4 ANALISIS SISTEM
4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung
Rantai pasok jagung merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan pada sentra jagung, pedagang atau pengumpul, pabrik tepung jagung, hingga industri pengguna tepung jagung.Pada tingkat petani produktivitas jagung di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara penghasil jagung lainnya di dunia. Tabel 2 menunjukkan bahwa posisi Indonesia jauh di bawah Amerika Serikat bahkan masih dibawah rerata produktivitas jagung dunia.Usaha pemegang kebijakan untuk meningkatkan produktivitas jagung di tingkat petani dilakukan dengan anjuran teknologi yang terdiri dari beberapa komponen (Direktorat Budidaya Serealia, 2006). Komponen-komponen tersebut adalah:1) Penggunaan varietas unggul potensi tinggi, penggunaan benih bermutu;
2) Persiapanlahan; 3) Bercocok tanam; 4) Pengairan; 5) Pemupukan termasuk penggunaan pupuk organik; 6) Pengendalian jasad pengganggu tanaman (hama dan gulma); 7) Panen dan pasca panen.Namun usaha ini belum sepenuhnya menjangkau seluruh petani jagung di daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan produktivitas jagung yang tidak merata antar satu daerah dengan daerah yang lain.
Pada tingkat pengumpul atau pedagang jagung pipilan terdapat masalah yaitu bervariasinya jumlah dan mutu jagung yang dipasok oleh petani.
Penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik pada tingkat petani memiliki pengaruh besar terhadap produksi dan mutu jagung yang dihasilkan.
Penanganan panen dan pasca panen ini masih bervariasi pada tingkat petani. Hal inilah yang mengakibatkan bervariasinya mutu jagung pipilan yang dipasok petani kepada pengumpul atau pedagang.
Industri tepung jagung menggunakan bahan baku jagung pipilan untuk memproduksi tepung jagung. Jagung pipilan yang terdapat pada tingkat pengumpul tidak seluruhnya digunakan sebagai bahan baku tepung jagung.
Proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan ternak telah mencapai 50% dati total kebutuhan Nasional. Bahkan diperkirakan akan terus meningkat hingga 60%
dari kebutuhan Nasional (Direktorat Budidaya Serealia, 2006). Keadaan ini menunjukkan bahwa masih belum dapat dipenuhinya jumlah bahan baku berupa
jagung pipilan bagi industri tepung jagung. Volume impor jagung dari negara- negara luar jauh melebihi volume ekpor jagung seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Industri pengolahan jagung seperti industri tepung jagung dan industri pati jagung masih belum dapat menjangkau petani baik teknologi dan modal. Bahkan industri pati jagung merupakan industri berskala besar yang membutuhkan modal besar pula.
Di tingkat industri pengguna tepung jagung yakni industri pangan, industri pakan dan industri bahan lainnya, kebutuhan akan bahan baku berupa tepung jagung juga dipengaruhi oleh kondisi yang telah diuraikan sebelumnya. Industri pengolahan jagung sebagai industri penyedia bahan baku untuk industri pangan masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Pemenuhan bahan baku bagi industri pangan baik berupa tepung jagung atau pati jagung masih belum dapat dipenuhi oleh industri pengolahan jagung dalam negeri sehingga harus diimpor. Hal ini menyebabkan biaya produksi yang tinggi dan berakibat kepada harga jual produk yang mahal.
4.2 Analisis Kebutuhan
Analisa kebutuhan merupakan tahap awal dalam melakukan analisis sistem (Eriyatno, 1999). Dalam analisis sistem pada rantai pasok berbasis jagung ini, dilakukan analisis kebutuhan dari berbagai stakeholders yang terdapat dalam rantai pasok. Stakeholders yang dimaksud adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyediaan jumlah dan mutu tepung jagung pada rantai pasok jagung. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah petani jagung, pengumpul jagung pipilan, industri tepung jagung, dan industri pengguna tepung jagung.
Identifikasi kebutuhan stakeholder adalah sebagai berikut:
1) Petani jagung
a) Kemudahan memperoleh benih yang bermutu
b) Kemudahan memperoleh informasi dari pemegang kebijakan
c) Kemudahan memperoleh pengetahuan tentang panen dan pasca panen d) Kemudahan memasarkan produk
e) Harga jagung yang layak
f) Peningkatan produktivitas g) Peningkatan mutu produk
h) Kemudahan memperoleh sarana produksi i) Peningkatan kesejahteraan
2) Pedagang pengumpul
a) Kemudahan mendapatkan pasokan jagung dari petani b) Kemudahan mendapatkan informasi pasar
c) Pasokan jagung yang dapat diprediksi d) Kemudahan memasarkan produk e) Harga jagung pipilan yang stabil
f) Pemenuhan jumlah jagung pipilan yang akan dipasarkan g) Kontinuitas pasokan jagung
h) Pemenuhan mutu jagung pipilan sesuai kebutuhan indutri pengolahan i) Penerapan peraturan dagang yang konsisten
3) Industri tepung jagung
a) Kemudahan memperoleh pasokan jagung pipilan sesuai jumlah yang dibutuhkan
b) Kemudahan memperoleh pasokan jagung pipilan sesuai mutu yang memenuhi standar
c) Kontinuitas perolehan pasokan bahan baku d) Penyediaan produk yang aman
e) Harga bahan baku yang stabil f) Kontinuitas produksi
g) Kemudahan pemasaran produk 4) Industri pengguna tepung jagung
a) Kemudahan memperoleh pasokan bahan baku
b) Pemenuhan jumlah bahan baku sesuai target produksi c) Pemenuhan mutu bahan baku yang sesuai standar d) Penyediaan produk yang aman pangan
e) Kesinambungan perolehan pasokan bahan baku yang sesuai f) Harga bahan baku yang stabil
g) Kemudahan akses informasi
5) Pemerintah
a) Peningkatan ketahanan pangan b) Peningkatan keamanan pangan
c) Usaha peningkatan produktivitas jagung d) Peningkatan lapangan kerja
e) Peningkatan pendapatan petani f) Pengaturan kestabilan harga
g) Peningkatan daya saing dengan negara lain h) Pengaturan iklim usaha yang stabil
4.3 Identifikasi Permasalahan
Berbagai permasalahanpada rantai pasok jagung diidentifikasi sesuai masalah pada setiap stakeholder. Identifikasi permasalahan dilakukan agar dapat diatasi untuk memenuhi kebutuhan setiap stakeholder seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun identifikasi permasalahan adalah seperti berikut:
Petani jagung
Petani belum seluruhnya menggunakan bibit jagung varietas unggul sehingga berpengaruh pada peningkatan produktivitas jagung. Oleh sebab itu usaha pemerintah untuk memberikan anjuran penggunaan varietas unggul perlu diinformasikan sampai ke semua daerah, terutama daerah yang merupakan sentra jagung. Faktor perubahan iklim juga berpengaruh kepada waktu tanam dan hasil panen jagung. Kebiasaan dengan jadwal menanam pada masa lalu masih digunakan, sehingga perkiraan produksi banyak yang meleset. Penanganan panen dan pasca panen belum merata di antara petani yang menyebabkan mutu jagung yang dihasilkan dapat bervariasi. Sebagai pemegang kebijakan di bidang pertanian, pemerintah telah melakukan usaha ke arah itu, namun di harapkan dapat sampai ke semua petani. Kesulitan memasarkan produk dan memperoleh informasi, menyebabkan petani memasarkannya pada tingat pengumpul dengan harga yang tidak layak. Harga di tingkat petani jauh di bawah harga pada tingkat pedagang pengumpul. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya peningkatan kesejahteraan para petani. Untuk memperoleh harga yang layak, diperlukan pula peningkatan mutu produk selain akses langsung untuk memasok jagung kepada industri pengolahan jagung. Kesulitan memperoleh sarana produksi juga di alami
oleh sebagian petani yang mengakibatkan terganggunya kelancaran proses produksi jagung. Teknologi pengolahan jagung memerlukan sarana yang cukup mahal dan belum dapat menjangkau petani, sehingga petani hanya dapat memasarkan bahan baku mentah yang belum bernilai tambah.
Berbagai masalah yang ditemui dalam pengembangan jagung antara lain harga jagung berfluktuasi, mutu masih rendah, kuantitas dan kontinuitas belum terpenuhi serta modal belum dapat diakses petani dengan baik (Direktorat Budidaya Serealia,2006).
Pedagang Pengumpul
Kesulitan memprediksi produksi jagung pada periode tertentu oleh pedagang pengumpul mengakibatkan tidak dapat diperkirakan berapa banyak jagung yang dapat dipasok dari petani. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mengatur perencanaan tentang jumlah bahan baku yang dapat dipasok kepada industri jagung. Kemungkinan terjadinya kekurangan pasokan sehingga kesempatan untuk memperoleh keuntungan akan hilang, dan industri jagung akan membeli dari pihak lain atau mengimpor bahan baku dari negara luar. Tidak adanya prediksi tersebut juga dapat mengakibatkan kelebihan stock jagung yang apabila disimpan dapat menurunkan mutunya bahkan dapat rusak. Sehingga peramalan untuk memprediksi produksi jagung sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan itu.
Kesulitan memperoleh informasi pasar merupakan masalah bagi pedagang pengumpul sehingga dapat berpengaruh pada harga produk dan pemasaran produknya. Belum semua pengumpul telah menggunakan teknologi internet untuk memasarkan produknya dan memproleh informasi harga dan pasar.
Selain jumlah jagung pipilan yang dapat dipasok dari petani belum dapat diprediksi, mutu jagung pipilan yang diperoleh juga sangat bervariasi.
Bervariasinya mutu jagung tersebut akibat penggunaan bibit yang bervariasi, cara penanganan produksi yang belum merata, serta cara penanganan panen dan pasca panen yang tidak merata.
Kemudahan memperoleh pasokan jagung dari petani belum dirasakan oleh para pedagang pengumpul secara merata sehingga berakibat pada penyediaan produk jagung yang akan dipasarkan. Demikian pula halnya dengan kontinuitas
pasokan jagung dari petani belum dapat dipenuhi menjadi permasalahan bagi pedagang pengumpul.
Industri Tepung jagung
Sebagai produk antara atau intermediate product, mutu tepung jagung ditentukan oleh tahapan-tahapan pada proses sebelumnya, bahan bakunya, serta budidaya tanaman jagung. Dengan kata lain, mutu tepung jagung ditentukan oleh terjaminnya mutu produk pada tingkat awal yakni pada tingkat petani.
Bervariasinya mutu bahan baku berupa jagung pipilan yang telah melalui perjalanan dari petani, pengumpul hingga ke pabrik dapat menurunkan mutunya.
Penurunan mutu ini dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain waktu pengiriman karena merupakan produk hasil pertanian dan cara pengiriman.
Bervariasinya mutu bahan baku ini juga disebabkan oleh pasokan dari berbagai petani dengan berbagai mutu jagung.
Kesulitan memperoleh bahan baku secara kontinu yang memenuhi jumlah dan mutu yang ditentukan merupakan masalah bagi industri tepung jagung, karena akan mempengaruhi kontinuitas produksi. Selain itu sebagai bahan baku industri pangan, makan keamanan pangan perlu di perhatikan karena akan dikonsumsi manusia sehingga harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
Bervariasinya mutu jagung pipilan yang diperoleh dari pedagang pengumpul, menyebabkan diperlukannya pemeriksaan mutu dan pengelompokan mutu sesuai standar yang ditetapkan. Hal ini sekaligus dapat mengontrol jangan sampai diperoleh bahan baku yang tidak memenuhi standar mutu.
Penggunaantepungjagungsebagaibahanbakuuntukmemproduksianekajenispr odukakhir harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh standar nasional Indonesia.Untuk itu perlu dilakukan karakterisasi sifat-sifat fisika dan kimia terhadap tepung jagung. Oleh karena itu penerapan teknologi pembuatan tepung jagung yang memenuhi standar mutu industri. Hal ini menentukan bagi prospek pemanfaatan tepung jagung sebagai bahan baku aneka jenis produk
Industri Pengguna
Kesulitan memperoleh pasokan bahan baku tepung jagung dan pemenuhan jumlah bahan baku yang dibutuhkan merupakan masalah yang dialami oleh
industri tepung jagung. Pemenuhan jumlah dan mutu yang sesuai belum sepenuhnya dapat disediakan oleh industri tepung jagung dalam negeri. Hal ini menyebabkan masih diimpornya tepung jagung dari negara luar yang terdapat di pasar. Selain itu produk yang dihasilkan industri ini harus memenuhi keamanan pangan bahkan industri pakan saat ini telah menentukan standar keamanan bagi pakan yang dihasilkannya.
Kesinambungan perolehan pasokan bahan baku tepung jagung belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. Hal ini diatasi dengan pembelian produk impor untuk menjaga kesinambungan produksinya.
Permasalahan harga bahan baku yang tidak stabil akan mempengaruhi harga jual produk yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan kemudahan akses informasi pasar maupun harga.
Pemerintah
Permasalahan pada pemerintah sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dalam rantai pasok jagung adalah bagaimana membuat kebijakan- kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang berada pada rantai pasok ini. Selain peraturan dan kebijakan yang dibuat, perlu juga menjalankannya dengan konsisten sehingga permasalahan pada tingkat petani, pedagang pengumpul, industri tepung jagung dan industri pengguna dapat diminimalkan. Peraturan dan kebijakan yang dibuat berkaitan dengan:a) peningkatan ketahanan pangan; b) peningkatan keamanan pangan; c) pengaturan mutu sesuai standar internasional; d) usaha peningkatan produktivitas jagung; e) peningkatan lapangan kerja; f) peningkatan pendapatan petani; g) pengaturan kestabilan harga;h) peningkatan daya saing dengan negara lain; i) pengaturan kestabilan iklim usaha.
4.4 Identifikasi Sistem
Perancangan model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri jagung dilakukan dengan mengidentifikasi sistem untuk melihat keterkaitan dan pengaruh komponen-koponen yang berada dalam sistem. Adapun hasil identifikasi sistem dapat dilihat pada Gambar 19.
Input tak terkendali - harga bahan baku dan
produk - permintaan konsumen
- persaingan usaha Input tak terkendali - harga bahan baku dan
produk - permintaan konsumen
- persaingan usaha
Input terkendali - teknologi pasca panen
- teknologi produksi - jenis dan kualitas bahan baku
- sistem kemitraan Input terkendali - teknologi pasca panen
- teknologi produksi - jenis dan kualitas bahan baku
- sistem kemitraan
SISTEM PENYEDIAAN TEPUNG JAGUNG
SISTEM PENYEDIAAN TEPUNG JAGUNG
Output yang dikehendaki - kemudahan memperoleh bahan baku
- kontinuitas pasokan bahan baku - kontinuitas penyediaan produk - penyediaan produk yang aman
Output yang dikehendaki - kemudahan memperoleh bahan baku
- kontinuitas pasokan bahan baku - kontinuitas penyediaan produk - penyediaan produk yang aman
Output tak dikehendaki - kesalahan prediksi produksi bahan baku
- pasokan bahan baku yang tak pasti - kualitas bahan baku rendah
- harga yang berfluktuasi Output tak dikehendaki - kesalahan prediksi produksi bahan baku
- pasokan bahan baku yang tak pasti - kualitas bahan baku rendah
- harga yang berfluktuasi
Manajemen Pengendalian Manajemen Pengendalian Lingkungan - peraturan pemerintah
- perubahan iklim -kondisi politik Lingkungan - peraturan pemerintah
- perubahan iklim -kondisi politik
Gambar 19 Diagram input-output sistem analisis penyediaan tepung jagung.
Hasil identifikasi sistem adalah sebagai berikut:
- Output yang dikehendaki dalam sistem adalah kemudahan memperoleh bahan baku, kontinuitas pasokan bahan baku, kontinuitas penyediaan jumlah produk, dan penyediaan produk tepung jagung yang aman.
- Output yang tak dikehendaki adalah pasokan bahan baku yang tak pasti, mutu bahan baku yang rendah, harga bahan baku dan harga produk yang berfluktuasi.
- Input yang terkendali meliputi teknologi pasca panen, teknologi produksi, penanganan jenis dan mutu bahan baku, serta sistem kemitraan dalam rantai pasok.
- Input yang tak terkendali harga bahan baku dan produk, permintaan konsumen, dan persaingan usaha..
- Pengaruh lingkungan dalam sistem rantai pasok ini adalah peraturan pemerintah, perubahan iklim dan kondisi politik.