• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK RETARDASI MENTAL DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI KOTA PADANG TAHUN 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK RETARDASI MENTAL DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI KOTA PADANG TAHUN 2012."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK RETARDASI MENTAL

DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

DI KOTA PADANG

TAHUN 2012

Penelitian Keperawatan Anak

HAZRINA ADELIA

BP. 07121014

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK RETARDASI MENTAL

DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

DI KOTA PADANG

TAHUN 2012

Penelitian Keperawatan Anak

HAZRINA ADELIA

BP. 07121014

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

(3)

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK RETARDASI MENTAL

DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

DI KOTA PADANG

TAHUN 2012

Penelitian Keperawatan Anak

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Pada Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas

oleh

HAZRINA ADELIA

BP. 07121 014

(4)

UNIVERSITAS ANDALAS

2012

PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui Tanggal 22 Oktober 2012

Oleh:

Pembimbing I

Moh. Jamil, S.Kp, M.Biomed NIP: 197007051995031002

Pembimbing II

Dr. Susmiati,M.Biomed NIP. 19720519 200312 2 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Emil Huriani, S.kp, MN NIP. 197808172001122001

(5)

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia Penguji Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Pada tangal 22 Oktober 2012

Panitia penguji,

1. Ns. Ira Erwina, M.Kep, Sp.KepJ (……….)

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Sosial Anak Retardasi Mental Di SLB Kota Padang. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing manusia ke jalan yang di ridhoi Allah SWT.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari partisipasi banyak pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Mohd. Jamil, S.Kp, M. Biomed, Ibu Merineherta, S.Kp, M. Biomed, dan Ibu dr. Susmiati, M.Biomed sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi dengan telaten dan penuh kesabaran hingga terselesaikannya proposal ini. Peneliti juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ns. Hema Malini, S.Kep, MN, selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan banyak motivasi, bimbingan, dan arahan selama peneliti mengikuti perkuliahan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas.

Tidak lupa pula ucapan terimakasih yang mendalam peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dachriyanus, Apt, selaku Dekan Fakultas Keperawatan beserta para Pembantu Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, 2. Para Kepala Sekolah yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

(7)

v

Wacana Asih. Serta seluruh jajaran guru dan pembina sekolah yang turut membantu kelancaran penelitian ini.

3. Segenap dosen yangtelah memberikan ilmunya kepada peneliti dan karyawan Fakultas Keperawatan yang telah berjasa dalam proses penyelesaian administrasi,

4. Ayah dan Ibu tercinta serta kedua adikku yang telah memberikan banyak hal sebagai dukungan moral maupun material,

5. Sahabat-sahabatku seperjuangan PSIK A 2007 yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian proposal ini, terutama para-para sahabat dalam lingkaran kecil (Aini, Anit, Desi, Feni, Ipit, Liza, Nami, dan Muti) serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan berupa tenaga maupun fikiran yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

6. Sahabat-sahabat yang telah memberikan semangat di Akamaru, sahabat-sahabat tercinta dari TK, SD, SMP, SMA, dan dari manapun, baik yang yang belum pernah bertemu langsung ataupun yang sudah bertemu.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan yang perlu adanya penyempurnaan. Untuk itu, peneliti berharap adanya kritik dan saran yang membangun bagi peneliti. Selain itu peneliti berharap semoga apa yang dapat peneliti sampaikan dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Padang, Oktober 2012

(8)

vi ABSTRAK

Retardasi mental merupakan suatu keadaan dimana anak memiliki keterbatasan kemampuan intelegensi dan sosialisasi, sehingga menyebabkan anak mengalami hambatan dalam perilaku adaptif. Pola asuh orang tua adalah cara orang tua mengasuh dan mendidik anak-anaknya yang diterapkan dalam 4 macam pola asuh, yaitu: otoriter, demokratis, permisif, dan campuran. Pengasuhan anak retardasi mental yang tepat akan mempengaruhi perkembangan sosial anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak retardasi mental di SLB Kota Padang. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian ini menggunakan metode porposif sampling dengan jumlah sampel 58 responden. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner pola asuh orang tua dan Vienland Social Maturity Scale (VSMS). Data yang terkumpul dianalisis dengan uji korelasi

Lambda. Hasil penelitian menunjukkan: Pola asuh orang tua anak retardasi mental di SLB Kota Padang hampir separuhnya adalah demokratis, perkembangan sosial anak retardasi mental di SLB Kota Padang lebih dari separuh adalah kurang baik, dan terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak retardasi mental di SLB Kota Padang dengan nilai rhitung sebesar 0,235 dan nilai probabilitas (p=0,047). Kuatnya hubungan dengan Coefisien contingency sebesar 0,235 termasuk dalam kategori lemah.

(9)

vii ABSTRACT

Mental retardation is a condition in which the child has limited intelligence and socialization skills, thereby causing the child have problems in adaptive behavior. Parenting pattern is the way parents nurture and educate their children applied in 4 kinds of parenting, namely: authoritarian, democratic, permissive, and mix. Parenting of mental retardation children affects the social development of the children. The purpose of this study was to determine the relationship between parenting pattern and social development of the children with mental retardation in SLB Padang. This study was corelational study. This study uses porposif sampling with a sample of 58 respondents. The instrument used in this research are Parenting Questionnaire and Vienland Social Maturity Scale (VSMS). The collected data were analyzed by Lambda correlation test. The results showed: Parenting pattern of children with mental retardation in SLB, Padang nearly half is democratic, social development of mentally retarded children in special schools in Padang, for more than half is not good, and there is a relationship between the parenting pattern and social development of children with mental retardation in SLB in Padang rhitung value of 0,235 and a probability value (p = 0,047). The strong correlation of 0,235 with Coefisien contingency included in the weak category.

(10)

viii

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep ... 35

(11)

ix

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Etika Penelitian ... 47

G. Pengumpulan Data ... 48

H. Pengolahan Data ... 48

I. Teknik Analisa Data ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian ... 50

B. Analisa Univariat ... 52

C. Analisa Bivariat ... 53

BAB VI PEMBAHASAN A. Gambaran Pola Asuh Orang Tua di SLB Kota Padang ... 55

B. Gambaran Perkembangan Sosial Anak Retardasi Mental di SLB Kota Padang …... 61

C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Sosial Anak Retardasi Mental di SLB Kota Padang …... 64

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

(12)

x LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitan

Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data dan Penelitian Lampiran 3. Rencana Anggaran Penelitian

Lampiran 4. Lembar Konsul Skripsi

Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Subjek Penelitian

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Untuk Menjadi Subjek Penelitian (Responden) Lampiran 7. Lembar Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Lampiran 8. Lembar Kuesioner Vineland Social Maturity Scale (VSMS) Lampiran 9. Master Tabel

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Retardasi Mental...………14 Tabel 4.1 Variabel dan Definisi Operasional... 40 Table 5.1 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan

Pendidikan di SLB Kota Padang Tahun 2012... 51 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua di SLB Kota Padang

Tahun 2012... 52 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Perkembangan Sosial Anak Retardasi Mental di

SLB Kota Padang Tahun 2012... 52 Tabel 5.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Sosial Anak

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Lombanotobing (2001) bahwa retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh adanya kelemahan (impairment) keterampilan atau kecakapan (skills) selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Individu memiliki intelegensi yang dipergunakan untuk berpikir. Apabila intelegensinya mengalami hambatan dalam perkembangan akan mempengaruhi cara kerja kognitifnya.Retardasi mental merupakan kecacatan yang sering terjadi pada anak. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan dalam perilaku adaptif di bawah usianya sehingga anak yang mengalami retardasi mental kurang mampu mengembangkan keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki anak usianya. (Depdiknas, 2003).

(15)

2

pemenuhan diri sendiri. Dan retardasi berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidup. (American Psychiatric Association, 1994)

Menurut Maramis (2008), penderita retardasi mental di Indonesia diperkirakan 1-3%, yang terdapat di kota dan di desa, dikalangan atas dan rakyat jelata, dalam keluarga terpelajar dan keluarga kurang terdidik, baik dalam keluarga kaya maupun miskin. Retardasi mental banyak ditemukan pada anak yang berusia 5-6 tahun, dan puncaknya pada golongan remaja umur 15 tahun (Surapratiknya, 1995). Prevalensi retardasi mental di Indonesia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Sekitar 3% dari populasi umum mempunyai Intelegensia (IQ) kurang dari simpang baku dibawah rata-rata. Diperkirakan bahwa 80-90% individu dalam populasi adalah retardasi mental dalam kisaran ringan, sementara hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat sampai sangat berat. Sedangkan sisanya adalah retardasi mental dalam kisaran sedang. (Nelson, 2000).

(16)

3

anak retardasi mental menimbulkan berbagai macam reaksi orang tua yang memiliki anak retardasi mental, seperti: orang tua mengucilkan anak atau tidak mengakui sebagai anak yang retardasi mental. Anak yang retardasi mental disembunyikan dari masyarakat karena orang tua merasa malu mempunyai anak keterbelakangan mental. Di sisi lain, ada pula orang tua yang memberikan perhatian lebih pada anak retardasi mental. Orang tua yang menyadari memiliki anak retardasi mental berusaha memberikan yang terbaik pada anaknya dengan meminta bantuan pada ahli yang dapat menangani anak retardasi mental. Orang tua yang memahami dan menyadari akan kelemahan anak retardasi mental merupakan faktor utama untuk membantu perkembangan anak dengan lingkungan (Suryani, 2005).

(17)

4

Menurut Somantri (2006), keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi anak sehingga memberi pengaruh terbesar bagi perkembangan anak. Keluarga terutama ayah dan ibu memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pola dan tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat (Soetjiningsih, 2005). Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh agen sosialnya. Hal yang paling utama dalam proses perkembangan sosial adalah keluarga yaitu orang tua dan saudara kandung (sibling). Anak sebagai bagian dari anggota keluarga, dalam petumbuhan dan perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan yang merawat dan mengasuhnya (Wahini, 2002).

Nurhayati (2008) menjelaskan melalui orang tua anak beradaptasi dengan lingkungan dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Ini disebabkan karena orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak setelah menjadi dewasa (Ramadhan,2009). Orang tua selalu mempunyai pengaruh yang paling kuat pada anak. Setiap orang tua mempunyai gaya tersendiri dalam hubungannya dengan anakanaknya, dan ini mempengaruhi perkembangan sosial anak (Djiwandono, 2003). Menurut Diana Baumrind (2000), pola asuh merupakan gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua dalam berinteraksi dengan anak baik dalam bentuk authoritarian, permissive, authoritative

(18)

5

dalam mengasuh anak dengan memberlakukan berbagai peraturan dan standar tertentu. Orang tua dengan pola asuh permissive bersifat longgar dan serba menerima dalam mengasuh anak. Selanjutnya dengan pola asuh authoritative

identik dengan peranan nilai demokratis. Orang tua merupakan kontak psikologis yang paling awal yang dialami oleh anak dan paling kuat dengan metode pengasuhan diterapkan orang tua. Pola asuh orang tua adalah suatu cara orang tua mengasuh dan mendidik anak, pola asuh orang tua dengan anak retardasi mental lebih pada untuk menghasilkan sesuatu karena termotivasi oleh adanya persepsi bahwa anak membutuhkan pengasuhan dan ajaran yang lebih. (Wenar & Kerig, 2006, dalam Mulato, 2009).

Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada (Endang, 2002). Anak retardsi mental dalam mencapai tugas perkembangan sosialnya berbeda dengan anak normal dimana anak normal setiap tahapan perkembangan sosial dapat berjalan seiring dengan tingkat usianya (Efendi, 2006). Anak retardasi mental memiliki keterbatasan, baik dalam fungsi maupun kemampuan mentalnya. Keterbasan-keterbatasan tersebut menyebabkan anak retardasi mental belajar dan berkembang lebih lambat jika dibandingkan dengan anak normal lainnya. Mereka lebih lambat untuk berbicara, berjalan, dan ketidakmampuan mengurus diri sendiri, seperti : memakai baju, makan, mandi, dan lain-lain (Yulius & Iva, 2000)

Habibi (2007) mengatakan VSMS (Vineland Social Maturity Scale)

(19)

6

darajat tingkat kematangan anak, Tes ini diberikan kepada anak usia 0 – 12 tahun dengan tujuan untuk mencari kemasakan/kematangan sosial anak. Dalam tes ini terdapat poin-poin yang dapat mengungkap tentang indikator kematangan sosial yang dimiliki oleh anak seperti keterampilan dalam membantu diri sendiri (self-help general), keterampilan mengarahkan diri sendiri (selfdirection), keterampilan dalam pekerjaan (occupation), keterampilan gerak (locomotion), keterampilan sosialisasi (sosialization) dan keterampilan komunikasi (comunication). VSMS dimulai sejak tahun 1935 oleh Dr.Edgar A.Doll dan sudah menjalani tiga kali revisi dan yang terakhir tahun 1964., untuk mengembangkan asesmen kompetensi sosial yang pda dasarnya bertujuan untuk menentukan tingkatan sejauh mana anak-anak telah menguasai keterampilan yang diharapkan pada usia tertentu dalam keluarga dan masyarakat; disamping itu dapat juga digunakan untuk mengukur kematangan sosial yang dapat membantu mendiagnosa ketunagrahitaan; misalnya: dapatkah mereka menalikan sepatunya atau dapatkah mereka menghitung pengembalian. Penekanan utamanya pada kepercayaan diri dan tanggung jawab sosial (Delphie dan Asri, 2008)

(20)

7

memungkinkannya menjadi anggota masyarakat yang baik. Sedangkan apabila hubungannya dengan orangtua kurang baik disebabkan oleh orangtua kurang dapat memainkan perannya sebagai orangtua dengan baik dan tepat, maka besar kemungkinan interaksi sosial yang akan dibangun oleh anak akan berlangsung kurang baik pula (Gerungan, 1980 dalam Habibi, 2007)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah LB YPAC cabang Padang, Ibu Deasy Murni S.Pd., pada tanggal 15 November 2011, bahwa perkembangan sosial anak sangat rendah ditunjukkan dengan anak tidak mampu untuk mandiri sebagai individu yang mampu melakukan aktivitas sehari-hari sendiri, dan kurang dapat bergaul dengan teman-teman sebaya, terkait kondisi anak dan lingkungan sosialnya. Untuk mengetahui keberhasilan SLB membina anak retardasi mental salah satunya dengan memberikan pelatihan ketrampilan diri dengan mengajarkan kebutuhan dasar pada anak dan melatih berinteraksi dengan orang lain. Anak tunagrahita memiliki potensi dalam belajar dan mengembangkan seluruh hidup sesuai dengan potensinya. Namun demikian mereka seringkali mengalami kesulitan baik dalam belajar maupun dalam hidup di masyarakat . Sebagian mereka ada yang hanya membutuhkan layanan pengajaran yang sama seperti siswa yang lain dan ada yang membutuhkan layanan pembelajaran yang sangat khusus jika mereka ingin berhasil secara akademis, sosial dan keterampilan (Bandi Delphie dan Pudji Asri, 2008)

(21)

8

luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB). Berdasarkan data Penyelenggara Pendidikan Luar Biasa Provinsi Sumatra Barat, SLB Wacana Asih, SLB Yayasan Penyelenggara Pendidikan Luar Biasa (YPPLB), dan SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) adalah tiga sekolah yang menyediakan pendidikan khusus dengan tipe campuran yang memiliki jumlah murid terbanyak di kota Padang.

(22)

9

peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak yang mengarah ke tipe pola asuh demokratis, dan 1 orang dengan pola asuh campuran.

Pada saat observasi pada tanggal 15 November 2011, pada 10 orang anak ditemukan 4 anak yang telah mampu melakukan permainan berkelompok, mampu berkomunikasi dengan kalinat pendek, dan mampu makan sendiri dengan baik yang menunjukan perkembangan sosial baik. Terdapat 2 orang anak yang masiih kesulitan berbicara dalam kalimat-kalimat pendek, belum mampu makan sendiri dengan baik, dan menolak mengikuti permainan berkelompok, yang menunjukan perkembangan sosial yang kurang. Terdapat 4 orang anak telah mampu berbicara dalam kalimat-kalimat pendek, telah mampu makan sendiri dengan baik, namun masih belum mampu menggunakan pinsil dan belum mau ikut dalam permainan berkelompok.

(23)

10

Habibi (2007) mengatakan bahwa Pola asuh otoriter memberikan pengaruh berkembangnya kematangan sosial dalam aspek kemandirian atau pemenuhan atas kebutuhan dirinya sendiri, hal ini dikarenakan anak dibiasakan disiplin walaupun dengan pendekatan yang otoriter. Tetapi pada aspek kematangan sosial lain seperti kemampuan sosialisasi dan kemampuan komunikasi mengalami hambatan. Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis memungkinkan berkembangnya aspek-aspek kematangan sosial dengan cukup baik, hal ini karena adanya dukungan dan stimulus positif dari kedua orangtuanya. Sedangkan anak-anak yang diasuh dengan pola asuh permisif memiliki kecenderungan berkembang dengan wajar artinya perkembangan kematangan sosial yang dimiliki oleh anak adalah cukup. Pola asuh campuran ini mempengaruhi perkembangan sosialisasi dan kemampuan komunikasi anak sedangkan aspek kematangan sosial lainnya berkembang cukup baik.

Dari uraian di atas dapat diketahui permasalahan-permasalahan yang

menarik peneliti untuk meneliti “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan

(24)

11

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ditemukan adalah “Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Padang”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak retardasi mental di SLB Kota Padang

2. Tujuan Khusus

A. Mengetahui distribusi frekuensi pola asuh orang tua pada anak retardasi mental di SLB Kota Padang

B. Mengetahui distribusi frekuensi perkembangan sosial anak retardasi mental di SLB Kota Padang

C. Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak retardasi mental di SLB Kota Padang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

(25)

12 2. Bagi Profesi Keperawatan

Memberi masukan dan informasi tentang pentingnya pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial anak retardasi mental sehingga dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga pada anak retardasi mental, baik perawat, pendidikan kesehatan, maupun konseling keluarga.

3. Bagi Institusi Lain

Sebagai bahan pertimbangan pengelola SLB dalam memberikan edukasi dan bimbingan konseling kepada keluarga anak retardasi mental.

4. Bagi Peneliti Lain

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PAD A MATA PELAJARAN KEAMANAN PANGAN D I SMK.. Universitas Pendidikan Indonesia

Hasil uji Mann Whiney U Test pada perkembangan bahasa dengan nilai signifikan 0,01 (P<0,05), dan perkembangan motorik halus dengan nilai 0,061 (p>0,05) dapat

2. Upaya BP4 dalam mengatasi problematika perceraian di wilayah Astanajapura dan Pangenan lebih memilih bersifat preventif yaitu sebagai pencegah dari pada

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Dengan batasan kenaikan tarif yang dapat diterima oleh konsumen dari hasil observasi melalui prinsip WTP yaitu sebesar 5%, diharapkan manajemen rumah makan saji mampu menyediakan

H 4 : Free Cash Flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen pada perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa

Pentanahan peralatan adalah tindakan pengamanan dengan cara menghubungkan badan peralatan atau instalasi yang diproteksi dengan hantaran netral yang

Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara pelanggan dan perusahaan menjadi harmonis atau dekat, memberikan dasar