• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Teori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-limu sosial khususnya di bidang psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Menurut Susilowati (2004) terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum, yang disebut instrumental dan normatif.

Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan dalam tangible, insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif

normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka.

Sedangkan penelitian mengenai teori kepatuhan telah diterapkan secara luas pada perpajakan. Jackson dan Milligram (1998) menyatakan bahwa terdapat 14 variabel-variabel yang mempengaruhi pajak kepatuhan. Variabel-variabel tersebut adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, level pendapatan, sumber pendapatan, pekerjaan/status, etika, kewajaran, kompleksitas, hubungan dengan internal revenue service (IRS), sanksi, probabilitas deteksi, dan tingkat pajak.

(2)

12

Selain itu terdapat beberapa variabel lain yang mempengaruhi kepatuhan pajak seperti proporsi pengendalian individu, biaya komplain, pengaruh penyusun pajak, lokasi geografis dan mobilitas pembayar pajak, dan hal-hal lain dimana pembayar pajak mempersepsikan keputusan kepatuhannya. Beberapa penelitian lainnya mengenai kepatuhan pajak yang meneliti masalah-masalah sangsi terhadap batasan respons dilakukan oleh Christiansen dan Friedland (1998).

Friedland (1998) menemukan adanya bukti mengenai kesamaan efektifitas hukuman yang ringan dan yang berat. Meskipun demikian, masalah mengenai dampak sanksi yang tepat terhadap kepatuhan rnasih merupakan hal yang kontroversial, walaupun banyak penelitian mengindikasikan sanksi memiliki peran yang penting dalam mempertahankan kepatuhan.

Berdasarkan perspektif normatif maka sudah seharusnya bahwa teori kepatuhan ini dapat diterapkan di bidang akuntansi. Apalagi di dalam UU No.8 tahun 1995, secara eksplisit telah menyebutkan bahwa setiap perusahaan publik wajib memenuhi ketentuan dalam undang-undang tersebut dan khususnya dalam penyampaian laporan keuangan berkala secara tepat waktu kepada OJK.

Sehubungan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan oleh perusahaan- perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia, maka kepatuhan emiten dalam melaporkan pelaporan keuangan merupakan suatu hal yang mutlak dalam memenuhi kepatuhan terhadap prinsip pengungkapan informasi yang tepat waktu.

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatwaktuan dalam penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Surat Keputusan Ketua OJK Nomor: Kep-36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian

(3)

13

laporan keuangan berkala. Peraturan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory) yang dikemukakan oleh Tyler (1990). Teori kepatuhan

menggambarkan orang akan cenderung patuh pada norma dan peruaturan yang ada. Pemerintah telah membuat kebijakan dan peraturan serta sanksi terhadap batas waktu penyampaian pelaporan.

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer.

Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih mempekerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen berada pada posisi yang memiliki

informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

(4)

14

Masalah keagenan juga akan timbul jika pihak manajemen atau agen perusahaan tidak atau kurang memiliki saham biasa perusahaan tersebut. Karena dengan keadaan ini menjadikan pihak manajemen tidak lagi berupaya untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan dan mereka berusaha untuk mengambil keuntungan dari beban yang ditanggung oleh pemegang saham. Cara yang dilakukan pihak manajemen adalah dalam bentuk peningkatan kekayaan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas perusahaan. Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling (1976), Jensen (1986), Weston dan Brigham (1994), bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu (1) antara pemegang saham dan manajer, dan (2) antara pemegang saham dan kreditor.

Ketepatwaktuan penyampaian pelaporan keuangan ke publik diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pemakai laporan keuangan. Pelaporan keuangan yang disampaikan dengan tepat waktu akan mengurangi kecurangan pihak agen sebagai pihak yang memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak prinsipal untuk memanipulasi data.

2.1.3 Laporan Keuangan

Setiap perusahaan menyusun laporan keuangan yang merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan sebagai alat untuk mengulas kegiatan finansial dalam suatu periode. Laporan keuangan merupakan ikhtisar dari pencatatan, yaitu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 1997:17). Pihak manajemen membuat laporan keuangan ini dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan.

(5)

15

Menurut Bamber et al. (2000) dalam Wulantoro (2011) laporan keuangan merupakan dokumen-dokumen bisnis yang melaporkan dalam jumlah moneter, dimana dalam lpaoran ini disediakan informasi untuk membantu seseorang dalam membuat keputusan bisnis. Pembuat keputusan ini adalah kreditur, investor, dan pihak pengguna laporan keuangan lainnya.

Menurut IAI (2009: 5), laporan keuangan merupakan suatu penyajian dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas secara terstruktur. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang berguna bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Selain itum lpaoran keuangan juga menungkapkan hasil pertangungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan yang akan membantu pihak pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan, khususnya dalam waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Laporan keuangan dalam Standar Akuntansi Kuenagan (IAI, 2007) disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan para pengguna laporan. Beberapa diantara pengguna laporan keuangan tersebut kadang memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang termuat dalam laporan keuangan. Salah satu bagian dalam laporan keuangan yang lengkap adalah adanya laporan auditor independen.

(6)

16

Laporan auditor independen penting bagi pihak pengguna laporan untuk melihat opini yang dikeluarkan oleh auditor independen atas laporan keuangan yang diauditnya, sehingga akan menjadi tolok ukur dalam menilai informasi keuangan yang disajikan perusahaan.

Laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualititatif yang berkaitan dengan dasar pengambilan keputusan, kebutuhan pemakai dan keyakinan pemakai terhadap informasi yang digunakan. Karakteristik kualitatif laporan keuangan yang pokok terdiri dari empat, yaitu dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diberbandingkan. Keempat karakteristik kualitatif ini merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyajikan laporan keuangan.

Berdasarkan Accounting Principles Board Statement No. 4 dalam Belkaoiui (2006: 212), tujuan laporan keuangan diklasifikasikan menjadi tujuan khusus, tujuan umum dan tujuan kualitatif, serta memasukkan mereka di bawah suatu kumpulan pembahasan. Tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan yang lainnyadalam posisi keuangan.

2) Tujuan umum dari laporan keuangan adalah untuk menyampaikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar dapat mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya, menunjukkan pendanaan dan investasinya, mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi komitmen-komitmennya dan menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya. Selain itu bertujuan untuk menyampaikan informasi

(7)

17

yang dapat diandalkan mengenai perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat menyajikan ekspektasi pengembangan dividen kepada para investor, menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar kreditor dan pemasok, memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian kepada manajemen serta menyajikan profitabilitas jangka panjang.

Tujuan lainnya adalah untuk menyampaikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan, untuk menyampaikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan.

3) Tujuan kualitatif diantaranya adalah relevansi, dapat dimengerti, dapat diverifikasi, netralitas, ketepatwaktuan, komparabilitas, dan kelengkapan.

2.1.4 Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan melingkupi laporan keuangan dan cara-cara lain untuk melaporkan informasi. Hal ini berarti laporan keuangan memiliki pengertian yang lebih luas dari laporan keuangan. Jika dalam laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas, maka dalam pelaporan keuangan termasuk di dalamnya prospektus, peramalan oleh manajemen dan berbagai pengungkapan informasi lainnya.

Walaupun begitu, paoran keuangan adalah unsur utama pelaporan keuangan.

Tujuan pelaporan keuangan sendiri, diantaranya untuk menyediakan (1) informasi yang bermanfaat bagi keputusan investasi dan kredit, (2) informasi yang berguna

(8)

18

untuk menilai arus kas masa depan dan (3) informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut serta perubahannya (Kieso et al., 2007: 5).

Pelaporan keuangan bukanlah merupakan sebuah akhir, tetapi pelaporan pelaporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan dari pelaporan keuangan bukan merupakan suatu yang abadi karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan ekonomi, legal, politik, dan sosial. Tujuan ini juga dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan dari jenis informasi yang dapat diberikan oleh pelaporan keuangan (Belkaoui, 2006: 234-235).

Informasi keuangan mengenai kinerja suatu perusahaan diharapkan dapat diberikan dalam pelaporan keuangan selama satu periode dan mempertanggungjawabkan kinerja manajer terhadap pemilik perusahaan.

Pelaporan keuangan tidak dirancang untuk mengukur nilai dari suatu perusahaan bisnis secara langsung, namun informasi yang disajikannya mungkin dapat membantu memperkirakan nilainya (Sulistyo, 2010).

2.1.5 Publikasi Laporan Keuangan

Tujuan dari publikasi laporan keuangan adalah untuk menyampaikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta arus kas perusahaan yang berguna bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat suatu keputusan ekonomi dan bisnis, sekaligus menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya perusahaan yang dikelolanya. Hal-hal mengenai penyampaian laporan keuangan ini diatur dalam Peraturan OJK yang telah

(9)

19

diperbaharui yakni Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-346/BL/2011 pada tanggal 5 Juli 2011, dimana ditetapkan Peraturan No. X.K.2 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten, dimana dalam poin dua disebutkan bahwa :

1) Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

2) Laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan.

3) Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada OJK dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

4) Dalam hal emitem telah menyampaikan laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan no. X.K.6 sebelum batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka emitem tersebut tidak diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan secara tersendiri.

5) Pengumuman laporan keuangan tahunan tersebut wajib dilakukan dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional, dengan ketentuan :

(1) Laporan keuangan tahunan yang diumumkan paling sedikit meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, arus kas dan opini akuntan.

(2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud wajb disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada OJK dan LK; dan

(10)

20

(3) Bukti pengumuman tersebut dapat dilihat adanya batas waktu yang dituntut untuk dipatuhi oleh perusahaan agar tidak dikenai sanksi administratif.

Berdasarkan peraturan tersebut dapat dilihat adanya batas waktu yang menuntut perusahaan agar tidak dikenai sanksi administratif. Cepatnya publikasi laporan keuangan juga ikut mendukung kinerja pasar yang efisien dan cepat serta meminimalisir kebocoran dan rumor di pasar modal.

2.1.6 Kecepatan Publikasi Laporan Keuangan

Terdapat tiga kreteria utama yang digunakan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan, diantaranya ketepatwaktuan, keandalan dan komparabilitas (Owusu-Ansah dan Yeoh, 2005: 33). Hal ini menunjukkan bahwa penyediaan informasi sedini mungkin dapar diandalkan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan ekonomi merupakan salah satu tujuan dari pelaporan keuangan.

Kecepatan publikasi laporan keuangan akan memengaruhi pengguna laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan karena semakin cepat waktu publikasinya, maka semakin cepat keputusan dapat diambil. Kenley dan Stubus (1972) menyatakan bahwa kecepatan pelaporan keuangan memberikan pengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan penyampaian laporan keuangan dapat dikatakan akan menyebabkan distorsi nilai dan manfaat dari laporan keuangan bersangkutan.

Penyampaian laporan keuangan yang memakan waktu cukup lama kemungkinan akan berkaitan dengan kualitas informasi yang lebih rendah, karena keterlambatan tersedianya informasi menyebabkan tanggapan yang diberlakukan

(11)

21

akan membuat informasi tidak memiliki nilai tambah (Prena, 2011). Abdulah (1996) dalam Aziz et al. (2014) mengungkapkan bahwa manfaat yang lebih besar dapat diperoleh dari laporan keuangan ketika rentang waktu tahun akuntansinya dan tanggal publikasinya lebih pendek.

Oladipupo dan Izedomi (2013) mengatakan ketepatwaktuan laporan tahunan auditan yang dipublikasikan merupakan atribut kualitatif penting yang diinginkan dari setiap informasi akuntansi yang baik. Prinsip Akuntansi Dewan (AICPA, 1970: 37-38) dalam Bonson dan Borrero (2011) berpendapat bahwa tepat waktu adalah dimana informasi keuangan harus dikomunikasikan sedini mungkin, untuk mengantisipasi apabila informasi tersebut dibutuhkan dan digunakan oleh pengambil keputusan sehingga terhindar dari penundaan yang tidak perlu dalam pengambilan keputusan.

The International Accounting Standards Board (IASB, 1989) dalam Bonson dan Borrero (2011) menyatakan bahwa informasi memiliki kualitas relevansi ketika memberikan pengaruh pada keputusan ekonomi dari orang-orang yang menggunakannya dan membantu mereka untuk mengevaluasi masa lalu, sekarang dan kejadian masa depan atau engan kata lain untuk mengonfirmasi atau mengevaluasi atas apa yang dibuat sebelumnya. Oleh karen itu, informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tersedia sedini mungkin sangat diperlukan oleh investor sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.

(12)

22 2.1.7 Umur Perusahaan

Siklus hidup perusahaan secara eksplisit mempunyai tujuan jangka panjang untuk menghasilkan keuntungan finansial dan mningkatkan kinerja perusahaan. Kreitner dan Kinicki (1998:587) dalam Juniarti dan Limanjaya (2005) mengungkapkan teori siklus perusahaan adalah sama seperti orang yang membuat organisasi. Kaplan dan Norton (1996:48) menyederhanakan siklus hidup perusahaan dalam tiga tahap. Pertama, pertumbuhan dimana perusahaan dalam tahap pertumbuhan ini beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal investasi yang rendah. Kedua, bertahan dimana keadaan unit bisnis yang investor tertarik untuk berinvestasi dengan harapan mendapat pengembalian modal tinggi. Terakhir adalah tahap menuai merupakan tahap kedewasaan dalam siklus hidup unit bisnis dimana perusahaan mendapatkan pengembalian atas investasi di tahun sebelumnya.

Umur perusahaan merupakan salah satu elemen perusahaan yang menunjukkan seberapa lama perusahaan dapat bertahan dalam mengatasi hambatan kehidupan perusahaan. Oleh karena itu, semakin lama perusahaan berdiri, maka perusahaan semakin menunjukkan eksistensinya, dan meningkatkan kepercayaan investor melalui penyampaian laporan keuangan secepat mungkin untuk menunjukkan kinerja baik perusahaan.

Umur perusahaan diidentifikasi sebagai atribut yang kemungkinan memiliki dampak pada kualitas praktik akuntansi dalam konteks kecepatan publikasi. Semakin tua umur suatu perusahan, semakin besar kemungkinan mereka memiliki prosedur pengendalian internal yang kuat. Dengan demikian,

(13)

23

diharapkan perusahaan yang lebih tua akan memiliki kelemahan kontrol yang lebih kecil yang dapat menyebabkan keterlambatan pelaporan. Demikian pula, perusahaan dengan umur yang lebih muda lebih rentan terhadap kegagalan dan memiliki lebih sedikit pengalaman dengan pengendalian akuntansi (Hope and Langli, 2009).

2.1.8 Audit Tenure

Masa perikatan audit adalah lama hubungan kerja diantara auditor dengan klien dalam pemeriksaan laporan keuangan. Menurut Johnson et al. (2002) audit tenure dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yakni:

1) Kategori pendek, yaitu masa perikatan selama dua sampai tiga tahun.

2) Kategori sedang, yaitu masa perikatan selama empat sampai delapan tahun.

3) Kategori panjang, yaitu masa perikatan lebih dari delapan tahun.

Seorang auditor dengan penugasan yang cukup lama dengan perusahaan kien akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis sehingga auditor cenderung akan merancang program audit yang efektif dan laporan keuangan audit yang berkualitas tinggi (Giri, 2010). Primadita dan Fitriany (2012) menyatakan bahwa rentang waktu audit berpengaruh terhadap asimetri informasi. Almutairi et al.

(2009) mengungkapkan bahwa para pelaku pasar menyadari semakin lamanya audit tenure maka akan menyebabkan auditor semakin ahli dalam mengaudit

perusahaan tersebut.

Ashton et al. (1987) menemukan bahwa semakin lama suatu perusahaan menjadi klien dari KAP, semakin pendek audit delay. Hal ini dikarenakan akuntan

(14)

24

publik auditor tidak perlu lagi memahami karakteristik perusahaan, sistem pengendalian internal perusahaan dan sebagainya. Pendapat ini didukung oleh Lee et al. (2009) yang berargumen bahwa semakin meningkat audit tenure maka

pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem akuntansi perusahaan akan turut meningkat sehingga menghasilkan proses audit yang lebih efisien.

Sebaliknya, apabila auditor melakukan perikatan audit pada klien yang baru maka rentang waktu penyelesaian audit akan lebih panjang. Hal ini dikarenakan auditor membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan pencatatan, kegiatan operasional, kendali internal serta kertas kerja periode lalu perusahaan pada awal perikatan.

2.1.9 Good Corporate Governance

Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992. Cadbury Committee mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para

pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak- hak dan tanggungjawab mereka.

Keberadaan tata kelola yang baik dalam sebuah perusahaan (good corporate governance) juga diindikasikan menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kecepatan publikasi laporan keuangan. Perusahaan telah menerapkan corporate governance dengan baik, seharusnya telah memenuhi prinsip-prinsip GCG antara lain fairness, transparancy, accountability dan responsibility. Menurut Beasley (1996) dalam Arief & Bambang (2007)

(15)

25

menyatakan bahwa keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan dengan cara mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Dengan keberadaan prinsip tersebut maka jelas bahwa jika sebuah perusahaan melaksanakan dengan baik, maka publikasi laporan keuangan akan semakin cepat karena kreteria LK yang baik sudah terpenuhi.

Organization for Economic Coorporation and Development (OECD)

menyebutkan bahwa corporate governance menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja. Dengan pelaksanaan corporate governance yang baik maka sudah tentu publikasi laporan keuangan akan semakin cepat dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan lebih cepat pula.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomer PER- 01/MBU/2011, tata kelola perusahaan yang baik didefinisikan sebagai prinsip- prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. GCG sendiri secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder (Monks, 2003).

Terdapat dua model struktur good corporate governance, yaitu single board system dan dual board system. Single board system adalah struktur GCG yang tidak memisahkan keanggotaan dewan komisaris dan dewan direksi, sedangkan dalam dual board system struktur GCG yang memisahkan

(16)

26

keanggotaan. Indonesia sendiri cenderung menggunakan model struktur dual board system dalam penerapan good corporate governance.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Umur Perusahaan dengan Kecepatan Publikasi Laporan Keuangan Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung akan lebih terampil dalam menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah pengalaman yang cukup. Semakin lama umur perusahaan, semakin besar mereka memiliki pengendalian internal yang kuat, karena auditor internalnya berpengalaman. Almilia dan Setiady (2006) menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan, dimana semakin lama umur perusahaan, semakin kecil kemungkinan keterlambatan penyelesaian laporan keuangan. Ini berarti semakin tua umur perusahaan (umur dalam angka semakin besar) maka rentang waktu publikasi laporan keuangan akan semakin singkat (rentang hari dalam angka semakin kecil).

Berdasarkan hal tersebutlah maka muncul hipotesis yaitu :

H1 : Umur perusahaan berpengaruh negatif pada kecepatan publikasi laporan keuangan

2.2.2 Audit Tenure dengan Kecepatan Publikasi Laporan Keuangan

Pembatasan lamanya masa tugas auditor dipandang sangat penting untuk menjaga independensinya. Primadia dan Fitriany (2012) menyatakan bahwa jangka waktu audit berpengaruh terhadap informasi yang asimetri. Informasi asimetri yang dapat menyebabkan masalah keagenan bisa diatasi dengan mencegah terjadinya audit delay. Ashton et al. (1987) menemukan jika semakin lama suatu perusahana berhubungan dengan KAP, semakin singkat audit delay.

(17)

27

Pendapat ini didukung pula oleh Lee et al., yang mengatakan bahwa semakin lama penugasan KAP oleh perusahaan klien yang memberikan penugasan, maka memungkinkan auditor untuk mengenali perusahaan sehingga meminimalkan waktu penyelesaian audit dan laporan keuangan secara tepat waktu. Ini berarti semakin lama hubungan antara klien dengan auditor (audit tenure) maka semakin singkat rentang waktu publikasi laporan keuangannya. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis yaitu :

H2 : Audit tenure berpengaruh negatif pada kecepatan publikasi laporan keuangan

2.2.3 Good Corporate Governance dengan Kecepatan Publikasi Laporan Keuangan

Keberadaan tata kelola yang baik dalam sebuah perusahaan (good corporate governance) juga diindikasikan menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kecepatan publikasi laporan keuangan. Menurut Beasley (1996) dalam Arief & Bambang (2007) menyatakan bahwa keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan dengan cara mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Dengan keberadaan prinsip tersebut maka jelas bahwa jika sebuah perusahaan melaksanakan dengan baik, maka publikasi laporan keuangan akan semakin cepat karena kreteria LK yang baik sudah terpenuhi. Hal tersebut makin diperkuat oleh penelitian Mark A. Clatworthy (2010) yang menguji pengaruh GCG perusahaan di Inggris. Diperoleh hasil bahwa perusahaan di Inggris berdasarkan prinsip yang ada dalam GCG sendiri berpengaruh terhadap kecepatan publikasi laporan keuangan. Ini berarti semakin besar nilai GCG, maka

(18)

28

perusahaan akan mengurangi faktor-faktor yang dapat memperlambat publikasi laporan keuangannya sehingga rentang waktu yang dihasilkan ketika publikasi lebih singkat. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis yaitu :

H3 : Good corporate governance berpengaruh negatif pada kecepatan publikasi laporan keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pengguna local host harus sering-sering melakukan backup dan restore agar datanya selalu sama dengan data di server e learning UNY. Penggunaan internet untuk media penyelesaian

Tujuan umum laporan keuangan daerah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas

Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari entitas

Dari penelitian ini, perjalanan perkembangan kota Pontianak dalam tiga periode memperlihatkan terjadinya perubahan nilai-nilai sosial budaya masyarakat tepian sungai

Tepung beras merupakan tepung rendah protein yang tidak mengandung gluten, yang membuat tepung beras menjadi bahan yang sering digunakan dalam pembuatan makanan

Hal inilah yang menunjukkan bahwa wawasan dalam memandang konsep keberagamaan pada masa pra Islam tidak jauh berbeda ketika proses Islamisasi dilakukan, karena adanya dasar

• Tujuan umum laporan keuangan syariah adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan