PROPOSAL
PENELITIAN PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG
KONVERGENSI DAN AUTOKOLERASI SPASIAL PDRB RIIL PERKAPITA ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG FEBRUARI 2021
IDENTITAS URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian: Konvergensi Dan Autokolerasi Spasial PDRB Rill Perkapita Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
2. Tim Peneliti
No Nama Jabatan Bidang
Keahlian
Program Studi Alokasi Waktu (Jam/Minggu) 1 Dr. I Wayan
Suparta, S.E,M.Si
Ketua Ekonomi Pembangunan
Ekonomi Pembangunan
20jam/Minggu
2 Dr. Saimul, S.E,M.Si
Anggota Ekonomi Pembangunan
Ekonomi Pembangunan
20jam/Minggu
3 Ahmad Dhea Pratama
Mahasiswa S2
Ekonomi Pembangunan
Ekonomi Pembangunan
10jam/Minggu
3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian): Data Perkonomian, Makro Data dan Data Kementrian Pedesaan
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan April tahun 2021 Berakhir : bulan September tahun 2021
5. Usulan Biaya : Rp. 40.000.000,- (Empat Puluh Juta Rupiah)
6. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan) Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB, UNILA.
7. Instansi lain yang terlibat (jika ada, dan uraikan apa kontributornya) Tidak Ada.
8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang Pengembangan, pemodelan secara Spasial dan Ekonomi kewilayahan, diharapkan sebagai gambaran kebijakan antar wilayah dalam menunjang percepatan suatu perekonomian antar wilayah.
9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran untuk setiap penerima hibah (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah internasional bereputasi, dan tahun rencana publikasi) International Journal of Economic Energy and Policy (IJEEP), Scopus Q2. Peer Reviwed Journal. Print ISSN: 2146-4553.
RINGKASAN
Pembangunan regional yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan perkapita dan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah tetapi juga untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah maju sehingga tercapai konvergensi antar wilayah. Belakangan, metode ekonometrik spasial mulai digunakan untuk mengkaji efek spasial dari interaksi wilayah. Pada konsep konvergensi dijelaskan bahwa daerah dengan potensi intrinsik yang khas mengindikasi konsep spasial memiliki peran yang penting dalam analisis konvergensi. Pemerintah Indonesia telah melakukan kebijakan untuk memperkecil perbedaan pendapatan perkapita riil antar daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan alokasi dana desa. Di Provinsi Lampung terdapat 15 Kabupaten/kota dan berdasarkan Tipologi Klassen diperoleh gambaran bahwa 5 daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, Tulang Bawang dan Tulang Bawang barat. Daerah maju namun tertekan: yaitu Kota Metro, Lampung Utara dan Tanggamus. Daerah berkembang cepat: Pesawaran, Pringsewu, Pesisir barat, Lampung barat dan daerah tertinggal adalah Lampung Timur dan Mesuji. Penggunaan model dengan memasukkan interaksi spasial menjadi perhatian khusus pada kajian ini. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square Model dengan data panel. Hubungan secara spasial digunakan metode autokolerasi spasial dan model regresi spasial.
Tujuan khusus adalah menghasilkan model peramalan tentang peran spasial dalam percepatan perekonomian antar wilayah di Provinsi Lampung. Luaran berupa Laporan Penelitian , Mahasiswa menyelesaikan studi tepat waktu, hasil penelitian diseminarkan pada tingkat nasional dan internasional sehingga bermanfaat secara luas dan pada akhirnya hasil penelitian ini akan dipublis pada jurnal internasional terindeks scopus Q2.
Keywords: Konvergensi, Regresi Spasial, Data Panel, Desa dan Dana Desa.
DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah ...1
1.2 Tujuan Penelitian ...2
1.3 Luaran Penelitian Output ...2
II. TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ...3
2.2 Teori Pertumbuhan Klasik ...3
2.3 Konvergensi ...3
2.4 Keterkaitan Spasial ...4
2.5 Penelitian Terdahulu ...5
2.6 Hipotesis ...7
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber data ... 8
3.2 Pemodelan Regresi Spasial ... 8
3.3 Alat Analisis Untuk Mengukur Konvergensi Beta Absolut ... 9
3.4 Alat Analisis Untuk Mengukur Konvergensi Beta Kondisional ... 10
3.5 Model-model Regresi Spasial ... 11
3.6 Langkah-langkah Penelitian Yang akan Dilakukan ... 15
IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Anggaran Penelitian ...16
4.2 Jadwal Penelitian ...16
1 I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konvergensi sebagai kondisi dimana perekonomian daerah miskin memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dari daerah kaya sehingga gap perekonomian semakin mengecil, serta tercapai pertumbuhan dan pemerataan antar daerah (Mankiw, (2003), (Barro and Sala-I-Martin 1992), dan Barrientos (2007). Marques dan Soukiazis (1998), Lall dan Yilmaz (2000), serta Paas et al. (2007), menyatakan konvergensi saat ini yaitu konvergensi sigma dan beta. Konvergensi beta menggambarkan semakin berkurangnya kesenjangan pendapatan perkapita sepanjang waktu.
Ekonometrik spasial mulai digunakan untuk mengkaji efek spasial dari interaksi wilayah. Penelitian Wu Yuming (2006a, 2006b), Ling Guangping, Long Zhihe dan Wu Mei (2006) menemukan bahwa konvergensi pertumbuhan ekonomi regional menguat secara signifikan di Cina dengan pertimbangan matriks spasial.
Pembangunan regional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mengejar ketertinggalannya sehingga tercapai konvergensi. Berbagai upaya pemerintah Indonesia telah dlakukan diantaranya melalui kebijakan desa membangun sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan alokasi dana desa.
Gambar 1 merupakan Tipologi Klassen, yang menyajikan kondisi pendapatan perkapita di Provinsi Lampung :
Sumber : BPS,diolah, 2020.
2 Berdasarkan Gambar 1, Daerah cepat maju dan cepat tumbuh meliputi 5 wilayah yaitu Kota Bandar Lampung,Lampung Tengah, Lampung Selatan, Tulang Bawang dan Tulang Bawang Barat. daerah maju namun tertekan meliputi 3 wilayah yaitu, Kota Metro, Lampung Utara dan Tanggamus, Daerah berkembang cepat meliputi 5 wilayah yaitu, Lampung Barat, Pesisir barat, Way kanan, Pesawaran dan Pringsewu dan daerah tertinggal meliputi 2 wilayah yaitu Lampung Timur dan Mesuji.
Rumusan masalah penelitian : Apakah terjadi konvergensi beta absolut dan beta kondisional PDRB perkapita dan bagaimanakah keterkaitan spasial serta pengaruh Alokasi Dana Desa dan Indeks Desa Membangun dalam konsep spasial terhadap PDRB perkapita antar 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung ?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui percepatan perekonomian dengan melihat fenomena yang terjadi setelah adanya kebijakan tentang pembangunan desa dan alokasi dana desa, melalui kajian konvergensi.
2. Mengkaji secara spasial proses konvergensi dan perekonomian antar wilayah setelah adanya kebijakan tentang pembangunan desa dan alokasi dana desa.
3. Menemukan model terbaik dalam konsep konvergensi dan spasial.
1.3 Luaran Penelitian (Output)
Hasil penelitian yang dilakukan memiliki Tujuan khusus untuk menghasilkan model peramalan peran spasial dalam percepatan perekonomian antar wilayah di Provinsi Lampung. Penelitian ini juga menghasilkan laporan penelitian yang akan disubmit ke jurnal internasional terindeks SCOPUS Q2 dan mahasiswa S2 MIE dapat menyelesaikan studi tepat waktu.
3 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan perkapita masyarakat pada periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat (Mankiew, 2003).
2.2 Teori Pertumbuhan Klasik
Teori pertumbuhan klasik beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya bersifat sementara, yaitu pada saat terjadi peningkatan pendaptan per kapita riil di atas level subsistence. Ledakan populasi akan membawa GDP riil per kapita kembali menuju ke level subsistence. Teori ini dikemukakan oleh para ekonom klasik, seperti Adam Smith, Thomas Robert Maltus, dan David Ricardo. Namun teori ini lebih banyak dikaitkan dengan Thomas Robert Maltus bahwa pertumbuhan populasi memberikan tekanan yang memberikan tekanan pada sumberdaya ekonomi tetap yang digunakan dalam, proses produksi sehingga teori ini sering disebut Malthusian theory. Teori ini berpendapat bahwa kemajuan teknologi akan meningkatkan produktivitas yang akan membawa pertumbuhan. Namum pertumbuhan ini tidak berlangsung terus menerus.
2.3 Konvergensi
Suatu konvergensi pertumbuhan ekonomi menyatakan bahwa suatu daerah tertinggal dapat mengejar ketertinggalan apabila pertumbuhan ekonominya konvergen, jika tidak maka daerah tersebut tidak bisa mengejar ketertinggalannya. Adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi pada masing-masing daerah akan menimbulkan suatu permasalahan yang menarik. Apabila ekonomi daerah miskin dapat tumbuh lebih cepat daripada ekonomi daerah kaya. Apabila bisa, daerah miskin tersebut mempunyai kecenderungngan untuk mengajar ketertinggalan dari daerah kaya, atau bisa diartikan dengan konvergensi. Perekonomian yang konvergen merupakan
4 perekonomian daerah miskin dapat mengurangi gap pendapatan dengan wilayah atau daerah kaya tiap tahunnya. Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi yang konvergen dari suatu daerah akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap atau steady stade. Konvergen beta dibagi menjadi dua yaitu konvergensi absolut dan konvergensi kondisional. Konvergensi absolut menjelaskan sejauh mana variabel utama pertumbuhan ekonomi mempengaruhi tingkat pertumbuhan di masa depan.
Dengan kata lain konvergensi absolut menjelaskan diminishing return to capital dalam pemikiran neoklasik bahwa pertumbuhan ekonomi akan cenderung tumbuh lebih lambat daripada perekonomian miskin akbiat terjadinya diminishing return to capital. Penjelasan absolut konvergensi harus disertai dengan konvergensi kondisional, dimana memasukkan variabel eksogen sebagai determinan pertumbuhan ekonomi. Jika hanya mengharapkan hasil dari konvergensi absolut akan terjadi bias pada hasil karena pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi variabel inti, tetapi juga variabel lainnya yang secara signifikan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. (Barro and Sala-I-Martin 1992)
2.4 Keterkaitan Spasial
Autokorelasi spasial adalah taksiran dari korelasi antar nilai amatan yang berkaitan dengan lokasi spasial pada variabel yang sama. Karekteristik dari autokorelasi spasial antara lain: (a). Jika terdapat pola sistematis pada distribusi spasial dari variabel yang diamati, maka terdapat autokorelasi spasial, (b). Jika kedekatan atau ketetanggaan antar daerah lebih dekat, maka dapat dikatakan ada autokorelasi spasial positif, (c). Autokorelasi spasial negatif menggambarkan pola ketetanggaan yang tidak sistematis. (d) Pola acak dari data spasial menunjukkan tidak ada autokorelasi spasial (Kosfeld dalam Suchaini, 2013).
1. Statistik spasial
Statistik Spasial adalah segala teknik analisis untuk mengukur distribusi suatu kejadian berdasarkan keruangan Keruangan yang dimaksud disini adalah variabel yang ada di permukaan bumi seperti kondisi topografi, vegetasi, perairan, dll.
5 Berbeda dengan statistik non-spasial yang tidak memasukkan unsur keruangan dalam analisisnya. Dalam pengukuran distribusi suatu kejadian berdasarkan keruangan dibedakan berdasarkan dua kategori yaitu (Scott & Warmerdam, 2006): (1) Identifikasi karakteristik dari suatu distribusi (2) Kuantifikasi pola geografi dari suatu distribusi.
Menurut (Briggs, 2007), Pola distribusi spasial secara umum terbagi menjadi tiga:
1) Mengelompok (Clustered) yaitu beberapa titik terkonsentrasi berdekatan satu sama lain dan ada area besar yang berisi sedikit titik yang sepertinya ada jarak yang tidak bermakna.
2) Menyebar (Dispersed) yaitu setiap titik berjauhan satu sama lain atau secara jarak tidak dekat secara bermakna.
3) Acak (random) yaitu titik-titik muncul pada lokasi yang acak dan posisi satu titik dengan titik lainnya tidak saling terkait
2.5 Penelitian terdahulu
Penelitian Konvergensi telah banyak di teliti yang menyatakan bahwa suatu saat akan adanya sebuah perubahan berupa peningkatan perekonomian melalui tahapan bahwa wilayah miskin dapat mengejar wilayah yang lebih kaya dalam jangka waktu tertentu.
Penelitian ini di dasari pada temuan yang ada pada beberapa tahun terahir yang membahas tentang Konvergensi, (MANZI 2009), penelitianya berjudul “Regional Infrastructure and Convergence: Growth Implication in Spasial A Framework”
Dengan Metode : OLS, analisis regresi data panel Moran I Statistics approach, hasil penelitian Adanya proses konvergensi yang terjadi di seluruh wilayah Eropa, dengan perkiraan kecepatan konvergensi β sekitar 2%. Telah ditemukan bukti efek positif dari telekomunikasi (TLC) dan infrastruktur transportasi pada pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan masalah korelasi spasial dan memperbaiki bias dengan ekonometrik, dan memperkirakan model spasial. (Rivas and Villarroya 2017), hasil yang diperoleh bahwa parameter yang mewakili hipotesis konvergensi, meskipun negatif dalam setiap kasus, nilainya lebih tinggi dan lebih signifikan saat kita maju ke kuantil yang lebih tinggi. Hasil ini mengungkapkan konvergensi yang lebih cepat
6 antara negara-negara yang termasuk dalam kelompok atas. Selain itu, 1960–1970 disorot sebagai periode di mana konvergensi lebih intens. (Belova et al. 2019), hasil model autoregresi spasial ternyata paling sesuai dengan kriteria informasi.
Penghitungan faktor eksogen dapat secara signifikan meningkatkan kecepatan konvergensi (dari 1,15% menjadi 6,6%) dan, karenanya, mengurangi periode semi konvergensi hingga 10 tahun.
Pemerintah dapat melakukan berbagai program untuk mendorong perkonomian wilayah yang miskin agar mampu mengejar ketertinggalannya dengan memacu indeks desa membangun dan alokasi dana desa. Pengejaran perkonomian yang miskin terhadap perekonomian yang sudah maju disebut konvergensi. Keterlibatan efek spasial diperlukan untuk mewujudkan proses konvergensi PDRB Perkapita antar wilayah. Pentingnya efek ketetanggaan terhadap pertumbuhan suatu wilayah tidak dapat diabaikan karena interaksi antar daerah pasti terjadi, salah satunya dengan masuknya faktor-faktor produksi dari wilayah sekitar. Berikut adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
Gambar 2. Skema Kerangka Berfikir Penelitia
7 2.6 Hipotesis
Adapun dalam penelitian ini penulis membuat hipotesis yaitu :
1. Diduga terjadi konvergensi beta absolut dan beta Kondisional PDRB Perkapita antar 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung .
2. Diduga terjadi keterkaitan spasial PDRB Perkapita, Alokasi dana desa dan Indes Desa Membangun berpengaruh positif terhadap PDRB Perkapita antar 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung.
8 III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber data
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data runtut waktu (time series) pada periode 2016-2019 dan data silang (cross section) yaitu 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang digunakan pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari BPS, Laporan Alokasi Kementrian Pedesaan, Kementrian pendesaan Indonesia dan hasil publikasi lainnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 1. Nama Variabel, Simbol, Satuan, dan Keterangan
NO Variabel Simbol Satuan Keterangan
1. PDRB
Perkapita
Y Juta
Rupiah
PDRB yang digunakan adalah nilai PDRB pada tahun penelitian dan tahun sebelumnya perkapita dalam satuan juta rupiah
2. PDRB
Perkapita-t
Yit Juta Rupiah 3. Alokasi
Dana Desa
ADD Juta
Rupiah
Dana Desa bersumber dari APBN, sedangkan Alokasi Dana Desa bersumber dari APBD yaitu minimal sebesar 10% dari DAU ditambah DBH. Variabel ini total seluruh dana desa dari setiap daerah
4. Indeks
Desa Membang un
IDM indeks Indeks komposit yang dibentuk dari Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan Ekologi Desa 3.2 Pemodelan Regresi Spasial
Regresi spasial merupakan hasil pengembangan dari metode regresi linier klasik.
Salah satu pengaruh spasial yaitu autokorelasi spasial, Adanya unsur autokorelasi spasial menyebabkan terbentuknya parameter spasial autoregresif dan moving average, sehingga membentuk proses spasial, Berdasarkan tipe data, pemodelan spasial dapat dibedakan menjadi pemodelan dengan pendekatan titik dan area.
(Anselin 1998).
9 3.3 Alat Analisis Untuk Mengukur Konvergensi Beta Absolut
Konvergensi absolut menjelaskan bagaimana perekonomian daerah miskin memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih cepat dari negara kaya. Indikator konvergensi absolut yaitu Pertumbuhan Ekonomi suatu wilayah. Konvergensi absolut dapat terjadi apabila wilayah berpendapatan lebih rendah dapat mengejar ketertinggalan dari wilayah berpenghasilan tinggi. Sehingga ketika suatu wilayah yang sudah mencapai kondisi perekonomian yang maksimum dan mengalami peningkatan pada jumlah penduduk maka pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut akan turun, dan wilayah yang berpenghasilan lebih rendah dapat mengejar pendapatan dari wilayah tersebut atau mengalami catching-up effect. Untuk menghitung konvergensi beta absolut, menurut (Sala-i-Martin 1997) dapat menggunakan persamaan :
Dimana: yit = PDRB Perkapita
Yit-1 = PDRB Perkapita (pada tahun sebelumnya) i = Crossection
t = Runtun Waktu
10 ln = Logaritma Natural
= error term
3.4 Alat Analisis Untuk Mengukur Konvergensi Beta Kondisional
Konvergensi kondisional menjelaskan bagaimana perekonomian wilayah miskin memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih cepat dari wilayah kaya yatiu dengan melihat PDRB Perkapita, serta menggunakan faktor-faktor lain diluar PDRB Perkapita. Model dalam konvergensi kondisional:
uit
Dimana : ADD = Alokasi Dana Desa IDM = Indeks Desa Membangun
β = Koefisien regresi dari masing-masing variabel
3.5 Model-model Regresi Spasial
1. Spatial Autoregressive Model (SAR)
yi=ρWijyi+ βiXi + εi
Jika Model SAR terpilih, maka spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
yi=ρWijyi+ β1Yit-1 + β2ADDit + β3IDMit + εi dimana:
ρ : parameter koefisien spatial lag
Wij : elemen dari matrik pembobot spatial W pada baris ke i kolom ke j
β 1,2..5 : parameter koefisien regresi
ε : error term
2. Spatial Error Model (SEM)
Model regresi spasial error secara umum sebagai berikut (Anselin, 1988):
yi = βiXi+ λWijui + ε
11 Jika Model SEM terpilih, maka spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
yi=ρWijyi+ β1Yit-1 + β2ADDit + β3IDMit +λWijui +εi
dimana:
Wij : elemen dari matrik pembobot spatial W pada baris ke i kolom ke j 3. Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA)
Model umum regresi Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA) (Anselin 1988) sebagai berikut:
y = ρWy+Xβ + u u = λWu+ε
Jika Model SARMA terpilih, maka spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
yi=ρWijyi+ β1Yit-1 + β2ADDit + β3IDMit + u= λWu +εi dimana:
λ : parameter koefisien spasial lag pada error
3.6 Langkah-Langkah Proses Penelitian Yang Akan Dilakukan
12
IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Anggaran Penelitian
Tabel 2. Anggaran Biaya Yang Diusulkan
No Komponen Anggaran Biaya
1 Pengadaan alat dan bahan :
Paket Collecting Data
Buku /Referensi
Rp 8.000.000
2 Travel Expenditure :
Komunikasi
Perjalanan Mencari data
Sewa Kendaraan/ Tiket PP
Rp 5.000.000
3 ATK/BHP :
Fotocopy Bahan
Pembelian ATK
Rp 4.000.000
4 Laporan/Diseminasi/Publikasi
Penyusunan Laporan
Seminar di tingkat Fakultas
Mengikuti Seminar Internasionmal
Rp 23.000.000
Rp 40.000.000
4.2 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dijadualkan selama 12 bulan yang dimulai saat proposal ini disetujui, dengan rincian kegiatan setiap bulannya.
Tabel 3. Jadual Kegiatan Penelitian
No Kegiatan1 Caturwulan
I
Caturwulan II
Caturwulan III 1. Pencarian Bahan Referensi, design
penelitian , seminar proposal
xxxxxxxxx 2. Pencarian Data dan Pengolahan
Data
xxxxxxxxx xxxxxxxxxxx
3. Menganalisis Data Hasil Riset xxxxxxxxxx
4 Seminar Hasil
xxxxxxxxxxx
4. Menyusun Laporan Hasil Riset xxxxxxxxx
5 Seminar Hasil Penelitian xxxxxxxxx
DAFTAR PUSTAKA
Anselin, Luc. (1998). “Spatial Econometrics: Methods And Models by L. Anselin.”
Journal Spatial Econometric 7(2):1–16.
Barro, R. J., and X. Sala-I-Martin. (1992). “Convergence.” Journal of Political Economy 223–51. doi: 10.1086/261816.
Belova, T. A., V. B. Prudnikov, L. R. Abzalilova, and R. Kh Bakhitova. (2019).
“Convergence of Economic Growth in Russian Megacities.” International Journal of Economics and Business Administration 7(2):221–33.
Lall, Somik dan Serdar Yilmaz. (2000).“Regional Economic Convergence: Do Policy Instruments Make a Difference?”. IBRD. World Bank Institute. Washington.
Manzi, Chiara Del Bo Massimo Florio Giancarlo. (2009). Regional Infrastructure And Convergence: Growth Implications In A Spatial Framework Chiara. Vol.
21501.
Rivas, Maria Dolores Gadea, and Isabel Sanz Villarroya. (2017). “Testing the Convergence Hypothesis for OECD Countries: A Reappraisal.” Economics 11:1–22. doi: 10.5018/economics-ejournal.ja.2017-4.
Sala-i-Martin, Robert J. Barro Xavier. (1997). Economic Growth Second Edition.
Vol. 1997. edited by E. The MIT Press Cambridge, Massachusetts London. 2004 Massachusetts Institute of Technology.
Wu Yuming .(2006a).A Spatial Econometric Model and Its Application to Research
& Development and Regional Innovation, Journal of Quantitative & Technical Economics, 5: 74-85,130. (In Chinese)
Wu Yuming. (2006b). A Spatial Econometric Analysis of China’s Provincial Economic Growth Convergence, Journal of Quantitative & Technical Economics, 12: 101-108. (In Chinese)