• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK DAN LOMPAT KEDEPAN

TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

MOKHAMMAD FIRDAUS X 4606021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(2)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK DAN LOMPAT KEDEPAN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER

PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN 2010

Oleh :

MOKHAMMAD FIRDAUS NIM. X 4606021

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(3)

commit to user

iii

(4)

commit to user

iv

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Mokhammad Firdaus. PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN

LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK DAN

LOMPAT KEDEPAN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN 2010, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember. 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran lompat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010. (2) Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran lompat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011 yang berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data adalah dengan tes dan pengukuran kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan lompat tegak dan lompat kedepan terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing kelompok adalah thitsebesar 3,24 > nilai ttabel5%sebesar 2.145. (2) Pendekatan pembelajaran

lompat jauh dengan lompat kedepan memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Peningkatan kelompok 1 (K1) sebesar 18,01%, lebih kecil dari pada kelompok 2 (K2) yaitu 25,41%

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Mokhammad Firdaus. EFFECT OF DIFFERENT LEARNING APPROACH LONG JUMP JUMP UP AND JUMP FORWARD LONG JUMP ON THE RESULT OF LEARNING STYLE ON STUDENT SCHNEPPER CLASS VIII PUTRA SMP NEGERI 14 SURAKARTA IN 2010, Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education Sebelas

Maret University in Surakarta, December. 2010. The purpose of this study is to determine: (1) The differences influence learning approach jump up and jump forward to the results of learning style schnepper long jump at the eighth grade boys SMP 14 Surakarta in 2010. (2) Which is better between learning approach vertical jump and jump ahead of the learning styles schnepper long jump at the eighth grade boys SMP 14 Surakarta in 2010.

This research uses experimental methods. The subjects in this study is the son of eighth grade students of SMP Negeri 14 Surakarta school year 2010/2011, amounting to 30 people. Data collection technique is to test and measurement capabilities long jump schnepper style. The data analysis technique that is used with the t test at significance level of 5%.

Based on the results obtained the following conclusions: (1) There is a significant difference between learning approach long jump with a jump up and jump ahead of the long jump ability schnepper force on the eighth grade boys Surakarta SMP Negeri 14 Academic Year 2010/2011. By calculating the value of the final test results of each group is at 3.24 tcount> ttabel5% value of 2145. (2) learning approach to the long jump with a jump forward to have a better effect on the ability of the long jump style schnepper eighth grade boys Surakarta SMP Negeri 14 Academic Year 2010 / 2011. Increase in group 1 (K1) of 18.01%, smaller than in group 2 (K2), ie 25.41%

(7)

commit to user

vii

MOTTO

 Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah: 11)

 Jenius adalah 1%,bakat dan keringat 99 %

( Thomas Alva Edison )

 Sesuatu yang kita dapatkan dengan susah payah akan selalu terkenang dan sulit untuk melepaskannya

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada Ibu dan Bapak Tercinta Adiku Tersayang Seseorang Yang Kusayang KDJ Keluarga Besar KMS Menwa 905 UNS Rekan Prodi Penjaskesrek ’06 Dan Almamater

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Dengan diucapakan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof.Dr. H.M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Drs. H. Sunardi, M.Kes. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Tri Winarti Rahayu, S.Pd., M.Or. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala SMP Negeri 14 Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011,

yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Rekan POK ”06 yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Desember 2010

(10)

commit to user

x DAFTAR ISI Halaman JUDUL ... i PENGAJUAN... ii PERSETUJUAN ... iii PENGESAHAN... iv ABSTRAK ... v MOTTO ... vii PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR . ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C. Pembatasan Masalah... 3

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Lompat Jauh ... 6

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Lompat Jauh... 8

3. Pembelajaran Penjasorkes ... 14

4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP... 19

5. Pendekatan Pembelajaran... 23

6. Power... 24

(11)

commit to user

xi

a. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh

Gaya Schnepper Menggunakan Lompat Tegak... 26

b. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Schnepper Menggunakan Lompat Kedepan... 28

B. Kerangka Pemikiran ... 29

C. Perumusan Hipotesis... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Definisi Operasional Variabel ... 34

D. Populasi dan Sampel... 34

E. Teknik Pengumpulan Data... 35

F. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 38

A. Deskripsi Data ... 38

B. Uji Prasyarat Analisis Data ... 39

C. Pengujian Hipotesis ... 41

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 45

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 47

A. Simpulan ... 47

B. Implikasi... 47

C. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Lompat Jauh Gaya

Schnepper Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)... 38

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ... 39

Tabel 3 Tabel Range Katagori Reliabilitas ... 39

Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ... 40

Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas... 41

Tabel 6 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok1dan Kelompok2... 41

Tabel 7 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1... 42

Tabel 8 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2... 42

Tabel 9 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok... 43

Tabel 10 Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper Dalam Persen Pada K1dan K2... 44

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Awalan Lompat Jauh ... 11

Gambar 2 Sikap dan Gerakan pada Waktu Akan Melakukan Tumpuan ... 12

Gambar 3 Sikap Melayang di Udara... 13

Gambar 4 Sikap Badan pada Waktu Mendarat ... 14

Gambar 5 Pembelajaran Loncat Tegak ... 27

Gambar 6 Pembelajaran Lompat Kedepan ... 28

Gambar 7 Rancangan Penelitian... 32

Gambar 8 Pembagian kelompok secara Ordinal Pairing ... 33

Gambar 9 Pemanasan... 89

Gambar 10 Pelaksanaan Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper ... 90

Gambar 11 Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Lompat Tegak... 90

Gambar 12 Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Lompat Kedepan... 91

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Gaya Schnepper... 51

Lampiran 2 Program Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Schnepper dengan Lompat Tegak dan Lompat Kedepan ... 52

Lampiran 3 Pengambilan Sampel Penelitian………... 62

Lampiran 4 Data Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper ... 63

Lampiran 5 Rangking Data Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper... 64

Lampiran 6 Pengelompokan Sampel Penelitian Dengan Teknik Ordinal Pairing Berdasarkan Urutan Rangking ... 65

Lampiran 7 Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper... 66

Lampiran 8 Uji Normalitas Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 70

Lampiran 9 Hasil Perhitungan Data Untuk Uji Homogenitas ... 72

Lampiran 10 Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper... 73

Lampiran 11 Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper... 74

Lampiran 12 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper Kelompok 1 ... 78

Lampiran 13 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper Kelompok 2 ... 79

Lampiran 14 Uji Perbedaan Data Tes Awal Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 80

Lampiran 15 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 ... 82

Lampiran 16 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 ... 84

Lampiran 17 Uji Perbedaan Data Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan 2... 86

Lampiran 18 Prosentase Peningkatan Latihan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 88

(15)

commit to user

xv

Lampiran 19 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian... 89 Lampiran 20 Surat-surat Ijin Penelitian ... 92

(16)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan, karena pendidikan olahraga bersifat mendidik. Dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar. Pendidikan jasmani memberikan dampak positif bagi siswa, yaitu dalam pembentukan psikomotor, perkembangan afektif dan kognitif. Berdasarkan alasan tersebut, maka pendidikan jasmani dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Nasional. Ditinjau dari pendidikan jasmani dan kesehatan, aktifitas gerak siswa merupakan sarana pendidikan, sehingga pendidikan jasmani dan kesehatan diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa. Salah satu masalah menonjol yang mengakibatkan lambatnya prestasi olahraga adalah masalah kurangnya pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam praktek olahraga, diantaranya meliputi aspek ilmu yang masih minim yaitu pemanfaatan dan pengembangan sarana dan prasarana, teori belajar motorik sebatas teori saja, itupun dalam taraf yang belum memuaskan, serta karena kurang efektif dan efisiennya pembinaan dan metode pendidikan. Kondisi tersebut perlu di antisipasi dengan adanya penelitian keolahragaan yang mengarah pada peningkatan ilmu dan sumber daya manusia pada siswa. Pendidikan jasmani memiliki peran penting dalam rangka membentuk manusia seutuhnya, karena tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, melainkan juga perkembangan psikis siswa,

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan disekolah, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Cabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, lempar, dan lompat. Di Sekolah Menengah Pertama salah satu materi yang harus diajarkan dalam praktek atletik adalah lompat jauh gaya schnepper. Untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper

(17)

commit to user

2

diperlukan pembelajaran-pembelajaran yang variatif dan inovatif, untuk mengurangi kejenuhan pembelajaran. Selama ini pembelajaran lompat jauh yang dilakukan oleh sebagian besar guru penjasorkes adalah pembelajaran lompat jauh yang masih konvensional atau tradisional. Sehingga diperlukan kreatifitas dari guru penjasorkes untuk memodifikasi pembelajaran lompat jauh gaya schnepper. Pembelajaran lompat jauh dengan memperhatikan ketinggian tolakan dan peningkatan loncatan kedepan selama ini belum pernah dilakukan dan dipraktekkan dalam pembelajaran praktek penjasorkes khususnya lompat jauh di tingkat Sekolah Menengah Pertama, sehingga hal ini menarik untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran lompat jauh dengan memperhatikan lompatan tegak dan memperhatikan lompatan kedepan. Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Tujuan utama dalam melakukan lompatan adalah untuk mencapai lompatan yang sejauh- jauhnya.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran dengan berbagai cara agar bahan pelajaran yang disajikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 61) mengemukakan, “Keterampilan memvariasikan metode dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek (1) variasi dalam gaya mengajar, (2) variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, (3) variasi dalam interaksi antara guru dan siswa”.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini diarahkan untuk mengetahui perbedaan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan pendekatan pembelajaran lompat tegak dan lompat kedepan. Masalah– masalah yang telah diuraikan diatas yang melatar belakangi judul “Perbedaan pengaruh pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010” .

(18)

commit to user

3

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kurang optimalnya pengembangan prasarana dan sarana pembelajaran penjasorkes sehingga pembinaan dan metode pendidikan tidak efisien.

2. Kurangnya kreatifitas guru penjasorkes untuk memodifikasi pembelajaran lompat jauh.

3. Belum diketahui perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

C. Pembatasan Masalah

Berbagai permasalahan yang muncul maka masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar pembahasan tidak menyimpang dari judul penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan.

2. Kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut, dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :

(19)

commit to user

4

1. Adakah Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010?

2. Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas muka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

2. Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Secara praktis sebagai upaya untuk membantu meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

(20)

commit to user

5

2. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru penjaskes di SMP untuk mempertimbangkan faktor-faktor meloncat tegak dan latihan melompat kedepan sebagai rangsangan pembelajaran untuk mendukung pencapaian prestasi lompat jauh secara maksimal.

3. Menjadi pengertian yang baru bagi penulis untuk mengetahui hasil pembelajaran lompat jauh gaya schnepper yang maksimal.

(21)

commit to user

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lompat Jauh

Dalam olahraga atletik terdapat beberapa nomor perlombaan. Nomor-nomor perlombaan itu seperti Nomor-nomor jalan, Nomor-nomor lari, Nomor-nomor lompat, Nomor-nomor lempar. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam olahraga atletik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Tamsir Riyadi (1985 : 2) yang menyatakan nomor lompat terbagi menjadi beberapa nomor lomba, yaitu: “Lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit, dan lompat tinggi galah.”

Pengertian atau definisi dari lompat jauh menurut J.M. Ballesteros (1979 : 54) bahwa: “ Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertical yang dihasilkan dari kekuatan kaki saat melakukan tolakan.” Pendapat lain dikemukakan oleh M. Yusuf Adisasmita (1992 : 112) bahwa : “Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan dengan menumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak lompat sejauh-jauhnya. “

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat sejauh-jauhnya yang didahului dengan lari awalan dengan jarak tertentu dan kemudian dilanjutkan dengan gerakan menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan, lalu melayang di udara dan mendarat pada bak lompat. Gerakan-gerakan tersebut merupakan suatu rangkaian gerakan yang tidak terputus-putus atau dalam pelaksanannya merupakan gerakan yang berkelanjutan.

Teknik dalam lompat jauh ada beberapa macam yang harus dikuasai oleh seorang pelompat jauh. Hal ini dikemukakan oleh Tamsir Riyadi (1985 : 95) sebagai berikut : “ Tinjaun secara teknis pada lompat jauh meliputi 4 masalah, yaitu; cara melakukan awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara mendarat

(22)

commit to user

7 melakukan pendaratan.” Hal ini sesuai dengan pendapat dari Aip Syarifuddin (1992 : 90) tentang teknik lompat jauh sebagai berikut :

Nomor lompat (termasuk nomor lompat jauh) yang merupakan nomor teknik, maka teknik untuk lompat jauh yang benar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Awalan atau ancang-ancang (Approach run) b. Tolakan (Take Off)

c. Sikap badan di udara (Action in the Air) d. Sikap mendarat (Landing).

Dalam pelaksanaan lompat jauh, ada beberapa teknik atau gaya. Menururt J.M, Ballesteros (1979 : 54) yang dimaksud gaya dalam lompat jauh adalah : "Gerak yang dibuat di udara (Sesudah tolakan) disebut teknik lompatan / gaya." Memperhatikan dari pengertian di atas, yang dimaksud dengan gaya yaitu posisi badan pelompat pada waktu melayang. Dalam tahap melayang di udara yang penting bukan cara melayangnya tetapi tetap terpelihara keseimbangan badan dan mengusahakan tahanan udara sekecil mungkin sehingga menambah lamanya lompatan. Di dalarn lompat jauh ada tiga macam gaya, seperti yang dikemukakan oleh Tamsir Riyadi (1985 : 95) yaitu : "Dalam lompat jauh terdapat tiga macam gaya, yaitu : gaya jongkok, gaya tegak (schnepper) dan gaya jalan di udara. Perlu diketahui yang menyebabkan adanya perbedaan dari ketiga gaya tersebut hanya terletak pada saat melayang di udara saja." Pada saat melayang ini, keseirnbangan tubuh pelompat haruslah dijaga dan jika seorang pelompat dianjurkan untuk membuat gerakan yang dapat menambah jauhnya lompatan. Soegito (1989 : 39) menyatakan bahwa : “Sikap melayang, adalah sikap setelah gerakan melompat dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas. Pada saat itu keseimbangan harus dijaga jangan sampai jatuh, bahkan kalau mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jauh jarak jangkauan”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya dalam lompat jauh dilakukan pada waktu seorang pelompat jauh berada pada saat melayang di udara.

a. Lompat jauh gaya Schnepper

Dalarn gaya ini pada saat melayang di udara, seorang pelompat seolah-olah membentuk gerakan menggantung di udara. Sedangkan teknik gerakan lompat jauh gaya schnepper menurut Tamsir Riyadi (1985:98) yaitu :

(23)

commit to user

8 Setelah kaki kanan bertumpu, maka kaki kanan diangkat ke depan seperti pada gaya jongkok. Kedua tangan diangkat ke depan. Pada saat kaki kanan lepas dari tanah dan badan mulai melayang di udara, kaki kiri yang sudah terayun ke depan tadi segera diayun ke belakang kembali sehingga sejajar dengan kaki kanan. Menjelang sampai pada titik ketinggian kedua kaki (terutama bagian paha) bersama-sama diayunkan ke belakang dalam posisi kedua lutut agar di tekuk rileks dan wajar, badan membusur ke depan (ditegakkan atau melenting) kedua lengan diayun ke depan-atas (dapat pula diayun ke samping bawah), pandangan ke depan atau serong atas. Kemudian saat badan mulai bergerak turun, kedua kaki diayun dan diluruskan jauh ke depan, perhatian dipusatkan bawah sikap badan, kaki dan kedua lengan hampir sama dengan gaya jongkok.

Lompat jauh gaya menggantung atau gaya lenting (schnepper) merupakan gaya lompat jauh yaitu pada saat melayang di udara membentuk sikap seperti orang menggantung.Seperti dikemukakan Aip Syarifudin (1992: 94) bahwa, “lompat jauh gaya menggantung disebut juga gaya lenting (schnepper). Gaya ini sama seperti sikap badan orang yang sedang menggantung dengan badan dilentingkan kebelakang”. Lebih lanjut Aip Syarifudin (1992: 94) sikap badan saat melayang di udara pada lompat jauh gaya menggantung yaitu “Pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan), sikap badan di udara melenting kebelakang,kedua kaki lemas ditarik kebelakang. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa atau diayun kedepan,badan dibungkukan,kemudian mendarat pada dua kaki kedua tangan ke depan”. Untuk mencapai prestasi Lompat jauh, maka bagian bagian yang terlibat dalam gerakan lompat jauh harus dirangkaikan dengan baik dan harmonis.

2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lompat Jauh

Keberhasilan untuk melopat sejauh-jauhnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi gaya

(24)

commit to user

9 ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan keseimbangan”. Sedangkan Jonath U, Haag E, dan Krempel R. ( 1987 : 196 ) persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: “Faktor kondisi fisik yaitu, kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama. Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan pendaratan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, untuk mencapai prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik. Ditinjau dari faktor kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh antara lain: daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan, tolakan, melayang diudara dan pendaratan. Prestasi yang tinggi dapat dicapai, jika unsur-unsur kondisi fisik yang terlibat dikerahkan dengan teknik yang benar.

a.Teknik Lompat Jauh Gaya Schnepper

Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan benar. Berkaitan dengan teknik lopmat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Tinjauan secara teknis pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu, cara melakukan awalan, tumpuan, melayang diudara dan cara melakukan pendaratan”. Menurut Jonath et al. ( 1987 : 197 ) bahwa, “Lompat jauh dapat dibagi ke dalam ancang-ancang, tumpuan, melayang dan mendarat”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, teknik lompat jauh terdiri dari empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Kempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih jelasnya keempat teknik lompat jauh gaya schnepper dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1) Awalan

Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan

(25)

commit to user

10 membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan yang sejauh-jauhnya.

Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Jes Jerver ( 1999 : 34 ) menyatakan “Maksut berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take of “. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan tersebut antara 30-35 meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan:

Jarak awalan tergantung dari masing-masing atlet. Bagi pelompat yang dalam jarak relatif pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat/pendek saja (sekitar 30-35 meter atau kurang dari itu). Sedangkan bagi atlet lain dalam jarak relatif jauh baru mencapai maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh sekitar 40-45 meter atau lebih jauh dari itu. Bagi pemula sudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancer-ancer tersebut.

Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat individual tergantung dari masing-masing pelompat. Kecepatan awalan harus sudah dicapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum menumpu tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak dibalok tumpuan.

Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau diperlebar untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Aip Syarifuddin ( 1992 : 91 ) bahwa, “Untuk menjaga kumingkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan memulai melakukan awalan dengan papan tolakan”. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pemberian tanda untuk membuat cherkmark untuk ketepatan tumpuan sebagai berikut :

(26)

commit to user

11 Bak Pasir Tanda 30-35 m Tanda pertama kedua Papan tolak Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh

(Aip Syarifuddin, 1992:91)

2) Tumpuan

Tumpuan merupakan perubahan gerak horisontal ke gerak vertikal yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk tolakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan dilakukan dengan menjejakan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke atas yang benar. Jes Jarver ( 1999 : 35 ) menyatakan, “Maksud dari take off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil memperahankan kecepatan horisontal badan ke depan membuat sudut lebih kurang 45 dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi horisontal.

Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal dengan menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu ( melewati balok tumpuan ), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika penempatan kaki tumpu jauh berada balok tumpuan akan sangat merugikan terhadap pencapaian lompatan. Menurut Tamsir Riyadi ( 1985 : 96 ) teknik menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:

1) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat.

2) Sesaat akan menumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik ( sekitar 45 )

3) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan.

4) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta di ayunkan ke depan atas. Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah)

(27)

commit to user

12 5) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi

lutut ditekuk.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai berikut:

Gambar 2. Tumpuan dalam Lompat Jauh (Tamsir Riyadi, 1985 : 98 )

3) Melayang Di Udara

Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan sipelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya penarik bumi”. Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut berat badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-kira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak kebelakang.

Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan kedua tangan kearah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al (1987 : 200) menyatakan, “Pada

(28)

commit to user

13 fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan”.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh sebagai berikut :

Gambar 3. Sikap Melayang di Udara (Tamsir Riyadi, 1985 : 99 )

4) Pendaratan

Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan hamper duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Soegito (1992 : 41) teknik pendaratan sebagai berikut :

1) Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut :

a) Luruskan kedua kaki ke depan. b) Rapatkan kedua kaki sejajar. c) Bungkukkan badan ke depan.

(29)

commit to user

14 d) Ayunkan kedua tangan ke depan.

e) Berat badan dibawa ke depan. 2) Pada saat jatuh di pasir atau mendarat :

a) Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar. b) Segera lipat kedua lutut.

c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah belakang.

Berikut ini disajikan teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya schenepper sebagai berikut :

Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh (Tamsir Riyadi, 1985 : 101 )

3. Pembelajaran Penjasorkes

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup

(30)

commit to user

15 sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran, seperti kebugaran jasmani yang rendah.

Di kalangan guru penjas sering ada anggapan bahwa pelajaran pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya cukup dengan cara menyuruh anak pergi ke lapangan, menyediakan bola sepak untuk laki-laki dan bola voli untuk perempuan. Guru tinggal mengawasi di pinggir lapangan. Kelemahan ini berpangkal pada ketidakpahaman guru tentang arti dan tujuan pendidikan jasmani di sekolah, di samping ia mungkin kurang mencintai tugas itu dengan sepenuh hati. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya.

(31)

commit to user

16 Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan. Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain psikomotor. Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut , guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.

a. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Teori-teori ilmu olah raga merupakan dasar yang fundamental sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Guru merupakan sarana menyambung ilmu-ilmu tersebut dengan sistem atau metode pembelajaran agar disiplin ilmu tersebut tersampaikan dengan baik. Akan tetapi penguatan dalam praktik di lapangan adalah salah satu cara agar keseimbangan interaksi antara teori dan praktek dalam pembelajaran akan membawa keberhasilan dalam penampilan olahraga. Prinsip-prinsip pengaturan pelaksanaan gerakan dalam proses pembelajaran hendaknya harus diperhatikan oleh seorang guru agar tercapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang benar sehingga menghasilkan peningkatan kualitas. Menurut Sugiyanto (1996: 55-57) bahwa, "ada beberapa prinsip dalam pengaturan melakukan gerakan antara lain, prinsip pengaturan giliran praktek, beban belajar meningkat, kondisi belajar bervariasi dan pemberian motivasi dan dorongan semangat".

(32)

commit to user

17 Aktifitas bergerak merupakan ciri khas dari pembelajaran jasmani. Ketika seorang siswa mengikuti pelajaran Penjas, di sana pasti terdapat aktifitas gerak. Belajar gerak merupakan salah satu sarana untuk memperoleh ketrampilan gerak yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan jasmani. Sugiyanto (1996: 25) menerangkan : "belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh".

Dari pendapat di atas menerangkan bahwa gerak merupakan proses pembelajaran pendidikan jasmani mempelajari pola-pola keterampilan tubuh. Sehingga ada syarat-syarat dalam belajar gerak yang harus dipenuhi. Soemanto Y. (1990: 6) menerangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam belajar gerak adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui tujuan. Jadi harus mengenal dan yakin akan kegunaan tujuan itu bagi dirinya.

2) Mempunyai tanggapan yang jelas terhadap kecakapan itu.

3) Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan. Pada taraf permulaan yang penting adalah teknik gerakan yang benar, selanjutnya baru menuju prestasi.

4) Latihan untuk meningkatkan prestasi.

Manusia adalah individu yang sangat unik. Perbedaan sifat, kualitas maupun perilaku merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tiap-tiap karakter manusia. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu memiliki potensi yang berbeda untuk berhasil dalam mempelajari keterampilan gerak. Namun sebenarnya pencapaian keterampilan gerak bukan hanya dipengaruhi oleh faktor fisik atau sifat bawaan melainkan juga, dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik secara kualitatif maupun kuantitatif atau menunjang proses belajar gerak, yang pada gilirannya akan menentukan tingkat prestasi.

Untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar yang optimal, maka perlu dipelajari tentang unsur-unsur yang berkaitan dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Unsur-unsur tersebut meliputi: kurikulum pendidikan jasmani, prinsip-prinsip pembelajaran dan jenis-jenis latihan. Apabila unsur-unsur tersebut dapat terpenuhi dalam proses pembelajaran, maka diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Menurut Drowatzky yang dikutip Sugiyanto (1996:27) belajar gerak adalah: "belajar yang mewujudkan mulai respon-respon muscular diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh".

(33)

commit to user

18 Pendapat lain dikemukakan Rusli Lutan (1988: 102), "belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil".

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar motorik merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang lebih tua lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak lebih muda), meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar.

b. Tahapan Belajar Keterampilan

Proses belajar gerak keterampilan membahas tentang apa yang terjadi pada diri pelajar, apa yang diperbuat oleh pelajar serta tingkat penguasaan yang dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Di sini waktu berperan dalam proses atau tahapan belajar keterampilan. Sugiyanto (1996: 45-47) mengemukakan bahwa proses belajar keterampilan dibagi dalam 3 fase:

1) Fase Kognitif

Merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Pada fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari.

2) Fase Asosiatif

Fase asosiatif desebut juga fase menengah. Pada fase asosiatif ini menerangkan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan.

3) Fase Otonom

Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerak dimana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis.

Proses belajar yang berulang-ulang serta pendalaman materi dapat mempercepat tahapan belajar keterampilan. Dari ketiga fase atau tahapan belajar di atas dapat tercapai dengan cepat atau lambat, tergantung ketekunan pelajar serta dukungan dari guru pendidik.

(34)

commit to user

19

4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.

Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh waktu tertentu. WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:

- Remaja Awal : 10 – 14 tahun - Remaja akhir : 15 – 20 tahun

Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal ini berkisar antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.

b. Ciri-Ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.

1) Ciri Fisik/Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk

(35)

ber-commit to user

20 reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang saling berhubungan dengan pertumbuhan.

Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah efektif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

2) Ciri Psikologis

Psikologis Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

a) Kegelisahan

Remaja mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.

b) Pertentangan

Pertentangan pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.

c) Mengkhayal

Keinginan menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya munculnya sebuah ide cemerlang.

d) Aktivitas kelompok

Berbagai macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.

(36)

commit to user

21 Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity), mereka lalu menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.

c. Ciri-Ciri Penting Pada Masa Remaja Awal atau Anak SMP

1) Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual

Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya jakun pada anak laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada. Dengan adanya kedewasaan biologis ini, remaja memiliki kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa lainnya dalam hal reproduksi.

2) Masa remaja awal merupakan periode yang singkat

Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam perkembangan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.

3) Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan pesat

Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.

4) Masa remaja awal merupakan masa negatif

Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang pada masa sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua.

d. Perkembangan Anak Usia SMP

Selama di SMP/ MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus di hadapi oleh guru.

(37)

commit to user

22

1) Perkembangan Aspek Kognitif

aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.

2) Perkembangan Aspek Afektif

Ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

3) Perkembangan Psikomotorik

Perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Yudha M. Saputra (2001: 13) bahwa”, siswa SMP berada pada tahap pencarian jati diri, mereka selalu mencari sesuatu yang baru”.

Berdasarkan uraian diatas, guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP. Seorang guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dengan memberikan bentuk-bentuk pembelajaran yang menyenangkan dan mengandung unsur kompetisi dan tantangan, tetapi tujuan pembelajaran tetap tercapai. Salah satunya dengan menggunakan media alat bantu. Termasuk dalam membelajarkan lompat jauh

(38)

commit to user

23 gaya jongkok. Guru harus mempunyai kreativitas dan inisiatif agar pembelajaran lompat jauh tidak membosankan siswa, diantaranya dengan menggunakan alat bantu tali dan kotak kardus.

Dengan mengetahui karakteristik siswa, diharapkan guru dapat menciptakan ide dalam penyusunan program pembelajaran yang sesuai. Terutama dalam upaya membentuk karakter dan mempersiapkan para siswa untuk menghadapi masyarakat diluar sekolah. Selain itu juga dapat mengembangkan bermacam-macam aspek perkembangan siswa pada tingkat SMP. Aspek yang dapat dikembangkan mencakup fisik, motorik, sosial, emosional, kepribadian, kognisi, keterampilan olahraga dan sebagainya.

5. Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pengertian pendekatan secara umum dapat diartikan atau disamakan dengan proses, metode atau cara untuk mencapai sesuatu. Perlu memahami arti dari masing masing kalimat pendekatan pembelajaran. Menurut definisi kata, pendekatan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu. Sedangkan pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya.

Berdasarkan dua pengertian tentang pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa, "pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal". Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dengan cara mempergunakan teknik yang

(39)

commit to user

24 didasari oleh pengertian yang mendalam guna mencapai tujuan instruksional dalam mencapai tertentu.

Dari pendapat ahli yang dikemukakan di atas, dalam proses pembelajaran terjadi dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu, perserta didik atau siswa. Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, baik pengelolaan dalam persiapan, proses hingga evaluasi pengajaran. Sementara siswa merupakan subyek dalam pembelajaran yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran. Karena siswa merupakan pelaku utama dalam melaksanakan segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Kedua pihak tersebut saling berkaitan dan berinteraksi dalam proses pembelajaran. Sehingga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar, yaitu guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa menerimanya. Maka dari itu pembelajaran dapat terjadi apabila terjadi interaksi antara guru dan siswa.

Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya alasan untuk belajar dan siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan. Dalam tujuan pembelajaran dapat dicapai sehingga perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran.

6. Power

a.pengertian Power

Power merupakan perpaduan dua unsur komponen kondisi fisik yaitu kekuatan dan kecepatan.Kualitas power akan tercermin dari unsure kekuatan dan kecepatan yang dalam pelaksanaanya dilakukan dengan eksplosif dalam waktu yang sesingkat mungkin. Berkaitan dengan power, Sajoto (1995: 17) menyatakan bahwa “Daya ledak otot atau muscular power adalah kemampuan seseorang untuk

(40)

commit to user

25 melakukankekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerjakan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hai ini dinyatakan bahwa daya otot adalah perkalian antara kekutan dan kecepatan”. Sedangkan menurut Sugiyanto (1999: 21) mengemukakan bahwa “Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan kerja otot atau sekelompok otot dan kecepatan rangsangan syaraf serta kecepatan kontraksi”.

Berdasarkan definisi diats bdapat ditarik kesimpulan bahwa daya ledak atau power merupakan gabungan antara dua unsure yaitu kekuatan dan kecepatan dalam berkontraksi. Dengan dmikian untuk dapat menghasilkan power otot yang baik diperlukan latihan kekuatan dan kontraksi otot. Adapun tujuan latihan power adalah untuk meningkatkan ketrampilan teknik serta penekanan pada beban untuk tiap elemen gerakan.

b.Jenis-jenis Power

Bompa (1990 : 285) membedakan power menjadi 2 jenis, yaitu power askilik dan power skilik. Power askilik secara dominan diperlukan pada cabang olahraga melempar,menolak,dan melompat (atletik), unsur-unsur gerakan senam,beladiri,loncat indah dan permainan. Sedangkan power Siklik diperlukan pada cabang olahraga antara lain dayung,bersepeda,renang, dan berlari cepat.

c.Unsur-unsur Penentu Power

Ada beberapa hal yang dapat menentukan kemampuan power seseorang untuk menghasilkan power,seseorang harus memiliki kecepatan dan kekuatan yang baik. Menurut Suharno H.P (1985: 59) faktor-faktor penentu power adalah:

1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih dan atlit 2) Kekuatan otot dan kecepatan otot

3) Waktu rangsangan dibatasi secara kongkrit lamanya 4) Koordinasi gerak harmonis

5) Tergantung banyak sedikiynya zat kimia dalam otot (ATP)

Pada dasrnya penentu baik dan tidaknya power yang dimiliki seseorang tergantung pada intensitas kontraksi otot dan kemampuan otot untuk berkontraksi secara mksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima rangsangan serta

(41)

commit to user

26 produksi biokimia dalam otot sangat menentukan power yang dihasilkan. Jika unsur-unsur tersebut diatas dimiliki seseorang,maka ia akn memiliki power yang baik. Namun sebaliknya jika unsur-unsur tersebut tidak memiliki maka power yang dihasilkan juga tidak akan baik.

7. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh

Kemampuan lompat jauh dipengaruhi oleh baiknya power otot tungkai, power otot tungkai yang dimiliki seseorang akan lebih baik apabila dilatih secara sistematis dan kontinyu dengan metode yang tepat dan baik. Tanpa dilatih secara sistematis dan kontinyu power yang dimiliki tidak berperan dalam aktifitas olahraga. Menurut Suharno HP (1985:38) ciri-ciri untuk mengembangkan power yaitu : (1) melawan beban relatif ringan, (2) gerakan latihan yang dinamis, (3) gerakan-gerakan merupakan satu gerak yang singkat dan selaras. Sedangkan menurut Gunter Berhard (1986:75) bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan power otot tungkai antara lain :

1. Loncatan-loncatan tinggi dan jauh yang sederhana melalui rintangan yang berjenis-jenis (elastis,bilah, gawang,peti)

2. Jalan berjingkat, pertama-tama tidak dipaksa, tetapi kemudian selalu lebih memperhatikan dorongan yang kuat keatas dimana kaki dan tangan harus dibantu.

3. Perpindahan yang menerus dari beberapa langkah ancang-ancang, pendaratan harus secara elastis dilakukan dengan kaki, pada loncatan dengan kaki yang bergantian.

Seseorang yang memiliki power otot tungkai yang baik maka gerakan-gerakan yang dilakukan lebih singkat, cepat dan maksimal. Maka seorang pelompat khususnya pada atlit lompat jauh harus bisa melakukan dan menggunakan power otot tungkai yang dimiliki secara maksimal.

a. Pendekatan Pembelajaran Loncat Tegak

Lompatan yang tinggi merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam lompat jauh. Untuk memperoleh lompatan yang tinggi, maka power otot tungkai berperan penting dalam gerakan pada lompat . Tanpa memiliki power otot tungkai yang baik maka akan kesulitan untuk melakukan lompatan

(42)

commit to user

27 dalam teknik lompat jauh dengan sempurna. Loncatan tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar pada pelompat untuk melompat sejauh-jauhnya.

Dilihat dari pola gerakan lompat jauh, maka power otot tungkai berperan dalam lompat tinggi terutama saat akan melayang diudara. Untuk keberhasilan loncatan secara maksimal harus ditopang awalan yang baik dan koordinasi yang tepat antara tolakan dan awalan. Maka untuk mendapatkan loncatan dan keberhasilan saat melayang diperlukan awalan dan tumpuan, langkah yang tepat dan sempurna, sehingga diperlukan latihan – latihan melompat tegak keatas untuk menciptakan kemampuan melompat yang baik. Dengan menggunakan alat bantu kardus atau menggunakan tali yang dibentangkan, kemudian siswa diajak untuk melakukan gerakan melompat melewati kardus atau tali yang dibentangkan. pembelajaran ini diharapkan melatih pola gerak yang memaksa tubuh untuk melaukan lompatan tegak keatas, sehingga diharapkan siswa terlatih gerak pola gerak tubuhnya untuk melakukan gerakan yang menyerupai gerakan tolakan lompat jauh.

Gambar 5. Teknik melompat tegak (Moch Djumidar A Widya, 2004: 73)

Ditinjau dari modifikasi pembelajaran atletik, pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan loncat tegak merupakan modifikasi kondisi

(43)

commit to user

28 schnepper.menggunakan loncat tegak dapat di identifikasi kelebihan dan

kelemahanya.

Kelebihan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan loncat tegak antara lain :

1. Dapat menimbulkan rasa senang sehingga motivasi belajar siswa meningkat

2. Siswa akan saling berlomba untuk melompat lebih tinggi, sehingga merangsang lompatan siswa menjadi lebih tinggi untuk membuat gerak. Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper memggunakan loncat tegak antara lain :

1. Siswa hanya berkonsentrasi untuk menloncat , sehingga gerak menggantung terabaikan

2. Dengan gerak meloncat siswa kurang berkonsentrasi pendaratan,sehingga pendaratan menjadi salah.

b. Pendekatan Pembelajaran Lompat Kedepan

Tolakan adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong kemuka yang kuat. Lompatan kedepan merupakan metode pembelajaran lompat jauh dengan memperhatikan lompatan kedepan, keuntungan pelaksanaan pembelajaran dengan lompatan kedepan adalah merangsang siswa untuk melakukan lompatan sampai ke sasaran yang telah ditentukan, gerakan ini memerlukan koordinasi yang kompleks, sehingga diperlukan tugas gerak yang paling sederhana dengan pemberian sasaran ban bekas atau simpai agar pembelajaran yang dilakukan lebih menarik.

Gambar 6. Teknik melompat kedepan (Moch Djumidar A Widya, 2004: 66)

(44)

commit to user

29 Ditinjau dari modifikasi pembelajaran atletik, pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan lompat kedepan.Berdasarkan pelaksanaan

pembelajaran lompat jauh gaya schnepper.menggunakan lompat kedepan dapat di identifikasi kelebihan dan kelemahanya.

Kelebihan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan lompat kedepan antara lain :

1. Siswa dapat melompat lebih jauh kedepan,sehingga siswa terangsang untuk melompat sejauh mungkin.

2. Siswa dapat mengkoordinasikan gerakan dari mengayun kedua lengan tolakan kaki,melayang di udara dan pendaratan dengan baik.

Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper dengan lompat kedepan antara lain :

1. Siswa menjadi terangsang untuk melompat sejauh jauhnya dengan tujuan melatih jarak yang bsa di capai tanpa memperhatikan gerakan yang sebenarnya.

2. Pembelajaran lompaj jauh dengan lompat tegak tidak berkesinambungan dengan awalan,tolakan dan melayang.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:

a. Pengaruh pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan loncat tegak dan lompat kedepan

Kemampuan lompat jauh dapat dipelajari dengan pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan. Pembelajaran lompat jauh dengan metode pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada pemberian

(45)

commit to user

30 materi dan pola gerakan pada tiap tahapan. Perbedaan dalam pemberian materi gerakan teknik dan perbedaan pola gerakan ini dapat berpengaruh pada perbedaan dalam hal pembentukan kemampuan lompat jauh. Hal ini akan dapat menyebabkan perbedaan dalam pembentukan pola gerak dan pembentukan kemampuan.

Berdasarkan karakteristik dari masing masing pendekatan pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Pada pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan loncat tegak lebih di fokuskan pada gerakan melayang di udara dan pendaratan, sedangkan teknik awalan dan tumpuan kurang di kembangkan. Padahal untuk mencapai hasil yang maksimal teknik-teknik lompat jauh yang meliputi awalan, tumpuan, melayang di udara dan pendaratan harus dikembangkan secara bersama-sama. Sedangkan pada pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper dengan lompat kedepan teknik-teknik lompat jauh gaya schnepper yaitu awalan, tumpuan, melayang dan pendaratan dikembangkan secara bersama-sama.Dengan dikembangkan teknik lompat jauh gaya schnepper sevara bersama –sama, maka mempunyai peluang mencapai hasil yang optimal.

Berdasarkan karakteristik dari masing-masing pendekatan pembelajaran tersebut tentu akan menimbulkan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Aperbedaan unsur yang di kembangkan dari kedua pendekatan pembelajaran tersebut, hal ini akan berpengaruh yang berbeda terhadap pencapaian hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Dengan demikian diduga, pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan loncat tegak dan lompat kedepan akan memeiliki pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.

b. Perbedaan pengaruh pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan loncat tegak dan lompat kedepan

Dalam mempelajari lompat jauh dengan metode pendekatan pembelajaran loncat tegak memungkinkan siswa dapat menguasai materi yang diajarkan secara lebih mendalam. Selain itu koreksi dan pembetulan terhadap gerakan yang salah akan lebih efektif dan mudah dilakukan. Hal ini akan

(46)

commit to user

31 memungkinkan siswa dapat menguasai teknik yang ada dalam lompat jauh secara benar. Bagi siswa yang baru belajar metode ini cocok karena proses belajarnya secara bertahap dan mudah dilaksanakan. Namun seringkali metode ini membosankan bagi siswa, terutama yang sudah menguasai materi. Selain itu metode pendekatan pembelajaran meloncat tegak menuntut guru untuk lebih kreatif melakukan model-model pembelajaran agar tercapai kemampuan lompat jauh yang maksimal.

Pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan pembelajaran lompat kedepan bentuk gerakannya mirip seperti lompat jauh sebenarnya, sehingga siswa akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk mempelajari lompat jauh sesuai dengan karakteristik sesungguhnya. Hal ini akan memberikan peluang untuk dapat lebih leluasa untuk meningkatkan kemampuan lompat jauhnya. Namun bagi siswa yang memiliki daya tangkap kurang dan siswa pemula yang baru mempelajari lompat jauh, akan banyak mengalami kesalahan dalam melakukan lompat jauh. Selain itu penguasaan pada tiap komponen teknik lompat jauh akan lebih mendalam.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

2. Metode pendekatan pembelajaran lompat kedepan lebih baik pengaruhnya daripada metode pendekatan pembelajaran loncat tegak terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

Gambar

Gambar 2. Tumpuan dalam Lompat Jauh (Tamsir Riyadi, 1985 : 98 ) 3) Melayang Di Udara
Gambar 3. Sikap Melayang di Udara (Tamsir Riyadi, 1985 : 99 ) 4) Pendaratan
Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh (Tamsir Riyadi, 1985 : 101 )
Gambar 5. Teknik melompat tegak (Moch Djumidar A Widya, 2004: 73)
+7

Referensi

Dokumen terkait

will learn about modeling your master dataset, using batch processing to create arbitrary views of your data, and the trade-offs between incremental and batch processing.. Chapters

Tanaman buah nangka madu memiliki tampilan yang menarik dari buah nangkanya, Buah nangka madu memiliki ciri-ciri kulit buahnya yang masih berwarna hijau saat buah nangka ini

Dengan pelayanan tiket melalui WAP, maka informasi penerbangan dan juga pemesanan tiket dapat dilakukan dengan ponsel.. Tugas akhir ini akan membahas perancangan

DARI MINYAK KELAPA SAWIT MUTU RENDAH MEMAKAI ADSORBEN POLAR

[r]

09. Sebuah interpretasi terhadap sumber dikatakan bersifat subjektif jika ternyata….(A) sejarawan menulis sendiri hasil

Bersama ini kami mohon kepada Kepala MI dan MTs untuk menugaskan guru (sebagaimana daftar terlampir) untuk mengikuti Bimbingan Teknis Pendampingan Kurikulum 2013 yang

[r]