Buku ini diterbitkan atas kerjasama dengan Universitas Bina Sarana Informatika
Etika penyiaran bisa diartikan sebagai ilmu mengenai norma tentang baik dan buruk dalam kegiatan pemancarluasan siaran melalui media radio ataupun televisi atau media lainnya untuk diterima secara serentak oleh masyarakat melalui perangkat penerima siaran.
Banyaknya program penyiaran yang dikeluhkan masyarakat dan juga mendapat teguran KPI membuktikan jika kelayakan isi siaran di Indonesia sebenarnya masih relatif rendah. KPI merupakan wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran harus mengembangkan program-program kerja hingga akhir kerja dengan selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3: "Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia". (RG, 2018)
Mareta Puri Rahastine, S.Sn, M.I.Kom, wanita kelahiran 15 maret 1988 yang saat ini berprofesi sebagai dosen komunikasi di Universitas Bina Sarana Informatika. pendidikan yg telah ditempuh di Universitas Pasundan Bandung dengan jurusan Desain Komunikasi Visual ( DKV ) lulus pd tahun 2011 dan melanjutkan program pasca sarjana di Universitas Mercu Buana jurusan Komunikasi dg konsentrasi corporate and marketing communication dan lulus pd tahun 2015 lalu. Pengalan bekerja di internal communication di PT. Indosat, tbk pd tahun 2010 sampai 2011, CSR di PT. Jakarta Teknologi Utama Motor ( sinarmas group ) dr tahun 2011 sampai 2017 dan mengajar di UBSI mulai 2012 sampai saat ini.
Gan Gan Giantika, S.Sos.,M.M, adalah dosen di Universitas Bina Sarana Informatika sejak bulan September 2008. Menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP) Jakarta tahun 2002, Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Hubungan Masyarakat dan sudah menyelesaikan jenjang pendidikan Strata dua (S2) Magister Manajemen pada Universitas BSI Bandung tahun 2012. Selain aktif mengajar juga aktif sebagai moderator pada acara orientasi akademik dan seminar motivasi juga aktif sebagai pembicara seminar Kapita Selekta Kewarganegaraan di Universitas Bina Sarana Infomatika. Sebelum aktif di dunia pendidikan penulis bekerja pada bidang Marketing Pemasaran pada Perusahaan swasta dan Pengajar dalam bidang teknologi komputer.
Iin Soraya, S. Sos, MM, lahir di Jakarta 19 September 1985 adalah seorang Dosen Program Studi Periklanan di Universitas Bina Sarana Informatika. Memulai karirnya sebagai dosen di Bina Sarana Informatika sejak 2010. Penulis menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada tahun 2007 dijurusan Periklanan Fakultas Komunikasi di IISIP Jakarta. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Dua (S2) Magister Manajemen di Universitas Bina Sarana Informatika Bandung pada tahun 2012. Penulis juga saat ini tergabung mengajar di Universitas Satya Negara dan Universitas Terbuka. Penulis pernah menjadi Copywriting di Agensi Periklanan Trias Outdoor dan pernah menjadi Analist di beberapa Bank di Indonesia, sejak tahun 2010 sampai sekarang penulis fokus di dunia pendidikan
ISBN: 978-623-228-196-7
ETIKA PENYIARAN INDONESIA
oleh Gan Gan Giantika, Mareta Puri Rahastine, Iin Soraya Hak Cipta © 2019 pada penulis
Edisi Pertama; Cetakan Pertama ~ 2019
Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283
Telp: 0274-889398; 0274-882262; Fax: 0274-889057;
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memper banyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN: 978-623-228-196-7
Buku ini tersedia sumber elektronisnya
DATA BUKU:
Format: 17 x 24 cm; Jml. Hal.: viii + 74; Kertas Isi: HVS 70 gram; Tinta Isi: BW/Colour;
Kertas Cover: Ivori 260 gram; Tinta Cover: Colour; Finishing: Perfect Binding: Laminasi Doff.
BAB ..
Kata Pengantar
uji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga buku Etika Penyiaran Indonesia ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga buku ajar ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Mengingat pada rezim orde baru dan kapitalis kroninya dilakukan dengan berbagai kontrol. Setidaknya ada lima kontrol, yaitu kontrol preventif dan korektif, kontrol terhadap individu dan kelompok perilaku, kontrol terhadap produk teks pemberitaan, kontrol terhadap sumber daya dan kontrol terhadap akses ke pers.
Kini kemajuan teknologi di Indonesia mempengaruhi perilaku, cara berfikir dan gaya hidup masyarakat. Hal tersebut juga dapat kita lihat pada tayangan-tayangan di televisi dan radio yang kita konsumsi setiap hari.
Sehingga membuat pemerintah melalui KPI membuat pedoman perilaku penyiaran dan standar program penyiaran, baik untuk penyiaran televisi dan Radio. Agar program yang ditayangkan dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat.
P
vi Etika Penyiaran Indonesia
Kami berharap semoga buku ajar ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa buku ajar ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya buku ajar selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB ..
Daftar Isi
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Bab 1 Etika, Norma/Kaidah dan Etiket 1
1.1 Filsafat Komunikasi Sebagai Cabang Ilmu Etika 1 1.2 Filsafat Studi dan Proses Komunikasi 4
1.3 Etika Komunikator 4
1.4 Perbedaan Etika, Norma atau Kaidah dan Etiket 6
Bab 2 Etika Profesi 11
2.1 Profesi dan Profesional 11
2.2 Ciri-ciri Profesi 12
2.3 Kode Etik Profesi 14
Bab 3 Etika Penyiaran 17
Bab 4 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Pedoman Penyiaran 23 Perilaku Penyiaran Sebagai Salah Satu Bentuk Etika
dalam Dunia Penyiaran Indonesia
4.1 Sejarah Perkembangan Televisi 23
4.2 Demokritisasi Regulasi Penyiaran 24
4.3 Pedoman Perilaku Penyiaran 25
viii Etika Penyiaran Indonesia
Bab 5 Pelarangan dan Pembatasan Program Adegan Seksual, 29 Kekerasan dan Sadisme
5.1 Seksual 29
5.2 Kekerasan 32
5.3 Sadisme 33
5.4 Kebebasan dan Tanggung Jawab Muatan Pesan 34
Bab 6 Standar Program Siaran 37
Bab 7 Kesopanan dan Kesusilaan dalam Penayangan Program 42 Media Penyiaran
Bab 8 Standar Profesional Radio Siaran Sebagai Salah Satu Bentuk 49 Etika dalam Dunia Penyiaran di Indonesia
8.1 Standar Profesional Radio Siaran 49
8.2 Perencanaan dan Penyajian Program Radio 51 Bab 9 Pedoman Perilaku Penyiaran Televisi Indonesia 59
Daftar Pustaka 67
Glosarium 69
Indeks 71
Tentang Penulis 73
-oo0oo-
ETIK PENYIARAN INDONESIA 1
BAB 1
ETIKA, NORMA/KAIDAH DAN ETIKET
A. Filsafat Komunikasi Sebagai Cabang Ilmu Etika
"We cannot not communicate", demikian ungkapan yang sangat populer di kalangan ilmuan komunikasi. Ungkapan ini kita rasakan, pikirkan, dan lakukan dalam keseharian, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Gejala komunikasi sangat kompleks dan luas, yang melahirkan berbagai macam konsep komunikasi. Akar komunikasi atau landasan ilmiah komunikasi merupakan prespektif yang dilandasi oleh pemikiran yang bertujuan untuk mengungkap asal-usul ilmu komunikasi adapun salah satu akar ilmu komunikasi adalah filsafat.
Pada hakekatnya filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodelogis, sistematis, analitis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, teknik dan perannya. (Effendy, 2003)
Pada hakikatnya filsafat komunkasi lebih banyak membahas komunikasi manusia, komunikasi antara manusia dengan manusia bukan membahas komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Mengupas komunikasi yang dilakukan oleh manusia di dalam filsafat terdapat aliran atau paham mengenai manusia tersebut yaitu :
a. Paham Meterilisme
Manusia pada prinsipnya adalah materi belaka tetapi memiliki kelebihan berupa akalnya dibandingkan makhluk lainnya yang pada prinsipnya sama yakni terdiri dari materi.
b. Paham Idealisme
Idealisme berasal dari kata eidios artinya pikiran. Jadi manusia adalah makhluk berfikir, mempunyai ide atau gagasan dan oleh karena itu ia sadar akan dirinya.
Menurut Descartes “Cogito ergo sum” (aku berpikir jadi aku ada) jadi manusia itu terdapat dua unsur yaitu “jiwa dan raga”
c. Paham Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata eks berarti keluar dan sistensia artinya berdiri.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 2 Jadi eksistensi adalah berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari diri sendiri.
Artinya manusia berada di dunia dan cara ini hanya untuk manusia, tidak untuk lain benda oleh karena keberadaannya manusia berbeda dengan beradanya benda-benda lainnya di dunia ini. (Ruslan, 2001)
Terdapat tiga landasan dalam Aspek-Aspek Filsafat Komunikasi sebagai berikut : a. Metafisika
Menurut Lanigan, metafisika merupakan suatu studi mengenai sifat dan fungsi teori tentang realita, dalam kaitan dengan teori komunikasi yaitu antara lain:
1) Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta.
2) Sifat dan fakta bagi tujuan , perilaku, penyebab dan aturan.
3) Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.
b. Epistemologi.
Merupakan cab. Ilmu filsafat yang membahas asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi adalah bagaimana pengetahuan itu disusun dari bahan yang diperoleh dan prosesnya melalui metode ilmiah. Epistemologi berpijak kepada “teori kebenaran” yaitu :
1) Teori Koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
2) Teori Korespondensi
Suatu pernyataan adalah benar jika materi yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berkaitan) dengan obyek yang dituju oleh persyaratan tertentu.
3) Teori Pragmatik
Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.
c. Aksiologi
Aksiologi adalah asas mengenai cara bagaimana (how) menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologi diperoleh dan disusun secara sistematis tersebut.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan nilai seperti etika, etiket, estetika, dan Agama. Sehubungan hal tersebut diatas maka perlu sebagai komunikator ketika hendak menyampaikan pemikirannya dalam bentuk pesan, pendapat dan informasi melalui
ETIK PENYIARAN INDONESIA 3 bahasa sebagai lambangnya terlebih dahulu mempertimbangkan nilai etika yang berlaku, baik-buruk, benar-salah, etis tidak etis, estetis dan tidak estetis.
d. Logika
Berkaitan dengan telaah terhadap prinsip-prinsip dan metode penalaran secara benar atau logis. Dalam berkomunikasi diperlukan suatu proses pemikiran yang logis dan benar. Sebelum memutuskan untuk penyampaian suatu pesan, gagasan dan informasi serta lambang yang dipergunakan. (Ruslan, 2001)
B. Filsafat Studi dan Proses Komunikasi
Dalam filsafat komunikasi nilai berkaitan dengan logika, membahas nilai kebenaran sehingga memperoleh cara berpikir yang benar, etika; membahas nilai kebaikan mengenai perilaku manusia dan estetika; membahas nilai-nilai keindahan.
Filsafat Dasar Tujuan Nilai Menciptakan
Logika Pikiran Kebenaran Benar dan salah Ilmu Pengetahuan Etika Kehendak Kebaikan Baik dan Buruk Keserasian
Estetika Perasaan Keindahan Indah dan jelek Kesenian Etiket Kehormatan Kesopanan sopan dan tidak Tata krama Agama Keyakinan Tuntunan Kebajikan dan Dosa Keimanan
Sumber : (Ruslan, 2001)
C. Etika Komunikator
Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas.
Suatu hal yang sering dilupakan oleh komunikator sebelum memulai aktivitas komunikasinya, ialah bercermin pada dirinya apakah syarat-syarat yang harus dimiliki seorang komunikator yang handal telah dipenuhi atau belum.
Sejak jaman dahulu komunikasi lebih banyak melalui bahasa lisan yang disebut retorika, dan sebagai komunikatornya disebut orator atau rhetor, biasanya mereka memiliki pengetahuan tentang ehos, pathos dan logos.
1. Ethos
Berarti sumber keperayaan dan pengetahuan, bahwa seorang orator harus memiliki kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang luas sehingga apa yang disampikan bisa
ETIK PENYIARAN INDONESIA 4 dipercaya. Selain itu sebagai seorang orator harus memiliki kemampuan menarik perhatian orang lain bahwa kita memiliki kemampuan.
2. Pathos
Berarti himbauan emosional kemampuan menampilkan gaya emotif dan persuasif yang dimiliki seorang orator, yang terkait pada Penampilan, himbauan emosional / gaya inovatif dan persuasi.
3. Logos
Berarti himbauan logis yaitu kemampuan yang dimiliki oleh orator lebih bergaya akademisidalam menguaraikan isi pesan atau materi pidato, penyampaiannya ilmiah mudah dimengerti serta dapat diterima oleh nalar para pendengar. (Ruslan, 2001)
Dengan kata lain logos merupakan Sistematika dalam berbicara, himbauan logis yg ditunjukkan secara logis,wajar,sistematis dan argumentatif
Dari penjelasan persyaratan menjadi seorang orator adalah ketiga hal tersebut ethos adalah faktor yang sangat menentukan. Agar dapat dipercaya maka harus memperhatikan komponen komunikator akan menjadi “source credibility” adalah sebagai berikut :
a. Competence, yaitu mempunyai kemampuan dan kewenangan yang dimiliki.
b. Integrity (kejujuran), yaitu atau ketulusan hati : Komunikator dianggap memiliki sourch credibility yang inggi apabila memiliki kejujuran dan ketulusan tinggi apabila memiliki kejujuran dan ketulusan secara menyeluruh.
c. Good will ( Kemauan baik). (Ruslan, 2001)
Faktor Pendukung ethos atau Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi “source credibility”, yaitu:
a. Persiapan b. Kesungguhan c. Ketulusan d. Kepercayaan e. Ketenangan f. Keramahan
g. Kesederhanaan. (Ruslan, 2001)
D. Perbedaan Etika, Norma Atau Kaidah Dan Etiket
ETIK PENYIARAN INDONESIA 5 1. Etika
Pengertian Etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin yaitu “mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbauatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari dari hal-hal tindakan yang buruk. (Bertens, 2007)
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetap dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajia(Ruslan, 2001)n sistem niali-nilai yang berlaku.
Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskan tentang pembahasan etika sebagai:
a. Terminus Techicus, adalah etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
b. Manner dan Custom, adalah suatu pembahasan etika yang terkait dengan tata cara dan adat istiadat kebiasaan yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang sangat terikat dengan arti “baik dan buruk” suatu perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian Etika Menurut Poedjawijatna, etika merupakan cabang ilmu filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam- dalamnya. Sebagai tugas tertentu dari etika mencari ukuran baik-buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan manusia manakah yang baik. (Soehoet, 2002)
Pengertian Etika Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan didalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. (Soehoet, 2002)
Pengertian Etika Menurut Austin Fogothey, etika adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar dari manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni. (Soehoet, 2002)
Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli memang terdapat perbedaan, antara lain:
ETIK PENYIARAN INDONESIA 6 a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat
dari hak.
b. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia.
c. Ilmu watak manusia yang ideal dan prinsip-prinsip moral sebagai individual.
d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban. (Soehoet, 2002) Sistematika etika dapat dijelaskan melalui bagan dibawah ini :
Sumber: (Ruslan, 2001) Keterangan :
Etika Sosial :
Sikap terhadap sesama
Etika keluarga
Etika Politik
Etika Bisnis
Etika Kehumasan
Etika Profesi : Pengacara, Hakim, Dokter, Wartawan, Dll.
Hubungan hukum dan etika (Ruslan, 2001), dalam falsafah hukum, khususnya menelaah pengertian hubungan antara etika dan hukum, terdapat dua aliran pendapat yaitu menurut pemahaman aliran naturrecht dan aliran positivisme, yaitu:
a. Aliran Natrrurech, yaitu tidak mengenal pemisahan secara tegas antara etika dan hukum.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 7 b. Aliran Positivisme, yaitu melakukan pemisahan secara tegas antara etika dan
hukum.
Misalnya:
Jika Polisi melakukan kesalahan apakah hanya dilakukan dengan hukuman kode etik kepolisian atau dilanjutkan dalam proses hukum umum.
Sedangkan Etika terdiri dari dua macam (Ruslan, 2001), yaitu:
1. Etika Deskriptif.
2. Etika Normatif.
Ditinjau dari teori dasar Etika normatif maka terdapat dua dasar teori yaitu:
1. Teori Deontologis.
2. Teori Teleologis. (Ruslan, 2001)
Dari pembahasan etika teleologis muncul aliran teleologisme yaitu;
1. Egoisme
2. Utilitarianisme. (Ruslan, 2001)
2. Norma Atau Kaidah
Norma-Norma atau kaidah yaitu biasanya suatu nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap tindak dan berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai norma atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi. (Ruslan, 2001)
Setiap masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata peraturan dan tata itu lazim disebut kaedah (arab) dan norma (latin). Norma atau ukuran pedoman menurut isinya dapat dibagi dua yaitu :
a. Perintah b. Larangan.
Artinya norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari. Norma ini dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi kepada yang melanggarnya. (Ruslan, 2001)
3. Etiket
ETIK PENYIARAN INDONESIA 8 Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut terdapat perbedaan walaupun ada persamaannya. Istilah etika berkaitan dengan moral, sedangkan etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal. (Ruslan, 2001)
Persamaannya terletak pada perilaku manusia secara normatif yang etis. Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan.
Menurut K. Bertens secara umum ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu:
1. Etika adalah niat.
Etiket adalah menetapkan cara.
2. Etika adalah nurani (bathiniah).
Etiket adalah Formalitas (lahiriah).
3. Etika bersifat absolut.
Etiket bersifat relatif.
4. Etika berlakunya tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang.
Etiket berlakunya hanya jika ada orang yang hadir. (Bertens, 2007)
ETIK PENYIARAN INDONESIA 9
BAB 2
ETIKA PROFESI
A. Profesi Dan Profesional
Kata profesi berasal dari kata latin yaitu “Profesussues” yang berarti suatu kegiatan atau pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah dan janji bersifat religius. (Ruslan, 2001)
Selanjutnya istilah profesi berkembang menjadi suatu ketrampilan atau keahlian khusus seseorang sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama yang diperoleh melalui jalur pendidikan atau pengalaman dan dilaksanakan secara terus menerus, serius yang merupakan sumber utama bagi nafkah hidupnya. (Ruslan, 2001)
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang- bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya.
Sedangkan seorang professional adalah seorang yang hidup dengan mempraktikkan suatu keahlian tertentu atau terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntut keahlian dan ketrampilan tinggi atau hanya sekedar hoby, untuk bersenang-senang dan bekerja untuk mengisi waktu luangnya.(Ruslan, 2001)
PEKERJAAN / PROFESI” dan “PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan : PROFESI (Ruslan, 2001) :
1. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
2. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
3. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
4. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
PROFESIONAL :
ETIK PENYIARAN INDONESIA 10 1. Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
2. Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
3. Hidup dari situ.
4. Bangga akan pekerjaannya.
B. Ciri-Ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.(Ruslan, 2001)
Untuk menjadi professional harus memiliki ciri-ciri tertentu sebagai berikut:
1. Memiliki skill atau kemampuan.
2. Mempunyai Kode Etik.
3. Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi.
4. Memiliki jiwa pengabdian kepada publik.
5. Otonomisasi organisasi professional.
6. Menjadi salah satu organisasi profesi. (Ruslan, 2001)
Untuk menjadi seorang professional yang beretika di bidang penyiaran, maka dibutuhkan orang yang memiliki kualifikasi kemampuan, sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk kesadaran etis.
2. Kemampuan untuk berpikir secara etis.
3. Kemampuan untuk berprilaku secara etis.
4. Kemampuan untuk kepemimpinan etis.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 11 Menurut A. Sonny Keraf secara umum prinsip-prinsip etika profesi (Ruslan, 2001), antara lain:
1. Tanggung jawab;
2. Kebebasan;
3. Kejujuran;
4. Keadilan;
5. Otonomi;
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan profesionalisme (Ruslan, 2001) yaitu sebagai berikut:
a. Pengakuan b. Organisasi c. Kreteria d. Kreatif e. Konseptor
Prinsip-prinsip etika profesi antara lain:
1. Tanggung jawabTerhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
2. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
3. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
4. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.(Ruslan, 2001)
Syarat-syarat suatu profesi yaitu : a. Melibatkan kegiatan intelektual.
b. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
d. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
e. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
f. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 12 h. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik. (Ruslan, 2001) C. Kode Etik Profesi
Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. (Ruslan, 2001)
Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. (Ruslan, 2001)
Kode etik profesi merupakan norma yang telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi dan untuk mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada para anggotanya yaitu bagaimana seharusnya (das sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral profesi yang bersangkutan dimata masyarakat untuk memperoleh tanggapan positif. (Ruslan, 2001)
Apabila anggota profesi tersebut dalam pelaksanaanya (das sein) telah melakukan perbuatan menyimpang dari kode etiknya maka kelompok profesi itu bisa tercemar citra dan nama baiknya di mata masyarakat. (Ruslan, 2001)
Setiap profesi haruslah memperhatikan aspek-aspek kode perilaku, antara lain:
1. Code of conduct
2. Code of profession
3. Code of publication
4. Code of enterprise. (Ruslan, 2001)
Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita- cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 13 Tujuan kode etik profesi :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri. (Ruslan, 2017)
ETIK PENYIARAN INDONESIA 14
BAB 3
ETIKA PENYIARAN
Etika seperti telah dibahas pada pertemuan ke 2 mempunyai pengertian ilmu mengenai norma tentang baik dan buruk. Penyiaran menurut UU no. 32 tahun 2002 adalah : Kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran, dan / atau sarana transmisi di darat, laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk diterima secara serentak oleh masyarakat melalui perangkat penerima siaran. (Mufid, 2010)
Penyiaran, atau dalam bahasa inggris disebut broadcasting berasal dari kata kerja to broadcast yang diartikan sebagai alat berbicara atau menampakkkan diri di radio atau televisi. Ada juga yang mengartikan pengiriman program oleh media radio dan televisi (the sending out programmers by radio or television)
Etika penyiaran bisa diartikan sebagai ilmu mengenai norma tentang baik dan buruk dalam kegiatan pemancarluasan siaran melalui media radio ataupun televisi atau media lainnya untuk diterima secara serentak oleh masyarakat melalui perangkat penerima siaran.
Kegiatan penyiaran meliputi dua bagian yaitu penyiaran radio dan penyiaran televisi.
Sedangkan Malfin de Fleur menjelaskan bahwa penyiaran adalah jenis media massa yang menggunakan instrumen elektromagnetik dalam penyampaian pesan ke audiencenya secara simultan (Malfin L. DeFleur & Everet E Dennis, Understanding Mass Comunication, 1985). (Mufid, 2010)
Untuk memperjelas pengertian media penyiaran dapat dilihat dari perbedaannya dengan media cetak berikut:
ETIK PENYIARAN INDONESIA 15 Jenis-jenis penyiaran di Indonesia (Mufid, 2010) adalah :
1. Penyiaran Swasta
Lembaga peyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang menjalankan usaha penyiaran berdasarkan prinsip-prinsip komersial. Lembagaini menjuala usaha berupa waktu utayang (air time), iklan dan usaha lain yang sah terkait dengan penylenggaraan penyiaran. Di Indonesia untuk menjalankan usaha penyiaaran terlebih dahulu harus mendapat izin dari negara setelah memperoleh persetujuan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Modal pendirian seluruhnya haruss berasal dari warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
Penambahan modal asing dapat dilakukan namun jumlahnya tidak lebih dari 20%, dari seluruh modal dan minimun dimilik oleh dua pemegang saham.
2. Penyiaran Publik
Lembaga penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang bersifat tidak komersil, independen/netral dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan publik. Sumber pendanaan berasal dari negara, iuran, iklan dan donatur yang tidak mengikat.. Menurut effendi Gazali setidaknya ada lima ciri penyiaran publik:
pertama akses publik artinya tidak hanya coverage area, tetapi juga menyangkut bagaimana penyiaran publik mau mengangkat isu-isu lokal dan memproduksi program-program lokal dan tokoh-tokoh lokal.
Kedua, dana publik, perlu diingat bahwa lembaga penyiaran publik tidak hanya mengandalkan keuangan dari negara tetapi juga dari iuran dan donatur. NHK di Jepang misalnya 90 % anggarannya berasal dar sumbangan sukarela masyarakat jepang.
Ketiga, akuntabilitas publik, karena dana utamanya rai publik, maka terdapat kewajiban bagi penyiaran publik untuk membuat akuntabilitas finansialnya. Di banyak TV publik di amerika serikat, pemirsa dapat melihat neraca keuangan setiap saat yang disebut public file.
Keempat, keterlibatan publik,keterlibatan publik bisa berarti menjadi penontonya, menjadi kelompok yang dengan sukarela menyumbangkan tenaga, pikiran dan dana untuk kelangsunganpenyiaran publik dan yang demikian
ETIK PENYIARAN INDONESIA 16 penting adalah keterlibatan dalam ikut memberi arah pada program-program yang akan dibuat, serta ikut mengevaluasinya.
Kelima, kepentingan publik lebih diutamakan daripada kepentingan iklan.
Misalnya ada satu acara yang begitu baik dan bermanfaat menurut publik, namun retingnya rendah maka ia akan tepat diproduksi dan diupayakan tetap dipertahankan penayangannya. Tentu sangat kontras dengan penyiaran komersial.
Hakikat penyiaran publik adalah diakuinya supervisi dan evaluasi publik pada level yang signifikan. Publik disini dibaca sebagai “warga negara”. Hanya karena adanya hakikat inilah maka stsiun publik dapat melakukan apa yang didengang- dengungkan sebagai publik servis. Bagi penyiaran publik, iklan bukanlah sesuatu yang haram. Tergantung bagaimana publik ikut menentukan berapa pembatasan penayangan iklan perjamnya dan iklan mana yang dianggap pas bagi penyiaran publik. Penyiaran publik tidak berarti tidak boleh untung.
Canadian Broadcasting Corporation (CBC) misalnya, pada tahun 2001 memperoleh keuntungan 147,9 juta dolar AS. Lalu apa beda CBC dengan stasiun komersial? Jawabnya: konsultasi publik yang digelar CBC secara konsisten di berbagai antero negeri. Mulai dari soal isi program, iklan mana yang boleh ditayangkan atau tidak, serta apakah publik setuju dengan cara pemanfaatan keuntungan dan lain-lain. (Effendi Gazali, 2002)
3. Lembaga Penyiaran Komunitas Sama dengan penyiaran publik, penyiaran komunitas tergolong wacana baru bagi dunia penyiaran di Indonesia, sebelumnya lembaga penyiaran yang dikenal di Indonesaia hanya lembaga penyiaran swasta dan milik pemerintah. Di Iindonesia penyiaran komunitas adalah suatu lembaga yang didirikan oleh komunitas yang menjalankan aktifitas penyiaran secara independen/netral, daya pancar rendah, jangkauan wilayah terbatas, tidak komersial, serta melayani kepentingan komunitas. Karena khusus melayani komunitas, maka lembaga penyiaran ini boleh menggunakan bahasa sesuai dengan komunitas yang dilayaninya. Di Indonesia mendirikan penyiaaran komunitas persyaratannya sangat ketat. Antara lain dilarang menjadi media partisan, tidak terkait dengan asosiasi atau lembaga asing serta bukan komunitas internasional, tidak terkait dengan organisasi terlarangn tidak untuk kepantingan propaganda kolompok atau golongan tertentu. Bahkan untuk dana
ETIK PENYIARAN INDONESIA 17 awal dan operasional dilarang menerima sumbangan dari pihak asing. Penyiaran komunitas juga dilarang melakukan siaran iklan komersial, kecuali iklan layanan masyarakat. Dana diperoleh dari kontribusi komunitas yang menjadi pemilik lembaga penyiaran komunitas tersebut.
Lembaga penyiaran Swasta, Publik dan Komunitas :
ASPEK SWASTA PUBLIK KOMUNITAS
1 2 3 4
Definisi Lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya
menyelenggaraka n jasa penyiaran radio atau televisi
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi
memberikan
layanan untuk kepentingan
masyarakat.
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani
kepentingan komunitasnya.
Khalayak Umum, terbuka
lebar
Umum, lebih dari satu komunitas
Satu komunitas tertentu saja
Visi Memberikan
hiburan, informasi dan pendidikan, namun semua visi pada
implementasinya khususnya untuk produksi dan pemasarannya tetap diperhitungkan berdasarkan prinsip- prinsip pencapaian keuntungan
ekonomi.
Meningkatkan kualitas hidup publik.
Meningkatkan apresiasi terhadap keanekaragaman ditengah
masyarakat dengan harapan
menciptakan
kehidupan yang harmonis di antara berbagai komunitas yang berbeda.
Meningkatkan kualitas hidup anggota
komunitasnya.
Secara khusus menjadi lembaga siaran yang bersifat dari, oleh, dan untuk komunitas
Jangkauan area siaran
Umumnya luas, lebih dari satu propinsi, namun memiliki batasan tertentu.
Bersifat nasional atau daerah. Tetap mengemban misi meningkatkan apresiasi terhadap identitas dan integrasi nasional.
Terbatas, umumnya dalam radius 6 km.
Ukuran kesuksesan Rating untuk Kepuasan publik Kepuasan anggota
ETIK PENYIARAN INDONESIA 18 masing-masing
program dan pemasukan iklan (rating program yang tinggi akan menarik pemasang iklan)
komunitas
Pemilik/ pendiri Umumnya
berbentuk PT, sebagian menjadi PT. Tbk.
Negara atau pemerintah (untuk TVRI, RRI).
Badan hukum nonkomersial, biasanya berbentuk yayasan
Pengambilan keputusan tertinggi
Pemilik modal/para komisaris dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), manajemen operasional akan tunduk pada garis besar ini.
Lembaga supervisi bersama-sama dengan manajemen operasional. Jika lembaga penyiaran publik didirikan oleh pemda atau PT maka lembaga supervisinya harus tetap independen.
Lembaga supervisi komunitas bersama- sama dengan manajemen
operasional.
Sumber pemasukan Iklan dalam arti luas, mencakup hard selling (penjualan
langsung),
sponsorship untuk suatu program atau acara, dll.
APBN untuk
lembaga penyiaran public nasional dan
APBD untuk
lembaga penyiaran public daerah;
siaran iklan, dll
Iuran anggota komunitas, hibah, sumbangan tidak mengikat, sponsor, dll.
Kriteria dan jumlah materi iklan
Terbuka luas 20%
dari keseluruhan jam tayang
Tidak boleh menerima iklan hard selling, biasanya hanya sponsor program.
Maksimal 15% dari keseluruhan jam tayangnya
Iklan layanan masyarakat, bukan iklan hard selling, biasanya berupa sponsor program.
Maksimal 10% dari keseluruhan jam tayangnya.
4. Lembaga Penyiaran Berlangganan.
Lembaga penyiaran berlangganan adalah bentuk penyiaran yang memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus pada pelanggan melalui radio, televisi, multimedia atau media informasi lainnya.
Dalam memancarluaskan siarannya lembaga penyiaran berlangganan dapat menggunakan satelit kabel atau melalui teresterial.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 19 BAB 4
PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA PEDOMAN PENYIARAN PERILAKU PENYIARAN Sebagai Salah Satu Bentuk Etika Dalam Dunia Penyiaran Indonesia
A. Sejarah Perkembangan Televisi
Awal mula di dorongnya peraturan di dunia pertelevisian pada tahun 1953 yang berasal dari sebuah Departemen Penerangan, di dorong oleh perusahaan-perusahaan AS, Inggris, Jerman dan Jepang yang berlomba-lomba menjual hardware ketika menjelang Asian Games di Jakarta pada tahun 1962. Bapak presiden Soekarno yakin akan kebutuhan televisi untuk kepentingan reputasi Indonesia mengenai penyiaran Asian Game tersebut terutama Negara Jepang yang sudah memiliki televisi sejak awal tahun 1950-an.
Siaran televisi dimulai dengan bantuan ahli dan perawatan dari Negara Jepang serta pelatihan dari ahli Negara Inggris, dibawah organizingg commitee Asian Games.
Tanggal 16 Agustus 1962, TVRI memulainmengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka, Jakarta.
Selanjutnya pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Kappres No. 215/1963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pemimpin Umum Presiden RI. Pada BAB 1 Pasal 3 kepres tersebut dikatakan bahwa Yayasan TVRI merupakan pengelola tunggal pertelevisian di Seluruh Indonesia. Sementara pasal 4 dan pasal 5 menjelaskan bahwa, “keberadaan TVRI ditujukan sebagai alat hubung masyarakat dalam melaksanakan pembangunan mental, khususnya manusia sosialis, Indonesia”.
Sejatinya, semangat untuk menjadikan TVRI sebagai TV publik telah di isyaratkan dalam berbagai kebijakan seputar TVRI PP No. 36 Tahun 2000 tentang status Perjan TVRI misalnya, secara eksplisit mengatakan bahwa tujuan Perjan adalah untuk menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi sesuai dengan prinsip-prinsip televisi publik yang independent, netral, mandiri dan program siaranya senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan ( Pasal 6
ETIK PENYIARAN INDONESIA 20 ). Juga dikatakan bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Perjan menyelenggarakan kegiatan usaha jasa penyiaran publik dalam bidang informasi, pendidikan dan hiburan, serta usaha-usaha terkait lainya yang dilakukan dengan standar kualitas yang timggi ( pasal 7 ).
Pada intinya adalah TV yang berorientasi kepada kepentingan khalayak untuk memenuhi (1) hak mendapatkan informasi ( rigth to know ); dan (2) hak untuk menyatakan pendapat ( right to express ). Kedua hak publik tersebut kemudian menjadi landasan setiap proses pembentukan pendapat publik ( publik opinion ) mengenai masalah-masalah publik (publik issues), berlandasan kebijakan publik (public policy).
B. Demokritisasi Regulasi Penyiaran
Setidaknya ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran di pandang urgent. Pertama, dalam iklim demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan berbicara ( freedom of speech ), yang menjamin kebebasan seseorang untuk memperolehdan menyebarkan pendapatnya tanpa adanya intervensi, bahkan dari pemerintah. Namun pada saat yang bersamaan, juga berlaku regulasi pembatasan aktivitas media seperti regulasi UU telekomunikasi yang membatasi penggunaan spektrum gelombang radio ( Leen d’Haenens, 2000:24-26 ). Nilai demokrasi karenanya menghendaki kriteria yang jelas dan fair tentang pengaturan alokasi akses media. (Mufid, 2010)
Kedua, demokrasi menghendaki adanya “ sesuatu yang menjamin kebergaman politik dan kebudayaan dengan menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. Hal lain adalah adanya hak privasi seseorang untuk tidak menerima informasi tertentu. Dalam batas tertentu, kebebasan untuk menyampaikan informasi memang dibatasi oleh pihak privasi seseorang.
Ketiga, terdapat alasan ekonomi mengapa regulasi media diperlukan. Tanpa regulasi akan menjadi konsentrasi, bahkan monopoli media. Singkronisasi diperlukan bagi penyusunan regulasi media agar tidak berbenturan dengan berbagai kesepakatan internasional, misalnya tentang pasar bebas dan AFTA.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 21 Secara spesifik Mike Feintuck (1999: 43-45) mengemukakan bahwa justifikasi penyusunan regulasi penyiaran karena dua hal, yaitu:
1. Komunikasi yang Efektif
2. Diversitas Politis dan Kultural. (Mufid, 2010)
C. Pedoman Perilaku Penyiaran
Peraturan yang dikategorikan sebagai etika penyiaran adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang di buat oleh Komisi Penyiaran Indonesia.
Menurut L.Jvan Apeldoorn dalam buku Etika Media Massa Indonesia karangan Sudirman Tebba, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika karena semua peraturan yang mengandung petunjuk bagaimana manusia hendaknya bertingkahlaku, jadi peraturan-peraturan yang menimbulkan kewajiban-kewajiban bagi manusia desebut sebagai etika. Karena itu, etika meliputi peraturan-peraturan tentang agama, kesusilaan hukum, dan adat.
Selain itu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika karena ada satu faktor mendasar yang tidak dapat dipenuhi oleh peraturan itu untuk disebut peraturan hukum.
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran menjadi tidak pasti pelaksanaannya setelah KPI sebagai pembuar pedoman dan perilaku penyiaran itu peranannya melemah, karena Undang-Undang Penyiaran, Tahun 2012.
1. Definisi Pedoman Perilaku Penyiaran
Dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Tentang Pedoman Perilaku Penyiaran bab 1 ketentuan umum disebutkan bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran adalah ketentuan-ketentuan bagi Lembaga Penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia untuk menyelenggarakan dan mengawasi sistem penyiaran nasional Indonesia.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 22 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya stasiun TV dalam menyelenggarakan siaran mendapat pengawasan dari KPI. Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan tentang batasan-batasan apa yang boleh dan atau tidak boleh dalam proses pembuatan program siaran.
2. Dasar, Tujuan dan Arah
Pedoman Perilaku Penyiaran ditetapkan berdasarkan pada nilai-nilai agama, norma- norma yang berlaku dan diterima dalam masyarakat, kode etik, standar profesi dan pedoman perilaku yang dikembangkan masyarakat penyiaran, serta peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pedoman Perilaku Penyiaran ditetapkan untuk menghormati asas manfaat, asas adil dan merata, asas kepastian hukum, asas keamanan, asas keberagaman, asas kemitraan, etika, asas kemandirian, dan asas kebebasan dan tanggung jawab.
Pedoman Perilaku Penyiaran diarahkan agar:
a. Lembaga penyiaran taat dan patuh hukum terhadap segenap peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia;
b. Lembaga penyiaran menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Lembaga penyiaran menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang multikultural;
d. Lembaga penyiaran menjunjung tinggi Hak-hak Asasi Manusia;
e. Lembaga penyiaran menjunjung tinggi prinsip jurnalistik;
f. Lembaga penyiaran melindungi kehidupan anak-anak, remaja, dan kaum perempuan;
g. Lembaga penyiaran melindungi kaum marginal;
h. Lembaga penyiaran melindungi publik dari pembodohan dan kejahatan;
i. Lembaga penyiaran menumbuhkan demokratisasi.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 23 Standar Isi Siaran, Pedoman Perilaku Penyiaran menentukan standar isi siaran yang berkaitan dengan:
a. Rasa hormat terhadap nilai-nilai Agama;
b. kesopanan dan kesusilaan;
c. perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan;
d. pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme;
e. penggolongan program menurut usia khalayak;
f. rasa hormat terhadap hak pribadi;
g. penyiaran program dalam bahasa asing;
h. ketepatan dan kenetralan program berita;
i. siaran langsung;
j. siaran iklan.
3. Tanggung Jawab Sosial
Dalam dunia penyiaran apapun yang disampaikan melalui media massa harus bisa dipertanggung jawabkan kebenaranya dan nilai nilai didalamnya. Dalam filsafat, pengertian tanggung jawab adalah kemampuan manusia yang menyadari bahwa seluruh tindakannya selalu mempunyai resiko. Perbuatan tidak bertanggung jawab, adalah perbuatan yang didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran yang seharusnya dilakukan tapi tidak dilakukan juga.
Menurut prof burhan bungin (2006:43), Tanggung jawab merupakan restriksi (pembatasan) dari kebebasan yang dimiliki oleh manusia, tanpa mengurangi kebebasan itu sendiri. Tidak ada yang membatasi kebebasan seseorang, kecuali kebebasan orang lain.
ETIK PENYIARAN INDONESIA 24 BAB 5
PELARANGAN DAN PEMBATASAN PROGRAM ADEGAN SEKSUAL, KEKERASAN DAN SADISME
A. Seksual
KPI menjatuhkan sanksi berdasarkan UU Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS). Dasar dari Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS)
BAB XII
PROGRAM SIARAN BERMUATAN SEKSUAL Pasal 16
Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan program siaran bermuatan seksual. (KPI, 2012)
Salah satu contoh pelanggaran seksual seperti yang dilanggar oleh perusahaan dalam melayani bidang jasa yaitu seperti obat kuat pria. Obat kuat pria adalah jaringan klinik Internasional yang mengkhususkan diri dalam konsultasi serta pengobatan Impotensi
& Ejakulasi Dini, yang ditangani oleh dokter-dokter berpengalaman. Selama 11 tahun kehadirannya, Obat kuat pria telah berhasil berperan serta dalam mengobati masalah Impotensi & Ejakulasi Dini dan telah mengobati lebih 120.000 pasien di seluruh Indonesia.
Pengobatan di obat kuat pria seluruhnya menggunakan obat-obat medis kedokteran dengan tingkat keberhasilan diatas 90%. Pengobatan di obat kuat pria juga sangat efektif untuk pasien yang disertai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hypertensi, kolsterol tinggi, dll. Dengan Visi Membantu Kebahagian Keluarga,obat kuat pria memberikan pelayanan secara profesional dengan menjaga kerahasiaan dan mendukung kerahasiaan pasien.
KPI Pusat melayangkan surat teguran kedua pada Trans 7 dan SCTV terkait adanya pelanggaran pada penayangan program siaran iklan obat kuat pria di kedua stasiun televisi tersebut. Pelanggaran yang dilakukan SCTV adalah penayangan materi dewasa berupa pengobatan vitalitas seksual pada jam anak dan remaja. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan anak dan remaja, penggolongan program siaran,
ETIK PENYIARAN INDONESIA 25 dan siaran iklan. Selain pelanggaran di atas, hasil pemantauan kami juga menemukan materi pelanggaran yang sama pada tanggal 8 Februari 2011 pukul 11.40 WIB, 29 Maret 2011 pukul 11.41 WIB, 31 Maret 2011 pukul 11.49 WIB, 5 April 2011 mulai pukul 11.50 WIB dan 7 April 2011 mulai pukul 11.37 WIB.
Dalam waktu yang bersamaan KPI Pusat juga memberikan teguran kepada Trans7 dalam pelanggaran program yang sama. Pelanggaran yang dilakukan adalah penayangan materi pada 16 Februari 2011 pukul 12.09 WIB,17 Februari 2011 pukul 12.14 WIB, 1 April 2011 pukul 17.04 WIB, 6 April 2011 mulai pukul 12.28 WIB dan 9 April 2011 mulai pukul 12.13 WIB. (kpi.co.id)
Yang menjadi dari target iklan Obat kuat pria adalah masyarat yang sudah berkeluarga baik suami dan istrri dapat dikatakan orang yang dewasa dalam umurnya. Cara menentukan target dari iklan tersebut adalah orang yang sudah dewasa, berkeluarga, secara perilaku memiliki permasalahan dengan seks. Positioning dari obat kuat pria adalah mengatasi ejakulasi dini.
KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan materi iklan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Pasal 10 dan Pasal 29 ayat (1) serta Standar Program Siaran Pasal 13 ayat (1), Pasal 38 ayat (4) huruf f, Pasal 39 ayat (5) huruf e, Pasal 49 ayat (1), dan Pasal 50 ayat (2) penjelesan ayat dan pasal tersebut sebagai berikut:
Pasal 10 ayat (1). Program dikatakan mengandung muatan kekerasan secara dominan apabila sepanjang tayangan sejak awal sampai akhir, unsur kekerasan muncul mendominasi program dibandingkan unsur-unsur yang lain, antara lain yang menampilkan secara terus menerus sepanjang acara adegan tembak-menembak, perkelahian dengan menggunakan senjata tajam, darah, korban dalam kondisi mengenaskan, penganiayaan, pemukulan, baik untuk tujuan hiburan maupun kepentingan pemberitaan (informasi).
Pasal 13 ayat (1). Lembaga penyiaran wajib melakukan pembatasan adegan seksual, sesuai dengan penggolongan program siaran.
Pasal 38 ayat (4) huruf f. Program siaran klasifikasi A dilarang menampilkan:
obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan produk rokok, iklan pakaian