• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Estetika dalam bidang kedokteran gigi tidak dapat dilepaskan dari estetika secara universal. Samra dkk. (2007) mengatakan bahwa warna, bentuk dan tekstur permukaan sangat penting dalam estetika serta memberikan karakter pada senyum seseorang. Seiring kemajuan jaman dimana senyum adalah sarana penunjang pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati warna gigi asli. Pasien juga mengharapkan warna yang sesuai tersebut dapat bertahan dalam periode waktu tertentu, oleh karenanya kesuksesan restorasi resin komposit berhubungan dengan kestabilan warna seiring restorasi tersebut digunakan (Malekipour dkk., 2012).

Perkembangan teknologi restorasi dewasa ini telah mengubah arah perawatan

menjadi lebih konservatif. Kecenderungan yang berkembang adalah penggunaan

bahan restorasi yang mampu melekat baik secara fisikokimiawi maupun

mikromekanis dengan struktur gigi sehingga dapat meminimalisir jaringan keras gigi

yang harus dikurangi. Bahan restorasi tersebut diantaranya adalah SIK (Semen

Ionomer Kaca) dan RBC (Resin Based Composite). Kedua bahan restorasi estetik

tersebut akan berkontak dengan lingkungan rongga mulut seperti kelembaban dan

noda ketika berfungsi. SIK memiliki kekurangan dalam hal kestabilan warna jika

dibandingkan dengan bahan restorasi berbasis resin, namun demikian SIK memiliki

(2)

2

keunggulan dalam hal kemampuan melepaskan fluor. Sehubungan dengan hal tersebut maka munculah bahan restorasi hibrid yaitu RMGI (Resin Modified Glass Ionomer) dan Kompomer (Ahmed dan Sajjan, 2005).

Bahan restorasi sewarna gigi baik untuk gigi anterior maupun posterior harus memiliki kestabilan warna, sebab dalam keseharian, manusia mengasup makanan dan minuman yang berwarna. Bahan tersebut harus mampu untuk mencegah penyerapan warna. Penyerapan merupakan kombinasi dari adsorpsi dan absorbsi. Adsorpsi adalah menempelnya molekul cairan pada permukaan bahan padat sedangkan absorpsi adalah penetrasi molekul cairan ke dalam struktur bahan padat terutama melalui proses difusi (Al-Qahtani dkk., 2012).

Giomer atau dikenal juga sebagai bahan restorasi berbasis resin yang diisi dengan Ionomer Kaca yang telah direaksikan terlebih dahulu adalah kategori terkini dari bahan restorasi hibrid sewarna gigi. Giomer berbasis pada teknologi PRG (Pre Reacted Glass Ionomer Filled Composite), yaitu ionomer kaca yang sudah

direaksikan sebelumnya yang kemudian digunakan sebagai filler atau bahan pengisi.

Kemampuan giomer dalam melepas ion fluor dan mengisinya kembali lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan kompomer namun lebih rendah dibandingkan dengan semen ionomer kaca. Resin pada giomer serupa dengan yang dijumpai pada resin komposit lain (Bis-GMA dan TEGDMA). Bahan pengisi didominasi oleh aluminofluoro-borosilikat kaca yaitu komponen utama dari semen ionomer kaca, kandungannya bervariasi tergantung jenis giomer yaitu antara 40 % - 70 %.

Sejumlah kecil bahan pengisi alumnium oksida juga digunakan (Tian dkk., 2012).

(3)

3

Seperti telah dinyatakan bahwa giomer memiliki basis matriks resin yang serupa dengan matriks resin bahan restoratif resin komposit pada umumnya maka giomer juga memiliki kelemahan serupa dengan resin komposit yaitu kemampuannya dalam menyerap air. Air berlaku sebagai wahana terjadinya penetrasi bahan pewarna ke dalam matriks resin, dengan demikian maka giomer juga dapat mengalami diskolorasi seperti halnya yang terjadi pada resin komposit (Mundim dkk., 2010).

Restorasi resin komposit setelah digunakan dalam periode waktu tertentu maka akan mulai terjadi perubahan warna atau diskolorasi. Diskolorasi yang terjadi akan mengganggu penampilan bahkan menurunkan kepercayaan diri dalam bergaul.

Pasien merasa perlu untuk memperbaiki restorasi lama tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Al-Kheraif (2011) bahwa diskolorasi adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi lama restorasi sewarna gigi bertahan di dalam rongga mulut pasien. Lepri dan Palm-Dibb (2012) mengatakan bahwa kesuksesan atau kegagalan restorasi estetik apapun ditentukan oleh kecocokan dan stabilitas warna.

Diskolorasi pada resin komposit terbagi menjadi dua jenis yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Diskolorasi intrinsik ditentukan oleh kualitas matriks resin, fotoinisiator dan bahan pengisi anorganik sedangkan diskolorasi ekstrinsik terutama disebabkan oleh warna yang terdapat pada makanan atau minuman (Ren dkk., 2012).

Struktur resin komposit dan karakteristik partikel memiliki dampak langsung terhadap kehalusan permukaan dan kerentanan terjadinya pewarnaan ekstrinsik.

Permukaan yang kasar akibat dari pemakaian dan degradasi kimiawi dapat

berpengaruh terhadap kilau permukaan dan meningkatkan pewarnaan ekstrinsik

(4)

4

(Lepri dan Palm-Dibb, 2012). Efek diskolorasi ekstrinsik lebih dominan dibandingkan intrinsik. Diskolorasi terjadi secara signifikan pada beberapa kondisi seperti kontak dengan makanan atau minuman berwarna, pewarna kimia dan ketika resin komposit tidak terpolimerisasi sempurna (Ren dkk., 2012). Hasil akhir restorasi yang halus sangat vital untuk keberhasilan restorasi sebab permukaan restorasi yang kasar berkontribusi terhadap deposisi plak gigi, sisa makanan dan pewarnaan, mengurangi kecerahan restorasi dan meningkatkan kemungkinan terjadinya diskolorasi. Menghilangkan lapisan terluar dari restorasi yang sebagian besar berupa matriks organik dengan prosedur finishing dan polishing akan menghasilkan hasil akhir restorasi dengan permukaan yang stabil dalam hal estetika. sifat mekanis penting lainnya adalah kekerasan permukaan yang mengukur kekuatan bahan terhadap deformasi plastis permukaan. Penurunan nilai kekerasan mikro merupakan indikasi degradasi superfisial yang pada akhirnya menyebabkan perubahan kekasaran permukaan (Oliveira dkk., 2010).

Kekerasan bahan merupakan kapasitas bahan dalam menahan tekanan dan

gesekan, hal tersebut tergantung pada komposisi matriks organik dan anorganik dari

resin komposit. Berkaitan dengan matriks resin, derajat konversi merupakan faktor

utama yang berhubungan dengan kekerasan bahan disamping faktor metode

penyinaran, kedalaman penyinaran dan warna resin komposit. Nilai kekerasan bahan

meningkat seiring dengan peningkatan derajat konversi dari resin monomer menjadi

jaringan polimer (Munchow dkk., 2012). Tingkat polimerisasi resin komposit

ditentukan dengan melihat derajat konversi, menurut Anusavice (2003), derajat

(5)

5

konversi adalah suatu perhitungan yang berdasar pada konversi ikatan karbon ganda menjadi tunggal, semakin tinggi derajat konversi semakin baik kekuatan dan ketahanan pemakaian dari resin komposit. Sgarbi (2010) mengatakan bahwa tahap polimerisasi adalah salah satu tahap yang kritis pada restorasi resin komposit.

Polimerisasi yang tidak sempurna menyebabkan hasil resin yang memiliki porositas tinggi, tingkat kekerasan yang rendah dan mudah terjadi pewarnaan.

Derajat konversi resin komposit dipengaruhi oleh kandungan Bis-GMA dan tipe ko-monomer. Viskositas monomer terutama Bis-GMA cukup tinggi sehingga diperlukan penambahan pengencer, dengan demikian konsistensi klinis dapat tercapai ketika campuran resin tersebut diisi dengan bahan pengisi (filler). Untuk maksud tersebut ditambahkan komponen tambahan dengan berat molekul yang rendah seperti TEGDMA (Triethylene Glycol Dimethacrylate) atau Bis-EMA (Ethoxylated Bisphenol A Glycol Dimethacrylate) untuk mengurangi dan mengontrol viskositas

komposit. Ren dkk. (2012) menyatakan bahwa jenis monomer berpengaruh terhadap

pewarnaan. Resin komposit yang mengandung Bis-GMA bersifat hidrofilik dan

menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan resin komposit yang kandungan

utamanya UDMA (Urethane Dimethacrylate). Penambahan sejumlah kecil

TEGDMA ke dalam matriks resin juga berpengaruh secara signifikan yaitu

meningkatkan penyerapan air pada resin komposit. Resin komposit dengan

penyerapan air yang tinggi dan bersifat hidrofilik akan lebih mudah terjadi pewarnaan

yang didapatkan dari penyerapan zat pewarna ke dalam matriks resin.

(6)

6

Bahan restorasi giomer terdiri dari beberapa jenis sediaan yang masing- masing memiliki karakteristik berbeda namun juga memiliki kesamaan dalam hal penggunaan. Pengembangan terbaru dari bahan restorasi giomer adalah produk dengan jenis flowable namun dikatakan memiliki kemampuan yang sama dengan bahan restorasi packable. Kesamaan tersebut membuat bahan restorasi flowable tersebut dapat digunakan pada semua kelas kavitas seperti halnya bentuk sediaan packable. Sediaan bahan restoratif giomer flowable memiliki kandungan TEGDMA

12 – 14 % sedangkan giomer packable hanya memiliki kandungan sebanyak 5%.

Helvatjoglu-Antoniades (2005) mengatakan bahwa resin komposit packable adalah resin komposit yang mengandung lebih banyak bahan pengisi dan distribusi bahan pengisi lebih merata serta memiliki karakteristik bahan yang tahan terhadap tekanan pengunyahan, sedangkan resin komposit flowable mengandung bahan pengisi yang lebih sedikit, lebih banyak mengandung matriks resin dan memiliki viskositas rendah.

Penggunaan klinis resin komposit flowable masih dipertanyakan sebab memiliki sifat fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit lainnya, dengan demikian maka penggunaannya diragukan pada daerah yang mendapat tekanan besar.

Sinha dan Ghaskadbi (2013) mengatakan bahwa teh adalah salah satu jenis

minuman yang paling sering dikonsumsi di seluruh dunia, teh dikelompokkan ke

dalam tiga jenis utama yaitu teh hijau, teh hitam dan teh oolong. Teh hijau diproduksi

dengan pemanasan yang dapat menghilangkan enzim polifenol oksidase sehingga

tidak terjadi fermentasi. Enzim polifenol oksidase bekerja dengan mengubah catechin

di dalam daun teh menjadi komponen polifenol yang membentuk teh hitam. Teh

(7)

7

hitam difermentasi dimana catechin akan teroksidasi selama proses fermentasi menjadi komponen polifenol. Hasil fermentasi tersebut diantaranya adalah pigmen kuning oranye yang disebut Theaflavins (TFs), pigmen merah yang disebut Thearubigins (TRs).

Suatu penelitian mengatakan bahwa teh merupakan urutan ketiga minuman yang paling memberikan perubahan warna setelah anggur dan kopi (Tian dkk., 2012).

Faktor penyebab pewarnaan ekstrinsik diantaranya adalah kopi, teh, nikotin dan berbagai jenis minuman lainnya, namun kopi memiliki sedikit perbedaan yaitu bahwa kopi tidak hanya memberi noda secara ekstrinsik namun juga intrinsik. Pernah diteliti pula bahwa terdapat beberapa agen pewarna polar pada kopi yang mampu berpenetrasi lebih dalam sebab agen pewarna tersebut kompatibel dengan matriks polimer dari resin komposit (Al-Samadani, 2013)

Perubahan gaya hidup modern telah mengubah perilaku masyarakat menjadi semakin menginginkan kemudahan dalam segala hal. Individu dengan keterbatasan waktu akan cenderung memilih bahan makanan yang paling cepat untuk disiapkan sebelum dikonsumsi. Salah satu jenis makanan dan minuman cepat saji yang paling populer dikonsumsi adalah minuman ringan. Minuman ringan adalah salah satu jenis minuman yang memiliki rasa, non alkohol yang diproses dengan air berkarbonasi.

Walaupun minuman ringan berbasis air, sebagian besar rasa dan daya tariknya sendiri

berasal dari sejumlah besar gula, bahan pengganti gula dan bahan-bahan lain yang

merugikan kesehatan. Sebagian besar minuman ringan juga mengandung bahan

(8)

8

pewarna. Terdapat beragam pilihan minuman ringan berbagai warna seperti oranye, biru, merah, kuning dan coklat gelap, sebagai contoh terdapat minuman ringan yang mengandung warna karamel IV. Warna karamel IV dikenal juga sebagai sulfit amonia, minuman ringan karamel atau karamel tahan asam. Warna karamel adalah coklat gelap sampai hitam, memiliki rasa agak pahit. Warna karamel dibuat dengan perlakuan panas terkontrol terhadap karbohidrat (Hasan dkk., 2009).

B. Perumusan Masalahan

Apakah perbedaan jenis bahan restorasi giomer packable dan flowable berpengaruh terhadap kestabilan warna ketika berkontak dengan larutan teh, kopi dan Cola.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalah yang tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan jenis bahan restorasi giomer packable dan flowable terhadap kestabilan warna ketika berkontak dengan larutan teh, kopi dan Cola.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Tian, dkk. (2012) membandingkan diskolorasi tiga

jenis bahan restoratif giomer setelah direndam pada larutan minuman ringan jenis

Cola, wine dan seduhan kopi sedangkan penelitian ini membandingkan diskolorasi

dua jenis bahan restoratif giomer setelah direndam pada seduhan teh hitam, kopi dan

minuman ringan jenis Cola.

(9)

9

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi sejawat dokter gigi

Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi ilmiah mengenai kemampuan giomer untuk mempertahankan kestabilan warna terhadap larutan teh, kopi dan cola.

2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang

kedokteran gigi khususnya bidang konservasi gigi, agar mendapatkan keberhasilan

yang optimal dalam perawatan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dan Angket menunjukkan bahwa hampir semua pendidik TK sudah memberikan contoh-contoh pembelajaran keterampilan sosial dalam kegiatan

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakuka n dengan uji F maka semua variabel dalam bauran promosi yang terdiri dari periklanan (X1), promosi penjualan (X2),

Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi di tingkat pusat pada penanganan darurat bencana dan peralatan

Selain itu untuk mengurangi limbah radioaktif yang ada di hotcell PTBBN, maka PTBBN bekerja sama dengan PTKMR- BATAN untuk melakukan suatu kegiatan penelitian

Sesuai dengan landasan teoritis dan kerangka konseptual maka bentuk penyajian pada Silat Song-song pada upacara perkawinan di Kabupaten Aceh Tamiang dikelompokkan

BEBERAPA FAKTOR YANG PdEMPENGARUHI KEMAMPUAN ME.NYIMAK DAN BERBICARA MAHASISWA JURUSAN. PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi pendidikan karakter di SDIT Nurul Ilmi Kota Jambi dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut: Simpulan