• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

ALAN JUMNA OKTACVIANAH 08/3208078/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2012

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul:

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan atau pernah digunakan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 2012

Penulis

Alan Jumna Oktacvianah NPM : 3208078

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I. Edy Purwoko, Sp.B, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Ibu Dwi Susanti,S.Kep.,Ns, selaku Ketua Prodi Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan.

3. Ibu Atik Badi’ah,S.Kp.,S.Pd.,M.Kes, selaku Penguji Proposal atas segala masukan, arahan dan semangat yang telah diberikan.

4. Ibu Ida Nursanti,S.Kep.,Ns.,MPH, selaku Penguji Skripsi atas segala masukan, arahan, dan semangat yang telah diberikan.

5. Ibu Falasifah Ani Yuniarti,S.Kep.,Ns.,MAN, selaku Pembimbing I atas segala waktu untuk membimbing, memberikan arahan, semangat, serta motivasi kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Anastasia Sari Kusumawati,S.Kep.,Ns, selaku Pembimbing II atas segala waktu untuk membimbing, arahan, masukan dalam penulisan, serta semangat kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Kepada Ibu/Bapak seluruh staf pengajar, staf administrasi, bagian pendidikan dan perpustakaan Stikes Jenderal Ahcmad Yani Yogyakarta yang telah banyak membantu.

8. Direktur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten beserta jajarannya yang telah memberikan izin dan bekerjasama dengan baik sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

9. Ibu Sri Supadmi,AMK, selaku Kepala Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten atas segala bantuan yang telah diberikan.

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

10. Ibu Nanik Busi,S.Kep.,Ns, selaku perawat di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

11. Para responden orangtua dan anak yang mau ikut serta membantu dalam penelitian ini.

12. Ayah, Ibu, dan Adik tersayang yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan semangat kepada penulis sampai detik ini.

13. Kepada sahabat-sahabat yang turut membantu penulis dalam penyusunan proposal ini, teman-teman kos Griya Elvizalni, teman-teman angkatan 2008 khususnya B_TOXIC yang telah berjuang bersama penulis selama perkuliahan di Stikes Jenderal Ahcmad Yani Yogyakarta, serta seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberi dorongan dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

14. Kepada para sahabat yang sama-sama berjuang dengan penulis di Kota Pelajar ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah banyak memberikan motivasi dan semangat dalam penulisan Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sehingga penyusunan Skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu keperawatan.

Yogyakarta, 2012

Alan Jumna Oktacvianah

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSTUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Bermain ... 7

B. Terapi Bermain ... 18

C. Kooperatif ... 21

D. Perkembangan Anak Usia Prasekolah ... 24

E. Hospitalisasi ... 28

F. Landasan Teori... 32

G. Kerangka Teori ... 34

H. Kerangka Konsep ... 35

I. Hipotesa ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Rancangan Penelitian ... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Definisi Operasional ... 40

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 41

G. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 44

H. Etika Penelitian ... 46

I. Pelaksanaan Penelitian ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 49

A. Hasil Penelitian... 49

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

B. Analisa Hasil Penelitian ... 51

C. Pembahasan ... 59

D. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 39 Tabel 3.2. Pedoman Observasi ... 42 Tabel 4.1. Karakteristik Responden di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ... 51 Tabel 4.2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 tahun ... 52 Tabel 4.3. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak

Pada Usia Prasekolah 3-5 tahun ... 53 Tabel 4.4. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya

Anak Dirawat Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 tahun ... 54 Tabel 4.5. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan

Orangtua (Penunggu) Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 tahun ... 55 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pemberian Terapi Bermain Terhadap

Tingkat Kooperatif Anak Prasekolah Pada Kelompok Eksprimen di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ... 56 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pemberian Terapi Bermain Terhadap

Tingkat Kooperatif Anak Prasekolah Pada Kelompok Kontrol

di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ... 57 Tabel 4.8. Hasil Pengujian Paired t-test ... 58

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1. Kerangka Teori ... 34 Gambar 2.2. Kerangka Konsep ... 35

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Mahasiswa Tahun Akademik 2012 Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Lembar Kuesioner Data Responden

Lampiran 5. Lembar Pedoman Observasi Tingkat Kooperatif Lampiran 6. Prosedur Pelaksanaan Terapi Bermain

Lampiran 7. Lembar Lampiran Bimbingan Proposal Skripsi Lampiran 8. Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

Lampiran 10. Data Responden Penelitian Lampiran 11. Hasil Analisa Bivariat Lampiran 12. Hasil Analisa Univariat

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Alan Jumna Oktacvianah¹, Falasifah Ani Yuniarti², Anastasia Sari Kusumawati³ INTISARI

Latar Belakang: Masa anak adalah masa bermain. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya selama sakit dan mendukung tumbuh kembang anak. Pemberian terapi bermain merupakan upaya untuk meningkatkan perilaku kooperatif pada anak dan menurunkan stress pada anak prasekolah selama dirawat dan menerima pengobatan di rumah sakit.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Metode Penelitian: Rancangan penelitian menggunakan Quasy-Eksperimental dengan design One Group Pretest–One Group Post test with Control Group.

Pengambilan sampel dengan cara Acidental sampling dengan jumlah sampel 20 orang pada kelompok eksprimen dan 20 orang pada kelompok kontrol. Uji statistik menggunakan Uji Paired t-test dengan tingkat kemaknaan α<0,05.

Hasil: Ada pengaruh terhadap tingkat kooperatif sebelum dan setelah terapi bermain pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol dengan nilai t-hitung pada kelompok eksprimen adalah 21,978 dengan signifikasi p=0,000 atau (0,000<0,05) dan nilai t-hitung pada kelompok kontrol adalah 2,698 dengan signifikasi p=0,014 atau (0,014<0,05). Dan nilai RD = 8,9 yang berarti bahwa anak yang diberikan perlakuan terapi bermain memiliki tingkat kooperatif delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan perlakuan terapi bermain.

Kesimpulan: Ada perbedaan sebelum dan setelah terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Kata Kunci : Terapi bermain, tingkat kooperatif, hospitalisasi.

1 Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Jendral Achmad Yani Yogyakarta

² Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

³ Perawat RSUD Kota Yogyakarta

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiv

EFFECT ON THERAPY OF PLAY THE LEVEL COOPERATIVE DURING THE HOSPITALIZATION PRESCHOOLERS

IN RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Alan Jumna Oktacvianah¹, Falasifah Ani Yuniarti², Anastasia Sari Kusumawati³ ABSTRACT

Background: The child is the play. Play gives children the opportunity to express their feelings during the illness and support the development of the child. Play therapy is an attempt to improve the cooperative behavior in children and reduce the stress on preschool children during care and receiving treatment in hospital.

Objectives: To determine the influence of the level of cooperative play therapy during hospitalization on preschool children in RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Methods: The research used Quasy-Experimental with design One Group Pretest - One Group Post test with Control Group. Sampling used Acidental sampling with a sample of 20 people in the experimental group and 20 in the control group.

Statistical tests using the Paired t-test with significance level α <0,05.

Results: There was an influence on the level of cooperative before and after therapy play in the experimental group and control group with in the experimental group was 21,978 with a significance of p-value = 0,000 or (0,000<0,05) and in the control group was 2,698 with a significance of p-value = 0,014 or (0,014 <0,05). And the value of RD = 8.9 which means that children are given therapy treatment have high levels of cooperative play eight times higher than children who were denied a play therapy treatment.

Conclusion: There are effects therapy plays on the level of cooperative during hospitalization on preschool children in RUSP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Keywords: Therapy play, the level of cooperative, hospitalization.

¹Nursing student S1 of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

²Lectur University of Muhammadiyah Yogyakarta

³Nurse of RSUD Kota Yogyakarta

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia dini sering disebut sebagai usia keemasan. Artinya baik atau buruknya perkembangan anak pada usia ini akan berpengaruh besar pada mutu kehidupan anak di masa mendatang. Saat ini, anak usia dini di Indonesia jumlahnya puluhan juta jiwa. Hasil Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2010 menyebutkan anak usia 0-4 tahun di Indonesia ada 22.672.060 jiwa dan anak usia 5-9 tahun ada 23.247.170 jiwa (sebagian masuk dalam kelompok usia dini). Khususnya di wilayah propinsi Jawa Tengah, jumlah anak usia 0-4 tahun ada 2.711.271 jiwa dan anak usia 5-9 tahun ada 2.829.364 jiwa.

Penangan anak usia dini secara baik akan sangat menentukan mutu sumber daya produktif Indonesia dimasa mendatang (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010).

Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan membutuhkan hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakitnya. Akan tetapi, pada anak-anak kondisi tersebut berbeda, mereka bukanlah orang dewasa.

Anak-anak dapat berbeda dari segi usia, ukuran tubuh, dan tahap perkembangannya. Jika seorang anak sakit, penyakitnya akan mempengaruhi seluruh keluarga. Keluarga merupakan bagian penting dari kehidupan anak tanpa menghiraukan usia anak (Soetjiningsih, 2003).

Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Anak yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan kebiasaan seperti biasanya dan merupakan sumber utama stres, kecewa dan cemas, terutama untuk anak yang pertama kali dirawat dirumah sakit (Supartini, 2004).

Dampak hospitalisasi pada masa prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan,

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman. Tingkat rasa aman pada setiap anak berbeda. Beberapa anak lebih pemalu dan cepat cemas dibanding anak lain (Puspasari, 2003).

Pada umunya ketakutan anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit, apalagi menjalani rawat inap dalam jangka waktu yang lama. Peralatan medis yang terlihat bersih dirasakan cukup menyeramkan bagi anak. Begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan para staf rumah sakit dengan baju putihnya yang terkesan menakutkan. Sehingga, perawat anak harus berupaya meminimalkan stress pada anak saat mereka dirawat di rumah sakit (Jovan, 2007)

Perawat juga harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara mendekati anak dan berinteraksi dengan mereka, serta cara agar mereka kooperatif terhadap pengobatan yang diberikan. Salah satunya dengan terapi bermain dan kerja sama dengan orangtua, diharapkan dapat meminimalkan atau menurunkan stress pada anak selama dirawat. Bermain dapat menjadi bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia (Simanjuntak, 2005).

Bermain ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan dan merupakan pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri (Martin, 2008).

Prinsip bermain di rumah sakit tidak membutuhkan banyak energi, waktunya singkat, mudah dilakukan, aman, tidak bertentangan dengan terapi, dan melibatkan keluarga (Adriana, 2011).

Hasil studi pendahulan yang dilakukan pada bulan Februari 2012 melalui observasi pada 10 pasien anak umur 3-5 tahun di ruang Menur kelas 2 dan 3 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didapatkan bahwa 10 anak yang

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

diobservasi semuanya kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, seperti saat injeksi, pemasangan termometer, saat pengambilan darah untuk cek laboratorium dan saat perawat datang membawa obat. Semua anak mengeluarkan respon, seperti menangis, memeluk ibunya, meminta pulang, berteriak dan menolak makan. Sedangkan, dalam wawancara dengan perawat di ruang Menur kelas 2 dan 3 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, perawat mengatakan sebagian besar anak kurang kooperatif pada saat dilakukan tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat lebih banyak bekerjasama dengan orangtua/penunggu pasien saat melakukan tindakan keperawatan agar anak lebih kooperatif.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pasien anak yang berusia 3-5 tahun di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten selama bulan Januari dan Februari 2012 yang dirawat selama ≥ 1 hari adalah 40 anak. Dan dalam mengatasi ketidakkooperatifan anak telah disiapkan ruang terapi bermain khusus yang ada di ruangan tersebut, namun ruangan ini belum efektif dalam menurunkan kecemasan anak, sehingga anak belum menunjukkkan tindakan kooperatif secara maksimal terhadap tindakan pengobatan yang diberikan oleh perawat. Dari fenomena tersebut peneliti menilai pentingnya dilaksanakan penelitian yang memfokuskan pada “Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Selama Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahui adanya pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui adanya perbedaan tingkat kooperatif anak usia prasekolah sebelum diberikan terapi bermain di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

b. Diketahui adanya perbedaan tingkat kooperatif anak usia prasekolah sesudah diberikan terapi bermain di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk mendukung penurunan kecemasan dan peningkatan perilaku kooperatif pada anak selama menjalani perawatan atau pengobatan di rumah sakit.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan atau perawat didalam memberikan informasi dan edukasi pada orangtua ataupun penunggu anak selama dirawat di rumah sakit dan dapat memanfaatkan fasilitas bermain yang merupakan salah satu cara untuk menurunkan kecemasan anak, meningkatkan perilaku kooperatif anak serta kemampuan untuk bersosialisasi pada anak khususnya anak usia prasekolah.

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

b. Dapat memberikan informasi pada orangtua ataupun penunggu didalam menjaga anak selama menjalani perawatan di rumah sakit dan ikut serta didalam aktivitas bermain anak. Dan bagi anak sendiri harus dapat ikut serta maupun terlibat didalam permainan yang ada.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

1. Herliana (2001), penelitian yang dilakukan berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tindakan Kooperasi Anak Usia Prasekolah yang sedang Menjalani Hospitalisasi di IRNA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif, penelitian quasi-eksprimental dengan rancangan one pre-post test group tanpa kontrol dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan terhadap 30 orang anak yang di observasi selama 3 hari dengan menggunakan lembar observasi tingkat kooperatif sebelum dan setelah pemberian terapi bermain. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan terapi bermain dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat kooperatif anak, dimana akan meningkat setelah diberikan terapi bermain.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel bebas dan variabel terikat serta jenis penelitian yang sama. Sedangkan, perbedaan penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest-post test with control group dan pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik accidental sampling serta tempat penelitian dilakukan ditempat yang bebeda.

2. Listyorini (2006), penelitian ini berjudul “Pengaruh Bermain Terhadap Kemampuan Sosialisasi Anak Selama Menjalani Perawatan di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitaif, jenis penelitian quasi-eksprimental dengan rancangan one group pre dan post test design tanpa kontrol. Sampel diambil dengan

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian dilakukan terhadap 23 orang anak yang di observasi selama 2 hari dengan menggunakan lembar observasi kemampuan sosialisasi anak sebelum dan setelah pemberian terapi bermain. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan penyesuaian sosial sebelum dan sesudah dilakukan aktivitas bermain, sedangkan pada dua aspek yang lain, yaitu keterampilan sosial dan penerimaan sosial terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah dilakukan aktivitas bermain.

Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan variabel bebas yang sama dengan jenis penelitian dan tehnik pengambilan sampel yang sama.

Sedangkan, perbedaan penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest-post test with control group dan variabel terikat serta tempat penelitian dilakukan ditempat yang berbeda.

3. Hikmawati (2000), penelitian ini berjudul “Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penurunan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Perawatan di IRNA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian eksprimental dengan rancangan pra-pasca test dalam satu kelompok tanpa kontrol. Sampel diambil secara non-probability dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan terhadap 30 orang anak yang di observasi selama 4 hari dengan menggunakan lembar observasi tingkat kecemasan sebelum dan setelah pemberian terapi bermain. Hasil dari penelitian ini adalah adanya penurunan kecemasan anak setelah diberikan terapi bermain dan adanya perbedaan secara bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel bebas dan jenis penelitian yang sama. Sedangkan, perbedaan penelitian ini memiliki variabel terikat yang berbeda, menggunakan rancangan one group pretest-post test with control group, pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik accidental sampling serta tempat penelitian dilakukan ditempat yang bebeda.

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah. RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten merupakan salah rumah sakit umum pemerintahan yang dimiliki oleh pemerintahan provinsi Jawa Tengah dengan luas tanah 45.950 m² dan luas bangunan 15.470 m². Fasilitas kesehatan yang ada di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah Pelayanan Medis, seperti Rawat Darurat, Rawat Inap dan Rawat Jalan serta Penunjang Medis, seperti Radiologi, Laboratorium Klinik, Pathologi Anatomi, Farmasi, dan Elektro Medik.

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten memiliki Visi “Menjadi Rumah Sakit yang berkualitas dan mandiri dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan nasional”. Misi “Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, berkualitas dan terjangkau; Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan ilmu bidang kesehatan dengan standar mutu yang tinggi; Mewujudkan kepuasan pelanggan untuk mencapai kemandirian rumah Sakit; Meningkatkan kesejahteraan karyawan”. Motto

“Bersih, Aman dan Akurat”. Dan budaya pelayanan, yaitu 6S (Senyum, Sapa, Sentuh, Sopan, Santun, Sabar).

Khususnya pada Ruang Menur yang merupakan ruang perawatan anak kelas 2 dan 3 dengan kapasitas tempat tidur 22 bed dan 1 ruang isolasi, 1 ruang untuk aktivitas terapi bermain, 1 ruang tempat penyimpanan alat-alat medis, seperti obat-obatan, infus set, cairan infus, dan alat medis lainnya, 1 ruang dapur, 2 toilet khusus untuk perawat dan pasien serta 1 ruang yang merupakan tempat rekam medis atau ruang perawat jaga.

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak usia prasekolah sejumlah 40 orang anak yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 20 orang anak untuk kelompok eksprimen dan 20 orang anak untuk kelompok kontrol yang dibatasi berdasarkan jenis kelamin, usia, lamanya anak dirawat, dan adanya dukungan orangtua atau penunggu. Secara terperinci karateristik responden dapat dilihat pada penjelasan gambaran karakteristik responden pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol yang total jumlahnya 40 orang sebagai berikut ini:

Dari hasil data Tabel 4.1 di bawah ini, tentang gambaran karakteristik responden pada kelompok eksprimen, yaitu terdiri dari jenis kelamin laki-laki (25%) sebanyak 5 orang dan perempuan (75%) sebanyak 15 orang. Dari segi umur, yaitu 3 tahun (55%) sebanyak 11 orang, 4 tahun (20%) sebanyak 4 orang dan 5 tahun (25%) sebanyak 5 orang. Dari lamanya anak dirawat, yaitu 1-3 hari (60%) sebanyak 12 orang dan 4-6 hari (40%) sebanyak 8 orang.

Sedangkan berdasarkan dukungan orangtua ataupun penunggu, yaitu dari orangtua (80%) sebanyak 16 orang dan penunggu (20%) sebanyak 14 orang.

Sedangkan, gambaran karakteristik responden pada kelompok kontrol, yaitu terdiri dari jenis kelamin laki-laki (45%) sebanyak 9 orang dan perempuan (55%) sebanyak 11 orang. Dari segi umur, yaitu 3 tahun (20%) sebanyak 4 orang, 4 tahun (40%) sebanyak 8 orang dan 5 tahun (40%) sebanyak 8 orang. Dari lamanya anak dirawat, yaitu 1-3 hari (35%) sebanyak 7 orang dan 4-6 hari (65%) sebanyak 13 orang. Sedangkan berdasarkan dukungan orangtua ataupun penunggu, yaitu dari orangtua (75%) sebanyak 15 orang dan penunggu (25%) sebanyak 5 orang.

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

Tabel 4.1

Karakteristik Responden di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Pada Kelompok Eksprimen dan Kelompok Kontrol Karakteristik

Kelompok Eksprimen

Kelompok Kontrol Frekuensi Persen Frekuensi Persen Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan

5 15

25 % 75 %

9 11

45 % 55 % Umur

3 tahun 4 tahun 5 tahun

11 4 5

55 % 20 % 25 %

4 8 8

20 % 40 % 40 % Lamanya anak dirawat

1-3 hari 4-6 hari

12 8

60%

40 %

7 13

35%

65 % Dukungan orangtua

(penunggu) Orangtua

Saudara

16 4

80 % 20 %

15 5

75 % 25 %

Jumlah 20 100% 20 100%

Sumber: Data Primer 2012

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mengetahui presentase dari pencapaian setiap responden sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol. Untuk menghitung presentase dari analisis univariat akan dinilai dari karakteristik responden, yaitu jenis kelamin, usia, lamanya anak dirawat dan dukungan orangtua atau penunggu terhadap tingkat kooperatif anak. Gambaran berdasarkan karakteristik responden, yaitu jenis kelamin, usia, lamanya anak dirawat dan dukungan orangtua atau penunggu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

Tabel 4.2

Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada anak usia prasekolah 3 - 5 tahun

Kelompok Jenis Kelamin

F

Tingkat Kooperatif Sebelum Terapi Bermain

Tingkat Kooperatif Setelah Terapi Bermain Baik

(76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Eksprimen Laki-laki 5 0

(0%)

1 (5%)

4 (20%)

4 (20%)

1 (5%)

0 (0%)

Perempuan 15 0

(0%)

0 (0%)

15 (75%)

10 (50%)

5 (25%)

0 (0%)

Jumlah 20 0

(0%)

1 (5%)

19 (95%)

14 (70%)

6 (30%)

0 (0%)

Kontrol Laki-laki 9 0

(0%)

3 (15%)

6 (30%)

0 (0%)

3 (15%)

6 (30%)

Perempuan 11 0

(0%)

4 (20%)

7 (35%)

1 (5%)

5 (25%)

5 (25%)

Jumlah 20 0

(0%)

7 (35%)

13 (65%)

1 (5%)

8 (40%)

11 (55%) Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok eksprimen tampak adanya perubahan yang besar dari sebelum terapi bermain dan setelah terapi bermain. Hal tersebut tampak pada kelompok anak yang berjenis kelamin perempuan, semula 75% (15 anak) dalam kategori tingkat kooperatif kurang namun setelah terapi bermain menjadi dalam kategori baik dan cukup. Sedangkan, perubahan yang besar tidak terjadi pada kelompok kontrol. Perubahan hanya terjadi pada kelompok anak yang berjenis kelamin perempuan, dimana semula kategori baik 0% hanya mengalami perubahan 5% (1 anak) setelah terapi bermain.

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

Tabel 4.3

Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia pada anak prasekolah 3 - 5 tahun

Kelompok Usia F

Tingkat Kooperatif Sebelum Terapi Bermain

Tingkat Kooperatif Setelah Terapi Bermain Baik

(76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Eksprimen 3 tahun 11 0

(0%)

0 (0%)

11 (55%)

5 (25%)

6 (30%)

0 (0%)

4 tahun 4 0

(0%)

0 (0%)

4 (20%)

4 (20%)

0 (0%)

0 (0%)

5 tahun 5 0

(0%)

2 (10%)

3 (15%)

5 (25%)

0 (0%)

0 (0%)

Jumlah 20 0

(0%)

2 (10%)

18 (90%)

14 (70%)

6 (30%)

0 (0%)

Kontrol 3 tahun 4 0

(0%)

0 (0%)

4 (20%)

0 (0%)

0 (0%)

4 (20%)

4 tahun 8 0

(0%)

1 (5%)

7 (35%)

0 (0%)

1 (5%)

7 (35%)

5 tahun 8 0

(0%)

6 (30%)

2 (10%)

1 (5%)

7 (35%)

0 (0%)

Jumlah 20 0

(0%)

7 (35%)

13 (65%)

1 (5%)

8 (40%)

11 (55%) Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok eksprimen tampak adanya perubahan yang besar dari sebelum terapi bermain dan setelah terapi bermain. Hal tersebut tampak pada kelompok anak yang berusia 5 tahun, semula kategori baik 0% namun setelah terapi bermain 25%

(5 anak) berada dalam kategori baik. Sedangkan, perubahan yang besar tidak terjadi pada kelompok kontrol. Perubahan hanya terjadi pada kelompok anak yang berusia 5 tahun, dimana semula kategori kurang berjumlah 10% (2 anak) menjadi 0% setelah terapi bermain.

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54

Tabel 4.4

Gambaran karakteristik responden berdasarkan lamanya anak dirawat di rumah sakit pada anak usia prasekolah 3 - 5 tahun Kelompok Lama Anak

Dirawat F

Tingkat Kooperatif Sebelum Terapi Bermain

Tingkat Kooperatif Setelah Terapi Bermain Baik

(76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Eksprimen 1-3 hari 12 0

(0%)

0 (0%)

12 (60%)

9 (45%)

3 (15%)

0 (0%)

4-6 hari 8 0

(0%)

2 (10%)

6 (30%)

5 (25%)

3 (15%)

0 (0%)

Jumlah 20 0

(0%)

2 (10%)

18 (90%)

14 (70%)

6 (30%)

0 (0%)

Kontrol 1-3 hari 7 0

(0%)

0 (0%)

7 (35%)

0 (0%)

0 (0%)

7 (35%)

4-6 hari 13 0

(0%)

7 (35%)

6 (30%)

1 (5%)

8 (40%)

4 (20%)

Jumlah 20 0

(0%)

7 (35%)

13 (65%)

1 (5%)

8 (40%)

11 (55%) Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok eksprimen tampak adanya perubahan yang besar dari sebelum terapi bermain dan setelah terapi bermain. Hal tersebut tampak pada kelompok anak yang dirawat selama 1-3 hari, semula 60% (12 anak) dalam kategori kurang namun setelah terapi bermain menjadi dalam kategori baik dan cukup. Sedangkan, perubahan yang besar tidak terjadi pada kelompok kontrol. Perubahan hanya terjadi pada kelompok yang dirawat selama 4-6 hari, dimana semula kategori kurang berjumlah 30% (6 anak) menjadi 20% (4 anak).

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

Tabel 4.5

Gambaran karakteristik responden berdasarkan dukungan orangtua (penunggu) pada anak usia prasekolah 3 - 5 tahun

Kelompok Orangtua (Penunggu)

F

Tingkat Kooperatif Sebelum Terapi Bermain

Tingkat Kooperatif Setelah Terapi Bermain Baik

(76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Eksprimen Orangtua 16 0

(0%)

2 (10%)

14 (70%)

10 (50%)

6 (30%)

0 (0%)

Saudara 4 0

(0%)

0 (0%)

4 (20%)

4 (20%)

0 (0%)

0 (0%)

Jumlah 20 0

(0%)

2 (10%)

18 (90%)

14 (70%)

6 (30%)

0 (0%)

Kontrol Orangtua 15 0

(0%)

7 (35%)

8 (40%)

1 (5%)

8 (40%)

6 (30%)

Saudara 5 0

(0%)

0 (0%)

5 (25%)

0 (0%)

0 (0%)

5 (25%)

Jumlah 20 0

(0%)

7 (35%)

13 (65%)

1 (5%)

8 (40%)

11 (55%) Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok eksprimen tampak adanya perubahan yang besar dari sebelum terapi bermain dan setelah terapi bermain. Hal tersebut tampak pada kelompok anak yang didukung oleh orangtuanya sendiri, semula 70% (14 anak) dalam kategori kurang namun setelah terapi bermain menjadi dalam kategori baik dan cukup.

Sedangkan, perubahan yang besar tidak terjadi pada kelompok kontrol.

Perubahan hanya terjadi pada kelompok anak yang didukung oleh orangtuanya, dimana semula kategori baik 0% hanya mengalami perubahan 5% (1 anak) setelah terapi bermain.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antar variabel. Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki pengaruh menggunakan data yang berskala interval dan interval (Pre test–Post test perilaku kooperatif) (Notoatmodjo, 2010). Dan hubungan antar variabel ini

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56

ditunjukkan dengan mengetahui presentase pencapaian responden secara keseluruhan atau distribusi frekuensi pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol. Kriteria skoring pada tingkat kooperatif anak sebelum dan setelah pemberian terapi bermain terdiri dari 3 kriteria, yaitu tingkat koopertaif baik (76% - 100%), tingkat koopertaif cukup (56% - 75%) dan tingkat koopertif kurang (<56%) (Notoatmodjo, 2005). Gambaran berdasarkan distribusi frekuensi pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Pada Anak Prasekolah Pada Kelompok Eksprimen

Di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Tingkat Kooperatif Skor

Sebelum Terapi Bermain

Setelah Terapi Bermain Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Kooperatif Baik 76% - 100% 0 0% 14 70%

Kooperatif Cukup 56% - 75% 2 10% 6 30%

Kooperatif Kurang < 56% 18 90% 0 0%

20 100% 20 100%

Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil pada tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak pada kelompok eksprimen memiliki perbedaan sebelum dan setelah terapi bermain, yaitu untuk tingkat kooperatif baik tidak ada sebelum terapi bermain dan meningkat menjadi (70%) sebanyak 14 orang setelah terapi bermain, untuk tingkat kooperatif cukup (10%) sebanyak 2 orang sebelum terapi bermain dan meningkat menjadi (30%) sebanyak 6 orang setelah terapi bermain, sedangkan untuk tingkat kooperatif kurang (90%) sebanyak 18 orang sebelum terapi bermain dan menjadi tidak ada setelah terapi bermain.

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Pada Anak Prasekolah Pada Kelompok Kontrol

Di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Tingkat Kooperatif Skor

Sebelum Terapi Bermain

Setelah Terapi Bermain Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Kooperatif Baik 76% - 100% 0 0% 1 5%

Kooperatif Cukup 56% - 75% 7 35% 8 40%

Kooperatif Kurang < 56% 13 65% 11 55%

20 100% 20 100%

Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil pada tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak pada kelompok kontrol memiliki perbedaan sebelum dan setelah terapi bermain, yaitu untuk tingkat kooperatif baik tidak ada sebelum terapi bermain dan meningkat menjadi (5%) sebanyak 1 orang setelah terapi bermain, untuk tingkat kooperatif cukup (35%) sebanyak 7 orang sebelum terapi bermain dan meningkat menjadi (40%) sebanyak 8 orang setelah terapi bermain, sedangkan untuk tingkat kooperatif kurang (65%) sebanyak 13 orang sebelum terapi bermain dan menurun menjadi (55%) sebanyak 11 orang setelah terapi bermain.

3. Analisa Statistik

Analisis Statistik digunakan untuk menguji hipotesis kedua variabel tersebut yang diduga memiliki pengaruh terhadap data yang berskala interval dan interval dengan menggunakan uji statistik, yaitu Uji Paired t-test yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua sampel yang saling berhubungan, artinya bahwa satu sampel akan mempunyai dua data (Sugiyono, 2008). Dan setelah diperoleh hasil dari analisis bivariat yang merupakan gambaran dari distribusi frekuensi pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperatif pada anak prasekolah sebelum dan setelah terapi

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

58

bermain menunjukkan presentase peningkatan perilaku kooperatif, kemudian dilanjutkan hipotesa dengan menggunakan Uji Paired t-test dan hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Paired t-test Paired Samples Test

Hasil Observasi

Paired Differences

t Df

Sig. (2- tailed)

Risk Different

(RD) Mean

Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper Hasil Observasi Setelah dan

Sebelum Terapi Bermain Pada Kelompok Eksprimen

9.50000 1.93309 .43225 8.59529 10.40471 21.978 19 .000

Hasil Observasi Setelah dan 8.9 Sebelum Terapi Bermain Pada Kelompok Kontrol

.60000 .99472 .22243 .13446 1.06554 2.698 19 .014

Dari hasil table 4.8 diatas dapat diketahui bahwa nilai t-hitung pada kelompok eksprimen adalah 21,978 dengan signifikasi 0,000 dan nilai t-hitung pada kelompok kontrol adalah 2,698 dengan signifikasi 0,014. Dan untuk menentukan hipotesis diterima atau ditolak dapat dinilai dari tingkat kemaknaan menggunakan p-value < 0,05 pada interval kepercayaan 95%. Jika signifikasi (p) lebih besar dari 0,05 atau (p > 0,05), maka hipotesis Ho diterima dan Ha ditolak dan jika signifikasi lebih kecil dari 0,05 atau (p <

0,05) maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,05 atau sama dengan (0,000 <

0,05) pada kelompok eksprimen dan nilai p = 0,014 lebih kecil dari 0,05 atau sama dengan (0,014 < 0,05) pada kelompok kontrol, artinya bahwa Ho ditolak

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

59

dan Ha diterima. Dan dari hasil Risk Different (RD) yang merupakan angka dari perbedaan rata-rata antara kelompok eksprimen dengan kelompok kontrol menunjukkan hasil RD = 8,9 yang berarti bahwa anak yang diberikan perlakuan terapi bermain memiliki tingkat kooperatif delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan perlakuan terapi bermain.

Dengan demikian, berarti terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah sebelum dan setelah terapi bermain di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

C. Pembahasan Penelitian 1. Sebelum Diberikan Terapi Bermain (Pre-test)

Dilihat dari karakteristik responden anak, yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia anak, lamanya anak dirawat dan dari dukungan orangtua (penunggu) sebelum diberikan terapi bermain tingkat kooperatif anak sangat kurang terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Reaksi anak sangat tidak kooperatif dengan mengeluarkan perilaku seperti menangis, meronta- ronta, memeluk ibunya dan mengajak orangtunya untuk pulang. Perilaku yang tidak kooperatif juga diperlihatkan oleh anak pada saat menerima tindakan keperawatan, seperti saat injeksi dan pemasangan termometer. Dari 20 orang anak pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol tidak ada satu orang anak pun yang berperilaku kooperatif dengan baik sebelum diberikan terapi bermain.

Pada umumnya ketakutan anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Sehingga reaksi anak terhadap hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak, pengalaman sakit sebelumnya, support system yang ada dan kemampuan koping yang dimilikinya (Wong, 2008).

Reaksi anak usia prasekolah terhadap hospitalisasi adalah menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sering kali anak mempersepsikan hospitalisasi sebagai hukuman

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

60

dan perasaan malu, sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, dan tidak mau bekerja sama dengan perawat (Supartini, 2004).

2. Setelah diberikan Terapi Bermain (Post-test)

Sebagian besar perilaku anak mengalami perubahan yang baik saat menerima tindakan keperawatan setelah diberi terapi bermain. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh saat penelitian, yaitu berdasarkan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia anak, lamanya anak dirawat dan dukungan orangtua (penunggu). Reaksi anak pada saat diberikan terapi bermain, yaitu sangat antusias dan senang bermain dengan benda-benda atau mainan yang diinginkan, bahkan ada dari beberapa orang anak yang tetap ingin melanjutkan permainan. Sehingga, didapatkan hasil dari 20 orang anak pada kelompok eksprimen yang diberikan terapi bermain mengalami peningkatan perilaku kooperatif baik (70%) sebanyak 14 orang anak dan perilaku kooperatif cukup (30%) sebanyak 6 orang anak.

Sedangkan dari 20 orang anak pada kelompok kontrol yang seharusnya tidak diberikan terapi bermain mengalami peningkatan perilaku kooperatif baik (5%) sebanyak 1 orang dan perilaku kooperatif cukup (40%) sebanyak 8 orang anak. Hal ini terjadi, karena adanya anak pada kelompok kontrol yang ikut bermain dengan kelompok eksprimen tetapi dibedakan tempat dan permainan yang telah disiapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian untuk perilaku kooperatif baik yang terjadi pada 1 orang anak dalam kelompok kontrol disesuaikan dengan teori bahwa anak perempuan apabila diberikan permainan dapat menstimulasi perasaan, pemikiran dan sikap didalam menjalankan peran (Supartini, 2004). Untuk anak yang berusia 5 tahun dengan lamanya waktu dirawat dan mendapatkan dukungan dari orangtua akan mempunyai perilaku kooperatif yang lebih baik karena dipengaruhi dengan adanya peningkatan mental, efek pembiasaan dan merasa disayang (Gunarsa, 2007).

Anak usia prasekolah memiliki kemampuan sosial yang belum begitu meningkat tetapi anak sudah cukup mampu untuk bekerja sama dengan teman

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

61

sepermainannya serta pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk (Supartini, 2004).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan stress pada anak adalah dengan bermain. Bermain dirumah sakit memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya, merasa takut, dan memperhatikan terhadap perlakuan atau penyakitnya, pengobatan dan lingkungan rumah sakit serta menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi, dan memperhatikan perlindungan pada anak terhadap stress karena dapat membantu anak dalam menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan. Melalui bermain anak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungannya yang baru serta dapat menunjukkan tindakan kooperatif terhadap petugas kesehatan didalam mendapatkan perawatan atau pengobatan (Wong, 2008).

Dari hasil penelitian secara keseluruhan adalah diketahui bahwa terapi bermain dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah di Ruang Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan Mei 2012. Dimana tingkat kooperatif anak meningkat setelah diberikan terapi bermain.

3. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Pada Anak Prasekolah Selama Menjalani Perawatan di Ruang Menur RSUP Dr. soeradji Tirtonegoro Klaten

Pemberian terapi bermain dapat meningkatkan perilaku kooperatif anak usia prasekolah selama menjalani perawatan di Ruang Menur RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hal ini sesuai dengan teori bahwa terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang paling efektif menurunkan stress pada anak dan yang paling penting untuk menyeimbangkan antara mental dan emosional anak (Supartini, 2004).

Keberhasilan pemberian terapi bermain dalam meningkatkan perilaku kooperatif anak selama menjalani perawatan dipengaruhi oleh permainan yang disediakan oleh peneliti berupa jenis permainan yang sesuai dengan tingkat

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

62

tumbuh kembang anak, sehingga anak tertarik dengan permainan yang diberikan. Rasa tertarik anak terhadap permainan akan menimbulkan rasa senang selama menjalani perawatan dan rasa senang ini dapat meningkatkan perilaku kooperatif anak.

Keberhasilan terapi bermian dalam meningkatkan perilaku kooperatif juga dipengaruhi oleh karakteristik responden itu sendiri, seperti jenis kelamin, usia anak, lamanya anak dirawat, dan dukungan orangtua (penunggu). Berdasarkan hasil penelitian menurut jenis kelamin, yang mengalami peningkatan kooperatif yang lebih tinggi adalah anak yang berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki. Hal ini dikarenakan, pada awal kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan yang relatif seimbang meskipun terdapat perbedaan secara individual dalam setiap aspek perkembangan fisik. Anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi, misalnya tubuhnya cenderung lebih tinggi pada awal masa kanak-kanak daripada mereka yang kecerdasannya rata-rata atau dibawah rata-rata dan gigi sementaranya lebih cepat tanggal. Meskipun perbedaan gender tidak menonjol dalam peningkatan tinggi dan berat badan, tetapi pengerasan tulang dan lepasnya gigi sementara akan lebih cepat pada anak perempuan dari usia ke usia (Wong, 2008).

Berdarkan usia anak, yang mengalami peningkatan perilaku kooperatif yang lebih tinggi adalah anak dengan usia 4 dan 5 tahun dari pada anak dengan usia 3 tahun. Hal ini dikarenakan, tahap perkembangan dan pertumbuhan setiap anak memiliki ciri-ciri umum yang berbeda sesuai dengan perkembangannya disamping ciri-ciri khusus yang sesuai dengan pribadinya.

Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan, yaitu pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya ingat, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

Sehingga anak yang berusia 3 tahun berbeda dengan anak yang berusia 4 dan 5 tahun dalam menghadapi sikap dan merawatnya selama dirumah sakit (Gunarsa, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan ciri-ciri dan prinsip

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

63

tumbuh kembang anak, antara lain perkembangan menimbulkan perubahan, yaitu perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.

Berdasarkan lamanya anak dirawat, yang mengalami peningkatan perilaku kooperatif paling tinggi adalah anak yang dirawat selama 4-6 hari dari pada anak yang dirawat selama 1-3 hari. Hal ini dikarenakan lamanya seorang anak dirawat dirumah sakit mempengaruhi pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan, sedangkan ketepatan melakukan pendekatan yang merupakan bagian dari keperawatan akan mempengaruhi proses kesembuhan anak. Pada anak yang dirawat dalam waktu singkat, pemulihan diarahkan pada hal-hal yang traumatik dan anak yang dirawat dalam waktu singkat tidak mudah atau sulit didalam menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit.

Sedangkan pada anak yang dirawat cukup lama akan memunculkan adanya efek pembiasaan, yaitu anak terbiasa dilayani, diperhatikan, dibantu, merasa disayang, sehingga muncul reaksi untuk mempertahankan sakitnya agar terus memperoleh perlakuan yang menyenangkan (Gunarsa, 2007).

Berdasarkan dukungan orangtua (penunggu), yang mengalami peningkatan perilaku kooperatif paling tinggi adalah anak yang didukung oleh orangtuanya sendiri. Hal ini dikarenakan ketakutan anak yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dapat menyebabkan anak cemas, stress dan gelisah (Imam, 2008). Oleh karena itu, untuk mengurangi kecemasan anak, orangtua harus mampu menjelaskan kapan dan mengapa anak harus dirawat dalam waktu yang lama karena orangtua juga mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit. Sehingga, dari kepandaian orangtua didalam menjelaskan kepada anak akan membantu anak untuk tetap tenang dan tidak panik (Supartini, 2004).

Hasil penelitian secara keseluruhan dapat diketahui melalui uji statistik, yaitu Uji Paired t-test dengan hasil nilai t-hitung pada kelompok eksprimen adalah 21,978 dengan signifikasi p = 0,000 atau (0,000 < 0,05) dan nilai t-hitung pada kelompok kontrol adalah 2,698 dengan signifikasi p =

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

64

0,014 atau (0,014 < 0,05). Dan hasil Risk Different (RD) yang merupakan angka dari perbedaan rata-rata antara kelompok eksprimen dengan kelompok kontrol menunjukkan hasil RD = 8,9 yang berarti bahwa anak yang diberikan perlakuan terapi bermain memiliki tingkat kooperatif delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan perlakuan terapi bermain.

Artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian terapi bermain secara signifikan terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2012.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herliana (2001) dengan judul

“Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tindakan Kooperasi Anak Usia Prasekolah yang sedang Menjalani Hospitalisasi di IRNA II RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta” menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian yang penulis lakukan pada kelompok eksprimen, yaitu adanya perbedaan yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi bermain. Dan disini penulis melakukan penelitian pada dua kelompok, yaitu kelompok eksprimen dan kelompok kontrol, sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak menggunakan kelompok kontrol. Dan hasil penelitian pada kelompok kontrol, yaitu adanya perbedaan antara sebelum dan setelah terapi bermain pada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian pada kelompok kontrol yang berdasarkan karakteristik respondennya, yaitu berjenis kelamin perempuan, berusia 5 tahun, lamanya perawatan selama 4-6 hari dan selama menjalani perawatan anak selalu ditemani oleh orangtuanya, sehingga membuat anak merasa lebih nyaman didalam menjalani perawatan.

Banyak diantara anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi menjadi anak yang pendiam. Ada juga diantara mereka yang menangis dengan perlahan-lahan untuk mengungkapkan apa yang sedang mereka rasakan. Anak prasekolah yang sedang mengalami hospitalisasi biasanya tidak kooperatif dengan petugas kesehatan. Sering mereka menghindari petugas kesehatan yang mereka anggap sebagai seseorang yang telah memisahkan mereka dari orang-orang yang mereka cintai (Sufyanti, 2008).

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

65

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan stress pada anak adalah dengan bermain. Bermain dirumah sakit memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya, merasa takut, dan memperhatikan terhadap perlakuan atau penyakitnya, pengobatan dan lingkungan rumah sakit serta menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi, dan memperhatikan perlindungan pada anak terhadap stress karena dapat membantu anak dalam menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan. Melalui bermain anak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungannya yang baru serta dapat menunjukkan tindakan kooperatif terhadap petugas kesehatan didalam mendapatkan perawatan atau pengobatan (Wong, 2008).

Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif dan regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit (Wong, 2008).

D. Keterbatasan Penelitian 1. Kesulitan Penelitian

a. Peneliti sendiri yang melakukan terapi bermain dan observasi langsung terhadap tingkat kooperatif pada anak yang dilakukan pada dua kelompok, yaitu kelompok eksprimen dan kelompok kontrol walaupun telah dibantu oleh perawat atau praktekan yang ada tetapi peneliti tidak dapat melakukan observasi secara bersamaan.

b. Keterbatasan waktu dalam membujuk anak untuk terlibat dalam aktivitas terapi bermain.

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

66

c. Tidak semua responden kelompok eksprimen yang akan diberikan terapi bermain mau ikut serta tetapi peneliti tetap melakukan pendekatan kepada anak untuk terlibat dalam aktivitas terapi bermain.

d. Dikarenakan tempat penelitian berada dalam satu bangsal, adanya responden dari kelompok kontrol yang ikut main bersama kelompok eksprimen sehingga peneliti susah untuk menentukan tindakan yang harus diberikan agar kelompok kontrol bersedia memisahkan diri dengan kelompok eksprimen.

2. Kelemahan Penelitian

a. Pada kelompok eksprimen terapi bermain hanya diberikan satu kali, sehingga pada kelompok eksprimen kemungkinan akan tetap tidak kooperatif pada esok harinya. Tetapi, peneliti tetap memberikan motivasi terhadap orangtua atau penunggu untuk tetap memberikan aktivitas bermain pada anak.

b. Pelaksanaan terapi bermain pada anak cukup singkat, yaitu hanya berkisar 40 menit tiap harinya dan pada responden yang berbeda tiap waktunya, sehingga peningkatan perilaku kooperatif anak tidak dapat dilihat tiap harinya.

(37)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

67 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam rangka kesembuhan anak yang dirawat di rumah sakit khususnya dalam pelaksanaan terapi bermain yang dapat dijadikan alternatif pengobatan yang melibatkan peran perawat di ruang Menur RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan sebelum dan sesudah terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2012 dengan hasil nilai t-hitung pada kelompok eksprimen adalah 21,978 dengan signifikasi p = 0,000 atau (0,000 < 0,05) dan nilai t-hitung pada kelompok kontrol adalah 2,698 dengan signifikasi p = 0,014 atau (0,014 < 0,05). Dan dari hasil Risk Different (RD) yang merupakan angka dari perbedaan rata-rata antara kelompok eksprimen dengan kelompok kontrol menunjukkan hasil RD = 8,9 yang berarti bahwa anak yang diberikan perlakuan terapi bermain memiliki tingkat kooperatif delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan perlakuan terapi bermain.

2. Terapi bermain merupakan faktor penting yang harus diberikan pada anak selama menjalani perawatan guna meningkatkan perilaku kooperatif pada anak.

(38)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

68

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian tentang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah, beberapa saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah:

1. Bagi Perawat atau Tenaga Kesehatan

Diharapkan perawat harus tetap memberikan aktivitas terapi bermain pada anak selama menjalani perawatan di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

2. Bagi Orangtua dan Anak

Orangtua anak harus selalu berada disamping anak selama anak menjalani pengobatan atau perawatan dan selalu mendampingi anak selama anak melakukan aktivitas khususnya saat terapi bermain. Dan anak harus tetap dilibatkan dalam terapi bermain.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan dan menyempurnakan hasil penelitian ini sehingga hal-hal yang menjadi keterbatasan peneliti, seperti cara pengambilan data dan desain penelitian dapat disempurnakan. Khususnya sampel yang digunakan anak usia BATITA yang merupakan usia anak yang belum memiliki tingkat kooperatif yang baik. Terapi bermain harus dapat diberikan dalam jangka waktu yang lebih lama, yaitu minimal 3 hari untuk mengetahui tingkat kooperatif ataupun tingkat kecemasan anak sebelum dan setelah diberikan terapi bermain.

(39)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak.

Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. (2010). Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. Available: http://www.bps.go.id.

Accessed: 12 Januari 2012.

. (2010). Penduduk Jawa Tengah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. Available: http://www.bps.go.id. Accessed: 12 Januari 2012.

. (2010). Penduduk Indonesia Menurut Propinsi. Available:

http://www.bps.go.id. Accessed: 12 Januari 2012.

Pratisti, Dinar W. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

Dorland, W.A.N. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Editor Huriawati Hartanto Edisi 29. Jakarta: EGC.

Gunarsa, Singgih. (2007). Pendekatan Spikologis Terhadap Anak yang Dirawat dan Sikap Orangtua. Available: http://www.kalbe.co.id. Accessed: 16 Juni 2012.

Gunawan. (2003). Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Bermain di Instalasi Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Harsono. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Herliana, Lia. (2001). Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tindakan Koopertaif Anak Usia Prasekolah yang sedang Menjalani Hospitalisasi di IRNA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM.

Skripsi.

(40)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Hikmawati, Ulfa. (2000). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penurunan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Perawatan di IRNA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2002). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto.

Imam, Saeful. (2008). Jelaskan Prosedur Medis Agar Anak Tidak Lagi Menangis.

Available: http://www.tabloidnakita.com. Accessed: 22 Januari 2012.

Jovan. (2007). Hospitalisasi. Available: http://jovandc.multiply.com. Accessed:

28 Januari 2012.

Listyorini, Dewi. (2006). Pengaruh Bermain Terhadap Kemampuan Sosialisasi Anak Selama Menjalani Perawatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Martin. (2008). Bermain Sebagai Media Terapi. Available:

http://www.tabloidnikita.com. Accessed: 24 Januari 2012.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nuryanti. (2007). Penerapan Terapi Bermain Bagi Penyandang Autisme.

Available: http://klinis.wordpress.com. Accessed: 22 Januari 2012.

Papalia, Old Feldman. (2009). Human Development Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.

Puspasari, Dewi. (2008). Tingkat Kooperatif Ana Usia Prasekolah Melalui Terapi Bermain Selama Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Riyadi, Sujono. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Graha Ilmu.

Riwidikdo, Handoko. (2009). Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah saya buat ini judul “ PENGGUNAAN MOTOR SERVO SEBAGAI PENGATUR FOKUS PADA MIKROSKOP REFLEKSI DIGITAL BERBASIS

program PTO, employee dapat menabung hari cuti mereka, atau mendonasikannya untuk rekan yang sakit parah..

Berdasarkan analisis data yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Dihasilkan media pembelajaran berbantu Macromedia Flash pada materi fungsi

Ki Sabdhosutedjo dari Surabaya, Jawa Timur Ki Sabdhosutedjo atau yang dikenal dengan nama Tee Boen Liong adalah seorang dalang wayang Jawa asli Surabaya.. Ia telah mendalami

Oleh karena itu, berdasarkan grafik yang ada pada gambar 4.3, dapat disimpulkan bahwa kondisi stabilitas arah sepeda motor yang paling baik adalah ketika sepeda motor berbelok

cabang Bekasi yang berasal dari rumah sakit ataupun klinik untuk diproses lebih lanjut (1.0), kemudian PT Taspen (Persero) cabang Bekasi akan melanjutkan proses

Semakin banyaknya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit degeneratif, khususnya diabetes mellitus, kolesterol dan asam urat, maka penulis berminat untuk

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan di lingkungan Sekretariat Daerah Kota Mataram, sumber daya keuangan merupakan salah satu faktor yang menentukan pencapaian target