• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risalah Kebijakan. Strategi Adaptasi Seniman dan Pelaku Industri Kreatif di Masa Pandemi COVID-19. Ringkasan. Nomor 8, Juli 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Risalah Kebijakan. Strategi Adaptasi Seniman dan Pelaku Industri Kreatif di Masa Pandemi COVID-19. Ringkasan. Nomor 8, Juli 2021"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Risalah Kebijakan

Nomor 8, Juli 2021

Strategi Adaptasi Seniman dan Pelaku

Industri Kreatif di Masa

Pandemi COVID-19

Ringkasan

Pandemi COVID-19 turut berdampak terhadap ranah kreasi budaya dan ekonomi kreatif, mulai dari proses kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, hingga konservasi. Dari kelima tahapan, ranah distribusi dan konsumsi menjadi yang paling terdampak.

Seniman dan pelaku industri kreatif telah melakukan tiga upaya adaptasi, yaitu: alih media ke digital (shifting to digital); membangun relasi dan kolaborasi melalui wadah kreatif (creative hub); dan melakukan penyesuaian serta analisis tren (reinventing the

trend).

Pemerintah perlu memfasilitasi dan mendorong sinergi pemangku kepentingan dalam memperkuat kapasitas seniman dan pelaku industri kreatif untuk beradaptasi selama pandemi.

(2)

Konteks

Salah satu kebijakan terkait pandemi yang paling berdampak dalam aktivitas masyarakat adalah pembatasan aktivitas sosial dan pelarangan kerumunan massa. Aktivitas budaya dan industri kreatif juga ikut terdampak, karena keduanya dapat dilihat sebagai sebuah ekosistem yang melibatkan banyak pihak dalam prosesnya. Dalam konteks industri kreatif, pertunjukan, konser, dan pameran adalah kegiatan utama dalam proses distribusi dan konsumsi yang berbasis massa, sehingga berbagai kegiatan tersebut jelas paling terdampak oleh pandemi. Penundaan hingga pembatalan adalah dampak yang utama, dan oleh karena itu banyak pihak juga ikut terpengaruh hajat hidupnya. Pelaku industri kreatif berhadapan dengan situasi berkurangnya pendapatan, dirumahkan sementara, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Di sisi lain, meskipun industri kreatif tetap berjalan, tetap saja publik (apresiator) di masa pandemi lebih memprioritaskan penghasilannya untuk sektor kesehatan dan keselamatan diri dan keluarganya.

Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif tahun 2019, industri kreatif menyumbang devisa negara hingga 1.211 triliun dan menyerap sekitar 17 juta tenaga kerja. Sebagai sebuah ekosistem, aktivitas kreatif membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Berhentinya aktivitas kreatif sebagai motor penghasil karya, berpotensi memunculkan efek domino terhadap seluruh pelaku dalam ekosistem. Begitu pula, terbatasnya ruang untuk distribusi dan konsumsi produk juga berdampak terhadap para seniman dan pelaku industri kreatif.

Pusat Penelitian Kebijakan melalui kajian Dampak Sosial Ekonomi Pandemi COVID-19 terhadap Seniman dan Pelaku Industri Kreatif secara umum menyimpulkan bahwa kondisi pandemi telah menghambat praktik berkesenian dan industri kreatif. Di satu sisi, menurunnya konsumsi dan daya beli masyarakat terhadap karya-karya seni dan karya industri kreatif disebabkan oleh pergeseran prioritas kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, beberapa praktik industri kreatif justru mengalami peningkatan minat dan konsumsi di masa pandemi, salah satunya karya berbasis digital dan aktivitas remote working. Praktik adaptasi menjadi syarat mutlak bagi seniman dan pelaku industri kreatif untuk menjaga eksistensi di subsektornya masing-masing.

Berbagai kajian lain telah dilakukan mengenai berbagai upaya oleh pelaku budaya agar dapat bertahan di masa pandemi. Banks (2020) misalnya, menyimpulkan bahwa fokus pada pendanaan sektor budaya akan menjamin keberlangsungan aktivitas budaya. Hal tersebut sejalan dengan Hutter (2020) yang menyampaikan bahwa reaktivasi sektor budaya harus dilakukan sesegera mungkin, tetapi perlu didukung dengan perencanaan ke depan yang mempertimbangkan kondisi masa kini. Sementara Coman (2020) menyatakan, peningkatan konsumsi tontonan di masa pandemi menjadi salah satu bukti bahwa perubahan tren konsumsi di masa ini perlu dipertimbangkan untuk dapat beradaptasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi literatur, analisis isi media massa, dan wawancara mendalam dengan seniman dan pelaku industri kreatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun rekomendasi kebijakan terkait upaya dan solusi seniman dan pelaku industri kreatif dalam menghadapi situasi pandemi.

Seni pertunjukan merupakan sektor yang paling terdampak pandemi COVID-19,

sedangkan sektor industri kreatif yang terbiasa dengan platform digital sangat

diuntungkan dengan migrasi kebiasaan baru ke ranah digital.

Hasil analisis data sekunder menunjukkan bahwa subsektor ekonomi kreatif yang paling terdampak adalah seni pertunjukan, musik, seni rupa, dan kuliner. Hal ini terlihat dari hasil pendataan pelaku budaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud dan pendataan pelaku industri kreatif oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Data dari dua kementerian ini (grafik 1 dan 2) memosisikan seni pertunjukan dan seni musik sebagai yang paling terdampak. Hal itu karena ketiganya membutuhkan keterlibatan banyak orang sejak proses produksi, distribusi, hingga konsumsinya. Tidak hanya itu, dampak pandemi kemudian meluas hingga pada pelaku industri kreatif pendukung seni pertunjukan dan seni musik, seperti penata panggung, kostum, penata cahaya, penata suara, dan profesi pendukung lainnya.

(3)

Hasil pengamatan terhadap 276 berita

di Kompas dan CNN Indonesia

menunjukkan platform digital, fasilitas budaya dan dampak sosial menjadi isu yang paling sering dibahas dalam pemberitaan media massa, diikuti dengan isu terkait dampak ekonomi dan peran pemerintah. Adapun pemberitaan terkait keluhan dari para seniman dan pelaku industri kreatif terlihat tidak terlalu banyak diberitakan di kedua media tersebut. Kedua media ini secara berkala memberitakan upaya pemerintah mengatasi pandemi, baik berupa program, regulasi, dan inisiatif lainnya.

Beberapa sektor industri kreatif yang telah terbiasa memanfaatkan platform digital, cenderung mendapatkan apresiasi publik baru yang berasal dari migrasi kebiasaan baru ke ranah digital. Dalam tahapan produksi, seorang seniman dan pelaku industri kreatif cenderung tidak mengalami kendala. Mereka tetap dapat berkreasi dan menghasilkan produk setiap harinya. Masalahnya, bagi sebagian besar orang, kebutuhan mengenai produk seni dan industri kreatif merupakan kategori kebutuhan tersier. Dampaknya, meskipun produk seni dan industri kreatif terdistribusi di tengah masyarakat (supply), namun permintaan (demand) dari masyarakat sedang bergeser ke ranah konsumsi kebutuhan pokok dan kesehatan untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Selain itu, tampak bahwa seniman dan pelaku industri kreatif yang terdampak pandemi COVID-19 telah melakukan upaya adaptasi, seperti memanfaatkan platform digital. Adaptasi ini penting, mengingat eksistensi seorang seniman atau pelaku industri kreatif semakin terancam di tengah masa sulit selama pandemi. Adaptasi tersebut juga dapat dipahami sebagai upaya seniman dan pelaku industri kreatif untuk tetap menemukan ruang ekspresi bagi karyanya sehingga tetap dapat produktif secara ekonomi. Selain itu, adaptasi juga dapat menjaga modal sosial yang dimiliki, seperti jejaring, ikatan sosial, dan kolaborasi dengan berbagai pihak.

Pada konteks modal sosial di atas, industri kreatif dapat dilihat sebagai sebuah sistem kerja kolaboratif antarberbagai subsektor dan kompetensi di dalamnya. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui proses kreatif berupa siklus kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi di mana setiap tahapan melibatkan beberapa pihak yang berbeda fungsi dan perannya masing-masing. Relasi serta kolaborasi

263 297 387 538 811 1.250 2.794 3.689 3.823 0 1.000 2.000 3.000 4.000

Desain Komunikasi Visual Arsitektur Seni Rupa Kriya Fesyen Film, Animasi dan Video Musik Kuliner Seni Pertunjukan Seni Kriya Lain-Lain Komunitas Sejarah Museum Seni Sastra Cagar Budaya Film dan Media Baru Seni Rupa Seni Pertunjukan Umum Seni Musik 6 74 81 107 138 191 506 816 853 3.154 4.075 0 1.000 2.000 3.000 4.000

Grafik 3 Intensitas topik-topik terkait seni budaya selama pandemi dalam

pemberitaan media Kompas dan CNN, Maret - Agustus 2020 (Analisis terhadap 276 judul berita, isu kunci: 2191 kata).

Grafik 1 Jumlah Pelaku Industri Kreatif yang Terdampak Pandemi

COVID-19

Sumber: Kemenparekraf, Juni 2020

Grafik 2 Jumlah Pelaku Budaya yang Terdampak Pandemi COVID-19

Sumber: Ditjen Kebudayaan, April 2020

0 50 100 150 200 250 300 350 400 Regulasi

Intervensi Kebijakan Tuntutan/Keluhan Upaya/Inisiatif Mandiri atau Non Pemerintah Program/Kebijakan yang Bersifat Umum Peran Pemerintah Dampak Ekonomi Dampak Sosial Fasilitas Budaya Platform Digital 388 362 322 250 243 237 213 85 57 34

(4)

Berbagai adaptasi yang telah dilakukan oleh seniman dan pelaku industri kreatif dapat dikerucutkan ke dalam tiga upaya umum. Pertama, pergeseran ke platform digital (shifting to digital). Perkembangan teknologi digital menawarkan solusi untuk memindahkan berbagai aktivitas kreatif ke dalam platform digital dan daring. Dengan pergeseran tersebut, aktivitas kreatif justru dapat diakses secara lebih luas. Kedua, berjejaring, membangun relasi dalam wadah kreatif (creative hub). Sebuah wadah kreatif memungkinkan terjadinya kolaborasi yang membuka potensi persebaran pengetahuan. Ketiga, menemukan kembali potensi dan peluang baru di masa pandemi (reinventing the trend). Disrupsi yang dihasilkan oleh pandemi terhadap aktivitas industri kreatif memberikan ruang bagi para pelaku untuk memikirkan serta menyusun ulang strategi yang dapat dilakukan demi perkembangan karyanya. Upaya untuk memanfaatkan ruang digital, mendefinisikan ulang produk dan konsumennya, mengubah strategi promosi dan lini produk, bahkan alih profesi atau mengubah lini produk merupakan contoh-contoh strategi yang telah dilakukan.

Di bidang fesyen misalnya, perajin kain sarung dari Aceh ikut mengubah fokus produksinya menjadi pembuat masker kesehatan. Upaya tersebut mereka lakukan karena permintaan kain sarung menurun dan terjadi kelangkaan masker kesehatan kala itu. Sementara alih lini produk lainnya yang dilakukan oleh desainer fesyen di Bandung adalah pada produk yang dikenakan pada bagian atas tubuh seperti baju atasan, make up, dan hijab. Ini merupakan imbas dari aktivitas kenormalan baru yang lebih banyak bekerja dari rumah dan di depan kamera (webcam), sehingga fokus perhatian promosi adalah pada tubuh yang tersorot kamera.

Dalam kegiatan presentasi seni rupa, setidaknya ada lima hal yang berkembang selama masa pandemi. Pertama, pameran online dengan menampilkan karya seni rupa yang didokumentasikan melalui foto dan diunggah di website yang difungsikan sebagai media pameran. Kedua, ragam pameran yang melakukan digitalisasi karya seni rupa kemudian diunggah di website dalam format yang lebih interaktif seperti ruang dinding virtual. Ketiga, terdapat tipe pameran yang menggunakan ruang virtual menyerupai galeri yang ada di dunia riil. Keempat, penempatan pameran di ruang riil dengan difasilitasi tur virtual oleh pemandu pameran. Kelima, pameran yang dilakukan secara hibrid, artinya memfasilitasi secara daring maupun luring dengan protokol kesehatan yang ketat.

Identifikasi terhadap 3 (tiga) solusi umum di atas merupakan hasil yang telah dirumuskan tim peneliti dengan melibatkan seniman serta pelaku industri kreatif sehingga dapat dijadikan sebagai landasan rekomendasi kebijakan bagi pemangku kepentingan terkait, serta dapat pula menjadi standar kebutuhan untuk bertahan dan beradaptasi di medan seni dan medan industri kreatif. Situasi pandemi menjadi titik tolak baru sekaligus peluang bagi insan kreatif yang adaptif. Masalahnya, kemampuan beradaptasi sangat bergantung pada kondisi dan sumber daya yang dimiliki. Sebagian seniman dan pelaku kreatif dapat bertahan dan bahkan semakin produktif, namun sebagian lainnya sulit bertahan atau bahkan bertumbangan.

Sebagai sebuah upaya adaptasi, digital shifting berpotensi memperluas jangkauan distribusi serta konsumsi karya para seniman dan pelaku industri kreatif. Penggunaan platform digital/daring memungkinkan karya seni diakses oleh konsumen secara lebih luas, dengan demikian proses apresiasi (kultural) dan konsumsi (ekonomi) bisa terus berlangsung. Meskipun demikian, pilihan adaptasi tersebut diiringi oleh berbagai implikasi sebagai konsekuensinya. Pergeseran ke ranah digital membutuhkan peningkatan dan penguasaan terhadap kompetensi baru dalam hal teknologi informasi digital. Upaya ini juga menuntut ketersediaan jaringan koneksi internet yang merata dan memadai.

Para seniman dan pelaku industri kreatif menerapkan tiga strategi adaptasi

agar tetap dapat berkarya di masa pandemi.

Pandemi juga memberikan ruang dan waktu bagi seniman dan pelaku industri kreatif untuk melakukan introspeksi dan pembenahan praktik kreatif yang selama ini dilakukan. Keberadaan

creative hub dan upaya menemukan kembali peluang dan tren menjadi salah satu kunci

(5)

Berkenaan dengan creative hub, kehadiran wadah-wadah kreatif memperbesar peluang terbentuknya jejaring serta mendorong terjadinya kolaborasi. Hal tersebut dapat berdampak pada persebaran pengetahuan suatu bidang yang semakin meluas serta memicu bertumbuhnya inspirasi berupa ide yang lebih segar dan baru. Meskipun demikian, pemahaman mengenai creative hub tidak sekadar pada upaya membangun ruang-ruang fisik, melainkan perlunya dukungan program yang tepat untuk menghidupi ruang-ruang tersebut. Upaya memfasilitasi program yang mampu mendorong sinergi antarsubsektor juga sangat dibutuhkan untuk dapat menjamin berbagai pihak dalam industri kreatif dapat bertahan dan tetap menghasilkan karya yang bermutu. Pembangunan wadah kreatif semacam ini perlu diiringi dengan kriteria tertentu sehingga dapat menjamin pihak yang terlibat, sekaligus menghasilkan program dan kolaborasi yang tepat sasaran. Perlu adanya dewan pengawas atau dewan pembina untuk menjaga berbagai kriteria tersebut, termasuk menjamin pemenuhan terhadap kriteria tersebut.

Terkait upaya reinventing the trend, perlu upaya berkelanjutan untuk menemukan kebaruan dalam sebuah karya seni dan industri kreatif. Upaya tersebut diharapkan dapat memicu ketertarikan pasar. Sebuah inovasi mungkin dihasilkan dari proses reinventing, tetapi untuk menghasilkan sebuah inovasi, seorang seniman dan pelaku industri kreatif dituntut untuk selalu mengakses pengetahuan baru serta penguasaan terhadap keterampilan pendukung.

Rekomendasi

Mendorong sinergi antarkementerian untuk mendukung penyediaan jaringan internet dan infrastruktur digital guna mengoptimalkan digital shifting.

Dari ulasan temuan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal.

Penyediaan jaringan internet dan infrastruktur digital mutlak diperlukan untuk memfasilitasi pergeseran ke ranah digital, sehingga perlu peran sinergis antarkementerian untuk menyediakannya. Selain itu, dalam mempersiapkan seniman dan pelaku industri kreatif agar dapat bergeser ke platform digital, pemerintah hendaknya mengambil peran sebagai fasilitator atau inisiator program-program pelatihan digital seperti monetisasi digital, pemasaran digital, pengurusan HAKI, hingga produksi konten.

Pemerintah perlu menjadi fasilitator dan inisiator dalam hal manajemen ruang-ruang kreatif untuk mendukung terciptanya creative hub.

Pemerintah dapat mengadakan pelatihan manajemen organisasi yang mendukung pengelolaan creative hub yang baik, serta mendirikan lebih banyak ruang yang berpotensi menjadi creative hub untuk memfasilitasi ragam subsektor, baik secara daring maupun luring. Dengan begitu, keberagaman kompetensi dan peluang kolaborasi yang lebih kompleks dapat terwadahi. Pemerintah juga perlu mendorong ruang-ruang kreatif yang ada seperti taman-taman budaya (sekarang UPTD) di berbagai daerah untuk menjelma sebagai creative hub mengingat taman budaya berpotensi menjadi wadah bagi beberapa aktivitas kreatif sekaligus, seperti seni rupa, tari, musik, pertunjukan, sastra, hingga film dan media baru.

1.

2.

Mendorong kolaborasi ahli dan akademisi dengan para seniman dan pelaku industri kreatif untuk menggiatkan proses reinventing the trend.

Kolaborasi tersebut dapat berupa pelatihan dan seminar terkait trend forecasting dan pelatihan model bisnis. Pelatihan semacam itu dapat mendorong terbukanya potensi-potensi pasar industri kreatif yang baru. Upaya reinventing juga perlu diiringi dengan persebaran pengetahuan baru yang dihasilkan dari berbagai riset, sehingga pemerintah juga perlu mendukung riset-riset yang berkaitan dengan industri kreatif.

(6)

Risalah Kebijakan ini merupakan hasil dari penelitian/kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Pusat Penelitian Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kompleks Kemdikbud-Ristek, Gedung E Lantai 19

Tim Penyusun

Genardi Atmadiredja Damardjati Kun Marjanto Noviyanti

Fadhilah Dharma Sulistyo

Badan Ekonomi Kreatif. (2019). Opus Ekonomi Kreatif Outlook 2019. Jakarta: Badan Ekonomi Kreatif. Banks, M. (2020). The Work of Culture and C-19. European Journal of Cultural Studies, 23(4), 648–654.

https://doi.org/10.1177/1367549420924687

Coman, I. (2020). Art Consumption During COVID-19 Pandemic: Influence upon the Sentiment of Life Fulfilment. Business Excellence and Management, 10(S.I. 1), 112–126. Retrieved from https://www.ceeol.com/search/article-detail?id=895186

Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2020). Jumlah Pelaku Budaya yang Terdampak Pandemi COVID-19

menurut Subsektor. Data tidak Dipublikasikan.

Hutter, H., Kundi, M., & Tappler, P. (2020). Cultural activities in times of the COVID-19 pandemic in Austria: Guidelines for the cultural sector. Retrieved from https://zph.meduniwien.ac.at/

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pengolahan Data

Pelaku Ekonomi Kreatif Terdampak COVID-19. Bahan Paparan, Juni 2020.

Daftar Pustaka

Gambar

Grafik 3  Intensitas topik-topik terkait seni budaya selama pandemi dalam  pemberitaan media Kompas dan CNN, Maret - Agustus 2020

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai Provinsi yang bertumpu dan mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata, pandemi Covid-19 mengakibatkan Bali menjadi daerah yang paling terdampak

Tabel 4.6 Penghasilan Saat Ini Jika Dibandingkan dengan Penghasilan Per Bulan Sebelum Masa Pandemi Berdasarkan Sektor Pekerjaan Utama Pada Masa Pandemi COVID-19 (Survei 1)

Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi dampak pandemi Covid -19 terhadap sektor perbankan, mengidentifikasi apakah pandemi Covid -19 dapat digolongkan

Sektor ekonomi mengalami stagnan bahkan degradasi secara ekstrim pada saat pandemi covid-19 sementara pelaku ekonomi kreatif tetap eksis agar bisnis yang dijalankan

Abstrak — Industri MICE merupakan salah satu bagian penting dari industri pariwisata Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19, sehingga isu keberlanjutan menjadi

Namun, Industri Fotografi pada masa pandemi COVID-19 ini merupakan sektor yang paling terdampak dikarenakan dibatasinya acara-acara yang mengumpulkan masa yang

Abstract: Wisata Pantai di Desa Ketapang Raya adalah salah satu sumber pendapatan masyarakat sebelum adanya pandemi Covid-19. Namun, setelah adanya pandemi Covid-19 sektor

Sedangkan terdapat perubahan pada saat terjadi pandemi Covid-19, sektor yang masih dapat bertahan dan memiliki pertumbuhan yang cepat pada saat pandemi antara lain yaitu