R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
No. Daftar FPEB: 397/UN.40.7.D1/LT/2013
ANALISIS PENERAPAN PENENTUAN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI
BIAYA IJARAH DALAM RAHN EMAS
(Studi Fenomenologi pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi
Oleh:
R. Utari Nur Khoerun Nisaa
(0906615)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Analisis Penerapan Penentuan dan Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah dalam
Rahn Emas
(Studi Fenomenologi pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)
Oleh
R. Utari Nur Khoerun Nisaa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© R. Utari Nur Khoerun Nisaa 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENERAPAN PENENTUAN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI
BIAYA IJARAH DALAM RAHN EMAS
(Studi Fenomenologi pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)
SKRIPSI
R. Utari Nur Khoerun Nisaa
Telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Elis Mediawati.,S.Pd.,SE.,M.Si Denny Andriana.,SE.,MBA.,Ak.,CMA
NIP. 19820123 200501 2 002 NIP. 19811101 201012 1 002
Mengetahui
Dr. H. Nono Supriatna, M.Si
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
ABSTRAK
ANALISIS PENERAPAN PENENTUAN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA IJARAH DALAM RAHN EMAS (STUDI FENOMENOLOGI PADA
PEMBIAYAAN MITRA EMAS DI BANK BJB SYARIAH)
Oleh: R. Utari Nur Khoerun Nisaa
Pembimbing I : Elis Mediawati., S.Pd., SE., M.Si Pembimbing II : Denny Andriana, SE., MBA., Ak., CMA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan biaya ijarah rahn emas berdasarkan pedoman di Bank BJB Syariah dan bagaimana perlakuan akuntansi terhadap biaya ijarah tersebut, kemudian menganalisis kesesuaian penerapan penentuan biaya ijarah dengan pedoman yang digunakan juga fatwa DSN MUI serta perlakuan akuntansinya dengan PSAK 107.
Penelitian merupakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi yang dilakukan di Bank BJB Syariah. Data yang digunakan adalah data primer, diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap para informan yang dipilih secara purposive. Juga data sekunder yang diperoleh dari dokumen perusahaan yang dipublikasikan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa produk rahn emas di Bank BJB Syariah menggunakan tiga akad yaitu akad qardh, akad rahn dan akad ijarah. Biaya ijarah ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan dan lama gadainya. Adapun biaya ijarah ini dihitung dengan rumus: tarif ijarah x berat emas x lama gadai, dan perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 107. Penentuan biaya ijarah di Bank BJB Syariah sudah sesuai dengan pedoman juga Fatwa DSN MUI Nomor. 26 yaitu bukan berdasarkan jumlah pinjaman nasabah. Sedangkan untuk perlakuan akuntansi terhadap biaya ijarah tersebut tidak semua mengacu kepada PSAK 107, hanya pengakuan pendapatannya saja.
ABSTRACT
The Research Paper is Entitled:
ANALYSIS OF DETERMINE APPLICATION AND THE ACCOUNTING TREATMENT OF IJARAH COST IN GOLD RAHN
(PHENOMENOLOGICAL STUDY OF MITRA EMAS FINANCING IN BJB SYARIAH BANK)
Arranged By: R. Utari Nur Khoerun Nisaa Counselor I : Elis Mediawati., S.Pd., SE., M.Si Counselor II : Denny Andriana, SE., MBA., Ak., CMA.
In this paper, the research is aimed for several puposes, to find out the determination of ijarah cost in the gold rahn based on BJB Syariah Bank guidelines and how the accounting treatment represented. Then, to analyze the implementation of ijarah cost in regard to the guidelines and DSN MUI Fatwa, and the accounting treatment concerning PSAK 107.
Since the subject of research is drawn from BJB Syariah Bank. The research employs descriptive-qulitative method, utilizing phenomenological approach. The collected data are categorized into primary and secondary data-- the primary data are intentionally collected from the interviews with selected informants, and the secondary data are collected from published documents of the company.
The result of the research indicated that gold rahn product in BJB Syariah Bank uses three contracts--qardh, rahn and ijarah. Ijarah cost depends on the weight of gold and the length of pledged. Ijarah cost can be calculated by this formula: Ijarah rate x weight of gold x the length of pledges, and the accounting treatment refers to PSAK 107. And, the determination of Ijarah cost in BJB Syariah Bank follows the usual standards of the guidelines and DSN MUI Fatwa no. 26. Apparently, it’s not based on the amount of costumer loans. In addition the accounting treatment of ijarah cost is not all referring to PSAK 107, it’s only for income confession.
i
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
atas segala berkah, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Analisis Penerapan Penentuan dan Perlakuan Akuntansi
Biaya Ijarah dalam Rahn Emas (Studi Fenomenologi pada Pembiayaan
Mitra Emas di Bank BJB Syariah)”
Adapun penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam
menempuh ujian sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan guna menambah wawasan dan sebagai
bahan perbaikan pada masa yang akan datang.
Harapan penulis semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya
serta bagi para pihak yang tertarik dengan tema penelitian yang sama.
Bandung, September 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang senantiasa selalu menuntun penulis dalam melalui tahapan demi
tahapan penulisan skripsi ini sampai pada tahap akhir penyelesaian, serta
sanjungan shalawat kepada Utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW yang
selalu menjadi contoh dalam setiap kebaikan-kebaikan yang dilakukannya.
Tak pernah pula berhenti penulis ucapkan syukur Alhamdulillah kepada
dua orang paling hebat yang pernah penulis jumpai yaitu kedua orang tua penulis,
Papah Ahmad Ridwan dan Mamah Yuyun Kunaenah yang memberikan hidupnya
untuk penulis, yang selalu menjadi inspirasi utama bagi penulis, yang senantiasa
selalu mendoakan penulis dalam setiap waktu, terimakasih atas dukungan tak
terhingga dari mamah dan papah selama ini dan hanya rahmat Allah dan
surga-Nya yang mampu membalas jasa-jasa mamah dan papah sebagai orang tua.
Penulis juga mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Ibu Elis
Mediawati.,S.Pd.,SE.,M.Si dan Bapak Denny Andriana.,SE.,MBA.,Ak.,CMA
yang sudah sangat membantu dan membimbing penulis selama penulisan skripsi
ini berlangsung, kesediaannya dalam memberikan ilmu-ilmu yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir penulis, serta atas
kesabarannya, keluangan waktunya, tenaga dan pikirannya dalam setiap
bimbingan yang diberikan selama ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan
iii
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
1. Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., selaku Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia.
2. Bapak Dr. H. Edi Suryadi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis.
3. Drs. H. Nono Supriatna., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi.
4. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis (FPEB) Universitas Pendidikan Indonesia, dan
dosen-dosen dari program studi lain yang telah memberikan materi dan ilmu
selama perkuliahan. Bapak Rizky Hidayat yang selalu memberikan
semangat.
5. Achmad Billy Zulqiyami yang tidak pernah lelah memberikan kasih
sayangnya, dukungannya, semangatnya, dan doanya dalam setiap
tahapan-tahapan yang dilalui penulis, baik dalam keadaan mudah maupun dalam
keadaan sulit.
6. Adik-adik penulis Rany Puspa Pijayanti dan Nabila Tri Mulyani yang
selalu memberikan warna-warna berbeda, dukungan-dukungan yang
menceriakan dan menyemangatkan penulis.
7. Nenek penulis, Ni Ian yang tidak pernah berhenti mendoakan keberhasilan
penulis dalam meniti jalan menuju kesuksesan.
8. Keluarga besar penulis yang sudah banyak memberikan bantuan baik
moril maupun materil selama penulis menempuh kuliah.
9. Terima kasih kepada Bank BJB Syariah Pusat maupun KCP Purwakarta,
menjadi informan, serta terima kasih sebesar-besarnya kepada Teh Dada,
Pak Chan, Bu Susi yang sudah banyak membantu sehingga data untuk
skripsi ini bisa terkumpul.
10. Sahabat-sahabat penulis Teman Lawas Vivi Silfiani, Nita Fitriani, Yeni
Anggriani, Tia Adityaningsih, Aulia Dina yang selalu bersedia bertukar
pikiran serta memberikan saran-saran serta kekonyolan dan lelucon
terbaiknya dalam setiap keadaan yang dilalui penulis. Teman satu kamar
selama tiga tahun Dede Rifti Agustina untuk kritikan, saran dan
semangatnya.
11. Sahabat seperjuangan Nurul, Alni, Nana, Mudin, Anwar terima kasih atas
persahabatan yang penulis dapat dari kalian semua.
12. Seluruh teman-teman seperjuangan Akuntansi kelas A yang sudah bersedia
berbagi ilmu bersama-sama selama 4 tahun di Program Studi Akuntansi,
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan
Indonesia
13. Seluruh teman-teman seperjuangan di kelas Akuntansi Syariah yang sudah
bersedia berbagi ilmu syariah bersama-sama selama 2 tahun terakhir.
14. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan bagi
penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah
v
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK...
ABSTRACT...
KATA PENGANTAR ………...………
UCAPAN TERIMA KASIH...
DAFTAR ISI ………...…………..
DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii x xi
BAB I PENDAHULUAN ………...…
1.1Latar Belakang Masalah...
1.2 Rumusan Masalah ………..…...
1.3Tujuan...……….……...
1.4Manfaat...
1.4.1 Manfaat Teoritis...
1.4.2 Manfaat Praktis...
1 1 7 8 8 8 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...
2.1 Bank Syariah...
2.1.1 Pengertian Bank Syariah...
2.1.2 Tujuan Bank Syariah...
2.1.3 Fungsi Bank Syariah...
2.1.4Peraturan Pelaksanan Bank Berdasarkan Syariah...
2.2 Rahn...
2.2.1 Pengertian Rahn...
2.2.2 Dasar Hukum Rahn...
2.2.3 Rukun dan Syarat Rahn...
2.3 Ijarah...
2.3.1 Pengertian Ijarah...
2.3.2 Dasar Hukum Ijarah...
2.3.3 Rukun dan Syarat Ijarah...
2.3.4 Ijarah dalam PSAK 107...
2.4 Penelitian Terdahulu...
2.5 Kerangka Pemikiran...
22 22 25 27 33 35 41 BAB III BAB IV METODE PENELITIAN...
3.1 Obyek Penelitian...
3.2 Jenis dan Metode Penelitian...
3.3 Jenis dan Sumber Data...
3.4 Teknik Pengumpulan Data...
3.5 Instrumen Penelitian...
3.6 Teknik Analisis Data...
3.7 Pengujian Kredibilitas Data...
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
4.1 Hasil Penelitian...
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian...
4.1.1.1 Sejarah Bank BJB Syariah...
4.1.1.2 Visi dan Misi Bank BJB Syariah...
4.1.1.3 Struktur Organisasi Bank BJB Syariah...
4.1.1.4 Produk Bank BJB Syariah...
4.1.2 Gambaran Penentuan Biaya Ijarah Berdasarkan
Pedoman Bank BJB Syariah...
4.1.3 Gambaran Penerapan Penentuan Biaya Ijarah dan
Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah rahn Emas...
vii
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013 BAB V
4.1.4 Gambaran Kesesuaian Penentuan Biaya Ijarah
dengan Pedoman yang Digunakan dan Fatwa DSN
Serta Perlakuan Akuntansinya dengan PSAK
107...
4.2 Pembahasan...
4.2.1 Penentuan Biaya Ijarah Berdasarkan Pedoman Bank
BJB Syariah...
4.2.2 Penerapan Penentuan Biaya Ijarah dan Perlakuan
Akuntansi Biaya Ijarah rahn Emas...
4.2.3Kesesuaian Penentuan Biaya Ijarah dengan Pedomanyang Digunakan dan Fatwa DSN Serta
Perlakuan Akuntansinya dengan PSAK 107...
SIMPULAN DAN SARAN...
5.1 Simpulan...
5.2 Saran... 76
81
82
85
87
102
102
103
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah...
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu...
Tabel 3.1 Informan Penelitian...
Tabel 3.2 Pengkodean...
Tabel 4.1 Informan Penelitian...
Tabel 4.2 Kesimpulan Hasil Reduksi Penentuan Biaya Ijarah
Rahn Emas Berdasarkan Pedoman Bank BJB Syariah... 2
36
53
56
61
68
Tabel 4.3 Kesimpulan Hasil Reduksi Penerapan Penentuan Biaya Ijarah
Rahn Emas di Bank BJB Syariah... Tabel 4.4 Keimpulan Hasil Reduksi Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah
rahn Emas di Bank BJB Syariah... Tabel 4.5Kesimpulan Hasil Reduksi Penentuan Biaya Ijarah Rahn
Emas Sesuai Syar’I Berdasarkan Fatwa DSN MUI... Tabel 4.6 Tabel Analisis Penentuan Biaya Ijarah Rahn Emas Bank
BJB Syariah dengan Fatwa DSN MUI...
Tabel 4.7 Tabel Perbandingan Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah Rahn
Emas di Bank BJB Syariah dengan PSAK 107... 72
75
80
95
ix
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank BJB Syariah... 46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belakangan ini Bank Syariah menjadi fenomena di dunia finansial dan
perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank
syariah turut disebut-sebut sebagai jawaban atas buruknya sistem perbankan di
seluruh dunia. Banyak pakar berpendapat bahwa perbankan syariah memiliki
karakteristik less heat, sehingga sistem perbankan syariah ini tahan dalam
menghadapi krisis. Sistem perbankan konvensional dan berbagai instrumen
keuangannya dianggap sebagai sumber masalah dari berbagai krisis keuangan
yang terjadi, seperti krisis finansial subprime mortgage crisis di Amerika tahun
2008.
Perbankan syariah sendiri di Indonesia diatur dalam Undang-undang No.
21 Tahun 2008 yang disahkan pada tanggal 16 Juli 2008 dan dimuat dalam situs
resmi Bank Indonesia. Disini menjelaskan mengenai jenis kegiatan usaha serta
produk Bank Syariah yang terdiri dari BUS (Badan Usaha Syariah) dan BPRS
(Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) (Pasal 18) serta UUS (Unit Usaha Syariah),
pada dasarnya perbankan syariah melakukan kegiatan usaha yang sama dengan
bank konvensional yaitu melakukan penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat disamping penyediaan jasa keuangan lainnya. Perbedaannya adalah
seluruh kegiatan usaha bank syariah dan UUS didasarkan pada prinsip syariah.
2
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
karena dalam prinsip syariah memiliki berbagai variasi akad yang akan
menimbulkan variasi produk yang lebih banyak dibandingkan produk bank
konvensional.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat dari adanya
peningkatan jumlah perbankan syariah setiap tahunnya, seperti yang tercantum
dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah
Kelompok Bank
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jan-2012
Bank Umum
Syariah 3 3 5 6 11 11 11
Unit Usaha Syariah
20 26 27 25 23 24 24
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
150 114 131 138 150 155 155
Sumber: Bank Indonesia (2012)
Inovasi produk merupakan salah satu aspek yang turut memicu
perkembangan perbankan syariah. Inovasi produk inilah yang telah memberikan
kekuatan pada perbankan syariah untuk menuju pada suatu bisnis perbankan yang
kreatif sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu, melalui pembuatan
3
perbankan syariah mampu bersaing dengan perbankan konvensional yang sudah
puluhan tahun ada di Indonesia. Sejalan dengan upaya inovasi produk perbankan
syariah, Bank Indonesia telah menerbitkan Buku Daftar Produk Perbankan
Syariah dengan jumlah produk sebanyak 29 (dua puluh sembilan) jenis. Dalam
buku tersebut terdapat 1 (satu) produk perbankan syariah yang pada dasarnya
merupakan produk yang hanya bisa dipasarkan oleh perbankan syariah saja dan
tidak bisa dipasarkan oleh perbankan konvensional, nama produk itu adalah Gadai
Emas Syariah (www.bi.go.id).
Kreativitas perbankan syariah dalam hal membuat produk baru maupun
adaptasi produk yang dibutuhkan pasar tidak hanya memicu perkembangan
perbankan syariah secara signifikan. Di sisi lain, hal itu justru mengundang
perdebatan seputar sah atau tidaknya dan kesesuaian syariah dari produk-produk
hasil inovasi dari bank syariah, salah satunya gadai emas syariah ini. Menurut
Haroen Nasrun gadai atau Ar-rahn adalah menjadikan suatu (barang) sebagai
jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran hak
(piutang) itu, baik keseluruhan maupun sebagiannya
Pada umumnya, pelaksanaan gadai emas di perbankan syariah
mengunakan tiga akad yaitu qardh, rahn dan ijarah. Qardh adalah akad yang
digunakan untuk pinjaman yang diberikan kepada nasabah, rahn untuk emas yang
dijadikan sebagai jaminan, dan ijarah adalah akad untuk pembayaran biaya sewa
tempat dan penitipan emas yang dijadikan sebagai jaminan. Selain karena gadai
emas ini menggunakan multi akad, Cecep Maskanul Hakim (2011: 196)
4
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
syariah) yang bukan merupakan aset produktif dalam menghasilkan keuntungan.
Dalam hal ini bank syariah mendapatkan keuntungan dari upah pemeliharaan
barang gadai. Permasalahan muncul ketika imbalan pemeliharaan ini berupa
presentase dari pinjaman yang diberikan, sebagaimana praktik diperbankan.
Karena hal ini para ulama di Dewan Syariah Nasional sepakat tidak setuju, karena
uang yang dikeluarkan gadai adalah pinjaman, sedangkan pinjaman yang
mewajibkan imbalan dalam bentuk presentase merupakan kredit berbunga yang di
haramkan dalam Islam. Karena itu disepakati agar upah tidak dikaitkan dengan
jumlah pinjaman tetapi dengan nilai emas yang digadaikan.
Cecep juga menyebutkan komponen pembentuk imbalan ini juga masih
harus diteliti lebih lanjut. Salah satu bank syariah memasukan diantaranya unsur
asuransi, sewa gedung dan nilai tukar valuta asing sebagai dasar perhitungan.
Dikhawatirkan imbalan yang harus dibayarkan oleh nasabah berfluktuasi
mengikuti naik turunnya nilai valuta asing.
Di Bank BJB Syariah sendiri besarnya biaya ijarah ini ditentukan
berdasarkan berat emas yang digadaikan dan lama gadainya. Seperti yang
diungkapkan oleh Boby Rahman Prabowo dari Divisi Retail & Consumer Bank
BJB Syariah pusat bahwa besarnya biaya ujrah gadai emas di Bank BJB Syariah
ditentukan dari berat emas yang digadaikan dan lama pinjamnya. Besarnya biaya
ijarah yang ditetapkan oleh BJB Syariah adalah sebesar Rp. 4850/gram/bulan (data per Juli 2013). Angka ini merupakan 1,07% dari HSE, yaitu harga standar
emas yang ditetapkan oleh Bank BJB Syariah. Ujrah ini besarnya tidak tetap
5
pada saat itu. Menurut Boby perubahan besarnya biaya ujrah ini dipengaruhi salah
satunya oleh harga emas, harga emas sendiri akan berpengaruh terhadap HSE
yang merupakan dasar perhitungan dari besarnya biaya ijarah. Seperti yang kita
ketahui, harga pasar emas di Indonesia dipengaruh oleh banyak hal, salah satunya
adalah nilai tukar valuta asing (kurs).
Selain itu dalam menetapkan biaya ijarah, Bank BJB Syariah memiliki
suatu pedoman diantaranya Standar Operational Procedure (SOP) Pricing
Pembiayaan Bank BJB Syariah, sehingga dalam praktiknya sendiri tidak bisa
bertentangan dengan aturan atau pedoman yang dibuat. Akan tetapi, pedoman ini
tidak bersifat teknis. Artinya, Bank BJB Syariah belum memiliki suatu standar
pedoman khusus yang membahas biaya ijarah, sehingga dalam menetapkan
besaran biaya ijarah Bank BJB Syariah harus mengikuti hasil rapat Salma yaitu
rapat yang membahas pricing dari setiap pembiayaan yang ada di Bank BJB
Syariah.
Adapun perlakuan akuntansi mengenai ijarah diatur di dalam PSAK 107.
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi ijarah. Karena di dalam produk rahn emas di perbankan
terdapat akad ijarah, maka PSAK 107 ini bisa dipakai untuk mengatur perlakuan
akuntansi terkait dengan transaksi ijarah. Pernyataan ini diterapkan untuk seluruh
entitas yang melakukan transaksi ijarah salah satunya perbankan khususnya Bank
BJB Syariah.
Penelitian mengenai penentuan biaya ijarah ini telah dilakukan
6
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
Penentuan Biaya Ijarah dalam Sistem Gadai Syariah di Perum Pegadaian Syariah
Pekalongan”. Juga skripsi Siti Mukaromah (2008) “Analisis Hukum Islam
Terhadap Mekanisme Gadai di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Landungsari”.
Pada penelitian Laili Soraya, masalah yang dibahas adalah kesesuaian
pelaksanaan akad dan perhitungan biaya ijarah dengan Fatwa DSN No.
25/DSN-MUI/III/2002 serta faktor yang mempengaruhi perbedaan tarif ijarah di
pegadaian. Dari penelitian Laili Soraya ini ditemukan fenomena bahwa biaya
ijarah yang diterapkan perum pegadaian terhadap nasabah tidak sama tergantung dari besarnya jumlah pinjaman yang diberikan. Padahal menurut Fatwa DSN No.
25 tahun 2002 gadai syariah memungut biaya ijarah (biaya pemeliharaan dan
penyimpanan marhun) bukan dari besarnya jumlah pinjaman tetapi dari nilai
barang jaminan yang digadaikan.
Kedua adalah penelitian Siti Mukaromah, penelitian ini membahas
mekanisme operasional gadai di Pegadaian Syariah kantor cabang serta
bagaimana tinjauan hukum islam terhadap mekanisme operasional gadai tersebut.
Hasil dari penelitian di dapat mekanisme operasional gadai di pegadaian syariah
terdiri dari dua akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah. Barang yang dapat
digadaikan di Pegadaian Syariah Landungsari berupa barang bergerak seperti
emas dan berlian. Mekanisme gadai dimulai dari permintaan permohonan gadai,
pembayaran gadai dan pelelangan barang jaminan.
Dari dua penelitian sebelumnya menggunakan pegadaian syariah sebagai
objek penelitian, perlu sekiranya dilakukan penelitian mengenai rahn (gadai
7
dalam mengeluarkan produk gadai syariah ini. Meskipun telah lebih dulu
meluncurkan produk gadai syariah, dalam praktiknya masih banyak hal-hal yang
tidak sesuai dengan syariat Islam. Salah satunya mengenai perhitungan biaya
ijarah seperti yang ditulis dalam buku karya Cecep Maskanul Hakim (2011).
Berdasarkan fenomena dan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Penentuan dan
Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah dalam Rahn Emas (Studi Fenomenologi
pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan biaya ijarah rahn emas berdasarkan pedoman
yang digunakan di Bank BJB Syariah?
2. Bagaimana penerapan penentuan biaya ijarah rahn emas di Bank BJB
Syariah serta bagaimana perlakuan akuntansi terkait biaya ijarah
tersebut?
3. Bagaimana relevansi penentuan biaya ijarah rahn emas di Bank BJB
Syariah dengan pedoman yang digunakan dan Fatwa DSN serta
8
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam melakukan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui penentuan biaya ijarah rahn emas berdasarkan
pedoman yang digunakan di Bank BJB Syariah.
2. Untuk mengetahui penerapan penentuan biaya ijarah rahn emas di
Bank BJB Syariah serta perlakuan akuntansi terkait biaya ijarah
tersebut.
3. Untuk menganalisis kesesuaian penentuan biaya ijarah rahn emas di
Bank BJB Syariah dengan pedoman yang digunakan dan fatwa DSN,
juga kesesuaian antara perlakuan akuntansi biaya ijarah tersebut
degan PSAK 107.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif
terhadap ilmu Akuntansi khususnya Konsentrasi Syariah dan dapat dijadikan
sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih
lanjut khususnya yang berkaitan dengan obyek yang dikaji maupun yang lain.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bank Jabar Banten Syariah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
9
penentuan besarnya biaya ijarah rahn emas dan perlakuan akuntansi
terkait dengan biaya ijarah.
2. Peneliti lebih lanjut
Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang
mungkin berguna baik untuk dipelajari maupun sebagai referensi dalam
mengetahui lebih dalam mengenai penerapan penentuan biaya ijarah serta
47
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penerapan penentuan
biaya ijarah dalam rahn emas. Peneliti akan melakukan penelitian di bagian
penetapan ujrah Bank Jabar Banten Syariah Pusat yang beralamat di Jalan Braga
Bandung. Bagian ini merupakan divisi yang mengurusi serta membuat kebijakan
dalam menetapkan besarnya biaya ijarah di Bank BJB Syariah sehingga dapat
diketahui bagaimana penetapan biaya ijarah dalam pembiayaan rahn emas dan
relevansinya terhadap pedoman yang sudah ada dan fatwa DSN, serta sejauh
mana penerapan PSAK 107 terkait dengan perlakuan biaya ijarah rahn emas
tersebut.
3.2 Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini dapat dikategorikan dalam jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain; secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan menggunakan berbagai metode alamiah. (Lexy J. Moleong, 2012 : 6)
Sedangkan menurut Sugiyono (2010: 1) penelitian kualitatif adalah:
48
menjadi hipotesis, dn hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan
pendekatan fenomenologi. Penelitian deskriptif ini menjelaskan
fenomena-fenomena sosial yang ada dengan mengembangkan konsep dan menghimpun
fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Menurut Wahyu Purhantara
(2010: 71) penelitian deskriptif- kualitatif adalah sebagai berikut:
Penelitian dengan desain deskriptif yang paling sederhana menyangkut pertanyaan, dimana kita menanyakan suatu hal mengenai pokok permasalahan tertentu seperti besarnya, prosesnya, distribusinya, bentuknya dan sebagainya.
Sedangkan fenomenologi diartikan oleh Husserl dalam Moleong (2007:
14) sebagai:” 1) Pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal; 2)
Suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang”. Menurut
Moleong (2007: 15) “Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang
menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan
interpretasi-interpretasi dunia”.
Ada beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti
fenomenologis menurut Moleong (2007: 15), yaitu:
1. Fenomenologis cenderung mempertentangkannya dengan „naturalisme‟ yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme, yang telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam ilmu pengetahuan modern dan teknologi.
2. Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl, „Evidence‟ yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya, dan mencakupi untuk sesuatu dari segi itu.
49
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
Adapula tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian yang
dilakukan meliputi kegiatan pengumpulan data, penyusunan data, analisis dan
interpretasi tentang arti data tersebut.
Dalam penelitian ini penulis mencoba menggambarkan mengenai
penentuan ijarah melalui studi pustaka berupa teori-teori, pedoman tertulis
perusahaan serta fatwa yang di tetapkan oleh Dewan Syariah Nasional. Adapun
gambaran umum tahapan dalam penelitian ini adalah:
1. Dalam menjawab rumusan masalah yang pertama penulis akan melakukan
wawancara juga studi dokumen untuk mengetahui bagaimana penentuan
biaya ijarah rahn emas berdasarkan pedoman yang digunakan di Bank BJB
Syariah.
2. Penulis juga melakukan wawancara terkait penerapan (praktik) penentuan
biaya ijarah di Bank BJB Syariah baik dari segi operasional maupun dari
segi perlakuan akuntansi, sehingga dapat menjawab rumusan masalah
yang kedua.
3. Rumusan masalah yang ketiga mengenai relevansi antara penerapan
penentuan biaya ijarah dengan pedoman yang ada serta fatwa DSN,
pertama-tama penulis melakukan observasi, wawancara juga studi
dokumen sehingga diketahui bagaimana penentuan biaya ijarah rahn emas
50
4. Selanjutnya penulis akan melakukan analisis yaitu memferivikasi fakta di
lapangan dengan teori yang ada. Menganalisis apakah penerapan biaya
ijarah di Bank BJB Syariah sudah sesuai dengan pedoman yang telah
dibuat serta PSAK terkait transaksi ijarah.
5. Melakukan wawancara dengan orang-orang yang ahli di bidang fiqh
perbankan syariah. Dalam hal ini penulis memilih narasumber dari Komisi
Fatwa MUI Perwakilan Jawa Barat, inilah yang akan memperkuat analisis
penulis terhadap kesesuaian penerapan penentuan biaya ijarah dengan
fatwa DSN.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, diperlukan data yang akan digunakan
sebagai dasar untuk melakukan pembahasan dan analisis. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang tidak dapat
diukur atau dinilai dengan angka-angka, berbentuk informasi seperti gambaran
umum, deskripsi dan penjabaran dalam bentuk kata-kata serta informasi lain yang
digunakan untuk membahas rumusan masalah.
Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang akan penulis gunakan yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.
51
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
Data primer diperoleh langsung melalui wawancara terhadap para
informan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, yaitu atas dasar
apa yang kita ketahui tentang variasi-variasi yang ada. Adapun yang menjadi
informan adalah pihak berwenang yang mengurusi penentuan biaya ijarah rahn
emas di Bank Jabar Banten Syariah dan Komisi Fatwa MUI Perwakilan Jawa
Barat. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
dokumen-dokumen perusahaan berupa catatan dan laporan perusahaan yang dipublikasikan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap awal, disamping melakukan studi kepustakaan dengan cara
menginventarisir peraturan perundang-undangan, buku buku, literatur lainnya
yang berhubungan dengan fokus permasalahan, juga akan dilakukan
observasi awal. Cara ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
bersifat umum dan relatif menyeluruh, tentang apa yang tercakup di dalam fokus
permasalahan yang akan diteliti.
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas,
peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur,
peraturan perundangan, dokumen resmi, majalah, tulisan-tuisan ilmiah dan
sumber kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Data yang diperoleh dengan teknik ini adalah data sekunder. Telaah
52
menemukan informasi tentang bagaimana penetapan biaya ijarah yang
sesuai dengan pedoman yang ada serta Fatwa DSN.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan penelitian yang data dan informasinya
diperoleh dari kegiatan di lapangan dan langsung dari obyek penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Wawancara
Metode wawancara yaitu suatu proses interaksi dan
komunikasi untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya
langsung kepada informan dimana peneliti membuat kerangka dan
garis besar atau pokok masalah yang akan ditanyakan dalam proses
wawancara . Wawancara ini dilakukan baik dengan cara
terstruktur maupun tidak terstuktur, yaitu wawancara yang
dilakukan dengan menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan maupun pertanyaan
yang berkembang dalam waktu wawancara terjadi untuk memberi
jawaban terhadap pokok permasalahan.
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang
memiliki wewenang dalam menentukan biaya ijarah di Bank BJB
Syariah. Pertanyaan yang diajukan merupakan pembuktian
dari hasil studi dokumenter. Selain itu pertanyaan bersifat fleksibel
53
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
yang tidak didapat ketika melakukan studi dokumenter.
Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan
alat perekam dan buku catatan. Alat perekam digunakan setelah
[image:31.595.119.518.232.625.2]peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada informan.
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Informan Instansi Keterangan
1. Unit Divisi
Tresury
PT. Bank BJB
Syariah Pusat
Bagian yang
melakukan review terhadap usulan
besaran biaya ijarah
2. Unit Divisi
Retailer & Consumer
PT. Bank BJB
Syariah Pusat
Bagian yang membuat
usulan besaran biaya
ijarah gadai emas
3. Ketua Umum
Komisi Fatwa
MUI Perwakilan
Jawa Barat
Memiliki pemahaman
mengenai fiqih
perbankan syariah
2. Observasi (pengamatan)
Teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer
dengan cara mengamati langsung objek datanya. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan untuk menguji konsistensi dari jawaban
yang diperoleh dengan wawancara. Observasi dalam penelitian ini
merupakan observasi pasif, dimana peneliti tidak terlibat langsung
54
3. Dokumentasi
Melakukan review terhadap dokumen-dokumen instansi
yang relevan, serta mempelajari referensi yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan. Ketika data diperoleh maka peneliti
melakukan tahapan yaitu: Penilaian data, penafsiran data,
dan penyimpulan, kemudian penulis melakukan pencatatan
mengenai hasil studi dokumenter tersebut.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan
data. Dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah human instrument. Seperti
yang dipaparkan oleh Nasution dalam Sugiyono (2010: 223) bahwa di dalam
penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan manusia sebagai
instrumen utama. Peneliti menjadi instrumen penting dalam penelitian karena
selain peneliti berperan aktif sebagai pengumpul data peneliti juga berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan yang akan dijadikan obyek
penelitian, menilai kualitas dan analisis data, serta menyimpulkan hasil
temuannya.
Berdasarkan hal-hal di atas, dapat dipastikan bahwa kredibilitas
dan validitas dari penelitian yang dilakukan bergantung pada kemampuan
peneliti dalam memahami metode kualitatif, penguasaan wawasan mengenai
bidang yang diteliti, serta kesiapan peneliti memasuki obyek penelitian baik
55
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti menggunakan buku
catatan dan alat perekam. Buku catatan digunakan peneliti untuk menyimpan hasil
telaah data yang diperoleh selama penelitian. Buku catatan tersebut
digunakan untuk:
1. Mencatat data yang diperoleh dari studi dokumenter, pencatatan dilakukan
dengan menulis permasalahan yang ditemukan kemudian ditandai dengan
penomoran, tanggal, sumber data yang digunakan, dan
ditambahkan kesimpulan peneliti sesudahnya.
2. Mencatat hasil wawancara, setelah penulis membuat draft pertanyaan dan
melakukan wawancara, kata kunci hasil dari wawancara tersebut
dicatat dengan memberi tanda penanggalan.
Alat perekam digunakan saat wawancara berlangsung dan
telah mendapatkan izin dari subjek penelitian. Hasil dari rekaman wawancara
tersebut kemudian dijadikan sebagai bukti penelitian dan dapat didengarkan
kembali oleh peneliti saat menganalisis data.
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, maka data tersebut selanjutnya diolah
kemudian dilakukan analisis. Analisis data ini penting karena dari analisis data
yang diperoleh dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian. Tujuan analisis data adalah mengendalikan data agar
sistematis dan sesuai dengan perumusan masalah. Seperti yang diungkapkan
56
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis data secara induktif
yaitu proses analisis yang diawali dengan observasi data, pembahasan,
dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan. Analisis data ini berupa:
1. Reduksi data
Menurut Sugiyono reduksi data adalah:
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Proses ini akan berlangsung selama penelitian bahkan semenjak
dibuatnya kerangka pemikiran. Dengan cara meringkas data,
menggolongkan, mengarahkan serta membuang data yang tidak
relevan. Setelah itu peneliti akan memberikan kode pada setiap data dan
informasi yang ada. Pengkodean yang digunakan dalam penelitian ini
[image:34.595.115.518.237.749.2]adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pengkodean
Kode Keterangan
KBI Digunakan untuk data-data atau informasi yang berkenaan dengan
konsep (pedoman) penentuan biaya ijarah rahn emas.
IBI
Digunakan untuk data dan informasi terkait implementasi
(penerapan) penentuan biaya ijarah
57
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
ijarah rahn emas
2. Penyajian data
Penyajin data yaitu proses ketika data yang dibutuhkan telah siap
dipakai maka dibentuk suatu penyajian. Menurut Sugiyono (2008: 249),
dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Penyajian data bertujuan agar dapat melihat gambaran secara keseluruhan
untuk dapat mengambil kesimpulan secara tepat dari bagian yang menjadi
hasil penelitian.
3. Menarik kesimpulan
Sugiyono (2008: 252) mengatakan bahwa kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
disebutkan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan
rumusan masalah ataupun masalah dalam kualitatif dapat berubah dan
bersifat sementara dan masih berkembang setelah dilaksanakan penelitian.
Kesimpulan yang bersifat sementara dalam penelitian ini akan dilakukan
secara terus menerus. Sehingga semakin banyak data yang diperoleh
dan diolah maka kesimpulan yang di dapat akan lebih rinci dan kuat.
3.7 Pengujian Kredibilitas Data
Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
58
a. Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali
ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
b. Peningkatkan ketekunan dalam penelitian
Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk dan semakin
akrab, tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
c. Triangulasi
Menurut Burhan Bungin (2010: 330) triangulasi dengan
sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan cara yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Triangulasi sumber data dalam penelitian ini merujuk kepada teori
Burhan Bungin, triangulasi meliputi:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara,
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi,
3. Membandingkan dengan apa yang dikatakan
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
59
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain
seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menegngah atau tinggi, orang yang berada dan orang
pemerintahan,
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam triangulasi ini
adalah:
1. Peneliti melakukan penelitian dengan wawancara, observasi serta studi
dokumenter.
2. Setelah peneliti selesai melakukan penelitian, peneliti akan memilih
data yang dianggap penting dari hasil wawancara dengan informan di
Bank BJB Syariah maupun dengan pihak MUI Jawa Barat.
3. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi.
4. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan dokumen terkait.
5. Jika hasil wawancara dengan observasi dan dokumen terkait tidak
relevan, maka peneliti akan melakukan wawancara ulang dengan
informan untuk mengkonfirmasi perbedaan tersebut.
6. Setelah mendapat kecocokan antara hasil wawancara, observasi dan
dokumen terkait, selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan hasil
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang diuraikan pada
bab hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:
1. Produk rahn emas di Bank BJB Syariah menggunakan tiga akad yaitu akad
qardh, akad rahn dan akad ijarah. Biaya ijarah pada produk rahn emas di
Bank BJB Syariah ini ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan
dan lama gadainya. Biaya ijarah digunakan utuk menutupi biaya
operasional bank seperti biaya overhead,cost of fund bank dan juga
keuntungan bank.
2. Dalam penentuan biaya ijarah rahn emas, Bank BJB Syariah
menentukannya dari harga standar emas yang ditetapkan bank, berat emas
yang digadaikan dan lama gadainya. Biaya ijarah ini dihitung dengan
rumus: tarif ijarah x berat emas x lama gadai. Adapun mengenai perlakuan
akuntansi biaya ijarah, Bank BJB Syariah menggunakan acuan yang
dinamakan PAPSI yang didasarkan pada PSAK 107. Biaya ijarah rahn
emas diakui dengan metode cash basis yaitu pada saat bank menerima
pembayaran dari nasabah. Yang menjadi obyek ijarah pada rahn emas
adalah jasa penyimpanan emas yang digadaikan. Obyek ijarah tidak
103
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
pendapatan yang akan diterima. Denda yang diberlakukan atas
keterlambatan pembayaran diakui sebagai qardhul hasan atau dana
kebajikan yang nantinya akan disalurkan dalam bentuk zakat. Dalam
laporan keuangan, biaya ijarah ini disajikan di laporan laba/rugi dalam pos
pendapatan margin piutang berbasis pembiayaan dan sewa
3. Penentuan biaya ijarah di Bank BJB Syariah sudah sesuai dengan pedoman
atau SOP yang digunakan, juga sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor. 26
Tentang rahn emas yaitu ditentukan berdasarkan berat emas yang
digadaikan, bukan berdasarkan jumlah pinjaman yang diberikan kepada
nasabah. Besarnya tarif ijarah di Bank BJB Syariah berubah-ubah setiap
periodenya, ini disebabkan karena menyesuaikan dengan harga pasar emas.
Akan tetapi untuk penggunaan tiga akad dalam produk rahn emas ini tidak
sesuai, karena penggunaan tiga akad dalam satu transaksi tidak
diperbolehkan dalam aturan syariah.
Perlakuan akuntansi terhadap biaya ijarah rahn emas di Bank BJB Syariah
mengacu kepada PSAK 107, akan tetapi tidak semua poin-poin yang ada di
dalam PSAK 107 dapat diterapkan, karena di dalam PSAK 107 ini banyak
membahas mengenai ijarah muntahiyah bittamlik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis dapat
104
1. Pada produk rahn emas ini hendaknya Bank BJB Syariah mengganti
penggunaan tiga akad menjadi satu akad saja yaitu rahn. Karena menurut
pakar syariah, penggunaan tiga akad dalam satu transaksi tidak
diperbolehan dalam Islam. Selain itu dalam membuat suatu kebijakan
maupun produk, pihak bank harus lebih sering berkoordinasi dan
melibatkan DPS atau DSN agar keputusan yang dibuat tidak bertentangan
dengan syariat Islam,
2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa dengan subyek yang
sama, penulis mendapat temuan bahwa di Bank BJB Syariah terdapat
kasus transaksi ‘Beli Gadai’. Dimana nasabah membeli emas di bank,
kemudian digadaikan. Dalam kasus ini nasabah tidak membayar emasnya
secara tunai, tetapi membayar dengan uang hasil gadai dari emas tersebut.
Untuk peneliti selanjutnya kasus ini bisa diteliti lebih lanjut, karena
R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran dan Terjemahan
Abdul Rahman Ghazali, dkk. (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Adiwarman Karim. (2003). Bank Islam, Analisis Fiqh Dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia.
Burhan Bungin. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Cecep Maskanul Hakim. (2011). Belajar Mudah Ekonomi Islam: Catatan Kritis Terhadap Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Tangerang: Penerbit Shuhuf Media Insani.
Fatwa DSN Nomor 09/DSNMUI/ IV 2000. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://www.bapepam.go.id/syariah/fatwa/pdf/09-ijarah.pdf
Fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2002_25.pdf
Fatwa DSN Nomor 26/DSN-MUI/III/2002. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2002_26.pdf
Fatwa DSN Nomor 56/DSN-MUI/V/2007 56/DSN-MUI/V/2007. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di
http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2007_56.pdf
Hendi Suhendi. (2005). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Edisi kedua.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Jakarta: Graha Akuntan.
M. Agus Rosyadi. (2012). Penerapan Akad Ijarah pada Gadai Syariah (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Syariah Kantor Cabang Pegadaian Syariah Kramat). Tesis Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia Depok.
Moleong, Lexy. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ketigapuluh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhammad Syafi’i Antonio. (2001). Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
Nasrun Haroen. (2000). Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Siti Mukaromah. (2008). Analisis Hukum Islam Terhadap Mekanisme Gadai di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Landungsari. Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Al-Ahwal Al-Syahsiah Universitas Islam Negeri Malang.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. [Online].[Diakses tanggal 23 Juni 2013]. Tersedia di http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454A-BC75-9858774DF852/17681/UU20Tahun2008UMKM.pdf
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. [Online]. [Diakses tanggal 17 Juni 2013]. Tersedia di
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248300B4-6CF9-4DF5-A674-0073B0A6168A/14396/UU_21_08_Syariah.pdf
Wahyu, Purhantara. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Website resmi Bank Indonesia . [Online]. [Diakses tanggal 29 April 2013]. Tersedia di (www.bi.go.id)