• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Maya Nuryanti SDN Krandegan, Gandusari, Trenggalek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh: Maya Nuryanti SDN Krandegan, Gandusari, Trenggalek"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PIRAMIDA DI KELAS I SDN KRANDEGAN

KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN 2012/2013

Oleh:

Maya Nuryanti

SDN Krandegan, Gandusari, Trenggalek

Abstrak. Tujuan penelitian tindakan ini dimaksudkan untuk mengetahui : (1) Model hitung piramida yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menghitung penjumlahan. (2) Sikap siswa setelah diterapkan model hitung piramida dalam pelajaran penjumlahan. (3) Ketercapaian ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan model piramida dalam menyelesaikan soal penjumlahan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Maret 2013. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas I yang berjumlah 12 siswa. Berdasarkan seluruh uraian dan pengkajian dalam penelitian ini secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang signifikan penggunaan Model Piramida Penjumlahan pada siswa kelas I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Model Piramida dapat meningkatkan ketrampilan menghitung bilangan penjumlahan pada siswa kelas I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. (2) Respon siswa sangat positif terhadap pembelaajran yang diberikan oleh guru terbukti dari dengan perolehan skor angket sebesar 1,77. Artinya siswa lebih mudah melaksanakan pembelajaran dengan metode yang doterapkan oleh guru. (3) Ketuntasan belajar siswa terus meningkat dari setiap siklusnya yaitu dari nilai rata-rata pada siswa sebelum siklus : 68,33 dengan ketuntasan 66,67% siklus I : 76,08 dengan ketuntasan 66,67% dan siklus II : 93,08 dengan ketuntasan 100%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar

Kata Kunci: prestasi belajar, model piramida, matematika

Pondasi utama dalam pembangunan generasi bangsa yang baru adalah pendidikan. Pendidikan memberikan peran yang fundamental dan esensial dalam pembangunan suatu bangsa seperti yang tertuang dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Tahun 2003 yang menyatakan bahwa system pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Dengan demikian sudah sepantasnya peningkatan dan penyempurnaan pendidikan memperoleh prioritas utama dan harus mencapai sasaran yang tepat. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini kualitas pendidikan diharapkan akan dapat menghadapi tantangan di masa mendatang.

Hal tersbut jika dihubungkan dengan tuntutan jaman pada abad ini diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas un- tuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahu- an dan teknologi juga telah mengubah prinsip-prinsip belajar yang harus dilaksana- kan seumur hidup seperti yang disampaikan oleh UNESCO bahwa belajar pada abad 21 haruslah didasarkan pada empat pilar yaitu:

Learning to think, Learning to do, Learning to be and Learning to live together (Tilaar,1996;61). Sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajar-

(2)

an maka hendaknya diawali dengan peru- bahan konsep belajar dan pembelajaran dalam rangka pembentukan manusia yang bukan saja sekedar berpikir tetapi manusia yang bisa berbuat.

Peran pendidikan adalah “Menggali kekuatan” atau daya serta memberi peluang untuk berkembang (Degeng, 2000: 2). Lebih jauh lagi dijelaskan dari sumber yang sama bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh manusia yang mampu di abad 21 (disebut manusia unggul) adalah: berpikir kreatif, pengambilan keputusan, belajar bagaimana belajar, korelasi dan pengelolaan diri (Degeng, 2000: 3)

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh para siswa. Tujuan pembelajaran berhitung sebagaimana termuat dalam kurikulum matematika bahwa pembelajaran berhitung ditujukan pada pengembangan kemampuan berfikir logis, praktis dan efisiensi, karena tujuan ini sesuai dengan kebutuhan di era global.

Untuk itu siswa pada tingkat Sekolah Dasar diharapkan mampu atau menguasai dua kemampuan dasar menghitung secara pasti yaitu penjumlahan dan pengurangan, sehingga dengan ditunjang kemampuan dan pengusaan penjumlahan dan pengurangan ini bisa menjawab tantangan yang dihadapi di kelas yang lebih tinggi. Di kelas atas siswa dituntut harus mampu menguasai operasi hitung hingga bernilai jutaan bahkan lebih dari itu.

Namun hasil pembelajaran berhitung pada umumnya, masih sangat jauh dari harapan khususnya pada kemampuan penjumlahan dan pengurangan. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor penghambat, diantarannya: (a) Guru belum menyajikan pembelajaran berhitung secara integratif; (b) Pembelajaran dilakukan oleh guru kurang variatif, menyebabkan siswa kurang termotivasi; (c) Kurang adanya kebiasaan siswa untuk menggunakan teknik penjumlahan/pengurangan jika sedang bermain; (d) Kurangnya partisipasi orang

tua pada saat anak belajar dirumah; (e) Sebagian besar/kebanyakan guru telah berasumsi bahwa yang penting adalah kelas I dapat menghitung dengan benar; (f) Buku pelajaran yang dipakai, baik paket maupun penunjang nampak kurang dapat mengembangkan ketrampilan menghitung.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode belajar hitung piramida antara lain: (a) Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan tema yang diajarkan, (b) membuat media pembelajaran (model piramida), (c) membuat aturan pengisian kotak jawaban, (d) pelaksanaan.

Pada menit-menit awal, tahap pema- paran, peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa, mengecek pemahaman siswa tentang sub tema yang diajarkan pada saat itu telah mereka pelajari di rumah dan dilanjutkan memperkenalkan kata tanya dan fungsinya yang nantinya akan dipakai dalam bertanya jawab pada permainan piramida.

Kemudian peneliti memberikan pertanyaan dengan penjumlahan yang telah diberikan untuk mengecek apakah siswa sudah memahami penggunaan penjumlahan yang telah mereka pelajari dan begitu juga jawabannya. Selanjutnya pada tahap praktik peneliti membentuk kelompok yang terdiri dari 6-7 orang siswa per kelompok ditambah dengan 1 orang observer sebagai pemantau permainan. Peran observer disini adalah sebagai pemegang kunci jawaban yang menentukan bahwa jawaban seseorang siswa itu benar atau salah. Jika seseorang pemain menjawab benar maka ia berhak untuk mengerjakan soal berikutnya atau mengulang jika dan menjawab salah.

Observer mempunyai kesempatan untuk bermain menggantikan peran temannya yang sudah mengerjakan dengan benar pada pertemuan berikutnya.

Permainan ini berlangsung dalam dua babak secara bergantian sehingga para pemain mempunyai kesempatan untuk menjadi penanya dan penjawab. Masing- masing penanya pada siklus I ini membawa daftar pertanyaan sedangkan penjawabnya

(3)

memegang daftar jawaban. Dan pemegang kunci jawaban adalah guru

Pada setiap pertemuan, kolabarator mengisikan laporan rekaman, catatan record yang mencatat setiap kegiatan yang dilakukan secara menyeluruh mengenai keaktifan, keberanian, kemandirian serta keberhasilan di dalam melakukan permainan Keterampilan merupakan bakat yang ada pada diri manusia yang mana apabila bakat itu tidak dilatih dan di tempa maka keterampilan yang ada tidak akan berkembang. Keterampilan dapat diartikan dengan kemampuan untuk membuat atau menangkap sesuatu instruksi. Keterampilan juga memegang peranan penting dalam memcapai suatu prestasi baik dibidang ilmu pengetahuan maupun teknologi.

Keterampilan siswa perlu dipacu untuk dikembangkan menjadi sebuah bakat.

Dengan berkembangnya keterampilan yang dipunyai siswa maka dia akan tumbuh dewasa dengan keterampilan keterampilan yang terlatih sejak dia masih dini. Selain itu prestasi merupakan sesuatu yang erat kaitannya dengan keterampilan, maksudnya apabila siswa mempunyai keterampilan yangbaik maka prestasi yang di dapatkan akan baik pula demikian sebaliknya apabila siswa sedikit mempunyai keterampilan maka prestasinya akan menurun juga.

Prestasi yang dimaksud adalah merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap seseoarang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan. Kehadiaran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu yang berada di bangku sekolah (Zainul, 2001).

Yang dimaksud dengan prestasi bela- jar adalah hasil yang diperoleh setelah siswa menjalankan usaha belajar. Misalnya dapat menyelesaikan dengan baik suatu unit ba- hasan atau pelajaran ini tidak sama, ada yang bergerak lebih dari cepat dan ada yang bergerak lebih lamban. Seperti dalam buku Dardji Darmodihardjo sebagai berikut: “Ba- han pelajaran dan waktu belajar itu sebenar- nya dijabarkan untuk program belajar mu-

rid-murid dengan kemampuan belajar rata- rata. Apabila bahan pelajaran ini sama untuk disajikan kepada anak didik yang lebih cepat kemampuan belajarnya, maka anak tersebut akan menguasai dalam waktu yang lebih pendek. Sebaliknya apabila bahan pelajaran yang sama itu disajikan ini kepada anak yang lebih lamban, dalam artian kurang mampu untuk menguasai dalam belajar, maka waktu yang dibutuhkannya lama (Darmodihardjo, 1982: 25).

Dengan demikian anak yang memiliki kemampuan lebih cepat juga dalam usaha belajar akan cepat pula dan mudah untuk memperoleh hasil belajar akan cepat pula dalam hasil prestasi belajar dengan baik, sebaliknya anak yang memiliki kemampuan lebih lamban akan menemui kesukaran didalam memperoleh hasil yang baik.

Apabila bahan pelajaran yang sama disajikan pada anak didik yang memiliki kemampuan belajarnya berbeda satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam prestasi belajar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu: (a) Prestasi belajar yang berupa adanya perubahan kemampuan terhadap penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, (b) Prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran, (c) Prestasi belajar yang serupa adanya perubahan ketrampilan atau kecekatan didalam melaksanakan atau mengajarkannya, tugas yang termasuk juga dalam ketrampilan menggunakan alat.

Tujuan Pemberian Penilaian Prestasi Hasil Belajar: (a) Untuk mengetahaui kema- juan dan kemampuan yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti pelajaran, (b) untuk mengukur kekurangan-kekurangan atau kelemahannya yang terdapat, baik pi- hak pendidik sendiri maupun bagi anak di- dik yang selama dalam melaksanakan ke- giatannya dalam belajar mengajar, (c) untuk menentukan langkah-langkah yang bisa di- ambil dalam menentukan program belajar mengajar berikutnya, (d) penilaian juga ber-

(4)

fungsi dan bertujuan untuk: (1) Membantu anak didik agar mereka lambat laun dapat menilai dirinya sendiri guna meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila; (2) Bagi guru memperoleh umpan balik sebagai dasarnya untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri.

Menurut Slameto (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar.

Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dsb.

Metode mengajar adalah salah satu cara yang digunakan di dalam mengajar.

Metode mengajar harus tepat, efisien dan efektif sehingga siswa dapat menerima, memahami, menguasai, dan mengembang- kan bahan pelajaran. Dalam mengajar (Winkel, 1989), beberapa kepribadian guru yang berperan adalah: (1) Penghayatan nilai-nilai kehidupan, seoarang guru harus berpedoman pada nilai-nilai tertentu misalnya, tanggung jawab dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payahnya sendiri, kerelaan membantu sesama yang memerlukan bantuannya; (2) Motivasi kerja, merupakan dorongan yang datang dari dalam dirinya untuk mendapatkan kepuasan yang diinginkan, serta mengembangkan kemampuan dan keahlian guna menunjang profesinya yang dapat meningkatakan pres- tasi dan profesinya. Dalam hal ini, guru yang bercita-cita menyumbangkan keahlian- nya demi perkembangan anak didiknya, profesi sebagai guru merupakan kepuasan pribadi, rela berkorban waktu dan tenaga demi kepentingan anak didiknya; (2) Sifat dan sikap, guru harus memiliki sifat dan

sikap luwes dalam pergaulan, suka humor, rela membantu, kreatif dan berharap bahwa siswa mampu berpartisipasi dalam proses belajar mengajar secara aktif

Dalam kepribadian guru yang positif, siswa akan merasa senang, puas dan gembira. Simpati guru merupakan faktor yang sangat utama dalam melaksanakan tugasnya sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Di samping itu, siswa dapat mengikuti pelajaran yang akan disampaikan oleh guru dengan sebaik-baiknya, dan akan meningkatkan prestasi belajarnya.

Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, diperlukan suatu evaluasi setelah selesai mengajarkan satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa dapat menggunakan beberapa cara, yaitu tes lisan, tes tertulis, dan tugas-tugas.

Tes tertulis digunakan untuk memu- dahkan pemeriksaan tes dan tes penentuan skor. Dalam, penelitian ini digunakan tes tertulis terhadap siswa.

Untuk mengetahui hasil prestasi bela- jar siswa, penulis memberikan pengertian tentang belajar. Dalam kamus umum sejarah oleh W.J.S. Poerwodarminto disebut bahwa

“Prestasi adalah kemampuan siswa yang semaksimal mungkin dari hasil yang dica- pai“ (Poerwodarminto). Menurut Suhartono

“Belajar adalah suatu nilai yang menunjuk- kan hasiI yang tinggi dalam belajar, yang dicapai melalui kematnpuan dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu pula.”

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa adalah nilai yang mewujudkan hasil belajar yang me- nunjukkan kemampuan dalam mengerjalan pada saat tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Jadi dari pengertian prestasi belajar tersebut di atas dan peristwa menga- jar yang mengarah pada tujuan, maka untuk mengetahui apakah kegiatan belajar menga- jar akan berhasil atau sudah mencapai tuju-

(5)

an, yang diperlukan adalah nilai. Penilaian itu diperlukan untuk mengetahui hasil usaha pendidikan kita terhadap siswa, hasil inilah yang kita sebut prestasi belajar siswa (Slameto, 1998).

Matematika timbul karena fikiran- fikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah aritmatika, aljabar, geometri dan analisis (analysiss) dimana arti dari aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistik, selain itu matematika adalah ratunya ilmu (matematice is the science) maksudnya antara lain ialah bahwa matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain, misalnya bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbul dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama.

Disini penulis ambil contoh pada giometri bidang, pada giometri bidang itu terdapat unsur-unsur terutama antara lain ialah titik, garis, lengkungan dan bidang, sekarang kita tinjau pengertian titik. Titik itu dianggap ada tetapi tidak dapat dinyatakan dalam suatu kalimat dengan tepat, sebab titik itu adalah unsur yang tidak didefinisikan.

Dengan kata lain hanya mampu mem- berikan penjelasan misalnya “titik itu adalah suatu, yang mempunyai ukuran panjang, luas, isi atau berat, yang juga belum jelas”.

Meskipun demikian kita sepakat bahwa titik itu ada.

Dari unsur-unsur yang tidak didefini- sikan dan rumusan unsur-unsur lainnya yang kita difinisikan itu di buat suatu asumsi- asumsi dasar atau aksioma-aksioma atau postulat-postulat dalam hal ini aksioma dan postulat penulis samakan yaitu pernyataan dasar dalam matematika tidak disangsikan kebenarannya karena kebenarannya tidak di sangsikan lagi. Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisi- kan aksioma atau postulat disusunlah teori- teori atau dalil-dalil yang benar (dapat di buktikan) yang berlaku umum. Dalil-dalil

yang dirumuskan itu banyak sekali, jadi matematika itu terorganisasikan dari un- sur-unsur yang tak didefinisikan keunsur- unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma dan dalil-dalil dimana dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya, berlaku secara umum. Karena itu matematika sering disebut ilmu deduktif.

Obyek langsung dalam matematika ialah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung ataupun untuk mempelajari topik- topik dalam matematika tidak dapat sembarangan.

Topik-topik dalam matematika itu tersusun secara hirarki mulai dari yang mendasar atau sudah sampai kepada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar matematika dengan baik harus melalui jalur- jalur pasti telah tersusun secara logis.

Disamping itu setelah anak memahami fakta., keterampilan konsep dan aturan obyek-obyek langsung itu harus di fahamkannya juga.

Ia harus hafal simbul, notasi, definisi, aturan, prosedur,rumus, dalil dan yang lain- lainnya agar penerapannya pada situasi yang baru lancar mengenai pemahaman suatu konsep atau dalil yang merupakan prasarat itu dapat secara intensif dan dapat pula secara deduktif.

Tujuan penelitian tindakan ini dimaksudkan untuk mengetahui: (1) Model hitung piramida yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menghitung penjumlahan; (2) Sikap siswa setelah diterapkan model hitung piramida dalam pelajaran penjumlahan; (3) Ketercapaian ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan model piramida dalam menyelesaikan soal penjumlahan.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Treng- galek Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 18 siswa.

(6)

Jenis data yang diperoleh berupa nilai yang di dapat dari pre-test dan post-test.

Agar memiliki hasil penelitian yang baik, maka soal (tes) harus valid. Dalam penelitian ini mempergunakan validitas isi (Contain Validity) dengan bantuan pakar Matematika tingkat Sekolah Dasar bersama temanteman yang telah profesional dalam mengajar bidang studi di maksud

Sejalan dengan penyusunan Satuan Pelajaran, penulis menyusun pula serang- kaian tes untuk mata pelajaran Matematika yang akan dipergunakan untuk menilai hasil belajar dari subyek penelitian.

Bahan ajar dari penelitian disesuaikan dengan Garis-garis Besar Program Pembela- jaran (GBPP) dan suplemen yang sudah disyahkan dan dipakai sebagai acuan dalam proses pembelajaran dan disesuaikan kete- patan waktu program mengajar Matematika pada semester II tahun pelajaran 2012/2013.

Instrumen yang digunakan adalah tes obyektif dalam bentuk pilihan ganda dan isian, dengan pertimbangan sebagai berikut:

(a) Tes obyektif lebih mudah dilaksanakan secara cermat dan skor yang diperoleh dalam penelitian nilai tidak terpengaruh oleh subyektifitas penilai; (b) Dengan tes obyektif dapat disusun soal-soal yang mencakup keseluruhan materi (lebih komprehensif).

Pos test diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat kemampuannya dalam mata pelajaran Matematika setelah materi disampaikan. Soal-soal tes telah diuji validitas dan reliabililtasnya.

Pos test adalah test untuk mengukur seberapa jauh daya serap siswa terhadap pembelajaran yang telah disampaikan oleh Guru. Dengan post test ini, dapat dilihat adanya perbedaan prestasi belajar antara hasil pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode pembelajaran secara ceramah bervariasi dan secara tangkas berhitung (menggunakan Piramida Penjum- lahan). Pos test digunakan untuk melihat sejauh mana siswa mampu menyerap materi pelajaran yang telah diberikan, sebagai ba-

han untuk mendapatkan data hasil penelitian yang akan diolah dalam analisa data.

Pengumpulan data adalah cara yang dipergunakan untuk mencari, mengumpul- kan dan memperoleh keterangan (data) yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian serta untuk membuktikan kebenaran hipotesis, maka sangat diperlukan suatu cara yang baik. Cara yang baik untuk memperoleh data ialah dengan mengguna- kan metode yang tepat. Sebab dengan menggunakan metode yang tepat, keseluruh- an hasil yang penelitian dapat dipertang- gungjawabkan kebenarannya baik dalam pengumpulan data, analisis data, maupun dalam menarik kesimpulan.

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

Metode Test sebagai alat pengumpul data, test merupakan salah satu alat yang paling berguna. Test presatasi sangat menolong dalam menetapkan status individu atau kelompok dalam mempelajari suatu bidang studi. Metode ini digunakan untuk mem- peroleh data tentang perolehan hasil belajar matematika, baik melalui penggunaan alat metode konvensional, maupun dengan metode tangkas berhitung. (a) Keuntungan metode test: (1) Pemeriksaan cukup mudah dan obyektif, (2) Dapat menggunakan kunci skoring yang efisien dan efektif, (3) Dapat menerangkan dari keunikan bahan sampai detail; (b) Kelemahan metode test: (1) Dengan banyaknya jumlah test obyektif penyusunannya lebih sukar, (2) Lebih banyak waktu dan tenaga serta biaya yang terbuang, (3) Test kurang dapat mengukur kemampuan yang tinggi karena sebagian besar cenderung bersifat hafalan

Jadi dalam proses pengumpulan data ini diawali dengan proses eksperimen dan diakhiri test untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa. Data siswa Kelas I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Tahun Pelajaran 2012/2013.

Analisis data adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data yang

(7)

telah diperoleh, kemudian perolehan data tersebut diolah untuk ditarik suatu kesim- pulan sebagai hasil akhir, sebab pada bagian inilah diungkapkan hasil-hasil penelitian.

Jadi, analisis data merupakan cara pengolahan data atas data yang terkumpul untuk menguji kebenaran suatu hipotesis, Adapun analisis data yang penulis gunakan adalah analisa data statistik. Analisa data statistik yang digunakan untuk menganalisis data berwujud angka (data kuantitatif).

Alasan menggunakan analisa data dengan metode data statistik karena: (1) Dengan statistik masalah/data yang kom- pleks dan rumit memungkinkan dianalisa, (2) Karena statistik menyediakan cara pe- nyederhanaan data agar lebih mudah menye- derhanakannya, (3) Hasil yang dipakai sta- tistik bersifat teliti cara mantap, (4) Data yang diperoleh berbenuk data kuantitatif.

Keuntungan metode statistik: (1) Statistik memungkinkan penggambaran yang lebih jelas dan lebih cepat, (2) Statistik mengha- ruskan kita menggunakan cara-cara berfikir yang pasti dan tindak lanjut yang tepat, (3) Statistik memungkinkan kita untuk me- ngumpulkan hasil-hasil penelitian dengan cara yang singkat, mudah dan dapat dimengerti, (4) Statistik memberi landasan untuk pengamatan secara ilmiah sebagai- mana suatu gejala akan terjadi dalam kon- disi-kondisi yang telah diketahui. Statistik memungkinkan menganalisa faktor-faktor dan peristiwa yang kompleks

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I

Refleksi Awal

Refleksi awal penelitian ini diambil dari hasil kajian analisis evaluasi ulangan harian belajar siswa yang hanya mencapai ketuntasan sebesar 66,67%. Kajian lain diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti melalui instrument monitoring aktivitas belajar di kelas, yang menunjukkan aktivitas belajar yang tidak aktif dan konsdusif. Guru masih menggunakan me- tode konvensional yang bersifat traksional,

yaitu hanya memindahkan ilmu kepada siswa tanpa melibatkan siswa dalam menemukan dan mengkonstruksi pengeta- huannya. Guru belum mampu menciptakan metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan bagi siswa. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran lain yang mampu menyelesaikan permasalahan pem- belajaran di Kelas I SDN Krandegan.

Perencanaan

Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap ini antara lain: (a) membuat rencana pembelajaran sesuai dengan tema yang berlaku pada saat ini, (b) membuat media pembelajaran (model Piramida), (c) mem- buat aturan pengisian kotak jawaban, (d) menyusun format observasi, (e) menyusun format peilaian, (f) Menyusun jadwal penelitian

Pelaksanaan

Pada menit-menit awal, tahap pemapa- ran peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa, mengecek pemahaman siswa tentang sub tema yang akan diajarkan pada saat itu sedang mereka pelajari di rumah dan di- lanjutkan memperkenalkan kata tanya dan fungsinya yang nantinya akan dipakai dalam bertanya jawab pada permainan piramida.

Kemudian peneliti memberikan pertanyaan dengan penjumlahan yang telah diberikan untuk mengecek apakah siswa sudah me- mahami penggunaan penjumlahan yang te- lah mereka pelajari dan begitu juga jawab- anya. Selanjutnya pada tahap praktik peneliti membentuk kelompok yang terdiri dari 1 orang siswa per kelompok ditambah dengan 1 orang observer sebagai pemantau permainan Peran observer disini adalah se- bagai pemegang kunci jawaban yang me- nentukan bahwa jawaban seorang siswa itu benar atau salah. Jika seseorang pemain menjawab benar maka ia berhak untuk mengerjakan soal berikutnya atau me- ngulang jika dan menjawab salah. Observer mempunyai kesempatan untuk bermain menggantikan peran temannya yang sudah

(8)

mengerjakan dengan benar pada pertemuan berikutnya.

Permainan ini berlangsung dalam dua babak secara bergantian sehingga para pemain mempuyai kesempatan untuk menjadi penanya dan penjawab. Masing- masing penanya pada siklus I ini membawa daftar pertanyaan sedangkan penjawabnya memegang daftar jawaban. Dan pemegang kunci jawaban adalah guru.

Pengamatan

Pada setiap pertemuan, kolaborator penelitian mengisikan laporan rekaman, catatan record yang mencatat setiap kegiatan yang dilakukan secara menyeluruh me- ngenai keaktifan, keberanian, kemandirian serta keberhasilan di dalam melakukan permainan pada siklus I didapat hasil seperti berikut : untuk aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan penilaian sebesar 57,50%, sedangkan untuk aktivitas guru men- dapatkan penilaian sebesar 57,50%.

Selain proses record, peneliti dibantu kolaborator, yang juga membuat catatan lapangan, Pada siklus I ini, dari catatan lapangan selama 2 pertemuan ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: ba- nyak kelompok yang menyebabkan kelas menjadi gaduh dan permainan sulit untuk di kontrol, sebagian besar siswa masih bi- ngung, pemahaman terhadap penjumlahan kurang, siswa mulai terjebak oleh permainan itu sendiri, pemahaman terhadap pen- jumlahan kurang, sehingga akan dapat terjadi mis komunikasi, peran observer kurang bisa maksimal, muncul rasa bosan karena kurang bervariasinya pertanyaan, permainan mulai berjalan efektif dan lancar.

Untuk megetahui keterandalan metode ini peneliti memberikan tes evaluasi pada akhir siklus I. adapun hasil tes evaluasi belajar siswa peneliti tampilkan sebagai berikut:

Tabel 1 NIlai Hasi Ulangan Belajar Siswa Siklus I

No Nama Nilai %Ketuntasan

T TT 1 AHMAD AZIS HARIANTO 66 TT 2 AHMAD REYHAN AZKIYA 84 T

No Nama Nilai %Ketuntasan

T TT 3 CLARISSA APRILIYA

SAPUTRI 79 T

4 ERIKA DWI RAMADHANI 84 T 5 KISANZIA FAWWAZ

ADICANDRA 65 TT

6 LAILATUL MUKHAROMAH 84 T 7 MAULANA IVON

ERWIANSYAH 74 T

8 MUHAMMAD FARHAN

AZKIYA 84 T

9 MUHAMMAD IZAL

ASFIYA' 82 T

10 MUHAMMAD RIZQI MAULANA SAPUTRA 78 T 11 NOVAN ADITYA

SAPUTRA 66 TT

12 RAZIV DIDAN NAFTILA 67 TT

Jumlah 913 8 4

Rata-rata 76.08 66.7 33.3

Dari data penilaian siklus I diatas da- pat diketahui rata-rata siswa mengalami pe- ningkatan di sklus I dengan perolehan rata- rata sebesar 76,08 dengan ketuntasan belajar 66,67% sedangkan untuk nilai rata-rata sebelum siklus hanya sebesar 68,33 dengan ketuntasan 66,67%. Untuk memaksimalkan hasil penelitian maka perlu dilanjutkan pada pemebelajaran siklus berikutnya.

Refleksi

Dari hasil refleksi yang diperoleh di lapangan selama siklus I adalah sebagai berikut: Pada awal pelaksanaan siklus, siswa sangat antusias melakukan permainan piramida. Mereka tanpa terasa telah belajar dengan melakukan permainan. Suasana kelas hidup, tetapi kelas sangat gaduh pemain tidak bisa mendengar pertanyaan yang diberikan oleh pasangannya. Peneliti dan kolaborator sangat kesulitan mengontrol permainan yang terdiri dari kelompok sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kelas lainnya, apalagi sebagian besar siswa lebih banyak menggunakan jari dalam melakukan hitungan. Untuk itu peneliti mencoba memindahkan lokasi permainan ke tempat yang lebih luas lagi yakni halaman sekolah, sehingga siswa dapat melakukan permainan dengan lebih efektif, tidak

(9)

menganggu satu sama lain. Peneliti juga memberi contoh menggunakan piramida dalam permaianan serta menyarankan siswa untuk memulai menggunakan piramida dalam melakukan permainan selanjutnya.

Aturan pennainan juga perlu dijelaskan lagi agar permainan selanjutnya dapat berjalan dengan tertib dan lancar.

Pada pertemuan kedua dalam siklus I permainan sudah dilakukan di tempat yang luas sehingga efektivitas tanya jawab antar siswa semakin baik, tetapi ketika siswa sudah bermain 2 kali mereka cenderung hanya melakukan permainan saja tanpa menggunakan tanya jawab yang seharusnya mereka lakukan sehingga permainan men- jadi melenceng dari tujuan, untuk itu pene- liti menambah dengan pertanyaan yang berbeda untuk menghindari kejenuhan untuk membantu siswa dalam menjawab pertanya- an agar tidak terjadi mis komunikasi pada pertemuan selanjutnya, siswa perlu diberi- kan pemahaman terhadap penjumlahannya.

Rasa bosan yang muncul karena per- tanyaan yang kurang bervariasi perlu diatasi dengan memberikan pertanyaan yang berbeda pada pergantian soal.

Ketika mereka menghitung mereka sudah mengatakan: “satu, dua, tiga dan sete- rusnya”, dan pada waktu giliran temannya ia sudah mulai mengatakan sekarang giliran- mu” dan saat temannya berfikir untuk men- jawab, dia mengatakan “hitung” ketika te- mannya menemukan kebingungan mereka mengatakan “mengulang”, ketika temannya bisa menjawab mereka mengatakan “silakan koreksi lagi” atau mereka mengatakan “ayo teruskan” jika temannya bisa menjawab pertanyaan.

Pada umumnya ada rasa senang pada siswa dengan belajar melalui model pirami- da penjumlahan, tetapi sebagian ada siswa yang merasa bosan khususnya mereka yang sudah pandai. Mereka dengan cepat ber- tanya dan menjawab sehingga permainan itu menjadikannya bukan suatu hal yang istime- wa.

Siklus II Perencanaan

Siklus II terdiri dari 2 pertemuan dan tiap pertemuan berlangsung selama 2 jam (60 menit). Sedangkan menginjak pada siklus II ini peneliti menggunakan pendekatan komunikatif dengan dikte melalui cerdas cermat.

Langkah-langkah yang ditempuh pada perencanaan siklus II adalah: (a) membuat rencana pembelajaran yang terintegrasi, (b) memberikan aturan waktu, (c) menyiapkan media pembelajaran, (d) melatih siswa berfikir cepat, (e) menyusun jadwal penelitian.

Pelaksanaan

Pelajaran tanya jawab diberikan pada 30 menit dibagian awal dan 15 menit selanjutnya siswa diberikan latihan mengerjakan soal. Pada menit-menit awal, tahap pemaparan peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa, mengecek pemahaman siswa tentang sub tema yang akan diajarkan pada saat itu telah mereka pelajari di rumah dan dilanjutkan memperkenalkan kata tanya dan fungsinya yang nantinya akan dipakai dalam bertanya jawab pada permainan piramida. Kemudian peneliti memberikan pertanyaan dengan penjumlahan yang telah diberikan untuk mengecek apakah siswa sudah memahami penggunaan penjumlahan yang telah mereka pelajari dan begitu juga jawabanya. Selanjutnya pada tahap praktik peneliti membentuk kelompok yang terdiri dari 1 orang siswa per kelompok ditambah dengan 1 orang observer sebagai pemantau permainan Peran observer disini adalah sebagai pemegang kunci jawaban yang menentukan bahwa jawaban seorang siswa itu benar atau salah. Jika seseorang pemain menjawab benar maka ia berhak untuk mengerjakan soal berikutnya atau mengulang jika dan menjawab salah.

Observer mempunyai kesempatan untuk bermain menggantikan peran temannya yang sudah mengerjakan dengan benar pada pertemuan berikutnya.

(10)

Permainan ini berlangsung dalam dua babak secara bergantian sehingga para pemain mempuyai kesempatan untuk menjadi penanya dan penjawab. Masing- masing penanya pada siklus I ini membawa daftar pertanyaan sedangkan penjawabnya memegang daftar jawaban. Dan pemegang kunci jawaban adalah guru.

Pengamatan

Dalam perjalanannya pelaksanaan siklus II ini tidak mendapat hambatan yang berarti. Dari hasil pengamatan sudah tidak ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun menyebarkan bilangan penjumlah. Siswa mampu menemukan ang- ka yang tepat untuk melengkapi pasangan penjumlahan mereka. Secara umum siswa dapat melakukan penjumlahan dengan lancar dan gembira. Untuk aktivitas siswa pada siklus II mendapatkan penilaian sebe- sar 70,00% sedangkan untuk aktivitas guru mendapatkan penilaian sebesar 71,25%.

Selanjutnya peneliti akan menampilkan hasil tes evaluasi belajar siswa pada Tabel 1.

Tabel 1 NIlai Hasi Ulangan Belajar Siswa

No Nama Nilai %Ketuntasan

T TT

1 AHMAD AZIS HARIANTO 70 T 2 AHMAD REYHAN AZKIYA 100 T 3 CLARISSA APRILIYA SAPUTRI 100 T 4 ERIKA DWI RAMADHANI 100 T 5 KISANZIA FAWWAZ

ADICANDRA 100 T

6 LAILATUL MUKHAROMAH 100 T 7 MAULANA IVON

ERWIANSYAH 98 T

8 MUHAMMAD FARHAN

AZKIYA 98 T

9 MUHAMMAD IZAL

ASFIYA' 100 T

1

0 MUHAMMAD RIZQI

MAULANA SAPUTRA 78 T

1 1

NOVAN ADITYA

SAPUTRA 94 T

1

2 RAZIV DIDAN NAFTILA 79 T

Jumlah 1117 12 0

Rata-rata 93.08 100.0 0.0

Dari hasil penilaian pada siklus ke II diatas dapata diketahui nilai rata-rata pada siklus ke II sebesar 93,08 dengan ketuntasan belajar 100 hasil ini lebih baik dibandingkan dengan nilai pada siklus ke I yaitu sebesar 76,08 dengan ketuntasan 66,67.

Refleksi

Refleksi dari hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II ini pada umumnya pembelajaran melalui model piramida penjumlahan sudah berjalan lancar. Hal ini tampak dar tingkat prosesntase ketuntasan belajar siswa yang mencapai 100%. Dengan tercapainya ketuntasan belajar ini maka penelitian ini berakhir pada siklus II.

Dari hasil data di atas motivasi belajar siswa (hasil tes belajar) dengan mengguna- kan metode diskusi menunjukkan motivasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pada siswa sebelum siklus: 68,33 dengan ketun- tasan 66,67% siklus I: 76,08 dengan ketun- tasan 66,67% dan siklus II: 93,08 dengan ketuntasan 100%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa maka penelitian ini merupakan penelitian yang berhasil.

Untuk dapat lebih jelasnya dalam peningkatan prestasi belajar ini peneliti sajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 1.

Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus

Aktivitas kegiatan belajar siswa juga mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada aktivitas belajar yang meningkat setiap

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

SEB.

SIKLUS

SIKLUS I SIKLUS II 68,33 76,08

93,08

66,67 66,67

100,00

NILAI RATA- RATA

(11)

siklusnya. Dari siklus I 57,50% dan pada siklus II mencapai 70,00%. Sedangkan aktivitas kegiatan guru dalam juga me- ngalami peningkatan. Dari siklus I 57,50%

dan pada siklus II mencapai 71,25%.

Berikut penulis sajikan dalam diagram grafik pada Gambar 2, perbandingan aktivitas guru dengan aktivitas siswa setiap siklusnya. Untuk hasil angket yang diberikan oleh peneliti siswa memberikan respon yang sangat positif dengan perolehan skor sebesar 1,77. Artinya siswa lebih mudah melaksanakan pembelajaran dengan metode yang diterapkan oleh guru.

Gambar 2 Perbandingan Aktivitas Guru dan Siswa Setiap Siklus

PENUTUP Kesimpulan

Model Piramida dapat meningkatkan ketrampilan menghitung bilangan penjum- lahan pada siswa kelas I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Treng- galek. Respon siswa sangat positif terhadap

pembelaajran yang diberikan oleh guru terbukti dari dengan perolehan skor angket sebesar 1,77. Artinya siswa lebih mudah melaksanakan pembelajaran dengan metode yang doterapkan oleh guru. Ketuntasan belajar siswa terus meningkat dari setiap siklusnya yaitu dari nilai rata-rata pada siswa sebelum siklus: 68,33 dengan ketuntasan 66,67% siklus I: 76,08 dengan ketuntasan 66,67% dan siklus II: 93,08 dengan ketuntasan 100%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkat- kan prestasi belajar siswa maka penelitian ini merupakan penelitian yang berhasil.

Saran

Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan yaitu mengubah paradigma pen- didikan di SD dari pembelajaran yang ber- pusat pada guru (Teaching Centered) ke pembelajaran pada siswa (Student Center- ed). Menuntut agar guru lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berkreasi me- lalui kegiatan-kegiatan nyata yang menye- nangkan dan mampu mengembangkan po- tensi siswa secara optimal. Dengan mem- perhatikan hasil pengujian analisis data di- antara penggunaan model Piramida Penjum- lahan dibanding dengan menggunakan metode konvensional, untuk itu disarankan penggunaan kiat khusus melalui pola-pola matematik, untuk itu frekuensi latihan soal mengerjakan soal.

DAFTAR RUJUKAN

Darmodihardjo, Dardji. 1982. Psikologi Pe- ngajaran, 1982: 25 Jakarta: Grasindo.

Degeng, Nyoman S. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentra- lisasi Dan Demokratisasi. Jurnal Gentengkali, 6/III:2-9.

Poerwodarminto, WJS. 1984: Kamus Baha- sa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Slameto. 1998. Evaluasi Pendidikan.

Jakarta: Bina Aksara.

Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel W.S 1989. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gra- media

Zainul, A. dan Nasution, N. 2001. Penilaian Hasi Belajar. Jakarta: PAU-PPAI.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

SIKLUS I SIKLUS II 57,50

71,25 57,50

70,00

AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA

Gambar

Tabel 1 NIlai Hasi Ulangan Belajar Siswa Siklus I
Tabel 1 NIlai Hasi Ulangan Belajar Siswa
Gambar 2 Perbandingan Aktivitas Guru dan  Siswa Setiap Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Adapun desa-desa yang tercatat memiliki nilai skoring komponen komunikasi tertinggi atau dengan kata lain memiliki akses komunikasi yang baik dari segi akses telepon

Hal-hal yang tidak diteliti adalah tingkat kemampuan berbicara pembelajar BIPA, efektivitas secara kuantitatif penggunaan komik strip, dan hubungan perilaku

problémák jelzése, adminisztráció ellátása, stb.). A teljesítmény több dolog kombinációját jelenti. Tudnunk kell, hogy amit mértünk, nagymértékben meghatározza,

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan analisis regresi parsial dapat diketahui bahwa faktor Etika Kemasan (X1) merupakan faktor yang berpengaruh secara

Salah satu model pembelajaran di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok, dengan kekhasan dari model

Dokazivanje junopanonske proizvodnje nije problem samo na Štrbincima, nego na cijelom podruèju hrvatskog dijela provincije, s obzirom da osim pretpostavljenih staklarskih peæi iz

Di tengah gejolak keuangan global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, perekonomian Indonesia pada triwulan III-2008 masih mencatat pertumbuhan yang tinggi.. PDB

(1) Dengan melunaskan bea khusus yang telah ditentukan dan menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri, seseorang atau suatu badan yang hendak menguasakan fihak ketiga