap Studi Terdahulu yang Relevan ... 258

BAB V. MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN SISTEM DIKLAT PRAJABATAN APARATUR PEMERINTAH GOLONGAN III A. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Sistem Pembelajaran Diklat Prajab III dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur ... 277

B. Analisis Lingkungan Efektivitas Sistem Pembelajaran Diklat Prajab III dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur... 287

1. Identifikasi Lingkungan Internal ... 288

2. Identifikasi Lingkungan Eksternal ... 289

3. Analisis Medan Kekuatan ... 290

4. Matriks Evaluasi Internal dan Eksternal ... 292

5. Analisis Formulasi Strategi ... 297

C. Usulan Model Konseptual ... 305

D. Uraian Manajemen Sistem Diklat Prajabatan Aparatur Pemerintah Golongan III ... 319

E. Prasyarat Implementasi Model Konseptual... 366

F. Jaminan Kelayakan untuk Implementasi Model Konseptual yang Diusulkan ... 367

BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN DALIL A. Kesimpulan... 370

B. Implikasi ... 374

C. Rekomendasi ... 375

DAFTAR PUSTAKA ... 379

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Perbedaan Antara Pelatihan dan Pengembangan Berdasarkan

Dimensi Belajarnya ... 39

3.1 Operasionalisasi Variabel Komponen-Komponen Pelaksanaan Diklat ... 114

3.2 Operasionalisasi Variabel Efektivitas Sistem Pembelajaran ... 118

3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Aparatur... 119

3.4 Sampel Penelitian (Unit Organisasi Penyelenggara Diklat) ... 120

3.5 Ketentuan Pilihan Jawaban Kuesioner dan Pembobotan ... 126

3.6 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian ... 134

4.1 Perkembangan PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 – 2008 ... 139

4.2 PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Jenis Kelamin ... 140

4.3 PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Usia ... 140

4.4 PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Pendidikan ... 141

4.5 PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Jenis Kelamin dan Golongan ... 142

4.6 PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat Berdasarkan Jenis Kelamin ... 144

4.7 PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Usia ... 145

4.8 PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Pendidikan ... 145

(5)

v

4.10 Data Sampel Unit Organisasi dan Jumlah Responden Alumni pada Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa

Barat ... 148

4.11 Nilai (Skor) Karakteristik Peserta (X1) ... 150

4.12 Kategori Penilaian Karakteristik Peserta ... 151

4.13 Kriterium Skor Karakteristik Peserta ... 152

4.14 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Karakteristik Peserta Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 157

4.15 Nilai (Skor) Keseluruhan Komponen Sarana (X2) ... 159

4.16 Kriterium Skor Komponen Sarana ... 160

4.17 Nilai (Skor) Keseluruhan Pendidik (X21) ... 162

4.18 Kriterium Skor Pendidik ... 163

4.19 Nilai (Skor) Keseluruhan Materi Ajar (X22) ... 169

4.20 Kriterium Skor Materi Ajar ... 170

4.21 Nilai (Skor) Keseluruhan Strategi Pembelajaran (X23) ... 176

4.22 Kriterium Skor Strategi Pembelajaran ... 177

4.23 Nilai (Skor) Keseluruhan Fasilitas Belajar (X24) ... 180

4.24 Kriterium Skor Fasilitas Belajar ... 180

4.25 Nilai (Skor) Keseluruhan Kepemimpinan Pelaksana (X25) ... 182

4.26 Kriterium Skor Kepemimpinan Pelaksana ... 184

4.27 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Komponen Sarana Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 188

4.28 Nilai (Skor) Keseluruhan Komponen Lingkungan (X3) ... 190

4.29 Kategori Penilaian Komponen Lingkungan ... 191

(6)

vi

4.31 Kualitas Skor Komponen-Komponen PBM (X) ... 196

4.32 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Komponen–Komponen PBM Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 198

4.33 Nilai (Skor) Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 200

4.34 Kriterium Skor Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 201

4.35 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Efektivitas Sistem Pembelajaran Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 204

4.36 Nilai (Skor) Kinerja Aparatur (Z) ... 206

4.37 Kriterium Skor Kinerja Aparatur ... 207

4.38 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Kinerja Aparatur Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 212

4.39 Hasil Pengujian Validitas Item Karakteristik Peserta (X1) ... 217

4.40 Hasil Pengujian Validitas Item Komponen Sarana (X2) ... 218

4.41 Hasil Pengujian Validitas Item Komponen Lingkungan (X3) ... 220

4.42 Hasil Pengujian Validitas Item Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 221

4.43 Hasil Pengujian Validitas Item Kinerja Aparatur (Z) ... 223

4.44 Tabel Penolong Pernyataan Angka Reliabilitas ... 224

4.45 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 225

4.46 Matriks Korelasi Antara Variabel (X1, X2, X3 dan Y) ... 226

4.47 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 227

4.48 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hubungan Antara Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3) dan Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 227

(7)

vii

4.50 Nilai F-Hitung dan Signifikansi Pengaruh Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2) dan Komponen Lingkungan (X3)

Terhadap Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 237

4.51 Matriks Korelasi Antara Variabel (X1, X2, X3 dan Z) ... 238

4.52 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hubungan Antara Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3) dan Kinerja Aparatur (Z) ... 239

4.53 Nilai t-Hitung dan Signifikansi Pengaruh Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2) dan Komponen Lingkungan (X3) Terhadap Kinerja Aparatur (Z) ... 245

4.54 Nilai F-Hitung dan Signifikansi Pengaruh Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2) dan Komponen Lingkungan (X3) Terhadap Kinerja aparatur (Z) ... 247

4.55 Matriks Korelasi Antara Variabel (Y dan Z) ... 248

4.56 Matriks Korelasi Antara Variabel Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3), Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) dan Kinerja Aparatur (Z) ... 252

4.57 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hubungan Antara Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3), Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) dan Kinerja Aparatur (Z) ... 252

4.58 Rekapitulasi Hasil Pengujian Pengaruh Antara Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3), Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) dan Kinerja Aparatur (Z) ... 254

4.59 Tingkat Kesesuaian Variabel Independen (Studi Himawan) ... 263

4.60 Tingkat Kesesuaian Variabel Independen Komponen-Komponen PBM (Studi Penulis) ... 264

4.61 Standar Kualifikasi Kelulusan Peserta Diklat Prajab III ... 265

5.1 Identifikasi Lingkungan Internal ... 289

5.2 Identifikasi Lingkungan Eksternal ... 290

5.3 Analisis Medan Kekuatan ... 291

(8)

viii

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 22

1.2 Struktur Hubungan Antarvariabel ... 23

2.1 Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan ... 31

2.2 Model Pendidikan dan Pelatihan Berorientasi Kompetensi ... 43

2.3 Model Pendidikan dan Pelatihan Berorientasi Sistem ... 43

2.4 The Process Of Training Development ... 45

2.5 Komponen-komponen yang Terlibat Dalam PBM ... 58

2.6 Struktur Efektivitas Kurikulum ... 69

3.1 Rancangan Penelitian ... 110

3.2 Prosedur Penelitian ... 123

3.3 Paradigma Jalur Antara Variabel Xi dan Y atau Z ... 131

3.4 Paradigma Jalur Antara Variabel Y dan Z ... 132

3.5 Paradigma Jalur Antara Variabel Xi dan Y ke Z... 133

4.1 Diagram Jalur dari Pengujian Hipotesis I ... 241

4.2 Diagram Jalur dari Pengujian Hipotesis II ... 248

4.3 Diagram Jalur dari Pengujian Hipotesis III ... 251

4.4 Hasil Penelitian dalam Struktur Lengkap Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 253

5.1 Matriks Internal-Eksternal ... 296

5.2 Strategic Management Process ... 297

5.3 Strategic Decision-Making Process ... 298

5.4 Model Konseptual Diklat Prajabatan Aparatur Pemerintah Golongan III Berbasis Nilai Etika Organisasi Pemerintah ... 318

5.5 Prosedur Pengembangan Kurikulum Pendidikan Guru ... 324

5.6 Model Seleksi Peserta Diklat Prajabatan Golongan III ... 336

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kelengkapan Administratif ... 392

2. Kuesioner ... 395

3. Pengolahan Data Penelitian ... 415

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kinerja birokrat hingga saat ini sering dinilai masih sangat tidak memuaskan seperti ditulis Widitrismiharto (Jurnal Yustika Vol. 9 No 1 Juli 2006): “Birokrasi pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik selalu berbelit-belit, kaku, arogan, lamban dan malas, sering melakukan penyimpangan, pemborosan dan syarat KKN, tidak efisien, tidak efektif dan tidak profesional”. Oleh karena itu, perubahan dalam banyak hal pada birokrasi sangat penting dilakukan, seperti dikatakan Rahoyo (2008): “Birokrasi dituntut mampu melakukan transformasi diri (self transformation) untuk menjadi semakin poduktif, profesional, efisien, efektif, memiliki visi yang jauh ke depan, dan yang tak kalah penting adalah berorientasi pada masyarakat (customers-oriented).”

Pada bidang pendidikan misalnya, Kompas (9 Desember 2005) menulis pernyataan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Nanang Fattah di Bandung sebagai berikut:

(12)

salah satu harapan terhadap reformasi, yaitu menuntun kembali fungsi pemerintah dan aparaturnya untuk menjadi public servant, yang berarti bahwa tugas pemerintah adalah melayani masyarakat, bukan sebaliknya. Reformasi dilakukan untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan, dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance dan menyediakan public good and services sebagaimana harapan masyarakat.

Berbagai upaya sebenarnya telah cukup banyak dilakukan pemerintah untuk memperbaiki citra birokrasi khususnya pelayanan kepada masyarakat tersebut baik dengan serangkaian peraturan/hukum maupun dengan menekankan pada tujuan untuk tersedianya aparatur-aparatur penyelenggara birokrasi yang profesional melalui berbagai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

(13)

PNS Golongan III dapat dikatakan sebagai kader-kader pimpinan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang perlu dibina secara lebih khusus. Pembinaan tersebut menjadi bagian dari upaya mewujudkan pelaksanaan good governance di setiap unit organisasi pemerintah. Oleh karena itu, dalam rangka penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Diklat Prajab III) telah dikeluarkan pula Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 2 tahun 2003, tanggal 30 Agustus 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Pengaturan ini diharapkan agar penyelenggaraan Diklat Prajab III mampu mencapai tujuan dan sasarannya, yakni terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan pengangkatan untuk menjadi PNS Golongan III dan tentunya agar mampu mencapai kinerja yang diharapkan.

Secara normatif jelas, bahwa Diklat merupakan wahana peningkatan kinerja PNS. Dengan kata lain, kinerja PNS tersebut merupakan outcome dari keberhasilan manajemen Diklat. Sebagai suatu bentuk pembelajaran (learning), keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran Diklat PNS ditentukan oleh beragam komponen pelaksanaannya, yang disebut komponen PBM (Proses Belajar Mengajar). PBM dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya (Makmun, 2007:156).

(14)

seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya. Instrumental input secara umum berkaitan dengan guru dan sarana prasarana pembelajaran yang diperlukan, termasuk pula metode, teknik dan media, bahan pembelajaran, program, fasilitas belajar dan kepemimpinan pelaksana diklat. Selain kedua komponen tersebut, keberhasilan PBM juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar (environmental input) seperti lingkungan sosial, budaya, fisik dan lainnya.

Secara faktual harus diakui, bahwa secara umum sistem Diklat PNS di Indonesia masih memiliki banyak kelemahan. Laporan Capacity Building Analysis oleh GTZ/USAID-CLEAN URBAN (2001:57) misalnya, mengindikasikan adanya ketidakpuasan akan sistem Diklat struktural karena durasinya terlalu panjang, mahal, dan terlalu teoritis, serta tidak memadai untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan (oleh pegawai). Pandangan yang sama mengenai Diklat PNS dikemukakan Firdaus (2005:3), bahwa sistem pengembangan SDM aparatur yang dititikberatkan pada Diklat formal seperti sekarang ini belum, dan bahkan tidak akan pernah mampu membekali PNS dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi mereka secara efektif, sehingga berdampak terhadap rendahnya mutu penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana tercermin dari banyaknya keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa atau forum lainnya.

(15)

belajar berbasis ruang kelas di mana kurikulum, metode belajar, waktu, tempat dan aspek-aspek lainnya sudah diformulasikan secara baku. Pemahaman mengenai belajar pada model Diklat masih didominasi oleh pandangan

cognitivism yang melihat proses belajar secara sempit. Meskipun PP 101/2000 mengenal Diklat nonklasikal atau nonkonvensional, tetapi dalam kenyataannya pelaksanaan Diklat PNS masih dalam bentuk yang konvensional, dan sistem manajemen Diklat masih belum terselenggara dengan semestinya.

Guna mengkaji manajemen Diklat PNS khususnya yang berlaku di Provinsi Jawa Barat, lebih lanjut penulis telah melakukan suatu analisis kesenjangan kinerja (analysis of perfomance gap) menggunakan SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats). Diklat PNS yang berlaku sekarang masih menggunakan model konvensional, berbasis kelas, dan manajemen Diklat PNS belum terlaksana dengan semestinya. Hal ini tercermin dari beberapa hal, seperti kurang adanya analisis kebutuhan pelatihan yang membandingkan antara sikap dan keterampilan yang diminta dengan sikap dan keterampilan yang dimiliki PNS, atau berdasarkan atas evaluasi yang telah dicapai periode sebelumnya. Pelaksanaan Diklat juga tidak memperhatikan karakteristik peserta yang berbeda-beda, penentuan peserta yang tidak selektif, serta kurikulum yang kurang mencerminkan tujuan Diklat yang hendak dicapai, sehingga hasil yang diperoleh juga belum sesuai harapan, baik dari aspek efektivitas masukan maupun dampaknya terhadap kinerja.

(16)

Diklat Prajab III secara umum belum didasari oleh keinginan yang mendalam untuk meningkatkan kompetensi dan kurangnya motivasi peserta dalam mengikuti proses pembelajaran. Alasan klasik untuk memenuhi persyaratan formalitas pengangkatan sebagai PNS masih sering terungkap dalam percakapan pegawai sehari-hari. Aktivitas belajar lebih bersifat formalitas sehingga partisipasi belajar dan ketaatan terhadap tata tertib peserta diklat tidak mencapai tingkat kesadaran yang optimal.

Beberapa permasalahan dari komponen sarana (instrumental input) yang tampak antara lain, bahwa para pendidik/widyaiswara yang dimiliki belum seluruhnya memiliki kemampuan yang ideal di bidang kependidikan, materi ajar yang belum sepenuhnya sesuai kebutuhan para peserta didik di tempat tugas, fasilitas-fasilitas belajar yang belum memadai, dan kemampuan pelaksana yang belum memadai dalam menyajikan program, sehingga pelaksanaan Diklat Prajab III belum sesuai dengan format yang ditentukan secara normatif.

(17)

Berdasarkan gambaran tersebut, maka pada intinya penyelenggara Diklat perlu melakukan perbaikan-perbaikan pada proses manajemen Diklat itu sendiri, mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya. Hal ini tentunya memerlukan perbaikan dalam manajemen Diklat dan komponen-komponen pendukung pelaksanaannya, yakni komponen-komponen-komponen-komponen PBM yang meliputi peserta (raw input), komponen sarana (instrumental input) dan komponen lingkungan belajar (environmental input). Komponen-komponen tersebut merupakan determinan efektivitas manajemen Diklat dari segi masukan, sedangkan kinerja aparatur merupakan ukuran efektivitas Diklat dari segi

outcome–nya. Berkenaan dengan tujuan Diklat menurut PP Nomor 101 Tahun 2000 dan sasaran kompetensi sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Kepala LAN Nomor 2 tahun 2003, maka outcome sebagai ukuran efektivitas itu mempertanyakan: mampukah Diklat Prajabatan meningkatkan kinerja PNS Golongan III (lulusan) dengan perwujudan pengetahuan, keahlian, keterampilan, serta memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat?

(18)

B. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah

Secara konseptual, banyak variabel atau komponen yang berpengaruh terhadap efektivitas sistem pembelajaran maupun terhadap kinerja aparatur, baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal. Sebagai suatu proses pelaksanaan atau penyelenggaraan, pendidikan juga melibatkan banyak komponen atau unsur, yang terdiri dari subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik/widyaiswara), interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi pendidikan, alat dan metode, lingkungan pendidikan, dan lain sebagainya.

Di antara sejumlah komponen yang dipersyaratkan untuk berlangsungnya kegiatan pembelajaran tersebut, terdapat beberapa komponen yang penting untuk dikaji. Berdasarkan beberapa rujukan studi yang ada, maka dalam penelitian ini, komponen-komponen penentu keberhasilan pelaksanaan Diklat atau yang merupakan komponen-komponen PBM yang diteliti mencakup tiga komponen pokok, yaitu raw input (karakteristik peserta), instrumental input (komponen sarana) dan environmental input (komponen lingkungan). Alasan meneliti ketiga komponen tersebut adalah karena ketiganya sangat esensial.

Konteks hubungan antara variabel yang diteliti tersebut sebagai berikut: 1. Antara karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2) dan komponen

lingkungan (X3), masing-masing memiliki hubungan korelasional.

2. Karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2) dan komponen lingkungan

(X3), masing-masing memiliki hubungan kausal (pengaruh) baik secara parsial

(19)

Definisi masing-masing komponen PBM adalah sebagai berikut: (Makmun, 2007:166).

1. Komponen masukan dasar (raw input) adalah karakteristik siswa atau peserta didik, yang menunjukkan faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mungkin akan memberikan fasilitas (facilitative) atau pembatas (limitation) sebagai faktor organismik (Ow) di samping pula mungkin

menjadi motivating and stimulating factors (misalnya: n-Ach). Dalam hal ini, peserta didik adalah subjek yang dididik/diajar, yang memiliki karakteristik berbeda berkaitan dengan kapasitas IQ, bakat, minat, motivasi, kesiapan belajar, sikap dan kebiasaan serta ciri latar belakang individu lainnya.

2. Komponen sarana (instrumental input), menunjukkan kepada dan kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi jelas, peranannya sebagai facilitative factors.

Komponen-komponen pendukung ini meliputi pendidik, materi, metode, teknik, strategi, kurikulum, program, dan fasilitas belajar dan media belajar. 3. Komponen lingkungan (environmental input) adalah situasi dan keadaan

fisik (kampus, sekolah, iklim, letak sekolah atau school site, dan sebagainya), hubungan antarinsasi (human relationships) baik dengan teman (class mate, peers) maupun dengan guru dan orang-orang lainnya, yang mana hal-hal ini juga dapat menjadi penunjang ataupun sebaliknya penghambat (S factors) di sekitar lingkungan belajar meliputi kondisi sosial, fisik, dan kondisi kultural.

(20)

yang sesuai dengan keinginan semua pihak yang ada di dalam organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Selanjutnya kinerja (performance) secara umum dipahami sebagai pencapaian hasil kerja/unjuk kerja. Kinerja mengacu pada segi pencapaian hasil yang diperoleh seseorang dalam bekerja, sehingga dalam menilai kinerja seseorang, terdapat standar baku formal yang telah ditentukan sebelumnya.

Sesuai operasional variabel serta keterkaitan antar variabel, selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian: seberapa besar tingkat efektivitas manajemen sistem Diklat Prajabatan Golongan III, baik dari segi masukan maupun dampaknya? Untuk konfirmasi di tingkat empirik, rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam empat pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Seberapa besar pengaruh karakteristik peserta didik, komponen sarana dan

komponen lingkungan terhadap efektivitas sistem pembelajaran Diklat prajabatan golongan III baik secara parsial maupun secara simultan?

2. Seberapa besar pengaruh karakteristik peserta didik, komponen sarana dan komponen lingkungan terhadap kinerja aparatur pemerintah baik secara parsial maupun secara simultan?

3. Seberapa besar pengaruh efektivitas sistem pembelajaran terhadap kinerja aparatur pemerintah?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas manajemen sistem Diklat Prajabatan Golongan III, dianalisis dari kebermaknaan pengaruh faktor-faktor masukan dan dampaknya. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan:

1. besarnya pengaruh karakteristik peserta, komponen sarana dan komponen lingkungan terhadap efektivitas sistem pembelajaran Diklat prajabatan aparatur pemerintah golongan III baik secara parsial maupun secara simultan. 2. besarnya pengaruh karakteristik peserta, komponen sarana dan komponen

lingkungan terhadap kinerja aparatur pemerintah baik secara parsial maupun secara simultan.

3. besarnya pengaruh efektivitas sistem pembelajaran terhadap kinerja aparatur pemerintah.

4. model hipotetik manajemen sistem Diklat prajabatan aparatur pemerintah golongan III yang efektif baik dari segi efektivitas komponen masukan maupun dampaknya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi secara akademis maupun praktis.

1. Manfaat Akademis

(22)

diharapkan dapat memperkaya pemahaman teori ilmu administrasi pendidikan, manajemen Pendidikan dan Pelatihan serta ilmu pemerintahan pada umumnya.

b. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, artinya membandingkan hasil temuan penelitian dengan teori-teori yang digunakan untuk memperkuat atau sebaliknya melemahkan teori-teori tentang telaah ilmu pendidikan dan ilmu pemerintahan, maupun untuk merespon penelitian terdahulu.

c. Menambah referensi bagi peneliti lain terutama dalam bidang ilmu yang dikaji atau yang ingin meneliti tentang kemungkinan faktor-faktor lain yang penting sebagai determinan dalam meningkatkan kinerja aparatur, yang telah menjadi suatu tuntutan di era sekarang maupun di masa depan. 2. Manfaat Praktis

(23)

Nomor : 2 tahun 2003, yang khusus menyangkut penyelenggaraan Diklat Prajabatan Golongan III.

b. Memberikan rekomendasi dan solusi mengenai alternatif peningkatan kinerja aparatur melalui Diklat Prajabatan Golongan III, khususnya yang ada di Provinsi Jawa Barat sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional sesuai etika profesi PNS dalam rangka pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat serta tugas-tugas pembangunan lainnya. Hal ini sejalan dengan sasaran peningkatan kompetensi PNS di Provinsi Jawa Barat yang di antaranya tercermin dalam Keputusan Gubernur Nomor: 52 Tahun 2005, juga visi Jawa Barat yaitu “Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010”, sebagaimana telah ditetapkan dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat.

E. Kerangka Pemikiran

(24)

Sebagai suatu sistem, penyelenggaraan pendidikan, pelatihan ataupun kedua-duanya oleh suatu lembaga pendidikan/pelatihan terdiri atas komponen-kompenen yang saling terkait dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuannya. Berbagai input mulai dari raw input peserta didik, instrumental input

seperti guru/pendidik dan sarana-prasarana, serta environmental input lainnya harus dapat didayagunakan seefektif mungkin dalam proses transformasi untuk menghasilkan output berupa peserta didik yang memiliki seperangkat nilai, sikap, pengetahuan serta keterampilan baru serta berdampak lanjutan pada praktek atau aplikasi pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam masyarakat.

Undang-Undang Sisdiknas No. 20/2003, Bab I Pasal 1 angka (1) mengartikan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Batasan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil menegaskan, bahwa proses pembelajaran adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam Diklat itu sendiri dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS.

(25)

Pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

Khusus dalam sudut pandang sebagai suatu proses pelaksanaan atau penyelenggaraannya, pendidikan juga melibatkan banyak komponen atau unsur, yang terdiri subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik), interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan), pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), dan tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan) (Semiawan, 1991:18-20).

Makmun (2007:166) menjelaskan bahwa komponen-komponen PBM meliputi keluaran yang diharapkan (the expected output), komponen masukan dasar (raw input) adalah karakteristik siswa atau peserta didik (kapasitas IQ, bakat, minat, motivasi, kematangan kesiapan, sikap, kebiasaan dan lain-lain), komponen sarana (instrumental input) (guru, metode, teknik, media, dan lain-lain), dan komponen lingkungan (environmental input) (sosial, fisik, kultural, dan lain-lain).

(26)

Namun demikian, pada penyelenggaraan Diklat Prajab III, komponen masukan dasar peserta didik (raw input) dapat dikatakan tidak mendapat perhatian secara khusus, begitupun halnya dengan komponen-komponen lingkungan.

Pada penelitian ini, komponen-komponen yang digunakan sebagai faktor-faktor penentu efektivitas PBM mencakup 3 (tiga) jenis masukan/input komponen utama yang mempengaruhi PBM, yaitu komponen masukan dasar (raw input), yaitu karakteristik peserta didik, kemudian komponen masukan instrumental (sarana) yang terdiri dari guru, bahan, metode, teknik dan media, program dan komponen pendukung pembelajaran lainnya, dan komponen-komponen masukan yang bersumber dari lingkungan (environmental input), meliputi kondisi sosial, fisik, kultural dan lainnya yang ada di sekitar peserta didik dan lingkungan belajarnya. Masing-masing masukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi PBM dan menentukan keberhasilan dalam mencapai output

PBM, yakni hasil belajar yang diharapkan serta berdampak pada outcome setelah mengikuti proses pembelajaran. Keluaran yang diharapkan (expected output) dalam penelitian ini hanya dipandang sebagai faktor response (R) karena faktor stimulus (S)-nya sudah terdapat/melekat pada siswa (raw input) dalam bentuk motivasi (n-Ach).

Efektivitas dalam pengertian umum, adalah tingkat pencapaian suatu tujuan. Dalam teori organisasi, Robbins (2001:20) mengatakan bahwa,

“effectiveness could be defined as the degree to which an organization realized its

(27)

dan Robinson Jr. memandang “effectiveness” sebagai konsep yang dapat digunakan sebagai ukuran untuk menilai tindakan yang dilakukan oleh pimpinan (2000:78), Koontz, et al. menekankan efektivitas dari segi pengambilan keputusan secara efektif, sehingga memerlukan kemampuan untuk menganalisis arah alternatif yang digunakan untuk mencapai tujuan (1986:172).

Peneliti-peneliti selanjutnya lebih memperluas cakrawala pemahaman tentang efektivitas, di mana tidak hanya menekankan pada perbandingan input-output, tetapi juga dikaitkan dengan kepuasan yang dicapai oleh konsumen yang menjadi orientasi utama dari seluruh kegiatan organisasi/perusahaan. Harrington dan Lomax (2000:330-331) memberikan definisi efektivitas sebagai: “the degree to which the process has the right output at the right place, at the right time, at

the right price often referred to as quality. It measures how well the process

output meets all of its customer expectation”.

Pendapat ini didukung pula oleh pakar lainnya, antara lain Arnold dan Feldman, juga Werther dan Davis (1996:74). Menurut konsep teori sistem “Effectiveness can be defined in terms that enable managers to take a broader view of the organization and to understand the causes of individual, group and

organizational effectiveness (Ivancevich dan Matteson, 1999:22-23).

(28)

belajar dipandang sebagai salah satu indikator bagi mutu pendidikan dan perlu disadari bahwa hasil belajar adalah bagian dari hasil pendidikan.

Hasil belajar perlu dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Sebagai kriteria atau tolok ukur utama dalam evaluasi tersebut, biasanya dipergunakan sebagai pegangan: seberapa jauh tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu (prescribed objectives) dapat tercapai. Oleh karena itu, tujuan (intended outcomes) PBM baik jika dinyatakan dengan jelas dan tegas (stated objectives) maupun hanya tersembunyi (hidden) dalam pikiran guru dan siswa (objectives in mind) seperti dikatakan oleh Socket (dalam Makmun, 2007:180), merupakan titik sentral yang strategis dalam suatu sistem instruksional.

Hasil belajar menurut Sudjana (2004:40) mungkin dapat mencakup perubahan perilaku peserta didik dalam ranah kognisi, afeksi, dan atau psikomotorik. Hasil belajar dapat pula berupa penguasaan pengetahuan tertentu, sosok peserta didik yang mandiri, kebebasan berpikir dan lain sebagainya. Lebih lanjut dikemukakan oleh Sudjana, bahwa tujuan intruksional institusional mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif

(29)

gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. (Sudjana, 2004:22).

Sependapat dengan hal di atas, Makmun (2007:189-190) menjelaskan mengenai kawasan domain hasil belajar dalam perspektif instruksional mencakup tiga hal, yaitu: 1) aspek-aspek kognitif, yaitu menyangkut pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, 2) aspek-aspek afektif, yaitu menyangkut penerimaan, sambutan, penghargaan, pendalaman, penghayatan, dan 3) aspek-aspek konatif (psikomotor), yaitu menyangkut koordinasi gerakan tubuh secara umum/global, koordinasi gerakan tubuh secara halus/indah/spesifik, dan gerakan ekspresif secara nonverbal.

Berdasarkan pendapat di atas, maka hasil belajar pada dasarnya mencakup pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (konatif/psikomotorik). Hal ini sejalan dengan pendapat Irianto, bahwa program pelatihan merupakan sebuah cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja aktual dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge dan ability (Irianto, 2001:75).

(30)

Perhatian pokok pada kinerja ini sejalan dengan pendapat Sedarmayanti (2001:51), bahwa di antara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan. Lebih lanjut dikatakan, bahwa proses pendidikan bertujuan agar dapat menghasilkan perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan jumlah pengetahuan saja, tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, minat, dan lainnya yang berkenaan dengan aspek pribadi seseorang, sehingga tampak pada kinerjanya.

Kinerja (performance) secara umum dipahami sebagai pencapaian hasil kerja/unjuk kerja sebagaimana terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu performance. Bernardin dan Russell (1993:379) mengartikan kinerja sebagai “...the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time

period...”, bahwa kinerja merupakan catatan tentang hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu.

Davis dan Newstrom (2003:124) mengemukakan kinerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Lembaga Administrasi Negara (1992:3) menyatakan kinerja pegawai sebagai berikut: “Kinerja pegawai adalah prestasi kerja, pelaksana kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja (unjuk kerja) penampilan kerja”.

(31)

Untuk mengukur kinerja pegawai menurut Mitchel (dalam Sedarmayanti, 2001:51) dapat digunakan lima indikator yang meliputi: (1) kualitas kerja (quality of work), (2) ketepatan waktu (promptness), (3) inisiatif (initiative), (4) kemampuan (capability), dan (5) komunikasi (communication). Menurut Keban (2004:194), dalam menilai kinerja pegawai secara umum paramater atau kriteria yang digunakan meliputi: (1) kualitas, (2) kuantitas, (3) ketepatan waktu, (4) kemandirian atau otonomi dalam bekerja, dan (5) kerjasama. Schuler dan Dowling (1997:371) mengidentifikasi lebih banyak faktor dalam mengevaluasi kinerja seseorang, yaitu: (1) kuantitas kerja, (2) kualitas, (3) kerjasama, (4) pengetahuan tentang kerja, (5) kemandirian kerja, (6) kehadiran dan ketepatan waktu, (7) pengetahuan tentang kebijakan dan tujuan organisasi, (8) inisiatif dan penyampaian ide-ide yang sehat, dan (9) kemampuan supervisi dan teknis.

Bagi pegawai negeri sipil (PNS), penilaian prestasi kerjanya diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil, di mana aspek-aspek yang dinilai seperti dalam Bab II Pasal 4 angka (2) disebutkan terdiri dari 8 aspek, yaitu: 1) kesetiaan, 2) prestasi kerja, 3) tanggung jawab, 4) ketaatan, 5) kejujuran, 6) kerjasama, 7) prakarsa, dan 8) kepemimpinan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa sebagian memiliki kesamaan dan sebagian lagi berbeda. Dalam penelitian ini, aspek yang digunakan adalah 8 aspek DP3 PNS menurut ketentuan PP No. 10/1979 di atas.

(32)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

2

2

Tujuan Pemberdayaan SDM di Jawa Barat (Peningkatan Kualitas dan Produktivitas SDM

Jawa Barat)

Tujuan Penyelenggaraan Diklat Aparatur Pemerintah (Kompetensi Jabatan PNS)

Pelaksanaan Diklat Prajab III pada Badan, Kantor dan Unit Pengelola Kediklatan di Jawa Barat

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

(33)

F. Hipotesis Penelitian

Terdapat tiga jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel independen, yaitu variabel-variabel yang menjadi

komponen-komponen proses belajar mengajar (PBM), yang meliputi: karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2), dan komponen lingkungan (X3).

2. Variabel perantara atau intervening variable, yaitu variabel efektivitas sistem pembelajaran (Y)

3. Variabel terikat atau variabel dependen, yaitu variabel kinerja aparatur (Z) Secara struktural, hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2 Struktur Hubungan Antarvariabel Keterangan:

= Pengaruh Parsial = Korelasional

= Pengaruh simultan (Simultan)

Bertitik tolak dari kerangka pikir dan struktur hubungan antarvariabel penelitian tersebut, selanjutnya ditetapkan hipotesis yang merupakan jawaban

Karakteristik Peserta (X1)

Komponen Sarana (X2)

Komponen Lingkungan (X3)

Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y)

Kinerja Aparatur (Z)

(34)

sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus dibuktikan atau diuji secara empiris, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2), dan komponen

lingkungan (X3) terhadap efektivitas sistem pembelajaran (Y), dengan sub

hipotesis:

a. Terdapat pengaruh yang signifikan dari karakteristik peserta (X1) terhadap

efektivitas sistem pembelajaran (Y).

b. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen sarana (X2) terhadap

efektivitas sistem pembelajaran (Y).

c. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen lingkungan (X3) terhadap

efektivitas sistem pembelajaran (Y).

2. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2), dan komponen

lingkungan (X3) terhadap kinerja aparatur (Z), dengan sub hipotesis:

a. Terdapat pengaruh yang signifikan dari karakteristik peserta (X1) terhadap

kinerja aparatur (Z).

b. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen sarana (X2) terhadap kinerja

aparatur (Z).

c. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen lingkungan (X3) terhadap

kinerja aparatur (Z).

(35)

4. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2), komponen lingkungan

(X3) serta efektivitas sistem pembelajaran (Y) terhadap kinerja aparatur (Z).

G. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Menurut Sugiyono (2004:10), jenis penelitian menurut tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian survei. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, studi referensi regulasional, dan observasi lapangan. Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan berpatokan pada teori-teori yang relevan, hasil diskusi dengan para ahli (second opinion), dan observasi pra penelitian, dan kelayakan serta konsistensi instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya.

(36)

dependen/endogen baik secara langsung maupun tidak langsung. Besarnya pengaruh dari variabel eksogen ke variabel endogen dinyatakan oleh besarnya koefisien determinan.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian tentang manajemen sistem Diklat pada umumnya dan pelaksanaan Diklat Prajabatan Aparatur Pemerintah Golongan III khususnya dilakukan pada Badan, Kantor dan Unit Pengelola Kediklatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, sedangkan penelitian tentang kinerja aparatur dilakukan di berbagai instansi pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, yang dipilih berdasarkan eksistensi PNS Golongan III yang telah mengikuti Diklat Prajab III (alumni) dalam periode tahun yang ditentukan, yaitu dari tahun 2006 sampai tahun 2007 (2 angkatan).

Ditinjau dari unit analisisnya, penelitian ini menggunakan teknik sensus, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi, yaitu seluruh unit penyelenggara Diklat yang ada di Provinsi Jawa Barat, yaitu 26 unit penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan 1 unit penyelenggara Diklat di tingkat Provinsi Jawa Barat (Badiklatda), sehingga seluruhnya 27 unit organisasi.

(37)

sebagai PNS. Penilaian kinerja alumni Diklat Prajabatan Golongan III dilakukan oleh atasan dimana yang bersangkutan ditempatkan, dan rekan kerja yang setingkat maupun yang levelnya lebih rendah.

Penentuan periode pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III dalam masa 2 tahun, namun tidak pada tahun terkini (2008) dengan pertimbangan pada dua hal, yaitu: (1) dalam masa tersebut lebih dimungkinkan masih kuatnya daya ingat responden untuk memberikan penilaian atau tanggapan terhadap proses pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III, sehingga lebih dapat dihindari bias hasil penelitian karena faktor kealpaan responden, dan (2) hasil belajar dalam wujud peningkatan kinerja aparatur pasca Diklat tentu tidak mudah atau secara langsung dapat terlihat secara signifikan dalam jangka pendek.

Khusus pemilihan alumni yang akan diminta untuk memberikan tanggapan, maka berdasarkan data yang bersumber dari Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat, selama periode 2006 – 2007, terdapat sejumlah 4.565 orang PNS Golongan III. Mengingat jumlah populasi yang cukup besar dan keberadaannya tersebar, maka dalam menentukan responden ini akan dilakukan pengambilan sampel menggunakan rumus Yamane (Sugiyono, 2004:65) dengan tingkat presisi 5%, sehingga diperoleh sampel minimum sesuai dengan keberadaan alumni di unit organisasi yang diteliti. Populasi penelitian dinilai berstrata berdasarkan karakteristik institusi yang meliputi sekretariat daerah dan satuan kerja perangkat daerah (badan, kantor) provinsi dan kota/kabupaten

(38)

Teknik penarikan sampel yang dipergunakan adalah proportional sample

(sampel proporsi), dengan pertimbangan keberadaan alumni dengan karakteristik organisasi yang berbeda, yaitu (1) kelompok alumni pada Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat (1.939 alumni), dan (2) kelompok alumni pada Badan, Kantor dan Unit Pengelola Kediklatan Kabupaten/Kota (2.969 alumni).

(39)

109

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pendekatannya adalah kuantitatif dan survei. Metode survei berupaya menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi (Rusidi, 1996:3) dengan mengkaji sampel yang dipilih dari populasi untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi dari variabel yang diteliti (Kerlinger, 1992:660). Adakalanya survei seperti ini disebut survei deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sebab-sebab serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1999:63).

(40)

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Sumber : Model diadaptasi dari Supomo dan Indriantoro, 1999:36

Masalah Penelitian:

Apakah komponen-komponen yang digunakan dalam penyelenggaraan Diklat Prajab III efektif dalam mencapai tujuan dari sistem Diklat tersebut, dan bagaimana dampaknya terhadap kinerja aparatur, khususnya di Jawa Barat?

Telaah Teoritis: •Teori Administrasi Pendidikan •Teori Sumber Daya Manusia •Teori Pendidikan dan Pelatihan •Teori Efektivitas

•Teori Kinerja Aparatur •Review penelitian sebelumnya

PENGUJIAN FAKTA

Pemilihan Data:

•Tanggapan responden dari Badan, Kantor Diklat Prov. Jabar dan Kabupaten/Kota •Tanggapan responden alumni, atasan

alumni dan rekan kerja alumni •Data pendukung lainnya

Pengumpulan Data: •Observasi Lapangan (Primer)

•Wawancara dengan pihak-pihak yang relevan (Primer)

•Penyebaran kuesioner kepada masing-masing responden (Primer)

•Penelusuran literatur secara manual maupun via internet (Sekunder)

Analisis Data: •Deskriptif: analisis bobot skor

•Validitas dan Reliabilitas Data (Pearson Correlation dan α-Cronbach)

•Pengujian Hipotesis (Path Analysis) •Pengujian Signifikansi (Uji t dan uji F)

Hipotesis:

1. Terdapat pengaruh signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta, komponen instrumental, dan komponen lingkungan terhadap efektivitas sistem pembelajaran baik secara parsial maupun simultan.

2. Terdapat pengaruh signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta, komponen instrumental, dan komponen lingkungan terhadap kinerja aparatur baik secara parsial maupun simultan

3. Terdapat pengaruh signifikan efektivitas sistem pembelajaran terhadap kinerja aparatur baik secara parsial maupun simultan. 4. Terdapat pengaruh signifikan

komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta, komponen instrumental, komponen lingkungan serta efektivitas sistem pembelajaran terhadap kinerja aparatur.

Hasil-Hasil Penelitian

(41)

B. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel utama yang diteliti dan sejumlah subvariabel yang menyertainya. Untuk lebih rincinya mengenai keterkaitan dan pengaruh antar variabel-variabel dapat dijelaskan berikut:

1. Variabel Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar (X)

Variabel komponen-komponen proses belajar mengajar (variabel eksogen) pada umumnya sulit dideteksi lebih awal di dalam mempengaruhi efektivitas sistem pembelajaran karena sangat banyak faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem pembelajaran tersebut. Adapun yang membentuk variabel komponen-komponen proses belajar mengajar meliputi subvariabel berikut: a. Subvariabel Karakteristik Peserta (X1)

Subvariabel karakteristik peserta dapat mempengaruhi efektivitas sistem pembelajaran. Sub variabel peserta juga merupakan sub variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kinerja aparatur. Dimensi-dimensinya mencakup: bakat, minat, motivasi, kesiapan belajar, proses rekruitmen, kesadaran tujuan Diklat, dan kesiapan fisik dan fisiologis dalam mengikuti pembelajaran.

b. Subvariabel Komponen Instrumental (X2)

(42)

1) Tenaga Pendidik / Widyaiswara (X21)

Tenaga pendidik dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: persiapan mengajar, kemampuan menguraikan bahan ajar, penggunaan metode dan media, kemampuan membangkitkan motivasi belajar, efisiensi penggunaan waktu dan pelaksanaan evaluasi belajar.

2) Materi/Bahan (X22)

Materi Diklat dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: jenis bahan ajar, kesesuaian bahan ajar dengan tujuan Diklat, jumlah jam, kesesuaian uraian bahan dan kesesuaian dengan TIU dan TIK.

3) Strategi pembelajaran (X23)

(43)

4) Fasilitas Belajar (X24)

Fasilitas belajar dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: kesesuaian sarana dengan kebutuhan belajar, kualitas sarana, dan fungsi sarana berkaitan dengan imajinasi, nalar, dan kreativitas peserta didik. 5) Kepemimpinan Pelaksana (X25)

Kepemimpinan pelaksana dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: objektivitas, kemampuan menyajikan program, kemampuan menyediakan fasilitas pembelajaran, tanggung jawab tugas pengamatan kelas, pengendalian program dan situasi belajar, pemenuhan hak-hak peserta Diklat dan keteladanan.

2. Variabel Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y)

(44)

menjadi faktor kompetensi peserta didik meliputi: peningkatan pengetahuan peserta, peningkatan keterampilan, penyerapan materi belajar, perubahan sikap, dan perubahan perilaku peserta.

3. Variabel Kinerja Aparatur (Z)

Kinerja aparatur merupakan atribut dalam jangka panjang yang diharapkan baik oleh peserta, pendidik maupun unit penyelenggara Diklat dan stakeholders

lain. Kinerja aparatur merupakan salah satu hasil (outcome) yang harus diusahakan oleh setiap komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan Diklat. Kinerja aparatur adalah variabel endogen, terdiri dari aspek-aspek penilaian pekerjaan PNS (DP3) yaitu: 1) kesetiaan, 2) prestasi kerja, 3) tanggung jawab, 4) ketaatan, 5) kejujuran, 6) kerjasama, 7) prakarsa, dan 8) kepemimpinan.

Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian ini diringkaskan dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Komponen-Komponen Pelaksanaan Diklat

Subvariabel Dimensi Indikator Skala

1 2 3 4

1. Bakat terhadap pekerjaan (PNS) 2. Bakat terhadap pekerjaan lain 1. Minat terhadap pekerjaan 2. Minat terhadap tugas belajar 1. Dorongan untuk belajar

(45)

1 2 3 4 2. Bahan/materi yang lengkap & sesuai 1. Kemampuan pendidik dalam 1. Kemampuan menggunakan metode

penyampaian yang sesuai dengan bahan ajar yang disampaikan

2. Kemampuan menyiapkan media dalam penyampaian bahan ajar

1. Kemampuan membangkitkan daya tarik mengikuti proses pembelajaran 2. Kemampuan membangkitkan

partisipasi aktif peserta

3. Kemampuan membangkitkan motivasi untuk belajar

4. Kemampuan untuk mendorong prestasi belajar

1. Kemampuan memanfaatkan waktu mengajar dengan baik

2. Kemampuan membagi waktu mengajar secara efektif

1. Kemampuan memberikan evaluasi yang sesuai dengan bahan ajar 2. Memberikan evaluasi yang sesuai

(46)

1 2 3 4

1. Kesesuaian dengan kebutuhan belajar 2. Kesesuaian dengan kebutuhan

pekerjaan

3. Kesesuaian jenis bahan ajar untuk pendidikan orang dewasa

1. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan Diklat

2. Kesesuaian bahan ajar untuk pendidikan orang dewasa 1. Kesesuaian jumlah jam untuk

penyampaian bahan ajar

2. Pengaturan waktu belajar yang baik 1. Kesesuaian uraian bahan terkait

dengan karakteristik pekerjaan PNS 2. Kesesuaian uraian bahasan dalam

kaitannya dengan pemecahan masalah 1. Kesesuaian bahan ajar dengan TIU 2. Kesesuaian bahan ajar dengan TIK

Ordinal

1. Kesesuaian model dengan tujuan belajar

2. Kesesuaian model pembelajaran dengan pendidikan orang dewasa 1. Kesesuaian pendekatan dengan tujuan

belajar

2. Kesesuaian pendekatan dengan pendidikan orang dewasa

1. Kesesuaian metode dengan tujuan belajar

2. Kesesuaian metode dengan model pendidikan orang dewasa

1. Kesesuaian teknik dengan tujuan belajar

2. Kesesuaian teknik dengan model pendidikan orang dewasa 1. Keterpaduan model, pendekatan,

metode dan teknik pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar

2. Keterpaduan model, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran untuk menghasilkan situasi belajar yang baik

(47)

1 2 3 4

1. Jumlah sarana belajar yang sesuai 2. Ketepatan sarana dengan kebutuhan

penyampaian bahan ajar

1. Tingkat mutu sarana pembelajaran

1. Fungsi sarana membangkitkan imajinasi

2. Fungsi sarana memperkaya nalar 3. Fungsi sarana membangkitkan

1. Pimpinan lembaga Diklat objektif dan tegas dalam mengambil keputusan berkaitan dengan pelaksanaan Diklat 2. Keputusan-keputusan yang dibuat

mengakomodir setiap kepentingan 1. Program yang disajikan sesuai dengan

tujuan belajar

2. Program yang disajikan sesuai dengan karakteristik peserta

1. Tingkat kesesuaian seluruh fasilitas yang disediakan oleh kepemimpinan pelaksana

1. Tanggung jawab dalam pengamatan kelas berlangsung baik

2. Pengamatan kelas berlangsung efektif 1. Program pembelajaran dapat terkendali

dengan baik

2. Situasi belajar dapat terkendali dengan baik

1. Hak-hak peserta terpenuhi dengan semestinya

1. Pimpinan lembaga Diklat memberikan teladan yang baik.

(48)

1 2 3 4 2. Hubungan dengan rekan kelas 3. Pembentukan kelompok belajar 4. Tuntutan peran sosial siswa 5. Ukuran kelas

1. Kondisi kampus/tempat belajar 2. Letak kampus/tempat belajar 3. Ketersediaan prasarana utama 4. Ketersediaan prasarana pendukung 1. Nilai-nilai yang berkembang dalam

lingkungan belajar

Sumber : Studi Kepustakaan, 2009

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Efektivitas Sistem pembelajaran

Variabel Dimensi Indikator Skala Efektivitas 2. Keterampilan ekspresi verbal dan

non-verbal

(49)

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Aparatur

Variabel Dimensi Indikator Skala Kinerja

1. Kesetiaan, ketaatan dan pengabdian terhadap Pancasila, UUD ’45, Negara dan Pemerintah

2. Tekad & kesanggupan untuk melaksanakan Pancasila & UUD ’45 dengan penuh kesadaran.

1. Melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasilguna

2. Cakap dan terampil dalam bekerja 3. Kuantitas dan kualitas kerja

1. Selalu siap di tempat kerja

2. Menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu

3. Tidak melemparkan tanggung jawab 4. Mengutamakan kepentingan dinas 5. Berani memikul resiko

1. Taat terhadap segala peraturan per-UU-an dan kedinasan

2. Taat terhadap perintah kedinasan 3. Tidak melanggar larangan

1. Mampu bekerjasama dengan orang lain

2. Mampu bekerja dalam tim

1. Mampu berinisiatif untuk memecahkan masalah

2. Mampu memberikan ide-ide sehat tepat waktu

3. Tidak menunggu perintah atasan 1. Mampu berkomunikasi dengan rekan

kerja

2. Mampu menjalin komunikasi dengan atasan

3. Mampu melaksanakan tugas supervisi

Ordinal

(50)

C. Populasi dan Sampel

Populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama, sedangkan sampel adalah bagian dari suatu populasi. Dengan kata lain, sampel terdiri atas sejumlah satuan analisis yang merupakan bagian dari keseluruhan anggota populasi (Furqon, 2001:135).

Ditinjau dari unit analisisnya, penelitian ini menggunakan teknik sensus, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi, yaitu seluruh unit penyelenggara Diklat yang ada di Provinsi Jawa Barat, yaitu 26 unit penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan 1 unit penyelenggara Diklat di tingkat Provinsi Jawa Barat, sehingga jumlah populasi sebanyak 27 unit organisasi sebagai berikut:

Tabel 3.4 Sampel Penelitian (Unit Organisasi Penyelenggara Diklat)

No Nama Instansi Penyelenggara

(51)

1 2 3 4

15 Badiklat Kab. Sukabumi 132

16 Badan Kepegawaian Daerah Kab. Sumedang 67

17 Badan Kepegawaian Daerah Kab. Tasikmalaya 105

18 Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung 132

19 Badan Kepegawaian & Diklat Kota Banjar 42

20 Badan Kepegawaian Daerah Kota Bekasi 131

21 Badan Kepegawaian & Diklat Kota Bogor 54

22 Kantor Diklat Kota Cimahi 42

23 Badan Kepegawaian Daerah Kota Cirebon 42

24 Badan Kepegawaian Daerah Kota Depok 92

25 Badan Kepegawaian & Diklat Kota Sukabumi 42

26 Unit Diklat Setda Kota Tasikmalaya 42

27 Badiklatda Provinsi Jabar Provinsi Jawa Barat 1,939

Jumlah Alumni Diklat 4.565

(Sumber: Badan Diklat Prov. Jabar yang diolah, tahun 2009)

Selanjutnya, unit sampling individual di tiap unit penyelenggara Diklat adalah para alumni Diklat. Dengan demikian, populasi penelitian dari tinjauan

unit sampling individu ini adalah para alumni Diklat Prajabatan Golongan III yang diselenggarakan oleh Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat dan Badan, Kantor dan Unit Pengelola kediklatan Kabupatan/Kota se-Jawa Barat dalam periode/angkatan, yaitu dari tahun 2006 sampai 2007. Selain itu, menjadi unit elementer pula adalah atasan alumni di kantor masing-masing, yaitu untuk memberikan penilaian terhadap kinerja alumni yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan elemen-elemen sasaran (unit elementer) yang ada di organisasi-organisasi di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se Jawa Barat (unit sampling), serta kecukupan data untuk pengolahan dengan metode statistik, maka metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara.

(52)

Diklat. Kedua, untuk penilaian tentang kinerja aparatur, akan diambil responden dari lingkungan di mana alumni Diklat bekerja, yaitu dari unsur atasan alumni dengan maksud untuk memperoleh penilaian yang objektif.

Pemilihan alumni Diklat Prajab III dipilih sebagai subjek penelitian didasarkan pada dua alasan penting, yaitu: (1) mereka telah mengalami proses pembelajaran Diklat Prajab III, dan (2) mereka telah dan sedang melaksanakan tugasnya sebagai PNS. Penilaian kinerja alumni Diklat Prajab III dilakukan oleh atasan dimana yang bersangkutan ditempatkan, dan rekan kerja yang setingkat maupun yang levelnya lebih rendah.

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat, yaitu lulusan dari tahun 2006–2007, terdapat sejumlah 4.565 orang PNS Golongan III. Mengingat jumlah populasi individual yang cukup besar dan keberadaannya tersebar, maka khusus unit sampling individual ini diambil sampel dengan jumlah tertentu menggunakan rumus besaran sampel (sample size). Teknik penarikannya mempergunakan proportional sample (sampel proporsi), dengan pertimbangan keberadaan alumni dengan karakteristik organisasi yang berbeda, yaitu (1) kelompok alumni pada Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat, dan (2) kelompok alumni pada Badan, Kantor dan Unit Pengelola Kediklatan Kabupaten/Kota.

(53)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

(Sumber: Hasil observasi, 2009)

Model (Sistem) Diklat PNS (Existing)

A. Permasalahan:

1. Kinerja aparatur pasca Diklat belum sesuai harapan, evaluasi hasil Diklat tidak berjalan semestinya.

2. Sistem pembelajaran belum efektif, beberapa input PBM belum diberdayakan dengan baik.

(54)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang digunakan untuk mengetahui permasalahan yang ada diperlukan sejumlah data baik data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data mengenai objek penelitian yang didapat melalui pengamatan atau penelitian di lapangan, baik secara langsung atau tidak langsung. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan berupa dokumentasi atau laporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, khususnya Badan Diklat dan lembaga-lembaga lain maupun dari perpustakaan untuk memperoleh data pendukung yang relevan dengan topik pembahasan. Data sekunder tersebut di antaranya berupa: teori-teori variabel yang digunakan dalam penelitian, studi-studi terdahulu yang relevan, dan sebagainya.

Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dan informasi adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan

(55)

2. Wawancara

Yaitu dengan mengadakan wawancara pada pihak-pihak yang berwenang di dalam maupun di luar unit organisasi yang diteliti, yakni mereka yang mengetahui permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini, pihak yang akan diwawancarai adalah para Kepala Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat, dan Kepala/Pimpinan Unit/Bagian SDM pada beberapa kantor di mana alumni berada, dan para alumni yang dapat ditemui. Selanjutnya dalam pengambilan data melalui wawancara tersebut, peneliti menggunakan pedoman wawancara, yang diawali melalui pengujian validitas dan reliabilitasnya dengan cara mengkonsultasikannya kepada sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang pakar yang mengetahui persoalan yang berkaitan dengan topik penelitian.

3. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara tertulis yang sifatnya tertutup (close questionnare) yang diajukan kepada suatu populasi, dalam hal ini adalah kepada sejumlah sampel yang diteliti sesuai dengan komposisinya masing-masing (kuesioner Model 1) dan kepada masing-masing sampel terpilih dari pihak atasan, rekan kerja yang setingkat atau bawahan alumni (kuesioner Model 2) yang terpilih, sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Kuesioner yang dipergunakan terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya dengan uji statistik sebagaimana dijelaskan lebih detail dalam sub bab setelah ini.

(56)

Skala Likert ini juga merupakan skala ordinal (Vredenbregt, 1984:108). Data ordinal memiliki skala yang menunjukkan perbedaan tingkatan subjek secara kuantitatif, dinyatakan dalam bentuk peringkat/rangking (Furqon, 2001:7). Adapun pilihan jawaban dan ketentuan skoring (pembobotan) dalam kuesioner adalah seperti berikut ini:

Tabel 3.5 Ketentuan Pilihan Jawaban Kuesioner dan Pembobotan

Pilihan Jawaban Bobot Positif (+) Bobot Negatif (-)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-Ragu (RR) 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Sumber: Sugiyono (2004:74)

Dalam aplikasinya, penggunaan kata-kata dari Sangat Setuju (SS) sampai Sangat Tidak Setuju (STS) tersebut disesuaikan oleh peneliti berdasarkan aspek pernyataan yang diajukan, misalnya menjadi Sangat Baik (SB) sampai Sangat Tidak Baik (STB), atau bentuk-bentuk jawaban lainnya.

4. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan diperlukan untuk mengumpulkan data sekunder serta diperlukan untuk menunjang, melengkapi, dan menyempurnakan data primer. Teknik pengumpulan data sekunder adalah dengan mempelajari jurnal, laporan-laporan dari instansi terkait serta karya tulis lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

F. Pengujian Instrumen Penelitian

(57)

dengan pihak lain (second opinion), terutama yang memiliki pengetahuan dan kompetensi yang relevan dengan topik penelitian. Selanjutnya dilakukan uji coba kepada populasi sasaran dalam jumlah yang relatif kecil, yang dianggap mewakili elemen-elemen populasi sasaran yang sebenarnya.

1. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas merupakan isu sentral dalam setiap penelitian. Validitas penelitian antara lain amat bergantung pada validitas data yang diperoleh. Jika data yang diperoleh tidak valid, maka kegiatan analisis dan penafsiran data yang mengikutinya tidak ada gunanya lagi (Furqon, 2001:6). Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2002:160).

Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk menentukan validitas alat ukur dengan cara mengkorelasikan antara skor yang diperoleh dari masing-masing item yang dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan dengan skor totalnya. Skor total ini merupakan hasil dari penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Bila ternyata semua skor item yang disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut valid. Alat pengujian yang dipakai adalah korelasi product moment sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1.2 Struktur Hubungan Antarvariabel
Gambar 3.1  Rancangan Penelitian
Tabel 3.1  Operasionalisasi Variabel Komponen-Komponen Pelaksanaan Diklat
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengatasi kesenjangan antara perencanaan dengan pelaksanaan program komunikasi. Kurangnya perhatian terhadap pelaksanaan kegiatan telah dilakukan menyebabkan lembaga

Kepribadian dari orang-orang yang berpegangan pada pandangan ini akan cenderung kaku, sehingga akan kurang cocok untuk pekerjaan- pekerjaan yang membutuhkan kepekaan

yang terdapat 2 (dua) orang atau lebih peminat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah nilai tawaran tertinggi dalam lelang atas persil/petak tanah dimaksud. (6) Bagi

Perwakilan perusahaan yang hadir adalah direktur atau yang mewakili dengan membawa surat kuasa yang ditandatangani direktur. Demikianlah untuk maklum, atas perhatiannya

Upaya yang dapat dilakukan agar anak dapat berint ernet dengan sehat adalah sebagai.. berikut

Menurut Frandson (1992) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kadarhemoglobin pada makhluk hidup adalah jenis kelamin dimana pria jumlah hemoglobinnyalebih besar

sehingga dapat diajukan dalam Ujian Sidang Laporan Tugas Akhir pada Program Studi D3 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Dalam menangani permasalahan arsip tersebut, BPAD DIY mengelompokkan arsip menjadi arsip dinamis dan statis yang mempunyai kriteria yang berbeda dalam pengelolaannya.Untuk