ABSTRAK
PENGARUH FIRM SIZE, RETURN ON ASSET DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA
PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2013-2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengaruh firm size, return on asset dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2013- 2016
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Variabel Independen pada penelitian ini adalah firm size, return on asset dan leverage sedangkan Variabel Dependennya adalah pengungkapan corporate social responsibility. Jumlah populasi penelitian ini terdiri dari 40 perusahaan industri barang konsumsi dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 20 perusahaan yang menjadi sampel. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan firm size, return on asset dan leverage berpengaruh signifikan terhadap terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Secara parsial firm size dan return on asset berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Kata Kunci : firm size, return on asset, leverage, pengungkapan corporate
social responsibility
ABSTRACT
EFFECTIVENESS FIRM SIZE, RETURN ON ASSET AND LEVERAGE ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURES OF CONSUMER GOODS INDUSTRY
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (BEI) IN THE PERIOD 2013-2016.
This study aims to determine and analyze whether the Effectiveness firm size, return on asset and leverage on corporate social responsibility disclosures.
The population in this research is comsumer goods industry that were listed on the Indonesian Stock Exchange in 2013-2016. Research method in this thesis is classical assumption test, and hypothesis test. Independent variables in this study are firm size, return on asset and leverage while the Dependent variable is corporate social responsibility disclosures. The total population of this study consisted of 40 companies using purposive sampling obtained 20 company as a sample. The type of data used is secondary data.
The results of this study prove that simultaneous firm size, return on asset and leverage significantly influence corporate social responsibility disclosures.
Partially, firm size and return on asset have an effect on corporate social responsibility disclosures while leverage do not influence to corporate social responsibility disclosures.
Keywords: firm size, return on asset, leverage, corporate social responsibility
disclosures
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat segala nikmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh firm size, return on asset dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2013-2016”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA selaku Ketua Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.Syahrul Rambe, MM.,Ak selaku Sekretaris Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing,
Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji, dan
Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding, terimakasih atas
bimbingan kepada penulis selama penyelesaian penulisan skripsi ini.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I Pendahuluan ... 1
1.1.Latar BelakangMasalah ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 7
1.3.Tujuan Penelitian ... 7
1.4.Manfaat Penelitian ... 7
BAB II Tinjauan Pustaka... 9
2.1.Tinjauan Teoritis ... 9
2.1.1. Teori Keagenan ... 9
2.1.2. Corporate Social Responsibility ... 10
2.1.3. Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 13
2.1.4. Firm Size ... 14
2.1.5. Return On Asset ... 15
2.1.6. Leverage ... 16
2.2.Penelitian Terdahulu ... 17
2.3.Kerangka Konseptual ... 20
2.3.1. Pengaruh Firm Size terhadap Pengungkapan CSR ... 21
2.3.2. Pengaruh ROA terhadap Pengungkapan CSR ... 21
2.3.3. Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan CSR ... 22
2.4.Hipotesis ... 22
BAB III Metode Penelitian ... 24
3.1.Jenis Penelitian ... 24
3.2.Populasi dan Sampel... 24
3.3.Jenis Data... 26
3.4.Metode Pengumpulan Data ... 26
3.5.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 27
3.5.1. Variabel Dependen ... 27
3.5.2. Variabel Independen ... 27
3.5.3. Operasional Variabel Penelitian ... 28
3.6.Teknik Analisis Data ... 29
3.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 29
3.6.1.1. Uji Normalitas ... 29
3.6.1.2. Uji Multikolonieritas ... 30
3.6.1.3. Uji Heterokedastisitas ... 30
3.6.1.4. Uji Autokorelasi ... 30
3.6.2. Uji Hipotesis ... 31
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 34
4.1.Hasil Penelitian ... 34
4.1.1. Uji Asumsi Klasik ... 34
4.1.1.1. Uji Normalitas ... 34
4.1.1.2. Uji Multikolonieritas ... 37
4.1.1.3. Uji Heterokedastisitas ... 38
4.1.1.4. Uji Autokorelasi ... 38
4.1.2.Uji Hipotesis ... 40
4.2.Pembahasan Hasil Penelitian ... 43
BAB V Kesimpulan dan Saran ... 46
5.1.Kesimpulan ... 46
5.2.Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN ... 50
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1. Research Gap ... 6
2.1. Penelitian Terdahulu ... 19
3.1. Daftar Populasi dan Sampel ... 25
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
4.1. Hasil Uji Normalitas ... 35
4.2. Hasil Uji Multikolinieritas ... 37
4.3. Hasil Uji Autokorelasi ... 39
4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 40
4.5. Koefisien Determinasi ... 41
4.6. Hasil Uji F ... 42
4.7. Hasil Uji T ... 42
4.8. Ringkasan Hasil Penelitian ... 45
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1.1. Grafik Perubahan indeks pengungkapan CSR ... 5
2.1. Kerangka Konseptual ... 20
4.1. Grafik Histogram ... 35
4.2. Normal P-Plot ... 36
4.3. Grafik Scatterplot ... 38
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50
2. Data Variabel Penelitian ... 52
3. Hasil Uji SPSS ... 58
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kesadaran masyarakat akan lingkungan sudah meningkat.
Masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya sudah banyak menarik minat setiap lapisan masyarakat. Masyarakat mulai sadar akan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan terhadap lingkungan sekitar yang semakin sulit dikendalikan karena operasi perusahaan dalam rangka mencapai laba maksimal yang semakin agresif. Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya pasti akan memberikan dampak kepada pihak luar dan lingkungan sekitar baik dampak positif maupun negatif. Dampak negatif inilah yang dihaparkan dapat diminimalisir oleh perusahaan.
Tidak hanya mengenai peran perusahaan dalam memberikan barang dan
jasa semata, namun masyarakat sekarang ini sudah semakin sadar akan dampak
negatif yang diberikan suatu perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya seperti
pencemaran limbah dan ekploitasi sumber daya. Maka dari itu perusahaan
diwajibkan melakukan kegiatan sosial sebagai bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyaraat luas. Dengan adanya pemahaman ini perusahaan
diharapkan dapat menyadari bahwa perusahaan tidak hanya sebagai entitas yang
mementingkan dirinya sendiri untuk memperoleh keuntungan, namun perusahana
juga memiliki peran sebagai organisasi bisnis yang mana setiap kegiatan operasi
perusahaan selalu akan terikat dengan masayarakat.
Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan petingnya peranan sosial perusahaan, maka masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan berperan dalam pemeliharaan lingkungan. Dari sinilah pentingnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang diinformasikan dan diberikan umum sebagai dasar penilaian masayarakat terhadap suatu perushaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan aktivitas perusahaan.
Masyarakat sekarang ini mengawasi segala aktivitas perusahaan yang
mana di anggap bahwa perusahaan pasti akan memberikan dampak dari proses
produksi yang dijalankan terutama limbah pabrik yang bersifat negatif . Dengan
demikian, ini sangat berkaitan dengan ativitas yang dilakukan oleh perusahaan
industri barang konsumsi yang mana dalam kegiatan memproduksi barang,
industri ini dapat dipastikan akan membuat limbah produksi yang akan mencemari
lingkungan. Selain itu dalam proses produksi perusahaan akan membutuhkan
pekerja yang artinya wajib bagi perusahaan untuk memperhatikan kesejahteraan
pekerjanya serta perhatian juga dibutuhkan mengenai keamanan produk yang
dijual perusahaan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan perusahaan
terhadap lingkungan inilah yang menjadikan pengungkapan corporate social
responsibility sangat penting. Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan
salah satu elemen pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dalam UU Perseroan Terbatas No. 40 Pasal 74 Tahun 2007, yang dimaksud menjalankan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang bunyinya adalah:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan,
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran,
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dari peraturan diatas dapat dipahami bahwa perusahaan pengelola sumber daya alam diwajibkan untuk menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Kepedulian perusahaan pada lingkungan sosialnya ini menjadi sebuah keharusan karena keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat telah menciptakan masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah, mutu produk, tingkat safety produk, serta hak dan status tenaga kerja. Terdapat beberapa contoh kasus terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya.
Ada beberapa fenomena yang terjadi khususnya di industri barang konsumsi
mengenai masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi
suatu perusahaan. Salah satunya adalah pembungangan limbah di sungai
reformasi oleh PT Siantar Top. Warga mengambil sample atau contoh adanya
pembuangan limbah yang diduga dibuang PT Siantar Top. Tidak hanya soal
masalah limbah, namun juga soal masalah bangunan diatas sungai dan juga normalisasi untuk mengatasi masalah pengendapan.
Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan alat manajerial yang digunakan perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan dengan masyarakat sekitar perusahaan. Ada beberapa fenomena yang terjadi di Indonesia sejalan dengan pernyataan diatas, yang mengatakan bahwa pengungakapan tanggung jawab soaial perusahaan berguna untuk menghindari konflik dengan masyaraat salah satunya ialah konflik warga dengan PT Tirta Fresindo Jaya anak perusahaan PT Mayora Indah Tbk. Begini jadinya bila sebuah perusahaan tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat. Protes dan hujat masyarakat pasti dilayangkan kepada perusahaan dimaksud. Lihat saja tuduhan kepada manajemen PT Tirta Fresindo Jaya ini langsung dituduh masyarakat sebagai perusahaan penjahat lingkungan. Masyarakat menuduh perusahaan terebut melakukan perusakan lingkungan karena pembangunan perusahaan mereka menutup sumber air di daerah tersebut dan merusak mata air kebutuhan masyarakat setempat.
Selain itu kasus polusi udara PT Gudang Garam yang disebabkan oleh
limbah berupa sisa pembakaran yang keluar dari cerobong pabrik telah
menyebar ke pemukiman penduduk sejak tahun 2006 silam. Lebih dari seribu
warga yang tinggal di sekitar pabrik rokok PT Gudang Garam Kediri melakukan
aksi unjuk rasa. Mereka memprotes polusi udara yang dikeluarkan pabrik hingga
memicu terjadinya gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Debu
berwarna putih yang menyerupai abu itu merupakan sisa pembakaran limbah
pabrik yang dilakukan di Unit PT Gudang Garam bagian pembakaran. Selain
memicu polusi udara, perusahaan rokok terbesar di Kediri itu juga membuang limbah cair ke sungai. Hal ini membuat warna air sungai berubah coklat kemerah-merahan dan menyebarkan aroma tak sedap.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2004) paragraf 9 menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Bisa dilihat bahwa pengungkapan CSR bersifat sukarela dan tidak diwajibkan.
Untuk pengungkapan CSR sendiri di industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI untuk periode 2013-2016 mengalami naik turun mengenai indeks yang diungkapkan. Dari tahun 2013-2015 mengalami kenaikan indeks pengungkapan CSR, sedangkan pada tahun 2016 terjadi penurunan pengungkapan CSR.
Fenomena tersebutlah menjadi salah satu alasan penelitian mengenai faktor apasaja yang mempengaruhi pengungkapan CSR ini menarik untuk di teliti.
Gambar 1.1
Grafik Perubahan indeks pengungkapan CSR Sumber : data yang diolah penulis, 2017
46%
58% 69% 68%
0%
20%
40%
60%
80%
2013 2014 2015 2016
Berbagai penelitian sebelumnya telah menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility, berbagai penelitian tersebut memberikan perbedaan hasil penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Miftah dan Arifin (2013:6), hasil penelitian menujukan bahwa ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. sedangkan profitabilitas dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang Fariati dan Segoro (2013:6) menghasilkan hasil penelitian yang berbeda yang mana ukuran entitas, profitabilitas, ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR).
Penilitian lain yang dilakukan oleh Rifqiyah (2016:10) menghasilkan hasil penelitian yang mana profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibilit. kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian lain yang dilakukan Rofiqoh dan Priyadi (2016:14), Hasil penelitian menunjukkan leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan ROA tidak berpengaruh.
Secara ringkas, hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai factor- faktor yang memengaruhi pengungkapan CSR disajikan dalam tabel di bawah ini.
Table 1.1.
Research Gap
No Variabel Peneliti Hasil
1 Firm Size Miftah dan Arifin (2013) Berpengaruh signifikan
Fariati dan Segoro (2013) Berpengaruh signifikan
Rifqiyah (2016) Tidak berpengaruh signifikan
Rofiqkoh dan Priyadi (2016) Berpengaruh signifikan
2 ROA Miftah dan Arifin (2013) Tidak berpengaruh signifikan Fariati dan Segoro (2013) Berpengaruh signifikan Rifqiyah (2016) Tidak berpengaruh signifikan Rofiqkoh dan Priyadi (2016) Tidak berpengaruh signifikan 3 Leverage Miftah dan Arifin (2013) Berpengaruh signifikan
Fariati dan Segoro (2013) Tidak berpengaruh signifikan Paramitha (2016) Tidak berpengaruh signifikan Rofiqkoh dan Priyadi (2016) Berpengaruh signifikan
Sumber : Data yang diolah penulis, 2017
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi pengungkaan corporate social responsibility tidak konsisten, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
‘Pengaruh firm size, return on asset dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2013-2016’.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini bermaksud untuk menguji beberapa faktor yang diasumsikan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah firm size, return on asset dan leverage berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap pengungkapan corporate social responsibility?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh firm size, return on asset dan leverage
terhadap pengungkapan corporate social responsibility baik secara simultan
maupun parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan dan faktor apa saja yang mempengaruhi pengungkapannya.
2. Bagi perusahaan
Penilitian ini diharapkan memberikan masukan untuk pengambilan keuptusan perusahaan mengenai pengungkapan corporate social responsibility perusahaan dalam laporan tahunan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, memudahkan peneliti
selanjutnya untuk melakukan peneliatian mengenai faktor yang
mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori keagenan
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang telihat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal, diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut. Dengan demikian teori keagenan berkaitan dengan usaha- usaha untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan.
Wardani (2013:13) menyatakan bahwa teori keagenan mengungkapkan
adanya hubungan antara principal (pemilik perusahaan atau pihak yang
memberikan mandat) dan agent (manajer perusahaan atau pihak yang menerima
mandat) yang dilandasi dari adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian
perusahaan, pemisahan penanggung resiko, pembuatan keputusan dan
pengendalian fungsi-fungsi. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik
menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin
kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan
dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. sebaliknya semakin besar
kepemilikan manajer didalam perusahaan maka semakin produktif tindakan
manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak
dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkap informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi yang rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholder atau prinsipal, mendelegasikan pembuatan keputusan sehari-hari kepada manajer atau agen. Manajer ditugaskan dengan menggunakan dan mengawasi sumber-sumber ekonomi perusahaan.
Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan terbaik pemegang saham, sebagian dikarenakan oleh pemilihan yang kurang baik, selain itu juga dapat memicu adanya asimetri informasi. Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja yang selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah informasi akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada informasi lainnya. Informasi akuntansi juga digunakan oleh para principal untuk menilai kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian reward (biasanya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai satusatunya dasar dalam pemberian reward tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar kinerjanya tampak bagus.
2.1.2 Corporate Social Resonsibility
Walaupun konsep corporate social responsibility dewasa ini sangat
popular, namun belum dijumpai keseragaman dalam mendefinisikan konsep
corporate social responsibility. Istilah corporate social responsibility sendiri
diperkenalkan pertamakali dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman tahun 1953. Corporate social responsibility adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian social dalam operasi bisnis mereka.
Corporate social responsibility
World Business Council for Sustainable Development mengemukakan bahwa corporate social responsibility merupakan komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
bisa dikatakan komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal danmasyarakat luas pada umumnya. Dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
Jika dilihat dari beberapa definisi corporate social responsibility diatas,
tampak bahwa secara umum corporate social responsibility adalah suatu tindakan
atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab
mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Contoh
bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate social responsibility merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. Dalam situs Wikipedia j
1. Brand differentiation
ika dikelompokkan ada beberapa manfaat CSR terhadap perusahaan :
Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, CSR bisa memberikan citra perusahaan yang khas, baik dan etis di mata publik yang pada akhirnya menciptakan customer loyalty.
2. Human resources
Program corporate social responsibility dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru terutama yang memiliki kualifikasi tinggi.
Saat interview, calon karyawan yang memiliki pendidikan dan pengalaman tinggi sering bertanya tentang corporate social responsibility dan etika bisnis perusahaan,sebelum mereka memutuskan menerima tawaran. Bagi staf lama, corporate social responsibility juga dapat meningkatkan persepsi, reputasi dan dedikasi dalam bekerja.
3. License to operate
Perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong pemerintah dan publik member izin bisnis. Karena dianggap telah memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas.
4. Risk management
Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan.
Reputasi perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh skandal korupsi, kecelakaan karyawan atau kerusakan lingkungan. Membangun budaya ”doing the right thing” berguna bagi perusahaan dalam mengelola resiko-resiko bisnis.
5. Reduced scrutiny
Perusahaan ingin menghindari gangguan dari pihak lain. CSR dapat
dilakukan untuk menunjukan kepada pemerintah dan masayarakat
bahwa perusahaan mereka peduli terhadap kesehatan, keselamatan dan
lingkungan sehingga pihak luar tidak terlalu memonitori perusahaan
tersebut secara teliti.
2.1.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Informasi nonkeuangan dan keterlibatan sosial perusahaan dikomunikasikan kepada para stakeholder.
Pertanggungjawaban sosial timbul jika organisasi memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki kewajiban untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap lingkungannya. Menurut Harahap (2011:407) Alasan agar perusahaan melakukan tanggung jawab sosial yaitu:
Pengkomunikasian aktivitas tersebut dilakukan dengan berbagai cara dan media pengungkapan. Salah satu alat atau media yang dapat digunakan adalah laporan tahunan. Pengungkapan berarti penyampaian informasi. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting atau corporate social responsibility merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham.
1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang hal ini sangat menguntungkan perusahaan.
2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati karyawan, investor, dan lain-lain.
4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi
masyarakat. Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran
perusahaan, sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial
mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.
5. Dapat menunjukkan respons positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat sehingga mendapat simpati masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.
7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-kadang suatu kegiatan yang dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.
8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dan lain-lain.
2.1.4 Firm Size
Besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasional lancar dan pengendalian persediaan yang terkendali. Sedangkan pengertian ukuran perusahaan ialah ukuran perusahaan yang digambarkan melalui jumlah aset dan penjualan perusahaan. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan bahwa untuk memperoleh hasil penjualan yang maksimal dan jumlah aset yang optimal dalam menjalankan perusahaan. Besarnya aset perusahaan sangat menentukan besarnya perusahaan. Perusahaan manapun pasti menginginkan jumlah laba bersih sesudah dikurangi faktor pajak yang besar karena akan menambah jumlah modal yang digunakan untuk usaha. Agar diperoleh laba penjualan yang besar, maka perusahaan manapun pasti akan mengupayakan untuk melakukan perencanaan pemasaran yang optimal dan efektif.
Menurut Sawir (2004:101) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:
Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil
umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk
obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya
peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi
penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.
Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebibesar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen
2.1.5 Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. Return On Asset (ROA) merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelolah investasinya. Di samping itu hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin rendah (kecil) rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Menurut Munawir (2007:91) kegunaan dari analisa Return On Asset (ROA) dikemukakan sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang
menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi
yang baik maka manajemen dengan menggunakan teknik analisa
return on asset dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang
bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan.
2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisa return on asset ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
3. Analisa return on asset pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian., yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang bersangkutan.
4. Analisa return on asset juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. Dengan demikian manajemen akan dapat mengetahui produk mana yang mempunyai profit potential di dalam longrun.
5. Return on asset selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya return on asset dapat digunakan sebagian dasar untuk pengembalian keputusan kalau perusahaan akan mengadakan ekspansi.
2.1.6 Leverage
Dalam arti harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Leverage menunjuk
ketergantungan perusahaan terhadap hutang yang dimiliki perusahaan dalam
membiayai kegiatan operasinya. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana
intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan yang tercermin pada
lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang tertuang dalam neraca. Sementara
sumber dana ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar
perusahaan, misalnya hutang. Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada
sisi kewajiban.
Weston dan Copeland (2009:54) mengemukakan bahwa penggunaan hutang akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Karena dengan menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri maka beban tetap yang ditanggung perusahaan tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan profitabilitas menurun. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada struktur modal optimal, nilai perusahaan akan semakin menurun dengan semakin besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada penggunaan hutang menjadi lebih kecil dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan hutang tersebut.
Telah ditunjukkan banyak penelitian akuntansi bahwa penyedia utama pendanaan perusahaan, apakah pemegang saham atau kreditur, mempengaruhi kebijakan pengungkapan perusahaan. Bagaimanapun, tidak ada persetujuan pada bagaimana komposisi modal perusahaan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial.
2.2 Penelitian terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang pengaruh firm size, return on asset dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hasil penelitian Anggraini (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan.
Berbeda dengan hasil penelitian Fariati (2013) yang mana menyatakan bahwa
ukuran entitas, profitabilitas, ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR). Ukuran entitas, profitabilitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh secara bersama-sama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR).
Penelitian Miftah dan Arifin (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan profitabilitas dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan Paramitha (2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan, profile, dan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan peneitian yang dilakukan Rifqiyah (2016) menyatakan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Hasil penelitian Rofiqkoh dan Priyadi (2016) menghasilkan hasil
penelitian bahwa leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR, sedangkan ROA tidak berpengaruh. Sedangkan penelitian
Hidayat (2017) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan ROE secara parsial
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadappengungkapan CSR. Leverage
tidak berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan CSR.
Penelitian terdahulu ini akan dijadikan bahan acuan agar dapat membandingkan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1. Anggraini (2006) Variabel Independen:
Kepemilikan Manajemen, Tipe Industry, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Profitabilitas.
Variabel Dependen:
Pengungkapan Informasi Sosial.
Presentase kepemilikan manajemen dan tipe industri yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi social. Ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan.
2. Fariati dan Segoro (2013)
Variabel Independen:
Ukuran Entitas, Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Dewan Komisaris
Variabel Dependen:
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Ukuran entitas, profitabilitas, ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR). Ukuran entitas, profitabilitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh secara bersama-sama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR).
3. Miftah dan Arifin (2013)
Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Dewan Komisaris Variabel Dependen:
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan profitabilitas dan ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Paramitha (2016) Variabel Independen:
Karatkteristik Perusahaan, Komisaris, Profitabilitas, Leverage
Variabel Dependen:
Pengungkapan corporate social responsibility.
Ukuran perusahaan, profile, dan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR
5. Rifqiyah (2016) Variabel Independen:
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Saham Publik
Variabel Dependen:
Pengungkapan corporate
Profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Kepemilikan saham publik berpengaruh
terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
social responsibility 6. Rofiqkoh dan
Priyadi (2016)
Variabel Independen:
Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen:
Pengungkapan corporate social responsibility
Leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan ROA tidak berpengaruh.
7. Hidayat (2017)
Variabel Independen: Size, Return On Equity, dan Leverage
Variabel Dependen:
Corporate social responsibility disclosure
Ukuran perusahaan dan ROE secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
pengungkapan CSR. Leverage tidak berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan CSR.
Ukuran perusahaan, return on equity (ROE), dan leverage secara bersamaan mempengaruhi pengungkapan CSR.
Sumber : dibentuk berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu 2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, maka sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berikut ini uraian konsep variabel-variabel independen yang mempengaruhi variable dependen dalam penelitian ini.
Firm Size  ( X1) 
Leverage  ( X3)  Return On Asset 
( X2) 
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
2.3.1 Pengaruh Firm Size terhadap Pengungkapan Corporate Socisl Responsibility
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawaban sosial daripada perusahaan kecil.
Perusahaan yang lebih besar akan mendapat sorotan yang lebih banyak dari masyarakat sehingga pengungkapan yang lebih besar merupakan cara untuk mengurangi biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaaan (Sembiring, 2005:7).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali hubungan antara firm size terhadap pengungkapan corporate socisl responsibility
2.3.2 Pengaruh return on asset terhadap pengungkapan corporate social responsibility
Analisa return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan. Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan
fleksibilitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada
pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas. Hubungan
antara profitabilitas entitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial entitas
telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa
reaksi sosial memerlukan gaya manajerial (Fariati dan Segoro, 2013:3), sehingga semakin tinggi tingkat Return on asset perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh return on asset terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
2.3.3 Pengaruh leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Tingkat leverage perusahaan dengan demikian menggambarkan resiko keuangan perusahaan (Sembiring, 2005:9). Tambahan informasi seperti informasi sosial diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan leverage yang rendah.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk Pengaruh leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah, kajian teori dan hasil penelitian
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah firm size, return
on asset dan leverage berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap
pengungkapan corporate social responsibility
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kasual (causal assosiative research). Menurut Sugiyono (2005:11) , Asosiatif kausal adalah penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan dari penelitian asosiatif adalah untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Dengan menggunakan penelitian asosiatif dapat diketahui hubungan antara variabel 𝑋𝑋
1(firm size), 𝑋𝑋
2(return on asset) dan 𝑋𝑋
3(leverage) terhadap Y (pengungkapan corporate social responsibility ) secara simultan maupun parsial.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan industri barang
konsumsi yang tercatat (go public) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggunaan
perusahaan yang tercatat di BEI sebagai populasi karena perusahaan tersebut
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar
perusahaan, sehingga memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh
dalam penelitian ini. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling yaitu
pengambilan data berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-
kriterianya yaitu :
1. Perusahaan industri barang kansumsi yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dan laporan tahunan pada periode 2013-2016.
2. Perusahaan tersebut menyediakan informasi mengenai pelaksanaan CSR dalam laporan tahunannya pada tahun 2013-2016
Dari 40 perusahaan indusrti barang konsumsi yang tersedia sebagai populasi, ada beberapa perusahaan yang tidak memenuhi kriteria dalam penentuan sampel. Perusahaan yang memenuhi kriteria sebanyak 20 perusahaan yang mana perusahaan tersebut akan menjadi sample penelitian, sehingga jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 80.
Tabel 3.1.
Daftar Populasi dan Sampel
No Nama Perusahaan Kode Kriteria Sampel
1 2
1. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA   Sampel 1
2. Tri Banyan Tirta Tbk ALTO  -
3. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. CEKA  -
4. Sariguna CLEO - -
5. Delta Djakarta Tbk. DLTA  -
6. Buyung putra HOKI - -
7. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. ICBP  -
8. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF   Sampel 2 9. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI  -
10. Mayora Indah Tbk. MYOR   Sampel 3
11. Prasidha Aneka Niaga Tbk. PSDN   Sampel 4 12. Nippon Indosari Corpindo Tbk. ROTI   Sampel 5
13. Sekar Bumi Tbk. SKBM   Sampel 6
14. Sekar Laut Tbk. SKLT   Sampel 7
15. Siantar Top Tbk. STTP - -
16. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. ULTJ   Sampel 8
17. Gudang Garam Tbk. GGRM   Sampel 9
18. HM Sampoerna Tbk. HMSP  -
19. Bentoel Internasional Investama Tbk. RMBA  -
20. Wismilak Inti Makmur Tbk. WIIM   Sampel 10 21. Darya-Varia Laboratoria Tbk. DVLA   Sampel 11
22. Indofarma (Persero) Tbk. INAF  
23. Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF   Sampel 12
24. Kalbe Farma Tbk. KLBF   Sampel 13
25. Merck Tbk. MERK   Sampel 14
26. Pyridam Farma Tbk PYFA   Sampel 15
27. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. SCPI - -
28. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. SIDO   Sampel 16 29. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. SQBB  -
30. Taisho Pharmaceutical Indonesia (PS) Tbk. SQBI - -
31. Martina Berto Tbk. MBTO   Sampel 17
32. Tempo Scan Pacific Tbk. TCSP - -
33. Akasha Wira International Tbk. ADES   Sampel 18
34. Kino KINO - -
35. Mustika Ratu Tbk. MRAT - -
36. Mandom Indonesia Tbk. TCID   Sampel 19
37. Unilever Indonesia Tbk. UNVR   Sampel 20
38. Integra Indocabinet Tbk. WOOD - -
39. Chitose Internasional Tbk. CINT - -
40. Kedaung Indah Can Tbk. KICI  -
Sumber : Data yang diolah penulis, 2017 3.3 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan tahunan perusahaan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 - 2016. Alasan dipilihnya periode waktu tersebut karena laporan tahunan pada periode tahun 2013 – 2016 merupakan data terbaru yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia yaitu melalui situs www.idx.co.id
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan
merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari
perusahaan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,
yaitu metode mengumpulkan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan
perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mengunduh data-data yang diperlukan dari www.idx.co.id.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan corporate social responsibility perusahaan. Perhitungan variabel ini dilakukan oleh peneliti dengan mengukur pengungkapan sosial laporan tahunan yang dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan dengan asumsi setiap yang diungkapkan pasti telah dilakukan, apabila item informasi tidak ada dalam laporan keuangan maka diberi skor 0 dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1. Metode pengukuran ini dinamakan dengan checklist data. Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Sembiring (2005:6), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam kategori: Lingkungan, Energi, Tenaga Kerja, Produk, Keterlibatan Masyarakat, dan Umum. Perhitungan indeks pengungkapan ini dapat dinotasikan dalam rumus sebagai berikut:
Indeks Informasi Sosial =
Jumlah skor pengungkapan CSR Jumlah skor maksimal3.5.2 Variabel Independen
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Firm Size
Firm size adalah ukuran perusahaan yang dapat diukur dengan jumlah aset
(aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset lain-lain), jumlah penjualan, atau
jumlah tenaga kerja yang dimiliki perusahaan sampai akhir periode pelaporan keuangan. Dalam penelitian ini digunakan logaritma total aset sebagai ukuran untuk size perusahaan.
2. Return on Asset (ROA).
Return on asset (ROA) merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya.
Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus : ROA=
Laba bersihTotal aset
X 100%
3. Leverage
Leverage adalah rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai asset perusahaan. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini yaitu debt to equity ratio. DER merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total ekuitas pemegang saham yang dimiliki perusahaan.
DER =
Total kewajibanTotal ekuitas
X 100%
3.5.3 Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih lengkap pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variable dependen
Variable Definisi Pengukuran Skala
data
Sumber data Pengungka
pan CSR
Data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan
Jumlah skor pengungkapan CSR jumlah skor maksimal Indikator:
1. Lingkungan
Rasio Annual
report
aktivitas sosialnya
2. Energi 3. Tenaga Kerja 4. Produk
5. Keterlibatan Masyarakat 6. Umum
Variabel Independen Firm size
Ukuran
perusahaan yang dapat diukur dengan jumlah aktiva
LN (Total Aset)
Rasio Financial Report
ROA
Kemampuan perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝐿𝐿𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 ℎ
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇 𝐿𝐿𝑏𝑏𝑏𝑏𝑇𝑇
X 100% Rasio Financial
Report
Leverage
Mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total ekuitas pemegang saham yang dimiliki perusahaan
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇 𝑘𝑘𝑏𝑏𝑘𝑘𝐿𝐿𝑘𝑘𝑏𝑏𝐿𝐿𝐿𝐿𝑘𝑘
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇 𝑏𝑏𝑘𝑘𝑒𝑒𝑏𝑏𝑇𝑇𝐿𝐿𝑏𝑏
X 100% Rasio Financial
Report
3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Uji Asumsi Klasik 3.6.1.1 Uji Normalitas
“Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak”
(Ghozali, 2005:165). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi
normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah
data berdistribusi normal atau tidak mengunakan uji stastik Kolmogorov Smirnov
Test (K-S). Uji ini dilakukan untuk memastikan secara statistik apakah data
disepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Data dikatakan normal apabila hasil pengujian menunjukkan nilai siginifikan diatas 0.05, sebaliknya jika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka distribusi data adalah tidak normal. dua cara yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik.
3.6.1.2 Uji Multikolonieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Berdasarkan hasil analisis ,jika variabel-variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 10%
dan memiliki nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10, maka model regresi tersebut bebas dari masalah multikoleniaritas (Ghozali, 2005:105).
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui adanya heteroskedasatisitas digunakan grafik scatter. Dasar pengambilan keputusan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit). Maka telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.1.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan-
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin -Watson (DW Test).
pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2005:110)
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4- du) maka koefisien autokorelasi sama dengan 0 berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (di),maka koefisien autokorelasi lebih dari pada 0,berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih dari pada (4-dl),maka koefisien outokorelasi lebih kecil dari pada 0,berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (dl),maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.6.2 Uji Hipotesis
Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana:
Y = Indeks pengungkapan tanggung jawab sosial (CSD) a = Intercept (konstanta)
b1, …, b8 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen X
1= Total asset (Firm Size)
X
2= Return on asset (ROA) X
3= Leverage
e = Error (kesalahan/gangguan)
1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah suatu nilai yang menunjukkan besarnya perubahan yang tersaji diakibatkan oleh variabel lainnya. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui prosentase besarnya keterkaitan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependennya (Y).
Koefisien determinasi dinyatakan dalam 𝑅𝑅
2. Untuk variabel bebas yang lebih dari satu variabel, maka menggunakan adjusted 𝑅𝑅
2.
2. Uji F (pengujian secara simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
H
0: b = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama).
H
a: b ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
a. Jika F hitung > F tabel atau probabilitas < taraf signifikansi 5% = 0,05;
maka H
0ditolak dan H
aditerima berarti ada variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika F hitung < F tabel atau probabilitas > taraf signifikansi 5% = 0,05;
maka H
0diterima dan H
aditolak berarti variabel independen secara
bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
3. Uji t (pengujian secara parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
H
0: b = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
H
a: b ≠ 0, berarti a da pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5%
dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
a. Jika t hitung > t tabel atau probabilitas < taraf signifikansi 5% = 0,05;
maka H
0ditolak dan H
aditoerima berarti ada pengaruh yang signifikan dari masing masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
b. Jika t hitung < t tabel atau probabilitas > taraf signifikansi 5% = 0,05;
maka H
0diterima dan H
aditolak berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi; Uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
4.1.1.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak.
Untuk melihat normalitas dapat dilakukan dengan melakukan uji stastik
Kolmogorov Smirnov Test (K-S) . Data dikatakan normal apabila hasil pengujian
menunjukkan nilai siginifikan diatas 0.05, sebaliknya jika nilai signifikan lebih
kecil dari 0.05 maka distribusi data adalah tidak normal.
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test