BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha yang masih tergolong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menggunakan Tarif Pajak Final 0,5% dan yang terdaftar di KPP Wilayah Kota Tangerang. Pemilihan responden didasarkan karena banyak pelaku usaha UMKM yang terdapat dan terdaftar di KPP wilayah Kota Tangerang. Wajib pajak orang pribadi menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008 adalah orang pribadi yang menerima/ memperoleh penghasilan bersumber dari Indonesia atau menerima dan /atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.
UMKM adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, atau yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang memenuhi usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, PPh Final untuk pajak UMKM adalah pajak atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto atau omzet di bawah Rp 4,8 miliar dalam setahun sebesar 0,5%.
Di dalam penelitian ini kepatuhan wajib pajak UMKM dipengaruhi oleh lima variabel independen yaitu, tarif pajak, pemahaman perpajakan, mekanisme pembayaran pajak, sanksi perpajakan, dan kesadaran wajib pajak.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu causal study (uji sebab akibat).
(Sekaran & Bougie, 2016) mengatakan “causal study is a study in which the researcher wants to delineate the cause of one or more problems”, yaitu “causal study adalah studi yang dilakukan peneliti untuk menggambarkan penyebab dari satu atau lebih masalah”. Penelitian ini akan menguji pengaruh variabel-variabel independen yang terdiri dari tarif pajak, pemahaman perpajakan, mekanisme pembayaran pajak, sanksi perpajakan, dan kesadaran wajib pajak terhadap variabel dependen, Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki 2 jenis variabel, yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skala likert dengan pemberian skor 1 untuk ”Sangat Tidak Setuju”, skor 2
“Tidak Setuju”, skor 3 untuk “Netral”, skor 4 untuk “Setuju”, dan skor 5 untuk
“Sangat Setuju” (Ghozali, 2018). Menurut Sekaran dan Bougie (2016), Skala interval merupakan skala yang lebih kuat daripada skala nominal dan ordinal, dan untuk ukuran kecenderungan pusat, rata-rata aritmatika. Skala Likert merupakan skala yang dirancang untuk menilai seberapa besar sikap setuju responden
terhadap sebuah pernyataan. Berikut merupakan penjelasan mengenai variabel dependen dan variabel dependen dalam penelitian ini:
3.3.1 Variabel Dependen
Variable dependen merupakan variabel yang menjadi fokus utama dalam sebuah penelitian. Tujuan peneliti adalah untuk memahami dan mendeskripsikan variabel dependen, atau untuk menjelaskan variabilitasnya, atau memperkirakannya (Sekaran & Bougie, 2016). Variabel dependen dari penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Kepatuhan wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak yang memiliki penghasilan mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP serta menjalankan hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Indikator pengukuran dalam kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel ini diambil dari kuesioner yang terdiri dari 6 (enam) pertanyaan positif dalam kuesioner. Variabel ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skala likert dengan pemberian skor 1 untuk ”Sangat Tidak Setuju”, skor 2 “Tidak Setuju”, skor 3 untuk “Netral”, skor 4 untuk “Setuju”, dan skor 5 untuk “Sangat Setuju” yang terdiri dari 6 pertanyaan positif dalam kuesioner.
3.3.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif. Yaitu, ketika variabel independen hadir, variabel dependen juga hadir, dan dengan setiap unit peningkatan variabel independen, ada
peningkatan atau penurunan pada variabel dependen. Dengan kata lain, varians dalam variabel dependen diperhitungkan oleh variabel independen (Sekaran dan Bougie, 2016). Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Tarif Pajak
Tarif pajak adalah suatu penetapan berdasarkan Undang-Undang untuk membayar pajak yang diberikan secara adil tanpa memberatkan wajib pajak yang harus disesuaikan dengan tingkat penghasilan wajib pajak. Pengukuran diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk 3 pertanyaan positif dan 1 pertanyaan negatif (4).
Indikator variabel tarif pajak adalah tarif saat ini adil untuk setiap wajib pajak, tarif harus sesuai dengan tingkat penghasilan wajib pajak, tarif tidak memberatkan wajib pajak. Variabel ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skala likert dengan pemberian skor sebagai berikut: (Tabel 3.1)
Tabel 3.1
Nilai Skala Interval untuk Kuesioner Tarif Pajak
Skala Jawaban Nilai
Sagat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Netral (N) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
2. Pemahaman Perpajakan
Pemahaman perpajakan adalah kemampuan wajib pajak mengetahui ketentuan dan peraturan terkait kewajiban perpajakan dan memahami bahwa wajib pajak diberi kepercayaan untuk melakukan kegiatan perpajakan seperti menghitung,
menyetor, dan melapor pajak terutangnya sendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengukuran diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 6 (enam) pertanyaan positif.
Indikator pemahaman perpajakan yaitu wajib pajak mengetahui peraturan dan ketentuan perpajakan dan wajib pajak paham dalam menghitung, membayar dan melaporkan pajak menggunakan tarif 0,5%. Variabel ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skala likert dengan pemberian skor sebagai berikut: (Tabel 3.2)
Tabel 3.2
Nilai Skala Interval untuk Kuesioner Pemahaman Perpajakan
Skala Jawaban Nilai
Sagat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Netral (N) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
3. Mekanisme Pembayaran Pajak
Mekanisme pembayaran pajak adalah proses dimana wajib pajak mengetahui cara pengaplikasian pembayaran dan pelaporan pajak berdasarkan Undang- Undang untuk memenuhi kewajiban pajak maupun tunggakannya, serta memahami adanya sanksi perpajakan. Pengukuran diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk 7 (tujuh) pertanyaan positif.
Indikator mekanisme pembayaran pajak adalah wajib pajak paham pengaplikasian membayar pajak seperti mengisi, menghitung, membayar dan melaporkan besarnya pajak terutang dengan benar dan tepat waktu dan memahami adanya sanksi perpajakan bagi wajib pajak yang terlambat atau tidak
membayar pajak. Variabel ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skala likert dengan pemberian skor sebagai berikut: (Tabel 3.3)
Tabel 3.3
Nilai Skala Interval untuk Kuesioner Mekanisme Pembayaran Pajak
Skala Jawaban Nilai
Sagat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Netral (N) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
4. Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan adalah suatu tindakan berupa hukuman berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku kepada wajib pajak yang tidak patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan memberikan efek jera bagi pelanggarnya dilakukan sesuai prosedur tanpa memberatkan wajib pajak tetapi untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Pengukuran diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk 5 (lima) pertanyaan positif.
Indikator sanksi perpajakan adalah wajib pajak yang tidak patuh akan dikenakan sanksi perpajakan, penerapan sanksi harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sanksi tidak bertujuan untuk memberatkan wajib pajak dan membuat wajib pajak jera dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Variabel ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skala likert dengan pemberian skor sebagai berikut: (Tabel 3.4)
Tabel 3.4
Nilai Skala Interval untuk Sanksi Perpajakan
Skala Jawaban Nilai
Sagat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Netral (N) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
5. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran Wajib Pajak adalah kondisi dimana wajib pajak mengetahui adanya Undang-Undang dan ketentuan perpajakan dengan secara sadar menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak dengan benar dan sukarela sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai bentuk perwujudan fungsi pajak yaitu untuk pembiayaan negara. Pengukuran diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk 5 (lima) pertanyaan positif.
Indikator kesadaran wajib pajak adalah mengetahui adanya Undang-Undang dan ketentuan perpajakan, menghitung, membayar dan melaporkan pajak dengan benar dan sukarela. Variabel ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skala likert dengan pemberian skor sebagai berikut: (Tabel 3.5)
Tabel 3.5
Nilai Skala Interval untuk Kuesioner Kesadaran Wajib Pajak
Skala Jawaban Nilai
Sagat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Netral (N) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan keterangan-keterangan lainnya dalam penelitian terhadap masalah yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer melalui personally administered questionnaires. Sekaran dan Bougie (2016) menyatakan bahwa data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti dari sumber informasi melalui survei, wawancara, dan observasi untuk tujuan penelitian.
Menurut Sekaran dan Bougie (2016), personally administered questionnaires merupakan penyebaran kuesioner secara pribadi oleh peneliti kepada responden yang telah ditentukan yang terbatas pada suatu area. Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti mendatangi langsung Wajib Pajak orang pribadi pemilik usaha UMKM dan juga menyebarkan kuesioner melalui google form. Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala likert yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban, mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Populasi mengacu pada seluruh kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal menarik yang ingin diselidiki peneliti (Sekaran dan Bougie, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) yang memiliki omset dibawah 4,8 M.
Menurut Sekaran dan Bougie (2016), sampel adalah sebagian dari suatu populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.
Penelitian sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel di mana elemen tidak memiliki peluang yang diketahui atau yang ditentukan sebelumnya untuk dipilih sebagai subjek (Sekaran dan Bougie, 2016). Pengambilan sampel dengan menggunakan cara convenience sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kemudahan dalam memperoleh data (Sekaran dan Bougie, 2016). Kemudahaan pengambilan data dalam penelitian ini yaitu data mudah diperoleh karena banyaknya data pelaku usaha UMKM yang terdapat dan terdaftar di wilayah Kota Tangerang.
Teknik dipilih dengan mempertimbangkan kriteria yang ditetapkan peneliti dan efisiensi dalam proses perolehan data yang dibutuhkan sehingga tidak semua wajib pajak orang pribadi aktif menjadi objek dalam penelitian ini. Teknik convenience sampling membuat peneliti bebas memilih anggota populasi yang mempunyai data berlimpah dan mudah diperoleh oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha UMKM dan terdaftar di KPP Wilayah Kota Tangerang.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dengan menggunakan metode analisis yang menggunakan bantuan program SPSS versi 24 (Statistic Product and Service Solution), dengan penjelasannya sebagai berikut:
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2018). Mean adalah jumlah seluruh angka pada data dibagi dengan jumlah data yang ada. Standar deviasi adalah suatu ukuran penyimpangan. Minimum adalah nilai terkecil dari data, sedangkan maksimum adalah nilai terbesar dari data. Range adalah selisih nilai maksimum dan minimum. Menurut Ghozali (2018), tujuan dari statistik deskriptif adalah agar kumpulan data yang diperoleh dapat tersaji dengan ringkas dan rapi serta memberikan informasi inti dari kumpulan yang ada.
3.6.2 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2018). Pengujian validitas yang digunakan adalah Korelasi Pearson. Signifikansi Korelasi Pearson yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,05. Apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05, maka butir pertanyaan tersebut valid dan apabila signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2018).
3.6.3 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2018). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien Cronbach’s Alpha (a) lebih besar atau sama
dengan 0,070 (≥0,7) maka reliabilitas atas suatu variabel yang dibentuk dari daftar pertanyaan dapat dikatakan handal atau reliabel (Ghozali, 2018).
3.6.4 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2018). Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sample kecil (Ghozali, 2018).
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk mendeteksi normalitas data. Menurut Ghozali (2018), uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis pengujian:
Hipotesis Nol (H0) : data terdistribusi secara normal Hipotesis Alternatif (Ha) : data tidak terdistribusi secara normal
Hasil uji normalitas dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Dasar pengambilan keputusan analisis statistik dengan uji Kolmogorov- Smirnov adalah (Ghozali, 2018):
1. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak.
Kondisi ini berarti bahwa data residual terdistribusi tidak normal.
2. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima.
Kondisi ini berarti bahwa data residual terdistribusi normal.
3.6.5 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui, menguji serta memastikan kelayakan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini, di mana variabel
tersebut berdistribusi secara normal, bebas dari multikolonieritas dan heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik sebelum menguji hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian ini dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis.
3.6.5.1 Uji Multikolonieritas
uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2018). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2018). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance
≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10, jadi jika seluruh nilai tolerance > 0.10 atau nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolonieritas di antara variabel independennya (Ghozali, 2018).
3.6.5.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas, atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residual-nya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, sedangkan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhya). Dasar yang digunakan untuk menganalisis hasil uji heteroskedastisitas adalah (Ghozali, 2018):
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.6 Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini uji hipotesis terdiri dari:
3.6.6.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan regresi linier berganda (multiple regression analysis) untuk menguji pengaruh antara variabel independen tarif pajak, pemahaman perpajakan, mekanisme pembayaran pajak, sanksi perpajakan, dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Persamaan fungsi regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Keterangan:
WP = Kepatuhan Wajib Pajak pelaku UMKM
α = Parameter Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi
TP = Tarif Pajak
PP = Pemahaman Perpajakan
MP = Mekanisme Pembayaran pajak
SP = Sanksi Perpajakan
KN = Kesadaran Wajib Pajak
e = Standard error
WP = α + β1 TP + β2 PP + β3 MP + β4 SP + β5 KN + e
3.6.6.2 Uji Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2018), koefisien korelasi (R) mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan independen. Tingkat hubungan antara variabel X dan Y adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,0 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2017)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen.
Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted
R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik karena nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2018).
3.6.6.3 Uji signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama- sama atau joint mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, uji statistik F dapat digunakan untuk mengukur goodness of fit yaitu ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik, pengujian setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F (Ghozali, 2018). Uji hipotesis ini dinamakan uji signifikansi secara keseluruhan terhadap garis regresi yang diobservasi maupun estimasi, apakah Y berhubungan linear terhadap X1, X2, dan X3. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan. Kriteria pengujian dalam penelitian ini adalah nilai F dengan nilai signifikansi < 0,05. Jika nilai Signifikansi F < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh simultan terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4, maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain, kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0 ditolak dan
menerima HA.
Saat tingkat probabilitas yang didapatkan dari uji F jauh lebih kecil daripada 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018).
3.6.6.4 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengambilan keputusan dalam uji ini adalah membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Uji t memiliki signifikansi α = 5%.
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai t dengan nilai signifikansi < 0,05. Jika nilai signifikansi t < 0,05 maka dapat dikatakan hipotesis alternatif diterima, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2018).