• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penyakit Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Gambaran Penyakit Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2012"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Penyakit Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2012

Mega Hermawan1 , Krisnawati Bantas2

1Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat

2Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Abstrak

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama penduduk dunia (30%). Untuk menghadapi masalah ini perlu diketahui distribusi penyakit kardiovaskuler terhadap faktor-faktor risikonya secara lebih spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medik RSJPD Harapan Kita menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 339 orang dianalisis secara univariat. Hasil menunjukkan Ischemic Heart Diseases merupakan penyakit dengan proporsi terbesar yaitu 43,36%. Berdasarkan letak lesi, penyakit jantung memiliki proporsi terbesar yaitu 87,02%. Penyakit kardiovaskuler cenderung mengenai kelompok usia 51- 60 tahun dengan proporsi 29,79%. Penyakit kardiovaskuler cenderung menyerang laki-laki dan orang dengan tingkat pendidikan menengah. Diketahui bahwa proporsi pasien hipertensi dan diabetes mellitus cenderung lebih besar di antara pasien penyakit pembuluh darah otak daripada pada pasien penyakit jantung ataupun pasien penyakit pembuluh darah perifer.

Kata kunci : Kardiovaskuler; Pasien rawat inap; RSJPD Harapan Kita Abstract

Cardiovascular disease is the most common death cause (30%) . To face the problem it’s necessary to know the distribution of cardiovascular disease specifically to its risk factors. This research aims to describe the cardiovascular disease among the hospitalized patients in Harapan Kita Cardiovascular Hospital in 2012. This research uses the secondary data from Harapan Kita Cardiovascular Disease medical record and also uses cross sectional design with 339 sample and analyzed in univariate. The results show that among the cardiovascular diseases in inpatient unit in Harapan Kita Cardiovascular Hospital, Ischemic Heart Diseases is the diseases with the biggest proportion which is 43,36%. According to lesion location, heart disease has the biggest proportion which is 87,02%. Cardiovascular diseases tend to affect the 51-60 years old group of age by 29,79% among other age groups. Cardiovascular diseases tend to affect men and those who have middle educational level. The results also show that proportion of patients with hypertension and Diabetes Melitus tends to be bigger among cererovascular diseases patients than heart diseases patients or peripheral vascular diseases patients.

Keywords : Cardiovascular; Hospitalized patients; Harapan Kita Cardiovascular Hospital

(2)

Pendahuluan

Saat ini penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global (Buletin PTM, 2012). Di Indonesia sendiri, pada tahun 1995, kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular hanya sebesar 41,7% sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi 59,5%. (Kemenkes RI, 2012). Menurut WHO (World Health Organization), di antara penyakit-penyakit tidak menular yang ada, penyakit-penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang paling besar frekuensinya.

WHO menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskuler adalah penyakit nomor 1 penyebab kematian penduduk dunia. Lebih banyak orang yang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia dibandingkan dengan yang meninggal disebabkan oleh penyakit lain setiap tahunnya. Diperkirakan terdapat 17,3 juta orang yang meninggal karena penyakit kardiovaskuler pada tahun 2008 (30% dari total kematian penduduk secara global) (WHO, 2013).

Di Indonesia sendiri, penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit dengan proporsi kejadian yang relatif besar. Menurut data Riskesdas tahun 2007, prevalensi kasus hipertensi di Indonesia adalah sebanyak 31,7%, kemudian prevalensi penyakit jantung sebesar 7,2%, dan penyakit stroke memiliki prevalensi sebesar 8,3‰ (Buletin PTM, 2012).

Menurut Badan Kesehatan Dunia, penyakit kardiovaskuler adalah sekelompok gangguan terhadap organ jantung dan pembuluh darah yang mencakup penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, penyakit arterial perifer, penyakit jantung reumatik, penyakit jantung congenital, thrombosis vena, dan pulmonary embolism (WHO, 2013) yang memiliki faktor-faktor risiko berupa umur, jenis kelamin, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol darah, merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, riwayat keluarga, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, faktor psikososial, diabetes mellitus, dan polusi udara (Bridget, 2010).

Mempertimbangkan bahwa penyakit kardiovaskuler dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, maka perlu diketahui bagaimana pengklasifikasian penyakit kardiovaskuler tersebut dan bagaimana distribusinya berdasarkan faktor-faktor risikonya. Untuk mendapatkan gambaran yang baik, peneliti memilih Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Jakarta sebagai tempat penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan pusat penelitian jantung nasional yang memiliki data-data yang lengkap mengenai jantung dan pembuluh darah sehingga memungkinkan penelitian dilakukan di sana.

(3)

Tinjauan Teoritis

Penyakit kardiovaskuler memiliki beberapa faktor risiko. Menurut Framingham Heart Study sebagaimana disebutkan dalam O’Donnel & Elosua (2008), faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskuler di antaranya adalah riwayat keluarga, genetik, polusi udara, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, merokok, obesitas, diabetes, tekanan darah, dan kadar kolesterol. Sementara menurut Bridget (2010), faktor risiko penyakit kardiovaskuler di antaranya adalah umur, jenis kelamin, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol darah, merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, riwayat keluarga, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, faktor psikososial, diabetes mellitus, dan polusi udara. Kemudian Avendano (2004) menyatakan faktor pendidikan juga berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler dan Hatma (2012) menyatakan bahwa tempat tinggal merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

Sehingga dengan memodifikasi beberapa teori di atas maka dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskuler tergolong menjadi dua bagian yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, ras, dan genetik.

Sementara faktor risiko yang dapat dimodifikasi dinataranya adalah pendidikan, hipertensi, kolesterol darah, diabetes mellitus, merokok, obesitas, konsumsi alkohol, faktor psikososial, aktivitas fisik, polusi udara, dan tempat tinggal.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional deskriptif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian sekunder di mana data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang tercatat pada catatan rekam medis di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Tahun 2012. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita Jakarta pada tahun 2012 yang mengalami penyakit kardiovaskuler.

Di antara pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012, terdapat pasien kardiovaskuler dan pasien non kardiovaskuler. Jumlah pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 sebanyak 12.657 orang yang terdiri dari 12.294 pasien kardiovaskuler dan 363 pasien

(4)

non kardiovaskuler. Karena populasi dalam penelitian ini adalah pasien kardiovaskuler rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012, maka populasi dalam penelitian ini adalah 12.294 pasien kardiovaskuler rawat inap. Dari 12.294 orang pasien tersebut, peneliti mengambil 339 orang secara random untuk dijadikan sampel penelitian.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyakit kardiovaskuler sementara variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, status hipertensi, kebiasaan merokok, dan diabetes mellitus.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft excel 2007.

Analisis data dilakukan secara univariat untuk melihat gambaran kejadian penyakit kardiovaskular di RSJPD Harapan Kita tahun 2012. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei tahun 2013.

Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi Penyakit Kardiovaskuler Secara Umum pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Penyakitnya

Tabel 1 menunjukkan bahwa Ishemic Heart Disease merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling banyak diderita oleh pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita pada Tahun 2012 yaitu sebesar 43,36%. Penyakit jantung lainnya (Other Forms of Heart Diseases) memiliki proporsi 24,78%. Kemudian diikuti oleh penyakit Cerebral Infarction yang memiliki proporsi sebesar 9,44%. Sementara penyakit kardiovaskuler pada pembuluh darah perifer diderita oleh tidak lebih dari 2,5% pasien rawat inap. Sementara berdasarkan letak lesi penyakit jantung

Letak Lesi Nama Penyakit Jumlah Proporsi (%) Proporsi per Letak Lesi

(%)

Jantung

Chronic Rheumatic Heart Diseases 19 5,61

Hypertensive Heart Diseases 26 7,67

Ischemic Heart Diseases 147 43,36

Other Forms Of Heart Diseases 84 24,78 87,02

Congenital Malformations And Deformations For Circulatory System

19 5,61

Otak

Cerebral Infarction 32 9,44

Stroke,Not Specified As Haemorrhage Or Infarction

4 1,18 10,62

Pembuluh Darah Perifer

Dissection Of Aorta (Any Part) 1 0,30

Embolism And Thrombosis Of Arteries Of Lower Extermities

6 1,77 2.36

Phlebitis And Thrombophlebitis Of Other Deep Vessels Of Lower Extremities

1 0,30

Jumlah 339 100

(5)

merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dialami oleh pasien rawat inap di Rumah Sakit Harapan Kita pada tahun 2012 dengan proporsi 87,02%. Sementara penyakit kardiovaskuler yang memiliki letak lesi di otak memiliki proporsi sebesar 10,62%. Kemudian penyakit kardiovaskuler yang memiliki letak lesi di pembuluh darah perifer memiliki proporsi 2,36%.

Tabel 2. Distribusi Umur Penderita Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita Tahun 2012

Minimum Maksimum Mean Median Modus

Umur (tahun) <1 91 55 57 58

Tabel 2 menunjukkan bahwa umur pasien rawat inap yang paling muda adalah <1 tahun (6 bulan) sementara yang paling tua adalah 91 tahun. Rata-rata umur pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 adalah 55 tahun dengan nilai tengah 57 tahun dan modus 58 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa penderita kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita paling banyak berumur 58 tahun.

Tabel 3 Distribusi Umur Kategorik Penderita Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita Tahun 2012

Variabel Jumlah Proporsi (%)

Umur

0-10 tahun 10 2.95

11-20 tahun 10 2.95

21-30 tahun 12 3.54

31-40 tahun 20 5.90

41-50 tahun 53 15.63

51-60 tahun 101 29.79

61-70 tahun 80 23.60

71-80 tahun 36 10.62

>80 tahun 17 5.01

Jumlah 339 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi kelompok usia terbesar pada pasien kardiovakuler rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 adalah kelompok usia 51-60 tahun dengan proporsi sebesar 29,79%. Kemudian diikuti dengan kelompok usia 61-70 tahun dengan proporsi sebesar 23,60%.

(6)

Tabel 4 Distribusi Jenis Kelamin, Pendidikan, Perilaku Merokok Penderita Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita Tahun 2012

Variabel Jumlah Proporsi (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 205 60,47

Perempuan 134 39,53

Jumlah 339 100

Pendidikan

Rendah 36 10,62

Menengah 167 49,26

Tinggi 136 40,12

Jumlah 339 100

Merokok

Pernah 121 35,69

Tidak Pernah 218 64,31

Jumlah 339 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa pasien laki-laki memiliki proporsi terbesar diantara penderita penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 yaitu sebesar 60,47%. Sedangkan pasien perempuan memiliki proporsi sebesar 39,53%.

Berdasarkan tingkat pendidikan, pasien dengan tingkat pendidikan rendah memiliki proporsi 10,2% diantara penderita penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012. Pasien dengan tingkat pendidikan menengah memiliki proporsi yang paling besar yaitu 49,26%. Sedangkan pasien dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki proporsi 40,12% diantara penderita penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012.

Berdasarkan kebiasaan merokok, pasien yang pernah merokok memiliki proporsi 35,69%

diantara penderita penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012. Sementara itu pasien yang tidak pernah merokok memiliki proporsi yang lebih besar yaitu 64,31%.

(7)

Tabel 5. Distribusi Hipertensi dan Diabetes Melitus Penderita Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita Tahun 2012

Variabel Jumlah Proporsi (%)

Hipertensi

Ya 166 48,97

Tidak 173 51,03

Jumlah 339 100

Diabetes Melitus

Ya 126 37,17

Tidak 213 62,83

Jumlah 339 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien yang mengalami hipertensi memiliki proporsi 48,97% diantara penderita penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012. Sementara itu pasien yang tidak mengalami hipertensi memiliki proporsi yang lebih besar yaitu 51,03%.

Berdasarkan status diabetes mellitus, penderita penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 yang mengalami diabetes melitus memiliki proporsi 37,17% diantara penderita penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012. Sementara itu pasien yang tidak mengalami diabetes mellitus memiliki proporsi yang lebih besar yaitu 62,83%.

Tabel 6. Distribusi Penyakit Jantung pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 Berdasarkan Faktor Risiko (1)

No Jenis Penyakit Umur (tahun)

Minimum Maksimum Mean Median Modus

1 Chronic Rheumatic Heart Diseases 15 60 41 42 41

2 Hypertensive Heart Diseases 45 85 62 60 48

3 Ischemic Heart Diseases 29 89 59 58 54

4 Other Forms Of Heart Diseases 11 87 56 58 58

5 Congenital Malformations And Deformations For Circulatory System

0 41 14 10 4

Penyakit Jantung 0 89 54 57 58

Tabel 6 menunjukkan bahwa secara umum, umur terendah pasien penyakit jantung pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 adalah <1 tahun (6 bulan) dan umur tertingginya adalah 89 tahun. Rata-rata umur pasien adalah 54 tahun. Sedangkan umur pasien yang paling banyak 58 tahun. Penyakit Chronic Rheumatic Heart Diseases dan Congenital Malformations And Deformations For Circulatory Sistem menyerang pasien berusia muda dengan rata-rata umur masing-masing 41 dan 14 tahun.

(8)

Tabel 7. Distribusi Penyakit Jantung pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 Berdasarkan Faktor Risiko (2)

Proporsi Terbesar Jenis Kelamin (%) Pendidikan (%) Hipertensi

(%)

Diabetes Melitus (%)

Kebiasaan Merokok

(%) Penyakit Jantung Laki-Laki (61,7) Menengah (48,5) Tidak (51,9) Tidak (65,4) Tidak

Pernah (63,7) Chronic Rheumatic

Heart Diseases

Perempuan (63,2) Menengah (52,6) Tidak (84,2) Tidak (89,5) Tidak Pernah (89,5) Hypertensive Heart

Diseases

Laki-laki (57,7) Menengah (50,0) Ya (100) Tidak (57,7) Tidak Pernah (61,5) Ischemic Heart

Diseases

Laki-laki (71,4) Menengah (50,3) Ya (56,5) Tidak (61,1) Tidak Pernah (53,1) Other Forms Of Heart

Diseases

Laki-laki (57,1) Menengah (46,4) Tidak (64,3) Tidak (61,9) Tidak Pernah (71,4) Congenital

Malformations And Deformations For Circulatory System

Perempuan (63,2) Rendah (57,9) Tidak (100) Tidak (100) Tidak Pernah (89,5)

Tabel 7 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, secara umum proporsi laki-laki lebih besar pada pasien penyakit jantung di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 yaitu 61,7%. Secara spesifik hanya penyakit Chronic Rheumatic Heart Diseases dan Congenital Malformations And Deformations For Circulatory Sistem yang didominasi oleh pasien perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan 48,5% pasien penyakit jantung berpendidikan menengah sebagai proporsi terbesar dan secara spesifik pasien berpendidikan menengah memang memiliki proporsi terbesar kecuali pada penyakit Congenital Malformations And Deformations For Circulatory Sistem.

Berdasarkan status hipertensi secara umum 51,9% pasien jantung tidak mengalami hipertensi dan secara spesifik hanya penyakit Hypertensive Heart Diseases dan Ischemic Heart Diseases di mana pasien hipertensinya memiliki proporsi terbesar dibandingkan yang tidak hipertensi.

Berdasarkan status diabetes mellitus secara umum sebanyak 65,4% pasien jantung tidak mengalami diabetes mellitus dan secara spesifik untuk setiap jenis penyakit jantung, pasien tanpa diabetes mellitus selalu memiliki proporsi terbesar. Berdasarkan kebiasaan merokok 63,7%

pasien jantung tidak pernah merokok, dan secara spesifik untuk setiap jenis penyakit jantung pasien tidak merokok selalu memiliki proporsi terbesar.

(9)

Tabel 8. Distribusi Penyakit Pembuluh Darah Otak pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 Berdasarkan Faktor Risiko (1)

No Jenis Penyakit Umur (tahun)

Minimum Maksimum Mean Median Modus 1   Cerebral Infarction   12   91   61   59   58   2   Stroke,Not Specified As Haemorrhage Or

Infarction   40   63   49   46   40  

Penyakit Pembuluh Darah Otak   12   91   60   58   58  

Tabel 8 menunjukkan bahwa secara umum, umur terendah pasien penyakit pembuluh darah pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 adalah 12 tahun dan umur tertingginya adalah 91 tahun. Rata-rata umur pasien adalah 60 tahun. Sedangkan umur pasien yang paling banyak 58 tahun. Pasien Cerebral Infarction di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 yang paling muda berumur 12 tahun dan yang paling tua adalah berumur 91 tahun. Pasien Stroke,Not Specified As Haemorrhage Or Infarction yang paling muda berumur 40 tahun dan yang paling tua adalah berumur 63 tahun. Sementara rata-rata umur pasien tertinggi adalah pada pasien penyakit Cerebral Infarction yaitu 61 tahun dan rata-rata umur pasien terendah adalah pada pasien Stroke,Not Specified As Haemorrhage Or Infarction yaitu 49 tahun.

Tabel 9. Distribusi Penyakit Pembuluh Darah Otak pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 Berdasarkan Faktor Risiko (2)

Proporsi Terbesar Jenis Kelamin (%) Pendidikan (%) Hipertensi

(%)

Diabetes Melitus (%)

Kebiasaan Merokok

(%) Penyakit Pembuluh

Darah Otak

Laki-Laki (55,6%)

Menengah

(55,6%) Ya (58,3%) Ya(55,6%)

Tidak Pernah (63,9%) Cerebral Infarction Laki-laki (59,4%) Menengah

(53,1%) Ya (59,4%) Ya (53,1%)

Tidak Pernah (62,5%) Stroke,Not Specified

As Haemorrhage Or Infarction

Perempuan (75%) Menengah

(75,0%) 50:50 Ya (75%)

Tidak Pernah (75,0%)

Tabel 9 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, secara umum proporsi laki-laki lebih besar pada pasien penyakit pembuluh darah otak di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 yaitu 55,6%. Secara spesifik pada penyakit Cerebral Infarction ditemukan lebih banyak pasien laki- laki. Berdasarkan tingkat pendidikan 55,6% pasien penyakit pembuluh darah otak berpendidikan menengah sebagai proporsi terbesar dan secara spesifik pasien berpendidikan menengah memang memiliki proporsi terbesar pada setiap jenis penyakitnya. Berdasarkan status hipertensi secara umum 58,3% pasien penyakit pembuluh darah otak mengalami hipertensi dan secara spesifik ditemukan lebih banyak pasien hipertensi pada pasien Cerebral Infarction sementara pada penyakit Stroke,Not Specified As Haemorrhage Or Infarction perbandingan antara pasien

(10)

hipertensi dan non hipertensi adalah sama. Berdasarkan status diabetes mellitus secara umum sebanyak 55,6% pasien penyakit pembuluh darah otak mengalami diabetes mellitus dan secara spesifik untuk setiap jenis penyakit pembuluh darah otak, pasien dengan diabetes mellitus selalu memiliki proporsi terbesar. Berdasarkan kebiasaan merokok 63,9% pasien penyakit pembuluh darah otak tidak pernah merokok, dan secara spesifik untuk setiap jenis penyakit pembuluh darah otak pasien tidak merokok selalu memiliki proporsi terbesar.

Tabel 10. Distribusi Penyakit Pembuluh Darah Perifer pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 Berdasarkan Faktor Risiko (1)

No Jenis Penyakit Umur (tahun)

Minimum Maksimum Mean Median Modus 1   Dissection Of Aorta (Any Part)   69   69   69   69   69   2   Embolism And Thrombosis Of Arteries Of Lower

Extermities   30   83   65   71   83  

3   Phlebitis And Thrombophlebitis Of Other Deep

Vessels Of Lower Extremities   27   27   27   27   27   Penyakit Pembuluh darah Perifer 27   83   61   67   83  

Tabel 10 menunjukkan bahwa secara umum, umur terendah pasien penyakit pembuluh darah perifer pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 adalah 27 tahun dan umur tertingginya adalah 83 tahun. Rata-rata umur pasien adalah 61 tahun. Sedangkan umur pasien yang paling banyak 83 tahun. Sementara rata-rata umur pasien tertinggi adalah pada pasien penyakit Dissection Of Aorta (Any Part) yaitu 69 tahun dan rata-rata umur pasien terendah adalah pada pasien Phlebitis And Thrombophlebitis Of Other Deep Vessels Of Lower Extremities  

yaitu 27 tahun.

Tabel 11. Distribusi Penyakit Pembuluh Darah Perifer pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 Berdasarkan Faktor Risiko (2)

Proporsi Terbesar Jenis Kelamin (%) Pendidikan (%) Hipertensi

(%)

Diabetes Melitus (%)

Kebiasaan Merokok

(%) Penyakit Pembuluh

Darah Perifer

Perempuan (62,5%)

Menengah (50,0%)

Tidak

(62,5%) 50:50

Tidak Pernah (87,5%) Dissection Of Aorta

(Any Part)

Perempuan

(100%) Tinggi (100%) Tidak

(100%) Tidak (100%)

Tidak Pernah (100%) Embolism And

Thrombosis Of Arteries Of Lower Extermities

Perempuan (66,7%)

Menengah

(66,7%) 50:50 Ya (66,7%)

Tidak Pernah (83,3%) Phlebitis And

Thrombophlebitis Of Other Deep Vessels Of Lower Extremities

Laki-laki (100%) Tinggi (100%) Tidak(100%) Tidak (100%)

Tidak Pernah (100%)

(11)

Tabel 11 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, secara umum proporsi perempuan lebih besar pada pasien penyakit pembuluh darah perifer di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 yaitu 62,5%. Secara spesifik hanya penyakit Phlebitis And Thrombophlebitis Of Other Deep Vessels Of Lower Extremities yang didominasi oleh pasien laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan 50,0% pasien penyakit jantung berpendidikan menengah sebagai proporsi terbesar dan secara spesifik pasien berpendidikan menengah memang memiliki proporsi terbesar kecuali pada penyakit Dissection Of Aorta (Any Part) dan Phlebitis And Thrombophlebitis Of Other Deep Vessels Of Lower Extremities di mana pasien berpendidikan tinggi memiliki proporsi terbesar. Berdasarkan status hipertensi secara umum 62,5% pasien penyakit pembuluh darah perifer tidak mengalami hipertensi dan secara spesifik pasien non hipertensi memang memiliki proporsi terbesar pada setiap jenis penyakit pembuluh darah perifer kecuali pada penyakit Embolism And Thrombosis Of Arteries Of Lower Extermities di mana perbadingan antara pasien hipertensi dan non hipertensi sama besar. Berdasarkan status diabetes mellitus secara umum perbandingan antara pasien dengan dan tanpa diabetes mellitus adalah sama besar. Berdasarkan kebiasaan merokok 87,5% pasien jantung tidak pernah merokok, dan secara spesifik untuk setiap jenis penyakit jantung pasien tidak merokok selalu memiliki proporsi terbesar.

Pembahasan

Dibandingkan dengan seluruh penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 penyakit Ischemic Heart Disease merupakan penyakit yang proporsinya paling besar yaitu 43,36%. Tidak jauh berbeda dengan prevalensi penyakit Coronary Artery Disease secara global yaitu sebesar 45% di antara penyakit kardiovaskuler (Beltrame dkk., 2012).

Kemudian diikuti oleh Other Forms Of Heart Diseases (24,78%). Tingginya proporsi penyakit jantung jenis lain ini dikarenakan kelompok ini dikategorikan berdasarkan 14 jenis penyakit.

Selain Other Forms Of Heart Diseases, penyakit lain yang proporsinya cukup besar adalah Cerebral Infarction (9,44%). Kemudian diikuti oleh Hypertensive Heart Diseases (7,35%) dan Chronic Rheumatic Heart Diseases (5,61%). Hal ini mendekati dengan apa yang disampaikan dalam penelitian Beltrame, dkk (2012) yang menyatakan bahwa prevalensi penyakit Hypertensive Heart Diseases adalah sebesar 6% dan prevalensi penyakit Rheumatic Heart Diseases adalah sebesar 2% di antara penyakit kardiovaskuler secara global. Penyakit-penyakit

(12)

yang memiliki letak lesi di pembuluh darah perifer cenderung memiliki proporsi yang kecil dibandingkan dengan penyakit lainnya.

Berdasarkan kelompok usia sepuluh tahunan, terlihat bahwa proporsi kelompok usia terbesar pada pasien kardiovakuler rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 adalah kelompok usia 51-60 tahun dengan proporsi sebesar 29,79%. Kemudian diikuti dengan kelompok usia 61-70 tahun dengan proporsi sebesar 23,60%. Hal tersebut bersesuaian dengan penelitian Stangl (2002) dalam Supriyono (2008) yang menyatakan bahwa puncak manifestasi klinik dari penyakit jantung koroner (salah satu penyakit kardiovaskuler dengan proporsi terbesar) adalah pada usia 50-60 tahun pada pria dan 60-70 tahun pada wanita.

Pasien laki-laki pada penderita kardiovaskuler di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 lebih banyak daripada pasien perempuan. Proporsi pasien laki-laki adalah 60,47% sementara pasien perempuan memiliki proporsi 39,53%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Black (1992) yang menyatakan bahwa laki-laki lebih berisiko untuk terserang penyakit jantung koroner, stroke, atau penyakit kardiovaskuler lain yang merupakan manifestasi dari aterosklerosis. Black (1992) juga menjelaskan hal tersebut dapat terjadi karena perempuan memiliki hormon estrogen sebagai faktor protektif kejadian penyakit kardiovaskuler.

Penderita penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita Jakarta dengan proporsi terbesar adalah pasien dengan tingkat pendidikan menengah (49,26%) kemudian diikuti oleh pasien berpendidikan tinggi dengan proporsi 40,12%. Sementara pasien kardiovaskuler rawat inap yang berpendidikan rendah hanya memiliki proporsi sebesar 10,62%.

Padahal menurut Hoeymans, dkk (1996), semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan semakin banyak bersentuhan dengan faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Peneliti menduga tingginya proporsi pasien dengan tingkat pendidikan tinggi dan menengah disebabkan karena mereka memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi sehingga mereka mampu untuk berobat di RSJPD Harapan Kita Jakarta.

Proporsi pasien yang pernah merokok (35,69%) lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang tidak pernah merokok (64,31%). Hal tersebut bertentangan dengan CDC (2012) yang menyatakan bahwa perokok memiliki risiko 2-4 kali untuk terkena penyakit jantung koroner dibandingkan yang bukan perokok, merokok melipatgandakan risiko seseorang untuk terkena stroke, dan perokok memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit pembuluh darah perifer dibandingkan dengan yang bukan perokok. Perlu ditekankan kembali bahwa hasil

(13)

penelitian ini tidak mewakili keadaan di populasi masyarakat umum, namun hanya merupakan gambaran mengenai pasien kardiovaskuler rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012.

Proporsi pasien penyakit kardiovaskuler yang mengidap diabetes mellitus (37,17%) lebih kecil dibandingkan dengan proporsi pasien kardiovaskuler yang tidak mengidap diabetes mellitus (62,83%). Black (1992) menyatakan bahwa orang dengan peningkatan kadar gula darah (walaupun sedikit), dan tidak terdeteksi mengidap diabetes, juga memiliki peningkatan risiko untuk memiliki penyakit kardiovaskuler. Sehingga sedikitnya proporsi penderita diabetes pada pasien kardiovaskuler dapat dijelaskan mungkin karena banyaknya kasus diabetes mellitus yang tidak terdeteksi.

Secara umum penyakit jantung diderita oleh pasien kardiovaskuler rawat inap di RSJPD yang berumur mulai dari <1 tahun (6 bulan) hingga umur 89 tahun. Sementara rata-rata umur pasien penyakit jantung adalah 54 tahun. Sedangkan umur pasien penyakit jantung yang paling banyak adalah 58 tahun. Hasil ini didukung oleh penelitian dari Lerner&Kennel (1986) dalam Beltrame (2012) yang menyatakan bahwa manifestasi Klinik CAD meningkat pada usia 50-65 tahun. National Heart, Lung, and Blood Institute (2012) mengatakan bahwa seseorang yang berusia dewasa lanjut telah memiliki cukup banyak plak pada pembuluh darahnya untuk menimbulkan tanda atau gejala penyakit jantung.

Jika dilihat secara lebih spesifik terhadap jenis-jenis penyakit jantung, penyakit Chronic Rheumatic Heart Diseases mulai diderita oleh pasien yang berusia 15 tahun walaupun pasien yang paling banyak adalah yang berumur 41 tahun. Orang yang berasal dari berbagai kelompok umur mungkin saja terkena penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang didahului oleh infeksi oleh kuman Streptococcus β hemolyticus grup A sehingga mengakibatkan terjadinya cacat katup jantung (Madiyono, 2009 dalam Rahmawaty dkk, 2012). Adanya pasien-pasien yang berusia relatif dewasa mungkin dapat disebabkan karena mereka telah mengalami serangan berulang. Menurut Kleinman (1992), orang dewasa juga dapat terserang penyakit Rheumatic Heart Diseases.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit Ischemic Heart Disease mulai diderita oleh pasien yang berumur 29 tahun. Walaupun rata-rata pasien berumur 59 tahun dan distribusi usia berada pada sekitaran umur tersebut, namun munculnya pasien dengan penyakit ini di usia 29 tahun menandakan bahwa penyakit ini sudah mulai menyerang kelompok usia muda. Hal tersebut dipertegas oleh salah satu penelitian yang dilakukan oleh Beltrame dkk (2012). Salah satu

(14)

penyakit Ischemic Heart Disease adalah Myocardial Infarction dan di negara-negara Asia Selatan, prevalensi Myocardial infarction yang terbesar ditemukan pada orang-orang berumur 40 tahun ke bawah (Beltrame dkk, 2012).

Proporsi laki-laki pada pasien penyakit jantung lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu sebesar 61,7%. Sementara pasien penyakit jantung yang berjenis kelamin perempuan memiliki proporsi 38,3%. Secara khusus, penelitian ini menunjukkan setiap jenis penyakit jantung jumlahnya didominasi oleh pasien laki-laki. Namun, pada penyakit jantung yang menyerang kelompok umur muda seperti Chronic Rheumatic Heart Diseases dan Congenital Malformations And Deformations For Circulatory System pasien perempuan justru memiliki proporsi lebih besar dibandingkan laki-laki. Majalah The Times of India (2012) menyatakan bahwa Rheumatic Heart Diseases lebih banyak ditemukan pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki. Hal ini dapat dijadikan hipotesis untuk penelitian berikutnya bahwa perempuan lebih berisiko untuk terserang penyakit jantung yang disebabkan karena infeksi atau bawaan lahir dibandingkan laki-laki.

Pasien penyakit jantung yang mengalami hipertensi proporsinya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan proporsi pasien penyakit jantung yang tidak mengalami hipertensi. Namun, jika dilihat secara lebih spesifik pada jenis-jenis penyakitnya, penyakit Hypertensive Heart Diseases dan Ischemic Heart Diseases justu proporsi pasien yang lebih besar terdapat pada pasien yang mengalami hipertensi. Seluruh penderita Hypertensive Heart Diseases tentu saja mengalami hipertensi karena sesuai namanya Hypertensive Heart Diseases merupakan masalah pada jantung yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi (UMM, 2012). Sementara untuk penyakit Ischemic Heart Disease di mana ditemukan lebih banyak pasien yang mengalami hipertensi dijelaskan oleh Shaper, dkk (1985) yang menyatakan bahwa tekanan darah tinggi adalah faktor risiko independen penting terhadap penyakit ischemic heart disease.

Kemudian pada penyakit Congenital Malformations And Deformations For Circulatory System tidak ditemukan pasien yang mengalami hipertensi. Hal tersebut dijelaskan oleh University of Iowa Hospitals & Clinics (2004) dalam situs resminya yang menyatakan bahwa hipertensi tidak menyebabkan Congenital Heart Disease.

Proporsi pasien penyakit jantung pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 yang pernah merokok lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok.

Proporsi pasien penyakit jantung yang pernah merokok adalah sebesar 36,3%. Jika dilihat lebih

(15)

spesifik pada masing-masing jenis penyakit, terlihat bahwa distribusinya hampir serupa di mana proporsi pasien yang tidak pernah merokok lebih besar. Peneliti menduga hal ini disebabkan karena memang telah terjadi pergeseran trend di mana pasien tidak merokok pun rentan untuk terserang penyakit jantung. Diketahui bahwa pasien yang tidak pernah merokok bukan berarti tidak pernah bersinggungan secara langsung dengan asap rokok. Mereka bisa saja menjadi perokok pasif. Nonperokok yang menjadi perokok pasif meningkatkan risiko mereka untuk terkena penyakit jantung sekitar 25-30% (CDC, 2012).

Secara umum, penyakit pembuluh darah otak diderita oleh pasien mulai dari yang berumur 12 tahun hingga pasien berumur 91 tahun. Ditemukannya pasien Cerebral Infarction yang berusia anak-anak yaitu 12 tahun didukung oleh You (1997) yang menyatakan bahwa pasien stroke cerebral infarction mulai ditemui pada anak berumur 15 tahun. Hal tersebut dapat saja terjadi karena menurut penelitian Roach (2008) dalam statistik stroke yang dikeluarkan oleh American Heart Association risiko stroke dari lahir hingga berumur 18 tahun mendekati 11 per 100.000 anak-anak per tahun. Dan menurut Lloyd-Jones (2009) dalam statistik stroke yang dikeluarkan oleh American Heart Association stroke masuk 10 besar sebagai penyebab kematian pada anak-anak. Sehingga stroke tidak lagi dikategorikan sebagai penyakit pada kelompok usia lanjut, tetapi juga untuk hampir semua kelompok usia (Buletin PTM, 2012).

Berdasarkan jenis kelamin, proporsi penyakit pembuluh darah otak pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita pada tahun 2012 yang lebih besar adalah laki-laki. Proporsi pasien laki- laki pada penyakit ini sebesar 55,6%. Namun jika dilihat lebih spesifik, pada pasien Stroke,Not Specified As Haemorrhage Or Infarction justru jumlah pasien perempuan yang lebih dominan yaitu dengan proporsi 75%. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit stroke selain Haemorrhage atau Infarction cenderung diderita oleh pasien perempuan dibandingkan laki-laki. Penyakit stroke selain Haemorrhage atau Infarction dapat terjadi pada ibu hamil atau bersalin di mana kejadian ini biasanya didahului oleh Amniotic Fluid Embolism (AFE) atau emboli cairan ketuban (Republika, 2012).

Proporsi penyakit pembuluh darah otak pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita pada tahun 2012 yang mengalami hipertensi lebih besar daripada proporsi pasien penyakit pembuluh darah otak yang tidak mengalaminya. Proporsi penyakit pembuluh darah otak yang mengalami hipertensi adalah sebesar 58,3%. Hal ini sesuai dengan penelitian Brass (1992) yang menyatakan bahwa tekanan darah tinggi ditemukan pada 50-70% kasus stroke.

(16)

Jika dibandingkan dengan penyakit jantung, penyakit pembuluh darah otak memiliki distribusi pasien berdasarkan hipertensi yang berbeda, di mana pada penyakit jantung justru ditemukan lebih banyak pasien yang tidak mengalami hipertensi dibandingkan yang mengalaminya. Namun, pada pasien penyakit pembuluh darah otak, ditemukan lebih banyak pasien yang mengalami hipertensi dibandingkan yang tidak mengalaminya. Peneliti menduga bahwa hipertensi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada penyakit pembuluh darah otak dibandingkan dengan pada penyakit jantung. Hal tersebut didukung oleh Black (1992) yang menyatakan bahwa hipertensi memiliki hubungan asosiasi yang lebih kuat dengan stroke dibandingkan dengan penyakit kardiovaskuler yang lain.

Secara umum, penyakit pembuluh darah perifer diderita oleh pasien mulai dari yang berumur 27 tahun hingga pasien berumur 83 tahun. John Hopkins Heart and Vascular Institute (n.d) menyatakan bahwa penyakit pembuluh darah perifer biasa terjadi pada orang dengan usia 50 tahun ke atas, namun dapat juga terjadi pada laki-laki perokok berumur 20 tahun sehingga wajar jika ditemukan pasien berumur 27 tahun yang terkena penyakit pembuluh darah perifer. Pada penyakit Dissection Of Aorta (Any Part) rata-rata umur pasien adalah 69 tahun. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan (2002) yang menyatakan bahwa umur puncak di mana seseorang dapat terkena dissection of aorta adalah 50-55 tahun untuk proximal dissection, dan umur 60-70 tahun untuk distal dissection. Untuk penyakit Embolism And Thrombosis Of Arteries Of Lower Extermities, menurut Anderson & Spencer (2003), pertambahan umur merupakan faktor risiko yang hubungannya lemah dengan kejadian thromboembolism dengan OR<2. Sementara untuk penyakit Phlebitis And Thrombophlebitis Of Other Deep Vessels Of Lower Extremities, Tan dkk (2012) menyatakan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap kejadian phlebitis.

Pada penelitian ini, pasien perempuan lebih banyak ditemukan pada pasien penyakit pembuluh darah perifer. Penelitian yang dilakukan oleh Mahameed (2009) menunjukkan bahwa walaupun risiko laki-laki dan perempuan untuk terkena penyakit pembuluh darah perifer sama, namun manifestasinya akan lebih parah jika diderita oleh pasien perempuan yang menderita diabetes mellitus.

Pada penyakit Dissection Of Aorta (Any Part) hanya ditemukan pasien berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian Ankel (2010) yang menyatakan bahwa

(17)

penyakit Dissection Of Aorta (Any Part) banyak terjadi pada laki-laki. Namun, masih menurut Ankel (2010), penyakit Dissection Of Aorta (Any Part) jarang dilaporkan. Sehingga peneliti menduga bahwa sebenarnya di luar sana banyak laki-laki yang mengalami penyakit Dissection Of Aorta (Any Part) tetapi tidak ada di antara mereka yang melaporkan kondisinya dan berobat ke RSJPD Harapan Kita pada tahun 2012 sehingga tidak ditemukan pasien laki-laki yang mengalami penyakit tersebut dalam penelitian ini.

Pada penyakit Phlebitis And Thrombophlebitis Of Other Deep Vessels Of Lower Extremities di mana hanya ditemukan pasien berjenis kelamin laki-laki tidak didukung oleh penelitian Tan dkk (2012) yang menyatakan bahwa wanita 1,55 kali lebih berisiko untuk terkena thrombophlebitis dibandingkan laki-laki. Peneliti menduga hal tersebut mungkin saja terjadi karena di tahun 2012 kebetulan tidak ada pasien wanita yang dirawat inap di RSJPD Harapan Kita. Seperti yang dinyatakan oleh Ratnadita (2011) bahwa penderita thrombophlebitis tidak perlu rawat inap jika pembuluh darah yang terkena cukup dangkal.

Proporsi pasien penyakit pembuluh darah perifer pada pasien rawat inap di RSJPD Harapan Kita tahun 2012 yang mengalami diabetes mellitus dan yang tidak mengalami diabetes mellitus adalah sama besar. Data dari Framingham Heart Study mengungkapkan bahwa 20%

pasien dengan penyakit pembuluh darah perifer yang simptomatik memiliki diabetes. Namun, para ahli percaya bahwa angka ini tidak merefleksikan insiden atas kombinasi antara penyakit pembuluh darah perifer dan diabetes di populasi umum, karena banyak orang (hingga 50%) dengan penyakit pembuluh darah perifer adalah asimptomatik (Kaiser, 2009).

Kesimpulan

Secara umum, penyakit dengan proporsi terbesar Ischemic Heart Disease (43,36%), Other Forms Of Heart Diseases (24,78%), dan Cerebral Infarction (9,44%). Rata-rata umur pasien 55 tahun dengan proporsi paling besar pada kelompok usia 51-60 tahun, laki-laki (60,47%), berpendidikan menengah (49,26%), tidak mengalami hipertensi (51,03%), tidak mengalami diabetes mellitus (62,83%), tidak pernah merokok (64,31%).

Pada pasien penyakit jantung, penyakit dengan proporsi terbesar adalah Ischemic Heart Disease (49,8%), Other Forms Of Heart Diseases (28,5%), dan Hypertensive Heart Diseases (8,9%). Rata-rata umur pasien 54 tahun dan modus 58 tahun. Proporsi terbesar terdapat pada laki-

(18)

laki (61,7%), berpendidikan menengah (48,5%), tidak mengalami hipertensi (51,9%), tidak mengalami diabetes mellitus (65,4%), tidak pernah merokok (63,7%).

Pada pasien penyakit pembuluh darah otak, penyakit dengan proporsi terbesar adalah Cerebral Infarction (88,9%) kemudian diikuti oleh penyakit Stroke,Not Specified As Haemorrhage Or Infarction (11,1%). Rata-rata umur pasien 60 tahun dengan 58 tahun. Proporsi terbesar terdapat pada laki-laki (55,6%), berpendidikan menengah (55,6%), mengalami hipertensi (58,3%), mengalami diabetes mellitus (55,6%), tidak pernah merokok (63,9%).

Pada pasien penyakit pembuluh darah perifer, penyakit dengan proporsi terbesar adalah Embolism And Thrombosis Of Arteries Of Lower Extermities (75%) kemudian diikuti oleh penyakit Dissection Of Aorta (Any Part) dan Phlebitis And Thrombophlebitis Of Other Deep Vessels Of Lower Extremities yang masing-masing memiliki proporsi sebesar 12,5%. Rata-rata umur pasien 61 tahun dan modus 83 tahun. Proporsi terbesar terdapat pada perempuan (62,5%), berpendidikan menengah (50,0%), tidak mengalami hipertensi (62,5%), tidak pernah merokok (87,5%).

Saran

1. Penyakit-penyakit yang disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah seperti Ischemic Heart Disease, Cerebral Infarction, dan Embolism And Thrombosis Of Arteries Of Lower Extermities masih banyak ditemui. Sehingga perlu adanya pencerdasan kepada masyarakat untuk memeriksakan keadaan pembuluh darah mereka, misalnya tekanan darah, kadar kolesterol darah, dan kadar gula darah (beberapa hal yang terkait dengan kemungkinan munculnya sumbatan pada pembuluh darah).

2. Perlu adanya pencerdasan kepada masyarakat bahwa umur muda belum tentu tidak rentan terhadap penyakit-penyakit pembuluh darah, tetapi juga tetap harus waspada dengan banyak melakukan kegiatan yang dapat menghindarkan diri dari faktor-faktor risiko dan sering-sering melakukan pemeriksaan kesehatan sejak dini.

3. Tidak mengalami hipertensi atau tidak mengidap diabetes mellitus bukan alasan untuk terhindar dari ancaman untuk dirawat di rumah sakit karena penyakit kardiovaskuler. Kita perlu tetap waspada dengan adanya faktor-faktor risiko lain.

4. Tidak merokok tidak menjamin seseorang untuk tidak dirawat di rumah sakit karena penyakit pembuluh darah. Sehingga aktivitas-aktivitas pencegahan penyakit

(19)

kardiovaskuler juga harus dilakukan tidak hanya oleh orang-orang yang merokok, tetapi juga oleh orang-orang yang tidak merokok.

5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembuatan hipotesis untuk penelitian selanjutnya untuk menjawab beberapa pertanyaan yang belum terjawab dalam penelitian ini sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan di masa yang akan datang. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan desain studi analitik sehingga dapat digunakan untuk melihat hubungan kausal antara penyakit kardiovaskuler dengan faktor-faktor risikonya.

Kepustakaan

American Heart Association. (n.d). Facts knowing no bounds: Stroke in infants, children, and youth.

Washington DC.

Anderson. F. A., Spencer. F. A. (2003). Four topics in venous thromboembolism: Risk factors for venous thromboembolism. Ahajournals, 107, I-9 – I-16. doi: 10.1161/01.CIR.0000078469.07362.E6.

Ankel.F. (2010). Aortic dissection. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice, 1(83), 1088-1092.

Anonim. (n.d.). Cardiovascular disease. Dikutip tanggal 13 Juni 2013, dari http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/

Anonim. (n.d.). Cardiovascular disease (CVDs). Dikutip tanggal 13 Juni 2013, dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/

Avendano. M. et al. (2003). Educational level and stroke mortality. Netherlands:department of public heart, Erasmus medical center, rotterdam.

Beltrame. J. F., Dreyer. R., Tavella. R. (2012). Epidemiology of coronary artery disease. In David Gaze., (Ed) , Coronary artery disease: Current concepts in epidemiology, pathophysiology, diagnostics and treatment (pp. 1-30). Rijeka, Kroasia: Intech Europe.

Black. H. R. (1992). Cardiovascular risk factors. In Subak-Sharpe. G. J., Zaret. B. L., Moser. M., Cohen.

L. S., Yale university school of medicine heart book. (pp. 23-35). New Haven, Connecticut: Yale University Press.

Brass. L. M. (1992). Stroke. In Subak-Sharpe. G. J., Zaret. B. L., Moser. M., Cohen. L. S., Yale university school of medicine heart book. (pp. 215-233). New Haven, Connecticut: Yale University Press.

Bridget, K.B. (2010). Promoting cardiovascular health in the developing world: a critical challenge to achieve global health. National Academies Press.

Center for Disease Control and Prevention. (27 November 2012). Heart disease and stroke. Diambil dari http://www.cdc.gov/tobacco/basic_information/health_effects/heart_disease/

Dugdale. D. C. (2012). Hypertensive heart disease. Diambil pada 22 Juni 2013 dari http://umm.edu/health/medical/ency/articles/hypertensive-heart-disease.

Hatma. R. D. (2012). Sosial determinan dan faktor risiko kardiovaskular (analisa data sekunder Riskesdas 2007). Buletin jendela data & informasi kesehatan, 2, 15-21.

Hoeymans. N., Smit. H. A., Verkleij. H., Kromhout. D. (1996). Cardiovascular risk factors in relation to educational level in 36 000 men and women in the Netherlands. European Heart Journal, 17 (pp.

518-525).

John Hopkins Heart and Vascular Institute. (n.d). Peripheral arterial disease. Dikutip pada 20 Juni 2013 dari

http://www.hopkinsmedicine.org/heart_vascular_institute/conditions_treatments/conditions/periph eral_arterial_disease.html.

(20)

Kaiser. C. (15 Juni 2009). The connection between PAD and diabetes. Diambil dari http://www.cardiovascularbusiness.com/topics/vascular-endovascular/connection-between-pad- and-diabetes.

Kementrian Kesehatan RI. (2012). Buletin jendela data dan informasi kesehatan: Penyakit tidak menular.

Khan. I. A., Nair. C. K. (2002). Clinical, diagnostic, and management perspectives of aortic dissection.

Chestjornal, 122(1), 311-328. Diambil dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12114376.

Kleinman. C. S. (1992). Heart disease in the young. In Subak-Sharpe. G. J., Zaret. B. L., Moser. M., Cohen. L. S., Yale university school of medicine heart book. (pp. 247-262). New Haven, Connecticut: Yale University Press.

Mahameed. A. A. (2009). Peripheral arterial disease. Dikutip pada 20 Juni 2013 dari http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/cardiology/peripheral- arterial-disease/

Mardiani. D. (23 April 2012). Waspada, stroke mengancam kehamilan dan persalinan. Republika. Dikutip dari http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/04/22/m2vjuf-waspada-stroke- mengancam-kehamilan-dan-persalinan.

Mulhern. K. (2004). The adult with congenital heart disease: Frequently asked questions. Diambil pada 22 Juni 2013 dari http://www.uihealthcare.org/2column.aspx?id=237270.

Mumbai Mirror. (19 November 2012). All about rheumatic heart disease. The Times of India. Diambil pada 22 Juni 2013 dari http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-11- 19/health/34779924_1_rhd-progression-of-valve-damage-heart-disease.

National Heart, Lung, and Blood Institute. (2012). Who is at risk for coronary heart disease? Dikutip tanggal 20 Juni 2013 dari http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/cad/atrisk.html.

O’Donnell. C. J., & Elosuac. R. (2008). Cardiovascular risk factors: Insights from framingham heart study. (pp. 299-310). Dikutip tanggal 19 Juni 2013, dari http://http://www.revespcardiol.org.

Rahmawaty .N .K., Iskandar. B., Albar. H., Daud. D. (2012). Faktor risiko serangan berulang demam rematik/penyakit jantung rematik. Sari Pediatri, 14(3), 179-184.

Ratnadita. A. (2011). Thrombophlebitis, pembekakan vena karena gumpalan darah. Detikhealth . Diambil dari http://health.detik.com/read/2011/10/03/094055/1735190/770/thrombophlebitis-pembekakan- vena-karena-gumpalan-darah.

Shaper, et al. (1985). Risk factors for ischaemic heart disease: the

prospective phase of the British Regional Heart Study. Journal of Epidemiology of The British Regional Heart Study, 39, 197-209.

Supriyono. M. (2008). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok usia < 45 tahun: Studi kasus di RSUP dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Tan. W. Y. J, et al. (2012). Risk factors of peripheral venous catheterization thrombophlebitis. Journal of Science, Medicine, and Education, 6(1), 24-30.

You. R. X. (1997). Risk factors for stroke due to cerebral infarction in young adults. Ahajournals, 28, 1913-1918. Doi: 10.1161/01.STR.28.10.1913.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Penyakit Kardiovaskuler Secara Umum pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita Tahun  2012 Berdasarkan Jenis Penyakitnya
Tabel 2. Distribusi Umur Penderita Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di RSJPD Harapan Kita   Tahun 2012
Tabel 4 Distribusi Jenis Kelamin, Pendidikan, Perilaku Merokok Penderita Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap  di RSJPD Harapan Kita Tahun 2012
Tabel 5. Distribusi Hipertensi dan Diabetes Melitus Penderita Kardiovaskuler pada Pasien Rawat Inap di  RSJPD Harapan Kita Tahun 2012
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi kampanye pariwisata Museum Sangiran di Kabupaten Sragen yang dilakukan oleh BPSMPS dan Dispabudpor. Metode

Untuk membaca dan mengetahui berapa banyak alert yang di dapat, file alert tersebut di compile menggunakan python sehingga akan menghasilkan sebuah file yang

 static : keyword ini berfungsi untuk memberi tahu kompiler bahwa method main bisa langsung digunakan dalam contex class yang bersangkutan.

Yaitu sistem pendukung keputusan untuk penentuan kelayakan proses pengajuan kredit kedua dengan menggunakan metode Profile Matching (GAP). Hasil dari sistem ini telah

pembelajaran kearah yang lebih baik lagi pada penerapan model di

Jika anak tersebut sekarang dibantu dengan kacamata yang kekuatan lensanya 2 dioptri, maka berapakah jarak terjauh yang bisa dilihat dengan jelas oleh

Hasil karakterisasi EDAX seperti yang ditunjukkan dalam gambar-2 memperlihatkan intensitas setiap puncak (sumbu vetikal) dan energi foton sinar-X dalam KeV (sumbu

[r]