• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAPORAN BERKELANJUTAN OLEH PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAPORAN BERKELANJUTAN OLEH PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PELAPORAN BERKELANJUTAN OLEH PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA Birowo Yasbie Kanigoro

Birowo.yasbie.k@mail.ugm.ac.id Program Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada Jl. Humaniora No.1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik pelaporan keberlanjutan oleh perguruan tinggi di Indonesia dengan mengetahui saluran pelaporan yang digunakan oleh perguruan tinggi dan kesesuaian pengungkapan informasi dengan indikator GRI G4 dan instrumen penilai keberlanjutan kampus. Penelitian ini menggunakan rerangka dengan 73 indikator yang didasarkan pada GRI dan instrumen penilai keberlanjutan kampus untuk menganalisis informasi yang diungkapkan oleh perguruan tinggi di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi keberlanjutan yang dilakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia lebih rendah jika dibandingkan dengan perguruan tinggi di Kanada dan Lithuania.

Pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia masih berada pada lingkup yang terbatas dan belum ada perguruan tinggi yang mengungkapkan informasi berkelanjutan dalam laporan yang terintegrasi.

ABSTRACT

Kata kunci: Pelaporan berkelanjutan, GRI, Perguruan tinggi

This study aims to describe sustainability reporting practices by universities in Indonesia by knowing the reporting channel used by universities and the conformity of information disclosure with GRI G4 indicator and campus sustainability assessment instrument. This study uses a framework with 73 indicators based on GRI and a campus sustainability assessment instrument to analyze information disclosed by universities in Indonesia. The results of the analysis show that the level of disclosure of sustainability information conducted by universities in Indonesia is lower when compared with universities in Canada and Lithuania.

Disclosure of information undertaken by universities in Indonesia remains limited in scope and no universities disclose sustainability information in an integrated report.

Keywords: Sustainability reporting, GRI, University

(2)

1 1. PENDAHULUAN

Meningkatnya perhatian dan kesadaran terhadap lingkungan membuat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tidak hanya dituntut untuk menghasilkan laba, tetapi juga harus berfokus pada aspek manusia dan lingkungan melalui konsep triple bottom line (profit, people, planet). Pembangunan berkelanjutan telah menjadi norma tidak tertulis bagi pemerintahan dan beberapa sektor ekonomi, termasuk perguruan tinggi (Fonseca et al. 2011). Laporan berkelanjutan akan memungkinkan entitas untuk mengomunikasikan peran dan kontribusinya dalam pembangunan berkelanjutan kepada pemegang pancangnya. Meskipun telah banyak penelitian mengenai pelaporan berkelanjutan, tetapi masih sedikit yang meneliti pelaporan berkelanjutan oleh perguruan tinggi. Padahal, perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam pembangunan berkelanjutan di beberapa area berikut ini (Amaral, Martins, dan Gouveia 2015):

a. Penelitian mengenai pembangunan berkelanjutan;

b. Kegiatan operasi kampus yang ramah lingkungan dan inisiatif sosial untuk meningkatkan kehidupan masyarakat di sekitar perguruan tinggi;

c. Keterlibatan dalam kehidupan masyarakat;

d. Pendidikan pembangunan berkelanjutan; dan e. Penilaian dan pelaporan.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang terkait dengan praktik pelaporan berkelanjutan oleh perguruan tinggi di Indonesia untuk mendeskripsikan usaha perguruan tinggi dalam mengomunikasikan peranannya dalam pembangunan berkelanjutan kepada pemegang pancangnya.

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah praktik pengungkapan informasi berkelanjutan (sustainability information) oleh perguruan tinggi di Indonesia?

2. Informasi berkelanjutan (sustainability information) apa saja yang telah diungkapkan oleh perguruan tinggi di Indonesia?

3. Bagaimana kesesuaian pelaporan informasi berkelanjutan (sustainability information) yang diungkapkan oleh perguruan tinggi di Indonesia dengan indikator GRI G4 dan instrumen penilai keberlanjutan kampus (campus sustainability assessment tools)?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pelaporan berkelanjutan oleh perguruan tinggi di Indonesia,

(3)

3 2. Menilai kesesuaian pelaporan berkelanjutan oleh perguruan tinggi dengan standar GRI G4

dan instrumen penilai keberlanjutan kampus (campus sustainability assessment tools).

2. LANDASAN TEORI

Teori Pemegang Pancang (Stakeholder Theory)

Freeman (1984) mendeskripsikan pemegang pancang sebagai kelompok atau individu yang terkena dampak positif dan negatif dari aktivitas organisasi, dan merupakan pihak yang haknya dihargai atau dilanggar oleh aktivitas organisasi. Marshall et al. (2010) menyatakan bahwa pemimpin perguruan tinggi harus berperan sebagai agen dari semua pemegang pancang dan sebaiknya berkomunikasi dengan semua pemegang pancangnya melalui pelaporan berkelanjutan. Berpartisipasi dalam pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan perguruan tinggi untuk menciptakan kondisi masyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan dan secara tidak langsung akan membuat perguruan tinggi dapat berlanjut (sustain).

Semua usaha perguruan tinggi dalam pembangunan berkelanjutan harus dapat diakses oleh semua pemegang pancangnya, hal tersebut dapat diwujudkan melalui pengungkapan laporan berkelanjutan. Dalam konteks pelaporan berkelanjutan, perguruan tinggi dapat melakukan pelaporan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemegang pancang dan meyakinkan pemegang pancang bahwa perguruan tinggi telah menjalankan kegiatan operasi yang selaras dengan kepentingan pemegang pancangnya.

Teori Legitimasi

Legitimasi dipahami sebagai persepsi umum atau asumsi bahwa tindakan entitas diinginkan, tepat, atau cocok dengan konstruk sosial seperti norma, nilai, keyakinan dan definisi (Suchman 1995, 574). Lindblom (1994) mendefinisikan legitimasi sebagai kondisi atau status yang ada pada saat sistem nilai organisasi sesuai dengan sistem nilai dari sistem sosial dimana organisasi berada. Saat terjadi atau terdapat potensi perbedaan sistem nilai, maka terdapat ancaman bagi legitimasi organisasi.

Laporan berkelanjutan dapat membantu perguruan tinggi untuk mendapatkan atau mempertahankan persetujuan dari masyarakat dan dengan persetujuan dari masyarakat tersebut, organisasi dapat berlanjut (sustain). Laporan keberlanjutan dapat digunakan oleh perguruan tinggi untuk membangun keterpercayaan dan kredibilitas dengan peningkatan tranparansi. Masyarakat dan pemerintah juga dapat menilai kesesuaian operasi perguruan tinggi dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat melalui laporan berkelanjutan.

(4)

4 Dengan mengungkapkan informasi keberlanjutan, perguruan tinggi menyampaikan pesan kepada pemegang pancangnya bahwa operasi mereka sesuai dengan harapan pemegang pancang dan secara tidak langsung menjaga legitimasi mereka.

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development)

Definisi pembangunan berkelanjutan menurut Laporan Brundtland (1987) adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Perguruan tinggi dapat memfasilitasi kebutuhan pemikiran mengenai keberlanjutan melalui pengajaran, kurikulum dan penelitian.

Pendidikan merupakan komponen inti untuk mencapai dunia yang berlanjut (Zachariou, Kaila, dan Katsikis 2008). Perguruan tinggi merupakan “pembentuk nilai masyarakat” dan

“organisasi yang memiliki pengaruh pembangunan berkelanjutan” (Godemann et al. 2014).

Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan

Salah satu peran penting dari sektor pendidikan adalah memastikan pembangunan masyarakat dan ekonomi. Perguruan tinggi memberikan pendidikan pada pegawai masa depan, mentransfer pengetahuan pada industri dan melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi untuk masa depan yang lebih baik (Zorio-Grima, Sierra-García, dan Garcia-Benau 2018).

Keberlanjutan perguruan tinggi merupakan pertanyaan global untuk pemimpin perguruan tinggi karena aktivitas operasi perguruan tinggi memiliki pengaruh terhadap lingkungan;

perguruan tinggi merupakan industri dan bagian dari masyarakat dan tidak dipungkiri membuat kerusakan lingkungan dari konsumsi energi dan material (Viebahn 2002). Dengan menyebarluaskan pembangunan intelektual yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan, maka diharapkan akan terjadi perbaikan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan manusia dan kegiatan ekonomi yang manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi sekarang dan masa depan (Dabija dan Băbuţ 2013).

Laporan Berkelanjutan (Sustainability Reporting)

Penting untuk mengevaluasi dan mendorong keterlibatan perguruan tinggi dalam pembangunan berkelanjutan. Pelaporan berkelanjutan dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi dan mengomunikasikan keterlibatan perguruan tinggi dalam pembangunan berkelanjutan. Pelaporan berkelanjutan merupakan aktivitas sukarela dengan dua tujuan utama:

(1) untuk menilai progres organisasi menuju keberlanjutan, dan (2) untuk mengomunikasikan progres usaha organisasi dalam dimensi lingkungan dan sosial kepada pemegang pancang (Dalal-Clayton dan Bass 2002; Global Reporting Initiative 2014).

(5)

5 Pelaporan berkelanjutan oleh perguruan tinggi diperlukan untuk mengidentifikasi dan memenuhi harapan kelompok-kelompok pemegang pancangnya dan membangun saluran komunikasi dengan pemegang pancang; kebutuhan tersebut dapat dipenuhi menggunakan website dan laporan perguruan tinggi (Zorio-Grima, Sierra-García, dan Garcia-Benau 2018).

Pelaporan berkelanjutan memungkinkan perguruan tinggi menjadi transparan mengenai kewajiban pertanggungjelasan dan pelayanan (Alonso-Almeida et al. 2014). Pelaporan berkelanjutan oleh perguruan tinggi bertujuan untuk mengomunikasikan misi dan nilai perguruan tinggi, kegiatan operasi dan kinerja yang terkait dengan masalah keberlanjutan yang tidak dapat dipenuhi oleh pelaporan tradisional oleh perguruan tinggi yang hanya berfokus pada proyek penelitian, publikasi, paten, lulusan, kurikulum dan informasi keuangan (Garde, Rodríguez, dan López 2013).

3. METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk mendeskripsikan suatu masalah, situasi dan kejadian; penelitian deskriptif biasnya didesain untuk mengumpulkan data yang memungkinkan peneliti untuk mendeskripsikan pribadi, kejadian atau situasi; penelitian deskriptif dapat membantu peneliti untuk memahami karakteristik suatu kelompok dalam situasi tertentu (Sekaran dan Bougie 2013, 97).

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perguruan tinggi di Indonesia. Jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang terdaftar di Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia pada tahun 2017 adalah 3.276 perguruan tinggi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 perguruan tinggi yang merupakan 20 perguruan tinggi terbaik pada peringkat Dikti tahun 2017. Karena merupakan perguruan tinggi terbaik menurut Dikti, sampel akan mencerminkan praktik dan tren terbaik perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang diambil dari panduan pelaporan GRI G4 dan instrumen penilai keberlanjutan kampus. Panduan pelaporan GRI merupakan panduan pelaporan keberlanjutan yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, tia menyediakan set indikator yang komprehensif dan memungkinkan semua jenis organisasi untuk mengungkapkan kinerja keberlanjutan sosial, lingkungan, dan ekonomi mereka (Global Reporting Initiative 2018).

(6)

6 Peneliti menggunakan panduan GRI G4 dalam penelitian ini karena dua alasan.

Pertama, dibandingkan dengan panduan pelaporan berkelanjutan yang lain, GRI memiliki latar belakang ekperimentasi yang lebih baik. Hingga saat ini, panduan GRI telah menjadi acuan panduan pelaporan berkelanjutan di seluruh dunia. Alasan kedua penulis menggunakan panduan GRI G4 adalah, GRI dianggap sebagai alat yang dapat mengharmonisasikan banyak pendekatan terkait pelaporan berkelanjutan oleh perguruan tinggi (Lozano 2006b; Newport, Chesnes, dan Lindner 2003). Keterbatasan dari panduan GRI adalah tidak mencakup indikator yang terkait dengan keberlanjutan dalam penelitian, bangunan ramah lingkungan, kantin, dan isu lain yang relevan untuk perguruan tinggi (Fonseca et al. 2011). Untuk mengisi keterbatasan tersebut, maka peneliti menggunakan rerangka berupa 20 indikator instrumen penilai keberlanjutan kampus yang diadopsi dari penelitian Fonseca et al. (2011).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dokumen.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang tersedia untuk publik yang dimuat dalam laporan dan website perguruan tinggi.

Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten. Analisis konten adalah teknik penelitian untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat direplikasi dan valid dari teks (atau hal lain) pada konteks penggunaannya (Krippendorff 2004, 18). Downe-Wamboldt (1992) mendeskripsikan analisis konten sebagai metode penelitian yang menyediakan cara sistematik dan objektif untuk membuat kesimpulan yang valid dari data verbal, visual, atau tertulis dengan tujuan untuk mendiskripsikan dan mengkuantifikasikan fenomena spesifik.

Analisis konten secara kualitatif meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pengumpulan data, analisis data dan kompilasi yang dielaborasi sebagai berikut (Bengtsson 2016):

1. Tahap Perencanaan

Semua penelitian akan dimulai dengan menentukan apa yang ingin ditemukan oleh peneliti, dari siapa dan bagaimana (Bengtsson 2016). Pada tahap ini dilakukan penentuan tujuan, sampel dan unit analisis.

2. Tahap Pengumpulan data

Pertanyaan dalam penelitian ini akan dijawab menggunakan analisis dari data yang berupa informasi dan laporan yang diterbitkan pada tahun 2017 dan website perguruan tinggi.

(7)

7 3. Tahap Analisis data

Tahap analisis data bertujuan untuk mengorganisir dan memperoleh makna dari data yang dikumpulkan, sehingga dapat dibuat kesimpulan yang valid dan realistik (Polit dan Beck 2006). Proses analisis data meliputi empat langkah, yaitu dekontekstualisasi, rekontekstualisasi, kategorisasi, dan kompilasi. Seluruh tahapan dalam analisis konten dalam penelitian ini akan disertakan penulis pada bagian lampiran. Berikut empat tahapan proses analisis data, yaitu:

a. Dekontekstualisasi

Dalam proses ini, peneliti membaca data dan membuat daftar kode. Peneliti harus membuat daftar kode dan penjelasan dari kode untuk mengurangi perubahan kognitif pada proses analisis untuk menjaga reliabilitas (Downe-Wamboldt 1992; Morse dan Richards 2002). Dalam penelitian ini, daftar kode berbentuk rerangka tick box yang diadopsi dari standar pelaporan GRI G4 dan instrumen penilai keberlanjutan kampus (campus sustainability assessment tools) yang diadopsi dari penelitian Fonseca et al. (2011).

b. Rekontekstualisasi

Dalam proses ini, peneliti mengidentifikasi dan melabeli unit bermakna dalam data dengan kode berdasarkan indikator yang ada, kemudian peneliti membaca kembali teks asli dan memastikan semua unit bermakna sudah tercatat (Bengtsson 2016).

c. Kategorisasi

Dalam proses ini, peneliti mengelompokkan data laporan dan informasi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi ke dalam kategori yang dibuat berdasarkan standar pelaporan GRI G4 dan instrumen penilai keberlanjutan kampus (campus sustainability assessment tools) yang diadopsi dari penelitian Fonseca et al. (2011).

d. Kompilasi

Dalam proses kompilasi, peneliti melakukan proses analisis berdasarkan kategori, melakukan uji reliabilitas dan membuat kesimpulan. Reliabilitas internal didapatkan saat peneliti independen melakukan analisa ulang atas informasi dan menemukan hasil yang sama dengan peneliti asli (Zohrabi 2013). Menurut Milne dan Adler (1999), reliabilitas dalam analisis konten dapat diuji menggunakan dua cara, yaitu:

1. Pembuktian bahwa data yang diproduksi dari proses analisis reliabel.

2. Reliabilitas yang terkait dengan instrumen pengodean.

Karena instrumen pengodean yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari panduan pelaporan GRI, yang merupakan panduan pelaporan keberlanjutan yang paling banyak digunakan di seluruh dunia dan instrumen penilai keberlanjutan kampus yang

(8)

8 diadopsi dari penelitian Fonseca et al. (2011) yang sudah melalui pengujian reliabilitas sebelumnya, maka pengujian reliabilitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini hanya untuk menguji reliabilitas data yang diproduksi.

Cara paling umum untuk membuktikan reliabilitas data yang diproduksi adalah mengunakan metode pengode ganda (multiple coder) dan membandingkan perbedaan penilaian antar pengode atau menganalisa perbedaan yang ada kemudian menyelesaikannya dengan jejak pendapat antar pengode (Milne dan Adler 1999). Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan kolega yang memiliki pengetahuan akuntansi untuk melakukan tes ulang penilaian pengungkapan yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi menggunakan standar GRI G4 dan instrumen penilai keberlanjutan kampus.

4. Tahap Pelaporan dan Penyajian

Laporan suatu usaha penelitian adalah ulasan resmi dari apa yang dilakukan, kenapa penelitian dilakukan, hasil-hasilnya dan kontribusinya bagi pengetahuan yang ada (Krippendorff 1991, 291-292). Tahap pelaporan dan penyajian memungkinkan rasionalitas hasil penelitian dievaluasi oleh berbagai pihak.

4. PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perguruan tinggi di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 perguruan tinggi yang merupakan 20 perguruan tinggi terbaik pada peringkat Dikti tahun 2017. Dua puluh perguruan tinggi terbaik tersebut adalah Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Diponegoro (UD), Universitas Airlangga (UA), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Hasanuddin (UH), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Andalas (UAN), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Padjajaran (UP), Universitas Negeri Malang (UNM), Universitas Negeri Semarang (UNES), Universitas Udayana (UU), Universitas Lampung (UL), Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Jember (UJ). Sumber data penelitian diperoleh melalui laporan keuangan, laporan tahunan, laporan rektor, dan website masing-masing perguruan tinggi. Informasi mengenai sumber data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

(9)

9 Bagaimanakah praktik pengungkapan informasi berkelanjutan (sustainability information) oleh perguruan tinggi di Indonesia?

Hasil analisis mengenai pengungkapan informasi berkelanjutan oleh perguruan tinggi menunjukkan bahwa sarana pengungkapan informasi berkelanjutan yang paling banyak digunakan oleh perguruan tinggi adalah website (20), laporan keuangan (15), laporan tahunan (8), dan yang paling sedikit digunakan adalah laporan rektor (3). Hasil ini menunjukkan bahwa praktik pengungkapan informasi berkelanjutan oleh perguruan tinggi di Indonesia masih beragam bentuknya. Tabel 4.1 berikut ini menampilkan saluran informasi yang digunakan oleh masing-masing perguruan tinggi.

Tabel 4. 1 Sumber Informasi Berkelanjutan Perguruan Tinggi

No. Nama Perguruan Tinggi

Sumber Informasi Berkelanjutan Persentase Tingkat Ketersediaan

Sumber Informasi Laporan

Keuangan

Laporan Tahunan

Laporan

Rektor Website

1 Universitas Gadjah Mada    75%

2 Institut Teknologi Bandung   50%

3 Institut Pertanian Bogor    75%

4 Universitas Indonesia    75%

5 Institut Teknologi Sepuluh

Nopember  25%

6 Universitas Diponegoro  25%

7 Universitas Airlangga   50%

8 Universitas Brawijaya    75%

9 Universitas Hasanuddin    75%

10 Universitas Negeri

Yogyakarta    75%

11 Universitas Sebelas Maret    75%

12 Universitas Andalas   50%

13 Universitas Pendidikan

Indonesia   50%

14 Universitas Padjajaran    75%

15 Universitas Negeri Malang   50%

16 Universitas Negeri

Semarang     100%

17 Universitas Udayana  25%

18 Universitas Lampung  25%

19 Universitas Sumatera Utara    75%

20 Universitas Jember  25%

Jumlah 15 (75%) 8 (40%) 3 (15%) 20

(100%)

(10)

10 Dalam proses identifikasi penelitian ini, sumber informasi berkelanjutan dikategorikan berasal dari laporan keuangan, laporan tahunan, laporan rektor dan website dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Laporan keuangan, jika perguruan tinggi menerbitkan laporan laba rugi dan neraca.

2. Laporan tahunan, jika perguruan tinggi menerbitkan laporan yang memiliki periode satu tahun. Beberapa perguruan tinggi yang menjadi sampel penelitian ini memiliki judul laporan tahunan yang berbeda-beda.

3. Laporan rektor, jika perguruan tinggi menerbitkan pidato rektornya dalam bentuk laporan rektor.

4. Website, jika perguruan tinggi memiliki website yang berisi informasi mengenai profil organisasi dan informasi program studi. Untuk alamat website masing-masing perguruan tinggi disertakan peneliti pada bagian lampiran.

Berdasarkan hasil identifikasi dalam tabel 4. 1, sarana pengungkapan informasi paling populer yang digunakan oleh perguruan tinggi adalah website. Mayoritas informasi yang diungkapkan dalam website perguruan tinggi adalah informasi pada kategori standar pengungkapan umum yaitu profil organisasi, program studi, penelitian, proyek perguruan tinggi, tata kelola, serta etika dan integritas.

Beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Padjajaran, dan Universitas Sumatera Utara menyertakan laporan keuangannya pada laporan tahunan sedangkan Universitas Sebelas Maret menyertakan laporan keuangannya pada laporan tahunan rektor. Lima perguruan tinggi yaitu Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Diponegoro, Universitas Udayana, Universitas Lampung dan Universitas Jember tidak menyertakan laporan keuangannya dalam laporan tahunan, laporan rektor, dan website-nya. Tidak diterbitkannya laporan keuangan oleh beberapa perguruan tinggi menunjukkan bahwa beberapa perguruan tinggi kurang peduli terhadap kebutuhan informasi pemegang pancang, hal tersebut tercermin dalam kurang terbukanya akses informasi bagi pemegang pancang. Untuk informasi yang diungkapkan oleh perguruan tinggi dalam sarana pengungkapan informasi yang tersedia akan dibahas lebih rinci pada sub-bab berikutnya.

Informasi berkelanjutan (sustainability information) apa saja yang telah diungkapkan oleh perguruan tinggi di Indonesia?

Tiga kategori dan subkategori yang paling umum diungkapkan oleh perguruan tinggi di Indonesia adalah standar pengungkapan umum (69%), penelitian (65%) dan ekonomi (48%).

(11)

11 Hal ini dikarenakan indikator yang ada dalam kategori standar pengungkapan umum dan ekonomi seperti profil, strategi, dan kinerja ekonomi merupakan hal yang umum diungkapkan oleh suatu entitas, sedangkan penelitian merupakan salah satu kegiatan utama perguruan tinggi, maka wajar jika subkategori ini banyak diungkapkan oleh perguruan tinggi. Subkategori yang paling sedikit diungkapkan adalah hak asasi manusia (8%), masyarakat (17%), dan bangunan ramah lingkungan dan pengadaan (19%). Persentase tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan yang dilakukan oleh perguruan tinggi Indonesia masih berada pada lingkup yang terbatas. Grafik 4.1 berikut ini menunjukkan tingkat pengungkapan informasi keberlanjutan oleh perguruan tinggi.

Grafik 4.1 Tingkat Pengungkapan Informasi Keberlanjutan oleh Perguruan Tinggi

Rendahnya pengungkapan beberapa indikator oleh perguruan tinggi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:

1. Perguruan tinggi tidak melakukan praktik yang terkait dengan informasi dalam indikator, 2. Perguruan tinggi telah melakukan praktik yang terkait dengan informasi dalam indikator, tetapi karena proses dokumentasi yang kurang baik dan terintegrasi, maka perguruan tinggi tidak dapat mengungkapkan informasi tersebut,

3. Perguruan tinggi Indonesia hanya mengungkapkan informasi kepada pihak berotoritas, sehingga informasi tersebut tidak dapat diakses oleh publik.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan panduan GRI untuk menilai keberlanjutan perguruan tinggi masih membutuhkan banyak penyesuaian karena banyak indikator dalam GRI yang terkait dengan hak asasi manusia, masyarakat, dan praktik ketenagakerjaan masih belum dilaporkan oleh perguruan tinggi. Meskipun perguruan tinggi

69%

48%

25%

22%

8%

17%

30%

65%

24%

19%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Standar Pengungkapan Umum Ekonomi Lingkungan Praktik Ketenagakerjaan dan…

Hak Asasi Manusia Masyarakat Tanggung Jawab Produk Penelitian Kurikulum dan pengajaran Bangunan ramah lingkungan dan…

(12)

12 dapat membuat kebijakan atau program baru untuk melaporkan indikator tersebut, tetapi batasan kos-manfaat (cost-benefit constraint) dari implementasi kebijakan baru tersebut harus dipertimbangkan. Terdapat indikator yang lebih penting untuk dilengkapi oleh perguruan tinggi seperti bangunan ramah lingkungan dan kurikulum. Pendapat ini didukung oleh argumen dari Fonseca et al. (2011) dan Orr dan Eagan (1992) berikut ini.

Bangunan memiliki peran pedagogik dalam kehidupan mahasiswa, staff dan fakultas (Fonseca et al. 2011). Desain dari bangunan dan lanskap perguruan tinggi memang terkesan tidak memiliki pengaruh terhadap proses pendidikan, tetapi faktanya bangunan dan lanskap mencerminkan kurikulum tersembunyi yang memiliki pengaruh yang kuat pada proses pendidikan (Orr dan Eagan 1992).

Dalam konteks perguruan tinggi, penelitian dan pendidikan merupakan kegiatan utama dari organisasi. Jumlah pengungkapan yang signifikan pada indikator penelitian menunjukkan bahwa perguruan tinggi Indonesia sudah berupaya untuk mengukur progres kegiatan penelitian yang dilakukannya. Sedangkan rendahnya pengungkapan indikator kurikulum dan pengajaran menunjukkan bahwa progres implementasi prinsip keberlanjutan dalam materi perkuliahan belum diukur dengan sistematis oleh perguruan tinggi di Indonesia.

Rendahnya pengungkapan indikator kurikulum dan pengajaran merepresentasikan belum adanya penanaman prinsip-prinsip keberlanjutan melalui kegiatan pengajaran yang diseleggarakan oleh perguruan tinggi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi di Indonesia masih belum berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan melalui penanaman pemikiran.

Bagaimana kesesuaian pelaporan informasi berkelanjutan (sustainability information) yang diungkapkan oleh perguruan tinggi di Indonesia dengan indikator GRI G4 dan instrumen penilai keberlanjutan kampus (campus sustainability assessment tools)?

Berdasarkan hasil kodifikasi data, terlihat bahwa rata-rata perguruan tinggi Indonesia hanya mengungkapkan 31% dari seluruh indikator. Perguruan tinggi yang pengungkapannya paling komprehensif adalah Universitas Negeri Semarang (45 indikator, 62% sesuai), dan yang mengungkapkan paling sedikit indikator adalah Universitas Udayana (10 indikator, 14%

sesuai). Dengan nilai rata-rata pengungkapan yang berada pada angka 31% dan hanya 10%

(2) perguruan tinggi yang memiliki persentase kesesuaian di atas 50 %, maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi keberlanjutan oleh perguruan tinggi di Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan perguruan tinggi di Kanada yang memiliki

(13)

13 persentase kesesuaian sebesar 37% dan perguruan tinggi di Lithuania yang memiliki persentase kesesuaian sebesar 48%.

Rendahnya pengungkapan informasi keberlanjutan oleh perguruan tinggi Indonesia menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat dunia dalam beberapa deklarasi internasional yang disebutkan pada bab 2 belum efektif dalam memengaruhi perguruan tinggi Indonesia untuk melakukan perubahan dalam praktik penyelenggaraan pendidikan dan pengambilan kebijakan yang lebih ramah lingkungan. Rendahnya pengungkapan juga menunjukkan minimnya antusiasme perguruan tinggi Indonesia dalam pelaporan berkelanjutan dan perguruan tinggi Indonesia belum berkontribusi secara aktif dalam pembangunan berkelanjutan.

Dari 20 sampel juga belum terdapat perguruan tinggi yang melakukan pengungkapan informasi berkelanjutan yang terintegrasi dalam satu laporan. Hal tersebut disebabkan karena belum adanya aturan yang mengharuskan perguruan tinggi untuk menerbitkan laporan keberlanjutan yang terintegrasi. Rendahnya pengungkapan dan tidak terintegrasikannya informasi keberlanjutan yang diungkapkan oleh perguruan tinggi Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan berikut:

1. Pembangunan berkelanjutan belum menjadi tujuan dan belum dianggap penting oleh pemegang pancang perguruan tinggi Indonesia. Hal ini menyebabkan rendahnya tuntutan pemegang pancang kepada perguruan tinggi untuk mengungkapan informasi keberlanjutan. Rendahnya tuntutan pemegang pancang tersebut menyebabkan rendahnya pengungkapan yang dilakukan oleh perguruan tinggi.

2. Rendahnya kepedulian terhadap lingkungan mengakibatkan operasi ramah lingkungan belum menjadi norma dalam masyarakat Indonesia, sehingga tingkat pengungkapan informasi berkelanjutan tidak memengaruhi legitimasi perguruan tinggi.

3. Pemegang pancang perguruan tinggi belum memiliki harapan adanya praktik keberlanjutan oleh perguruan tinggi, sehingga harapan pemegang pancang telah terpenuhi dengan pengungkapan yang dilakukan perguruan tinggi. Atau sebenarnya harapan pemegang pancang belum terpenuhi, tetapi karena sedikitnya saluran pengaduan ketidakpuasan, maka ketidakpuasan pemegang pancang tidak tersampaikan.

Terlepas dari beberapa kemungkinan di atas, perguruan tinggi tetap memiliki kewajiban moral untuk mengedukasi masyarakat mengenai dampak kegiatan operasinya terhadap lingkungan. Perguruan tinggi Indonesia juga perlu meningkatkan pengungkapan informasi keberlanjutan yang telah tia lakukan.

5. SIMPULAN

Berdasarkan analisis di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang diuraikan sebagai berikut:

(14)

14 1. Terkait dengan pertanyaan penelitian pertama, saluran pelaporan dan bentuk laporan yang digunakan oleh perguruan tinggi di Indonesia masih beragam dan saluran pelaporan yang paling populer digunakan oleh perguruan tinggi adalah website. Masih terdapat perguruan tinggi yang tidak menyajikan laporan keuangan. Laporan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi juga masih belum terintegrasi.

2. Terkait dengan pertanyaan penelitian kedua, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

- Kategori dan subkategori yang paling banyak diungkapkan oleh perguruan tinggi adalah pengungkapan umum dengan rerata sebesar 69%, penelitian dengan rerata sebesar 65% dan ekonomi dengan rerata sebesar 48%. Subkategori yang paling sedikit diungkapkan adalah hak asasi manusia dengan rerata sebesar 8%, masyarakat dengan rerata sebesar 17%, dan bangungan ramah lingkungan dan pengadaan dengan rerata sebesar 19%. Hal ini menggambarkan bahwa informasi yang diungkapkan oleh perguruan tinggi masih terbatas pada lingkup profil organisasi, strategi dan tata kelola.

Untuk pengungkapan informasi dalam kategori Standar Pengungkapan Khusus, terutama yang terkait dengan lingkungan dan sosial masih rendah.

- Rendahnya pengungkapan beberapa indikator oleh perguruan tinggi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini: (1) Perguruan tinggi tidak melakukan praktik yang terkait dengan informasi dalam indikator, (2) Perguruan tinggi telah melakukan praktik yang terkait dengan informasi dalam indikator, tetapi karena proses dokumentasi yang kurang baik dan terintegrasi, maka perguruan tinggi tidak dapat mengungkapkan informasi tersebut, (3) Perguruan tinggi Indonesia hanya mengungkapkan informasi kepada pihak berotoritas, sehingga informasi tersebut tidak dapat diakses oleh publik.

- Penggunaan panduan GRI untuk menilai keberlanjutan perguruan tinggi masih membutuhkan banyak penyesuaian karena banyak indikator dalam GRI yang terkait dengan hak asasi manusia, masyarakat, dan praktik ketenagakerjaan masih belum dilaporkan oleh perguruan tinggi. Meskipun perguruan tinggi dapat membuat kebijakan atau program baru untuk melaporkan indikator tersebut, tetapi batasan kos-manfaat (cost-benefit constraint) dari implementasi kebijakan baru tersebut harus dipertimbangkan.

- Penting bagi perguruan tinggi Indonesia untuk melengkapi pengungkapan informasi yang terkait dengan bangunan ramah lingkungan dan kurikulum. Terdapat dua argumen yang mendukung kesimpulan ini, yaitu argumen dari Fonseca et al. (2011) dan Orr dan Eagan (1992) yang telah diuraikan pada bab 4. Dalam konteks perguruan tinggi,

(15)

15 penelitian dan pendidikan merupakan kegiatan utama dari organisasi. Rendahnya pengungkapan indikator kurikulum dan pengajaran menunjukkan bahwa progres implementasi prinsip keberlanjutan dalam materi perkuliahan belum diukur dengan sistematis oleh perguruan tinggi di Indonesia. Rendahnya pengungkapan indikator kurikulum dan pengajaran merepresentasikan belum adanya penanaman prinsip-prinsip keberlanjutan melalui kegiatan pengajaran yang diseleggarakan oleh perguruan tinggi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi di Indonesia masih belum berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan melalui penanaman pemikiran.

3. Terkait dengan pertanyaan penelitian ketiga, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

- Dengan rata-rata kesesuaian sebesar 31%, pengungkapan informasi berkelanjutan oleh perguruan tinggi di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan perguruan tinggi di Kanada yang memiliki rata-rata kesesuaian sebesar 37% dan perguruan tinggi di Lithuania dengan kesesuaian sebesar 48%.

- Rendahnya pengungkapan informasi keberlanjutan oleh perguruan tinggi Indonesia menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat dunia dalam beberapa deklarasi internasional belum efektif dalam memengaruhi perguruan tinggi Indonesia untuk melakukan perubahan dalam praktik penyelenggaraan pendidikan dan pengambilan kebijakan yang lebih ramah lingkungan.

- Dari 20 perguruan tinggi yang menjadi sampel penelitian, Universitas Negeri Semarang memperoleh persentase pengungkapan yang paling tinggi sebesar 62% dengan kesesuaian pengungkapan informasi dengan standar GRI G4 dan Instrumen Penilai Keberlanjutan Kampus sebanyak 45 indikator.

Keterbatasan dan Saran

1. Data yang dianalisis dalam penelitian ini hanya terbatas pada yang diungkapkan oleh 20 perguruan tinggi terbaik di Indonesia pada tahun 2017. Akan lebih baik jika penelitian berikutnya menambah perguruan tinggi yang menjadi sampel dan menambah data dari laporan yang diungkapkan pada tahun sebelumnya.

2. Teknik penilaian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik checklist dengan penilaian 1-0, dan hanya menggunakan satu pengode. Untuk mengurangi subyektifitas, akan lebih baik bila penelitian berikutnya menggunakan model penilaian 0- 4 dan dilakukan oleh 2 pengode atau lebih.

(16)

16 3. Sebaiknya perguruan tinggi mengungkapkan lebih banyak informasi keberlanjutan yang terkait dengan bangunan ramah lingkungan dan kurikulum dan membuat satu laporan berkelanjutan yang terpadu sehingga dapat memudahkan komunikasi dengan pemegang pancang yang ingin mengakses informasi berkelanjutan. Pengungkapan informasi berkelanjutan yang terpadu akan meningkatkan keterbandingan dan dapat menggambarkan sejauh mana perguruan tinggi berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Alonso-Almeida, Maria del Mar, Frederic Marimon, Fernando Casani, dan Jesus Rodriguez- Pomeda. 2014. “Diffusion of Sustainability Reporting in Universities: Current Situation and Future Perspectives.” Journal of Cleaner Production 106: 144–54.

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.02.008.

Amaral, Luís P., Nelson Martins, dan Joaquim B. Gouveia. 2015. “Quest for a Sustainable University: a Review.” International Journal of Sustainability in Higher Education 16 (2): 155–72. https://doi.org/10.1108/IJSHE-02-2013-0017.

Bengtsson, Mariette. 2016. “How to Plan and Perform a Qualitative Study Using Content Analysis.” NursingPlus Open 2: 8–14. https://doi.org/10.1016/j.npls.2016.01.001.

Brundtland, Gro H. 1987. “Our Common Future: Report of the World Commission on Environment and Development.” United Nations Commission. Vol. 4.

https://doi.org/10.1080/07488008808408783.

Dabija, Dan-Cristian, Cătălin Postelnicu, Vasile Dinu, dan Alin Mihăilă. 2017.

“Stakeholders’ Perception of Sustainability Orientation Within a Major Romanian University.” International Journal of Sustainability in Higher Education 18 (4): 533–53.

https://doi.org/10.1108/IJSHE-10-2015-0169.

Dabija, Dan Cristian, dan Raluca Băbuţ. 2013. “An Approach to Sustainable Development from Tourists’ Perspective. Empirical Evidence in Romania.” Amfiteatru Economic 15 (7): 617–33.

Dalal-Clayton, Barry, dan Stephen Bass. 2002. Sustainable Development Strategies: A Resource Book. London: Earthscan Publications Ltd.

Downe-Wamboldt, Barbara. 1992. “Content Analysis: Method, Applications, and Issues.”

Health Care for Women International 13 (3): 313–21.

https://doi.org/10.1080/07399339209516006.

Fonseca, Alberto, Amanda Macdonald, Emily Dandy, dan Paul Valenti. 2011. “The State of Sustainability Reporting at Canadian Universities.” International Journal of

Sustainability in Higher Education 12 (1): 22–40.

https://doi.org/10.1108/14676371111098285.

Freeman, R E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Vol. 1. Boston:

Pitman.

Garde, Raquel, Manuel Pedro Rodríguez, dan Antonio M López. 2013. “Divulgación Online

(17)

17 de Información de Responsabilidad Social en Las Universidades Españolas.” Revista de Educación, no. Número extraordinario: 177–209. https://doi.org/10.4438/1988-592X- RE-2013-EXT-246.

Global Reporting Initiative. 2014. “G4 Sustainability Reporting Guidelines.” Global Reporting Initiative, 1–97.

https://www.globalreporting.org/standards/g4/Pages/default.aspx.

———. 2018. “About GRI.” 2018. www.globalreporting.org/information/about- gri/Pages/default.aspx.

Godemann, Jasmin, Jan Bebbington, Christian Herzig, dan Jeremy Moon. 2014. “Higher Education and Sustainable Development Exploring Possibilities for Organisational Change.” Accounting Auditing & Accountability Journal 27 (2): 218–33.

https://doi.org/10.1108/AAAJ-12-2013-1553.

Krippendorff, Klaus. 1991. Content Analysis: Introduction to its Theory and Methodology.

Diedit oleh Farid Wajidi. Jakarta: Rajawali Pers.

———. 2004. Content Analysis: An Introduction to Its Methodology. London: SAGE Publications.

Lindblom, C. K. 1994. “The Implications of Organizational Legitimacy for Corporate Social Performance and Disclosure.” In Critical Perspectives on Accounting Conference.

Lozano, Rodrigo. 2006a. “A Tool for a Graphical Assessment of Sustainability in Universities (GASU).” Journal of Cleaner Production 14 (9–11): 963–72.

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2005.11.041.

———. 2006b. “Incorporation and Institutionalization of SD into Universities: Breaking Through Barriers to Change.” Journal of Cleaner Production 14 (9–11): 787–96.

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2005.12.010.

———. 2011. “The State of Sustainability Reporting in Universities.” International Journal of Sustainability in Higher Education 12 (1): 67–78.

https://doi.org/10.1108/14676371111098311.

Lozano, Rodrigo, Kim Ceulemans, Mar Alonso-Almeida, Donald Huisingh, Francisco J.

Lozano, Tom Waas, Wim Lambrechts, Rebeka Lukman, dan Jean Hugé. 2015. “A Review of Commitment and Implementation of Sustainable Development in Higher Education: Results From a Worldwide Survey.” Journal of Cleaner Production 108: 1–

18. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.09.048.

Lozano, Rodrigo, dan Don Huisingh. 2011. “Inter-Linking Issues and Dimensions in Sustainability Reporting.” Journal of Cleaner Production 19 (2–3): 99–107.

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2010.01.004.

Lozano, Rodrigo, Rebeka Lukman, Francisco J. Lozano, Donald Huisingh, dan Wim Lambrechts. 2013. “Declarations for Sustainability in Higher Education: Becoming Better Leaders, Through Addressing the University System.” In Journal of Cleaner Production, 48:10–19. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2011.10.006.

Marshall, Scott, Vlad Vaiman, Nancy Napier, Sully Taylor, Arno Haslberger, dan Torben Andersen. 2010. “The End of a ‘Period’: Sustainability and the Questioning Attitude.”

Academy of Management Learning and Education 9 (3): 477–87.

https://doi.org/10.5465/AMLE.2010.53791828.

(18)

18 Milne, Markus J., dan Ralph W. Adler. 1999. “Exploring the Reliability of Social and

Environmental Disclosures Content Analysis.” Accounting, Auditing & Accountability Journal 12 (2): 237–56. https://doi.org/10.1108/09513579910270138.

Newport, Dave, Thomas Chesnes, dan Angela Lindner. 2003. “The ‘Environmental Sustainability’ Problem: Ensuring that Sustainability Stands on Three Legs.”

International Journal of Sustainability in Higher Education 4 (4): 357–63.

https://doi.org/10.1108/14676370310497570.

Orr, D.W., dan D.J Eagan. 1992. Campus and Environmental Responsibility. San Fransisco:

Jossey-Bass.

Polit, Denise F., dan Cheryl Tatano. Beck. 2006. Essentials of Nursing Research: Methods, Appraisal, and Utilization. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.

Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business. 6ed. West Sussex:

John Wiley & Sons. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.

Suchman, M. C. 1995. “Managing Legitimacy: Strategic and Institutional Approaches.”

Academy of Management Review 20 (3): 571–610.

https://doi.org/10.5465/AMR.1995.9508080331.

UNESCO. 1977. “The Tbilisi Declaration.” Intergovernmental Conference on Environmental Education, no. October: 1–96.

———. 2005. “United Nations Decade of Education for Sustainable Development ( 2005- 2014 ): International Implementation Scheme.” Sustainable Development, no. October 2005: 32. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2.

———. 2015. “Draft Preliminary Report Concerning the Preparation of a Global Convention on the Recognition of Higher Education Qualifications,” 1–35.

Unesco-Unep. 1976. “The Belgrade Charter.” Connect: UNESCO-UNEP Environmental Education Newsletter. Vol. 1. https://doi.org/10.1007/BF02220144.

Viebahn, P. 2002. “An Environmental Management Model for Universities: From

Environmental Guidelines to Staff Involvement.” Journal of Cleaner Production 10 (1):

3–12. https://doi.org/10.1016/S0959-6526(01)00017-8.

Zachariou, A., M. Kaila, dan A. Katsikis. 2008. “Sustainable School: Facts, Objectives and Prospects.” Science and Technology Topics in Education 1 (3): 269–88.

Zohrabi, Mohammad. 2013. “Mixed Method Research: Instruments, Validity, Reliability and Reporting Findings.” Theory and Practice in Language Studies 3 (2): 254–62.

https://doi.org/10.4304/tpls.3.2.254-262.

Zorio-Grima, Ana, Laura Sierra-García, dan Maria A. Garcia-Benau. 2018. “Sustainability Reporting Experience by Universities: A Causal Configuration Approach.” International Journal of Sustainability in Higher Education 19 (2): 337–52.

https://doi.org/10.1108/IJSHE-07-2016-0142.

(19)

19 Lampiran

Lampiran 1: Daftar Peringkat dan Kode Perguruan Tinggi

Peringkat Nama Perguruan Tinggi Kode

1 Universitas Gadjah Mada UGM

2 Institut Teknologi Bandung ITB 3 Institut Pertanian Bogor IPB

4 Universitas Indonesia UI

5

Institut Teknologi Sepuluh

Nopember ITS

6 Universitas Diponegoro UD

7 Universitas Airlangga UA

8 Universitas Brawijaya UB

9 Universitas Hasanuddin UH

10 Universitas Negeri Yogyakarta UNY 11 Universitas Sebelas Maret UNS

12 Universitas Andalas UAN

13 Universitas Pendidikan Indonesia UPI

14 Universitas Padjajaran UP

15 Universitas Negeri Malang UNM 16 Universitas Negeri Semarang UNES

17 Universitas Udayana UU

18 Universitas Lampung UL

19 Universitas Sumatera Utara USU

20 Universitas Jember UJ

Lampiran 2: Daftar Kategori dan Indikator GRI G4 dan Instrumen penilai Keberlanjutan Kampus yang dikembangkan oleh Fonseca et al. (2011).

No Kategori dan Indikator

Standar Pengungkapan Umum 1 Strategi dan analisis

2 Profil Organisasi

3 Aspek Material dan Batasan-batasan 4 Keterlibatan Pemegang Pancang 5 Profil Laporan

6 Tata Kelola

7 Etika dan Integritas

Standar Pengungkapan Khusus Ekonomi

8 Kinerja Ekonomi

(20)

20 No Kategori dan Indikator

9 Keberadaan Pasar

10 Dampak Ekonomi taklangsung 11 Praktik Pengadaan

Lingkungan 12 Material 13 Energi 14 Air

15 Keanekaragaman Hayati 16 Emisi

17 Enfluen dan Limbah 18 Produk dan Jasa 19 Kepatuhan 20 Transportasi 21 Lain-lan

22 Asesmen atas lingkungan pemasok

23 Mekanisme Pengaduan atas Masalah Lingkungan Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja 24 Kepegawaian

25 Hubungan Manajemen/Tenaga Kerja 26 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 27 Pelatihan dan Pendidikan

28 Keberagaman dan Kesetaraan Peluang 29 Kesetaraan Remunerasi antar Gender

30 Asesmen atas Praktik Ketenagakerjaan Pemasok 31 Mekanisme Pengaduan atas Masalah Ketenagakerjaan

Hak Asasi Manusia 32 Investasi

33 Nondiskriminasi 34 Kebebasan Berserikat

35 Tenaga Kerja Di Bawah Umur 36 Tenaga Kerja Paksa

37 Praktik Pengamanan 38 Hak Adat

39 Asesmen

40 Asesmen atas Praktik Hak Asasi Manusia Pemasok 41 Mekanisme Pengaduan atas Masalah Hak Asasi Manusia

Masyarakat 42 Masyarakat Lokal 43 Anti-korupsi 44 Kebijakan Publik

45 Perilaku Anti Persaingan

(21)

21 No Kategori dan Indikator

46 Kepatuhan

47 Asesmen atas Dampak terhadap Masyarakat Pemasok 48 Mekanisme Pengaduan atas Dampak terhadap Masyarakat

Tanggung Jawab Produk

49 Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan 50 Pelabelan Produk dan Jasa

51 Komunikasi Pemasaran 52 Privasi Pelanggan 53 Kepatuhan

Instrumen penilai Keberlanjutan Kampus Penelitian

54 Kebijakan penelitian terkait keberlanjutan

55 Sentra/laboratorium penelitian terkait keberlanjutan 56 Program penelitian terkait keberlanjutan

57 Insentif pada penelitian berkelanjutan

58 Pendanaan dan bantuan untuk penelitian berkelanjutan 59 Produksi akademik terkait keberlanjutan

60 Proyek penelitian terkait keberlanjutan Kurikulum dan pengajaran

61 Kebijakan kurikulum yang terkait keberlanjutan 62 Perkuliahan terkait keberlanjutan

63

Mahasiswa yang mengambil perkuliahan terkait keberlanjutan

64 Penilaian literasi keberlanjutan

65 Program pendidikan terkait keberlanjutan 66 Inisiatif non-kurikuler terkait keberlanjutan 67 Beasiswa untuk pendidikan terkait keberlanjutan

Bangunan ramah lingkungan dan pengadaan 68 Bangunan ramah lingkungan dan renovasi 69 Ruang terbuka hijau

70 Kantin

71 Daur ulang kertas

72 Peranti ramah lingkungan 73 Furnitur ramah lingkungan

(22)

22 Lampiran 3: Tahapan Analisis Konten (Bengtsson 2016)

Tahapan Analisis Konten (Bengtsson 2016)

(23)

23 Lampiran 4: Kesesuaian Pengungkapan Informasi Berkelanjutan oleh Perguruan Tinggi dengan Standar GRI G4 dan Instrumen penilai Keberlanjutan Kampus

No Kategori dan Indikator UGM ITB IPB UI ITS UD UA UB UH UNY UNS UAN UPI UP UNM UNES UU UL USU UJ Total

(Rerata)

Standar Pengungkapan Umum

1 Strategi dan analisis                   18

2 Profil Organisasi                     20 3 Aspek Material dan Batasan-batasan     4

4 Keterlibatan Pemegang Pancang     4

5 Profil Laporan                15

6 Tata Kelola                     20 7 Etika dan Integritas                 16

Persentase Kesesuaian 86% 71% 71% 86% 29% 43% 71% 71% 71% 86% 71% 71% 71% 100% 71% 71% 57% 43% 86% 57% (69%) SPK 1 - Ekonomi 8 Kinerja Ekonomi                15

9 Keberadaan Pasar  1

10 Dampak Ekonomi taklangsung   2

11 Praktik Pengadaan                     20 Persentase Kesesuaian 100% 50% 50% 50% 25% 25% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 75% 50% 50% 25% 25% 50% 25% (48%) SPK 2 - Lingkungan 12 Material   2

13 Energi       6

14 Air   2

15 Keanekaragaman Hayati      5

16 Emisi    3

17 Enfluen dan Limbah    3

Gambar

Tabel 4. 1 Sumber Informasi Berkelanjutan Perguruan Tinggi
Grafik 4.1 Tingkat Pengungkapan Informasi Keberlanjutan oleh Perguruan Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa tulis yang ditemukan pada SMS ponsel banyak menggunakan kata-kata singkatan yang kadang-kadang bersifat ideolek (bahasa perorangan). Pengiriman informasi dengan

Demikian halnya studi yang dilakukan Jurgen Gerhards, bertujuan untuk menguji kebenaran asumsi bahwa internet menciptakan public sphere yang

Adapun faktor yang terkait dengan penelitian ini adalah umur, usia kelahiran pertama, usia menarche, usia menopause, riwayat infeksi tumor jinak, riwayat radiasi

Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam otak

Pada Agustus 2012 kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,22 persen, dengan komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah

Ikan Petek memiliki kadar kalsium lebih tinggi dari pada ikan Mujair hal ini di sebabkan berdasarkan habitanya, dimana ikan Petek merupakan ikan air laut yang kaya akan lemak,

Hasil wawancara pada tanggal 16 oktober 2017 di SMK PGRI Tanjung Raja, dengan guru mata pelajaran Pemeliharaan Kelisitrikan Sepeda Motor, dapat di ambil kesimpulan dalam

Serta empat tahap yang harus dilakukan untuk dapat melakukan kritik ideologi dalam lensa pemikiran Jurgen Habermas, yaitu: pertama, melakukan deskripsi dan