• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT

(Mus musculus)

BETINA YANG MENDAPAT

PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(

Ocimum basilicum

)

SEGAR

SKRIPSI

FATHONAH KUZAIMI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT

(Mus musculus)

BETINA YANG MENDAPAT

PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(

Ocimum basilicum

)

SEGAR

Fathonah Kuzaimi

D14101003

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(3)

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT

(Mus musculus)

BETINA YANG MENDAPAT

PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(

Ocimum basilicum

)

SEGAR

Oleh :

FATHONAH KUZAIMI

D14101003

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 2 Maret 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer NIP. 131 624 187 NIP. 130 354 159

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(4)

RINGKASAN

FATHONAH KUZAIMI. D14101003. 2006. Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit (Mus Musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum Basilicum) Segar. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer

Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanaman yang mudah didapat dan murah harganya. Kemangi memiliki aroma harum dan rasa yang khas. Kemangi memiliki kandungan aktif yang khasiatnya berkaitan erat dengan aktifitas seksual atau reproduksi dan kesuburan karena merangsang sekresi hormon reproduksi terutama estrogen serta dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan konvensional yang paling sering digunakan dalam penelitian. Mencit dijadikan hewan model karena murah harganya, cepat berbiak, mempunyai interval generasi yang pendek, jumlah anak sepelahiran yang tinggi, mudah dipelihara serta memiliki sifat anatomi dan fisiologi yang dapat mewakili mammalia besar lainnya. Hal-hal tersebut menjadikan mencit sebagai hewan percobaan yang praktis untuk penelitian sifat reproduksi ternak.

Kemangi diberikan kepada induk mencit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap performa reproduksi induk. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran penggunaan kemangi sebagai sumber fitoestrogen untuk memperbaiki sifat-sifat reproduksi mencit sebagai hewan model dan dapat dimanfaatkan sebagai patokan dalam penelitian lanjutan. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh penambahan kemangi segar dalam pakan terhadap sifat-sifat reproduksi mencit betina.

Penelitian ini menggunakan 60 ekor mencit betina dewasa dan 30 ekor mencit jantan yang hanya digunakan sebagai pejantan. Mencit-mencit tersebut ditempatkan dalam 30 kandang dengan ratio jantan betina 1:2. Pakan yang digunakan berupa pakan ayam peranggang (CP-511) dengan kandungan protein 21-23%. Rancangan percobaan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga taraf perlakuan, yaitu kontrol, penambahan kemangi sebesar 2,5% dan 5,0% dalam pakan induk dengan sepuluh ulangan. Peubah yang diamati adalah jumlah anak sepelahiran, bobot lahir, bobot sapih, pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, jumlah anak sapih serta mortalitas anak mencit sampai umur sapih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kemangi segar dalam pakan induk tidak berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran, bobot lahir, jumlah anak sapih dan mortalitas anak selama menyusu, tetapi berpengaruh terhadap pertumbuhan anak umur 9-21 hari, pertambahan bobot badan anak umur 6-15 hari, dan bobot sapih anak mencit. Kemangi disarankan diberikan dengan dosis yang optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap sifat-sifat reproduksi.

(5)

ABSTRACT

Performance Reproduction Traits of Female Mice which Get Additional Fresh Ocimum basilicum

Kuzaimi, F., C. Sumantri, dan S.S. Mansjoer

[

Ocimum basilicum is one of plant which use for traditional medicine. It is believed to increase fertility and avoid sterility. Ocimum basilicum contains of chemical which can stimulate reproduction hormone especially estrogen. The aim of this research is studying the influence of fresh Ocimum basilicum on reproduction traits of female mice. This research use 60 heads female mice at weaning age (21 days old). The experimental design was Completely Randomized Design with three level treatments, there were control, 2,5 and 5,0% fresh Ocimum basilicum level. The variables to be observed are litter size, birth weight, daily weight gain and growth, weaning weight, weaning number and mortality. The result showed that litter size, birth weight, weaning numbers and mortality of the pups were not significantly influenced by addition of fresh Ocimum basilicum, but significant differenced on weaning weight, growth rate of 9-21 days age and weight gain of age 6-15 days of the pups.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 29 Oktober 1982. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Sadimo dan Ibu Hj. Suwarti.

Tahun 1995, penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri 1 Peleman dan pada tahun 1998 lulus dari SLTP Negeri 2 Gemolong. Tahun 2001, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Gemolong.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya yang tidak terhingga dan hanya dengan pertolongan-Nya, skripsi dengan judul ”Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan ummatnya.

Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc dan Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga saran dan masukan menjadi salah satu harapan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia peternakan.

Bogor, Maret 2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Mencit (Mus musculus) ... 3

Pakan dan Minum Mencit ... 5

Konsumsi ... 5

Konversi ... 6

Sifat-Sifat Reproduksi Mencit ... 6

Jumlah Anak Sepelahiran ... 6

Bobot Lahir ... 7

Pertumbuhan Prasapih Anak Mencit ... 8

Bobot Sapih ... 9

Jumlah Anak Sapih ... 9

Mortalitas ... 10

Kemangi (Ocimum basilicum) ... 10

Taksonomi dan Botani ... 10

Asal dan Persebaran ... 11

Khasiat Kemangi ... 12

Kandungan Kimia Kemangi ... 13

Kandungan Zat Gizi Kemangi ... 15

METODE ... 17

Tempat dan Waktu ... 17

Materi Penelitian ... 17

Mencit Percobaan ... 17

Kandang dan Peralatan ... 18

Pakan ... 19

Metode Penelitian ... 20

(9)

Pelaksanaan Penelitian ... 21

Peubah yang Diamati ... 22

Rancangan Percobaan ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Keadaan Lingkungan Selama Penelitian ... 25

Pakan Penelitian ... 25

Suhu dan Kelembaban ... 26

Sifat-sifat Reproduksi Mencit ... 26

Jumlah Anak Sepelahiran ... 26

Bobot Lahir Anak Mencit ... 28

Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Disapih ... 30

Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit sampai Disapih ... 32

Bobot Sapih Anak Mencit ... 36

Jumlah Anak Sapih ... 38

Mortalitas Anak Mencit sampai Umur Sapih ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

UCAPAN TERIMA KASIH ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sifat Biologis Mencit ... 4

2. Komponen Kimia Kemangi ... 14

3. Komponen Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Segar ... 16

4. Kombinasi Pemberian Pakan ... 22

5. Kandungan Gizi Pakan Ayam Peranggang, Kemangi dan Pakan Penelitian pada Perlakuan Kontrol, Penambahan 2,5% dan 5,0% Kemangi Segar ... 25

6. Rerata Jumlah Anak Sepelahiran ... 27

7. Rerata Bobot Lahir Anak Mencit ... 28

8. Bobot Badan Anak Mencit sampai Umur Sapih ... 30

9. Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Lahir sampai Umur Sapih ... 33

10.Rerata Bobot Sapih anak Mencit ... 36

11.Rerata Jumlah Anak Sapih ... 39

(11)

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT

(Mus musculus)

BETINA YANG MENDAPAT

PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(

Ocimum basilicum

)

SEGAR

SKRIPSI

FATHONAH KUZAIMI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT

(Mus musculus)

BETINA YANG MENDAPAT

PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(

Ocimum basilicum

)

SEGAR

Fathonah Kuzaimi

D14101003

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(13)

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT

(Mus musculus)

BETINA YANG MENDAPAT

PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(

Ocimum basilicum

)

SEGAR

Oleh :

FATHONAH KUZAIMI

D14101003

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 2 Maret 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer NIP. 131 624 187 NIP. 130 354 159

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(14)

RINGKASAN

FATHONAH KUZAIMI. D14101003. 2006. Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit (Mus Musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum Basilicum) Segar. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer

Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanaman yang mudah didapat dan murah harganya. Kemangi memiliki aroma harum dan rasa yang khas. Kemangi memiliki kandungan aktif yang khasiatnya berkaitan erat dengan aktifitas seksual atau reproduksi dan kesuburan karena merangsang sekresi hormon reproduksi terutama estrogen serta dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan konvensional yang paling sering digunakan dalam penelitian. Mencit dijadikan hewan model karena murah harganya, cepat berbiak, mempunyai interval generasi yang pendek, jumlah anak sepelahiran yang tinggi, mudah dipelihara serta memiliki sifat anatomi dan fisiologi yang dapat mewakili mammalia besar lainnya. Hal-hal tersebut menjadikan mencit sebagai hewan percobaan yang praktis untuk penelitian sifat reproduksi ternak.

Kemangi diberikan kepada induk mencit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap performa reproduksi induk. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran penggunaan kemangi sebagai sumber fitoestrogen untuk memperbaiki sifat-sifat reproduksi mencit sebagai hewan model dan dapat dimanfaatkan sebagai patokan dalam penelitian lanjutan. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh penambahan kemangi segar dalam pakan terhadap sifat-sifat reproduksi mencit betina.

Penelitian ini menggunakan 60 ekor mencit betina dewasa dan 30 ekor mencit jantan yang hanya digunakan sebagai pejantan. Mencit-mencit tersebut ditempatkan dalam 30 kandang dengan ratio jantan betina 1:2. Pakan yang digunakan berupa pakan ayam peranggang (CP-511) dengan kandungan protein 21-23%. Rancangan percobaan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga taraf perlakuan, yaitu kontrol, penambahan kemangi sebesar 2,5% dan 5,0% dalam pakan induk dengan sepuluh ulangan. Peubah yang diamati adalah jumlah anak sepelahiran, bobot lahir, bobot sapih, pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, jumlah anak sapih serta mortalitas anak mencit sampai umur sapih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kemangi segar dalam pakan induk tidak berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran, bobot lahir, jumlah anak sapih dan mortalitas anak selama menyusu, tetapi berpengaruh terhadap pertumbuhan anak umur 9-21 hari, pertambahan bobot badan anak umur 6-15 hari, dan bobot sapih anak mencit. Kemangi disarankan diberikan dengan dosis yang optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap sifat-sifat reproduksi.

(15)

ABSTRACT

Performance Reproduction Traits of Female Mice which Get Additional Fresh Ocimum basilicum

Kuzaimi, F., C. Sumantri, dan S.S. Mansjoer

[

Ocimum basilicum is one of plant which use for traditional medicine. It is believed to increase fertility and avoid sterility. Ocimum basilicum contains of chemical which can stimulate reproduction hormone especially estrogen. The aim of this research is studying the influence of fresh Ocimum basilicum on reproduction traits of female mice. This research use 60 heads female mice at weaning age (21 days old). The experimental design was Completely Randomized Design with three level treatments, there were control, 2,5 and 5,0% fresh Ocimum basilicum level. The variables to be observed are litter size, birth weight, daily weight gain and growth, weaning weight, weaning number and mortality. The result showed that litter size, birth weight, weaning numbers and mortality of the pups were not significantly influenced by addition of fresh Ocimum basilicum, but significant differenced on weaning weight, growth rate of 9-21 days age and weight gain of age 6-15 days of the pups.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 29 Oktober 1982. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Sadimo dan Ibu Hj. Suwarti.

Tahun 1995, penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri 1 Peleman dan pada tahun 1998 lulus dari SLTP Negeri 2 Gemolong. Tahun 2001, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Gemolong.

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya yang tidak terhingga dan hanya dengan pertolongan-Nya, skripsi dengan judul ”Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan ummatnya.

Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc dan Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga saran dan masukan menjadi salah satu harapan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia peternakan.

Bogor, Maret 2006

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Mencit (Mus musculus) ... 3

Pakan dan Minum Mencit ... 5

Konsumsi ... 5

Konversi ... 6

Sifat-Sifat Reproduksi Mencit ... 6

Jumlah Anak Sepelahiran ... 6

Bobot Lahir ... 7

Pertumbuhan Prasapih Anak Mencit ... 8

Bobot Sapih ... 9

Jumlah Anak Sapih ... 9

Mortalitas ... 10

Kemangi (Ocimum basilicum) ... 10

Taksonomi dan Botani ... 10

Asal dan Persebaran ... 11

Khasiat Kemangi ... 12

Kandungan Kimia Kemangi ... 13

Kandungan Zat Gizi Kemangi ... 15

METODE ... 17

Tempat dan Waktu ... 17

Materi Penelitian ... 17

Mencit Percobaan ... 17

Kandang dan Peralatan ... 18

Pakan ... 19

Metode Penelitian ... 20

(19)

Pelaksanaan Penelitian ... 21

Peubah yang Diamati ... 22

Rancangan Percobaan ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Keadaan Lingkungan Selama Penelitian ... 25

Pakan Penelitian ... 25

Suhu dan Kelembaban ... 26

Sifat-sifat Reproduksi Mencit ... 26

Jumlah Anak Sepelahiran ... 26

Bobot Lahir Anak Mencit ... 28

Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Disapih ... 30

Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit sampai Disapih ... 32

Bobot Sapih Anak Mencit ... 36

Jumlah Anak Sapih ... 38

Mortalitas Anak Mencit sampai Umur Sapih ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

UCAPAN TERIMA KASIH ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sifat Biologis Mencit ... 4

2. Komponen Kimia Kemangi ... 14

3. Komponen Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Segar ... 16

4. Kombinasi Pemberian Pakan ... 22

5. Kandungan Gizi Pakan Ayam Peranggang, Kemangi dan Pakan Penelitian pada Perlakuan Kontrol, Penambahan 2,5% dan 5,0% Kemangi Segar ... 25

6. Rerata Jumlah Anak Sepelahiran ... 27

7. Rerata Bobot Lahir Anak Mencit ... 28

8. Bobot Badan Anak Mencit sampai Umur Sapih ... 30

9. Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Lahir sampai Umur Sapih ... 33

10.Rerata Bobot Sapih anak Mencit ... 36

11.Rerata Jumlah Anak Sapih ... 39

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian ... 17

2. Penempatan Kandang-kandang Mencit pada Rak ... 18

3. Peralatan-peralatan yang Digunakan pada Penelitian ... 18

4. Pakan yang Dipakai dalam Penelitian ... 19

5. Penempatan Kemangi dalam Kandang ... 19

6. Cara Penomoran Mencit Betina Dewasa pada Daun Telinga ... 20

7. Skema Penomoran Anak Mencit pada Jari Kaki ... 21

8. Kurva Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Sapih ... 32

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Analisis Ragam Jumlah Anak Sepelahiran ... 48

2. Analisis Ragam Bobot Lahir Anak Mencit ... 48 3. Analisis Ragam Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit Umur 3 Hari ... 48 4. Analisis Ragam Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit Umur

6 Hari ... 48

5. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit Umur 9 Hari ... 49 6. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit Umur 12 Hari ... 49

7. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit Umur 15 Hari ... 50 8. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit Umur 18 Hari ... 50 9. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan

(23)

14.Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Umur 15-18 Hari ... 52 15.Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Umur 18-21 Hari ... 53 16.Analisis Ragam dan Uji Tukey Bobot Sapih Anak Mencit ... 53 17.Analisis Ragam Jumlah Anak Mencit yang Berhasil Disapih ... 53 18. Analisis Ragam Mortalitas Anak Mencit sampai Umur Sapih ... 54

(24)

1 PENDAHULUAN

Latar belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi dan pendidikan cukup pesat, seiring dengan hal itu tuntutan kebutuhan hidup masyarakat pun meningkat. Fenomena ini terjadi pada berbagai sektor pembangunan termasuk sub sektor peternakan.

Upaya untuk memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan konsumen perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi dibidang peternakan. Dalam perkembangannya, keuntungan sebuah peternakan ditentukan oleh keterpaduan langkah perbaikan mutu genetik dan pakan yang berkualitas baik dan seimbang serta tata laksana yang baik dan tergantung juga pada produktivitas yang dihasilkan. Produktivitas ternak tidak lepas dari sifat–sifat reproduksi seperti jumlah anak sepelahiran, bobot lahir anak, pertumbuhan dan pertambahan anak, bobot sapih, jimlah anak sapih dan mortalitas. Sifat-sifat reproduksi dapat dijadikan sebagai indikator tingkat produktivitas ternak.

Salah satu syarat untuk pengembangan peternakan adalah tersedianya hewan percobaan konvensional yang sehat. Salah satu alternatif yang dapat mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan mencit sebagai hewan model. Mencit liar atau rumah merupakan hewan semarga dengan mencit laboratorium. Hewan ini tersebar di seluruh dunia dan mudah ditemukan, dapat hidup di daerah yang cukup luas, mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus dalam kandang.

Mencit dijadikan hewan model karena murah harganya, cepat berbiak, mempunyai interval generasi yang pendek, jumlah anak sepelahiran yang tinggi, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetik yang cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologis yang dapat mewakili mamalia besar lainnya. Hal-hal tersebut menjadikan mencit sebagai hewan model yang praktis untuk penelitian sifat-sifat reproduksi.

(25)

2 pemberian pakan tambahan diharapkan mampu memperbaiki perfarma sifat-sifat reproduksi ternak. Salah satunya adalah kemangi. Kemangi merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional yang dipercaya memiliki kemampuan untuk menyuburkan dan mencegah kemandulan pada wanita karena kemangi mengandung senyawa kimia yang mampu merangsang sekresi hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penambahan kemangi (Ocimum basilicum) segar dalam pakan induk terhadap sifat-sifat reproduksi mencit (Mus musculus) betina yang meliputi jumlah anak sepelahiran, bobot lahir, pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, bobot sapih, jumlah anak sapih dan mortalitas.

Manfaat

(26)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan model untuk percobaan laboratorium dengan kisaran 40-80%. Hewan ini termasuk filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, genus

Mus dan spesies Mus musculus (Arrington, 1972). Hal ini disebabkan hewan ini memiliki jumlah anak sepelahiran yang banyak, sifat produksi dan reproduksi yang menyerupai mammalia besar.

Mencit hidup pada daerah yang cukup luas penyebarannya, mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus dalam kandang atau secara bebas sebagai hewan liar (Malole dan Pramono, 1989). Hewan ini termasuk hewan monogastrik yaitu memiliki lambung sederhana (Arrington, 1972).

Mencit merupakan hewan poliestrus, yaitu hewan yang mengalami estrus lebih dari dua kali dalam satu tahun. Seekor mencit betina akan mengalami estrus setiap 4-5 hari sekali. Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa mencit memiliki lima pasang kelenjar susu, yaitu tiga pasang dibagian dada dan dua pasang dibagian inguinal. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) berpendapat bahwa mencit memakan segala jenis makanan (omnivora), selain itu mencit adalah hewan nocturnal yang aktivitas pemeliharaannya lebih banyak terjadi dimalam dan sore hari, seperti aktivitas makan dan minum (Inglis, 1980).

(27)

4 Tabel 1. Sifat Biologis Mencit

Kriteria (Satuan) Keterangan Lama hidup (tahun)

Lama produksi ekonomis (bulan) Bobot badan dewasa :

Jantan (g) Betina (g) Umur dewasa (hari) Umur jantan dan betina dikawinkan (minggu) Siklus estrus (birahi) (hari) Lama estrus (jam) Perkawinan

Fertilisasi

Lama bunting (hari) Jumlah anak (ekor) Bobot lahir (g) Umur disapih (hari) Bobot sapih (g)

Suhu (rektal) (oC) Aktivitas

Kecepatan tumbuh (g/hari) Komposisi Air Susu (%): Air

Lemak Protein Gula

Puting susu (pasang) Plasenta

Perkawinan kelompok

1-3 dapat 4 9,0 20,0-40,0 18,0-35,0 35,0 8,0 4,0-5,0 12,0-14,0

pada waktu estrus 2 jam sesudah kawin 19,0-21,0

rata-rata 6 dapat 15 0,5-1,0

21,0 18,0-20,0

35,0-39,0 (rata-rata 37,4) nokturnal (malam) 1,0 75,0 10,0-12,0 10,0 3,0 5,0 diskoidal hemokorial

4 betina dengan 1 jantan

(28)

5 Menurut Arrington (1972) alasan digunakannya hewan laboratorium sebagai objek penelitian dalam bidang peternakan diantaranya karena biaya yang dibutuhkan tidak begitu mahal, efisien dalam waktu, kemampuan reproduksi yang tinggi pada waktu singkat dan sifat genetik dapat dibuat seseragam mungkin dalam waktu yang lebih pendek dibandingkan ternak yang lebih besar serta memiliki sifat produksi dan reproduksi yang dapat mewakili ternak mammalia yang lebih besar.

Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa penyakit yang terdapat pada mencit terutama penyakit reproduksi. Penyebab infertilitas ditimbulkan oleh stimulasi estrogen, kesalahan pengaturan cahaya, mencit terlalu muda dan terlalu tua sewaktu dikawinkan, kepadatan, terlalu bising, defisiensi nutrisi dan silang dalam. Kematian anak muncul pada beberapa kondisi misalnya ukuran kandang yang terlalu luas sehingga anak mencit kedinginan, hanya sedikit sekali anak yang dilahirkan, anak mencit luka atau abnormal dan infeksi virus.

Pakan dan Minum Mencit

Konsumsi

Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila makanan tersebut diberikan ad libitum dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi, 1999) dan pakan yang dikonsumsi pada berbagai umur tidak tetap, sesuai dengan laju pertumbuhan dan tingkat produksi (Amrullah, 2003). Tingkat energi dalam ransum menentukan banyaknya pakan yang dikonsumsi, semakin tinggi energi pakan akan menurunkan konsumsi (Mujiasih, 2001). Pakan yang tinggi kandungan energinya harus diimbangi dengan protein, vitamin dan mineral yang cukup agar ternak tidak mengalami defisiensi protein, vitamin dan mineral (Wahju, 1997).

(29)

6 pakan yang lebih banyak. Pakan yang sering digunakan adalah pakan ayam dengan kandungan protein 20-25%, lemak 5%, pati 45-50%, serat kasar 5% dan abu 4-5%.

Air adalah salah satu zat makanan anorganik yang penting bagi ternak dan kebutuhan ternak terhadap air cukup tinggi, karena fungsinya sebagai medium untuk aktivitas metabolis. Sel-sel berisi cairan liofilik, yang dapat menyerap dan membebaskan air selama proses metabolisme (Tillman et al., 1989). Air minum yang diperlukan oleh mencit berkisar 4-8 ml/ekor/hari. Tingkat konsumsi makanan dan air minum bervariasi menurut suhu kandang, kelembaban, kualitas makanan, kesehatan dan kadar air dalam makanan (Malole dan Pramono, 1989).

Konversi Pakan

Rasyaf (1999) menyatakan bahwa konversi ransum adalah perbandingan jumlah konsumsi pada periode tertentu dengan produksi yang dicapai pada periode tersebut. Tujuan utama pemberian pakan adalah untuk menghasilkan pertumbuhan yang paling cepat dengan jumlah pakan yang paling sedikit serta hasil akhir yang memuaskan (Blakely dan David, 1991).

Nort dan Bell (1990) menyatakan bahwa konversi pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit pertambahan bobot badan, semakin besar dan tua ternak maka nilai konversi tidak efisien dalam penggunaan ransum. Anggorodi (1979) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi pakan adalah temperatur, kualitas pakan, kualitas air, pengafkiran, penyakit, manajemen pemeliharaan dan juga faktor pemberian pakan.

(30)

7 Sifat–sifat Reproduksi Mencit

Jumlah Anak Sepelahiran

Jumlah anak sepelahiran adalah jumlah total anak yang hidup maupun yang mati pada waktu dilahirkan. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa jumlah anak sepelahiran berkisar antara 6-15 ekor per kelahiran. Besarnya jumlah anak sepelahiran dipengaruhi oleh bangsa ternak, umur induk, musim kelahiran, makanan, silang dalam dan kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi jumlah anak sepelahiran antara lain kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada induk, musim kawin, jumlah sel telur yang dihasilkan serta tingkat kematian embrio yang sangat berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran (Toelihere, 1979). Jumlah anak sepelahiran mencit berkisar 8-11 ekor (Inglis, 1980).

Falconer (1981) menyatakan bahwa induk yang berasal dari jumlah anak sepelahiran yang banyak mempunyai bobot badan rendah pada umur enam minggu dan menghasilkan jumlah anak yang lebih sedikit dari pada jumlah kelahiran induknya. Pengaruh silang dalam dapat menurunkan jumlah sel telur yang dihasilkan oleh ternak betina dan meningkatkan laju kematian awal embrio. Warwick et al. (1983) menyatakan bahwa jumlah sel telur yang dihasilkan dan tingkat awal pertumbuhan embrio sangat erat hubungannya dengan jumlah anak yang dilahirkan dalam sekali kelahiran.

Bobot Lahir

(31)

8 Anggorodi (1979) menyatakan bahwa pertumbuhan prenatal adalah pertumbuhan yang berlangsung antara waktu sel telur dibuahi sampai dengan kelahiran anak. Rerata pertumbuhan fetus tergantung pada pasokan makanan dan kemampuan fetus menggunakan pakan. Perbedaan ukuran fetus pada spesies, bangsa dan strain yang berbeda mengacu pada perbedaan rerata pembelahan sel yang ditentukan secara genetik. Jadi terdapat hubungan yang erat antara pasokan makanan pada fetus (faktor ingkungan), rerata pembelahan sel (faktor genetik) dan karenanya rerata pertumbuhan. Faktor lingkungan termasuk ukuran, nutrisi induk, jumlah anak sepelahiran, ukuran plasenta dan tekanan iklim (Hafez, 1993). Malnutrisi pada induk juga menyebabkan kurang terpenuhinya nutrisi fetus sehingga dapat mengurangi bobot lahir serta viabilitas anak (McDonalds et al., 1995).

Menurut Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa suhu yang optimal untuk memelihara mencit berkisar antara 21-29 oC dengan kelembaban udara 30-70%. Suhu lingkungan mempengaruhi bobot lahir ternak karena secara langsung mempengaruhi konsumsi ransum. Pada kondisi suhu yang tinggi dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, sehingga memungkinkan terjadinya defisiensi zat pakan yang diperlukan oleh fetus. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan bobot lahir rendah. Bila suhu rendah, nafsu makan seekor ternak akan meningkat, sehingga memungkinkan terjadinya defisiensi zat pakan pada fetus kecil, sehingga bobot lahir dapat lebih tinggi.

Anak yang dilahirkan dari induk yang besar serta umur tidak terlalu tua, pada umumnya akan menghasilkan anak dengan bobot lahir yang tinggi (Toelihere, 1979). Bobot lahir anak mencit umumnya berkisar antara 0,5-1,5 g/ekor (Malole dan Pramono, 1989), pendapat lain menyatakan bahwa bobot lahir berkisar 1,0-1,5 g/ekor (Arrington, 1972; Fox et al., 1984). Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa bobot lahir anak mencit berkisar antara 0,5–1,0 g/ekor. Tinggi rendahnya bobot lahir akan mempengaruhi performa anak.

Pertumbuhan Prasapih Anak Mencit

(32)

9 periode kebuntingan yang lanjut dan pada waktu baru lahir, kedua proses berjalan bersama-sama. Akhirnya pada suatu saat sesudah lahir pertumbuhannya disebabkan oleh proses hipertrofi pada beberapa jaringan (urat daging dan saraf).

Menurut Anggorodi (1979), kekurangan zat makanan memperlambat puncak pertumbuhan urat dan daging serta menghambat laju penimbunan lemak. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa secara normal, induk akan mengalami proses pertambahan bobot badan selama periode kebuntingan yang gunanya untuk mencapai berat dewasa, sehingga cadangan untuk laktasi dan lebih jauh lagi untuk kawin kembali.

Pertumbuhan dari lahir sampai sapih sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah susu yang dihasilkan induk dan kesehatan individu itu sendiri (Campbell, 1985). Nutrisi untuk induk mencit selama kebuntingan dan laktasi merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang pertumbuhan, perkembangan, daya hidup dan tingkah laku anak–anak yang akan dihasilkannya. Nutrisi yang baik akan dapat mencukupi kebutuhan baik induk maupun anak mencit saat berada dalam uterus maupun saat menyusu (Chow dan Rider, 1973). Pertambahan bobot badan anak mencit sampai disapih adalah 0,45-0,52 g/ekor/hari (Malole dan Pramono, 1989) atau 0,43-0,50 g/ekor/hari (Arrington, 1972).

Bobot Sapih

Bobot sapih adalah bobot badan ternak pada saat dipisahkan dari induknya. Sapih yaitu tahap pertumbuhan saat suatu hewan tidak lagi bergantung pada air susu induknya dan mulai mengkonsumsi makanan padat dan air (Inglis, 1980).

(33)

10 Jumlah Anak Sapih

Faktor yang menentukan jumlah anak sapih adalah umur induk, pemberian pakan, kondisi induk pada waktu dikawinkan, sistem perkawinan, pejantan yang digunakan dan kematian dalam kandang ternak (Smith danMangkoewidjojo, 1988). Menurut Malole dan Pramono (1989), sistem perkawinan monogami dan poligami pada mencit berbeda pengaruhnya terhadap jumlah anak waktu sapih. Jumlah anak yang disapih akan meningkat bila program pembiakan dilakukan dengan sistem perkawinan poligami atau harem. Sistem monogami adalah seekor jantan dicampur dengan seekor betina, sedangkan sistem poligami dilakukan bila seekor jantan dicampur dengan 2-6 ekor betina.

Mortalitas

Tingkat mortalitas merupakan salah satu pedoman yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan induk mengasuh anak, bahkan secara umum dianggap sebagai indikator berhasil tidaknya suatu usaha peternakan. Faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas antara lain jumlah anak sepelahiran, kondisi induk setelah melahirkan, kondisi lingkungan dan sistem perkawinan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Kemangi (Ocimum basilicum)

Taksonomi dan Botani

Kemangi dikenal luas di berbagai negara sehingga memiliki banyak nama. Di Indonesia kemangi mempunyai nama yang berbeda untuk setiap daerah seperti surawung atau solanis (Sunda); selasih, telasi, solasi, kemangi (Jawa, Madura, Sumatera); amping atau kukuru (Sulawesi); kemangi (umum Indonesia) (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; Sutarno dan Atmowidjojo, 2001; Mulyani dan Gunawan, 2004a). Kemangi (Ocimum basilicum) dimasukkan dalam divisi

Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Labiatae, genus Ocimum, spesies

Ocimum basilicum (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

(34)

11 dan tersusun dalam pasangannya bertentangan kepada pasangan yang di atas atau di bawah. Daun berwarna hijau ke hijau tua. Daun berbentuk bujur telur, tepi daun bergerigi dan ujung daun runcing. Batang segi empat, bercabang–cabang dan berbulu. Bunga terdapat diujung batang. Bunga jenis hermaprodit, panjang 5-7 mm dan berbau wangi (Mahkotadewa. com, 2005).

Kemangi merupakan tanaman setahun yang tumbuhnya tegak dengan cabang yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu, dengan tinggi 0,3 hingga 1,0 m. Daun– daunnya sederhana, berwarna hijau dan berbau harum. Bagian tangkai daun mempunyai panjang 2,5 cm, luas daun berbentuk elips dengan ukuran 2,5-5,0x1,0-2,5 cm (Tindall, 1983). Batang bersegi empat, tebal 6 mm, banyak cabang, sedikit berambut-rambut kasar pada waktu muda, hijau terang ungu pekat, bagian dasar batang kadang-kadang berkayu. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-2 cm, helai daun bulat telur sampai memanjang, ujung runcing, pangkal agak meruncing, permukaan daun berambut halus dengan bintil-bintil kelenjar, tulang daun menyirip, tepi bergerigi, panjang 3,5-7,5 cm; lebar 1,5-2,5 dan warna hijau tua. Bunga berwarna putih atau lembayung, tersusun dalam tandan yang panjangnya 5-30 cm dan keluar diujung percabangan (Hembing etal., 1994; Sutarno dan Atmowidjojo, 2001).

Asal dan Persebaran

Kemangi berasal dari Asia Barat dan tersebar secara alami ke Amerika, Afrika dan Asia. Tanaman ini sudah dibudidayakan di Mesir 3000 tahun yang lalu serta cara penanamannya dikenal dari Timur Tengah sampai Yunani, Italia dan Eropa. Pembudidayaan di Inggris dimulai pada abad ke-16, di Amerika Utara pada abad ke-1 (Sutarno dan Atmowidjojo, 2001).

(35)

12 beriklim tropis, seperti di benua Eropa, daerah Mediteranian, Asia Pasifik, Amerika Selatan dan Utara, Timur Tengah dan Australia (Sinarharapan, 2002).

Kemangi dapat beradaptasi terhadap kondisi yang sangat menguntungkan untuk menghasilkan sayuran. Di Filipina, penyebaran kemangi sangat luas mencakup daerah berpenduduk dari Batan sampai Mindanao, dari dataran rendah, sampai ketinggian 1.000 m dan sering tumbuh secara spontan pada padang terbuka. Di Jawa, tanaman ini tumbuh secara alami sampai ketinggian 450 m dan dibudidayakan sampai ketinggian 1.100 m. Tanaman ini dapat tumbuh subur baik di alam bebas maupun dalam ruangan atau dalam pot. Kemangi rentan terhadap kondisi sangat dingin dan oleh karena itu ditumbuhkan sebagai tanaman semusim di daerah beriklim sedang. Di daerah tropis dan subtropis, kemangi dapat ditanam sebagai tanaman tahunan pendek. Biji berkembang baik pada suhu 13-25oC. Pertumbuhan pada suhu 5-30oC, dan optimum kira-kira pada 20oC. Kemangi membutuhkan sinar matahari langsung setiap hari kira-kira 5 jam dan jika dalam ruangan membutuhkan cahaya kira-kira 12 jam (Sutarno dan Atmowidjojo, 2001).

Tanaman yang tumbuh di bawah sinar matahari menghasilkan lebih banyak daun, lebih banyak cabang dan perbungaan serta akar dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di bawah naungan. Panjang hari tidak terlalu berpengaruh terhadap pembungaan namun hari panjang nampaknya sangat menguntungkan pada pemuliaan pembungaan. Kemangi sangat rentan terhadap kekurangan air pada beberapa tahap perkembangannya. Kemangi tumbuh baik pada tanah subur, juga mengandung nitrogen tinggi, toleran pada pH 4,3-8,4 dan optimum pada pH 5,5-6,5 (Heyne, 1987). Budidaya tanaman kemangi cukup mudah. Perbanyakan dengan menggunakan biji. Pemeliharaan mudah, perlu cukup air dengan cara penyiraman yang cukup, menjaga kelembaban dan pemupukan terutama pupuk dasar (Mahkotadewa. com, 2005).

Khasiat Kemangi

(36)

13 Menurut Sutarno dan Atmowidjojo (2001), daun kemangi dapat digunakan untuk mengobati disentri kronis, mengobati demam, sakit kepala, luka terpukul, peluruh kentut, haid dan air susu ibu, obat sariawan dan bijinya sebagai obat kencing nanah. Mengkonsumsi biji kemangi juga dapat memberikan ketenangan. Di Vietnam, kemangi digunakan untuk mengobati demam dan malaria.

Menurut Sutarno dan Atmowidjojo (2001) kemangi merupakan tanaman bumbu penyedap makanan. Baik daun yang dikeringkan atau daun segar digunakan untuk memberikan keharuman, rasa manis, panas, pedas, dan rasa seperti cengkeh pada masakan dan minuman. Selain itu kemangi digunakan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik karena menghasilkan minyak atsiri serta sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit. Minyak atsiri yang terdapat dalam daun kemangi dapat digunakan untuk menolak binatang kecil dan lalat. Daun keunguan biasanya digunakan sebagai bahan hiasan sedangkan daun hijau lebih umum digunakan sebagai bahan aromatik dan mungkin juga sebagai bahan hiasan.

Kandungan Kimia Kemangi

Hembing et al. (1994) menyatakan bahwa seluruh bagian dari tanaman kemangi mempunyai rasa pedas, hangat dan wangi. Biji mempunyai rasa manis, pedas, sejuk dan dapat menerangkan penglihatan. Winarto (2004) menerangkan bahwa kemangi memiliki rasa agak manis, dingin, harum dan segar.

Kandungan utama kemangi adalah minyak atsiri yang tersusun dari banyak sekali senyawa, antara lain osimena, farnesena, sineol, felandrena, sedrena, bergamotena, amorfena, burnesena, kadinena, kopaena, kubebena, pinena, terpinena, santalena, sitral dan kariofilena. Selain minyak atsiri, kemangi juga mengandung senyawa lain seperti anetol, apigenin, asam askorbat, asam kafeat, eskuletin, eriodiktiol, eskulin, estragol, farnesol, histidin, humulena, kaempferol, magnesium, asam kumarat, kuersetin, rutin, tannin, terpinen-4-ol, timol, asam ursolat, ksantomikrol, visenin (Mulyani dan Gunawan, 2004a). Kemangi banyak mengandung komponen kimia aktif yang kegunaannya berkaitan erat dengan aktivitas seksual. Komponen kimia pada kemangi dapat dilihat pada Tabel 2.

(37)
[image:37.612.114.501.130.621.2]

14 tersebut sebagian besar berfungsi untuk merangsang sekresi hormon-hormon reproduksi terutama hormon estrogen.

Tabel 2. Komponen Kimia Kemangi

Komponen kimia Bagian tanaman Kegunaan

1,8-Sineol Seluruh bagian Anestesi (pati rasa), membantu mengatasi ejakulasi premature, anti kholinesterase, perangsang aktivitas syaraf pusat, melebarkan pembuluh kapiler (merangsang ereksi)

Anetol Seluruh bagian Merangsang hormon estrogen, merangsang faktor kekebalan tubuh, merangsang keluarnya ASI

Apigenin Seluruh bagian Melebarkan pembuluh darah, mencegah penjendalan darah, melancarkan sirkulasi darah, penekan syaraf pusat

Arginina Daun Memperkuat daya tahan hidup sperma,

mencegah kemandulan, menurunkan gula darah

Asam aspartat Daun Perangsang syaraf, analeptik

Boron Seluruh bagian Merangsang keluarnya hormon androgen dan hormon estrogen, mencegah pengeroposan tulang

Eriodiktiol Daun Merangsang peremajaan sel

Eugenol Daun Mencegah ejakulasi premature, anestetik, mematikan jamur penyebab keputihan

Farnesol Seluruh bagian Feromon, parfum, merangsang regenerasi sel normal pada pergantian kulit

Fenkhona Seluruh bagian Melebarkan pembuluh darah kapiler, antikholinesterase

Germakrena-D Seluruh bagian Feromon

Asam p-kumarat Daun Antifertilitas, penghambat sintesis prostaglandin

Stigmasterol Seluruh bagian Merangsang hormon estrogen, menurunkan kolesterol, merangsang terjadinya proses ovulasi, bahan baku hormon steroid

Tannin Kultur jaringan

tanaman

Mengurangi sekresi cairan pada liang vagina

Seng Daun Antiimpotensi, merangsang keluarnya

hormon testosteron, merangsang kekebalan tubuh

Sumber : Gunawan (2004)

(38)

15 kebuntingan dengan mengatur produksi progesteron dan menstimulasi proses penting dalam pendewasaan fetus. Manan (2002), mengenai fungsi estrogen pada kehamilan bahwa estrogen juga mempengaruhi perkembangan fetus selama kehamilan, misalnya dengan mempengaruhi kecepatan pembelahan sel pada embrio muda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa estrogen juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu.

Hardjopranjoto (1995) berpendapat bahwa pada metabolisme tubuh, estrogen menambah sintesis dan sekresi hormon pertumbuhan sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan sel-sel dalam tubuh, mempercepat pertambahan bobot badan, merangsang korteks kelenjar adrenal untuk lebih banyak meningkatkan metabolisme protein karena adanya retensi nitrogen yang meningkat.

Estrogen juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu. Bersama progesteron, estrogen merangsang pertumbuhan dan perkembangan saluran susu dan alveoli kelenjar susu (Partodihardjo, 1982). Campbell et al. (2002) menyatakan bahwa estrogen dan relaksin merangsang pertumbuhan duktus kelenjar susu, progesteron dan laktogen plasenta berperan merangsang pertumbuhan dan diferensiasi kelenjar susu melalui perangsangan sintesis DNA pada sel-sel epitel dan stroma serta peningkatan percabangan duktus yang merupakan tempat pembentukan lobulo-alveolar. Estrogen dan progesteron juga merangsang pertumbuhan parenkim dan vaskularisasi kelenjar susu. Manan (2002), peningkatan sekresi estrogen dan progesteron selama kebuntingan, selain untuk mendukung implantasi embrio serta memelihara kebuntingan juga berfungsi untuk mempersiapkan kelenjar susu untuk mensintesis air susu setelah melahirkan. Kandungan Zat Gizi Kemangi

(39)
[image:39.612.116.512.98.415.2]

16 Tabel 3. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Segar

Nilai Gizi Daun Kemangi Kalori (kkal) 27,000 Protein (g) 2,450 Lemak (g) 0,610 Karbohidrat (g) 4,340 Serat (g) 3,900 Abu (g) 2,000 Kalsium (g) 0,154 Phospor (g) 0,069 Besi (mg) 3,170

β-karoten (g) 4,500 Thiamin (mg) 0,026 Riboflavin (mg) 0,073 Niasin (mg) 0,925 Asam askorbat (mg) 0,018 Air (g) 90,960

Sumber : Sutarno dan Atmowidjojo (2001)

(40)

17 METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Lapang Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari April sampai Juni 2005.

Materi Penelitian

Mencit Percobaan

[image:40.612.199.417.384.525.2]

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 ekor mencit betina dengan rataan bobot badan 10,61±0,85 g dan 30 ekor mencit jantan dengan rataan bobot badan 10,36±0,88 g. Mencit jantan dipakai untuk mengawini mencit betina (sebagai pejantan). Gambar 1 menunjukkan mencit yang dipakai dalam penelitian ini.

Gambar 1. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian

(41)

18 Kandang dan Peralatan

[image:41.612.209.419.199.347.2]

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari seng dan kawat berukuran 30x25x15 cm sebanyak 30 buah. Kandang ditempatkan pada rak yang ditempatkan dalam ruangan berukuran 4x3x3 m. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum (Gambar 2).

Gambar 2. Penempatan Kandang-kandang Mencit pada Rak

Tempat pakan yang digunakan adalah mangkok kecil yang terbuat dari plastik. Tempat minum mencit menggunakan botol yang terbuat dari kaca yang dilengkapi karet penutup dan pipa logam. Penempatan mencit dan kandang dilakukan secara acak. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3.

[image:41.612.214.430.500.636.2]
(42)

19 Peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan Dial-O-Gram dengan merek O-Haus yang mempunyai kapasitas 2.610 g dan skala terkecil 0,1 g, alat bedah, gunting, ember, sikat botol, gelas aqua, gelas ukur, nampan, bak plastik, kertas, plastik, gunting kuku, kapas, alkohol, kertas label, sapidol, dan alat tulis.

Pakan

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pakan ayam peranggang (broiler) dan kemangi segar (Gambar 4).

[image:42.612.152.478.266.391.2]

(A) (B)

Gambar 4. Pakan yang Dipakai pada Penelitian (A) Pakan Ayam Broiler (Peranggang) (B) Kemangi Segar.

Pakan ayam peranggang (broiler) yang digunakan berbentuk crumble dengan merek CP 511-B yang diperoleh dari toko Maju di Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kemangi yang ditambahkan berupa kemangi segar yang diperoleh dari warung-warung sayur disekitar Darmaga. Gambar 5 menampilkan penempatan kemangi segar dalam kandang.

[image:42.612.217.412.533.664.2]
(43)

20 Kemangi segar yang diberikan dalam bentuk kemasan pasar, terdiri dari bagian batang dan daun. Kemangi segar diberikan dengan cara digantung di dalam kandang mencit. Setelah ditimbang, kemangi diikat dengan tali rafia untuk digantung disisi bagian depan kandang. Penggantungan dilakukan diantara tempat pakan dan air minum.

Metode Penelitian

Identifikasi Mencit

[image:43.612.197.421.334.473.2]

Mencit betina dewasa diidentifikasi berdasarkan nomor kandang. Identifikasi induk mencit dilakukan dengan cara menggunting daun telinga. Telinga sebelah kanan merupakan nomor satuan, sedangkan sebelah kiri merupakan nomor puluhan. Gambar 6 menyajikan cara penomoran mencit betina dewasa pada daun telinga.

8 8

Gambar 6. Cara Penomoran Mencit Betina Dewasa pada Daun Telinga

Pemberian nomor anak mencit yang baru lahir disesuaikan dengan jumlah anak sepelahiran dari tiap induk dengan cara memotong jari–jari kaki. Gambar 7 memperlihatkan aturan penomoran anak mencit pada jari kakinya.

50 5

30 3

(44)

21 Kiri Kanan

(a) Penomoran anak mencit yang berasal dari litter size 1–9 ekor (kaki depan)

Kiri Kanan Kiri Kanan Kaki Depan Kaki Belakang

[image:44.612.127.496.77.493.2]

(b) Penomoran anak mencit yang berasal dari litter size di atas 10 ekor (kaki depan dan kaki belakang)

Gambar 7. Cara Penomoran Anak Mencit pada Jari Kaki Pelaksanaan Penelitian

Satu minggu sebelum mencit ditempatkan, kandang dan semua peralatan dibersihkan, ruangan dibebaskan dari hewan pengganggu. Mencit jantan dan betina ditimbang dahulu bobot badannya sebelum disatukan dalam kandang. Satu ekor mencit jantan dipasangkan dengan dua ekor mencit betina dalam tiap kandang (1:2). Penempatan mencit jantan dan betina dalam kandang disesuaikan dengan nomor telinga, sedangkan penempatan kandang dalam ruangan dilakukan secara acak. Perlakuan diberikan setelah mencit jantan dan betina disatukan dalam kandang sampai dengan anak umur 21 hari (umur anak disapih).

13 14 15 16

5 6 7 7 8 4 3 2 1 12 11 10 9

(45)
[image:45.612.119.513.144.260.2]

22 Pakan yang diberikan berupa pakan ayam peranggang (broiler) dan kemangi segar (kemasan pasar). Tabel 4 menyajikan kombinasi pemberian pakan.

Tabel 4. Kombinasi Pemberian Pakan

Perlakuan Pakan

Pakan Ayam Kemangi Segar Kemangi Kering

---(g/ekor)--- Kontrol

2,5% Kemangi 5,0% Kemangi

8,0 6,5 5,0

0 1,5 3,0

0 0,2 0,4

Kemangi diberikan beberapa saat sebelum pakan ayam broiler diberikan. Air minum diberikan ad libitum. Pergantian sekam dilakukan seminggu sekali dengan ketebalan sekam ± 5 cm.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) jumlah anak sepelahiran (ekor/induk) adalah jumlah anak yang lahir per induk, jumlah anak sepelahirandiukur dengan menghitung jumlah anak yang lahir dalam satu kandang baik yang hidup maupun yang mati. Setelah penghitungan bila ada anak yang mati segera dikeluarkan dari kandang; 2) bobot lahir anak mencit (g/ekor) adalah bobot anak mencit pada saat

dilahirkan, penimbangan bobot lahir anak mencit per ekor dilakukan pada kisaran waktu saat anak dilahirkan sampai dengan 12 jam setelah kelahiran; 3) pertambahan bobot badan anak mencit sampai umur sapih (g/ekor) dihitung

dengan cara mengurangi bobot badan saat penimbangan dikurangi bobot badan tiga hari sebelumnya, penimbangan pertambahan bobot badan dilakukan tiga hari sekali;

(46)

23 5) jumlah anak sapih adalah banyaknya anak mencit pada saat disapih (umur 21

hari), jumlah anak mencit yang disapih diukur dengan menghitung anak mencit pada saat umur sapih;

6) mortalitas adalah perbandingan jumlah anak yang mati sampai umur sapih dengan jumlah anak sepelahiran dikali 100%.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga taraf perlakuan dan sepuluh ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu perbedaan level penambahan kemangi dalam pakan induk yaitu tanpa penambahan, penambahan 2,5% dan 5,0% kemangi segar yang dihitung berdasarkan bahan kering. Model Matematika yang digunakan :

Yij = µ + αi + εij (Gaspersz, 1991)

Keterangan : Yij = data pengamatan

μ = nilai tengah populasi (nilai rata–rata yang sesungguhnya)

αi = pengaruh perlakuan (pemberian daun kemangi)

εij = pengaruh galat dari satuan percobaan

i = peringkat kemangi segar (0; 2,5% dan 5,0%) j = ulangan (1,2,3,…,10)

Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam (ANOVA). Jika hasil analisis berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbedaan antarperlakuan. Analisis korelasi dilakukan pada tiap peubah yang diukur. Model analisis korelasi sebagai berikut:

r x1x2 =

( )

[

]

∑ ∑

[

(

)

]

n x x n n x x n x x x x n 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2

Keterangan: rx1x2 = korelasi antara peubah pertama dan peubah kedua x1 = peubah pertama

(47)

24 Hasil analisis yang didapat diinterpretasikan dengan tabel dan grafik. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Minitab 11. Model statistik uji Tukey (w) menurut Gaspersz (1991) adalah sebagai berikut:

Sy =

R KTError

W = q α (P, tε) Sy

Keterangan: Sy = galat baku perlakuan KT = kuadrat tengah R = ulangan perlakuan

q α = selang kepercayaan 1 atau 5% P = jumlah perlakuan

(48)

25 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Lingkungan Selama Penelitian

Pakan Penelitian

[image:48.612.115.512.330.492.2]

Pakan merupakan faktor penting yang menentukan produktivitas ternak. Kira-kira 25% dari perbedaan produksi ternak dikarenakan oleh keturunan, sedangkan 75% sisanya ditentukan oleh faktor lingkungan dengan pakan sebagai penentu terbesar (Herman, 2003). Pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pakan ayam peranggang (broiler) produksi PT. Charoen Pokhpan dan kemangi segar yang diperoleh dari warung-warung sayur disekitar Darmaga. Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan Gizi Pakan Ayam Peranggang, Kemangi dan Pakan Penelitian pada Perlakuan Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0%

Kemangi Segar

Komponen gizi Kontrol a Kemangi b 2,5 %c 5,0 %c Air (%)

Protein kasar (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Abu (%) Ca (%) P (%) 13 22 5 12 7 0,9 0,6 14,29 25,56 1,89 27,08 12,05 1,94 0,62 13,03 21,77 4,92 12,38 7,13 0,93 0,60 13,39 22,08 4,97 13,05 7,43 0,97 0,62

Keterangan: a= P.T. Charoen Pokhpan (2005)

b= Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Makanan Ternak,

Fakultas Peternakan, IPB (2005) c= Hasil Perhitungan Manual

(49)

26 sudah mencukupi kebutuhan mencit. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa seekor mencit dewasa mengkonsumsi ransum dengan kandungan protein 20-25%, lemak 5%, pati 45-50%, serat kasar 5% dan abu 4-5%.

Suhu dan Kelembaban

Keadaan suhu dan kelembaban lingkungan tempat pemeliharaan mencit harus diperhatikan, karena hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas mencit tersebut. Apabila kondisi lingkungan tidak sesuai, maka produktivitas yang dicapai tidak akan optimal (Malole dan Pramono, 1989).

Kondisi lingkungan selama penelitian tidak menunjukkan perubahan yang ekstrem terhadap suhu dan kelembaban. Suhu ruangan per hari selama penelitian berkisar antara 25,9-26,2 oC (rerata 26,05 oC) dengan kelembaban ruangan berkisar antara 85-87% (rerata 85,7%). Keadaan suhu dan kelembaban tersebut sesuai dengan pernyataan Malole dan Pramono (1989) yang menyatakan bahwa suhu yang ideal untuk pertumbuhan mencit berkisar antara 21-29 oC dan kelembaban udara dalam kandang yang ideal adalah 30-70%. Sudono (1981), daya adaptasi pertumbuhan mencit lebih baik pada suhu panas yang tetap, dibandingkan dengan suhu panas yang berfluktuasi.

Sifat-sifat Reproduksi Mencit

Jumlah Anak Sepelahiran

(50)
[image:50.612.113.511.100.206.2]

27 Tabel 6. Rerata Jumlah Anak Sepelahiran

Perlakuan Jumlah Anak Sepelahiran

n x ± SB KK

(ekor) (ekor/induk) (%)

Kontrol 2,5 % Kemangi

5,0% Kemangi

20 20 18

8,10 ± 2,01 7,90 ± 1,41 8,17 ± 2,50

24,82 17,85 30,60

Keterangan: n= jumlah induk (ekor); x= rerata; SB= simpangan baku; KK= koefisien keragaman

Penambahan kemangi segar dalam pakan induk tidak berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran. Hal ini salah satunya disebabkan oleh dosis yang diberikan belum optimal dan kondisi lingkungan yang mendukung selama penelitian, sehingga efek stigmasterol yang terkandung dalam kemangi tidak memberikan efek yang positif terhadap jumlah anak sepelahiran, meskipun senyawa tersebut menurut Gunawan (2004) dapat merangsang sekresi hormon estrogen. Dijelaskan lebih lanjut bahwa hormon estrogen sangat besar peranan dan pengaruhnya terhadap fungsi reproduksi betina. Partodihardjo (1982) menyatakan bahwa estrogen membantu memelihara kebuntingan dengan mengatur produksi progresteron dan menstimulasi proses penting dalam pendewasaan fetus dan mempertinggi sensitivitas serabut-serabut urat daging uterus terhadap rangsangan oxcytocin. Manan (2002) estrogen juga berfungsi merangsang pelepasan ovum dari ovarium (ovulasi).

Menurut Tillman et al. (1989) salah satu penyebab kegagalan reproduksi adalah terganggunya proses reproduksi akibat tingginya kadar lemak yang terdapat dalam organ reproduksi. Mulyani dan Gunawan (2004b) menyatakan bahwa kemangi berkhasiat untuk menurunkan kandungan lemak dalam tubuh. Penambahan kemangi diduga memperlancar proses reproduksi, akan tetapi mencit yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit yang sedang dalam tahap tumbuh sehingga kandungan lemak tubuhnya masih rendah. Kandungan lemak yang rendah dalam tubuh tidak akan mengganggu proses reproduksi, karena itulah jumlah anak sepelahiran yang dihasilkan tidak berbeda nyata.

(51)

28 induk menghasilkan jumlah anak sepelahiran yang paling beragam. Hal ini disebabkan karena respon induk terhadap pemberian kemangi segar berbeda-beda. Perbedaan respon dipengaruhi oleh tingkat kesukaan induk terhadap kemangi dan keadaan tubuh induk termasuk tingkat kesehatan.

Bobot Lahir Anak Mencit

[image:51.612.118.509.325.424.2]

Bobot lahir merupakan bobot badan individu pada saat dilahirkan (Toelihere, 1979). Bobot lahir anak mencit yang dihasilkan dari perlakuan kontrol, penambahan 2,5% dan 5% kemangi segar dalam pakan induk berkisar antara 1,45-1,72 g/ekor dengan rerata 1,61 g/ekor (Tabel 7). Hasil ini lebih tinggi dari hasil penelitian Rosa (2004) yang menunjukkan bobot lahir mencit sebesar 1,47 g/ekor dan lebih kecil dari hasil penelitian Jaenudin (2002) yaitu sebesar 1,67 g/ekor.

Tabel 7. Rerata Bobot Lahir Anak Mencit

Perlakuan Bobot Lahir Anak Mencit

n x ± SB KK

(ekor) (g/ekor) (%)

Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi

164 145 110

1,66 ± 0,14 1,72 ± 0,34 1,45 ± 0,19

8,43 19,77 13,10

Keterangan: n= jumlah anak (ekor); x= rerata; SB= simpangan baku; KK= koefisien keragaman

Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan terhadap bobot lahir anak mencit. Berdasarkan Tabel 8 diperoleh rerata bobot lahir anak mencit pada perlakuan kontrol, penambahan 2,5% dan 5% kemangi segar dalam pakan induk masing-masing sebesar 1,66; 1,72 dan 1,45 g/ekor. Penambahan kemangi segar dalam pakan induk tidak berpengaruh terhadap bobot lahir anak mencit yang dihasilkan pada penelitian ini. Hal ini disebabkan induk yang dipakai dalam penelitian ini belum mencapai dewasa tubuh. Selain itu penambahan kemangi yang tidak berpengaruh terhadap bobot lahir anak mencit diduga karena komponen zat pakan yang digunakan sudah memenuhi kebutuhan mencit, sehingga senyawa stigmasterol yang terkandung dalam kemangi tidak memberikan efek positif terhadap bobot lahir anak mencit. Masa kebuntingan merupakan masa pada saat induk membutuhkan tambahan energi untuk memelihara

(52)

29 bahwa bagaimanapun keadaan induk, tercukupinya kebutuhan fetus merupakan prioritas utama. Karena induk yang dipakai masih dalam proses pertumbuhan maka tubuhnya harus menyediaan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan untuk pertumbuhan anak yang dikandunganya, keadaan ini tidak menguntungkan bagi kedua-duanya (Partodihardjo, 1982).

Ukuran tubuh induk ikut menentukan pertumbuhan prenatal, bila ukuran tubuh induk kecil maka pertumbuhan prenatal akan terhambat (Hafez, 1970), sehingga bobot lahir anak mencit pada penelitian ini lebih rendah daripada hasil penelitian Jaenudin (2002) yang menggunakan mencit yang sudah mencapai dewasa tubuh dengan bobot badan 25,25 g/ekor. Dziuk (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan prenatal (selama dalam kandungan) menentukan bobot lahir anak mencit yang merupakan kumulasi pertumbuhan sejak zigot berkembang menjadi embrio dan fetus sampai dilahirkan. Dziuk (1992), bobot lahir anak mencit ditentukan oleh perkembangan embrio selama dalam kandungan. Perkembangan embrio dipengaruhi oleh keadaan uterus yang berfungsi untuk mempersiapkan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Seluruh pengaturan proses ini dilakukan oleh hormon estrogen dan progesteron. Karena itulah bobot lahir anak mencit dari induk yang mendapat tambahan 2,5% kemangi segar dalam pakan lebih tinggi dari perlakuan kontrol, walaupun secara analisis ragam tidak berbeda nyata.

(53)

30 Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Umur Sapih

[image:53.612.120.510.224.630.2]

Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran yang terjadi karena penumpukan jaringan dengan komposisi yang sama dengan jaringan atau organ aslinya (Campbell et al., 2002). Pola pertumbuhan anak mencit didasarkan pada rata-rata bobot badan anak selama pengukuran. Tabel 8 menyajikan data bobot badan anak mencit dari lahir sampai umur sapih.

Tabel 8. Rerata Bobot Badan Anak Mencit (g) sampai Umur Sapih

[[

Umur Anak Mencit (hari)

Bobot Badan Anak Mencit, Jumlah Anak dan Koefisien Keragaman

Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi

1 (Lahir) 3 6 9 12 15 18 21 (Sapih)

1,66 ± 0,14 B n: 164 KK: 8,43

2,42 ± 0,25 AB n: 148 KK: 10,33

3,44 ± 0,25 A n: 133 KK: 7,27

4,78 ± 0,62 a C n: 120 KK: 12,97

5,50 ± 0,69 a CD n: 108 KK: 12,54

6,26 ± 0,94 a DE n: 108 KK: 15,02

7,25 ± 1,29 a E n: 107 KK: 17,79

8,60 ± 1,41 ab F n: 106 KK: 16,40

1,72 ± 0,34 A n: 145 KK: 19,77

2,12 ± 0,51 A n: 132 KK: 24,06

3,08 ± 0,80 AB n: 122 KK: 25,97

3,98 ± 0,98 ab BC n: 105 KK: 24,62

4,86 ± 1,12 a C n: 99 KK: 23,04

5,44 ± 1,30 a CD n: 98 KK: 23,90%

6,62 ± 1,84 a D n: 96 KK: 27,79

9,04 ± 1,64 a E n: 95 KK: 18,14

1,45 ± 0,19 A n: 110 KK: 13,77

1,86 ± 0,67 AB n: 100 KK: 36,56

2,63 ± 0,10 ABC n: 91 KK: 37,64

3,07 ± 1,02 b ABCD n: 72 KK: 33,22

3,46 ± 1,22 b BCD n: 65 KK: 34,97

3,88 ± 1,43 b CD n: 64 KK: 36,86%

4,48 ± 1,64 b D n: 64 KK: 36,61

6,93 ± 1,34 b E n: 62 KK: 19,34

(54)

31 Tabel 8 memperlihatkan bobot badan anak mencit yang sangat berbeda pada umur 9 sampai 21 hari antara induk perlakuan kontrol, perlakuan dengan penambahan 2,5 dan 5% kemangi segar dalam pakan induk. Pada umur 9 hari, pertumbuhan anak mencit yang berasal dari induk perlakuan kontrol dibandingkan pertumbuhan anak mencit yang berasal dari induk perlakuan dengan penambahan 5% kemangi segar dalam pakan menunjukkan pertumbuhan yang sangat berbeda nyata (P<0,01), sedangkan pertumbuhan yang tidak berbeda (P>0,05) terjadi antara anak mencit yang berasal dari induk perlakuan kontrol dibandingkan anak yang berasal dari induk dengan penambahan 2,5% kemangi dan antara anak dari induk dengan penambahan 2,5% kemangi segar dibandingkan anak dari induk dengan penambahan 5% kemangi segar. Pada umur 12, 15 dan 18 hari, pertumbuhan anak mencit yang sangat berbeda (P<0,01) terjadi antara anak mencit yang berasal dari induk perlakuan kontrol dibandingkan anak dari induk dengan penambahan 5% kemangi segar dan antara anak mencit yang berasal dari induk dengan penambahan 2,5% kemangi segar dibandingkan anak dari induk dengan penambahan 5% kemangi segar dalam pakan, sedangkan pertumbuhan anak mencit yang berasal dari perlakuan kontrol dibandingkan anak dari induk dengan penambahan 2,5% kemangi segar tidak menunjukkan perbedaan (P>0,05).

Peningkatan bobot badan anak mencit yang tinggi pada setiap perlakuan pada umur 3 sampai 21 hari menunjukkan pertumbuhan anak mencit yang pesat. Pertumbuhan tersebut masih dalam tahap peningkatan sel tubuh (Campbell et al., 2002). Pada umur 18 sampai 21 hari, pertumbuhan yang sangat pesat terjadi pada anak yang berasal dari perlakuan kontrol, perlakuan dengan penambahan 2,5% dan 5% kemangi segar dalam pakan induk, namun pertumbuhan yang lebih pesat terjadi pada anak yang berasal dari induk yang mendapat mendapat penambahan 2,5% kemangi segar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa anak yang induknya mendapat tambahan kemangi dalam pakan telah mencapai titik puncak pertumbuhan. Hal ini disebabkan senyawa stigmasterol yang terkandung dalam kemangi mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan.

(55)
[image:55.612.188.418.280.439.2]

32 2002). Pada metabolisme tubuh, estrogen menambah sintesis dan sekresi hormon pertumbuhan sehingga dapat menstimulir pertumbuhan sel-sel dalam tubuh, mempercepat pertambahan bobot badan, merangsang korteks kelenjar adrenal untuk lebih banyak meningkatkan metabolisme protein karena adanya retensi nitrogen yang meningkat (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen mempunyai efek anabolik pada tulang rawan, sehingga menambah pertumbuhan. Efek estrogen terjadi pada modifikasi kerangka hewan tikus yaitu penambahan tulang mengikuti pertumbuhan epifise pada anak-anak tikus (Turner dan Bagnara, 1995). Pola pertumbuhan anak mencit diperlihatkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Kurva Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Umur Sapih Berdasarkan analisis ragam, anak mencit yang diukur selama penelitian memperlihatkan pertumbuhan yang sangat pesat dan nyata meningkat dari umur satu ke umur berikutnya pada anak mencit dari semua perlakuan. Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi pada umur 18 sampai 21 hari pada anak mencit yang berasal dari induk dengan penambahan 2,5% dan 5% kemangi segar dalam pakan. Pertumbuhan yang pesat ini juga terjadi pada anak mencit dari induk perlakuan kontrol tetapi tidak sepesat pada anak dari induk dengan penambahan 2,5 dan 5% kemangi. Pertumbuhan anak mencit sampai umur sapih sangat dipengaruhi oleh kemampuan induk dalam mengasuh anak terutama dalam penyediaan air susu bagi anak-anaknya.

0 2 4 6 8 10

1 3 6 9 12 15 18 21

Pengukuran (hari ke)

Rerata Bobot Badan (g/ekor)

(56)

33 Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Lahir sampai Sapih

[image:56.612.119.506.200.556.2]

Parakkasi (1999) menyatakan bahwa pertambahan berat jaringan dan organ-organ adalah akibat proses hiperplasia yaitu pertambahan jumlah sel dan hipertrofi yaitu pertambahan besar sel-sel dari jaringan atau organ-organ tersebut. Pertambahan bobot badan anak mencit selama masa penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit (g) sampai Umur Sapih Umur Anak

Mencit (hari)

Pertambahan Bobot Badan, Jumlah Anak dan Koefisien Keragaman Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi 1-3 3-6 6-9 9-12 12-15 15-18 18-21

1,54 ± 0,43 n: 164 KK: 27,92

2,06 ± 0,60 n: 148 KK: 29,13

2,68 ± 0,86 a n: 133 KK: 32,09

1,44 ± 0,44 ab n: 120 KK: 30,56

1,52 ± 0,68 a n: 108 KK: 44,74

1,97 ± 1,87 n: 108 KK: 94,92

2,46 ± 1,53 n: 107 KK: 62,20

1,46 ± 0,64 n: 145 KK: 43,84

1,91 ± 0,76 n: 132 KK: 39,79

1,80 ± 0,60 b n: 122 KK: 33,33

1,76 ± 0,81 a n: 105 KK: 46,02

1,17 ± 0,46 ab n: 99 KK: 39,32

2,35 ± 2,38 n: 98 KK: 99,17

2,68 ± 2,48 n: 96 KK: 92,20

1,40 ± 0,64 A n: 110 KK: 45,71

1,56 ± 0,85 A n: 100 KK: 54,49

0,87 ± 0,23 c A n: 91 KK: 26,44

0,78 ± 0,49 b A n: 72 KK: 62,82

0,86 ± 0,57 b A n: 65 KK: 66,28

1,19 ± 0,55 AB n: 64 KK: 46,22

1,91 ± 1,04 B n: 64 KK: 54,45

Keterangan: Huruf kecil yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata, huruf besar yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata; n= jumlah anak (ekor); KK= koefisien keragaman (%)

(57)
[image:57.612.175.430.411.562.2]

34 anak mencit yang berasal dari induk perlakuan dengan penambahan 5% kemangi segar dalam pakan menunjukkan pertambahan bobot badan yang sangat berbeda nyata (P<0,01), sedangkan pertambahan bobot badan yang tidak berbeda (P>0,05) terjadi antara anak mencit yang berasal dari induk perlakuan kontrol dibandingkan anak yang berasal dari induk dengan penambahan 2,5% kemangi segar dan antara anak mencit yang berasal dari perlakuan kontrol dibandingkan anak mencit dari induk deng

Gambar

Tabel 1.  Sifat Biologis Mencit
Tabel 2. Komponen Kimia  Kemangi
Tabel 3. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Segar
Gambar 1. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun dari hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis ditolak yang berarti tidak terdapat peran dari psychological capital terhadap konflik peran ganda pada wanita

Untuk memudahkan proses pembuatan aplikasi pencarian informasi barang, promosi dan lokasi pada minimarket Yomart ini, maka terlebih dahulu membuat rancangan antar

JUMLAH PEGAWAI TENAGA KERJA ASING TENAGA KERJA ASING TENAGA KERJA ASING TENAGA KERJA ASING 3 KOMISARIS. KOMISARIS KOMISARIS

Kesimpulan penelitian ini adalah pengelolaan pemerintahan yang baik dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip supremasi hukum, keadilan, demokratisasi, partisipasi,

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Penggunaan sosial media yang baik dan tepat oleh bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya akan sangat membantu untuk meningkatkan

Dengan menggunakan metode fuzzy sugeno, pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa teknik kendali fuzzy mampu menghasilkan respon seperti yang diharapkan yaitu

Pada tahun 2000 Kementerian Pendidikan Malaysia telah memperkenalkan subjek komponen sastera dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Melayu di sekolah-sekolah menengah seluruh