• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ALAT BANTU AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI PAREREDAN SISWAKELAS X DI SMA NEGERI 4 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN ALAT BANTU AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI PAREREDAN SISWAKELAS X DI SMA NEGERI 4 BANDUNG."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN ALAT BANTU AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI PAREREDAN SISWA KELAS X

DI SMA NEGERI 4 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Disusun Oleh:

SHOFFA ASYKARI SALAM

0900840

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN ALAT BANTU AUDIO

VISUAL DALAM PEMBELAJARAN

PENCAK SILAT SENI PAREREDAN

SISWA KELAS X

DI SMA NEGERI 4 BANDUNG

Oleh

SHOFFA ASYKARI SALAM

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

© Shoffa Asykari Salam 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : SHOFFA ASYKARI SALAM NIM : 0900840

JURUSAN : PENDIDIKAN OLAHRAGA

JUDUL : PENERAPAN ALAT BANTU AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARANPENCAK SILAT SENI PAREREDAN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

(Drs. Sucipto, M.Kes) NIP . 196106121987031002

Pembimbing II

(Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd) Nip . 194903161972111001

Mengetahui Ketua Prodi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

ABSTRAK

PENERAPAN ALAT BANTU AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI PAREREDAN SISWAKELAS X DI SMA NEGERI 4

BANDUNG

Pembimbing1 : Drs. Sucipto, M.Kes Pembimbing2 : Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd

Shoffa Asykari Salam

Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran pencak silat dengan menggunakan media audio visual terhadap penampilan pencak silat seni pareredan, ,jika pembelajaran pencak silat dengan menggunakan media audio visual dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan audio visual terhadap penampilan pencak silat seni pareredan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara random. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Dari hasil pengolahan data diperoleh thitung = 2,428 <ttabel

(5)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

ABSTRAK

PENERAPAN ALAT BANTU AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI PAREREDAN SISWAKELAS X DI SMA NEGERI 4

BANDUNG

Pembimbing1 : Drs. Sucipto, M.Kes Pembimbing2 : Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd

Shoffa Asykari Salam

(6)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Pembatasan Penelitian ... 8

F. Definisi Istilah ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 9

A. Media Pembelajaran ... 10

B. Pembelajaran Pencak Silat ... 15

C. Hakikat Pareredan ... 23

D. Anggapan Dasar ... 31

E. Hipotesis ... 32

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 33

(7)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

B. Desain Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 39

E. Prosedur Pengolahan Data ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 48

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 48

B. Diskusi Penemuan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(8)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1Gerakan Hormat Pembuka ………. 22 2.2Jurus Prasetya Paleredan FPOK UPI ………. 23 2.3Gerakan Paleredan Jurus Mincid Mundur, Mincid L, Mincid Naga

Keluar Dari Lautan, Mincid Belah Ketupat, dan Limbung Panutup

……… ……… 25 3.1Jumlah Populasi Terjangkau ……….. 37 3.2Jumlah Siswa Putra Tiap Kelas ……….. 38 3.3Sampel Penelitian Kelompok A (Metode bagian) dan Kelompok B

(Metode Keseluruhan) ………. 38 3.4Kisi-Kisi Instrumen ………. 40 3.5Aspek Penilaiaan ………. 43 4.1Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Kedua

Kelompok Penelitian ... ... 48 4.2Hasil Pengujian Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelompok ... 49 4.3Hasil Pengujian Kesamaan DuaVarians Data Tes Awal dan Tes Akhir

Kedua Kelompok ……….. 50

4.4Hasil Uji Signifikansi Perbedaan Peningkatan Kedua Bentuk Metode

(9)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

DAFTAR GAMBAR /BAGAN

Bagan

2.1Skema Komponen-Komponen Pembelajaran ………. 25

3.1Desain Penelitian ……… 35

(10)

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

A. Gambar Gerak Jurus Paleredan dan Daftar Gambar

Perlakuan dan Tes Akhir ... 60

B. Berita Acara Penelitian ... 108

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 140

D. Lembar Instrumen Penelitian Tes ... 192

E. Data Hasil Tes Akhir ... 202

F. Hasil Tes Rata-Rata dan Simpangan Baku Rangkaian Gerak Paleredan dari Kelompok dengan Metode Progresif ... 202

G. Hasil Tes Rata-Rata dan Simpangan Baku Rangkaian Gerak Paleredan dari Kelompok dengan Metode Padat ... 203

H. Uji Homogenitas Menggunakan Uji Kesamaan Dua Variabel ... 204

I. Uji Normalitas Liliefors Tes Akhir dari Kelompok dengan Audio Visual ... 205

J. Uji Normalitas Liliefors Tes Akhir dari Kelompok dengan tanpa Audio Visual ... 206

K. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Satu Pihak) ... 207

L. Daftar Tabel Z ... 210

M. Daftar Tabel Distribusi F ... 211

N. 2Daftar Tabel Liliefors ... 210

(11)

1

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani hakikatnya adalah pendidikan melalui aktifitas jasmani atau aktifitas gerak. Pendidikan jasmani diajarkan di sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, menurut William (dalam: Abduljabar, 2010:3) “pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan”. Pengertian tersebut didukung oleh adanya pemahaman sebagai berikut:

Manakala pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal. Melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak mungkin dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dalam respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional dan estetika.

Dari pendapat di atas dapat dipahami pendidikan jasmani bukan hanya sekedar pembelajaran yang memfokuskan terhadap perkembangan fisik dan keterampilan peserta didik saja, tetapi pendidikan jasmani pada masa sekarang ini memilik ruang lingkup yang sangat luas, mulai dari aspek fisik, psikologis dan sosial, yang kemudian menjadi fokus sasaran pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.Sementara itu menurut Hetherington (dalam:Abduljabar, 2010:7) seseorang yang terdidik secara jasmani memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menunjukan kompetensi dalam keterampilan gerak dan pola-pola gerak yang diperlukan untuk menampilkan berbagai aktivitas jasmani

(12)

2

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

3. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani secara teratur

4. Mencapai dan memelihara peningkatan tingkat kebugaran jasmani terkait kesehatan

5. Menunjukan tanggung jawab dan sikap respek personal dan sosial dalam setting aktivitas jasmani; dan

6. Memperoleh nilai-nilai keuntungan aktivitas jasmani seperti: kesehatan, keriangan, stimulasi, ekspresi diri, dan interaksi sosial (NASPE, 2004)

Senada dengan yang diungkapakan oleh seorang pakar pendidikan jasmani asal Amerika Serikat yaitu Sidentop (dalam: Abduljabar, 2010:3) mengatakan bahwa „dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model pendidikan melalui jasmani,‟ yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan dan perkembangan, sosial. “Secara garis besar pendidikan jasmani diartikan sebagai sebagai pendidikan dari, tentang, dan melalui jasmani.”

Pendapat lain juga mengatakan hal yang sama, seperti Barrow (dalam: Abduljabar, 2010:4) yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga, permainan, senam dan latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai...individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.”

Dari pendapat diatas pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk aktivitas kegiatan jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar (gross

motorik), memusatkan diri pada gerak fisikal dalam permainan, olahraga dan

fungsi dasar tubuh manusia. Dengan demikian pengertian pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok bagian yaitu:

(13)

3

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

2) Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang tidak harus selalu didapat perbedaan yang mencolok.

3) Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses fisikal ini tetapi keuntungan dari siswa tidak selalu harus berupa fisikal, non fisikal bisa diraih seperti: perkembangan intelektual, sosial dan estetika, seperti juga perkembangan kognitif dan afektif.

Dengan begitu pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan orang hanya terdidik fisiknya saja tetapi seluruh aspek kognitif, afektik dan psikomotor menjadi tujuan utama dalam pendidikan jasmani. Dalam penjas sendiri banyak sekali cabang olahraga yang dipelajari salah satunya pencak silat. Salah satu ilmu bela diri asli dari indonesia yang telah ada sejak dulu.

Perkembangan pencak silat semakin pesat kurikulum di sekolah menjadikan pencak silat sebagai kegiatan ekstrakulikuler. Tetapi setelah dilihat lebih jauh kegiatan ekstakulikuler hanya sebagian orang yang mengikutinya banyak yang mengagap kegiatan ini kampungan. Maka sebagian sekolah menjadikan olahraga pencak silat dijadikan mata pelajaran muatan lokal jadi seluruh siswa wajib mengikutinya.

Pencak silat ialah salah satu cabang olahraga yang berasal dari Indonesia, warisan nenek moyang kita. Kita sebagai penerus bangsa sudah saatnya kita mempertahankan budaya Indonesia ini dengan cara melestarikan dan mengembangkan budaya melalui proses pendidikan. Salah satu cara melestarikan dan mengembangkan bela diri pencak silat ini dengan cara mempelajari apa itu pencak silat dan mensosialisasikan pencak silat agar menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah baik di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

(14)

4

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

sekarang masyarakat lebih tertarik oleh bela diri yang berasal dari luar negeri yaitu karate, taekwondo, whu shu, kung fu, dll. Karena menurut masyarakat bela diri yang berasal dari luar itu lebih populer dan tidak kuno seperti pencak silat.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan pencak silat ini di sekolah yaitu dengan mengajarkan salah satu jurus yang ada dalam pencak silat. Salah satu jurus yang akan peneliti ajarkan yaitu jurus pareredan,dalam proses belajar mengajarnya peneliti ingin membandingkan pembelajaran pencak silat pareredan dengan menggunakan alat bantu berupa video dan yang diajarkan secara langsung. Pencak silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun-temurun. Pada masa penjajahan Belanda, pencak silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru pencak silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPPSI) maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro. Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan pencak silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada pemerintah untuk memasukan pelajaran pencak silat di sekolah-sekolah.Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan.

Ciri khusus pada pencak silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus. Pencak silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.

(15)

5

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

pribadi. Selain itu, terdapat jurus Paleredan yang terdiri dari 7 macam rangkaian gerakan setiap jurusnya. Jurus ini sering dilakukan dan diajarkan dalam pembelajaran pencak silat di sekolah. Jurus ini pun dilakukan secara masal dan sering ditampilkan pada acara-acara penting seperti ulang tahun hari jadi kota, dll.

Pendidikan pencak silat mengalami perubahan yang cukup nyata, hal ini terbukti dengan adanya pembelajaran pencak silat yang telah masuk ke sekolah-sekolah. Meskipun dewasa ini pencak silat telah menjadi salah satu bagian dari kurikulum sekolah baik ditawarkan sebagai ekstrakurikuler maupun sebagai keterampilan wajib (mulok) di beberapa sekolah dasar, namun banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pengajar pencak silat itu sendiri. Salah satu contoh kasus yaitu, sulitnya menanamkan rasa peduli generasi muda terhadap seni kebudayaan asli bangsa Indonesia yakni pencak silat, hal ini dapat terlihat dari gejala umum yang tampak di sekolah pada saat pencak silat ini dikenalkan, kegiatan tersebut tidak benar-benar melibatkan semua siswa, dan hanya segelintir orang yang mau terlibat dan itu pun tampak terpaksa.

Perkembangan zaman yang semakin pesat memberi pengaruh secara langsung terhadap tatanan sosial, politik, ekonomi, seni budaya, bahkan dunia pendidikan. Dalam bidang pendidikan, Indonesia saat ini mulai menampakkan kemajuannya, terbukti dari banyaknya prestasi yang telah didapat baik dari dalam maupun luar negeri. Indikasi lain, lahirnya kesadaran individu Bangsa akan pentingnya pendidikan, menjamurnya lembaga pendidikan di tanah air serta semakin lengkapnya fasilitas yang menunjang pendidikan itu sendiri. Dalam proses belajar mengajar di Indonesia khususnya, selalu mengalami pembaharuan media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

(16)

6

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

pelajaran muatan lokal. Pencak silat merupakan salah satu cabang kesenian yang masih dijaga kelestariannya hingga sekarang, oleh karena itu seni tari dimasukkan ke dalam mata pelajaran di Sekolah. Pelajaran pencak silat biasanya hanya menggunakan metode demonstrasi dan imitasi, sehingga membuat siswa jenuh dan cepat bosan.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh sebab itu secara nyata media membantu dan mempermudah proses belajar mengajar karena dapat digunakan secara tepat, sehingga hasil pembelajaran akan lebih optimal. Pemanfaatan media pembelajaran audio visual oleh guru dimaksudkan untuk membangkitkan semangat dan minat siswa dalam mempelajari pencak silat, selain itu mengajarkan siswa berapresiasi terhadap kebudayaan Indonesia. Media ini juga dapat menarik minat dan perhatian siswa, sehingga siswa lebih kreatif. Guru mempunyai peran penting dalam proses belajar mengajar di kelas, untuk itu guru harus dapat mengkondisikan siswanya. Hal ini sangat mempengaruhi jalannya proses belajar mengajar di kelas. Peneliti bertujuan untuk menambah pengetahuan yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik guru maupun peneliti sendiri guna memberi pengetahuan dan wawasan dalam mengelola pencak silat.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, banyak guru yang menyampaikan pembelajaran secara langsung kepada siswa dengan mencontohkan atau mendemontrasikan secara langsung kepada siswa, peneliti ingin mencoba pembelajaran yang baru yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa video. Alat bantu audio visual ini dapat membantu guru bila guru tersebut tidak dapat hadir dalam pembelajaran. Peneliti ingin mengetahui pembelajaran dengan audio visual apakah dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran pencak silat seni pereredan.

(17)

7

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

Bantu Audio Visual Terhadap Keberhasilan Pembelajaran Pencak Silat Seni PereredanPada Siswa Kelas X di SMA Negeri 4 Bandung”.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka peneliti mencoba menjabarkan kembali permasalahan yang timbul sehingga peneliti betul-betul merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Dengan ini peneliti merumuskan masalah penelitian ini ke dalam pertanyaan berikut: “Bagaimana penerapan alat bantu audio visual terhadap keberhasilan pembelajaran pencak silat seni pereredan pada siswa kelas X di SMA Negeri 4 Bandung”.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai oleh peneliti setelah penelitian ini selesai. Suharsimi Arikunto (1993:49) mengemukakan tujuan penelitian: “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.” Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:

“Untuk mengetahui penerapan alat bantu audio visual terhadap keberhasilan pembelajaran pencak silat seni pereredan pada siswa kelas X di SMA Negeri 4 Bandung”.

D.Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan pengajaran dalam penyampaian materi pembelajaran pencak silat pada siswa-siswi kelas X di SMA Negeri 4 Bandung.

(18)

8

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

materi pembelajaran pencak silat tepak tilu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik.

E.Pembatasan Penelitian

Supaya masalah yang akan dibahas tidak menyimpang dari masalah yang sebenarnya dan supaya penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dari itu penulis memberikan batasan-batasan masalah pada penelitian ini. Adapun ruang lingkup permasalahan yang ingin dibahas adalah:

1. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada pengaruh pembelajaran pencak silat seni pareredan dengan menggunakan alat bantu audio visual dan tidak menggunakan alat bantu terhadap tingkat keberhasilan

2. Metode penelian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen.

3. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri 4 Bandung. Untuk itu penulis akan mengambil dua kelas sebagai sampel untuk membandingkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu kelas X. Sedangkan pemilihan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan secara acak (simple random sampling) dengan cara diundi.

F. Definisi Istilah

Penafsiran atau pandangan seseorang terhadap suatu istilah sering kali berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dan mengaburkan pengertian. Untuk menghindari penafsiran dalam penulisan judul dan isinya penulis menggunakan beberapa istilah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Alat bantu media audio visual adalah suatu sarana atau alat yang terdapat dua unsure audio dan visual yang terdapat dalam pita video dan dikemas dengan gambar elektronis dan kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video layer. (Fitria Dewi, 2005:12)

(19)

9

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

|

3. Pereredan

Jurus Paleredan merupakan salah satu jenis jurus seni ibing pencak yang terdapat dalam kurikulum sekolah dasar dalam pembelajaran mulok silat. Dalam jurus ini terdiri dari 7 jurus Prasetya dan masing-masing dari setiap jurusnya terdapat 7 rangkaian gerakan dengan 7 hitungan dan sebelumnya diawali dengan hormat pembuka dua arah mata angin.

(20)

33

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan mengumpulkan data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang sesuai dengan prosedur penelitian.Penelitian adalah salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono (2008:2) menyatakan bahwa :

Ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu penelitian harus mengacu kepada cara ilmiah agar data yang diperoleh menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti.

Metode Penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dan dipergunakan oleh peneliti dalam rangka memperoleh data yang dipergunakan dengan permasalahan yang diselidiki. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1990:131), sebagai berikut:

(21)

34

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa secara umum bila kita melakukan penelitian maka data yag diperoleh dalam penelitian dapat digunaka untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.

Ada beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan orang untuk mengadakan penelitian suatu permasalahan, seperti metode historis, deskriptif dan eksperimen. Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang penulis ajukan maka penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu mengadakan kegiatan percobaan terhadap variabel-variabel yang diselidiki untuk mendapatkan suatu hasil.

Metode ini dipergunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ini adalah membandingkan antara penguasaan gerak dalam pembelajaran pencak silat pareredan dengan menggunakan alat bantu audio visual dan tidak menggunakan alat bantu audio visual pada siswa SMA Negeri 4 Bandung.

Kedua kelompok tersebut kemudian menjalani proses perlakuan sesuai dengan program perlakuan yang telah disusun oleh penulis. Sebelum dan sesudah proses perlakuan diprogramkan, dilakukan pengukuran untuk membandingkan tingkat penguasaan gerak siswa terhadap hasil pembelajaran pecak silat, akibat perlakuan dari pembelajaran pencak silat pareredan dengan menggunakan alat bantu audio visual dan tidak menggunkan alat bantu audio visual. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah menggunakan alat bantu audio visual dan tidak menggunakan alat bantu dan variabel terikat yaitu penguasaan gerak pareredan siswa.

B. Desain Penelitian

(22)

35

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilaksanakan secara teratur dan tersusun dengan baik. Dalam desain penelitian yang menjelaskan mengenai hubungan antara suatu variable dengan variable lainnya peneliti harus cermat dalam menentukan secara jelas yang mana variable bebas (independent variable) dan mana veriabel terikatnya (dependent variable). Dalam suatu penelitian dibutuhkan desain penelitian untuk dijadikan acuan dalam langkah-langkah penelitian. Penggunaan desain dalam penelitian ini adalah (Post Only Design, yakni suatu desain penelitian yang hanya melihat hasil tes akhirnya saja. Desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan.

Kelompok A (menggunakan audio visual)

Kelompok B (tidak menggunakan alat bantu audio visual)

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

R1 : Kelompok pertama

R2 : Kelompok kedua

X1 : Perlakuan penguasaan gerak pareredan dengan alat bantu audio visual.

X2 : Perlakuan penguasaan gerak pareredan tidak menggunakan alat bantu.

O1 : Kelompok pertama yang sudah diberi perlakuan alat bantu audio visual.

O1 : Kelompok kedua yang sudah diberi perlakuan tidak menggunakan alat

bantu.

Adapun prosedur dari rancangan penelitian tersebut di atas adalah sebagai berikut :

a) Menentukan sampel dari populasi.

R1 O1

R2 O2

X1

(23)

36

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b) Memberikan perlakuan dengan menggunakan alat bantu audio visual dan tidak menggunkan alat bantu audio visual.

c) Melakukan tes akhir setelah diberi perlakuan kemudian menghitung rata-rata. d) Menghitung perbedaan antara hasil kelompok pertama (menggunakan alat

bantu audio visual) dan kelompok kedua (tidak menggunakan alat bantu audio visual) setelah diberi perlakuan.

e) Langkah terakhir memakai pengujian hipotesis untuk menentukan apakah perbedaan itu cukup berarti menerima hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini atau sebaliknya.

Selanjutnya penulis menggambarkan rancangan penelitian tersebut sebagai berikut :

Bagan 3.2

Langkah-langkah penelitian

C. Populasi dan Sampel

Dalam suatu penelitian yang dilakukan keberadaan populasi dan sampel penelitian adalah hal yang penting untuk menunjang keberhasilan proses penelitian. Pengertian populasi menurut Sugiyono (1994:57) yang tertulis dalam bukunya menyebutkan bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri

Populasi

Sampel

Perlakuan

Hasil A

Kelompok B

Perlakuan

Hasil B Pengumpulan Data

Pengumpulan & Analisi Data

(24)

37

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dari atas: objek/subjek yang kuantitas dan kualitas tertentu yang di terapkan oleh penelitian untuk mempelajari dan kemudian tarik kesimpulan”.

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai populasi, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa populasi merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari sekumpulan objek penelitian, baik benda hidup, manusia, benda mati, atau berupa gejala maupun peristiwa-peristiwa yang dijadikan sebagai sumber data yang memilki berbagai ciri atau karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri 4 Bandung.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi yang diteliti besar maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Berkaitan dengan sampel dalam sebuah penelitian harus representatif maka dalam proses penentuan sampel harus ada teknik sampling untuk memudahkan peneliti mengambil data dengan akurat. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simple random sampling. Dikatakan simple atau sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatiakan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas X-5 dan X-6 di SMA Negeri 4 Bandung.

Langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi jumlah populasi yang homogen pada tiap kelas

Jumlah populasi terjangkau siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelas X-5 Kelas X-6

15 orang 15 orang

Tabel 3.1

(25)

38

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk menentukan jumlah sampel pada setiap kelas dilakukan dengan cara menghitung jumlah siswa terutama siswa putra pada masing-masing kelas, dikarenakan dalam penelitian ini penulis mengambil sampel siswa putra saja, hasilnya sebagai berikut :

Kelas X-5 Kelas X-6 Total

15 orang 15 orang 30 orang

3. Menentukan kelompok sampel

Untuk menentukan kelompok siswa yang menjadi sampel penelitian dilakukan dengan acak tidak melihat dari berbagai pertimbangan, peneliti mengambil sampel 2 kelas yaitu kelas X seperti dibawah ini :

NO KELOMPOK A KELAS X-5 KELOMPOK B KELAS X-6 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tabel 3.2

(26)

39

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.3

Sampel penelitian Kelompok A (menggunakan alat bantu audio visual) dan Kelompok B (tidak menggunakan alat bantu audio visual)

D. Istrumen Pengumpulan Data

Meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena sosial maupun alam yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian, jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.

Dalam pengumpulan data merupakan salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan artinya data merupakan kunci jawaban suatu pertanyaan ilmiah yang diajukan dalam penelitian. Menurut Emory (1985) yang dikutip dari Sugiyono (2010:102) bahwa :

Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian .

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu penelitian diperlikan alat ukur yang baik agar apa yang kita amati akan mendapatkan hasil yang valid dan reliabel.

Untuk mendapatkan data yang nantinya diolah dan dianalisis maka diperlukan alat untuk instrumen :

1. Menentukan jadwal mulai melakukan perlakuan, yaitu dilakukan pada tanggal 25 Maret 2013

(27)

40

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Menentukan waktu dan tempat pengetesan, yaitu dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 April 2013 pukul 16.00 WIB s.d selesai diaula SMA Negeri 8 Bandung.

4. Dalam pengetesan ini penulis melaksanakan tes sebanyak 1 kali :

a. Tes akhir, tujuannya untuk mengetahui kemajuan siswa setelah diberikan perlakuan.

b. Selanjutnya menghitung rata-rata hasil tes antara kelompok yang menggunakan alat bantu audio visual dan kelompok yang tidak menggunakan alat bantu audio visual.

Pertemuan

Ke Waktu Perlakuan Materi

1 Senin,

25 Maret 2013

Pembelajaran dengan media

audio visual Pengenalan salam penghormatan dan

audio visual Pengulangan jurus I dan pengenalan jurus II

audio visual Pengulangan jurus II dan pengenalan jurus

(28)

41

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

visual satu jurus ke jurus lainnya

audio visual Pengulangan mincid dan pengenalan jurus

audio visual Tes penampilan pencak silat seni pareredan menggunakan musik Pembelajaran tanpa audio

(29)

42

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.4

Jadwal Pemberian Treatment

Tes akhir dilaksanakan dengan teknik berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Petunjuk umum

a. Sebelum tes dimulai, kepada para testee diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai jenis test yang akan dilakukan dan diberikan cara melakukan peregangan.

b. Kepada para testee diberikan juga penjelasan mengenai sistem penilaian dalam test ini.

c. Disarankan agar seluruh testee memakai pakaian olahraga. 2. Petunjuk pelaksanaan

a. Tes rangkaian gerakan pareredan dengan irama musik, tujuan tes ini untuk mengetahui kemampuan siswa dengan menggunakan alat bantu audio visual dan tidak menggunakan alat bantu terhadap penguasaan gerak pareredan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

b. Pelaksanaan dan perlengkapan, kaset pareredan, tape recorder, format penilaian, tester, lapangan.

c. Pengetesan, jumlah pembantu yang bertugas untuk menilai gerakan sebanyak 8 orang.

1) Ketua 1 orang 2) Sekretaris 1 orang

3) Pencatat hasil tes 5 orang (juri)

Tester berasal dari wasit juri Pencak Silat yang bersertifikasi Jawa Barat.

4) Operator musik/tape recorder satu orang. 3. Kriteria penilaian dan kisi-kisi instrumen.

a. Kriteria penilaian 1) Wiraga

(30)

43

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b) Jumlah seluruh gerakan pada rangkaian gerak Paleredan terdapat 105 gerakan.

c) Gerakan yang benar diberi nilai 1, sedangkan gerakan yang salah diberi nilai 0.

d) Nilai teknik diperoleh dengan cara jumlah gerakan dikurangi kesalahan gerakan (105–kesalahan gerakan).

e) Dari 5 tester diambil 3 nilai, karena nilai terbesar dan terkecil dari setiap perolehan nilai testee tidak dipakai.

f) Penilaian aspek ini bersifat objektif.

2) Wirasa dan Wirahma (Kemantapan dan Keindahan gerak)

a) Penilaian pada aspek wirasa dilihat dari kemantapan gerakan, kemantapan penghayatan gerakan, kemantapan tenaga dan stamina setiap siswa. Sedangkan penilaian pada aspek wirahma dilihat dari keindahan gerakan dan kesesuaian gerakan dengan irama musik pengiring Paleredan

b) Aspek-aspek yang dinilai antara lain: Kecepatan, kekuatan, kelentukan, dan penjiwaan (ekspresi penghayatan) terhadap gerakan.

c) Rentang skor pada aspek penilaian wirasa antara 50-60. d) Penilaian aspek ini bersifat subyektif.

Sub Variabel

Terikat

Indikator Keterangan

Wiraga

Urutan gerakan Melakukan gerakan setiap jurus sesuai urutan. Ketepatan gerak jurus Melakukan gerakan yang tepat sesuai

ketentuan gerak.

(31)

44

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Wirasa Penghayatan dan

ekspresi

Melakukan setiap gerakan dengan penghayatan dan penjiwaan.

Tabel 3.5 Aspek Penilaian

E. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data dari tes terkumpul, langkah selanjutnya dalah mengolah dan menganalisis data tersebut secara statistik. Ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai diterima tidaknya hipotesis sesuai dengan signifikannya yang diajukan pada bab satu. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus dari Sudjana (2001) sebagai berikut :

̅ ∑

Keterangan tanda dalam rumus :

̅ : rata-rata suatu kelompok n : Jumlah sampel

Xi : Nilai data

∑ : Jumlah sampel suatu kelompok

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Sudjana (2001) sebagai berikut :

√∑ ̅

Keterangan tanda dalam rumus :

S : Simpangan baku gabungan

n : Jumlah sampel

∑ ̅ : Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

(32)

45

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Pengamatan X1, X2, …Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…Zn dengan

menggunakan rumus : ̅

(̅dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel)

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P(Z.Z1)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,…Zn∑ . Jika proporsi ini

dinyatakan S(Z1), maka :

d. Menghitung selisih F (Z1) - S(Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan L0

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol jika L0 yang diperoleh dari

data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2001) adalah sebagai berikut :

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel

distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05.

(33)

46

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran menggunakan audio visual dengan yang tidak menggunakan alat bantu.

Sedangkan syarat untuk menguji perbedaan dua rata-rata, yaitu datanya harus berdistribusi normal dan variansinya homogen. Jika berdistribusi normal dan homogen maka rumus statistik yang digunakan yaitu uji t, yang disusun oleh sudjana (1986:233) sebagai berikut:

̅ ̅ √

Sebelum uji t terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2) melalui rumus sebagai berikut:

Keterangan tanda dalam rumus :

t : Nilai t yang dicari (thitung)

S2 : Simpangan baku gabungan

n

1 : Jumlah sampel kelompok 1

n

2 : Jumlah sampel kelompok 2

̅

: rata-rata kelompok 1

̅

: rata-rata kelompok 2 S12 : variansi kelompok 1

S22 : variansi kelompok 2

Sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasional sederhana. Kriteria pengujian adalah terima Hojika t <t1-α, dalam hal lain tolak

hipotesis, dengan peluang pada (α = 0,95) dengan dk = (n1+n2-2).

F. Teknik Analisis Data

(34)

47

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(35)

55

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan analisis data melalui prosedur statistika, penulis mengambil keputusan sebagai hasil dari proses penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran pencak silat dengan menggunakan media audio visual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penampilan pencak silat seni pareredan.

2. Pembelajaran pencak silat tanpa menggunakan alat bantu audio visual memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penampilan pencak silat seni pareredan.

3. Pembelajaran pencak silat dengan menggunakan media audio visual tidak lebih baik dengan pembelajaran tanpa menggunakan alat bantu audio visual terhadap penampilan pencak silat seni pareredan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang menerangkan bahwa:

1. Pembelajaran pencak silat dengan menggunakan media audio visual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penampilan pencak silat seni pareredan.

2. Pembelajaran pencak silat tanpa menggunakan alat bantu audio visual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penampilan pencak silat seni pareredan.

3. Pembelajaran pencak silat dengan menggunakan media audio visual tidak lebih baik dengan pembelajaran tanpa menggunakan alat bantu audio visual terhadap penampilan pencak silat seni pareredan.

(36)

56

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal tersebut, maka pada proses pembuatan media pembelajaran dengan audio visual harus dibuat dengan sangat rapi, teliti dan sempurna sesuai dengan langkah-langkah pembuatan media pembelajaran dalam bentuk audio visual oleh tenaga ahli, sehingga bahan ajar yang akan ditampilkan pada media pembelajaran pun dapat di persentasikan dengan sempurna, sistematis dan mudah diterima serta diserap oleh siswa.

(37)

57

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Saeful dan Lamere, Fransina. (2010). Media Audio dan Video Untuk

Pembelajaran, [Online]. Tersedia:http://benramt.wordpress.com/2010/01/

18/media-audio-dan-video-untuk-pembelajaran/

Arikunto, Suharsimi. (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: RinekaCipta.

Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .Jakarta :RinekaCipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta :Rineka Cipta.

B, Abduljabar. (2010). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

B, Abduljabar. (2010).Modul Aplikasi Statistika dalam Pendidikan Jasmani,Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Fitria, Dewi. (2005). Pengembangan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran

Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Negeri (MIN) Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara, Semarang.

Udin, S, Winataputra, dkk. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

IPSI.(2007). Peraturan Pertandingan Pencak Silat Hasil MUNAS XII

IPSI.Jakarta: Ikatan Pencak Silat Indonesia.

Kusumahidayat, Yuliawan dan Sumiaty, Isus. (2008). Ibing Pencak Silat Sebagai

Materi Pembelajaran, Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Lelana, Masezra Danu. (2006). Melestarikan Pencak Silat Melalui Kegiatan

(38)

58

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Lerch, N. (2004). Sejarah dan Perkembangan Pencak Silat, [Online]. Tersedia:http://www.tapaksuci.de/index.php?option=com_content&view= article&id=44&Itemid=2&lang=in.

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI. Mustikasari, Andriana. (2008). Mengenal Media Pembelajaran, [Online].

Tersedia:http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/

Sucipto.(2006). Teori pembelajaran Pencak Silat Untuk Mahasiswa FPOK UPI. Bandung: FPOK UPI.

Sucipto.(2008). Teori pembelajaran Pencak Silat Untuk Mahasiswa FPOK UPI. Bandung: FPOK UPI

Sudjana. (2005). Metoda Statistika, Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alafabeta.

Supriadi, Ishak Abduhak dan Dinn Wahyudin. (2001). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sunendar, Dadang. (2008). Ibing Pencak Silat Sebagai Materi Pembelajaran, Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: UPI.

Warpala, I Wayan Sukra. (2009). Media Pembelajaran: Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi,

dan Karakteristiknya, [Online]. Tersedia:http://edukasi.kompasiana.com/

2009/12/18/media-pembelajaran-arti-posisi-fungsi-klasifikasi-dan karakteristiknya/.

(39)

59

Shoffa Asykari Salam, 2013

Penerapan Alat Bantu Audio Visual Dalam Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di SMA Negeri 4 Bandung

Sumber-Sumberdari Internet: www.silatindonesia.com

http://silatindonesia.com/2011/02/ibing-penca-dan-beladiri-pencak-silat/

http://wahana-budaya- indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=382%3Aketuk-tilu&catid=161%3Apertunjukan-tradisional&Itemid=64&lang=en

http://silat.blogsome.com/2006/03/23/

Gambar

Tabel
Tabel 3.2 Jumlah siswa putra tiap kelas
Tabel 3.3 Sampel penelitian Kelompok A (menggunakan alat bantu audio visual) dan
Tabel 3.4 Jadwal Pemberian Treatment
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil identifikasi stakeholder yang terlibat dalam perencanaan pembangunan kehutanan di daerah (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Papua Barat

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR DAN INDEX MASSA TUBUH PADA SISWA TUNAGRAHITA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, sebagian besar diantara mereka menyatakan bahwa bimbingan agama yang diadakan oleh pihak panti baik dan berguna bagi anak asuh. Hal

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR DAN INDEX MASSA TUBUH PADA SISWA TUNAGRAHITA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dalam kehidupan masyarakat peranan pelayanan sosial adalah mengembangkan kehidupan bagi individu dan kelompok sebagai pengganti fungsi dalam keluarga, sehingga

Anak berkebutuhan khusus atau disebut juga dengan anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan mental,

EKSPLORASI GEN POLYKETID E SYNTHASE D AN ID ENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI END OFIT AKAR Ageratum conyzoides L.. Pengukuran Konsentrasi dan Kemurnian

masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana keragaman gen pks dan identifikasi gen 16S rRNA pada bakteri endofit A. Pertanyaan