• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri mahasiswa/i pendatang angkatan 2009 Universitas Bina Nusantara dengan perilaku konsumtif pada produk fashion. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa semakin positif konsep diri mahasiswa/i, maka akan semakin tinggi pula perilaku konsumtif pada produk fashion. Semakin negatif konsep diri mahasiswa/i pendatang, maka akan semakin rendah pula perilaku konsumtif pada produk fashion. Demikian pula sebaliknya, semakin tinggi perilaku konsumtif pada produk fashion, maka semakin positif konsep diri yang dimiliki mahasiswa/i pendatang. Semakin rendah perilaku konsumtif pada produk fashion, maka semakin negatif konsep diri yang dimiliki mahasiswa/i pendatang.

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa antara konsep diri dan perilaku konsumtif memiliki hubungan positif, artinya konsep diri dan perilaku konsumtif saling berhubungan searah. Ketika seorang mahasiswa/i pendatang memiliki konsep diri yang positif, akan menghasilkan perilaku konsumtif pada produk fashion yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya apabila seorang mahasiswa/i

pendatang memiliki konsep diri negatif, akan menghasilkan perilaku konsumtif pada produk fashion yang rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin tinggi perilaku konsumtif pada produk fashion maka semakin positif konsep diri mahasiswa/i pendatang, sebaliknya semakin rendah perilaku konsumtif pada produk fashion maka semakin negatif pula konsep diri mahasiswa/i pendatang.

(2)

Hasil penelitian ini memiliki sedikit perbedaan, dimana pada penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan negatif yang berarti konsep diri dan perilaku konsumtif saling berhubungan terbalik, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin negatif konsep diri, maka semakin tinggi perilaku konsumtif remaja dalam pembelian kosmetik melalui katalog.

Hasil penelitian peneliti memiliki hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri mahasiswa/i pendatang angkatan 2009 Universitas Bina Nusantara dengan perilaku konsumtif pada produk fashion. Hal ini bermakna bahwa mahasiswa/i pendatang angkatan 2009 Universitas Bina Nusantara memiliki konsep diri yang positif, berdasarkan pendapat Globe (1994) bahwa individu yang mempertahankan rasa percaya diri, mampu mengarahkan perasaan dan pikiran kearah positif (Santoso, 2013), mampu menerima kekurangan-kekurangan dalam dirinya, mampu mengubah dirinya agar menjadi lebih baik, sehingga dapat diterima di tengah masyarakat, berhasil dan berharga, bila individu tersebut menunjukkan, antara lain perilaku konsumtif (belanja secara berlebihan) dapat memperlihatkan bahwa individu tersebut memiliki harga diri dan konsep diri yang tinggi atau positif (dalam Sari, Budi & Nurcholis, 2012).

Sumartono mengemukakan bahwa faktor lingkungan seperti menjamurnya mall, supermarket, bisnis waralaba, online shop menarik minat masyarakat untuk

menuju suatu kondisi yang konsumtif dan sekaligus melahirkan trend atau gaya hidup baru, serta keinginan untuk mengikuti mode yang sedang beredar (dalam Sari, Budi & Nurcholis, 2012). Jadi, faktor lingkungan dikarenakan adanya pergaulan, budaya, gaya hidup dan tren, serta menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan menyebabkan perilaku konsumtif seseorang tinggi meskipun ia memiliki konsep diri yang positif.

(3)

Fashion secara jelas memiliki peran yang cukup penting dalam

menjaminnya tingkat kemewahan seseorang dan juga karena ada perhatian dari semua kalangan akan fashion, sehingga hal ini membuat fashion terlihat penting.

Fashion secara langsung digandrungi oleh pria ataupun wanita, akan tetapi

wanita yang sangat terobsesi dengan fashion. Fashion itu sendiri berhubungan dengan banyak area, seperti pakaian, tubuh, konsumsi, identitas dan seni.

(Svendsen, 2006).

Titik awal konsumsi didasarkan pada apa yang disebut simbolisme konsumen. Motivasi untuk pembelian produk tidak lagi dibatasi oleh fungsinya, namun implikasi produknya (Nayyab, Javed, Ibraheem, & Safdar, 2011).

Hawkins, Motherbaugh dan Mookerjee (2010) menyatakan bahwa setiap individu memiliki pandangan akan dirinya sendiri (konsep diri), dan individu itu juga mencoba untuk bertahan hidup dengan berbagai cara yang diberikan oleh sumber daya individu itu sendiri (gaya hidup). Pandangan kita akan diri kita sendiri dan cara kita untuk bertahan hidup ditentukan oleh faktor internal (seperti kepribadian kita, nilai, emosi dan memori) dan faktor eksternal (seperti budaya, usia, pertemanan, keluarga dan sub-budaya). Pandangan kita akan diri kita sendiri, serta cara kita untuk bertahan hidup menghasilkan hasrat dan kebutuhan yang kita bawa untuk orang banyak pada situasi sehari-hari yang dihadapi.

Menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001, dalam Sholihah & Kuswardani, 2012), kecenderungan perilaku konsumtif seseorang diduga terkait dengan karakteristik psikologis tertentu yang dimiliki oleh seseorang, yaitu konsep diri mereka sebagai individu, dan tingkat konformitas terhadap kelompok teman sebaya. Sementara itu, konsep diri didefinisikan sebagai totalitas dari pemikiran individu dan perasaan memiliki referensi untuk dirinya sendiri sebagai obyek. Ini

(4)

adalah persepsi individu dari dan perasaan terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain, konsep diri individu terdiri dari sikap individu terhadap diri yang individu itu pegang (Hawkins, Mothersbaugh, & Best, 2007).

Murmanto (2007), menjelaskan bahwa proses pembentukan konsep diri dimulai sejak masih kecil, dan masa kritis pembentukan konsep diri seseorang berada saat anak masuk sekolah dasar. Individu tidak lahir dengan konsep diri.

Konsep diri terbentuk seiring dengan perkembangan hidup individu. Konsep diri merupakan suatu faktor yang dipelajari oleh seseorang, yang terbentuk dan pengalaman seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Rogers (1959, dalam Feist & Feist, 2009) menambahkan bahwa begitu orang membentuk konsep diri mereka, mereka menemukan perubahaan, dan pembelajaran yang cukup signifikan kesulitannya, dimana pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri, biasanya ditolak ataupun diterima dalam bentuk terdistorsi.

Pada akhirnya perilaku konsumtif tidak hanya memberikan dampak negatif pada ekonomi, tetapi juga berdampak pada psikologi, sosial bahkan etika (Tambunan 2001 dalam Agustia, 2012).

Subjek penelitian adalah mahasiswa/i pendatang pada angkatan 2009 Universitas Bina Nusantara. Menurut Nugroho (2003), individu yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, dimana pada umumnya berada pada rentan usia remaja akhir dan dewasa awal. Beberapa jenis kebutuhan mahasiswa dapat diklasifikasikan menjadi kelompok kebutuhan, antara lain: kebutuhan organik, seperti makan, minum, bernafas, dan seks; kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati, dan pengakuan dari pihak lain, dikenal dengan need of affiliation; kebutuhan berprestasi atau need of achievement;

kebutuhan untuk mempertahankan diri, dan mengembangkan jenis. Mahasiswa memiliki citra (image), sebagai trend setter pada kaum remaja, hal ini bertujuan

(5)

untuk menunjukkan status sosial dan simbol yang telah menjadi citra (image) dalam masyarakat, maka perilakunya selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan mode pakaian dan teknologi, misalnya saja kecenderungan mahasiswi membeli dan bergonta-ganti mode pakaian, handphone, dan kendaraan (Nugroho, 2003).

Berbagai hal yang ditemui peneliti sebagai suatu hambatan dalam proses pengerjaan skripsi, dimulai dari mengubah judul penelitian, mencari referensi-referensi yang mendukung penelitian ini, dalam pembuatan konstruk, kuesioner. Setelah peneliti melakukan pilot study, kemudian peneliti mengolah data tersebut akan tetapi proses pengolahan data yang telah dilakukan guna untuk menguji reliabilitas dan validitas dari alat ukur konsep diri dan perilaku konsumtif, peneliti menemukan suatu hambatan dimana alat ukur perilaku konsumtif tidak reliabel dan valid untuk disebarkan pada pengambalian data lapangan (field study). Hal ini membuat peneliti mengubah kembali konstruk, indikator, item-item, serta mengubah kata-kata dalam item yang bertujuan memudahkan responden dalam membaca item-item pernyataan tersebut.

Kemudian, peneliti melakukan pilot study untuk kedua kalinya, dan mengolah data tersebut, sehingga ditemukan bahwa alat ukur perilaku konsumtif ini reliabel dan valid untuk disebarkan pada subjek penelitian pada penelitian lapangan (field study).

5.3 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan, antara lain:

5.3.1 Saran Teoritis

Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang konsep diri mahasiswa/i pendatang dengan perilaku konsumtif, maka hendaknya menambahkan atau menggunakan variabel penelitian lainnya seperti, harga diri,

(6)

citra diri, kontrol diri (Feist & Feist, 2009). Selain itu, juga diharapkan dapat menambahkan teori-teori terbaru sebagai acuan yang baik, sebagai teori pendukung maupun pembuatan skala yang digunakan sebagai acuan. Peneliti juga menyarankan untuk menggunakan sampel atau subjek penelitian yang berbeda, latar belakang pendidikan, ekonomi, usia, sehingga hal ini akan memperluas wawasan dan pengetahuan.

5.3.2 Saran Praktis

• Bagi responden dan subjek penelitian, terutama untuk kalangan

mahasiswa/i pendatang yang memiliki perilaku konsumtif, diharapkan untuk dapat mempertimbangkan dan menelaah dampak positif dan negatif dari perilaku konsumtif tersebut, serta diharapkan untuk dapat mengatur keuangan, tidak membelanjakan uang untuk hal-hal yang kurang penting, tidak dibutuhkan dan hal-hal yang bersifat keinginan sesaat saja.

• Bagi para orang tua, untuk terus mendukung, mengawasi dan

mengontrol putra-putri, terutama dalam berperilaku konsumtif. Orang tua disarankan untuk membatasi uang jajan, sering mengontrol keuangan anak, memberikan pemahaman terhadap perilaku konsumtif atau pembelian terhadap hal-hal yang tidak terlalu dibutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

Secara rinci tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui karakteristik awal lokasi Pilot Project, meliputi hal berikut: (a) Mengetahui timbulan

Jika Anda menggunakan metode ini untuk mendapatkan alamat IP pada gateway layanan Anda, lanjutkan dengan langkah-langkah dari Bagian 6 hingga Bagian 9 dalam dokumen ini

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka di dapat rumusan masalah yaitu, “Bagaimana menerapkan aplikasi data mining penjualan motor

Teradu I s.d Teradu IV mengatakan bahwa tidak melakukan pembukaan kotak suara dan melakukan penghitungan surat suara ulang di Kantor KPU Kabupaten Manokwari karena berdasarkan

Populasi sasaran dalam penelitian adalah nyamuk Ae. Populasi sumber dalam penelitian adalah nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah endemis DBD di dataran

Berita yang terkait dengan garis atau area ditampilkan dalam bentuk chartlet untuk membantu pelaut mengetahui posisi suatu objek, Contoh : Peletakan kabel laut

Dalam hal terdapat anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang

hipotesis peneliti, dilakukan analisis statistik dengan analisis regresi. Cara pengambilannya menggunakan teknik random sampling, yaitu cara pengambilan/pemilihan