• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PURI ADHYAKSA JAKARTA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PURI ADHYAKSA JAKARTA TIMUR"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

HENRY PALMER SIREGAR (3105 100 015) Dosen Pembimbing :

TRIJOKO WAHYU ADI ST, MT, Ph.D CAHYONO BINTANG ST,MT

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO PADA

PEMBANGUNAN GEDUNG PURI ADHYAKSA

JAKARTA TIMUR

(2)

LATAR BELAKANG

(3)

Latar Belakang

Pada proyek konstruksi, metoda penjadwalan yang sering digunakan oleh para perencana adalah CPM (Critical Path Method) baik melalui PDM (Precedence Diagram Method) dan ADM (Arrow Diagram Method).

Kedua metode di atas menggunakan estimasi durasi aktivitas yang deterministik.

Pada proses pelaksanaan, biasa muncul beberapa resiko

yang sebelumnya kurang dipertimbangkan dalam proses

penjadwalan.

(4)

Latar Belakang

Untuk mengantisipasi ketidakpastian dari durasi proyek konstruksi dalam penjadwalan, telah dikembangkan metode penjadwalan dengan mempertimbangkan ketidakpastian tersebut.

Cara yang formal untuk memasukkan ketidakpastian pada penjadwalan adalah dengan menganalisa penjadwalannya secara probabilistik menggunakan metode PERT/ Program Evaluation and Review Technique (Ervianto, 2004).

PERT menggunakan tiga tipe durasi. Dan dihitung

menggunakan simulasi Monte Carlo.

(5)

Latar Belakang

Kelebihan menggunakan simulasi Monte Carlo:

1.

Menggunakan pemodelan dengan jumlah iterasi yang dapat ditentukan. Dan dari tiap iterasi yang dilakukan akan memunculkan lintasan kritis yang tidak sama.

2.

Seberapa besar pengaruh suatu aktivitas terhadap durasi

total proyek dapat diketahui.

(6)

TINJAUAN PUSTAKA

(7)

Latar Belakang

Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dan urutan kegiatan serta menentukan waktu proyek dapat diselesaikan (Ervianto, 2002).

Penjadwalan tersebut terdiri dari sekurang-kurangnya start

date dan finish date yang telah direncanakan untuk masing-

masing aktivitas (PMBOK,2004).

(8)

Latar Belakang

Penjadwalan probabilistik menggunakan analisis statistik terhadap pekerjaan tertentu di dalam rencana pekerjaan untuk menunjukkan kemungkinan penyelesaian pekerjaan pada suatu tanggal tertentu.

Penjadwalan probabilistik menggunakan 3 tipe durasi, yaitu:

Optimistic Time ( a )

MeanTime ( m )

PesimisticTime ( b )

Sumber perkiraan durasi

Data historis

Observasi/Pengamatan

Expert Judgement

(9)

Latar Belakang

Melalui estimasi durasi yang diperoleh, dapat dianalisa bentuk distribusi yang mewakili satu aktivitas.

Jenis-jenis distribusi:

Distribusi Beta

Distribusi Triangular

dll

(10)

Latar Belakang

 Simulasi Monte Carlo

1. Simulasi/pemodelan ini dijalankan menggunakan perangkat tambahan (@Risk for Project) pada perangkat lunak Microsoft Project.

2. Hasil simulasi:

a. Distribusi penyelesaian proyek b. Critical Index

c. Sensitivitas

(11)

BAGAN ALIR PENELITIAN

(12)
(13)

PENGUMPULAN DATA

SEKUNDER

(14)

Data Sekunder

Studi kasus yang dipilih pada penelitian ini adalah proyek Pembangunan Gedung Puri Adhyaksa, yang merupakan bagian dari proyek Pembangunan Kawasan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Terpadu SDM Kejaksaan RI di Jakarta Timur.

Bangunan ini terdiri dari 12 lantai dan 1 base

(15)

Data Sekunder

Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Puri Adhyaksa, Jakarta Timur

Volume Pekerjaan Struktur

Gambar Struktur (Rencana)

(16)

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak kontraktor proyek pembangunan gedung Puri Adhyaksa, yaitu PT. PP Tbk

Data sekunder ini akan dijadikan dasar bagi para responden

untuk mengestimasi durasi probabilistik.

(17)

ANALISA PENJADWALAN

DETERMINISTIK

(18)

Aktivitas Pada Lintasan Kritis

Pekerjaan Bore Pile

Galian Tanah (zona 2 dan 4)

Bobok Kepala Bore pile (zona 2 dan 4)

Bekisting Pile Cap dan Tie Beam (zona 2 dan 4)

Pembesian Pile Cap dan Tie Beam (zona 2 dan 4)

Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam (zona 2 dan 4)

Pelat Lantai Basement

Kolom Lantai Basement (zona 4)

Balok dan Pelat Lantai 1 (zona 4)

Kolom Lantai 1 (zona 4)

Balok dan Pelat Lantai 2 (zona 4)

Kolom Lantai 2 (zona 4)

Kolom Lantai 3 (zona 4)

Balok dan Pelat Lantai 4 (zona 4)

Kolom Lantai 4 (zona 4)

Core Wall Lantai 4

Balok dan Pelat Lantai 5 (zona 1 dan 2)

Kolom Lantai 5 (zona 2)

Balok dan Pelat Lantai 6-12 (zona 2)

Kolom Lantai 6-12 (zona 2)

Balok dan Pelat Lantai Atap (zona 2)

(19)

PENGUMPULAN DATA

PRIMER

(20)

FORMULIR KUISIONER

(21)

FORMULIR KUISIONER

(22)

REKAPITULASI ESTIMASI DURASI

(23)

PERHITUNGAN PENJADWALAN

PROBABILISTIK

(24)

PROSES INPUT DATA

(25)

PENGATURAN SIMULASI

(26)

HASIL SIMULASI

Nilai maksimum total durasi proyek adalah 281 hari. Dari 1000 kali iterasi dalam simulasi didapatkan total durasi penyelesaian proyek paling lambat adalah 281 hari.

Nilai minimum total durasi proyek adalah 256 hari. Dari 1000 kali iterasi dalam simulasi didapatkan total durasi penyelesaian proyek paling lambat adalah 256 hari.

Nilai mean/rata-rata durasi proyek adalah 268 hari. Dari 1000 kali iterasi dalam simulasi didapatkan total durasi penyelesaian proyek paling cepat adalah 268 hari. Nilai rata-rata didapatkan dari penjumlahan semua total durasi dibagi dengan jumlah iterasi sebanyak 1000.

Varian dari populasi total durasi proyek adalah 15,5185, damana varian adalah ukuran sebesapa besar penyebaran nilai dalan distribusi. Nilai ini didapat dari rata-rata

penyimpangan kuadrat populasi total durasi proyek terhadap rata-rata total durasi proyek.

Kontingensi waktu, yaitu rencana waktu cadangan yang dipakai untuk mengatasi keadaan yang tidak tentu atau diluar rencana. Metode umum yang dipakai untuk menghitung

kontingensi waktu yaitu nilai median sampai interval waktu tertentu (dalam hal ini digunakan P80%).

P50% = 268 hari P80% = 271 hari

Jadi, kontingensi waktu = 3 hari

(27)

DISTRIBUSI DURASI PROYEK

(28)

KURVA PROBABILITAS

(29)

KONTINGENSI WAKTU

(30)

CRITICAL INDEX

Berdasarkan hasil simulasi, didapat 37 aktivitas yang memiliki critical index lebih besar dari 80%.

Berdasarkan daftar resiko yang diperoleh dari survey , maka kita dapat menghubungkan aktivitas-aktivitas yang memiliki critical index yang tinggi daftar resiko tersebut.

Sebagai contoh , dari hasil simulasi diketahui bahwa aktivitas bore pile (zona 1) memiliki critical index 100%. Artinya adalah dari 1000 kali iterasi, aktivitas ini berada pada lintasan kritis sebanyak 1000 kali. Dan berdasarkan survey yang telah dilakukan kepada lima orang responden berdasarkan pengalaman responden, ada beberapa resiko yang perlu diantisipasi dari aktivitas bore pile, yaitu:

Kondisi tKemungkinan rusaknya alat untuk melakukan pengeboran.

anah yang mudah longsor

Dengan mengetahui bahwa aktivitas bore pile merupakan aktivitas yang selalu berada pada lintasan kritis dan mengetahui kemungkinan-kemungkinan resiko pada aktivitas bore pile, maka seharusnya aktivitas ini diprioritaskan dengan cara mengantisipasi resiko-resiko yang mungkin terjadi seperti diatas dan melakukan pengendalian dan pengawasan yang lebih ketat salama palaksanaan aktivitas ini.

(31)

CRITICAL INDEX

Berdasarkan hasil simulasi, didapat 37 aktivitas yang memiliki critical index lebih besar dari 80%.

Berdasarkan daftar resiko yang diperoleh dari survey , maka kita dapat menghubungkan aktivitas-aktivitas yang memiliki critical index yang tinggi daftar resiko tersebut.

Sebagai contoh , dari hasil simulasi diketahui bahwa aktivitas bore pile (zona 1) memiliki critical index 100%. Artinya adalah dari 1000 kali iterasi, aktivitas ini berada pada lintasan kritis sebanyak 1000 kali. Dan berdasarkan survey yang telah dilakukan kepada lima orang responden berdasarkan pengalaman responden, ada beberapa resiko yang perlu diantisipasi dari aktivitas bore pile, yaitu:

Kondisi tKemungkinan rusaknya alat untuk melakukan pengeboran.

anah yang mudah longsor

Dengan mengetahui bahwa aktivitas bore pile merupakan aktivitas yang selalu berada pada lintasan kritis dan mengetahui kemungkinan-kemungkinan resiko pada aktivitas bore pile, maka seharusnya aktivitas ini diprioritaskan dengan cara mengantisipasi resiko-resiko yang mungkin terjadi seperti diatas dan melakukan pengendalian dan pengawasan yang lebih ketat salama palaksanaan aktivitas ini.

(32)

CRITICAL INDEX

(33)

SENSITIVITAS

Angka sensitivitas , menunjukkan seberapa besar pengaruh dari suatu aktivitas pekerjaan terhadap keseluruhan proyek. Berdasarkan hasil simulasi, ada 16 aktivitas yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi.

Sebagai contoh, aktivitas bore pile (zona 2) mimiliki angka sensitivitas sebesar 0,249.

Artinya adalah pengaruh aktivitas ini terhadap durasi total proyek adalah 24,9%. Jika aktivitas ini mengalami keterlambatan dalam penyelesaiannya maka peluang aktivitas ini untuk mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek secara keseluruhan adalah 24,9%.

(34)

SENSITIVITAS

(35)

SENSITIVITAS

(36)

KESIMPULAN

(37)

KESIMPULAN

Bahwa aktivitas-aktivitas yang berada pada lintasan kritis (hasil analisa penjadwalan deterministik) terbukti memiliki critical index yang tinggi serta sensitivitas yang tinggi pula. Artinya, aktivitas-aktivitas tersebut memang harus mendapat prioritas dan perhatian lebih dalam penyelesaiannya karena jika terjadi keterlambatan pada aktivitas-aktivitas tersebut maka peluang untuk bertambahnya durasi total proyek juga sangat besar.

(38)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

untuk mengetahui jenis distribusi pada data waktu perbaikan komponen kritis. mesin sheeter dan parameter distribusi

Berdasarkan Tabel 2 dan gambar pelaksanaan simulasi penjadwalan ulang metode CPM menggunakan aplikasi MS Project untuk mencapai penyelesaian waktu 54 hari tepat waktu maka lintasan