15 3.1. Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan statistik. Desain penelitian ini merupakan desain kausal yang meneliti tentang hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) adalah sebanyak 335 perusahaan. Jumlah perusahaan yang menjadi populasi sebanyak 132 perusahaan manufaktur.
3.2. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu sampel sengaja dipilih agar dapat mewakili populasinya dan dapat memenuhi tujuan penelitian. Karakteristik sampel yang diteliti adalah:
a. Semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
b. Perusahaan sampel harus senantiasa terdaftar pada Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1991 sampai dengan 2000.
c. Melaporkan data keuangan perusahaan secara kontinyu selama dua periode, yaitu sebelum krisis moneter (1992–1996) dan masa krisis moneter (1998-2000).
d. Melakukan praktek perataan laba selama periode penelitian, ditunjukkan dengan indeks perataan laba perusahaan yang kurang dari 1.
Adapun perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria di atas dan menjadi obyek penelitian adalah 16 perusahaan yaitu PT Aqua Golden Missisipi, PT Multi Bintang Indonesia, PT Ultrajaya Milk Industry, PT Mayora Indah, PT Berlina, PT Dynaplast, PT Gadjah Tunggal, PT Astra Internasional, PT Bayer Indonesia,
PT Charoen Pokhand Indonesia, PT BAT Indonesia, PT Roda Vivatex, PT Ekadharma Tape Industries, PT Tembaga Mulia Semanan, PT Indospring, dan
PT Itamaraya Gold Industri.
3.3. Pembatasan Lingkup Penelitian
Untuk mempertajam hasil kajian maka dilakukan pembatasan dengan ruang lingkup sebagai berikut:
1. Periode waktu penelitian yang digunakan adalah tahun 1992 sampai dengan tahun 1996 dan 1998 sampai dengan 2000.
2. Data yang dikumpulkan meliputi data penjualan, laba bersih, total aktiva, total biaya penyusutan dan total biaya.
3.4. Variabel, Konsep dan Definisi Operasional 3.4.1. Variabel
Variabel yang diteliti dibedakan menjadi:
1. Variabel terikat dalam penelitian adalah indeks perataan laba
2. Variabel bebas dalam penelitian adalah: ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), dan leverage operasi (X3)
3.4.2. Konsep dan Definisi Operasional
Untuk memberi batasan dan memperjelas dalam pengukuran variabel penelitian, maka variabel penelitian perlu dioperasionalkan. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Indeks perataan laba (Y), sebagai variabel terikat merupakan suatu cara yang dipakai oleh manajemen untuk mengurangi variabilitas laba di antara deretan jumlah laba yang dilaporkan. Variabel ini diukur dalam bentuk indeks yang akan membedakan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba dengan menggunakan indeks Eckel (1981) dimana adanya praktik perataan laba ditunjukkan oleh indeks yang kurang dari satu . Perhitungan indeks Eckel dilakukan dengan rumus:
Indeks perataan laba = CV ∆I/ CV ∆S
CV∆S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan pertahun CV∆I = Koefisien variasi untuk perubahan laba pertahun
CV∆S dan CV∆I dapat dihitung sebagai berikut:
∑(∆X -∆X)²
CV∆S dan CV∆I = ⎯⎯⎯⎯⎯ ∆X (Jin dan Machfoedz, 1998:180) n - 1
dimana :
∆X = Perubahan penjualan(S) atau laba (I) antara tahun n dengan n-1
∆X = Rata-rata perubahan penjualan(S) atau laba (I) n = Banyaknya tahun yang diamati
Dalam penelitian ini indeks perataan laba diukur pada dua periode, yaitu sebelum krisis moneter (1992-1996) dan masa krisis moneter (1998-2000).
Data tahun 1997 tidak digunakan dalam penelitian ini karena pada tahun tersebut terjadi peralihan antara sebelum krisis moneter dan masa krisis moneter.
2. Ukuran perusahaan sebagai variabel bebas pertama (X1), merupakan besar kecilnya perusahaan yang tercermin dari nilai keseluruhan aktiva perusahaan.
Dalam penelitian ini total aktiva yang digunakan adalah total aktiva per tahun pada dua periode, yaitu sebelum krisis moneter (1992-1996) dan masa krisis moneter (1998-2000). Data ukuran perusahaan tahun 1997 tidak digunakan dalam penelitian ini karena pada tahun tersebut terjadi peralihan antara sebelum krisis moneter dan masa krisis moneter.
3. Rasio profitabilitas sebagai variabel bebas kedua (X2), merupakan kemampuan suatu badan usaha untuk menghasilkan laba dalam periode waktu tertentu.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on invesment yaitu rasio yang mencerminkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih.
Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut:
Laba bersih
Return On Invesment = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ x 100%
Jumlah aktiva keseluruhan
Dalam penelitian ini return on invesment yang digunakan adalah nilai return on invesment pada dua periode, yaitu sebelum krisis moneter (1992-1996) dan
masa krisis moneter (1998-2000). Data profitabilitas tahun 1997 tidak digunakan dalam penelitian ini karena pada tahun tersebut terjadi peralihan antara sebelum krisis moneter dan masa krisis moneter.
4. Leverage operasi sebagai variabel bebas ketiga (X3), merupakan rasio antara total biaya depresiasi dan amortisasi dibagi dengan total biaya yang meliputi biaya harga pokok penjualan, biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum.
Total biaya depresiasi + amortisasi
Leverage Operasi = ————————————————————————
Biaya HPP + Biaya Penjualan + Biaya administrasi dan Umum Dalam penelitian ini leverage operasi yang digunakan adalah nilai leverage operasi pada dua periode, yaitu sebelum krisis moneter (1992-1996) dan masa krisis moneter (1998-2000). Data leverage operasi tahun 1997 tidak digunakan dalam penelitian ini karena pada tahun tersebut terjadi peralihan antara sebelum krisis moneter dan masa krisis moneter.
3.5. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data
Data ukuran perusahaan (aktiva), profitabilitas (ROI), dan leverage operasi (total biaya depresiasi dan amortisasi dengan total biaya yang meliputi biaya harga pokok penjualan, biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum) diperoleh dengan cara dokumentasi yaitu dengan mengutip laporan keuangan tahunan, prospektus perusahaan, Indonesian Capital Market Directory yang telah disediakan oleh perpustakaan PT BES dan Laboratorium Pasar Modal UK Petra.
3.6. Teknik Analisis Data 3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar yang dapat menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik dari model regresi. Untuk itu perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah model regresi yang dihasilkan baik atau tidak. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Autokorelasi
Suatu asumsi penting dari model non linier adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan yang masuk dalam persamaan fungsi regresi. Menurut Hasan (1999:273), Konstanta Durbin-Watson, dapat dipergunakan untuk menguji apakah terdapat autokorelasi ataukah tidak, dengan rumus sebagai berikut:
t = N
∑ (et - et-1)²
t = 2
d = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯
t = N
∑ e²t t = 2
Rumusan hipotesis :
Ho : Tidak ada autokorelasi positif atau negatif H1 : Ada autokorelasi positif atau negatif Kriteria pengujian:
Jika d < 1,10, maka terjadi autokorelasi antar variabel bebas yang dianalisis.
Jika d terletak pada interval 1,10 –1,54, maka tidak ada kesimpulan (autokorelasi antar variabel bebas yang dianalisis tidak terdeteksi).
Jika d terletak pada interval 1,55 – 2,46, maka tidak ada autokorelasi antar variabel bebas yang dianalisis.
Jika d terletak pada interval 2,46 – 2,90, maka tidak ada kesimpulan (autokorelasi antar variabel bebas yang dianalisis tidak terdeteksi).
Jika d > 2,91, maka ada autokorelasi antar variabel bebas yang dianalisis.
b. Uji heteroskedastisitas
Menurut Hasan (1999:268), “Heteroskedastisitas berarti variasi (varians) variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak random (acak) tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas.” Misalnya, heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk residu yang semakin besar jika pengamatan semakin besar. Rata-rata residu akan semakin besar untuk
pengamatan variabel bebas ( X ) yang semakin besar. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh menggambarkan populasinya (tidak bias) dan bertambahnya sampel yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (konsisten). Ini disebabkan oleh variannya yang tidak minimum (tidak efisien).
Menurut Hasan (1999:268), adanya heteroskedastisitas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan uji koefisien korelasi Spearman. Koefisien korelasi spearman (rs) dirumuskan :
rs = 1 – 6
Keterangan :
d = selisih antara rangking simpangan baku (S) dan rangking nilai mutlak error [ e ]. Nilai e = Y - Yˆ
n = jumlah sampel
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan distribusi t. Prosedur pengujiannya ialah sebagai berikut.
1) Menentukan formulasi hipotesis
Ho : tidak terdapat heteroskedastisitas dalam regresi H1 : terdapat heteroskedastisitas dalam regresi 2) Menentukan nilai α dan t tabel
Nilai α diambil sesuai kebijakan (soal); nilai t tabel (t α) ditentukan dengan derajat bebas (db) =n – 2.
3) Menentukan kriteria pengujian Ho = diterima jika to ≤ tα
Ho = ditolak jika to > tα
Σ d²
⎯⎯⎯
n³ - n
4) Menentukan nilai uji statistik _____
rs √n – 2 to = ⎯⎯⎯⎯
_____
√ 1 – r² 5) Membuat kesimpulan
Menyimpulkan tentang penerimaan atau penolakan Ho sesuai dengan kriteria pengujiannya.
c. Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang bermakna antar masing-masing variabel bebas yang diteliti. Multikolinieritas berarti antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linier. Konsekuensi yang sangat penting bagi model regresi yang mengandung multikolineritas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel bebas, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak Ho akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar. Akibatnya, model regresi yang diperoleh tidak akurat untuk menaksir nilai variabel dependen.
Biasanya, korelasinya mendekati sempurna atau sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan satu). Adanya multikolinieritas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan koefisien korelasi antar variabel bebas atau dengan mencari VIF (Variable Inflation Factor). Jika antara variabel bebas memiliki koefisien korelasi spesifik, misalnya koefisien korelasi yang tinggi antara variabel bebas tersebut atau tanda koefisien korelasi variabel bebas yang berbeda dengan tanda koefisien regresinya, maka dalam model regresi yang bersangkutan terdapat multikolinieritas. Demikian juga jika VIF (Variable Inflation Factor) lebih besar dari 10, maka dalam model regresi yang bersangkutan terdapat multikolinieritas.
3.6.2. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Operasi terhadap Indeks Perataan Laba
Untuk memberi gambaran yang menyeluruh tentang pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi terhadap indeks perataan laba, maka dalam penelitian ini dilakukan analisis sebagai berikut:
a. Analisis regresi linier berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan membuat persamaan garis regresi linier berganda. Menurut Hadi (1995:2), “model regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dengan membuat persamaan garis regresi linier berganda”, yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Keterangan:
Y = Indeks perataan laba X1 = Ukuran perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Leverage operasi a = konstanta
b1….3 = Koefisien regresi X1..3
b. Analisis korelasi dan determinasi berganda
Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antara semua variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat, maka perlu dihitung besarnya koefisien korelasi berganda (R). Menurut Awat (1995:348), “untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dari perhitungan koefisien determinasi berganda (R²).” Menurut Mason dan Lind (1999:83), rumus koefisien determinasi berganda adalah:
SSE R² = 1 - ⎯⎯⎯
SST
R² = koefisien determinasi berganda SST = total sum of square
SSE = error sum of square
Nilai koefisien korelasi berganda (R) dapat diperoleh dengan mengambil akar dari nilai koefisien determinasi (R²).
c. Analisis uji determinasi yang disesuaikan ( adjusted R² )
Adjusted R² menunjukkan persentase pengaruh variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi terhadap indeks perataan laba.
Penggunaan Adjusted R² untuk menghilangkan kekaburan (ilusi) yang ditimbulkan oleh penambahan variabel bebas dalam model regresi, dengan memasukkan derajat bebas (Sumodiningrat,2001:989)
Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 ≤ R² ≤ 1. Nilai R² yang mendekati 1 menunjukkan kemampuan menjelaskan yang besar dari variabel bebas terhadap perubahan yang terjadi pada variabel terikat, sebaliknya R² yang mendekati 0 menunjukkan kemampuan menjelaskan yang kecil dari variabel bebas terhadap perubahan yang terjadi pada variabel terikat.
3.6.3. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis sebagaimana diuraikan diatas belumlah cukup untuk menyimpulkan tingkat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
Oleh sebab itu perlu diuji signifikansi dari pengaruh variabel–variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat, baik secara parsial maupun secara serempak.
1. Pengujian Secara Serempak dengan uji F
Menurut Hadi (1995:56), “Uji F digunakan untuk membuktikan pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat.” Untuk membuktikan apakah ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), dan leverage operasi (X3) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks perataan laba (Y) digunakan uji F dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho : b1, b2, b3 = 0, berarti ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), dan leverage operasi (X3) secara serempak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks perataan laba (Y) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
H1 : b1, b2, b3 ≠ 0, berarti ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), dan leverage operasi (X3) secara serempak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks perataan laba (Y) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
b. Menentukan nilai kritis (Ftabel)
Dipilih level of significant : = 0,05 (5%) Derajat bebas pembilang (df1 ) = k
Derajat bebas pembagi (df2) = n - k - 1
c. Menghitung nilai statistik F (Fhitung). Menurut Hadi (1995:26), rumus Fhitung adalah:
SS reg/df1 Fhitung = ⎯⎯⎯⎯⎯
SS res/df2 di mana :
SSreg = Jumlah kuadrat regresi SS res = jumlah kudrat residual
d. Kriteria penolakan dan penerimaan Ho:
Ho diterima jika Fhitung Ftabel Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel
2. Pengujian secara parsial dengan uji t
Untuk membuktikan apakah masing-masing variabel bebas yaitu ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), dan leverage operasi (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap indeks perataan laba (Y) digunakan uji t dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotetis statistik
Ho : bi = 0, berarti variabel bebas Xi tidak berpengaruh terhadap terikat Y.
dimana i = 1, 2, atau 3.
b. Menentukan nilai kritis (t tabel)
Dipilih level of significant : = 0,05 (5%) Derajat bebas pembagi (df2) = n - k – 1
c. Mencari nilai statistik t (thitung), Menurut Hadi (1995:17), nilai t hitung dapat dicari dengan rumus:
bi
t hitung = ⎯⎯⎯
SE (bi) dimana:
bi = koefisien regresi
SE (bi) = standard error koefisien regresi d. Kriteria pengujian :
Kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria pengujian untuk uji dua sisi (two tailed), yaitu:
Ho ditolak, bila t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel
Ho diterima, bila -ttabel ≤ t hitung ≤ ttabel
3.6.4. Uji Independent Sample Test
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara indeks perataan laba sebelum krisis moneter dan masa krisis moneter, dilakukan uji Independent Sample Test
Dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Independent Sample Test, ada dua rumus yaitu untuk varian equal (sama) dan untuk varian unequal (tidak sama). Untuk menentukan apakah varian dalam populasi tersebut equal atau unequal dilakukan pengujian dengan Levene’s Test for Equality of Variances (uji F) dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Ho: varian equal = probabilitas > level of significan (α = 0,05), maka Ho diterima.
H1 :varian unequal = probabilitas < level of significan (α = 0,05),maka H1diterima
Apabila populasi varian diasumsikan sama (equal) atau probabilitas > level of significan (α = 0,05), maka nilai t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dajan, 1998:373):
( X1 – X2)- (u1- u2)0 t = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
1 1 Sp² ⎯ + ⎯
n1 n2
Di mana :
(n1 - 1)S1² + (n1 - 1)S2² S1² + S2 ² Sp² = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯
n1 + n2 - 2 2 Keterangan :
Sp² = varian gabungan
X1 = rata-rata sampel dari populasi 1 (sebelum krisis moneter tahun 1992 - 1996) X2 = rata-rata sampel dari populasi 2 (masa krisis moneter tahun 1998 - 2000) u1 = rata-rata populasi 1
u2 = rata-rata populasi 2
S1² = varian 1 (sebelum krisis moneter tahun 1992 - 1996) S2² = varian 2 (masa krisis moneter tahun 1998 - 2000)
n1 = jumlah data 1 (sebelum krisis moneter tahun 1992 - 1996) n2 = jumlah data 2 (masa krisis moneter tahun 1998 - 2000) (v) derajat bebas: n1 + n2 - 2
Populasi varian yang diasumsikan tidak sama (unequal) atau probabilitas < level of significant (α = 0,05), maka perhitungan nilai t relatif sama dengan nilai Z, perbedaannya terletak pada varian sample. Nilai t dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dajan, 1998:376):
(X1 - X2) - (u1- u2)0 t = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
S1 ² S2 ² ⎯⎯ + ⎯⎯
n1 n2
X1 = rata-rata sampel 1 X2 = rata-rata sampel 2 u1 = rata-rata populasi 1 u2 = rata-rata populasi 2
S1² = varian 1 (sebelum krisis moneter tahun 1992 - 1996) S2² = varian 2 (masa krisis moneter tahun 1998 - 2000)
n1 = jumlah data 1 (sebelum krisis moneter tahun 1992 - 1996) n2 = jumlah data 2 (masa krisis moneter tahun 1998 - 2000) derajat kebebasan (v) diperoleh dengan rumus (Dajan, 1998:378):
S1 ² S2 ² 2 ⎯⎯ + ⎯⎯
n1 n2
v = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
S1² 2 + S2 ² 2 ⎯- ⎯⎯
n1 n2 ⎯⎯⎯ ⎯⎯⎯
n1 - 1 n2 - 2
Untuk memudahkan perhitungan dan menghindari kesalahan hitung, maka untuk pengolahan datanya dipergunakan program komputer SPSS.
Hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis pertama
Ho : µ1 = µ2, Tidak terdapat perbedaan antara indeks perataan laba antara sebelum krisis moneter dan masa krisis moneter.
Hı : µ1≠ µ2, Terdapat perbedaan antara indeks perataan laba antara sebelum krisis moneter dan masa krisis moneter.
b. Kriteria pengujian
Untuk memutuskan menolak atau menerima hipotesis yang diajukan, maka kriteria pengujian:
1) Ho ditolak bila t hitung < -t tabel atau t hitung > ttabel atau probabilitas < α (=0,05)
2) Ho diterima bila t hitung > -ttabel atau t hitung < ttabel atau probabilitas > α (=0,05)