1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Perekonomian Indonesia pada dasarnya berasal dari adanya kegiatan usaha oleh berbagai kalangan masyarakat. Salah satu kegiatan usaha tersebut adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor usaha kecil dan menengah memegang peranan penting dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil dan menengah tersebut.
Berdasarkan perkembangannya, UMKM sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2018, memperlihatkan bahwa jumlah unit UMKM sebayak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia.
Melihat perkembangan UMKM yang sangat pesat ini, pemerintah dengan kebijakannya berupaya memberikan permodalan terhadap UMKM untuk menunjang kegiatan usahahanya berupa Kredit Usaha Rakyat.
Menurut Wahyuni, dkk (2005:91) UMKM telah menjadi isu yang menarik untuk dicermati dan disikapi, hal ini dikarenakan ada beberapa alasan antara lain yaitu saat krisis sektor UMKM dapat bertahan sampai saat ini, perhatian pemerintah terhadap sektor UMKM masih kurang, sektor UMKM yang jumlahnya cukup banyak sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja, serta sektor UMKM memiliki peran penting dan kontribusinya cukup besar dalam struktur perekonomian nasional.
UMKM menjadi wadah yang baik dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dikarenakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan usaha yang dapat berkembangan secara konsisten dalam perekonomian Indonesia. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya yaitu tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti keahlian pekerjaan, tingkat pendidikan, penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan relatif sederhana. Saat ini peningkatan dan perkembangan UMKM terdapat hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan. Hambatan yang dihadapi oleh pelaku UMKM dalam meningkatkan usaha adalah keterbatasan modal yang dimiliki.
Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam UU UMKM. Berikut kriteria UMKM berdasarkan jumlah asset dan omset yang dimiliki :
Tabel 1.1: Kriteria UMKM berdasarkan Aset dan Omset
Ukuran Usaha Kriteria
Aset Omset
Usaha Mikro Maksimal Rp. 50 juta Maksimal Rp. 300 juta Usaha Kecil >Rp 50 juta – Rp 500 juta >Rp300 juta -Rp2,5 miliar Usaha Menengah >Rp500 juta - Rp10 miliar >Rp 2,5 -RP50 miliar Sumber : www.bi.go.id
Berdasarkan tabel 1.1, Usaha Mikro adalah usaha milik perorangan atau badan usaha dengan kriteria asset dan omset yang dimiliki masing-masing maksimal Rp 50 juta dan Rp 300 juta. Usaha Kecil adalah usaha milik perorangan atau badan usaha (bukan merupakan anak maupun cabang perusahaan) memiliki kriteria asset antara Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta, dan kriteria omset antara Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 miliar.
Sedangkan Usaha Menengah yaitu usaha yang memiliki aset antara Rp 500 juta sampai dengan Rp 10 miliar serta kriteria omset yang per tahunnya lebih dari Rp 2,5 miliar dan maksimal Rp 50 miliar.
Pertumbuhan UMKM di beberapa kota besar di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan, salah satunya di Kota Malang. Kota Malang menjadi kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya atas pertumbuhan UMKM. Kota Malang sendiri dikenal sebagai kota pendidikan dimana banyak mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia datang untuk menimba ilmu, hal ini menjadi potensi yang besar bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya. Terdapat lima kecamatan di Kota Malang dimana usaha UMKM berpotensi untuk dikembangkan (Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang : 2019)
Jumlah UMKM di Kota Malang tahun 2019 tercatat sekitar 1195 unit usaha. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang telah terdaftar dan bergabung secara resmi dengan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang. Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang kecil karena masih banyak pengusaha lain yang belum mendaftarkan usahanya. Data jumlah UMKM yang telah
bergabung dengan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang yang diklasifikasikan menurut sektor usaha di masing-masing kecamatan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1.2 : Jumlah UMKM per Sektor Usaha di Kota Malang
Sektor Usaha
Kecamatan Jumlah
per Sektor
usaha Lowok
waru Klojen Kedung
Kandang Blimbing Sukun Makanan
dan Minuman
847 26 28 33 30 964
Fashion dan Konveksi
39 2 28 18 22 109
Kerajinan
Tangan 18 0 0 0 0 18
Furniture 4 0 0 0 0 4
Elektronik dan Gadget
35 0 0 0 0 35
Otomotif 25 2 0 0 0 27
Agribisnis 4 0 0 0 0 4
Lain-lain 27 1 1 2 3 34
Total 1195
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa ada 1195 unit usaha yang tercatat dengan 7 sektor usaha yang berbeda. Sektor usaha yang paling banyak di Kota Malang adalah sektor makanan dan minuman yaitu sebanyak 964 unit usaha yang tersebar di 5 kecamatan. Sektor fashion dan konveksi menjadi sektor paling banyak kedua setelah makanan dan minuman yaitu sebanyak 109 unit.
Selanjutnya yaitu sektor elektronik dan gadget sebanyak 35 unit, sektor
otomotif 27 unit, sektor kerajinan tangan 18 unit, sektor furniture dan agribisnis sama yaitu 4 unit, dan sektor lain-lain sebanyak 34 unit usaha.
Perkembangan UMKM juga tidak lepas dari peranan lembaga perbankan.
Peran perbankan dalam pembanguan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat baik perseorangan atau badan usaha. Dana perkreditan yang terkenal dikalangan masyarakat yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR dluncurkan dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 November 2007, dengan fasilitas pinjaman kredit dari pemerintah melalui PT.
Askindo (Asuransi Kredit Indonesia) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Adapun Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas pemerintah dalam mendukung UMKM berupa kebijakan pemberian kredit atau pembiayaan modal kerja dan investasi kepada debitur individu atau perseorangan, badan usaha, dan kelompok usaha yang produktif dan layak, namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.
Tujuan dilaksanakannya program KUR antara lain adalah untuk meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Penyaluran KUR dilakukan melalui dua metode, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung berarti UMKM dan koperasi dapat langsung mengakses KUR di kantor cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana sedangkan secara tidak langsung berarti UMKM dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi.
Realisasi penyaluran KUR dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.3 Realisasi Penyaluran KUR
2019 per 30 November
2020 per 31 Oktober Target Penyaluran 140.000.000.000.000 190.000.000.000.000
Realisasi/Plafond 133.248.006.000.000 151.732.440.563.771 NPL 95% dari target 79,86% dari target
Debitur 4.643.276 4.650.162
Penyalur 49 penyalur 46 penyalur
Sumber: kur.ekon.go.id
Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa target penyaluran KUR per 30 November 2019 adalah sebesar Rp. 140.000.000.000.000 dengan Non Performing Loan (NPL) 95% dari target penyaluran yaitu terealisasi sebesar
Rp. 133.248.006.000.000 serta jumlah debitur sebanyak 4.643.276 dengan penyalur sebanyak 49 lembaga. Pada tahun 2020 per 31 Oktober target penyaluran KUR sebesar Rp. 190.000.000.000.000 dengan NPL 79,86% dari target yaitu terealisasi sebesar Rp. 151.732.440.771 serta jumlah debitur sebanyak 4.650.162 dengan penyalur sebanyak 46 lembaga.
Berdasarkan latar belakang di atas, pembahasan mengenai Kredit Usaha Rakyat yang digunakan pelaku UMKM akan lebih menarik dengan tujuan
meningkatkan laba usaha, maka peneliti mengambil judul: Pengaruh Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Konvensional terhadap Laba UMKM di Kota Malang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Konvensional terhadap laba UMKM di Kota Malang?.
C. Batasan Masalah
Penelitian yang dilakukan agar tidak menyimpang jauh dari tujuan awal penelitian dan berfokus pada permasalahan serta ruang lingkup pembahasan, maka peneliti memberikan batasan. Peneliti hanya meneliti UMKM yang mengambil program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bank yang dijalankan oleh pemeritah.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Konvensional terhadap laba UMKM di Kota Malang.
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian, penelitian ini memiliki beberapa manfaat secara umum yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk mengevaluasi program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dijalankan oleh pemerintah, agar penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku UMKM.
b. Bagi Perbankan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pihak bank dalam menentukan kebijakan KUR yang diberikan kepada nasabah serta dapat memberikan pengetahuan kepada nasabah bank agar tercapainya kesejahteraan ekonomi.
c. Bagi UMKM
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dijalankan oleh pemerintah terhadap pelaku UMKM.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pemberian KUR untuk meningkatkan laba UMKM.