• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI DAUN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS LINN) DALAM BENTUK JUS DAN AIR REBUSAN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMPARASI DAUN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS LINN) DALAM BENTUK JUS DAN AIR REBUSAN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARASI DAUN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS LINN) DALAM BENTUK JUS DAN AIR REBUSAN TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

Ageng Firman Alamsyah, Saiful Nurhidayat, Cholik Harun Rosjidi

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email Korespondensi : alamsyahrodket@gmail.com

Abstract

Hypertension is a chronic disease that patients generally do not know that they suffer from hypertension before checking their blood pressure. The use of celery leaves in the form of juice and boiling water is one of the herbal remedies for people with hypertension. Celery role flexing blood vessels serves to prevent the constriction of blood vessels and increase urine so that blood volume decreases. This study aims to analyze the effectiveness of boiled water celery leaf and celery juice to decrease blood pressure in patients with hypertension.

This research uses pre post experiment design. The number of respondents at village health village paringan as many as 20 respondents. With 10 respondents were given juice and 10 respondents were given boiled water with significance level <0,05.

From result of research got difference of mean of sistole and diastole after giving celery juice 39 mmHg and 22 mmHg While in boiling water obtained difference results 20 mmHg and 20 mmHg with p value of sistole 0,000 and diastole 0,025. So that celery juice is more effective than boiled water celery leaves.

The conclusion of this research can be stated that celery juice is more effective or more significant compared with boiled water of celery leaves.

Keywords: Celery Juice, Celery Water Stew, Blood Pressure Abstrak

Hipertensi adalah penyakit kronis yang pada umumnya pasien tidak mengetahui mereka sedang menderitapenyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Penggunaan daun seledri dalam bentuk jus dan air rebusan merupakan salah satu pengobatan herbal untuk hipertensi. Seledri berperan melenturkan pembuluh darah berfungsi untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan memperbanyak air seni sehingga volume darah

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

(2)

berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas air rebusan daun seledri dan jus seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Penelitian ini menggunakan design pre post experiment. Jumlah responden di poskesdes desa paringan sebanyak 20 responden. Dengan 10 responden diberikan jus dan 10 responden diberikan air rebusan dengan tingkat kemaknaan <0,05.

Dari hasil penelitian didapatkan selisih rata-rata sistole dan diastole setelah pemberian jus seledri 39 mmHg dan 22 mmHg sedangkan pada air rebusan didapatkan selisih hasil 20 mmHg dan 20 mmHg dengan p valuesistole 0,000 dan diastole 0,025.Sehingga jus seledri lebih efektif dibandingkan dengan air rebusan daun seledri.

Kesimpulan dari penelitian ini dapat dinyatakan bahwa jus seledri lebih efektif atau lebih signifikan dibandingkan dengan air rebusan daun seledri.

Kata Kunci : Jus Seledri, Air Rebusan Seledri, Tekanan Darah

How To Cite : Ageng Firman A (2017). Studi Komparasi Daun Seledri Dalam Bentuk Jus Dan Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Penerbitan Artikel Ilmiah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol No (…) : Halaman doi : ….

©2017 Universitas Muhammadiyah Ponorogo, All right reserved ISSN xxxx-xxxx(Print) ISSN xxxx-xxxx(Online)

(3)

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah salah satu penyakit kronis yang disebut dengan silent killer karena pada umumnya pasien tidak

mengetahui bahwa mereka

menderitapenyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderitahipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadikomplikasi (Chobanian dkk., 2004).

Pada saat gejala sudah timbul, hipertensi sudah menjadi penyakit yang harus diterapi atu diobati seumur hidup, pengobatan yang harus dikeluarkan cukup mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Selain angka kejadian yang tinggi dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang, tingkat keganasannya juga tinggi. (Yulianti, 2006).

Ketika sudah didiagnosa menderita hipertensi maka diharuskan untuk menjalani pengobatan. Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu farmakologi dan non-farmakologi. Terapi secara non-farmakologi diantaranya dapat dilakukan menggunakan daun seledri, Tanaman sebagai bahan baku obat herbal dapat mengandung banyak senyawa kimia.

Komposisi kandungan senyawa kimia dalam tanaman dapat bervariasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi komposisi kandungan senyawa kimia dalam tanaman adalah daerah asal tanaman tersebut tumbuh

(Dewoto, 2007). Di masyarakat sendiri masih banyak yang belum mengetahui tentang kandungan daun seledri, sehingga banyak penderita hipertensi lebih memilih obat-obatan sebagai antihipertensi, padahal daun seledri sendiri cukup mudah didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau.

Tata cara penyajian atau penggunaan terapi herbal ini pun bermacam-macam, misalnya dengan konsumsi secara langsung, atau diubah ke dalam bentuk yang lain seperti jus dan air rebusan sesuai dengan keinginan (Dalimartha, 2008). Daun yang dimasak dengan cara direbus lebih mungkin mengalami pengurangan kandungan atau nutrisi hingga 50 persen, Sedangkan apabila diolah dengan cara di jus serat-serat yang terkandung kebanyakan akan rusak. (Tracy Lesht, 2016).

Secara global data WHO menunjukkan, sekitar 1 miliar orang didunia menderita hipertensi, (WHO,2013). Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3%

penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), dan Jawa

(4)

Timur (26,2%). (Riskesdas, 2013). Penyakit yang menjadi komplikasi hipertensi seperti stroke dan gagal jantung Jawa Timur menempati urutan keempat yaitu dengan (16%), sedangkan untuk gagal ginjal menempati urutan keempat sebesar 26,9%.

(Riskesdas 2013).

Secara keseluruhan jumlah penderita hipertensi di Jawa Timur mencapai 275 ribu orang. Daerah yang paling banyak menyumbang pasien menderita hipertensi adalah kabupaten Malang dengan jumlah penderita 31.789 penderita disusul Surabaya dengan jumlah 28.970 penderita. Madura sebanyak 28.955 penderita. Dengan rincian daerah Bangkalan sebanyak 11.292 penderita. Pamekasan 313 penderita.

Sampang 8933 dan Sumenep 8417 penderita,

Sedangkan untuk Ponorogo penyakit hipertensi menempati urutan ketiga jenis penyakit dominan setelah ISPA dan penyakit sistem otot dan jaringan pengikat dengan prosentase (9,25%). Wilayah tertinggi penderita hipertensi adalah kecamatan Jenangan dengan jumlah 1631 penderita, Ponorogo Selatan dengan jumlah 1540 penderita, dan Ponorogo Utara dengan jumlah 1521 penderita (Dinkes Ponorogo 2015). Dari hasil rekam medis di Puskesmas Jenangan penderita Hipertensi tertinggi berada di Desa Paringan dengan jumlah penderita 190.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil keputusan untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Komparasi Daun Seledri (Apium Graveolens Linn) Dalam Bentuk Jus Dan Air Rebusan Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi”.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Pre Post Experiment dengan rancangan yang digunakan adalah rancangan One Group Pretest – Postest Design dengan adanya kelompok kontrol yang dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan – perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (postest). Desain Pre Post Eksperimen merupakan desain yang tidak mempunyai pembatasan yang ketat pada randomisasi dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman – ancaman validitas, (Notoatmodjo, 2002 ).

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik- karakreistik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2008).

(5)

Populasi dalam penelitian ini adalah 190 orang.

Sampel

Merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Nursalam,2008). Dari data tentang populasi di atas akan diseleksi kriteria sampel yang terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau oleh peneliti (Nursalam, 2008). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah: Penderita hipertensi, Berusia > 35- 60 tahun, Bersedia menjadi responden, Tidak sedang Hamil.

Besar Sampel

Untuk penelitian eksprimen yang sederhana, maka jumlah anggota sampel antara 10-20. Maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebesar 20 sampel (sugiyono, 2013).

Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode, yaitu:

Observasi

Observasi merupakan langkah dalam penggalian data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan guna mendapatkan data yang aktual atas berbagai fenomena yang ada.

Analisa Data

Analisa data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses komputerisasi menggunakan spss 2016.

Analisa Univariat

Pada analisa univariat ini dilakukan uji statistik deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi atau tabel frekuensi.

Distribusi frekuensi berupa susunan data dalam suatu tabel yang telah diklasifikasikan menurut kelas atau kategori-kategori tertentu. (prasetyo & Jannah, 2005). Pada penelitian ini variabel yang telah digambarkan dalam bentuk distribusi frekuensi adalah karakteristik pasien hipertensi yang meliputi: jenis kelamin, usia, riwayat kecenderungan, etnis, obesitas, aktivitas olahraga, konsumsi garam, konsumsi buah dan sayuran, ,merokok, konsumsi alkohol, stres.

(6)

Analisa Bivariat

Analisa bivariat ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh jus dan air rebusan daun seledri terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Menurut Riwidikdo (2008), dalam analisa ini untuk mengetahui apakah hipotesis di terima atau di tolak adalah dengan Uji t dependen (paired t test). Penggunaan paired t test adalah untuk menguji efektifitas suatu perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang ingin ditentukan. Rancangan ini paling umum dikenal dengan rancangan pre-post, artinya membandingkan rata-rata nilai pre test dan rata-rata post test dari suatu sampel.

Nilai yang digunakan untuk standar error adalah 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini adalah 20 penderita hipertensi dimana 10 responden diberikan jus seledri dan 10 responden diberikan air rebusan daun seledri kemudian dilakukan observasi selama satu minggu dan dilakukan perbandingan terhadap tekanan darah responden.

Gambaran umum responden dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 1.Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Usia Responden Di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo Pada Tanggal 12-20 Mei 2017.

Umur (tahun)

Jumlah Presentase (%) 35-45

46-60

9 11

45 55

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang diteliti didapatkan untuk kelompok usia 35-45 tahun sebanyak 9 responden (45%), dan usia 46-60 tahun sebanyak 11 responden (55%).

Tabel 2.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo Pada Tanggal 12-20 Mei 2017.

Jenis Kelamin

Jumlah Presentase (%) Laki-laki

Perempuan 8 12

40 60

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 12 responden (60%), sedangkan jumlah responden laki-laki yaitu 8 responden (40%).

(7)

Tabel 3.Distribusi Responden Berdasarkan Kecenderungan Hipertensi di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Riwayat Jumlah Presentase (%) Ada

Keturunan Tidak ada keturunan

12 8

60 40

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden yang mempunyai riwayat hipertensi yaitu 12 responden (60%), dan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi yaitu 8 responden (40%).

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Etnis di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Etnis Jumlah Presentase (%)

Jawa 20 100

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan seluruh responden berasal dari etnis jawa (100%).

Tabel 5.Distribusi Berdasarkan Obesitas di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Obesitas Jumlah Presentase (%) Iya

Tidak

5 15

25 75

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan sebagian responden mengalami obesitas yaitu (25%) sedangkan sebagian besar responden tidak mengalami obesitas (75%).

Tabel 6.Distribusi Berdasarkan Aktivitas Olahraga di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Olahraga Jumlah Presentase (%) Iya

Tidak

7 13

35 65

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan sebagian kecil responden melakukan olahraga yaitu (35%) sedangkan sebagaian besar responden tidak melakukan olahraga (65%).

(8)

Tabel 7.Distribusi Berdasarkan Konsumsi Tinggi Garam di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Tinggi Garam Jumlah Presentase (%) Iya

Tidak

14 6

70 30

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 7 menunjukkan sebagian besar responden mengkonsumsi tinggi garam yaitu (70%) sedangkan sebagaian kecil responden tidak memgkonsumsi tinggi garam (30%).

Tabel 8.Distribusi Berdasarkan Kurang Buah Dan Sayuran di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Kurang Buah Dan Sayuran

Jumlah Presentase (%) Iya

Tidak

8 12

40 60

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 8 menunjukkan besar responden yang kurang mengkonsumsi buah sayur yaitu (40%) sedangkan yang cukup mengkonsumsi buah sayur (60%).

Tabel 9.Distribusi Berdasarkan Perilaku Merokok di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Merokok Jumlah Presentase (%) Iya

Tidak

5 15

25 75

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 9 menunjukkan besar responden yang merokok yaitu (25%) sedangkan yang tidak merokok (75%).

Tabel 10.Distribusi Berdasarkan Konsumsi Alkohol di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Konsumsi Alkohol

Jumlah Presentase (%) Iya

Tidak

0 100

0 100

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 10 menunjukkan seluruh responden tidak mengkonsumsi alkohol (100%)

(9)

Tabel 11.Distribusi Berdasarkan Stres di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 12-20 Mei 2017.

Stres Jumlah Presentase (%) Iya

Tidak

8 12

40 60

Total 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 11 menunjukkan besar responden yang stres yaitu (40%) sedangkan yang tidak stres (60%).

Identifikasi Pengaruh Jus Seledri Dan Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistole Pada Penderita Hipertensi

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji t, maka didapatkan nilai rata-rata tekanan darah sistole sebelum pemberian jus 181 mmHg dan nilai rata-rata sesudah diberikan jus 142 mmHg dengan hasil minimal sebelum diberikan jus 165 mmHg dan nilai maksimal 195 mmHg dan hasil sesudah diberikan jus degnan nilai minimal 130 mmHg dan maksimal 150 mmHg dengan p value yaitu tekanan darah sistolik 0,001. Karena p value < (0,05) maka dapat dinyatakan ada pengaruh jus seledri terhadap penurunan tekanan darah sistole pada penderita hipertensi.

Sedangkan pada air rebusan daun seledri didapatkan nilai rata-rata tekanan darah

sistole sebelum pemberian air rebusan daun seledri 178 mmHg dan nilai rata-rata sesudah diberikan air rebusan daun seledri 158 mmHg dengan hasil minimal sebelum diberikan air rebusan daun seledri 160 mmHg dan nilai maksimal 190 mmHg dan hasil sesudah diberikan air rebusan daun seledri dengan nilai minimal 140 mmHg dan maksimal 175 mmHg dengan p value yaitu tekanan darah sistole 0,006. Karena p value

< (0,05) maka dapat dinyatakan ada pengaruh air rebusan daun seledri terhadap penurunan tekanan darah sistole pada penderita hipertensi.

Identifikasi Pengaruh Jus Seledri dan Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Diastole Pada Penderita Hipertensi

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji t, maka didapatkan nilai rata-rata tekanan darah diastole sebelum pemberian jus 92 mmHg dan nilai rata-rata sesudah diberikan jus 72 mmHg dengan hasil minimal sebelum diberikan jus 85 mmHg dan nilai maksimal 100 mmHg dan hasil sesudah diberikan jus degnan nilai minimal 70 mmHg dan maksimal 80 mmHg dengan p value yaitu tekanan darah diastole 0,028. Karena p value < (0,05) maka dapat dinyatakan ada pengaruh jus seledri terhadap penurunan tekanan darah diastole pada penderita hipertensi.

Sedangkan pada air rebusan daun seledri didapatkan nilai rata-rata tekanan

(10)

darah diastole sebelum pemberian air rebusan daun seledri 93 mmHg dan nilai rata-rata sesudah diberikan air rebusan daun seledri 74,5 mmHg dengan hasil minimal sebelum diberikan air rebusan daun seledri 90 mmHg dan nilai maksimal 100 mmHg dan hasil sesudah diberikan air rebusan daun seledri dengan nilai minimal 70 mmHg dan maksimal 80 mmHg dengan p value yaitu tekanan darah diastole 0,040. Karena p value < (0,05) maka dapat dinyatakan ada pengaruh air rebusan daun seledri terhadap penurunan tekanan darah diastole pada penderita hipertensi.

Analisa Efektifitas Pemberian Jus Seledri Dan Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji t, maka didapatkan nilai selisih rata-rata sistole setelah pemberian air rebusan terjadi penurunan 20 mmHg dan selisih rata-rata sistole setelah pemberian jus terjadi penurunan 39 mmHg dan nilai selisih rata-rata diastole setelah pemberian air rebusan terjadi penurunan 18,5 mmHg dan nilai selisih rata-rata diastole sesudah pemberian jus terjadi penurunan 22 mmHg dengan p value sistole ,000 dan diastole ,025. Dapat dibuktikan dari selisih penurunan tekanan darah setelah pemberian perlakuan terdapat perbedaan yang lebih signifikan pada pemberian jus seledri sehingga dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini mampu membuktikan jus seledri lebih signifikan atau lebih efektif dibandingkan dengan air rebusan daun seledri.

PEMBAHASAN

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Jus Seledri DiPonkesdes Paringan Kecamatan Jenangan

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji t menunjukkan bahwa terdapat 10 responden yang mengalami hipertensi dimana hipertensi yang dialami oleh tiap respoden berbeda-beda. Pada pemberian jus didapatkan nilai rata-rata sebelum pemberian jus seledri nilai sistole 181 mmHg dan diastole 92 mmHg sedangkan sesudah diberikan intervensi didapatkan nilai rata-rata sistole 142 mmHg dan diastole 72 mmHg. Dengan hasil uji statistik menggunakan uji t maka didapatkan nilai signifikansi p value yaitu tekanan darah sistolik 0,001 dan diastolik 0,028.

Badan POM (2008) menyatakan bahwa seluruh bagian tanaman seledri mengandung flavonoid senyawa apiin, apigenin, luteolin 7-O-apiosil, fenol, isoquersetin, saponin, umbiliferon, mannite, inosite, asparagin, glutamine, kolin, provitamin A (karotenoid), vitamin C, vitamin B Biji mengandung senyawa kumarin berupa bergapten, seselin,

(11)

isoimperatorin, astenol, isopimpinelin, dan apigrafin (Mursito, 2002). Daun mengandung minyak menguap seperti (+) limonene, myrcene, beta selinene, alfa terfinoel, carveol, dihidrocarvron, geranyl asetate dan senyawa phthalide yang memberikan bau aromatik yaitu 3-butiliden phthalid, 3-butil phthalid dan 3-isobutiliden dihidrophthalid (Badan POM, 2008). UPT- Balai Informasi Teknoligi LIPI (2009) menjelaskan dalam 100 gram seledri mengandung kalori sebanyak 20 kalori, protein 1 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 4,6 gram, kalsium 50 miligram, fosfor 40 miligram, besi 1 miligram, vitamin A 130 SI, vitamin B1 0,03 miligram, vitamin C 11 miligram, dan 63% bagian dapat dimakan.

Daun seledri juga banyak mengandung apiin, disamping sebagai substansi diuretik yang bermanfaat untuk meningkatkan output urin. Apigenin yang terdapat pada bagian daun berkhasiat hipotensif yang merupakan kandungan kimia utama dari seledri (Dalimartha, 2008).Hal ini didukung oleh penelitian Pengaruh Konsumsi Jus Seledri (Apium graveolens linn) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi.

2010. Upik Rahmawati, Rosa Lelyana.

Didapatkan hasil perbedaan penurunan tekanan darah sistolik (p < 0,0001) dan tekanan darah diastolik (p = 0,035) antara kelompok perlakuan dan kontrol. Setelah

konsumsi jus seledri, tekanan darah sistolik kelompok perlakuan mengalami penurunan dengan nilai median yaitu 11.50 + 9.26. SD mmHg dan diastolik menurun 4.50 + 13.58 SD mmHg sedangkan kelompok kontrol tidak 50 mengalami penurunan yang bermakna.

Dengan hasil uji statistik menggunakan uji t maka didapatkan nilai signifikansi p value yaitu tekanan darah sistolik 0,000 dan diastolik 0,028. Karena nilai p value< 0,05) disimpulkan H0 ditolak.

Sehingga khasiat jus seledri bahwa didalam kandungan seledri terdapat banyak zat yang mampu menurunkan tekanan darah dengan cara kerja yaitu meningkatkan output urin, memperlebar pembuluh darah dapat dibuktikan., Dengan demikian dapat dinyatakan ada pengaruh jus seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Poskesdes Paringan Kecamatan Jenangan.

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun Seledri DiPonkesdes Paringan Kecamatan Jenangan

Berdasarkan hasil penelitian pada menggunakan uji t menunjukkan bahwa terdapat 10 responden yang mengalami hipertensi dimana hipertensi yang dialami oleh tiap respoden berbeda-beda. Pada penggunaan air rebusan daun seledri ini didapatkan nilai rata-rata sebelum pemberian air rebusan daun seledri nilai

(12)

sistole 178 mmHg dan diastole 93 mmHg sedangkan sesudah diberikan intervensi didapatkan nilai rata-rata sistole 158 mmHg dan diastole 74,5 mmHg. Dengan hasil uji statistik menggunakan uji t berpasangan maka didapatkan nilai signifikansi p value yaitu tekanan darah sistolik 0,006 dan diastolik 0,040.

Hal ini disebabkan karena didalam kandungan daun seledri terdapat berbagai macam kandungan yang mampu menurunkan tekananan darah antar lain Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenolik di samping fenol sederhana, fenilpropanoid, dan kuinonfenolik. Sebanyak 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tanaman diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berhubungan erat dengannya (Markham, 1988). Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida (Sirait, 2007). Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung 15 atom C dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6C3-C6, yaitu dua cincin aromatik dihubungkan oleh 3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Cincin diberi nama A, B, dan C, atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka untuk cincin A dan C serta angka beraksen untuk cincin B (Markham, 1988). Apigenin

merupakan komponen flavonoid utama dari seledri yang termasuk ke dalam golongan flavon (Harborne, 1986). Struktur senyawa apigenin adalah 5,7,4’-OH. Senyawa apigenin memiliki kemampuan antara lain sebagai zat antiradang, antibakteri, untuk mengatasi permasalahan lambung (Cadenas

& Packer, 2002) Selain itu, apigenin juga bermanfaat sebagai hipotensif (Dalimartha, 2008).

Hal ini sebagaimana dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Kelurahan Sidanegara Kecamatan Cilacap tengah.

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment dengan rancangan one group pre test-post test design tanpa menggunakan kelompok kontrol. Analisis dengan uji t dependent (paired t-test), dengan standar eror 0.05 dan jumlah sampel 65 yang diambil dengan menggunakan stratified sampling. Seledri yang digunakan adalah sebanyak 16 tangkai yang direbus dengan 400 ml air hingga menjadi 300 ml air.

Seledri dikonsumsi dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari masing-masing 150 ml. Penelitian ini dilakukan selama satu minggu dan dilakukan pengukuran setiap harinya. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah penderita hipertensi sebelum

(13)

diberi rebusan seledri rata-rata sistolik 181,92 mmHg dan diastoliknya 99,62 mmHg. Tekanan darah setelah diberi rebusan seledri rata-rata sistolik 140,46 mmHg dan diastoliknya 83 mmHg.

Dari hasil analisa diatas didapatkan perbedaan nilai tekanan darah sebelum pemberian air rebusan daun seledri dan sesudah pemberian air rebusan daun seledri dimana air rebusan daun seledri ini mampu menurunkan tekanan darah dengan pemberian air rebusan sehari dua kali selama satu minggu. Dengan kata lain bahwa pemberian rebusan seledri berpengaruh untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Komparasi Pemberian Air rebusan dan Jus Seledri Terhadap Penderita Hipertensi DiPonkesdes Paringan Kecamatan Jenangan

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji t dari 20 responden maka didapatkan hasil nilai rata-rata terjadi penurunan pada 10 responden pemberian air rebusan daun seledri dengan hasil tekanan darah systole 20 mmHg dan diastole 18,5 mmHg dan dan pada 10 responden pemberian jus seledri didapatkan hasil penurunan rata-rata dengan hasil tekanan systole 39 mmHg dan diastole 22 mmHg.

Dengan perbandingan p value antara post systole air rebusan dan jus seledri 0,000 dan diastole 0,025.

Pada penggunaan air rebusan daun seledri ini pada hari pertama sampai dengan hari ketiga belum ada penurunan tekanan darah dan pada hari ke empat 6 responden mulai mengalami penurun secara bertahap systole ataupun diastole dan 4 responden pada hari kelima sampai dengan hari ke tujuh pemberian air rebusan daun seledri dan pada penggunaan jus seledri ini pada hari pertama sampai dengan hari kedua belum ada penurunan tekanan darah dan pada hari ke tiga sebanyak 8 responden mulai mengalami penurun secara bertahap baik systole ataupun diastole dan 2 responden dihari ketiga sampai dengan hari ke tujuh pemberian jus seledri

Daun yang dimasak dengan cara direbus lebih mungkin mengalami pengurangan kandungan atau nutrisi hingga 50 persen, Sedangkan apabila diolah dengan cara di jus serat-serat yang terkandung kebanyakan akan rusak (Tracy, 2016).

Menurut Ongko (2014) pemanasan pada rebusan dapat menurunkan kadar vitamin dan kandungan antioksidan pada sayur dan mampu mengurangi kadar polifenol sebesar 38 %. Sedangkan Pada pengolahan dengan jus akan mengoptimalkan pengeluaran fitokimia sehingga sayur mampu memiliki khasiat obat dan mencegah berbagai macam penyakit dan membantu mengurangi resiko serangan jantung dan stroke. (Phaidon L,

(14)

2014). Menurut Riani (2016) jus mempunyai konsentrasi yang tinggi Yang terdiri atas mineral, vitamin, trace elemen, enzim, dan materi lain yang berharga yang berguna untuk membuat sel tubuh semakin kuat dan sehat. Dengan dijus seluruh bagian sayur tidak ada yang terbuang.

Berdasarkan analisa diatas didapatkan hasil bahwa dari hasil rata-rata pemberian antara jus seledri dan air rebusan daun seledri, jus seledri lebih bagus dalam menurunkan tekanan darah, dimana didapatkan perbedaan rata-rata setelah perlakuan pada tekanan darah sistole 19 mmHg dan diastole 3,5 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan pada perbandingan pemberian jus seledri dan air rebusan daun seledri pada penderita hipertensi di Ponkesdes Paringan kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo didapatkan hasil yang keduanya berpengaruh tetapi lebih signifikan atau lebih efektif pemberian jus seledri dibandingkan dengan pemberian air rebusan daun seledri.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari analisis data yang telah diolah pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian yaitu :

Ada pengaruh jus seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Ada pengaruh air rebusan daun seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Dapat dinyatakan bahwa jus seledri lebih efektif atau lebih signifikan dibandingkan dengan air rebusan daun seledri.

DAFTAR PUSTAKA

Aram V. Chobanian, M.D. 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U . S . Department Of Health And Human Services, NIH Publication No. 04-5230, Augustus 2004

Badan POM RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Badan POM RI, Jakarta.

Dalimartha, S., 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5 Menguak Kekayaan Tumbuhan Obat Indonesia. Pustaka Bunda, Jakarta.

Dewoto HR. 2007. Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi dan Terapi . Departemen Farmakologi dan terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Percetakan Gaya Baru, Jakarta.

Fitria,T. 2016. Khasiat Daun Seledri ( Apium Graveolens ) Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Pasien Hiperkolestrolemia.

Fakultas kedokteran. universitas lampung. majority volume 5 nomor

2 april 2016.

(15)

Hastuti dkk.2014. Pengaruh Seledri Dan Dau Blimbing Wuluh Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Didesa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. skripsi. program study s1 keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan kusuma husada surakarta.

Kementrian kesehatan. 2013. Laporan riset kesehatan dasar. Diunduh pada tanggal 26 November 2016.

Markham, K.R. 1988. Cara

Mengidentifikasi Flavonoida.

Terjemahan Kosasi Padmawinata.

Bandung : ITB Press.

Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang Pembunuh Sejati. Jokjakarta : In-Books.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho .2010. Pengaruh Pemberian Rebusan Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Sidanegara Kecamatan Cilacap Tengah.

Keperawatan, Kabupaten Cilacap

Nurngaini dkk. 2015. Efektifitas Rebusan Seledri Dalam Menurunkan TekananDarah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di PosyanduLansia Kelurahan Pajar Bulan Kecamatan Way Tenong Lampung Barat. jurnal kesehatan, volume vi, nomor 2, oktober 2015.

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan.

Jakarta C.V Andi Offset

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, dan Praktik.Edisi 4.

Volume 2, dalam efektifitas jus mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi. Ponorogo : Muhammadiyah University Of Ponorogo Press.

Setiawan. 2015. Air Rebusan Seledri Menurunkan Tekanan Darah. unusa Surabaya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D . Bandung : Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan ini bertepatan dengan kajian kualiti air yang telah dilakukan oleh pengkaji-pengkaji sebelum ini yang menunjukkan kualiti air badan air sama ada air

Pengertian dari prognosis adalah penentuan alternatif pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh konseli. Setelah melakukan beberapa

[r]

Khusus untuk pegawai tidak tetap jika dari pihak KPP dapat dikompensasikan oleh PT JMP, sedangkan dari pihak PT JMP kelebihan bayar tersebut dapat dikembalikan kepada

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah nilai hasil belajar kelas yang menggunakan metode Pair Check dan kelas yang menggunakan metode

Memperoleh pengalaman, menambah pengetahuan khususnya tentang gambaran dalam mengatasi kecemasan pada pasien anak dan keluarga yang mengalami perawatan di rumah

Franklin dan Snow (1985) serta Brander et al ., (1991) mengatakan bahwa mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik terjadi dengan cara penginaktifan obat,

Menurut hasil penelitian yang dilakukan penulis adapun pengertian tentang SAHARA yaitu Simpanan Hari Raya Idul Fitri, adalah produk simpanan di KSPPS El Amanah