BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada intinya kita bisa membandingkan perbedaan-perbedaan antara bank dan kredit baik konvensional maupun syariah. Yang membedakan antara bank konvensional dengan bank syariah adalah, bahwa bank syariah beroperasi dengan berlandaskan prinsip syariah Islam yang dalam konteks bank terdapat 4 hal pokok yang tidak diperkenankan yaitu maisir, gharar, riba dan bathil. Maisir yaitu transaksi yang mengandung unsur perjudian, atau spekulasi yang tinggi. Dengan demikian bank syariah tidak diperkenankan melakukan transaksi pada sektor atau bidang dengan tingkat spekulasi yang tinggi atau judi, yang dimaksud dengan Gharar adalah transaksi yang mengandung ketidakjelasan, tipuan dari salah satu pihak sehingga pihak yang lain dirugikan.
Untuk melaksanakan prinsip ini perbankan syariah dituntut untuk transparan, senantiasa terbuka dalam setiap saat melakukan transaksi. Sedangkan riba telah diputuskan oleh fatwa MUI bahwa interest adalah salah satu bentuk riba dan hukumnya haram, sehingga bank syariah tidak diijinkan untuk mengelola keuangan berdasarkan prinsip interest/bunga. Yang dimaksud dengan bathil adalah transaksi yang dilakukan dengan ilegal. Dengan demikian bank syariah senantiasa melaksanakan transaksi dengan dasar hukum yang jelas dan legal.
Sedangkan yang membedakan antara kredit di Bank Konvensional dan
pembiayaan di Bank Syariah khususnya di BNI pada prinsipnya terdapat
perbedaan pola hubungan antara bank dan nasabah. Jika sistem kredit di bank
konvensional mendudukkan Bank sebagai kreditur dan nasabah kredit sebagai debitur (peminjam), maka di Bank Syariah, pihak bank berfungsi sebagai pemilik dana/modal/shahibul maal dan nasabah pembiayaan sebagai pengelola usaha/mudharib atau pembeli pada pembiayaan yang berlandaskan prinsip jual beli. Selanjutnya dengan pola hubungan yang demikian antara Bank dan Nasabah pembiayaan mempunyai kedudukan yang setara dan bertindak sebagai partner usaha.
Pada pembiayaan produktif, harus disepakati terlebih dahulu nisbah bagi hasil antara kedua belah pihak. Untuk pembiayaan yang bersifat personal biasanya digunakan akad murabahah/jual beli sehingga disepakati dulu besarnya margin yang akan dikenakan oleh Bank kepada Nasabah. Pada bank konvensional debitur akan dikenai bunga yang besarnya telah ditentukan dan umumnya bersifat reviewable. Artinya secara periodik bank dapat melakukan review terhadap tingkat bunga disesuaikan dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar/industri perbankan.
Pada bank syariah yang disepakati dimuka adalah besarnya nisbah bagi
hasil. Artinya terdapat konsekuensi besarnya bagi hasil yang dibayarkan oleh
nasabah ataupun yang diterima oleh bank berfluktuasi sesuai dengan dinamika
bisnis yang dijalankan. Bagi nasabah yang memperoleh pembiayaan dengan akad
murabahah atau jual beli, besarnya margin akan tetap sampai periode pembiayaan
berakhir sehingga mempermudah nasabah dalam melakukan perencanaan
keuangan, karena besarnya angsuran fix sampai jatuh tempo.
A. BNI Griya
1. Kebijakan Kredit a. Penggunaan
Penggunaan KPR diatur dengan ketentuan sbb:
1) Untuk pembelian rumah tinggal, rumah susun, ruko, rukan, apartemen, kondominium, rumah peristirahatan/vila dan sejenisnya.
2) Untuk Pembangunan rumah tinggal, ruko, rukan, rumah peristirahatan/vila dan sejenisnya yang berlokasi di Lokasi berada di Real Estate (pengembang anggota Real Estate Indonesia), Kapling Pemerintah/Swasta atau lokasi lainnya.
3) Penggunaan KPR untuk pembelian/pembangunan ruko/rukan yang ditujukan untuk keperluan usaha produktif/komersial tidak diperkenankan.
b. Jangka waktu
1) Untuk pegawai negeri, pegawai BUMN/BUMD, anggota TNI/POLRI, jangka waktu kredit maksimal 20 tahun.
2) Untuk pegawai perusahaan multinasional, pegawai swasta nasional (perusahaan menengah/besar), pengusaha/wiraswasta, kalangan professional (dokter, pengacara, akuntan, notaris/PPAT, dll) jangka waktu kredit maksimal 15 tahun.
c. Pembayaran Kembali
1) Pembayaran kembali KPR dilakukan secara angsuran setiap bulan yang
terdiri dari angsuran hutang pokok di tambah bunga melalui rekening
afiliasi (Taplus/Giro) atas nama penerima kredit dan wajib memelihara saldo tabungan sebesar 1 (satu) kali angsuran (angsuran pokok dan bunga) ditambah saldo minimum rekening.
2) Sumber pembayaran kembali KPR berasal dari penghasilan calon debitur, terdiri dari:
a) Penghasilan tetap/gaji pemohon.
b) Sebagian penghasilan tetap/gaji suami atau istri.
c) Sebagian penghasilan lain-lain pemohon.
3) Besarnya angsuran (hutang pokok + bunga) per bulan maksimal 40%
dari total penghasilan, ditetapkan sebagai berikut:
a) Pegawai Negeri, pegewai BUMN/BUMD, anggota TNI/POLRI, pegawai perusahaan multinasional, pegawai swasta nasional, maksimal 40% x {penghasilan tetap atau gaji pemohon + (50% x penghasilan tetap suami atau istri) + penghasilan lain-lain pemohon}, dengan ketentuan:
(1) Apabila penghasilan lain-lain lebih besar dari penghasilan tetap/gaji pemohon, maka penghasilan lain-lain tersebut diperhitungkan sebesar 50% dari penghasilan tetap atau gaji pemohon.
(2) Apabila penghasilan lain-lain lebih kecil dari penghasilan
tetap/gaji pemohon, maka penghasilan lain-lain tersebut
diperhitungkan sebesar 50% dari penghasilan lain-lain.
b) Dokter, maksimal 40% x {penghasilan tetap atau gaji pemohon + (50% x penghasilan tetap suami atau istri) + (50% x penghasilan lain-lain pemohon)}.
c) Profesional (selain dokter), maksimal 40% x {penghasilan tetap atau gaji pemohon + (50% x penghasilan tetap suami atau istri) + (50% x penghasilan lain-lain pemohon)}.
d) Pengusaha/wiraswasta, maksimal 40% x pendapatan (laba dikurangi cost of living).
 Penghasilan lain-lain yang dapat diperhitungkan sebagai komponen penghasilan dalam perhitungan besarnya ratio angsuran (hutang pokok + bunga) terhadap penghasilan per bulan adalah penghasilan lain-lain yang telah diverifikasi kebenarannya dan dituangkan dalam call memo dan sedapat mungkin didukung dengan bukti yang otentik.
Catatan :
4) Angsuran (hutang pokok + bunga) per bulan untuk satu tahun kalender dihitung dengan rumus sbb:
APB = P x i 1 – ( i + 1 )
5) Angsuran bunga per bulan, dihitung dengan rumus:
-n
AB = Pn x i
6) Angsuran pokok per bulan dihitung dengan rumus:
AP = APB - AB
d. Bunga Keterangan:
APB = Angsuran (hutang pokok + bunga) per bulan AP = Angsuran hutang pokok per bulan
AB = Angsuran bunga per bulan
P = Pokok pinjaman (saldo awal periode/awal tahun) i = Tarif bunga efektif per bulan
n = Jangka waktu kredit (dalam bulan)
1) Sistem perhitungan bunga menggunakan anuitas simple interest harian (bunga efektif anuitas).
2) Besarnya suku bunga ditetapkan dengan surat tersendiri oleh divisi PMR.
3) Review suku bunga disesuaikan dengan tanggal review bunga untuk masing-masing debitur dengan periode review sesuai keputusan ALCO/
perjanjian kredit.
e. Propisi dan Biaya Administrasi
1) Propisi dan biaya administrasi kredit ditentukan oleh bank BNI dan dapat sewaktu-waktu berubah.
2) Propisi dan biaya administrasi dipungut pada saat penandatanganan PK dan tidak dapat ditarik kembali walaupun disposisi kredit direalisasi.
f. Jaminan dan Pengikatan
1) Jaminan
a) Jaminan berupa tanah berikut bangunan diatasnya yang dibiayai dengan KPR, sehingga asli surat bukti kepemilikan dan IMB-nya harus dikuasai oleh Bank BNI.
b) Untuk jaminan yang sertifikatnya masih dalam proses, diatur sebagai berikut :
(1) Lokasi tanah telah memiliki Girik atau Sertifikat Induk, sudah ada Advis Planning, dan Surat Ijin Pemakaian Lokasi Tanah dari instansi yang berwenang.
(2) Dilengkapi dengan Surat Kuasa yang tidak dapat dibatalkan, dari debitur kepada Bank BNI, untuk mengambil dan menerima sertifikat tanah tersebut, apabila sertifikat tanah tersebut sudah selesai pengurusannya dan sudah atas nama debitur.
2) Pengikatan jaminan
Pengikatan jaminan KPR berpedoman pada ketentuan BNI dan biaya- biaya yang timbul atas pengurusan dan pengikatan jaminan menjadi beban debitur.
g. Asuransi
1) Asuransi Barang Jaminan.
Bangunan yang menjadi jaminan KPR, wajib ditutup asuransi kebakaran
pada perusahaan asuransi yang disetujui Bank BNI sebesar nilai
transaksi. Pada polis pertanggungan harus dicantumkan syarat Banker’s
Clause Bank BNI. Jika nilai CEV jaminan yang berupa tanah masih
dapat menjamin sebesar 100% maksimum kreditnya, maka jaminan KPR yang berupa bangunan tersebut diperkenankan untuk tidak ditutup asuransi kebakaran, namun demikian kepada pemilik jaminan dihimbau untuk mengasuransikan minimal sebesar pinjaman.
2) Asuransi Jiwa.
a) Penerima Kredit wajib ditutup asuransi jiwa dan disability karena cacat/sakit yang menyebabkan tidak dapat bekerja lagi. Pada perusahaan asuransi yang disetujui Bank BNI.
b) KPR dengan maksimum diatas 300 juta, untuk kepentingan penutupan asuransi jiwa maka penerima kredit harus diperiksa kesehatannya oleh dokter, biaya pemeriksaan atas badan penerima kredit.
c) Prosedur penutupan asuransi jiwa berpedoman pada Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Bank BNI dengan BNI Life
Nomor : DIR/011 tanggal 07-08-1997 tentang Pengelolaan Nomor : 056/SK/B7.0897
Asuransi Jiwa Kredit Kumpulan.
3) Premi asuransi baik asuransi barang jaminan maupun asuransi jiwa atas beban debitur.
h. Denda Tunggakan
Keterlambatan membayar angsuran (hutang pokok dan/atau bunga) dikenakan denda tunggakan sebesar 2,5 % per bulan dihitung dari besarnya angsuran yang tertunggak.
2. Prosedur Kredit
a. Analisa Kredit
1) Calon debitur mengisi Formulir Permohonan Kredit Konsumtif yang telah disediakan, dengan melampiri:
a) Foto copy Kartu Tanda Penduduk dan foto copy Kartu Keluarga b) Slip gaji dan/atau keterangan penghasilan lainnya
c) Surat persetujuan suami/istri (bagi yang menikah) d) Surat keterangan masa kerja (minimal 2 tahun) e) Peta lokasi tanah/rumah yang dibiayai
2) Cabang/SPU/LKP setelah menerima permohonan KPR beserta persyaratan dan kelengkapan data pemohon, selanjutnya melakukan Analisa KPR terutama didasarkan pada hasil kunjungan on the spot dan hasil penelitian terhadap formulir permohonan yang telah diisi atau disampaikan oleh pemohon.
3) Cabang/SPU/LKP agar meneliti secara seksama kontinuitas perusahaan tempat pemohon bekerja, mengingat kredit konsumtif umumnya berjangka panjang.
4) Sebelum KPR diberikan, petugas kredit wajib melakukan verifikasi mengenai :
a) Lokasi tanah dan bangunan (dibuatkan plotting-nya),
b) Surat tanah, advis planning, IMB, surat Ijin Pemakaian Lahan atas tanah/rumah yang dibeli, pada instansi yang berwenang,
c) Developer/pengembang untuk mengetahui bonafiditasnya, dan
komitmennya kepada calon pembeli/pemohon KPR,
d) Penghasilan dari pemohon KPR, pada bendaharawan instansi tempat pemohon KPR bekerja,
e) Sumber pembiayaan (angsuran), untuk mengetahui apakah angsuran berasal dari hasil aktivitas usaha atau penghasilan calon pemohon KPR.
Verifikasi atas kebenaran data pemohon dan informasi lainnya harus dilakukan secara menyeluruh.
5) Dalam pembiayaan KPR agar Cabang/SPU/LKP memperhatikan bonafiditas pengembang (bukan pengembang yang bermasalah), agar kualitas dan lokasi rumah masih memberikan nilai bagi second way out.
6) Analisa pemberian KPR untuk calon debitur sebagai berikut :
a) Dibuat secara paket dalam PAK umum bagi pemohon/calon debitur dengan kriteria :
(1) Calon pemohon telah menjadi debitur kredit produktif Bank BNI (KI dan/atau KMK).
(2) Sumber pembayaran (angsuran) KPR sama dengan sumber pembayaran (angsuran) untuk kredit produktifnya.
Pengajuan PAK disesuaikan dengan segmentasi dan kewenangan memutus.
b) Menggunakan sistem scoring kredit konsumtif bagi pemohon/calon debitur dengan criteria :
(1) Calon pemohon mengajukan permohonan KPR secara
personal/individu.
(2) Sumber pembayaran (angsuran) KPR berasal dari penghasilan calon pemohon dan tidak sama dengan sumber pembayaran (angsuran) kredit produktifnya (bila ada).
(3) Khusus untuk pengajuan KPR dalam rangka pembelian ruko/rukan, sumber pembayaran (angsuran) sepenuhnya berasal dari pendapatan yang telah diperoleh sebelum pengajuan kredit.
b. Persetujuan Kredit
1) Kewenangan Memutus Kredit
Kewenangan memutus pemberian KPR sesuai dengan kewenangan memutus kredit yang berlaku dan termasuk dalam pengertian paket.
2) Perjanjian Kredit
Menggunakan format Perjanjian Kredit KPR yang telah ditentukan.
3) Keputusan Kredit
Penyampaian keputusan pemberian KPR diatur sebagai berikut : a) Surat Keputusan disampaikan kepada pemohon dalam rangkap dua.
b) Apabila pemohon menyetujui syarat-syarat kredit yang dituangkan dalam Surat Keputusan Kredit (SKK), pemohon mengembalikan tindasan/copy SKK yang telah ditandatangani di atas materai secukupnya sebagai tanda persetujuan kepada bank BNI.
c) Apabila permohonan KPR ditolak, agar pemberitahuan disampaikan secara tertulis dengan mengemukakan alasan yang sebaik-baiknya.
4) Disposisi Kredit
a) Disposisi KPR baru dapat dilakukan, apabila seluruh persyaratan KPR telah dipenuhi yaitu :
(1) PK telah ditandatangani oleh pemohon KPR.
(2) Jaminan telah diikat sesuai dengan ketentuan (minimal SKMHT).
(3) Biaya-biaya yang dipersyaratkan telah dibayar lunas (propisi, biaya administrasi, biaya pengikatan, dll).
(4) Self financing telah dipenuhi/dibayar lunas.
(5) Penutupan asuransi telah dilakukan oleh pemohon KPR (baik untuk asuransi jiwa dan barang jaminan).
b) Apabila pembangunan rumah dilaksanakan oleh pengembang/developer atau kontraktor, maka penarikan/disposisi KPR sedapat mungkin dilakukan dengan cara pemindahbukuan ke rekening pengembang / developer atau kontraktor, dan disesuaikan dengan tahapan penyelesaian pembangunan.
c. Pemantauan dan Penyelamatan 1) Pemantauan
Setelah KPR direalisir, petugas wajib melakukan pemantauan terhadap : a) Penyelesaian pembangunan rumah.
b) Proses penyelesaiaan dokumen-dokumen pemilikan dan ijin-ijin, serta proses pengikatannya.
c) Kelancaran angsuran hutang pokok dan bunga bagi yang menunggak.
d) Jaminan.
e) Kolektibilitas pinjaman sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
f) Portepel dilaporkan setiap triwulan.
2) Penyelamatan
a) Tindakan penyelamatan tetap dilakukan sesuai dengan manajemen penyelamatan kredit yang ada dan difokuskan kepada penyelesaian dengan second way out.
b) Kebijakan penyelamatan kredit diatur dalam ketentuan bank BNI.
Tabel 2
KETENTUAN BIAYA
Biaya Administrasi Rp. 250.000 Biaya Appraisal Rp. 300.000
Biaya Provisi 1% dari Maksimum Kredit Asuransi Jiwa & Kerugian
Biaya sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Sumber : BNI (2003)
B. Murabahah Perumahan (MR) atau BNI Griya Syariah (BNI iB Griya) 1. Kebijakan Kredit
a. Penggunaan
Penggunaan Murabahah Perumahan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Membeli rumah tinggal, rumah susun, ruko, rukan, apartemen,
kondominium, kavling siap bangun, rumah peristirahatan/vila dan
sejenisnya,
2) Membangun rumah tinggal, ruko, rukan, rumah peristirahatan, dan kavling pemerintah/swasta atau lokasi lainnya,
3) Merenovasi rumah tinggal, ruko, rukan, rumah peristirahatan/vila dan kavling pemerintah/swasta atau lokasi lainnya,
4) Membeli kavling
5) Obyek pembiayaan diperuntukkan : a) Pemohon/nasabah pembiayaan,
b) Pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan pemohon/nasabah pembiayaan:
(1) Hubungan horizontal (suami/istri)
(2) Hubungan vertikal satu tingkat ke atas atau ke bawah (orang tua kandung, mertua, atau anak)
b. Jangka Waktu
Maksimal 15 tahun, dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
1) Untuk pegawai jangka waktu maksimal adalah sampai dengan saat pensiun yang bersangkutan,
2) Untuk pengusaha/profesional jangka waktu maksimal adalah sampai dengan usia 60 tahun.
c. Margin dan Biaya Administrasi
1) Margin berpedoman pada ketentuan Divisi Usaha Syariah dan
dinegosiasikan dengan nasabah. Margin yang ditetapkan adalah hasil
kesepakatan antara pihak BNI Syariah dengan nasabah.
2) Biaya pengelolaan pembiayaan dan atau administrasi sebesar minimal 1% dari pokok pembiayaan yang disetujui dan dipungut pada saat penandatanganan Akad Pembiayaan atau mempedomani ketentuan terif yang berlaku.
3) Biaya materai dikenakan sesuai ketentuan bea materai yang berlaku.
4) Baik margin maupun biaya administrasi harus dinyatakan dalam nilai nominal, sedangkan persentase hanya untuk perhitungan intern Bank.
d. Pembayaran Kembali
1) Pembayaran kembali Murabahah Perumahan dilakukan secara angsuran setiap bulan yang terdiri dari angsuran pokok ditambah margin, melalui rekening afiliasi (tabungan/giro) atas nama penerimaan pembiayaan.
Nasabah wajib membuka rekening syariah atas nama nasabah pembiayaan guna rekening afiliasi tersebut di atas dan nasabah wajib memelihara saldo tabungan sebesar 1 (satu) kali angsuran (angsuran pokok dan margin) ditambah saldo minimum rekening. Untuk itu atas rekening afiliasi nasabah diblokir sebesar 1 (satu) kali angsuran setiap bulan + saldo minimal + biaya pengelolaan rekening.
2) Sumber pembiayaan kembali Murabahah Perumahan berasal dari penghasilan calon nasabah terdiri dari:
a) Penghasilan tetap/gaji pemohon,
b) Sebagian penghasilan tetap/gaji suami atau istri,
c) Sebagian penghasilan lain-lain pemohon.
3) Besarnya angsuran (pokok + margin) per bulan maksimal 40% dari total penghasilan, ditetapkan sebagai berikut:
a) Pegawai negeri, pegawai BUMN/BUMD, anggota TNI/POLRI, pegawai perusahaan multinasional, dan pegawai swasta nasional, maksimal 40% x {penghasilan tetap atau gaji pemohon + 50% x (penghasilan tetap suami atau istri + penghasilan lain-lain pemohon)}. Dengan ketentuan:
(1) Apabila penghasilan lain-lain lebih besar dari penghsilan tetap atau gaji pemohon, maka penghasilan lain-lain tersebut diperhitungkan sebesar 50% dari penghasilan tetap atau gaji pemohon.
(2) Apabila penghasilan lain-lain lebih kecil dari penghasilan tetap atau gaji pemohon, maka penghasilan lain-lain tersebut diperhitungkan sebesar 50% dari penghasilan lain-lain.
b) Dokter, maksimal 40% x {penghasilan tetap/gaji pemohon + (50% x penghasilan tetap suami/istri) + (50% x penghasilan lain-lain pemohon)}.
c) Professional (selain dokter), maksimal 40% x {penghasilan tetap/gaji pemohon + (50% x penghasilan tetap suami/istri) + (50% x penghasilan lain-lain pemohon)}.
d) Pengusaha/wiraswasta, maksimal 40% x pendapatan (laba setelah dikurangi cost of living).
Catatan :
(1) Penghasilan lain-lain yang dapat diperhitungkan sebagai komponen penghasilan dalam menghitung besarnya ratio angsuran (pokok + margin) terhadap penghsilan per bulan adalah penghasilan lain-lain yang telah diverifikasi kebenarannya dan dituangkan dalam call memo dan didukung dengan bukti yang otentik.
e. Agunan dan Pengikat 1) Agunan
a) Agunan berupa tanah berikut bangunan diatasnya yang dibiayai dengan Murabahah Perumahan, sehingga asli surat bukti kepemilikan (SHM, SHGB, SHP) dan IMB-nya harus dikuasai oleh BNI Syariah.
b) Apartemen/Rusun yang berstatus Strata Title serta surat-surat bukti kepemilikannya harus dikuasai oleh Bank.
c) Tanah dan bangunan yang masih berstatus Sertifikat Induk (Global), maka lokasi tanah tersebut harus telah memiliki advis planning dan ijin prinsip dari instansi yang berwenang dan atas sertifikat tersebut harus dipecah menjadi atas nama nasabah dan proses tersebut dilakukan oleh notaris yang ditunjuk bank serta dibuat Surat Pernyataan notaris yang menyatakan bahwa setelah proses pengurusan selesai akan diserahkan kepada Bank (Cover Note).
d) Untuk agunan yang sertifikatnya masih dalam proses, diatur sebagai
berikut:
(1) Lokasi tanah telah memiliki Girik atau Sertifikat Induk, sudah ada Advis Planning dan Surat Ijin Pemakaian Lokasi Tanah dari instansi yang berwenang.
(2) Dilengkapi dengan Surat Kuasa yang tidak dapat dibatalkan dari nasabah kepada BNI Syariah, untuk mengambil dan menerima sertifikat tanah tersebut, apabila sertifikat tanah tersebut sudah selesai pengurusannya dan sudah atas nama nasabah.
e) Agunan yang dapat diserahkan adalah:
(1) Agunan atas nama pemohon/nasabah pembiayaan sendiri.
(2) Agunan atas nama pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan pemohon/nasabah pembiayaan:
(a) Hubungan horizontal (suami/istri),
(b) Hubungan vertikal satu tingkat ke atas atau ke bawah (orang tua kandung, mertua atau anak)
2) Pengikatan Agunan
Nilai total CEV angunan minimal 60% dari maksimum pokok pembiayaan, dengan perhitungan CEV sebagai berikut:
a) Untuk pembelian bangunan total/keseluruhan:
Apabila nilai bangunan dapat dipisahkan antara harga tanah dan bangunan, maka:
CEV = (nilai taksasi tanah x 75%) + (nilai taksasi bangunan x 60%)
Apabila nilai bangunan merupakan kesatuan dengan tanah seperti ruko dan apartemen, maka:
CEV = (nilai taksasi bangunan x 60%) b) Untuk pembangunan *) :
CEV = (nilai taksasi tanah x 75%) + (niali taksasi RAB x 60%) c) Untuk renovasi atau menambah bagian bangunan *) :
CEV = (nilai taksasi tanah x 75%) + (nilai taksasi bangunan lama x 60%) + (nilai taksasi RAB x 60%)
d) Untuk pembelian kavling:
CEV = nilai taksasi tanah x 75%
f. Asuransi Catatan :
*) : Nilai taksasi bangunan total (bangunan + RAB) maupun nilai taksasi RAB tidak boleh melebihi harga pasaran bangunan yang berlaku saat itu untuk kualitas dan kondisi bangunan yang sama.
1) Asuransi Barang Agunan
a) Bangunan yang menjadi agunan Murabahah Perumahan, wajib ditutup asuransi kerugian pada perusahaan asuransi syariah yang disetujui BNI Syariah sebesar nilai taksasi. Pada polis pertanggungan harus dicantumkan syarat Banker’s Clause BNI Syariah.
b) Apabila CEV agunan yang berupa tanah masih dapat menjamin
sebesar 100% maksimum pembiayaannya, maka agunan yang berupa
bangunan tersebut diperkenankan untuk tidak ditutup asuransi
kebakaran, namun demikian pemilik agunan wajib membuat dan menandatangani surat pernyataan tidak bersedia menutup asuransi dan bersedia menanggung segala resiko yang terjadi.
c) Pelaksanaan pembebanan premi asuransi barang agunan kepada nasabah wajib dilakukan secara sekaligus atau tahunan, diserahkan sepenuhnya kepada unit operasional dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian.
2) Asuransi Jiwa
a) Penerima pembiayaan wajib ditutup asuransi jiwa dan disability karena cacat/sakit yang menyebabkan tidak dapat bekerja lagi, pada perusahaan asuransi jiwa syariah yang ditunjuk oleh BNI Syariah dengan syarat Banker’s Clause BNI Syariah untuk jangka waktu sama dengan jangka waktu pembiayaannya.
b) Apabila diperlukan, penerimaan pembiayaan harus bersedia diperiksa kesehatannya oleh dokter dengan biaya pemeriksaan atas beban penerima pembiayaan.
c) Penutupan premi asuransi jiwa dihitung berdasarkan pokok pembiayaan + 3 x angsuran margin bulanan.
Premi asuransi baik asuransi barang agunan maupun asuransi jiwa atas beban nasabah. Pembebanan premi kepada nasabah wajib secara sekaligus namun pelaksanaan. Pembebanan dilakukan berdasarkan ketentuan dan kesepakatan antara BNIS, Asuradur, dan nasabah.
g. Denda Tunggakan
Bagi nasabah yang dengan sengaja/lalai menunggak pembayaran (hutang pokok dan atau margin), Bank diperkenankan untuk memungut denda tunggakan sebesar 5% per tahun secara proporsional dihitung dari besarnya angsuran yang tertunggak, dengan batasan minimal Rp.10.000,- dan maksimal Rp.1.000.000,- setiap tunggakan. Dan pendapatan atas denda ini Bank mengalokasikan untuk dana-dana sosial.
h. Perhitungan Potongan Pelunasan Tagihan Murabahah (PPTM)
Apabila nasabah akan melunaskan pembiayaannya sebelum jatuh tempo, perhitungan total kewajiban yang harus dibayar nasabah mengacu kepada ketentuan mengenai PPTM dan tidak diperjanjikan dalam Akad Murabahah.
2. Posedur Kredit
a. Analisa Pembiayaan
1) Calon nasabah mengisi Formulir Permohonan Pembiayaan Konsumtif dengan melampiri dokumen-dokumen persyaratan pembiayaan.
2) Cabang Syariah setelah menerima permohonan Murabahah Perumahan beserta persyaratan dan kelengkapan data pemohon, selanjutnya melakukan analisa terutama didasarkan pada hasil kunjungan on the spot dan hasil penelitian terhadap formulir permohonan yang telah diisi/disampaikan oleh pemohon serta meminta informasi BI.
3) Cabang Syariah agar meneliti secara seksama kontinuitas perusahaan
tempat pemohon bekerja, mengingat pembiayaan konsumtif umumnya
berjangka panjang.
4) Sebelum Murabahah Perumahan diberikan, petugas pembiayaan wajib melakukan verifikasi mengenai :
a) Lokasi tanah dan bangunan (dibuatkan plottingnya).
b) Surat tanah, advis planning, IMB, Surat Ijin Pemakaian Lahan atas tanah/rumah yang pada instansi yang berwenang.
c) Developer/pengembang untuk mengetahui bonafiditasnya dan komitmennya kepada calon pembeli/pemohon Murabahah Perumahan.
d) Penghasilan dari pemohon Murabahah Perumahan pada bendaharawan instansi tampat pemohon bekerja.
e) Sumber pembayaran (angsuran), untuk mengetahui apakah angsuran berasal dari penghasilan calon pemohon Murabahah Perumahan atau dari hasil aktivitas usaha berjalan.
Verifikasi atas kebenaran data pemohon dan informasi lainnya harus dilakukan secara menyeluruh.
5) Cara menilai kelayakan obyek pembiayaan dan agunan (nilai taksasi) a) Untuk Pembelian Rumah
(1) Penilaian kelayakannya adalah harga rumahnya.
(2) Sebagai sumber pembandingnya adalah harga pasar tanah dan
rumah di lingkungan dimana obyek akan dibiayai yang dapat
diperoleh dari kelurahan/kecamatan/BPN/Pihak lain yang
mengerti pertanahan, dan NJOP, dan Penjual/Developer
(minimal 2 developer), untuk pembelian tanah dan bangunan
pada Developer yang telah melakukan kerjasama dengan BNI, nilai taksasi menggunakan price list dari Developer. Taksasi dilaksanakan pada saat penilaian kerjasama.
b) Untuk Pembangunan/Renovasi Rumah
(1) Penilaian kelayakannya adalah rencana anggaran biaya pembangunan/renovasi (RABP/RABR).
(2) Sebagai sumber pembandingnya adalah harga pasar tanah di lingkungan dimana obyek akan dibiaya yang dapat diperoleh dari kelurahan/kecamatan/BNP/Pihak lain yang mengerti pertanahan, dan NJOP, dan RABP/RABR pada konsultan/pemborong/took bangunan (min. 2).
c) Pembelian Tanah Kavling
(1) Penilaian kelayakannya adalah harga tanah kavling
(2) Sebagai sumber pembandingnya adalah harga pasar tanah di lingkungan dimana obyek akan dibiayai yang dapat diperoleh dari kelurahan/kecamatan/BPN/Pihak lain yang mengerti pertanahan, dan NJOP, dan penjual/developer.
6) Dalam pembiayaan Murabahah Perumahan agar Cabang Syariah memperhatikan bonafiditas pengembang dan bukan pengembang yang bermasalah.
7) Kerjasama dengan pengembang dalam pemberian Murabahah
Perumahan agar dipilih pengembang yang baik agar kualitas dan lokasi
rumah masih memberikan nilai bagi second way out (diusahakan agar
pengembang dapat memberikan jaminan pembayaran kembali apabila nasabah wan prestasi atau Buy Back Guarantee sampai dengan pembiayaan lunas).
8) Untuk pembelian rumah second, harga kesepakatan/harga perolehan harus diverifikasi kewajarannya/kebenarannya.
b. Persetujuan Pembiayaan
1) Kewenangan Memutus Pembiayaan
Kewenangan memutus pemberian Murabahah Perumahan sesuai dengan kewenangan memutus pembiayaan yang berlaku.
2) Akad Pembiayaan
Menggunakan format akad pembiayaan Murabahah yang berlaku.
3) Keputusan Pembiayaan
Penyampaian keputusan pemberian Murabahah Perumahan diatur sebagai berikut :
a) Surat Keputusan Pembiayaan (SKP) disampaikan kepada pemohon dalam rangkap 2 (dua).
b) Pemohon mengembalikan copy suat persetujuan Murabahah Perumahan yang telah ditandatangani sebagai tanda persetujuan yang bersangkutan.
c) Apabila permohonan Murabahah Perumahan ditolak, agar pemberitahuan disampaikan secara tertulis dengna mengemukakan alasan yang sebaik-baiknya.
4) Disposisi Pembiayaan
Disposisi Murabahah Perumahan baru dapat dilakukan, apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi yaitu :
a) Akad pembiayaan telah ditandatangani oleh pemohon Murabahah Perumahan.
b) Agunan telah diikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c) Pemeliharaan saldo dan blokir minimal sebesar saldo minimal rekening afiliasi ditambah 1 (satu) kali angsuran per bulan (angsuran hutang pokok + margin) dan biaya pengelolaan rekening.
d) Biaya-biaya yang dipersyaratkan telah dibayar lunas (biaya administrasi, asuransi, biaya pengikatan, dll).
e) Uang muka/self financing telah dipenuhi/dibayar lunas.
f) Penutupan asuransi sepenuhnya telah dilakukan oleh pemohon Murabahah perumahan (baik untuk asuransi jiwa dan barang agunan).
g) Dibayar ke penjual/developer.
Apabila pembangunan rumah dilaksanakan oleh pengembang/developer, maka penarikan/disposisi Murabahah Perumahan dilakukan dengan cara pemindahbukuan ke rekening pengembang/developer, dan disesuaikan dengan tahapan penyelesaian pembangunan.
c. Pemantauan dan Penyelamatan 1) Pemantauan
Setelah Murabahah Perumahan direalisir, petugas pembiayaan (PPB dan
OPS) sesuai kewenangannya wajib melakukan pemantauan terhadap :
a) Penyelesaian pembangunan rumah.
b) Proses penyelesaian dokumen-dokumen pemilikan dan ijin-ijin, serta proses pengikatannya.
c) Kelancaran angsuran hutang pokok dan margin.
d) Agunan.
e) Kolektibilitas pembiayaan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
2) Penyelamatan
a) Tindakan penyelamatan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku difokuskan kepada penyelesaian dengan second way out.
b) Apabila angsuran pembiayaan bermasalah maka akan ditempuh
langkah penyelamatan. Apabila ditemukan permasalahan maka harus
ditempuh langkah penyelesaian melalui Pengadilan Agama atau
lembaga lain yang ditunjuk oleh pemerintah.
ALUR PROSES PEMBIAYAAN
Tidak Lolos
Lolos
Tidak Layak
Tidak Disetujui
Disetujui
Tidak Bisa Dipenuhi
Bisa Dipenuhi
Pengajuan Pembiayaan Oleh Nasabah
Pemenuhan Data dan Dokumen
On The Spot :
Survei Usaha & Survei Jaminan Trade Checking
BI Checking Negative List
DHN
Analisis Pembiayaan
Penyusunan Usulan Pembiayaan
Persetujuan Komite Pembiayaan
Penerbitan Surat Penegasan Persetujuan Pembiayaan (SP3)
1. Penandatanganan Akad 2. Pengikatan Jaminan 3. Pencairan Pembiayaan Pemenuhan
Syarat SP3
Ditolak
Ditolak Ditolak Ditolak
Layak Dilanjutkan
Sumber : Yusak Laksamana (2009:39)