• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak pemberi dana dan pihak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak pemberi dana dan pihak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak pemberi dana dan pihak yang membutuhkan dana, serta sebagai lembaga yang mempermudah suatu pembayaran. Di Indonesia terdapat dua jenis bank, yaitu bank konvensional dan bank syari’ah. Pada umunya bank syari’ah dibagi menjadi tiga, yaitu Bank Umum Syari’ah (BUS), Unit Usaha Syari’ah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) (OJK, 2017). Salah satu tugas dari bank umum syari’ah yaitu memberikan pembiayaan berupa dana kepada masyarakat (Edriyanti et al., 2020).

Bank tersebut juga berperan sebagai lembaga pengelolaan keuangan, sebagaimana menjalankan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat dengan tujuan memberikan suatu pembiayaan kepada masyarakat.

Pada tahun 2020, perbankan syari’ah mengalami kenaikan pertumbuhan

pada bulan Mei. Hal tersebut berpengaruh terhadap penurunan kualitas

pembiayaan perbankan syari’ah dengan rasio Non Performing Financial (NPF)

sebesar 3,31% yang menunjukkan masih dalam batas aman (CNBC, 2020). Faktor

utamanya, kebanyakan bank syari’ah belum mempunyai segmen korporasi

sehingga risiko NPF lebih kecil. Serta, pembiayaan bank syari’ah kebanyakan

masuk ke sektor non produktif atau konsumer yang karakter risikonya lebih

(2)

rendah. Perkembangan pembiayaan bermasalah (non performing financing) bank syari’ah tidak secepat pada bank konvensional. Misalnya, pada Bank Bank Umum Syari’ah (BUS) per Juli berada di level 3,31% yang mengalami penurunan 5 basis poin. Sedangkan Unit Usaha Syari’ah (UUS) berada di level 3,38% mengalami kenaikan 36 basis poin secara satu tahun (Kontan.co.id, 2020).

Dengan berjalannya waktu, perkembangan bank syari’ah menjadi industri baru di Indonesia yang fenomenanya sangat tertarik untuk diteliti. Fenomena ini dapat dilihat dari penggunaan produk-produk yang dilakukan oleh masyarakat dalam perbankan syari’ah yaitu penyaluran dana atau pembiayaan (Afif, 2017).

Pembiayaan merupakan salah satu produk yang membedakan antara bank syari’ah dengan bank konvensional. Pembiayaan pada Bank Syari’ah dibedakan menjadi dua, yaitu pembiayaan jual beli dan bagi hasil. Pembiayaan dengan prinsip jual beli yang dilakukan oleh perbankan syari’ah diaplikasikan menjadi tiga bentuk yaitu pembiayaan murabahah, salam, dan istishna. Sedangkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diaplikasikan menjadi dua bentuk yaitu pembiayaan mudharabah dan musyarakah (Siti, 2017).

Dengan meningkatnya produk pembiayaan dalam bank syari’ah akan

menjadi suatu risiko perbankan yang besar pula, salah satunya yaitu pembiayaan

Murabahah. Menurut (Afrianandra & Mutia, 2015) Risiko pembiayaan

murabahah terjadi karena pihak peminjam tidak bisa mengembalikan pinjaman

sesuai dengan perjanjian diawal yang telah disepakti secara bersama antara kedua

belah pihak (bank dan peminjam). Semakin tinggi tingkat pembiayaan bermasalah

(3)

dalam akad murabahah maka terjadi penurunan profitabilitas. Apabila terjadi kegagalan bayar diakibatkan faktor ekonomi dan bukan bank (faktor kelalaian), maka bank sebagai pihak pemberi pinjaman harus menunda tagihan utangnya sampai nasabah sanggup untuk melunasinya. Ketika risiko ini tidak dapat terselesaikan, maka akan sangat berpengaruh kepada laba yang diperoleh oleh bank dan perusahaan tersebut dapat dikatakan tidak sehat. Hal ini diperkuat dengan penelitian (Afrianandra & Mutia, 2015), jika pembiayaan ini lancar laba akan diperoleh oleh bank, tetapi jika pembiayaan tersebut bermasalah akan mengurangi laba yang diperoleh seharusnya. Risiko pembiayaan dapat terjadi juga pada pembiayaan lainnya yaitu pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah.

Pada faktanya tidak semua pembiayaan pada bank syari’ah dapat

dikembalikan secara sempurna. Hal ini akan muncul suatu risiko yaitu risiko kredit

atau risiko pembiayaan. Istilah risiko yang dimaksud yaitu Non Performing

Financing (NPF). Risiko ini untuk mengetahui pembiayaan sudah memenuhi

target atau belum yang diinginkan oleh pihak bank. Tingkat risiko pembiayaan

dapat diketahui dengan cara membandingkan antara total pembiayaan yang

bermasalah dengan keseluruhan pembiayaan yang bersangkutan. Risiko

pembiayaan terjadi karena pihak debitur tidak mampu untuk mengembalikan

jumlah pinjaman sesuai dengan kesepatakan yang telah ditentukan, dan apabila

tidak dikelola dengan baik maka akan mempengaruhi penilaian masyarakat

terhadap efektivitas bank.

(4)

Indikator yang digunakan dalam menilai tingkat efektifivitas bank salah satunya adalah profitabilitas. Tujuan dari pengukuran profitabilitas yaitu untuk mengetahui tingkat pencapaian laba dalam satu tahun periode sudah tercapai atau tidak. Profitabilitas sendiri dapat diukur dengan cara beberapa rasio. Salah satunya yaitu dengan cara rasio pengembalian aset (return on asset). Rasio ini menggambarkan produktivitas bank dalam mengelola dana keuangan sehingga menghasilkan keuntungan (Bishnoi et al., 2017). Untuk meningkatkan profitabilitas sebuah bank, upaya yang dilakukan dengan cara memaksimalkan perolehan laba, salah satunya dapat dilakukan dengan pemanfaatan aktiva produktif. Salah satu yang termasuk pada aktiva produkif adalah pembiayaan.

Penelitian (Edriyanti et al., 2020), menunjukkan bahwa proses analisis

dilakukan dimulai dari data seudah stasioner pada tingkat first difference, lolos uji

stabilitas dengan nilai modulus dibawah 1% pada leg 8. Di uji optimum lag

diperoleh nilai FPE nya di lag 1. Analisis jangka pendek pada model ROA

diIndonesia menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun variabel yang secara

signifikan mempengaruhi ROA. Sedangkan, analisis jangka panjang pada model

ROA menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang secara signifikan

mempengaruhi ROA yaitu variabel mudharabah, musyarakah dan murabahah pada

taraf nyata 5%. Secara umum, dari hasil IRF dapat disimpulkan juga bahwa respon

variabel ROA terhadap guncangan variabel pembiayaan mudharabah, musyarakah,

murbahah dan non performing financing (NPF) secara keseluruhan sesuai dengan

teori. Sementara itu, berdasarkan hasil FEVD, variabel yang memiliki kontribusi

(5)

besar terhadap ROA di Indonesia yang tertinggi adalah NPF. Kemudian diikuti oleh murabahah dan mudharabah. Sedangkan untuk musyarakah saat ini tempaknya masih jarang digunakan sebagai pembiayaan perbankan syari’ah.

Penelitian lainnya (Fadli, 2018), menunjukan hasil penelitian bahwa analisis variabel independen FDR dan NPF secara bersama-sama (simultan) variabel mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu bagi hasil Deposito Mudharabah. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan F

hitung

> F

tabel

(28,799>3,39). Berdasarkan koefisien regresi secara parsial terdapat pengaruh negative dan signifikan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap bagi hasil Deposito Mudharabah. Hal ini dapat dilihat juga dari tingkat signifikan variabel FDR sebesar 0,000 yang lebih kecil dari pada tingkat signifikan yang digunakan yaitu 0,05. Maka, kesimpulannya adalah FDR berpengaruh negative terhadap bagi hasil Deposito Mudharabah. Sedangkan koefisien regresi secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel Non-Performing Financing (NPF) terhadap bagi hasil Deposito Mudharabah. Jadi, hipotesis penelitian menyatakan bahwa variabel Non- Performing Financing diterima. Hal ini dapat dilihat juga dari tingkat signifikansi NPF sebesar 0,019 yang artinya lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Maka, kesimpulannya adalah NPF berpengaruh positif terhadap bagi hasil Deposito Mudharabah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya yaitu terlihat

pada tahun penelitian yang digunakan. Pada penelitian ini objek yang digunakan

(6)

bank umum syari’ah yang diawasi oleh OJK pada tahun 2017-2020. Urgensi penelitian yang digunakan yaitu rasio Non-Peforming Financing karena memperkuat penjelasan dari (Afif, 2017) bahwa risiko pembiayaan dapat dilihat dari Non Performing Financing (NPF) yang terdiri dari pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet dengan total pembiayaan secara keseluruhan. Dan risiko ini akan berpengaruh terhadap suatau perbankan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Risiko Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syari’ah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah risiko pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum Syari’ah?

2. Apakah risiko pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum Syari’ah?

3. Apakah risiko pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum Syari’ah?

C. Tujuan

1. Untuk menganalisis pengaruh risiko pembiayaan murabahah terhadap

profitabilitas pada Bank Umum Syari’ah.

(7)

2. Untuk menganalisis pengaruh risiko pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syari’ah.

3. Untuk menganalisis pengaruh risiko pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syari’ah.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menjadi rujukan atau referensi selanjutnya, khususnya mengenai risiko pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syari’ah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat

bagi bank umum syari’ah, baik berupa masukan ataupun pertimbangan terkait

dengan pengaruh risiko pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarkah

terhadap profitabilitas.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pencernaan manusia dalam prosesnya akan melibatkan dua komponen penting yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan adalah organ

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu menerapkan Keahlian dalam Manajemen.. Mutu

Perpindahan panas yang terjadi pada sistem tempat penyimpanan bahan bakar bekas type kering meliputi panas konveksi yang terakumulasi pada dinding, panas tempat penyirnpanan

Bedasarkan penilaian tingkat kesehatan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia PT BPR Dana Utama berasa pada kriteria “Tidak Sehat” dan rasio NPL yang

Perencanaan jalan dan pemeliharaan jalan di ruas-ruas jalan Kota Bogor khususnya wilayah Tanah Sareal sub wilayah kota bogor kecamatan tanah sareal zona B

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi hakim tentang alat bukti saksi dan untuk mengetahui apa yang menjadi alasan dan

2020 The Authors.. Perancangan produk itu sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan, karena itu perancangan kemudian disebut sebagai proses perancangan yang