• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat dan Pengertian IPA

IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (Lestari, 2001:7) adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.

Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep dalam hakikat IPA diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

Menurut Fowler (Sarjanaku, 2010), ”Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan,yang berhubungan dengan

10

(2)

gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi”.

Menurut Sund (Sarjanaku, 2010), “Ilmu Pengetahuan Alam adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses. Dalam definisi ini IPA mengandung 2 unsur yaitu sekumpulan pengetahuan dan sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memperoleh pengetahuan tersebut”.

Menurut Conant (Sarjanaku, 2010), ”Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu rangakian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai hasil eksperimen maupun observasi dan bermanfaat untuk eksperimen/observasi lebih lanjut.

Jadi Ilmu Pengetahuan Alam adalah sekumpulan pengetahuan alam secara sistematis yang berhubungan dengan gejala-gejala alam atau kebendaan yang diperoleh melalui suatu proses pengamatan dan eksperimen, berkembang sebagai hasil pengamatan maupun eksperimen dan bermanfaat untuk eksperimen atau observasi lebih lanjut.

2.1.2 Pembelajaran IPA

Mata pelajaran IPA berhubungan dengan bagaimana memahami alam secara sistematis, juga merupakan wahana bagi peserta didik untuk memahami diri dan alam sekitar, serta bagaimana memperlakukan alam sekitar guna menjaga kelestariannya.

Pembelajaran IPA terutama lebih menekankan aspek proses bagaimana siswa belajar dan efek dari proses belajar tersebut bagi perkembangan siswa itu sendiri. Pembelajaran IPA melibatkan keaktifan siswa, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental, dan berfokus pada siswa, yang berdasar pada pengalaman keseharian siswa dan minat siswa.

Pembelajaran IPA di SD mempunyai tiga (3) tujuan utama:

1). Mengembangkan keterampilan ilmiah, 2). M emahami konsep IPA, dan 3). Mengembangkan sikap yang berdasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajarannya.

Pembelajaran IPA tidak hanya penentuan dan penguasaan materi, tetapi aspek apa dari IPA yang perlu diajarkan dan dengan cara bagaimana,

(3)

supaya siswa dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan terampil untuk mengaplikasikan secara logis konsep tersebut pada situasi lain yang relevan dengan pengalaman kesehariannya.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan,

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

2.1.3 Proses Belajar Mengajar IPA

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari

(4)

tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:4).

Disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

2.1.4 Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write)

Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write) merupakan suatu cara mengajar yang melibatkan siswa, yang dimulai dengan siswa berpikir melalui bahan bacaan/materi yang diberikan. Dalam proses ini siswa menyimak, mengkritisi, dan memberikan alternatif solusi/pemecahan masalah. Kemudian hasil bacaannya dikomunikasikan dengam presentasi, diskusi, dan terakhir membuat laporan hasil presentasi. Kegiatan ini dilakukan agar siswa dapat belajar mandiri. Sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Secara singkat sintaksnya sebagai berikut: a) informasi; berupa bahan/materi, b) Kelompok;

kegiatannya mengobservasi – mengungkapkan – mencatat - menandai, c) presentasi kelompok, d) diskusi; hasil presentasi, e) melaporkan

(5)

Strategi pembelajaran yang diharapkan juga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran IPA siswa adalah strategi think-talk-write (TTW). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker &

Laughlin (1996:82) ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses mengamati alat peraga IPA kemudian membuat catatan apa yang telah diamati. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri.

Setelah tahap “think” selesai, dilanjutkan dengan tahap berikutnya

“talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunukasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Menurut Huinker & Laughlin (dalam Martinis, 2008:86), pada umunya berkomunikasi dapat berlangsung alami, tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan. Diskusi pada fase talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa. Pada tahap talk, tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator guru senantiasa harus memberi arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan terutama dalam hal materi, baik itu diminta maupun tidak diminta.

(6)

Sebagai motivator, guru senantiasa memberi dorongan kepada siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap hasil pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang mendapatkan jalan buntu untuk menemukan suatu jawaban. Guru juga harus bisa memotivasi siswa yang dalam kegiatan diskusi kurang aktif atau malah sangat pasif. Guru harus memberikan semangat kepada siswa yang bersangkutan bahwa kegiatan diskusi yang sedang berlangsung adalah penting untuk dijalani, supaya mereka dapat memahami sendiri.

Selanjutnya fase ”write” yaitu menuliskan hasil diskusi. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam mata pelajaran IPA membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang siswa tentang materi yang dipelajari (Martinis, 2008:87). Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Aktivitas siswa selama tahap (write) ini adalah (1) menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, (2) mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti, (3) mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, (4) meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu legkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Martinis, 2008:87-88).

Tahap terakhir dari strategi TTW adalah presentasi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat berbagi pendapat dalam ruang lingkup yang lebih besar yaitu dengan teman satu kelas. Presentasi ini disampaikan oleh salah seorang perwakilan kelompok yang dilakukan di depan kelas, setelah sebelumnya siswa yang bersangkutan menuliskan jawaban kelompoknya di papan tulis. Setelah selesai presentasi, kemudian dibuka forum tanya jawab dimana semua siswa berhak mengajukan pertanyaan dan atau pendapat yang sifatnya mendukung jawaban ataupun menyanggah jawaban temannya yang

(7)

presentasi. Setelah tanya jawab selesai, dilakukan sebuah penyimpulan bersama tentang materi yang dipelajari.

Menurut Halmaheri (2004:21-22), langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW (think-talk-write) adalah sebagai berikut :

a. Pendahuluan

1. Menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi TTW serta tugas-tugas dan aktivitas siswa.

3. Melakukan apersepsi.

4. Memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

5. Membagi siswa dalam kelompok kecil (3 - 5 siswa).

b. Kegiatan Inti

1. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa.

2. Siswa secara individu diminta untuk menuangkan ide-idenya mengenai kemungkinan jawaban dan atau langkah penyelesian atas permasalahan yang diberikan serta hal-hal apa saja yang diketahui dan atau belum diketahui yang ditulis dalam bentuk catatan kecil yang akan menjadi bahan untuk melakukan diskusi kelompok (think).

3. Siswa mendiskusikan hasil catatannya (saling menukar ide) agar diperoleh kesepakatan-kesepakatan kelompok (talk). Guru berkeliling kelas untuk memonitor jalannya diskusi dan jika sangat diperlukan guru dapat membantu seperlunya.

4. Secara individu, siswa menuliskan semua jawaban atas permasalahan yang diberikan secara lengkap, jelas dan mudah dibaca (write).

5. Beberapa perwakilan kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok yang tidak terpilih memberikan tanggapan atau pendapatnya.

c. Penutup

(8)

Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

2.1.5 Hasil Belajar IPA 1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.

Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu- minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

2. Pengertian Hasil Belajar

Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Prestasi belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan hasil belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.

(9)

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah peserta didik menerima pengalaman belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyususn dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga bagi yaitu: a) keterampilan dan hasil belajar, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahasa yang ada pada kurikulum sekolah, (Nana Sudjana, 2004:22).

Berdasarkan uraian di atas dapat dsimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya hasil belajar dapat maksimal. Sejalan dengan hasil belajar, maka dapat diartikan bahwa hasil belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah.

(10)

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu mungkin cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang biasa kita sebut dengan faktor individu. Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang biasa kita sebut dengan faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain:

faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.

Menurut Slameto (2003:4), faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut:

a). Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor dalam tersebut meliputi:

1. Kondisi fisiologis

(11)

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Di samping kondisi tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia adalah dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah keterangan orang lain. Jadi jelaslah di antara seluruh panca indera mata dan telinga mempunyai peranan yang sangat penting.

Seperti yang dipaparkan oleh Edgar Dale (dalam Slameto 2003:4), bahwa pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar, dan 12% melalui indera lainnya.

2. Kondisi psikologis

Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis. Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi terhadap proses dari hasil belajar yaitu:

a. Kecerdasan

Seorang siswa yang cerdas umumnya akan lebih cepat mampu belajar jika dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang diperlukan untuk mempelajari materi atau bahan pelajaran sama. Hasil pengukuran kecerdasannya biasa dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang dikenal dengan istilah IQ (Intelligence Quotion). Berbagai hasil penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah.Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lainnya sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya. Hal itu dapat kita ketahui bahwa umumnya tingkat kecerdasan

(12)

yang baik dan sangat baik cenderung lebih baik angka nilai yang dicapai siswa.

b. Bakat

Di samping Intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua. Bagi seorang siswa bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa yang berbakat dalam bidang ilmu sosial, dan ada yang di ilmu pasti. Karena itu, seorang siswa yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, seorang siswa ketika akan memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada padanya. Untuk itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya. Sesudah ada kejelasan, baru menentukan pilihan.

c. Motivasi dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu.

Minat dan perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu, biasanya cenderung memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran-pembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam pembelajaran.

d. Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong

(13)

seseorang untuk belajar. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi belajarnya.

e. Emosi

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa akan terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang emosional dalam belajar, akan mudah putus asa. Hal ini mau tidak mau akan mempengaruhi bagaimana siswa menerima, menghayati pengalaman yang didapatnya dalam suatu pembelajaran.

f. Kemampuan kognitif

Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir, menalar yang dimiliki siswa. Jadi kemampuan kognitif berkaitan erat dengan ingatan dan berfikir seorang siswa.

b). Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor tersebut adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Lingkungan alami, yaitu yaitu kondisi alami yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, termasuk dalam lingkungan alami yaitu suhu, cuaca, udara, pada waktu itu dan kejadian-kejadian yang sedang berlangsung.

2. Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia, wujud lain yang berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya hubungan murid dengan guru, orang tua dengan anak, dan lingkungan masyarakat di luar sosial yang baik, mesra dapat membantu terciptanya prestasi belajar siswa.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks.

(14)

Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas.

Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik. Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.

2.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Strategi Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write)

Kelebihan dari Strategi think talk write ini adalah mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual, Ia juga mengarahkan visualisasi, untuk lebih rinci, tanpa menyebutkan satu tekniknya akan di uraikan sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar.

2. Dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

3. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.

4. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri.

Sedangkan kelemahan dari strategi model pembelajaran TTW adalah : 1. Kecuali kalau soal open ended tersebut dapat memotivasi, siswa di

mungkinkan bekerja sibuk.

2. Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena di dominasi oleh siswa yang mampu.

3. Guru harus benar – benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi think talk write tidak mengalami kesulitan.

2.1.7 Pengaruh Model Pembelajaran TTW terhadap Hasil Belajar Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Burton bahwa seseorang setelah

(15)

mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).

Sedangkan hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan model pembelajaran TTW adalah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa, dimana dalam proses kegiatan ini dimulai dengan siswa berpikir melalui bahan/materi yang diberikan, dalam proses ini siswa menyimak, mengkritisi, dan memberikan alternatif solusi/pemecahan masalah.

Kemudian hasil bacaannya dikomunikasikan dengam presentasi, diskusi, dan terakhir membuat laporan hasil presentasi.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan model pembelajaran TTW maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal/meningkat. Makin tepat penerapan model pembelajaran yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Zulkarnaini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN Sukajadi 9”, membuktikan bahwa pembelajaran menulis karangan deskripsi dan berpikir menggunakan model Think Talk Write (TTW) lebih meningkat prestasinya daripada model pembelajaran biasa di sekolah dasar.

Erni Solihati, dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul

”Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write Dengan Reciprocal Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII MTS. Darul Ulum Ciherang”, membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write dengan Reciprocal berhasil meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII B di MTS Darul Ulum Ciherang.

(16)

2.3 Kerangka Pikir

Perkembangan kurikulum saat ini, menuntut partisipasi aktif siswa saat proses pembelajaran atau istilahnya student centered. Proses pembelajaran student centered lebih menekankan pada aktivitas siswa. Siswa sebagai pelaku

utama dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

Dalam proses pembelajaran IPA, kemampuan menemukan dan memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan. Bahkan salah satu tujuan diajarkannya IPA adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam bereksperimen dan menyelesaikan masalah. Kemampuan yang dimaksud meliputi kemampuan untuk mengidentifiksai masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan menafsirkan solusinya. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum IPA yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah dimilikinya untuk memecahkan suatu masalah. Untuk dapat menyelesaikan suatu masalah IPA, siswa terlebih dahulu harus memiliki kemampuan dalam memahami masalah dan menggunakan pengalaman belajar yang telah diperolehnya. Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah IPA siswa adalah strategi think-talk-write (TTW). Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir (think), berdiskusi/berbicara (talk), dan menulis (write).

Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses mengamati alat peraga kemudian membuat catatan apa yang telah diamati. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah diamati, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri.

Setelah tahap “think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk”

yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka

(17)

pahami. Diskusi pada fase ”talk” ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa.

Selanjutnya fase ”write” yaitu menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja yang disediakan. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam pembelajaran IPA membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan strategi TTW, guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar dan jika diperlukan dapat memberikan arahan, petunjuk serta dorongan.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori, dan kerangka pikir, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Tlompakan 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang 2012/2013.

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur pengembangan yang digunakan dalam pengembangan buku teks tentang Tari Gambuh Pamungkas sebagai Bahan Ajar pada mata pelajaran Seni Budaya (Seni Tari) Kelas VII SMP Negeri

Ternyata, pada saat matahari terbit dan terbenam, sinar dari matahari melakukan perjalanan yang lebih panjang dibandingkan dengan di waktu lain seperti

Risiko kredit adalah risiko dimana Grup akan mengalami kerugian yang timbul dari pelanggan, klien atau pihak rekanan yang gagal memenuhi liabilitas

Matahari Departemen Store selalu berusaha untuk dapat mendesain sistem kompensasi yang mampu memberikan kepuasan kerja, memberikan rasa keadilan, dan dapat memenuhi

lebih luas dan mencakup beberapa aspek kehidupan sosial lainya. Hubungan khusus yang terjadi pada petani karet dengan pedagang di Kelurahan Pangkalan Bunut bermula

untuk mengizinkan auditor mengirim permintaan konfirmasi adalah tidak masuk akal, atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang relevan dan andal dari prosedur

Menyadari bahwa pelayanan prima begitu penting bagi perusahaan terutama untuk mempertahankan loyalitas pelanggan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Salon

 Harga jual buku ditetapkan bersama antara penulis dan penerbit dan disepakati sebagai HET (harga eceran tertinggi).  Bila penulis ingin membeli buku ke penerbit dapat diskon