• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI DALAM PROSES ADMINISTRASI AKADEMIK : Studi Kasus Di Universitas Langlangbuana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOORDINASI DALAM PROSES ADMINISTRASI AKADEMIK : Studi Kasus Di Universitas Langlangbuana."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KOORDINASI DALAM PROSES

ADMINISTRASI AKADEMIK

( STUDI KASUS DI UNIVERSITAS LANGLANGBUANA )

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Inrtitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

untuk memenuhi sebagian syarat

Program Pasca Sarjana Bidang Studi

Administrasi Pendidikan

Oleh

:

Erliany Syaodih

9032194

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

Disetujui dan disahkan oleh :

Prof. Dr. Otcn^SufTsna, MSc, MEd.

Pembimbing I

Prof. DivH. Engkoswara, MEd.

Pembimbing II

PROGRAM PASCA SARJANA

IKIP BANDUNG

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional mengamanatkan, bahwa pendidikan

na-sional diselenggarakan melalui jalur sekolah dan luar

sekolah, pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi, dilaksanakan baik oleh

pemerintah maupun pihak swasta.

Perguruan Tinggi Swasta (PTS) merupakan suatu

organisasi pendidikan yang diselenggarakan oleh pihak

swasta, didirikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa dan negara, membantu pemerintah menciptakan

masyarakat belajar, di samping mencapai tujuan-tujuan

khusus yang menjadi misi dari PTS yang bersangkutan.

Sebagai suatu satuan pendidikan, PTS dituntut

melaksanakan tugas utama yang sama dengan PTN, yang

ter-kandung dalam Tridharma Perguruan Tinggi yaitu: pendi

dikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada

masyarakat. Dharma pendidikan dan pengajaran atau akade

mik mencakup kegiatan perkuliahan (persiapan dan pelak

sanaan kuliah di kelas, laboratorium dan lapangan), pe

nulisan karya

ilmiah,

serta ujian-ujian.

Dharma peneli

tian mencakup kegiatan perencanaan dan

pelaksanaan pene

(4)

seminar

dan diskusi-diskusi

ilmiah.

Dharma

pengabdian

pada masyarakat mencakup partisipasi dosen dan

mahasiswa

dalam kegiatan masyarakat berupa pemberian penataran dan

latihan serta berbagai bantuan

bagi pengembangan masya

rakat lainnya.

Melalui berbagai kegiatan pelaksanaan tugas

pokok

di

atas,

PTS pada prinsipnya ikut

serta

meningkatkan

kualitas

sumber daya manusia,

dengan

sasaran

tercipta

manusia-manusia

kreatif yang mampu mengembangkan

diri,

dan

dapat berperan serta dalam pembangunan

bangsa

dan

negara.

Untuk merealisasikan fungsi tersebut

diperlukan

berbagai dukungan,

di antaranya organisasi yang memadai,

para

pelaku organisasi yang mampu berorganisasi

dengan

baik

serta

dapat menghargai hasil

organisasi,

karena

tanpa

organisasi

dan hasil

organisasi

yang

memadai,

manusia akan

hidup tanpa aturan.

Keberhasilan

suatu organisasi (PTS) pada dasarnya

dapat

dilihat

dari

keberhasilan

manajerial

melalui

dua

konsep

pokok

yaitu

efisiensi

dan

efektivitas,

dan

untuk

mencapai

hasil

tersebut

organisasi

PTS

perlu

didukung oleh

berbagai

komponen

yang

terkait.

Sebagai

kegiatan

organisasi,

pelaksanaan

pendi

dikan di lingkungan PTS melibatkan banyak fihak. Pertana .

kelompok yang memberikan sumber daya dan sekaligus

pem-batasan terhadap organisasi. Kelompok ini

meliputi para

(5)

para

penjual

barang

atau jasa kepada organisasi,

dan

para pengatur yaitu kelompok yang melakukan pengawasan

terhadap organisasi,

seperti pemerintah

melalui

Koper

tis, Perguruan Tinggi Negeri sebagai pembina dan

lembaga

terkait

lainnya.

Kedua,

kelompok yang mengatur

pemanfa-atan sumber daya dalam proses transformasi untuk

menca-pai

tujuan

organisasi.

Mereka

terdiri

atas

kelompok

manajemen,

staf yang meliputi para

pembantu

pimpinan,

para dosen dan karyawan penunjang yang melaksanakan

kegiatan non

akademik.

Ketiga,

yaitu kelompok yang

raeng-konsumsi keluaran organisasi seperti lembaga atau

peru-sahaan yang mempekerjakan lulusan PTS dan lembaga lain

termasuk masyarakat yang menyekolahkan putranya di PTS.

Dari gambaran di atas sekurang-kurangnya ada empat

hal

yang

membedakan pengorganisasian

PTS

dengan

PTN

sekaligus

membentuk

karakteristik

khusus PTS,

yaitu

1). unsur personil

yang

terdiri

atas

tenaga

tetap

yayasan dan tenaga bantuan pemerintah, tenaga tidak

tetap dari PTN dan instansi lain, 2). unsur akadenik

yang menginduk (berpedoman) kepada PTN, 3). unsur dana

yang bersumber dari kemampuan masyarakat melalui para

mahasiswa, serta 4). kelenbagaan yang bernaung di bawah

yayasan. Keempat karakteristik tersebut mewarnai dan

turut menentukan situasi organisasi sebuah PTS.

Pada

Universitas Langlangbuana

Bandung

beberapa

(6)

4

ciri-ciri di atas. Dengan tingkat produktivitas yang

relatif masih rendah, terutama jika dilihat dari

perbandingan antara jumlah kelulusan dengan angkatan

dan total mahasiswa yang terdaftar pada suatu periode

(Tabel 1.1), UNLA dihadapkan pada berbagai masalah

yang cukup mendesak untuk segera ditanggulangi.

Beri-kut disajikan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam

penyelenggaraan kegiatan akademik di UNLA.

a. Disiplin kerja para sivitas akademika dalam

melaksa-nakan tugas pendidikan dan pengajaran belum maksimal

Salah satu indikatornya adalah belum tingginya

per-sentase tingkat kehadiran tenaga pengajar dalam

per-kuliahan. ( Tabel 1.2 )

b. Ketidakcocokan data atau informasi untuk masalah

yang sama, antara satu unit kerja dengan yang

lainnya. Contoh: data jumlah mahasiswa dalam suatu

periode waktu tertentu, berbeda antara Subbag

Registrasi BAAK dengan Bagian Keuangan dan dengan

Fakultas.

c. Unit-unit kerja yang ada belum mampu menampilkan

unjuk kerja yang terintegrasi. Hal itu dapat dilihat

dari gejala-gejala sebagai berikut :

1).Unjuk kerja yang berbeda, antar unit kerja atau

antar petugas dalam mengerjakan jenis kegiatan

(pekerjaan) yang sama, seperti dalam pengisian

(7)

penyusunan laporan atau daftar isian lainnya.

2).Keterlambatan

dalam

pelaksanaan

kegiatan

atau

(pekerjaan)

seperti

kegiatan

awal perkuliahan,

penyusunan

jadwal

ujian,

penyusunan

soal-soal

ujian,

penyelesaian

syarat-syarat ujian

negara

dan Iain-lain.

3).Ketidaksinkronan

pengaturan

beberapa

kegiatan,

seperti

pelaksanaan perkuliahan

dan

pengaturan

ruangan perkuliahan antar jurusan atau fakultas.

4).Petugas

atau

unit-unit

kerja

yang

ada

dalam

organisasi

saling melemparkan

sesuatu

tanggung

jawab

kepada

fihak

lain

karena

masing-masing

merasa bukan tugasnya.

5).Petugas atau unit kerja tertentu kurang berfungsi

sebagaimana mestinya,

akibat

ketidakjelasan atau

ketidakmengertian akan tugasnya.

d.

Dampak dari permasalahan di atas yang juga merupakan

permasalahan

yang

dihadapi

adalah

masih

banyak

pekerjaan administrasi dan tugas-tugas akademik yang

(8)

TABEL 1.1

JUMLAH LULUSAN BERDASARKAN ANGKATAN

6

ANGKATAN

TAHUN

JML.MHS.

TERDAFTAR

TAHUN KELULUSAN

1989 1990 1991 1992

1982 338 10 6 1

1983 674 3 19 7 1

1984 819 28 10

-1985 1.074 29 20

-1986 1.433 4 64 4

JUMLAH 3 90 107 6

TABEL 1.2

KEHADIRAN DOSEN SELURUH FAKULTAS

SEMESTER PERSENTASE

Genap 1990/1991

Ganjil 1990/1991

83,03

77,18

Dari beberapa permasalahan di atas dihubungkan

dengan karakteristik PTS, maka yang menjadi salah satu

permasalahan utama yang dihadapi oleh UNLA adalah sistem

administrasi akademik, khususnya masalah koordinasi.

(9)

"... dua kendala utama bagi administrasi di UN1A, khususnya dalam administrasi akademik adalah belum tampak kesadaran dari mahasiswa dalam melaksanakan

atau memenuhi tuntutan administratif dan belum

terwujudnya koordinasi seperti yang diharapkan di antara berbagai komponen yang terlihat dalam sistem penyelenggaraan perkuliahan" (1991 : 8)

2. Perunusan Masalah,

Produktivitas suatu sistem pendidikan, khususnya

perguruan tinggi, dapat dilihat dari dua kriteria yaitu

dari jumlah lulusan dan kualitas lulusannya. Jumlah

lulusan bukan hanya berkenaan dengan banyaknya lulusan

dari setiap program tetapi juga dari ketepatan waktu

penyelesaiannya pada program-program tersebut. Kualitas

lulusan berkenaan dengan kualitas kemampuan akademik dan

atau kemampuan profesional serta karakteristik

kepriba-dian para lulusan. Keduanya sangat dipengaruhi oleh

efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan sistem pendi

dikan. Efektivitas berkenaan dengan per.formansi sistem

penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai hasil atau

output yang paling tinggi, sedangkan efisiensi berkenaan

dengan pemakaian sumber-sumber atau input yang terbatas

dalam waktu yang telah ditentukan.

Sebagai suatu sistem, pendidikan pada perguruan

tinggi swasta memiliki tiga komponen utama yang saling

terjalin, yaitu komponen input, proses dan output .

Pen-capaian ouput tidaklah semata-mata ditentukan oleh pihak

mahasiswa sebagai input tetapi ditentukan pula oleh

(10)

pro-ses

akademik

yang

melibatkan

dua

komponen pendukung

berupa masukan instrumental dan masukan lingkungan.

Ma-sukan instrumental mencakup unsur:

1) sumber daya

manu

sia atau personil yang terdiri atas pimpinan,

dosen, te

naga

administrasi

dan

tenaga

teknisi,

2) kurikulum,

3) faktor pendukung

(sarana dan

fasilitas

pendidikan)

yang

meliputi

bangunan, perabot

kantor

dan peralatan

pendidikan. Masukan lingkungan berasal dari pihak Koper

tis, Pemerintah Daerah, orang tua mahasiswa dan ma

syarakat. Unsur-unsur tersebut diolah melalui suatu sis

tem administrasi perguruan tinggi agar mendukung kegiat

an pendidikan dan pengajaran,

penelitian dan

pengabdian

pada masyarakat.

Hubungan input, proses dan output dalam

sistem pendidikan tinggi swasta dapat dilihat

pada gam

(11)

INPUT

Instrumental Input

- Sumber Daya Manusia

- Kurikulum

- Faktor pendukung

Raw Input

MAHASISWA

Environmental Input

PROSES

Administrasi

Kegiatan

> - Pendidikan dan

Pengajaran

> - Penelitian

- Pengabdian pada

> Masyarakat

- Kopertis, PTN

- Masyarakat dan

Orang Tua

- Pemerintah

OUTPUT

LULUSAN

Ganbar 1.1

Pendidikan di PTS Sebagai Suatu Sisten

Pendidikan

dan pengajaran atau

bidang

akademik

merupakan bidang kegiatan utama dalam PTS, sebab

bidang

ini yang secara langsung berkenaan dengan proses

pendi

dikan yang akan nenghasilkan lulusan. Pelaksanaan

kegi

atan akademik

membutuhkan dukungan administrasi (akade

mik) yang mantap agar berjalan secara efektif dan

efisi-en.

Menurut

Carl R.

Anderson

(1984: 19)

ada

lima

fungsi manajemen, yaitu: "planning, organizing,

direct

(12)

merupa-JO

kan "... the process of arranging the resources of an

organization, departement or job in order to achieve

objectives".

Dalam kegiatan akademik pada PTS sebagai suatu

organisasi pendidikan,

pengorganisasian

ini menyangkut

penyusunan

berbagai

kegiatan

yang

dilakukan

oleh

berbagai pihak (pimpinan, dosen/asisten dan tenaga admi

nistrasi dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dan

pengajaran, dengan dukungan perangkat keras dan

perang-kat lunak yang ada.

Selanjutnya Carl R. Anderson (1984: 21)

mene-gaskan bahwa pengorganisasian melibatkan dua proses,

yaitu ".. specialization and coordination", dan coordi

nation merupakan "... process involving the transfer of

information between jobs and people to avoid overlap of

work and ensure that effort and resources are balanced

across the total organization".

Mengingat masalah yang urgen dan banyak dihadapi

oleh Universitas Langlangbuana dalam kegiatan akademik

menyangkut pengorganisasian, khususnya koordinasi, maka

studi ini difokuskan pada masalah koordinasi, yaitu

koordinasi dalan proses adninistrasi akadenik.

3. Penbatasan nasalah

Studi ini secara luas termasuk bidang administra

(13)

sangat luasnya permasalahan, maka dalam studi ini

diada-kan beberapa pembatasan. Tiap perguruan tinggi swasta

mempunyai kondisi, potensi, dan karakteristik sendiri,

oleh karena adanya keragaman tersebut maka studi ini

di-batasi pada satu perguruan tinggi swasta saja, yaitu

Universitas Langlangbuana.

Manajemen perguruan tinggi juga merupakan bidang

yang luas. Dari sisi fungsi manajemennya ada fungsi

pe-rencanaan, pengorganisasian, penggerakan, penyusunan staf

dan pengawasan.Dalam studi ini fungsi manajemen dibatasi

pada pelaksanaan satu fungsi saja, yaitu fungsi pengor

ganisasian dengan pengkhususan pada koordinasi.

Inti dari proses pendidikan di perguruan tinggi

adalah kegiatan pendidikan dan pengajaran atau kegiatan

akademik. Dalam studi ini kegiatan akademik dibatasi pa

da perkuliahan. Kegiatan akademik atau perkuliahan dapat

menyangkut programnya (program akademik) yaitu kurikulum

dengan pelaksanaannya, dapat pula menyangkut

administra-sinya (administrasi akademik). Dalam studi ini yang

di-teliti dibatasi pada segi proses administrasi akademik

(perkuliahan).

Administrasi akademik memiliki alur kegiatan yang

terdiri atas serentetan tahapan kerja yang membentuk

suatu proses administasi akademik yang sistemik. Secara

garis besar proses administrasi akademik berlangsung

(14)

registrasi

,penjadwalan,

pelaksanaan kuliah di

kelas,la-boratorium dan di lapangan, ujian, penyelesaian studi,

ujian akhir, wisuda dan sertifikasi.

Untuk memperjelas alur proses administrasi akade

(15)

Tahap: Penerimaan Maha siswa Baru

I

Registrasi Mahasiswa

1

Pengambilan Program Studi 1-Perkuliahan

4

U j i a n

TS AS N

1

Penyelesaian Studi Mahasiswa Ujian Akhir Program 1Wisuda

•*

Sertifikasi Penjadwalan Bimbingan Akademik Ganbar 1.2

Proses Adninistrasi Akadenik

(Modifikasi dari alur sistem administrasi akademik

yang disusun oleh Tim Sistemik IKIP Bandung)

Pelaksanaan koordinasi dalam proses administrasi

akademik, berkaitan erat dengan komponen-komponen orga

nisasi Perguruan Tinggi, baik yang terlibat langsung

maupun tidak langsung dengan kegiatan akademik.

Komponen

komponen tersebut

adalah organisasi

lembaga pendidikan,

(16)

14

administrasi,mahasiswa, sarana dan prasarana pendidikan,

dana dan lingkungan. Sebagai suatu sistem komponen-kom

ponen tersebut terlibat dalam proses administrasi akade

mik dan sekaligus berpengaruh terhadap keluaran koordi

nasi maupun keluaran pendidikan.

Hubungan antara koordinasi dalam proses adminis

trasi akademik dengan komponen-komponen organisasi Per

guruan Tinggi dalam alur sistem, dapat dilihat dalam

gambar berikut.

Instrumental

Input

- Org. Lemb. Pend.

- Kurikulum

- Pimp.& Tenaga Ak

& Tenaga Admin.

- Sarana,Prasarana - Dana Raw Input Mahasiswa Koord.dim.Proses Adm. Akademik

- > -Pener.Mah.Baru

-Registrasi -Penjadwalan -Perkuliahan -Uj ian -Penyel.Studi -> -Wisuda Coordination Education Output Output Pendidi Efisien Efektif kan

& - - > Lulusan

Ganbar 1.3

Sisten Proses Adninistrasi Akadenik

Pelaksanaan koordinasi dalam proses administrasi

akademik antar unit kerja baik pada tingkat Universitas,

Fakultas Jurusan dan Unit-Unit administrasi dikembangkan

sesuai dengan struktur organisasi perguruan tinggi, yang

(17)

R E K T 0 R

PR I

B A A K B A U M

t"

t

i

DEKAN DEKAN DEKAN

Pemb. Dekan Pemb. Dekan Pemb. Dekan

r

TU FAK TU FAK TU FAK

JURUSAN JURUSAN JURUSAN

TU JUR TU JUR TU JUR

D O S E N D O S E N D O S E N

MAHASISWA -J MAHASISWA -J MAHASISWA

Gambar 1.4

Koordinasi Proses Administrasi Akademik

Dalam Struktur Organisasi UNLA

Keterangan:

Garis komando

(18)

4. Penjelasan Istilah

Agar diperoleh pengertian yang sama tentang maksud

judul penelitian ini, maka beberapa kata atau ungkapan

kunci akan dijelaskan berikut ini.

Koordinasi, diartikan sebagai upaya yang

dilaku-kan oleh pimpinan PTS (Rektor/PR I, Dekan/PD I, Kepala

Biro) dalam mempersatukan sumbangan berbagai sumber

daya yang ada pada PTS pada kegiatan akademik.

Proses administrasi akadenik, merupakan rangkaian

kegiatan yang dilaksanakan sebagai penataan berbagai

sumber daya manusia (tenaga akademik dan administrasi),

sumber daya alat dan dana, untuk mencapai

sasaran-sasar-an kegiatan akademik.

Koordinasi dalan proses adninistrasi akadenik, me

rupakan upaya yang dilakukan oleh pimpinan PTS (Rektor/

PRI, Dekan/PDI, Kepala Biro) dalam mempersatukan sum

bangan tenaga akademik dan administrasi,dengan dukungan

alat dan dana yang ada, dalam menyelenggarakan kegiatan

tertentu untuk mencapai sasaran-sasaran akademik.

5. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam

(19)

17

a.

Menemukan pola kebijakan koordinasi dalam

proses ad

ministrasi akademik pada Universitas Langlangbuana.

b.

Mengetahui pelaksanaan dari pola kebijakan koordinasi

dalam proses administrasi akademik,

baik

pada tahap

persiapan,

pelaksanaan maupun pelaporan kegiatan aka

demik .

c. Menemukan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam

pelaksanaan koordinasi proses administrasi akademik

pada Universitas Langlangbuana.

d.

Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pelak

sanaan koordinasi dan

munculnya

permasalaha-permasa-lahan pelaksanaan dalam koordinasi proses administra

si akademik.

6. Manfaat Penelitian

Dari temuan-temuan hasil penelitian tersebut

di-harapkan dapat disusun saran-saran atau rekomendasi un

tuk berbagai pihak.

a. Bagi Universitas Langlangbuana. Temuan-temuan terse

but dapat merupakan masukan bagi para

pimpinan Uni

versitas Langlangbuana tentang kekuatan dan kelemah

an

serta

permasalahan-permasalahan

yang

dihadapi

dalam koordinasi administrasi akademik. Masukan ter

sebut dapat dijadikan bahan bagi peningkatan

kegiat-an-kegiatan

yang telah

baik,

dan juga bahan untuk

(20)

b. Bagi Kopertis, PTN penbina serta PTS lain. Temuan

hasil penelitian dapat menjadi contoh tentang

kondi-si serta permasalahan yang dihadapi oleh PTS. Hal

itu dapat dijadikan bahan bagi Kopertis dan PTN

pem-bina, bagi pembinaan UNLA. Bagi PTS lain yang

meme-liki kondisi dan situasi yang sama atau hampir sama

dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan, untuk

selanjutnya menjadi bahan bagi pengembangan lembaga

tersebut.

c. Bagi para peneliti. Bagi para peneliti, temuan hasil

penelitian dapat menjadi bahan perbandingan atau

titik awal bagi penelitian selanjutnya.

d. Bagi pengembangan ilnu. Di samping manfaat praktis

temuan-temuan hasil penelitian, diharapkan juga

mem-punyai manfaat bagi pengembangan teori. Minimal

hasil penelitian ini dapat memberikan justifikasi

tentang konsep atau prinsip-prinsip dalam ilmu admi

nistrasi pendidikan, khususnya masalah koordinasi.

7. Rincian Masalah

Mengingat permasalahan yang diteliti sangat

pen-ting, terutama bagi upaya peningkatan efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan di PTS, maka

penggalian materi, tidak semata-mata hanya mengenai pe

(21)

1 9

yang digariskan oleh pimpinan, serta faktor-faktor yang

mendukung dan menghambat pelaksanaan kegiatan tersebut.

Berikut disajikan rincian dari permasalahan yang

akan diteliti.

1. Kebijakan pola koordinasi dalam proses administrasi

akademik yang digunakan.

a. Penyebaran tugas dan wewenang koordinasi

b. Lembaga/unit-unit yang dikoordinasi

c. Kegiatan-kegiatan yang dikoordinasi

d. Prosedur koordinasi

2. Pelaksanaan koordinasi dalam proses administrasi aka

demik.

a. Penerimaan dan registrasi mahasiswa.

b. Penyusunan bahan persiapan perkuliahan.

c. Penyusunan jadwal perkuliahan

d. Penyiapan ruang kuliah

e. Perkuliahan di kelas

f. Perkuliahan di laboratorium

g. Perkuliahan di lapangan

h. Ujian Tengah dan Akhir Semester

i. Skripsi

j. Ujian negara

(22)

!•''•>

3. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi

4. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

koordinasi dalam proses administrasi akademik.

a. Faktor kepemimpinan

b. Faktor sumber daya manusia

- Jumlah dan kemampuan

- Etos kerja

c. Faktor biaya, sarana dan fasilitas

(23)

Vs

« c *****

r?

&S^

?

CD

2c^

&sc

(24)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai prosedur peneliti

an yang mencakup metode penelitian yang digunakan, obyek

yang diteliti serta langkah pengumpulan dan pengolahan

data.

1. Metode penelitian

Seperti telah dikemukakan pada bab terdahulu,

bahwa studi ini dipusatkan pada meneliti pola kebijakan,

pelaksanaan, permasalahan dan hal-hal yang melatarbe

lakangi pelaksanaan koordinasi dalam proses administrasi

akademik pada Universitas Langlangbuana. Untuk meneliti

masalah tersebut pendekatan penelitian yang digunakan

adalah pendekatan deskriptif naturalistik. Disebut

des-kriptif, karena dalam penelitian ini obyek yang diteliti

akan digambarkan sebagai mana adanya sekarang,tanpa

menghubungkannya dengan keadaan sebelumnya atau

sesudah-nya, juga tanpa membandingkannya dengan kondisi lain.

Penelitian ini juga bersifat naturalistik, karena

data yang dikumpulkan bersifat alamiah dan menyeluruh.

Dalam analisis akan juga dilihat hubungan secara menye

luruh antara aspek-aspek yang diteliti. Dengan pendekat

an ini diharapkan diperoleh hasil kajian secara relatif

(25)

46

memperkaya data kualitataif.

Dalam

penelitian

ini tidak

akan

dibuat kesimpulan-kesimpulan yang bersifat

genera-lisasi karena temuan yang diperoleh akan bersifat

spesi-fik. Studi ini lebih bersifat studi kasus.

2.1nstrumen Penelitian

Metoda atau pendekatan

penelitian

yang diguna

kan

adalah

pendekatan

naturalistik

(kualitatif).

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti

sendiri.

Dengan

peneliti

sendiri sebagai

instrumen, diharapkan

yang

diperoleh

bukan

hanya data faktual

tetapi

juga

data kontekstual, yang terlihat, terdengar dan dirasakan

oleh peneliti sendiri.

Membantu mempermudah

pengumpulan data, dalam pe

nelitian

ini akan

digunakan

teknik

pengumpulan

data

berbentuk

observasi,

wawancara dan

studi

dokumenter.

Teknik

observasi yang digunakan adalah

observasi

non-partisipatif

untuk mendapatkan data

tentang

perilaku-perilaku

yang dapat diamati. Perilaku tersebut mencakup

kerjasama dan

interaksi antara petugas dalam

unit-unit

pelayanan akademik, dan pelayanan akademik yang diberikan

petugas kepada para

mahasiswa, sepanjang

hal itu dapat

diamati dalam masa penelitian.

Teknik

pengumpulan data kedua dalam

penelitian

(26)

47

maupun saran berkenaan dengan kegiatan administrasi aka

demik.

Wawancara

digunakan untuk memperoleh data tentang

kebijakan pimpinan

dalam

koordinasi kegiatan akademik,

pelaksanaan

koordinasi baik pada tingkat

Fakultas

dan

Biro

maupun tingkat jurusan dan Bagian

atau

SubBagian

oleh tenaga akademik dan administrasi. Wawancara juga di

gunakan untuk mengumpulkan data tentang

masalah-masalah

yang

dihadapi dalam pelaksanaan koordinasi administrasi

akademik dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat

pelaksanaan koordinasi dalam proses administrasi akademik.

Studi dokunenter merupakan tehnik pengumpulan

data melalui pengumpulan dokumen, baik dokumen peraturan

maupun

rencana

dan

laporan-laporan hasil kegiatan koor

dinasi dalam proses administrasi akademik. Dokumen ter

sebut

meliputi

RIP,

rencana kerja,

statuta,

pedoman-pe-doman, peraturan-peraturan, data statistik,

kalender aka

demik, jadwal kuliah,

daftar

induk,

persiapan

mengajar

atau catatan-catatan lain yang relevan dengan penelitian.

3.Obyek Penelitian

Untuk memperoleh data yang

utuh dan

menyeluruh,

semua komponen

yang

terlibat dalam koordinasi adminis

trasi akademik seperti yang telah dirinci dalam rincian

masalah akan diteliti,

namun pelaksanaannya

disesuikan

dengan kondisi dan situasi lapangan.

(27)

48

PTS baik tenaga akademik maupun administrasi yang terli

bat

dalam

proses koordinasi kegiatan

administrasi aka

demik akan dijadikan informan.

Mereka terdiri

atas pim

pinan

universitas beserta para pembantunya,

pimpinan fa

kultas,

ketua jurusan,

para dosen, dosen

wali, pimpinan

biro,

kepala bagian,

subagian,

staf administrasi dan pa

ra mahasiswa.

Sebagai

lembaga pendidikan

tinggi,

UNLA memiliki

jaringan organisasi yang cukup besar.

UNLA memiliki

lima

fakultas dengan 11 jurusan/program studi yang melibatkan

327

tenaga

pengajar,

baik tenaga

tetap

(negara

dan

yayasan) dan tenaga tidak tetap. Dalam unit administrasi,

pada tingkat universitas memiliki dua biro dengan 10 Ba

gian dan melibatkan kurang lebih

50 orang staf adminis

trasi, sedangkan pada tingkat fakultas melibatkan 40

orang tenaga administrasi.

4.Rencana Pengunpulan dan Pengolahan Data

Ada

beberapa

tahapan yang akan

ditempuh

dalam

pengumpulan

dan

pengolahan data.

Sesuai

dengan

sifat

pendekatan

penelitian yang digunakan

yaitu

deskriptif

naturalistik, maka pengumpulan dan pengolahan data akan

dilakukan

secara

sirkuler,

melalui

tahap-tahap peng

umpulan data,

analisis,

verifikasi,

penyusunan

laporan,

pengumpulan data kembali dan seterusnya sampai ditemu

(28)

49

a.Pengunpulan Data

Melalui

kegiatan wawancara, observasi dan

studi

dokumenter,informasi yang diperoleh dicatat dalam bentuk

catatan lapangan (field notes). Untuk menjamin keabsahan

informasi, dilakukan kegiatan triangulasi dengan mencari

informasi dari

responden

lain atau dengan cara

memban-dingkan data hasil pengamatan dengan

dokumen dan wawan

cara, membandingkan

apa yang

diutarakan

secara

umum

dengan

pengutaraan secara pribadi,

pendapat

seseorang

dengan pendapat atau

pandangan orang lain .

b. Analisis Data

Analisis

data

merupakan

proses

penyusunan

data agar dapat ditafsirkan, melalui penggolongan

dalam

pola,

tema dan

kategori tertentu. Untuk

mencapai

hal

tersebut dilakukan tiga langkah utama, yaitu:

1) Reduksi data

dalam

bentuk

penyeleksian, pemfokusan,

simplifikasi,

pengabstraksian,

dan

transformasi

data

mentah

yang telah diperoleh. Dengan proses reduksi data

ini

akan

diperoleh

gambaran yang lebih

tajam tentang

hasil

pengamatan

dan juga

memudahkan

peneliti

untuk

mencari kembali data lain

yang diperlukan.

2)

Penyajian Data.

Maksud penyajian data adalah penyusun

(29)

50

dalam bentuk matriks, grafik,

'network'atau bagan.

3)

Menarik kesinpulan.

Walaupun sejak awal pengumpulan

data,

kesimpulan telah dibuat namun kesimpulan

tersebut

masih bersifat sementara, masih diperlukan penyempurnaan

pada saat data atau

informasi bertambah.

Setelah

ketiga tahapan tersebut terlewati, jika

masih

ada

pertanyaan baru atau data

lain

yang

perlu

dikumpulkan

kegiatan

reduksi, display

dan

verifikasi

data akan dikerjakan kembali. Demikian seterusnya sampai

(30)
(31)

BAB VI

KESIMPULAN, PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI

1-Kesimpulan.

a. Pola Kebijakan Koordinasi Dalan Proses Adninis

trasi Akadenik

Kebijakan

koordinasi

dalam proses administrasi

akademik Universitas Langlangbuana, sejalan dengan kebi

jakan

koordinasi dan pengelolaan institusi tersebut se

cara keseluruhan, mengacu kepada PP Nomor 30 Tahun 1990,

yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan

kemampuan setempat.

Rektor sebagai penanggung jawab utama Universitas

berperan

memberikan kebijakan umum

dalam

administrasi

akademik. Penjabaran dari kebijakan umum tersebut diker

jakan oleh unit-unit kerja atau tim-tim khusus yang

di

koordinasi

oleh Pembantu Rektor I. Beberapa

penjabaran

dari kebijakan

Rektor tersebut

tertuang dalam Statuta,

RIP,

Kurikulum, Pedoman Akademik, Pedoman

Administrasi

Akademik,

Kalender Akademik dll. Beberapa

program

dan

pedoman

dasar seperti Statuta, RIP,

unsur-unsur

dasar

dari kurikulum dibahas dulu dalam Senat Universitas

se

belum disyahkan, program atau pedoman yang lain langsung

(32)

disyahkan oleh Rektor bahkan oleh Pembantu Rektor. Prog

ram dan pedoman-pedoman tersebut

selain merupakan pedo

man kerja juga berfungsi sebagai alat koordinasi.

Dekan

dibantu

oleh

Pembantu

Dekan I,

berperan

mengkoordinasi pelaksanaan kebijakan akademik yang sudah

dijabarkan dalam bentuk program-program dan pedoman aka

demik pada

Fakultasnya masing-masing. Kepala Biro, khu

susnya BAAK

mengkoordinasi pelaksanaan administrasi pe

nunjang

akademik, seperti penerimaan

mahasiswa, regis

trasi, penyusunan jadwal kuliah, ujian, wisuda, sertifi

kasi dll.

Dengan

pola

koordinasi

seperti

itu,

proses

administrasi akademik

telah

dapat terlaksana, walaupun

belum semua berjalan efisien dan

efektif.Kekurangsinkro-nan pelaksanaan beberapa kegiatan administrasi

akademik

masih ditemukan.Kekurangsinkronan ini dapat dilihat dari

adanya

keterlambatan-keterlambatan. Dosen terlambat

me-nyerahkan

kesediaan

waktu mengajar,

menyiapkan

bahan

ujian, memulai kuliah, melaksanakan

ujian,

menyerahkan

hasil

ujian

dll. Tim atau panitia

terlambat

menyusun

rencana,

melaksanakan kegiatan, menyusun

laporan

dll.

Unit-unit administrasi terlambat menyiapkan daftar isian,

(33)

162

tugas,

membuat laporan dsb. Kegiatan akademik ada

yang

berjalan

simultan, tetapi ada juga yang berjalan

beru-rutan, keterlambatan mengerjakan sesuatu kegiatan

dapat

menimbulkan

keterlambatan

bagi

penyelesaian

kegiatan

berikutnya.

Ada

beberapa faktor yang diperkirakan melatarbe

lakangi

kelemahan-kelemahan

koordinasi

dalam

proses

administrasi akademik. Pertama, program kerja masih ber

sifat umum (belum operasional) dan belum disertai dengan

petunjuk pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis. Kedua,pe

doman-pedoman kurang jelas dan penafsirannya bisa berbeda

Ketiga,jalur komunikasi yang kurang lancar serta infor

masi yang kurang lengkap. Keempat, kekurangan dana dan/

atau peralatan untuk pelaksanaan kegiatan. Kelima,kemam

puan

dan

motivasi

kerja

yang

belum

sesuai

dengan

tuntutan.

b.Koordinasi Dalan Proses Adninistrasi Penerinaan

Mahasiswa Baru,

Registrasi dan Penjadwalan

Secara

garis besar administrasi akademik dibagi

atas

tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan

tahap

pelaporan.

Tahap persiapan

mencakup

penerimaan

(34)

16

mahasiswa baru meliputi kegiatan

publikasi, pendaftaran

dan

seleksi calon mahasiswa.

1) Koordinasi Tahap Perencanaan

Secara

umum telah ada koordinasi pada

tahap pe

rencanaan penerimaan mahasiswa baru. Kegiatan koordinasi

diwujudkan dalam bentuk

pengeluaran

SK Rektor

tentang

panitia, rapat-rapat panitia serta konsultasi staf kepa

da ketua seksi, atau ketua seksi

kepada

ketua

panitia

pada awal kegiatan. Materi yang dibahas dalam rapat men

cakup bentuk dan sasaran kegiatan, penegasan tugas serta

penentuan target waktu, sedangkan

konsultasi

digunakan

untuk memecahkan masalah-masalah yang

muncul.

Perencanaan penerimaan mahasiswa baru belum memi

liki

program atau perencanaan tertulis,

semua

sasaran

dan kegiatan serta

jadwal

kegiatan

disampaikan secara

lisan dalam rapat. Walaupun ada beberapa

keterlambatan,

kegiatan penerimaan

mahasiswa baru

dapat

berjalan de

ngan tertib. Hal itu bukan saja karena telah berjalannya

fungsi koordinasi, tetapi juga karena

penerimaan

maha

siswa baru telah merupakan kegiatan rutin, yang dikerja

kan oleh tim yang relatif tetap.

(35)

164

koordinasi

perencanaan

kegiatan

PMB

tersebut,

yaitu

1) konsistensi kegiatan yang direncanakan dari satu pe

riode ke periode lain kurang terjamin.

Hal itu

menyulit-kan kontrol terhadap tingkat keberhasilan atau kekurang

an dari perencanaan terdahulu,

2) koordinasi perencanaan

demikian sangat mengandalkan tanggung jawab pribadi per

sonil sehingga tingkat keberhasilan sasaran sukar diten

tukan .

Kegiatan

registrasi mahasiswa

terbagi atas

dua

kegiatan,

yaitu

registrasi bagi

mahasiswa

lama

dan

baru.

Bagi mahasiswa lama herregistrasi dilakukan

pada

tingkat Universitas dan Fakultas sedangkan bagi mahasis

wa baru pada tingkat Universitas,

Kopertis dan Fakultas.

Hampir

pada seluruh kegiatan

perencanaan regis

trasi tidak

ada koordinasi secara khusus.

Setiap

unit

kerja yang terlibat

mempersiapkan keperluan

registrasi

secara

sendiri-sendiri.

Petunjuk

bagi

para mahasiswa

untuk melakukan kegiatan registrasi/heregistrasi

disam-kan melalui pengumuman yang tertera pada

spanduk

atau

lembar

pengumuman.

Keadaan ini tampaknya

dilatarbela

kangi

tidak hanya oleh anggapan bahwa

kegiatan

regis

trasi sebagai kegiatan

rutin,

namun

juga

menunjukkan

belum optimalnya

fungsi koordinasi pada tahap

perenca

(36)

165

2) Koordinasi Tahap Pelaksanaan

Pada batas-batas

terentu, koordinasi pelaksanaan

kegiatan

penerimaan

mahasiswa

baru

sudah

berjalan.

Walaupun demikian, sesuai dengan bentuk kegiatannya, ada

perbedaan bentuk koordinasi antara satu kegiatan

dengan

lainnya.Koordinasi

pelaksanaan kegiatan

seleksi

sudah

berjalan

dan

nampak jelas. Hal tersebut dapat terlihat

dari ketepatan waktu pelaksanaan seleksi serta

sedikit-nya permasalahan yang dihadapi.

Koordinasi kegiatan pub

likasi

dan

pendaftaran belum berjalan dengan baik. Hal

itu dapat dilihat dari adanya

pengabaian

personil (fa

kultas) yang sudah ditunjuk pada seksi pendaftaran serta

adanya keterlambatan waktu kegiatan publikasi.

Seperti halnya pada tahap perencanaan, pada tahap

pelaksanaan kegiatan penerimaan mahasiswa baru juga sama

koordinasi dilakukan secara informal dan insidental, me

lalui pemantauan atau dialog langsung di tempat kegiatan

sambil melaksanakan kegiatan.

Materi

yang dikoordinasi

berkenaan dengan pelaksanaan dan

hasil kerja yang telah

dicapai, serta masalah-masalah yang dihadapi.

Koordinasi

belum menyentuh pada koordinasi personil yang

melakukan

kegiatan penerimaan mahasiswa baru.

(37)

dalam kegiatan publikasi dan pendaftaran calon

mahasis

wa,

namun

kegiatan

pendaftaran

tetap

berjalan.

Hal

tersebut memberi bukti bahwa walaupun dengan

koordinasi

yang lemah, personil tetap melaksanakan tugas. Ada bebe

rapa hal yang menjadi latar belakang

keadaan

tersebut,

di antaranya:

a) pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan

rutin dan masih sederhana sifatnya, setiap personil yang

terlibat melaksanakannya

sebagai kegiatan biasa (sehari

-hari), b) karena adanya

rasa

bertanggung

jawab

atas

tugas yang diberikan, 3) personil yang terlibat mendapat

tambahan insentif.

Seperti halnya pada tahap

perencanaan,

pada ta

hap

pelaksanaan

koordinasinya

kurang

begitu

jelas.

Unit-unit kerja yang terlibat, bekerja menurut

kebiasa-annya masing-masing, sehingga

banyak ditemui kekurangan

atau keterlambatan. Di samping akibat

kurangnya koordi

nasi dalam pelaksanaan, keterlambatan juga banyak

dipe

ngaruhi oleh kemampuan

dan

sikap

para mahasiswa dalam

melaksanakan kegiatan registrasi atau herregistrasi. Ke

mampuan berkenaan dengan kemampuan

membayar

SPP

tepat

waktu

sedangkan

sikap berkenaan dengan ketepatan maha

(38)

167

3) Koordinasi Tahap Pelaporan -- ••

Koordinasi pelaporan kegiatan penerimaan maha

siswa baru nampak jelas jika dibandingkan dengan tahap

persiapan dan pelaksanaan. Kegiatan koordinasi dilakukan

dalam beberapa bentuk, seperti pemantauan langsung ke

tempat tugas, laporan lisan serta pengecekan hasil

(pen-capaian target) secara individual maupun dalam rapat.

Koordinasi pada tahap pelaporan kegiatan publi

kasi dan seleksi dilakukan dalam rapat, kegiatan pendaf

taran dilakukan secara lisan dan tertulis.

Hampir pada setiap kegiatan tahap pelaporan,

koordinasi lebih diarahkan pada hasil kegiatan, bukan

pada koordinasi proses maupun personil yang melaksanakan

kegiatan/pekerjaan. Hal tersebut tampaknya dipengaruhi

oleh beberapa hal, di antaranya: 1) keterbatasan pema

haman para koordinator terhadap fungsi kegiatan dan pe

ranan dukungan personil bagi pencapaian hasil, 2) koor

dinator tidak memiliki waktu yang cukup untuk melak

sanakan hal-hal tersebut. Pelaksanaan koordinasi demi

kian menyebabkan masih adanya beberapa keterlambatan

atau kekurangsinkronan dalam pelaksanaan sejumlah

kegiatan.

(39)

penerima-168

an mahasiswa baru adalah tercapainya jumlah yang

ditar-getkan dengan

kualitas input yang diharapkan,

serta

pe

laksanaan kegiatan berlangsung pada

waktu

yang

tepat.

Sedangkan salah satu indikator keberhasilan koordinasi

dalam kegiatan

tersebut adalah tercapainya efisiensi dan

efektifitas dalam berbagai kegiatan yang berkenaan de

ngan penerimaan mahasiswa baru.

Meskipun dengan beberapa kali perpanjangan waktu

pendaftaran, secara kuantitas penerimaan mahasiswa baru

memenuhi target yang diharapkan, namun belum memenuhi

target secara kualitas. Adanya perpanjangan waktu pen

daftaran dan dua kali ujian seleksi, juga dapat menjadi

petunjuk belum optimalnya fungsi koordinasi dalam

pene

rimaan mahasiswa baru .

Sesuai bentuk kegiatannya, ada perbedaan koor

dinasi pada tahap pengawasan antara satu kegiatan regis

trasi dengan kegiatan

registrasi lainnya.

Walaupun hanya

melalui evaluasi hasil kerja yang ditampilkan, koordina

si

pelaporan

kegiatan

registrasi ke

Kopertis

tampak

lebih jelas apabila dibandingkan dengan kegiatan

regis

trasi di universitas atau fakultas.

Seperti halnya

koordinasi pelaksanaan,

koordina

si tahap pelaporan registrasi di tingkat universitas ju

(40)

169

dengan hal-hal lain, diantaranya a) sistem informasi re

gistrasi mahasiswa yang belum tertata baik, b)koordinasi

di antara unit kerja yang terlibat masih lemah, c) belum

ada pengaturan sistem koordinasi secara terpusat,d) ter

ikat

dengan kondisi keuangan mahasiswa dan

e)

terikat

dengan kemampuan dan kemauan unit kerja yang terlibat.

Karena

hampir

setiap fakultas

memiliki

sistem

koordinasi

dan

kebijaksanaan

registrasi

tersendiri,

koordinasi pelaporan antara

satu fakultas dengan fakul

tas lain juga ada perbedaan. Fakultas yang memiliki

ja

ringan kerja yang

sudah

terkoordinasi,

memperlihatkan

koordinasi pelaporan

yang lebih jelas dibandingkan

de

ngan fakultas yang tidak memiliki

jaringan

kerja

yang

terkoordinasi. Fakultas

yang menerapkan banyak kebijak

sanaan dalam pelaksanaan registrasi mahasiswa, memperli

hatkan koordinasi pelaporan yang kurang jelas.

Walaupun

tidak ada koordinasi

pe laporan

yang

sama dan jelas,

pada batas-batas tertentu sebagian besar

personil

melaksanakan tugasnya

masing-masing.

Kondisi

ini tampaknya tidak ada

kaitannya dengan bentuk koordi

nasi yang dilaksanakan,

namun lebih menyangkut pada

tu

gas dan tanggung jawab masing-masing.

Tanpa koordinasi,

para personil bekerja berdasarkan kebiasaan.

Hal

itu di

(41)

1 70

pada batas-batas tertentu juga merupakan petunjuk kurang

terjalinnya koordinasi pelaporan secara terpusat.

c.Koordinasi Proses Adninistrasi Perkuliahan

Kegiatan perkuliahan mencakup sejumlah aktivitas

baik aktivitas pendukung perkuliahan, seperti penyusunan

kalender akademik dan jadwal kuliah, maupun kegiatan

perkuliahannya itu sendiri, yang terdiri atas penyiapan

sarana dan prasarana kuliah, pembuatan persiapan menga

jar dan pelaksanaan perkuliahan.

1) Koordinasi Tahap

Perencanaan

Koordinasi perencanaan penyusunan kalender aka

demik dilakukan pada tingkat universitas, sedangkan

ko-koordinasi perencanaan pembuatan jadwal perkuliahan

dilakukan pada fakultas. Perencanaan penyusunan kalender

akademik dibuat oleh Bagian Perencanaan dan dikoordinasi

oleh PR I. Perencanaan penyusunan kalender akademik me

rupakan pekerjaan yang sederhana sebab hanya meniru ka

lender akademik tahun lalu dengan beberapa penyesuaian.

Apabila dibandingkan dengan koordinasi pembuatan

(42)

17 J.

jadwal perkuliahan tampak lebih kompleks karena melibat

kan banyak pihak luar, di antaranya dosen luar biasa.

Kendati demikian, karena kegiatan tersebut merupakan

kegiatan rutin dan ada dalam jangkauan koordinasi yang

sederhana, terlepas dari kualitas hasil, koordinasi

perencanaan penyusunan jadwal perkuliahan pada umumnya

berjalan lancar (tepat waktu).

Di samping penyusunan jadwal umum, perencanaan

perkuliahan juga menyangkut kerjasama antara dosen pem

bina dengan asisten dalam pembuatan persiapan perkuli

ahan. Bentuk koordinasi perencanaan perkuliahan antara

satu pengajar dengan tim pengajar lainnya berlainan.

Di samping itu ada juga tim yang tidak melakukan koordi

nasi dalam perencanaan perkuliahan.

Keragaman koordinasi perencanaan kegiatan perku

liahan tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di

antaranya, karena perbedaan kebiasaan, persepsi serta

kondisi lembaga di mana tim-tim itu berada. Kebiasaan

berkenaan dengan apa yang dilakukannya di PTN, persepsi

berkenaan dengan cara memandang permasalahan dari

kacamatanya sendiri sedangkan kondisi berkenaan dengan

aturan serta sistem yang berlaku di fakultas

masing-masing. Terlepas dari jumlah serta kualitas tim yang

(43)

172

keragaman

tersebut menunjukkan belum berjalannya

koor

dinasi secara terpusat.

2) Koordinasi Tahap Pelaksanaan

Kalender

akademik

merupakam

perangkat

lunak

koordinasi di tingkat fakultas.

Dengan

kalender tersebut

setiap

fakultas membuat jadwal

perkuliahan

masing-ma

sing.Jadwal tersebut merupakan perangkat lunak koordina

si yang memberi pedoman pada pelaksanaan perkuliahan.

Jadwal

perkuliahan memperjelas

koordinasi tahap

pelaksanaan

perkuliahan. Jadwal

tersebut

memberi

pe

tunjuk tentang pembagian tugas dan tanggung jawab

masing-masing personil.

Yang menjadi permasalahan adalah pelaksanaan koor

dinasi

yang

sudah

terjadwal

tersebut

tidak

selalu

berjalan lancar. Terutama koordinasi antara dosen pembi

na dengan asisten,

tidak

selamanya

berjalan

harmonis.

Ketidakcocokan, kadang-kadang mewarnai koordinasi pelak

sanaan perkulihan.

Hal itu

tampaknya dilatarbelakangi oleh beberapa

hal, diantaranya perbedaan persepsi masing-masing pihak

terhadap tugas dan tanggung jawabnya,

komunikasi di an

(44)

Kendati kurang adanya harmonisan koordinasi, pe

laksanaan perkuliahan. Pada umumnya sebagian besar

kegiatan perkuliahan tetap berlangsung dan memenuhi tar

get. Hal itu terjadi karena para asisten adalah tenaga

tetap dan selalu siap melaksanakan tugas. Dengan atau

tanpa koordinasi dengan dosen pembina tugas tetap

di-jalankan. Hal ini juga merupakan suatu fenomena kurang

nya koordinasi, namun sekaligus menunjukkan bahwa rasa

tanggung jawab akan tugas dapat mengatasi kelemahan

koordinasi.

3) Koordinasi Tahap Pelaporan

Daftar kehadiran dosen di BAAK, merupakan alat

koordinasi pelaporan perkuliahan secara formal dari

tingkat universitas. Karena hasil pemantauan ini dise

rahkan kepada fakultas, maka secara formal koordinasi

pelaporan dilaksanakan menurut jenjang. Akan tetapi ka

rena penyampaian laporan tersebut tidak rutin, dan

se-ringkali terlambat maka koordinasi pelaporan juga se

ring tidak lancar.

Adanya keragaman pendataan dan pengawasan keha

diran dosen pada beberapa fakultas, menunjukkan masih

(45)

174

Hal itu berkaitan erat dengan kesungguhan para dosen dan

staf tata usaha dalam mencatat dan

melaporkan

perkuli

ahan, serta

adanya mekanisme

kerja yang kurang efisien.

Koordinasi pelaporan kehadiran dosen tidak

se-ragam,

beberapa fakultas mengadakan koordinasi menjelang

akhir perkuliahan,

Fakultas E

cara pengawasan

sendiri,

beberapa fakultas

yang lain koordinasinya lemah sekali.

Walaupun telah ada pengawasan dan pencatatan data keha

diran dosen,

namun

hanya sedikit yang telah diberi

tin-dak lanjut.

Dengan demikian data hasil pelaporan

diman-faatkan secara maksimal.

Keadaan tersebut bukan saja mencerminkan koordi

nasi yang kurang berkesinambungan,

tetapi

sekaligus me

nunjukkan masih lemahnya penerapan prinsip efisiensi.

d.Koordinasi Proses Adninistrasi Evaluasi,

Hisuda

dan

Sertifikasi

Kegiatan evaluasi atau ujian dilaksanakan dalam

dua tahap. Tahap

pertama

adalah

evaluasi/ujian

lokal

yang diselenggarakan oleh PTS, dan

tahap kedua ujian ne

gara yang diselenggarakan melalui Kopertis. Evaluasi

lokal meliputi ujian tengah semester,

ujian akhir semes

ter dan ujian Skripsi,

sedangkan

ujian

negara melipu

(46)

Koordinasi tahap perencanaan evaluasi/ujian lokal

dilakukan oleh fakultas (Dekan), sedangkan ujian negara

dikoordinasi oleh Kopertis.

1) Koordinasi Tahap Perencanaan

Kegiatan koordinasi persiapan tiap macam ujian

tidak selalu sama, koordinasi persiapan ujian negara

lebih nampak jelas dibandingkan dengan ujian lokal. Hal

tersebut dipengaruhi oleh adanya koordinasi pada tahap

yang lebih tinggi, dilaksanakan secara lebih formal ser

ta karena melibatkan lembaga-lembaga di luar PTS.

Kegiatan koordinasi persipan ujian pada berbagai

Fakultas juga tidak sama. Fakultas-Fakultas yang telah

memiliki jaringan koordinasi yang lebih mapan, persipan

ujiannya lebih baik jika dibandingkan dengan Fakultas

kurang mapan.

Di hampir seluruh fakultas, tidak ada koordinasi

pada tahap persiapan ujian tengah semester. Masing-ma

sing dosen/asisten mempersiapkan sendiri. Hampir pada

setiap fakultas,koordinasi kegiatan ujian akhir semester

lebih nampak jelas jika dibandingkan dengan kegiatan

ujian lain.

(47)

koordina-176

si kegiatan persiapan ujian/evaluasi yang sudah jelas

dan mapan, tetapi walaupun dengan beberapa keterlambatan

pada umumnya ujian-ujian dapat dilaksanakan pada waktu

nya. Keterlaksanaan persiapan ujian bukan hanya dipenga

ruhi oleh koordinasi tetapi oleh rasa tanggung jawab

dari pelaksana. Lemahnya koordinasi pada kegiatan per

siapan ujian berkaitan erat dengan status para pejabat

dan dosen di UNLA, yang sebagian besar berstatus dosen

tidak tetap. Status dosen tidak tetap dapat menghambat

pelaksanaan koordinasi, terutama karena menyangkut

ke-sulitan komunikasi serta banyaknya beban tugas pada

institusi tetapnya, disamping adanya sikap

menomordua-kan tugas-tugas pada PTS.

2) Koordinasi Tahap

Pelaksanaan

Sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan ujian,

koordinasi pelaksanaan satu kegiatan ujian berbeda

dengan kegiatan ujian lainnya. Koordinasi pelaksanaan

ujian tengah semester, hampir tidak nampak karena kegi

atan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para Dosen.

Walaupun tanpa koordinasi yang jelas, sebagian

besar Dosen melaksanakan ujian tengah semester. Hal itu

(48)

ter-177

sebut dapat terus berlangsung. Ada beberapa faktor yang

melatarbelakangi hal itu, di antaranya a) UTS merupakan

kegiatan rutin sehingga tanpa koordinasipun tetap berja

lan, b) adanya rasa tanggung jawab yang kuat dari para

Dosen dan personil yang terlibat .

Hampir pada setiap fakultas, kegiatan ujian

akhir semester dikoordinasi secara khusus dalam suatu

kepanitiaan oleh PD I/Jurusan. Kejelasan beban dan tang

gung jawab masing-masing

personil memudahkan koordinasi

pelaksanaan UTS,

sehingga garis koordinasi menjadi

lebih

jelas.

Kegiatan koordinasi

terutama menyangkut penyiapan

bahan dan pelaksanaan ujian.

Karena belum adanya peraturan atau pedoman khusus

dari Universitas atau Kopertis, koordinasi pelaksanaan

ujian skripsi pada setiap fakultas berbeda-beda.

Nampak

adanya kecenderungan koordinasi

dan

pelaksanaan

ujian

skripsi mengikuti cara yang diterapkan pada PTN

pembina,

disesuaikan dengan kondisi Fakultas masing-masing. Hal

itu memberikan petunjuk masih kurang terjalinnya koordi

nasi dari pusat ke Fakultas-Fakultas, dan dapat berpe

ngaruh terhadap pengawasan kualitas skripsi.

Sesuai dengan status akreditasi Jurusan-Jurusan

yang ada di UNLA (diakui dan terdaftar), pelaksanaan

ujian tulis negara secara keseluruhan dikoordinasi oleh

(49)

178

Pelaksanaan ujian pada suatu Fakultas dikoordinasi

oleh

Fakultas pembinannya masing-masing.

Karena garis koordi

nasi,

peraturan dan

pembagian tugasnya cukup

jelas,

wa

laupun melibatkan

banyak pihak di antaranya PTN pembina

dan

Kopertis,

pelasanaan kegiatan

ujian

tulis

negara

dapat berjalan dengan lancar.

3) Koordinasi Tahap Pelaporan ... ?»• _

Sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan kegia

tan

masing-masing,

koordinasi

tahap

pelaporan

bagi

setiap kegiatan juga berbeda-beda.

Kegiatan

UTS

karena

hanya melibatkan dosen, asisten dan mahasiswa.

Kegiatan

ini berjalan walaupun tanpa koordinasi.

Hampir semua Do

sen

melaksanakan

UTS,

dan

pelaksanaannya berjalan cukup

lancar.

Keadaan tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa

hal di antaranya,

a) UTS sudah merupakan kegiatan rutin,

b) pelaksanaan UTS cukup sederhana,

c)

sebagian

besar

Dosen memiliki rasa tanggung jawab yang besar akan tu

gasnya .

Kegiatan

koordinasi pelaksanaan UAS lebih

jelas

dibandingkan dengan UTS, karena sebagian besar

fakultas

membentuk panitia UAS.

Bentuk koordinasi pengawasan

di

(50)

179

informal.

Koordinasi pengawasan secara formal

berbentuk

penyampaian

laporan tertulis kegiatan

UAS

dari

Ketua/

Sekretaris Jurusan kepada PD I. Koordinasi pengawasan

secara informal dengan mengadakan pengawasan/kunjungan

langsung pada saat pelaksanaan UAS,

baik oleh Dekan/PD I

maupun oleh Ketua Jurusa.

Sidang skripsi merupakan kegiatan yang

bersifat

insidental.

Dengan status

akreditasi

diakui/terdaftar

pelaksanaannya masih melibatkan dosen PTN, namun

karena

seluruh penguji skripsi dianggap

telah memenuhi

kuali-fikasi memadai maka secara formal tidak ada koordinasi

pengawasan khusus.

Seperti

halnya skripsi,

kegiatan

ujian

negara

merupakan

kegiatan

yang bersifat insidental.

Kegiatan

ini memiliki jaringan koordinasi tertentu yang

melibat

kan beberapa pihak luar. Dengan aturan dan pedoman kerja

yang

sudah jelas, koordinasi pengawasan dalam

pelaksa

naan ujian negara tampak jelas. Melalui pengawasan /

kunjungan

langsung,

baik oleh Koordinator dari

Kopertis

atau dari PTN pada saat pelaksanaan Ujian Tulis Negara

koordinasi tahap pengawasan telah berjalan baik.Kegiatan

koordinasi pengawasan bukan saja pada pelaksanaan ujian,

tetapi juga sudah nampak upaya-upaya peningkatan ke arah

(51)

180

2.Penbahasan

Perguruan Tinggi merupakan suatu organisasi formal

yang memiliki fungsi dan sasaran-sasaran tertentu.

Pelaksanaan fungsi dan pencapaian sasaran-sasaran terse

but terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan, dengan

kegiatan pendidikan dan pengajaran sebagai intinya.

Kegiatan pendidikan dan pengajaran dilaksanakan oleh te

naga akademik (Dosen dan Asisten), para pengelola (pim

pinan Universitas, Fakultas dan Jurusan) dibantu oleh

tenaga administrasi, sebagai staf pendukung. Pelaksanaan

kegiatan pendidikan dan pengajaran juga ditunjang oleh

sarana dan fasilitas pendidikan, dana, sumber-sumber

lingkungan serta pengelolaan pendidikan.

Universitas Langlangbuana sebagai suatu Pergu

ruan Tinggi Swasta yang masih muda, bernaung di bawah

suatu yayasan kepolisian dan berada di dearah yang kaya

dengan perguruan yang telah punya nama, memiliki kon

disi, karakteristik dan masalah-masalah tertentu.Kondisi,

karakteristik dan masalah-masalah tersebut secara lang

sung atau tidak langsung, menyangkut dan mempengaruhi

koordinasi kegiatan administrasi akademik.

Jurusan-jurusan pada UNLA kebanyakan berstatus

(52)

181

atau Jurusan-jurusan tersebut belum mempunyai otonomi

penuh. Secara akademis masih perlu mendapatkan pembinaan

dari PTN dan secara administratif memerlukan banyak

pembinaan dari Kopertis.

Ketergantungan PTS muda pada PTN bukan hanya dalam

pembinaan akademik, tetapi juga dalam penyediaan tenaga

pengajar. Banyaknya tenaga pengajar dan atau pengelola

dari luar PTS, akan menimbulkan banyak problema,terutama

problema koordinasi.

Secara kepegawaian

tenaga-tenaga PTN

akan mendahulukan tugas pada lembaganya, dan penyediaan

waktu dan tenaganya pada PTS menduduki tempat nomor dua.

Problema tersebut akan semakin besar dihadapi apabila

Dosen tersebut juga memangku jabatan struktural dan atau

mengajar pada beberapa PTS lain. Problema ini nampak

jelas dihadapi oleh beberapa Fakultas di UNLA, yang meng

akibatkan terlambatnya penyusunan jadwal kuliah (karena

Dosen terlambat memberikan kesediaan mengajar),terlambat

memulai kuliah, terlambat menyerahkan soal ujian,terlam

bat mengumunkan hasil ujian, pengunduran waktu ujian,dll.

Ketergantungan pada PTN juga dapat mempunyai

dampak pada kesukaran koordinasi dalam pengembangan

kebijakan dan peraturan yang seragam. Pembinaan Fakultas

diberikan oleh Fakultas yang sejenis di PTN. Walaupun

(53)

182

tentu peraturan dan ketentuannya sama, apalagi kalau

Fakultas pembinanya berasal dari Perguruan Tunggi yang

berbeda. Masalah ini dihadapi dalam penyusunan silabus,

SAP, skripsi dll. Karena belum ada keseragaman ketentuan

maka prosedur penyusunan skripsi dan bentuk format

skripsi pada beberapa Fakultas tidak sama. Demikian juga

dengan ketentuan penyusunan dan format silabus dan SAP.

Ada Fakultas yang mewajibkan Dosen membuat silabus dan

SAP,ada pula yang hanya menuntut pembuatan silabus, atau

pembuatan silabuspun diserahkan pada kesediaan Dosen.

Format silabus dan SAP antar Fakultas di UNLA,juga

ter-dapat keragaman.

Banyaknya pejabat struktural UNLA yang mempunyai

jabatan atau tugas rangkap dengan di institusinya (PTN)

juga besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas-tugas

pengelolaan di UNLA, khususnya tugas koordinasi. Hal itu

nampak jelas dalam beberapa kegiatan. Ada beberapa

kegiatan administrasi akademik yang terkoordinasi dengan

baik, ada yang kurang terkoordinasi, dan ada pula yang

hampir tidak terkoordinasi. Kegiatan yang banyak melibat

kan pihak luar (Dosen PTN, Kopertis dll), dikerjakan

dengan membentuk tim khusus (panitia) dengan dukungan

dana khusus,seperti ujian akhir semester, ujian skripsi,

(54)

Kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin, seperti registrasi,kuliah,

ujian tengah semester dll., koordinasinya hampir tidak

nampak.

Status tenaga pengajar pada UNLA bermacam-macam,

ada tenaga tetap Yayasan, tenaga Kopertis yang

diperban-tukan,tenaga honorer dari PTN dan tenaga honorer di luar

PTN. Variasi status ini bukan saja menyangkut perbedaan

asal kelembagaan,latar belakang pendidikan dan

pengalam-an, tetapi juga perbedaan dalam penugasan dan tuntutan

(kewajiban).Asisten dengan golongan gaji yang sama dibe

ri penugasan yang berbeda, pada Fakultas tertentu sudah

diberi tugas mandiri, sedang pada Fakultas lain belum di

beri tugas mandiri, atau malah belum diberi wewenang

untuk mengajar.Perbedaan penugasan, tuntutan, dan peng

hargaan dalam satu Fakultas dan atau antar Fakultas (yang

hal ini juga menunjukkan kurang adanya koordinasi) akan

menimbulkan kecemburuan, iri hati, yang akhirnya akan

mengendurkan kohesivisme di antara staf, dan dapat

menurunkan kadar belongingness terhadap organisasi.

Tenaga administrasi di UNLA sebagian besar

berla-tar belakang pendidikan umum, dengan dasar pendi

dikan jenjang SLTA. Kurangnya dasar.profesionalisme dan

rendahnya tingkat pendidikan staf administrasi organisa

(55)

184

tungkan. Hal itu bukan saja akan menghambat

pelaksanaan

tugas dan menghambat peningkatan mutu pelayanan,

tetapi

juga akan menurunkan

kredibilitas ketatausahaan organi

sasi Perguruan Tinggi. Kredibilitas

ketatausahaan Per

guruan

Tinggi

harus lebih tinggi

dibandingkan

dengan

organisasi Perguruan Menengah dan Perguruan Dasar.

Sampai

saat ini pelayanan administrasi

akademik

dan

sistem informasi akademis masih

banyak

dikerjakan

secara manual.Dalam tahap perkembangan UNLA seperti se

karang ini pekerjaan masih

bisa dikerjakan oleh

tenaga

non profesional jenjang SLTA,

tetapi pada masa yang akan

datang,

apabila

program dan

kegiatan

akademik

telah

lebih

banyak,

informasi yang perlu diolah dan

dikelola

lebih banyak, tuntutan akan mutu pelayanan lebih tinggi

dan

lebih

cepat, tugas-tugas perlu

dikerjakan

secara

komputer,

tenaga-tenaga

demikian

tidak

sesuai

lagi.

Kemampuan mereka perlu ditingkatkan, dan ditambah dengan

tenaga yang lebih profesional.

Meskipun fungsi koordinasi belum terlaksana se

cara

merata

pada seluruh kegiatan dan seluruh

bagian

organisasi,

tetapi pada umumnya kegiatan-kegiatan admi

nistrasi akademik dapat berjalan. Ada kegiatan yang su

dah berjalan lancar, dan ada

yang kurang

lancar,

ada

(56)

keterlam-batan. Kegiatan yang berjalan lancar dan tepat waktu

umumnya adalah kegiatan yang terkoordinasi dengan

baik,

sedang yang kurang lancar dan tidak tepat waktu umumnya

yang kurang terkoordinasi.

Dengan demikian nampak sekali

peranan

koordinasi dalam pelaksanaan

kegiatan-kegiatan

administrasi akademik.

Keterlaksanaan kegiatan-kegiatan yang kurang

terkoordinasi dimungkinkan, karena pekerjaan itu masih

sederhana, merupakan tugas utama dari para pelaksana,

tugas belum begitu banyak dan adanya rasa tanggung jawab

dan motivasi kerja yang sangat besar dari para pelaksa

na

yaitu Dosen,

Asisten dan Staf Administrasi.

Apabila

kegiatan tersebut menjadi semakin kompleks,

tugas-tugas

para

pelaksana

semakin banyak,

tuntutan

mutu

semakin

tinggi,

maka

penyelesaian

tugas,

tidak

bisa

hanya

mengandalkan

kesadaran

individual,

tetapi

membutuhkan

mekanisme kerja dan koordinasi yang mapan.

Kelemahan penyelesaian tugas tanpa koordinasi

nampak

pada

kegiatan-kegiatan

yang

dikerjakan

oleh

petugas yang kurang trampil ( karena memang latar bela

kang pendidikan dan

pengalamannya masih kurang),

bebera

pa kegiatan mengalami keterlambatan, malah kegiatan

tertentu kadang-kadang mengalami kemacetan. Dalam

(57)

pelaksanaan sampai pengawasan sangat diperlukan.

Salah satu faktor yang mendasari mantapnya

fungsi koordinasi adalah kejelasan struktur

organisasi.

Struktur organisasi yang jelas memberikan

landasan

yang

kokoh bagi penentuan jaringan kerja, hierarki kedudukan

dan

jabatan,

wewenang dan

tanggung jawab setiap

pejabat

dan

staf.

Universitas

Langlangbuana

telah

mempunyai

struktur organisasi yang jelas, sesuai dengan PP30 tahun

1990,

dengan

tugas-tugas dan

wewenangnya

masing-masing.

Referensi

Dokumen terkait

Zat-zat tersebut menempel erat (stabil) pada akar sehingga tak akan terbawa oleh aliran air dalam media. 4) Rhyzodegradetion disebut juga enhenced rezosphere

Hasil Penelitian ini adalah 1 Pengaruh bukti fisik tangibles, Pengaruh kehandalan Reliability, Pengaruh daya tanggap responsiveness, Pengaruh jaminan Assurance, Pengaruh empati

Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gallarza & Saura (2006), Joon & Kwan (2011), dan

Bagi masyarakat luas pada umumnya dan para pelajar bahasa Jepang khususnya diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbandingan seni

Proses pembelajaran matematika bukan hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses yang dikondisikan atau diupayakan oleh guru,

Karena disana pun ada yang berdakwah kepada Allah dan menyeru kepada Aqidah ini, akan tetapi itu adalah perjuangan perorangan, berbeda dengan perjuangan disini

Uji ANOVA dari masing-masing kelompok uji baik aktivitas dan kapasitas fagositosis dari variasi konsentrasi logaritma yang diberikan 0,1 – 1000 µg maupun terhadap kontrol (-)

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang turut ambil bagian dalam pembangunan bangsa sehingga, setiap lapisan masyarakat berhak menerima pendidikan yang