• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang menjadi SDGs (Sustainable Development Goals) adalah status gizi bayi dan balita. Status gizi dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Variabel umur, BB, dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut.

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan, yang merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh, namun masih saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

1

Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 17,9% bayi dan balita yang

tidak terjadi kenaikan berat badan, terdiri dari 13,0% bayi dan balita berstatus

gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Dibandingkan tahun 2007, terjadi

penurunan jumlah prosentase bayi dan balita yang tidak terjadi kenaikan berat

badan pada tahun 2010 dari 18,4% menjadi 17,9%. Bayi dan balita yang tidak

mengalami kenaikan berat badan di provinsi Jawa tengah sebesar 15,7% lebih

rendah dibandingkan prosentase di Indonesia, terdiri dari 12,4% gizi kurang

dan 3,3% gizi buruk, sedangkan untuk kabupaten Sukoharjo yang termasuk

(2)

kabupaten yang memiliki angka tertinggi gizi kurang di provinsi Jawa Tengah, jumlah baduta (bawah dua tahun) tidak mengalami kenaikan berat badan sebesar 10,23%.

2

Berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2014 ditemukan bahwa angka kejadian baduta tidak naik berat badannya saat penimbangan di posyandu tertinggi terletak didaerah Mojolaban serta berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban, diperoleh informasi dari salah satu petugas kesehatan di Puskesmas bahwa terdapat program pijat bayi secara rutin di Rumah Bersalin Citra Prasasti yang bertujuan untuk membantu peningkatan berat badan pada bayi. Bayi yang tidak mengalami kenaikan berat badan sejumlah 21, 11 berjenis kelamin laki-laki dan 10 berjenis kelamin perempuan.

3

Indikator BB/TB dan Indeks Massa Tubuh (IMT) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), pertambahan berat badan yang tetap ataupun tidak naik bisa disebabkan oleh banyak faktor antara lain misalnya mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan balita tidak mengalami kenaikan berat badan.

1

Bayi yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan akan

menyebabkan orang tua bayi merasa cemas dan khawatir karena gangguan

gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan

walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Keterlambatan

pertumbuhan pada bayi menyebabkan bayi mengalami gizi kurang dan gizi

(3)

buruk, yang nantinya dapat berdampak pada perkembangan otak yang lambat sehingga menurunkan kecerdasan intelektual, serta mudah terkena penyakit karena menurunnya kekebalan bayi.

4

Kurangnya rangsangan yang diberikan kepada bayi akan memperparah keterlambatan pertumbuhan pada bayi. Banyak riset menunjukkan bahwa bayi membutuhkan rangsangan dini di berbagai bagian tubuh dan alat indra untuk membantu bayi dalam tahap masa pertumbuhannya.

4

Masa bayi dimulai dari umur 1-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi. Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya. Menurut Jahari permasalahan gangguan pertumbuhan balita di Indonesia mulai muncul sejak dini (umur 1- 12 bulan) sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi gangguan pertumbuhan atau meningkatkan berat badan. Salah satu upaya untuk meningkatkan berat badan bayi yakni pemberian nutrisi sesuai kebutuhan, pemberian pola asuh, asah dan asih yang tepat serta pemberian stimulasi yang dapat berupa pijatan pada bayi

5,6

Penelitian yang dilakukan direktur Touch Research Institute di Miami, Amerika Serikat, meneliti bahwa pengaruh pijat bayi yang dilakukan secara teratur dapat meningkatan cara kerja tonus nervus vagus (saraf otak ke-10).

Proses tersebut menyebabkan naiknya kadar enzim penyerapan gastrin dan

insulin. Inilah yang membuat penyerapan sari makanan menjadi lebih baik,

serta bayi cepat merasa lapar dan sering menyusu. Akibatnya, produksi ASI

(4)

dari sang ibu lebih banyak dari segi kualitas dan kuantitas.

6

Menurut penelitian, menunjukkan bahwa pada 2 bayi prematur (berat badan 1.280 dan 1.176 gr), yang dipijat selama 3 kali 15 menit selama 10 hari, terjadi kenaikan berat badan 20% - 47% dari yang tidak dipijat dan terhadap bayi cukup bulan yang berumur 1–3 bulan yang dipijat selama 15 menit sebanyak 2 kali seminggu untuk masa enam minggu menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih dari bayi kontrol. Bedasarkan hasil penelitian tersebut, terlaksananya pijat bayi dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi ataupun mencegah terjadinya keterlambatan pertumbuhan atau yang disini berkaitan dengan peningkatan berat badan bayi.

7

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang manfaat pemijatan terhadap peningkatan berat badan bayi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan peningkatan berat badan pada bayi yang diberikan pijat bayi dan yang tidak diberikan pijat bayi”?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan berat badan bayi yang diberi pijat dan yang tidak diberi pijat bayi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rerata peningkatan berat badan bayi yang diberi

pijat bayi.

(5)

b. Untuk mengetahui rerata peningkatan berat badan bayi yang tidak diberi pijat bayi

c. Untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan berat badan bayi antara bayi yang diberi pijat dan yang tidak diberi pijat bayi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pijat bayi terhadap pertumbuhan bayi serta dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

2. Manfaat praktis

Pijat bayi diharapkan dapat menambah kesadaran masyarakat merupakan salah satu cara yang efektif, murah dan mudah dilakukan sebagai usaha peningkatan berat badan bayi.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian sebelumnya serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh

Dieter dengan judul randomized controlled trial (pengamatan 14 hari)

pada 32 bayi kurang bulan. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat

peningkatan berat badan rerata 53% lebih besar pada kelompok yang

dipijat dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan penelitian yang akan

peneliti lakukan pada penelitian ini adalah hubungan stimulasi pijat

dengan peningkatan berat badan bayi umur 1-12 bulan. Persamaan dengan

penelitian sebelumnya adalah variabel bebas berupa pijat bayi terhadap

variabel terikat yaitu peningkatan berat badan bayi. Perbedaan dengan

(6)

penelitian sebelumnya terletak pada metode penelitian yaitu menggunakan cohort retrospektif, tempat di rumah bersalin dengan demikian diharapkan

peneliti dapat menentukan jawaban secara obyektif terhadap pembuktian teori.

2. Penelitian sebelumnya serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Serrano pada tahun 2010 dengan judul randomized controlled trial (pengamatan 4 minggu) pada 100 bayi. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat kenaikan berat badan bermakna pada kelompok bayi umur 2 bulan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan pada penelitian ini adalah perbedaaan peningkatan berat badan bayi pada bayi yang diberikan pijat bayi dan yang tidak diberikan pijat bayi umur 1-12 bulan. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah variabel bebas pijat bayi terhadap variabel terikat yaitu peningkatan berat badan bayi, serta lama pengamatan yang sama selama 4 minggu. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada metode penelitian yaitu cohort retrospektif, sampel yang digunakan umur 1-12 bulan, tempat di rumah bersalin dengan demikian diharapkan peneliti dapat menentukan jawaban secara obyektif terhadap pembuktian teori.

3. Penelitian sebelumnya serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh

Raras nugrohowati d esain penelitian menggunakan pre- experiment desain

dengan pendekatan One Group Pre Test-Post Test Design untuk mengetahui

pengaruh pijat bayi terhadap tumbuh kembang pada 34 bayi dengan teknik

total sampling analisa data menggunakan uji Wilcoxon test. Hasil penelitian

(7)

tersebut adalah terdapat diketahui tumbuh kembang sebelum dipijat yang

mengalami tanda keterlambatan t umbuh kembang sebanyak 8 bayi dari 34

bayi (23,5%), setelah dipijat menjadi 31 bayi yang normal (91,2%) dengan p

value 0,025 < α (0,05). Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan

pada penelitian ini adalah perbedaaan peningkatan berat badan bayi pada

bayi yang diberikan pijat bayi dan yang tidak diberikan pijat bayi umur 1-

12 bulan. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah variabel bebas

berupa pijat bayi terhadap variabel terikat yaitu peningkatan berat badan

bayi. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada metode

penelitian yaitu menggunakan cohort retrospektif, tempat di rumah

bersalin dengan demikian diharapkan peneliti dapat menentukan jawaban

secara obyektif terhadap pembuktian teori.

Referensi

Dokumen terkait

Akib Aman, Sp.R, MARS selaku Direktur Utama RSUP Fatmawati yang telah memberikan penulis kesempatan dalam melakukan penelitian pada perusahaan serta membantu dalam memberikan dan

Kenyataan yang dapat dilihat dari siswa yang bersekolah di desa seperti : (1) Rasa ingin tahu siswa tersebut dalam belajar lebih baik (2) Beberapa siswa masih ada yang

The address of a byte in memory, for a processor real mode, is formed by adding an offset address to a segment address.. The result of the sum is always a 20-bit value (remember

Bila campuran analit memiliki panjang gelombang zero-crossing lebih dari satu, maka yang dipilih untuk dijadikan panjang gelombang analisis adalah panjang gelombang zero crossing

Umbi belah empat menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dibanding umbi belah dua dan lapisan suberin yang lebih tebal terdapat pada umbi bibit yang direndam

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Kode Etik Humas Pemerintahan yang tercantum

Siapa yang berjasa dalam pemenangan, maka mereka itulah yang diberi kesemptan mendapatkan jabatan dan sebaliknya siapa yang berada pada tim kalah, mereka akan jadi

Syafruddin Prawiranegara, Kementerian Keuangan RI, Lantai 5-12, Jl.. Lapangan Banteng