• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Politik Caleg DRP RI Partai NasDem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Komunikasi Politik Caleg DRP RI Partai NasDem"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 101

Strategi Komunikasi Politik Caleg DRP RI Partai NasDem

1 Molesara, 2 Sumarjo, 3 Noval Sufriyanto Talani

1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, 2,3 Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo

e-mail: 1 molesara84@gmail.com, 2 sumarjo@ung.ac.id, 3 novalst@ung.ac.id

Abstrak

Strategi komunikasi dalam politik merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah Partai Politik (Parpol) atau Calon Anggota Legislatif (Caleg) dalam memenangkan Pemilu. Keberhasilan strategi komunikasi politik oleh Parpol atau Caleg dalam merencanakan dan melaksanakan, akan ikut berperan pada hasil perolehan suara. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui perencanaan komunkasi politik Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu Legislatif 2014; 2) Untuk mengetahui kemampuan komunikasi interpersonal Caleg DPR RI Partai NasDem pada Kampanye Pemilu 2014.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena sifat data yang diperoleh merupakan deskripsi dari subjek penelitian dengan teknik pengumpulan data berupa pengamatan dan wawancara kepada Caleg DPR RI Parta NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu 2014. Hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1) Perencanaan komunikasi politik Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu Legislatif 2014, membuktikan ketidaksiapan Caleg dalam merencanakan strategi komunikasi politik; 2) Kemampuan komunikasi interpersonal Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu Legislatif 2014, tidak memadai. Kesimpulan dari penelitian ini, yakni sebagai berikut: 1) perencanaan komunikasi politik ketiga Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu Legislatif 2014, membuktikan ketidaksiapan Caleg dalam mengkonstruksi kegiatan, menyusun dan menyampaikan pesan politik kepada masyarakat pemilih, baik melalui kegiatan sosialisasi, kampanye serta pemanfaatan media massa; 2) kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu Legislatif 2014 tidak memadai, sehingga ketiga Caleg tersebut tidak mampu meraih kursi di parlemen.

Kata Kunci: strategi, komunikasi, politik, partai NasDem

Abtract

Communication strategy in politics is a success key of politic party or the legislator candidate for winning the elections. The success politics communication strategy of the legislator candidate in planning and conducting and also take apart in some activities play important role in gaining society vote. The objectives of this research are as follows: 1) To describe communication politics planning of the legislator candidate from NasDem Party for Gorontalo Province Election region on legislative election in 2014. 2) To know interpersonal politics communication ability of the legislator candidate from NasDem Party on legislative election campaign in 2014. This research uses qualitative method because the data collected is description of the subject of research and techniques of collecting data by using observation and interview from the legislator candidate from NasDem Party for Gorontalo Province election region on legislative election in 2014. The result of this research is as follows: 1) Politics communication planning of the legislator candidate of NasDem Party for Gorontalo Province election region in legislative election 2014 prove that candidate uncertainty in planning politics communication Strategy; 2) Inadequate of Interpersonal communication ability of the legislator candidate from NasDem Party for Gorontalo Province election region on legislative election 2014. Conclusions of this research are as follows: 1) Politics communication planning of the third legislator candidate of NasDem Party for Gorontalo Province election region on legislative election in 2014 proof that they uncertainty and don’t confident in constructing activity, arrange and delivering politic message to their voter through socialization, doing activities, campaign, and gaining supporting of mass media. 2) Interpersonal communication ability owned by the NasDem Party legislator candidate on legislative election in 2014 is inadequate so that the third candidate unable getting position in the Parliament.

Keywords: strategy, communication, politic, NasDem party

(2)

102 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Pendahuluan

Strategi Komunikasi Politik adalah perencanaan komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh dengan sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat mengikat suatu kelompok atau warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan upaya sekelompok manusia yang mempunyai orientasi, pemikiran politik atau ideologi tertentu kedalam suatu sistem politik dengan menggunakan simbol-simbol yang berarti untuk menguasai atau memperoleh kekuasaan.

Menurut Effendi (1992: 301) dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa: “....

strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”.

Strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh Calon Legislatif (Caleg) Parpol terhadap masyarakat sangat diperlukan dalam menghadapi sebuah Pemilu. Keberhasilan strategi komunikasi politik oleh Parpol dalam merencanakan dan melaksanakan, akan ikut berperan pada hasil perolehan suara nanti. Strategi komunikasi politik ini, oleh banyak Caleg dan Parpol kerap memanfaatkan kemampuan komunikasi interpersonal dan media massa, baik media elektronik maupun cetak. Komuniksi yang intensif yang dilakukan oleh seorang Caleg atau Parpol menandakan adanya upaya untuk menanamkan “image” dan “brand” tertentu dalam benak masyarakat.

Pada Pemilu 2014, tercatat ada 12 Parpol (Parpol) yang lolos verifikasi KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang akan

“bertarung”. Banyaknya Parpol yang menjadi peserta Pemilu juga menjadi sebuah konsekuensi logis pada ketatnya kompetisi antar Parpol dan Caleg dalam meraih suara pemilih untuk memperebutkan kursi di parlemen. Penelitian yang akan dikembangkan oleh penulis dalam latar belakang ini adalah hadirnya Parpol baru dalam mengikuti ajang Pemilu. Dari 12 kontestan Pemilu, hanya terdapat satu Parpol baru, yakni Partai NasDem.

Pada Pemilu 2014 Daerah Pemilihan (Dapil) Provinsi Gorontalo, partai NasDem mengandalkan strategi komunikasi politik yang diusung para pengurus pusatnya.

Namun disisi lain, Caleg partai NasDem mencari format lain untuk menarik perhatian masyarakat. Perencanaan dan kemampuan komunikasi interpersonal Caleg merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan Setiap Caleg dalam meraih suara sebanyak-banyaknya dalam setiap momen Pileg.

Melihat latar belakang Caleg DPR-RI partai NasDem dapil Provinsi Gorontalo yang terdiri dari Tiga orang, terdapat satu orang diantara mereka yang sudah memiliki pengalaman berkompetisi pada Pemilu legislatif sebelumnya, yakni Makmun Djaafara. Sementara Dua Caleg lainnya, yakni Hamdan Olii dan Indriani Dunda baru mengikuti kompetisi pada Pemilu legislatif 2014. Ketatnya persaingan Pemilu 2014, menjadi tantangan berat bagi Caleg DPR-RI partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo untuk bersaing dengan Caleg partai lain yang sudah memiliki pengalaman pada Pemilu-Pemilu sebelumnya, khususnya kemampuan dalam berkomunikasi.

Berdasarkan latar belakang Caleg di atas, terdapat dua Caleg yang baru mengikuti Pemilu legislatif 2014. Hal ini tentu menjadi hambatan dan tantangan berat terhadap keduanya dalam menghadapi ketatnya persaingan Pemilu legislatif 2014.

Karena mengingat Caleg DPR RI lainnya

sudah memiliki pengalaman pada Pemilu

sebelumnya. Dengan demikian penelitian

ini bertujuan mendeskripsikan “Strategi

(3)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 103 Komunikasi Politik Calon Anggota

Legislatif DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu 2014”.

Strategi komunikasi politik ditinjau dari segi (1) bagaimana perencanaan komunikasi politik Caleg DPR-RI Partai NasDem Dapil Gorontalo pada Pemilu Legislatif 2014; dan (2) bagaimana kemampuan komunikasi interpersonal Caleg Partai NasDem pada kampanye Pemilu Legislatif 2014.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Metode penelitian merupakan suatu desain penelitian yang utuh yang mencakup pendekatan yang digunakan, teknik pengumpulan data, sampai pada penentuan lokasi penelitian. Metode penelitian juga merupakan seperangkat cara yang sistematik, logis dan rasional yang digunakan oleh peneliti ketika

merencanakan, mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk

menarik kesimpulan (Hamidi, 2010:22).

Berdasarkan pendapat diatas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode ini digunakan oleh peneliti karena dengan metode ini permasalahan dapat digambarkan dengan jelas dan terperinci mengenai strategi komunikasi politik Caleg DPR-RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada pemilu 2014. Pendekatan dalam penelitian ini merujuk kepada tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran yang komprehensif tentang strategi komuniksi politik yang digunakan oleh Caleg DPR-RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu legislatif 2014.

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui informan dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik ini penulis mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan informan. Peneliti turun langsung ke daerah penelitian untuk mengumpulkan data dalam berbagai

bentuk, seperti hasil wawancara dan data dari Caleg. Adapun key informan yang terpilih dalam pengumpulan data ini adalah Caleg DPR-RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo terdiri dari 3 orang, yakni: 1) Makmun Djaafara; 2) Hamdan Olii 3) Indriani Dunda. Sedangkan data sekunder diambil dari arsip, dokumen maupun laporan yang mendukung bahan penelitian strategi komunikasi politik.

Hasil dan Pembahasan

Perencanaan Komunikasi Politik Caleg Partai NasDem

Perencanaan komunikasi politik merupakan seluruh rangkaian konstruksi kegiatan yang hendak dilakukan oleh seorang Caleg/Parpol untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pada Pemilu 2014, Caleg partai NasDem juga ikut melakukan perencanaan komunikasi yang dikemas dalam kontruksi kegiatan kampanye untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sejalan dengan Effendy (1992 :301) mengemukakan bahwa, strategi komunikasi politik merupakan perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pada pelaksanaan sebuah strategi tidak terlepas dari konstruksi rencana dan tujuan, yang di dalamnya terdapat konstruksi kegiatan, pesan, dan media. Pada tahap ini, perencanaan yang dilakukan oleh Caleg hendaknya harus sejalan dengan keinginan masyrakat pemilih. Untuk mengetahui perencanaan komunikasi politik caleg partai NasDem pada penelitian ini, dapat diuraikan sebagai berikut:

Perencanaan Kegiatan Kampanye

Untuk mendapatkan dukungan dari

masyarakat, seorang Caleg Parpol perlu

melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat

persuasif untuk menyebarluaskan pesan-

pesan politik yang dikemas melalui visi

dan misinya. Kegiatan tersebut dapat

dilakukan melalui sosialisasi interpersonal

(4)

104 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

dan kampanye. Tujuan perecanaan kegiatan tersebut untuk mendekatkan diri kepada masyarakat guna mendapatkan dukungan dari para calon pemilih.

Berangkat dari hal di atas, dalam perjalanan menuju Pileg 2014, Caleg partai NasDem melakukan beberapa jenis kegiatan sosialisasi dan kampanye untuk mempengaruhi calon pemilih yaitu:

a. Sosialisasi Politik

Sosialisasi merupakan langkah praktis yang harus ditempuh oleh para Caleg.

Melalui kemampuan komunikasi interpersonal, setiap Caleg dapat menyampaikan visi dan misinya kepada konstituennya. Sosialisasi dapat pula menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada masyarakat untuk membangun opini, dan citra diri.

Sejalan dengan yang dilakukan oleh ketiga Caleg DPR RI partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo. Ketiga Caleg tersebut telah melakukan beberapa kegiatan sosialisasi kepada masyarakat. Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk menyampaikan pesan-pesan politik berdasarkan perencanaan komunikasi Caleg. Senada dengan yang disampaikan oleh Rauf (dalam Putra, 2012: 36), komunikasi politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor politik kepada pihak lain.

Dari seluruh rangkaiaan perencanaan komunikasi politik Caleg yang disampaikan melalui kegiatan sosialisasi tentu memiliki hambatan. Hambatan tersebut dapat dilihat melalui efektifitas dan konsistensi dari perencanaan komunikasi politik Caleg sebelumnya. Hal ini peneliti menemui beberapa kegiatan sosialisasi politik Caleg hanya terdapat dibeberapa tempat.

Sementara yang menjadi sasaran sosialisasi politik pada perencanaan komunikasi politik sebelumnya bahwa sosialisasi politik yang akan dilakukan oleh setiap Caleg akan memfokuskan sentuhan komunikasi pada kelompok petani, buruh dan nelayan.

Namun perencanaan komunikasi politik tersebut tidak sesuai dengan fakta yang

terjadi di lapangan. Dengan demikian berdampak pada hasil perolehan suara.

b. Kampanye

Kampanye merupakan upaya sistematis untuk mempengaruhi khalayak, terutama calon pemilih. Tujuannya adalah agar calon pemilih dapat memberikan dukungan atau hak suaranya kepada Partai atau Caleg yang berkompetisi dalam suatu pemilihan. Hal tersebut juga ikut dilakukan oleh ketiga Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada pemilu 2014. Ketiga Caleg tersebut telah melakukan kampanye dialogis maupun monologis untuk menyalurkan pesan-pesan politiknya guna mempengaruhi khalayak khususnya untuk mendapatkan dukungan dari para calon pemilih.

Namun menurut pengamatan peneliti, kampanye yang dilakukan oleh ketiga Caleg tersebut kurang mendapatkan perhatian dan dukungan dari para calon pemilih. Salah satu faktor yang ditemukan oleh peneliti adalah ketiga Caleg tersebut kurang memaksimalkan titik kampanye dialogis maupun monologis yang telah ditetapkan oleh KPU. Faktor lainnya adalah kemampuan komunikasi Caleg kurang memadai. Kampanye dalam konteks pemasaran politik merupakan momen penting untuk menyampaikan pesan-pesan politik Caleg guna memperoleh perhatian dan dukungan dari calon pemilih. Melalui momen tersebut setiap Caleg dapat memaparkan visi misinya untuk menggugah kesadaran calon pemilih.

Sejalan dengan yang disampaikan oleh Newman dan Perloff (dalam Pawito, 2009:

222-223), mengidentifikasikan Lima cakupan kognisi yang berpengaruh terhadap pemilih, yakni sebagai berikut; 1) isu politik, yakni menawarkan rencana kebijakan atau program kepada khalayak;

2) citra sosial, yakni pencitraan Caleg

dengan menunjukan bukti bahwa Caleg

memperoleh dukungan dari tokoh kalangan

tertentu demi meraih dukungan dari kalanga

yang bersangkutan; 3) kepribadian Caleg,

yakni menyuguhkan sebagai sisi kehidupan

(5)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 105 Caleg, supaya khalayak menjadi lebih yakin

atau lebih mempercayainya; 4) kemungkinan situasi yang berkembang, yakni memberikan gambaran kemungkinan keadaan yang berkembang apabila Caleg lain yang memperoleh kemenangan; 5) menggugah kesadaran khalayak untuk lebih cermat dalam menentukan pilihan, yakni menggugah kesadaran khalayak untuk hati- hati dan cermat dalam menjatuhkan pilihan.

Perencanaan Pesan

Keberhasilan Caleg dalam mempengaruhi masyarakat pemilihnya, memang sangat bergantung pada kemampuan dalam mengemas isi pesan politik yang akan disampaikan kepada masyarakat. Persoalan isi pesan dan struktur pesan menjadi suatu kesatuan utuh yang tidak semua Caleg menyadarinya, terutama saat melakukan persiapan penyusunan pesan politik kepada konstituennya. Isi pesan Caleg yang cepat diterima oleh masyarakat adalah isi pesan yang bersumber pada kondisi yang benar- benar terjadi di masyarakat. Kedekatan isi pesan yang dibangun Caleg dengan persoalan yang dihadapi masyarakat, menyebabkan masyarakat merasa sangat dekat dengan Caleg yang menurut harapannya dapat memperjuangkan dan mencarikan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, bahwa pesan yang disampaikan oleh ketiga Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo dengan mengusung tema “restorasi atau gerakan perubahan” adalah benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Mencermati kampanye dari ketiga Caleg tersebut banyak menyinggung tentang pengelolaan hasil alam, kebijakan pemerintah yang sudah tidak berpihak pada masyarakat umumnya, pendidikan gratis, kemiskinan, kesehatan dan lain sebagainya.

Perencanaan Media

Hubungan antara media dan politik adalah hubungan yang saling

membutuhkan. Para pelaku politik membutuhkan media untuk mempublikasikan kebaikan Parpol atau Caleg dan bahkan menggunakannya sebagai tempat mengkampanyekan Parpolnya. Hal tersebut juga ikut dilakukan oleg ketiga Caleg DPR RI partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu 2014 walaupun hanya sebagian rencana yang terealisasikan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada ketiga informan, bahwa Caleg No. Urut 1 akan menggunakan media cetak dan elektronik untuk mempublikasi visi dan misinya, termasuk program-program yang akan ditawarkan kepada masyarakat. Media cetak yang akan digunakan berupa baliho, stiker, dan koran harian. Namun pada kenyataan dilapangan, peneliti hanya mendapati baliho. Pemasangan baliho oleh Caleg tersebut hanya terdapat dibeberapa titik. Sementara lewat koran harian, penelitihanya menemukan iklan melalui koran harian Radar Gorontalo. Sedang pada koran harian lainnya, peneliti sama sekali tidak menemukannya. Begitu halnya melalui media elektronik, sama sekali tidak pernah dilakukan oleh Caleg tersebut.

Selanjutnya kepada Caleg No. Urut 2, dari seluruh perencanaan berdasarkan deskripsi wawancara dalam penelitian ini, peneliti hanya menemukan baliho. Pemasangan baliho dan penyebaran stiker yang dilakukan oleh Caleg tersebut juga tidak efektif. Sedang lewat media elektronik sama sekali tidak dilakukan. Sementara melihat perncanaan komunikasi media yang dilakukan oleh Caleg No. Urut 3, juga hanya dilakukan melalui baliho dan stiker.

Sedang melalui media elektronik, sama sekali tidak dilakukan.

Berangkat dari uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa dari seluruh

perencanaan komunikasi Caleg yang

dilakukan melalui media cetak dan

elektronik tidak dapat direalisasikan

sebagaimana pada rencana sebelumnya. Hal

ini tentu berdampak pada hasil perolehan

suara dari masing-masing Caleg. Sebab

keberhasilan Caleg pada setiap

(6)

106 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

penyelenggaraan Pemilu, efektifitas penggunaan media sangat dibutuhkan.

Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Wright (dalam Severin dan Tankard, 2005: 4), bahwa pentingnya Parpol melakukan komunikasi melalui media karena komunikasi massa mempunyai beberapa ciri; pertama, komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. Kedua, pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin khalayak secara serempak dan sifatnya sementara. Ketiga, komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Dari pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa peran media massa dalam pemilu merupakan salah satu sarana yang penting untuk menyebarluaskan program-proram Caleg termasuk visi dan misinya.

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Caleg Partai NasDem

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, (Mulyana, 2000:73).

Kemampuan komunikasi interpersonal, baik verbal dan nonverbal

Caleg pada penelitian ini hanya menfokuskan pada kegiatan kampanye dialogis dan monologis yang dilakukan oleh ketiga Caleg DPR RI partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu 2014.

Kemampuan Komunikasi Verbal Caleg

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan,emosi, pikiran atau gagasan, menyampaikan fakta, data

dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal bahasa memiliki peranan yang sangat penting, (Hardjana, 2003: 22).

Selanjutnya, Hardjana menjelaskan komunikasi verbal yang efektif dapat dilihat melalui 1) jelas dan ringkas; 2) perbendaharaan kata; 3) arti denotatif dan konotatif; 4) selaan dan kesempatan berbicara; 5) waktu dan relevansi; 6) humor.

Kemampuan komunikasi verbal Caleg DPR RI Partai NasDem, dapat diuraikan sebagai berikut :

Caleg Nomor Urut 1

Kemampuan komunikasi verbal pada Caleg ini tentu memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan Caleg ini terlihat pada kejelasan pesan yang disampaikan pada setiap orasi politiknya melalui kampanye dialogis maupun monologis.

Melalui visi “restorasi” atau gerakan perubahan mampu dikemas secara sederhana melalui pesan-pesan yang disampaikannya. Sehingga demikian mampu diterjemahkan oleh komunikan yang menjadi sasaran pesan kampanye.

Disisi lain dengan kemasan pesan yang banyak menyentil kebijakan pemerintah yang tidak berpihak lagi pada rakyat pada umumnya, pengeloaan hasil alam, pendidikan gratis, kesehatan gratis dan lain sebagainya, menunjukkan kedekatan dan tingkat kepedulian dengan rakyat pada umumnya. Namun disi lain, Caleg ini tentu memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan Caleg ini dapat dilihat kecepatan dan tempo dalam menyampaikan orasi kampanyenya tidak terorganisir dengan baik. Selanjutnya waktu yang ditetapkan untuk menyampaikan kampanye politiknya selalu melebihi batas waktu yang telah ditentukan.

Disisi lain pula Caleg ini tidak memiliki

humor pada saat berkampanye, sehingga

tidak mampu memainkan emosi audience.

(7)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 107 Caleg Nomor Urut 2

Isi pesan politik yang disampaikan oleh Caleg ini memiliki kesamaan dengan Caleg No. Urut 1. Keduanya sama-sama menyentil kinerja pemerintah yang sudah tidak lagi memihak pada kepentingan rakyat pada umumnya. Namun dalam kampanye politiknya terlihat kaku dalam menformulasikan pesan-pesan yang

disampaikannya. Selanjutnya pembendaharaan kata terlihat tidak

terstruktur dengan baik, sehingga untuk menuangkan ide dan pikirannya tidak mampu mengarahkan perhatian audience.

Memperhatikan kecepatan dan tempo berbicara di atas panggung, Caleg ini terlihat banyak diam dan tidak memiliki sifat humor untuk mengarahkan perhatian audience.

Sehingga dengan demikian nampak monoton saja dalam orasi kampanyenya.

Caleg Nomor Utur 3

Keunggulan komunikasi verbal Caleg ini identik dengan jiwa keibuannya, sehingga dalam proses penyampaian orasi kampanyenya lebih terlihat ramah dan santun dalam bertutur kata. Pembendaharaan kosa kata sangat sederhana, ringkas dan jelas, sehingga penerima pesan mudah untuk

menafsirkan pesan-pesan yang disampaikannya. Pesan-pesan kampanye yang disampaikan oleh Caleg ini mengacu pada visi utama partai, yakni “restorasi” atau gerakan perubahan. Dengan menggunakan kalimat yang sederhana, dapat menuangkan ide dan pikirannya secara sederhana pula.

Dari keunggulan yang dimiliki oleh Caleg tersebut, tentu ada pula yang menjadi kelemahan. Salah satunya Caleg ini terlihat monoton dalam kampanyenya, dan disisi lain tidak memiliki sifat humor sehingga tidak mampu membangkitkan semangat komunikan yang menjadi sasaran pesan.

Berangkat dari uraian tersebut di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketiga Caleg tersebut belum menguasai secara menyeluruh kaidah komunikasi verbal yang efektif. Sebab kesuksesan komunikasi verbal adalah komunikator yang memahami

kaidah-kaidah komunikasi verbal. Mulai dari kejelasan pesan, pembendaharaan kata, kecepatan dan tempo, setra kemampuan humor yang dimiliki.

Kemampuan Komunikasi Non Verbal Caleg

Menurut Samovar dan Porter (dalam Mulyana, 2000:308), komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.

Komunikasi nonverbal mencakup semua ransangan (kecuali ransangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempuanyai pesan potensial bagi pengirim atau penerima;

definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan.

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang disampaikan melalui bahasa tubuh, simbol, isyarat, kode dan lain sebagainya dari seorang komunikator kepada komunikan. Sejalan dengan Hardjana, (2003-24) mengungkapkan, Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasai verbal. Dalam komunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut digunakan.

Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.

Hardjana, (2003: 24-25) menambahkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi nonverbal, yakni ; 1) metakomunikasi; 2) penampilan personal,; 3) intonasi (nada suara); 4) ekspresi wajah; 5) sikap tubuh dan langkah;

6) Sentuhan.

Untuk menguraikan kemampuan

komunikasi nonverbal Caleg partai NasDem

pada penelitian ini, dapat diuraikan sebagai

berikut:

(8)

108 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Caleg Nomor Urut 1

Menurut pengamatan peneliti selama mengikuti kampanye dialogis dan monologis Caleg ini dapat dideskripsikan sebagai berikut : Pertama, Caleg ini terlihat kurang memberi senyum pada setiap melakukan kampanye; kedua, penampilan Caleg ini terlihat sering menggulung baju dan sering buka dada dalam berpenampilan;

ketiga, intonasi suara cenderung lantang dalam setiap orasinya dalam menyampaikan isi pesannya sehingga mampu mengarahkan perhatian dari para audience; keempat, ekspresi wajah lebih terlihat serius dalam orasi kampanyenya, sedang diluar panggung masyarakat terlihat segan untuk mendekatkan diri dengan Caleg; kelima, sikap tubuh terlihat sebagai pemberani;

keenam, sentuhan lebih terlihat memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat.

Hal ini dapat dilihat melalui rangkulan tangan dan pelukan yang dilakukan oleh Caleg ini kepada masyarakat yang ditemuinya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi nonverbal yang dimiliki oleh Caleg tersebut di atas masih banyak memiliki kekurangan. Hal ini tentu berdampak pada perhatian dan dukungan dari para calon pemilih. Sebab keberhasilan Caleg salah satunya diukur pada kemampuan komunikasi nonverbal yang dimiliki oleh Caleg.

Caleg Nomor Urut 2

Caleg ini memiliki keunggulan dalam bertutur kata, sehingga nampak sebagai sosok yang ramah. Berikut cara berpenampilan Caleg ini nampak biasa- biasa saja, begitu halnya dengan intonasi suara terlihat monoton dalam bertutur kata.

Selanjutnya ekspresi wajah dalam kampanye dialogis dan monologisnya sedikit terhat kaku. Sikap tubuh dan langkah menggambarkan biasa-biasa saja.

Selanjutnya Caleg inikurang memberi sentuhan secara fisik kepada masyarakat yang ditemuinya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi nonverbal yang dimiliki oleh Caleg tersebut masih memiliki kekurangan.

Sehingga demikian kurang mendapat perhatian dan dukungan dari setiap para calon pemilih.

Caleg Nomor Urut 3

Menurut pengamatan peneliti, komuniksi nonverbal Caleg ini identik dengan jiwa keibuannya, santun dan murah senyum. Selanjutnya dalam segi berpenampilan selalu terlihat rapi dan sopan disetiap menghadiri kampanye dialogis dan monologis. Keunggulan lain yang dimiliki oleh Caleg ini adalah terlihat pada sentuhan melalui rangkulan tangan dan pelukan dengan masyarakat yang ditemuinya.

Namun disi lain, Caleg ini memiliki kekurangan dalam menyampaikan pesan politiknya. Karena dalam orasi politiknya hanya terlihat datar atau monoton. Sehingga dengan demikian tidak mampu membangkitkan semangat para audience.

Kesimpulan

Keberhasilan Caleg dalam setiap penyelenggaraan Pileg ditentukan pada kemampuan Parpol atau Caleg dalam merencanakan dan mengimplementasikan strategi komunikasi politiknya.

Perencanaan komunikasi politik meliputi kontruksi kegiatan, penyusunan pesan serta pemilahan dan pemilihan media.

Perencanaan komunikasi politik Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu Legislatif 2014, membuktikan ketidaksiapan Caleg dalam mengkonstruksi kegiatan, menyusun dan menyampaikan pesan politik kepada masyarakat pemilih.

Baik melalui kegiatan sosialisasi, kampanye serta pemanfaatan media massa.

Kemampuan komunikasi

interpersonal Caleg merupakan salah satu

parameter keberhasilan Caleg dalam setiap

Pileg, baik secara verbal maupun

nonverbal. Namun pada kenyataannya

kemampuan komunikasi interpersonal yang

(9)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 109 dimiliki oleh Caleg DPR RI Partai NasDem

Dapil Provinsi Gorontalo pada Pemilu Legislatif 2014 tidak memadai. Sehingga

ketiga Caleg tersebut tidak mampu meraih kursi di parlemen.

Daftar Pustaka

Efendy, Onong Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori komunikasi. Pendekatan Praktis penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Bandung: Remaja Rosda Karya.

M. Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.

Yogyakarta: Kanisius.

Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi:

Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Pawito, 2009. Komunikasi Politik. Media Massa dan Kampanye Pemilihan.

Yogyakarta & Bandung: Jalasutra Putra, Dedi Kurnia Syah, 2012. Media dan

Politik. Menemukan Relasi antara Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu Severin, Werner J. Dan James W. Tankard,

Jr. 2005, Teori Komunikasi:

Sejarah, Metode, dan Terapan di

dalam Media Massa. (Edisi

terjemahan oleh Sugeng Harianto),

Kencana, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Permintaan keterangan atau pemeriksaan pelapor/korban ini ditulis dalam Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) yang berisi kronologi kejadian. Korban ditahap ini juga berhak

Penelitian ini bertujuan ini untuk membuat konsep alat peraga interaktif yang dapat digunakan di taman kanak-kanak berbasis Media Interactive Whiteboard .Pengujian

Data yang disajikan dalam penerbitan ini mencakup data industri pengolahan keadaan tahun 2014 meliputi : daftar nama dan alamat perusahaan, jumlah perusahaan dan

Central Omega Resources (DKFT) melalui anak usahanya yaitu PT COR Industri Indonesia telah meningkatkan fasilitas Letter of Credit (LC) pada 24 November 2015 dari Bank Panin

BBM, bahkan bermain game.9 Maka melihat dari uraian di atas kedudukan media dalam komponen pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibuatlah aplikasi Bank Soal Try Out beserta pembahasannya yang dibuat untuk mempermudah peserta didik khususnya siswa/i sekolah dasar

Dan dari segi proses kegiatan pembelajaran peneliti menyimpulkan bahwa dengan tipe make a match ini dapat memberikan manfaat bagi santri, diantaranya adalah: (1) mampu