• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN A. HASIL KUESIONER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAMPIRAN A. HASIL KUESIONER"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN A. HASIL KUESIONER

(2)

xxiii

(3)
(4)

xxv

(5)
(6)

LAMPIRAN B. SURVEI KECENDERUNGAN VISUAL

xxvii

(7)
(8)

xxix

(9)
(10)

xxxi

(11)
(12)

xxxiii

(13)

LAMPIRAN C. TRANSKRIP WAWANCARA (ADE KURNIAWAN)

Hari/Tanggal : Rabu, 9 September 2020

Waktu : 15.00 WIB

Lokasi: : via Zoom (daring)

Keterangan

P : Penulis I : Informan

P : Pertama-tama, terimakasih untuk Pak Ade buat kesempatannya untuk melakukan wawancara. Jadi, tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendalami masalah yang dihadapi PMI Kota Tangerang terkait minimnya stok darah karena masyarakat enggan melakukan aksi donor darah di tengah pandemi.

I : Iya.

P : Kalau dari beritanya saya udah sempat ngulik-ngulik sedikit berita di Inews yang menjelaskan bahwa pandemi ini merupakan faktor turunnya stok darah yang ada di PMI Kota Tangerang, betul ya?

I : Betul.

P : Kenapa pandemi bisa menjadi faktor turunnya stok darah di PMI Kota Tangerang?

I : Jadi untuk kengapa stok darah menurun itu memang salah satunya karena pandemi ini, COVID-19, jadi masyarakat dan biasanya kami PMI Kota Tangerang setiap harinya selalu pergi untuk kegiatan donor darah baik kedalam maupun keluar wilayah kami, misalnya di daerah Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya dan yang paling banyak memang ada dari perkantoran Jakarta lalu factory atau pabrik-pabrik yang ada di wilayah Jakarta. Karena pandemi ini dan adanya pembatasan sosial, physical distancing jadi membuat beberapa schedule kami tercancel atau postponed selama waktu yang bisa ditentukan, akhirnya selama ini stok darah jadinya terjun payung atau agak turun secara drastis.

(14)

P : Iya, dari yang saya lihat kemarin itu terjadi penurunan stok darah hingga 50% dari unit per hari pada kondisi normal ya?

I : Iya, bisa sampai 50%. Bahkan kalau kadang-kadang itu bisa 60% - 70%

P : Kalau dari masyarakatnya sendiri, apakah dari faktor pandemi ini mereka menjadi enggan untuk melakukan aksi donor darah?

I : Sebenarnya masyarakat itu bukan enggan, masyarakat masih mau melakukan donor darah, cuman karena ada himbauan untuk stay at home pada saat awal-awal. Jadi masyarakat jadi mengurungkan niatnya. Tapi kalau bicara mau atau tidaknya, saya rasa masyarakat mau sekali.

Apalagi ditambah mengenai stok darah yang menurun, karena permintaan darah ini COVID tidak bisa menunggu untuk permintaan darahnya, tetap seperti biasa saja.

P : Saya sudah melihat kalau di PMI Kota Tangerang sudah membahas di media sosial bahwa donor darah di tengah pandemi itu tetap bisa dilakukan dengan syarat, apakah promosi yang dilakukan di media sosial sudah efektif mengubah sikap dari masyarakat sehingga ingin melakukan donor darah?

I : Jadi, sampai saat ini kita mencoba untuk mensiasati kegiatan donor darah ini agar tetap berjalan karena alasan pertama yang seperti tadi yang saya bilang, yang membutuhkan darah di rumah sakit ini tidak bisa menunggu. Yang kedua, permintaan darah ini bukan turun tapi cenderung malah meningkat terutama di Kota Tangerang karena kita juga melayani permintaan darah dirumah sakit sekitar Tangerang, Jakarta, Bekasi, provinsi Banten bahkan sampai ke Jawa Barat, Bogor dan sekitarnya. Jadi justru di Tangerang sudah terjadi peningkatan permintaan darah.

Nah, untuk mensiasati itu, kami meluncurkan beberapa program-program kegiatan untuk terjun ke masyarakat langsung, contohnya seperti program keluar yang kita laksanakan untuk donor darah kita sebut programnya adalah Dobrak. Dobrak itu adalah Donor Darah Bareng Keluarga. Jadi, kita yang datang ke rumah-rumah yang membutuhkan, misalnya satu keluarga atau 3 orang atau 5 orang mau donor, itu kita datang. Tapi, tetap kita laksanakan protokol kesehatan; masker, face shield, APD, disinfeksi area kerja, dan disinfeksi untuk area pengambilan darahnya juga seperti itu, sama yang kita lakukan di kantor kami di Achmad Yani Mayjen Sutoyo di PMI di tempat. Jadi, setiap donor yang masuk, protokol kesehatan standar itu kita laksanakan; pengecekan suhu, disinfeksi, cuci tangan, segala macam, jaga jarak, masker itu wajib kita lakukan. Jadi, ini membuat

xxxv

(15)

agar masyarakat itu percaya bahwasanya donor di PMI itu aman, tidak perlu khawatir selama protokolnya diikuti para pendonor.

P : Tadi kan sempat dibahas kalau stok darah bisa turun hingga 70 - 80%. Kalau menurut PMI, berapa banyak unit darah seharinya yang bisa terbilang ‘aman’? Dan kenapa?

I : Jadi, di PMI Kota Tangerang itu kami mendistribukan darah kurang lebih 300 - 400 kantong perhari, itu kalau normal. Sekarang, itu bisa sampai di angka 500 kantong per hari. Jadi setidaknya, itu semua dari semua jenis komponen darah, jadi ada yang trombosit atau sel darah merah, trombosit, dan segala macamnya. Nah, jadi untuk yang sekarang ya sekitar segitu, 400 sampai 500, 300 sampai 500 lah rangenya untuk setiap hari kita menyiapkan darah pada pasien.

P : Kalau untuk pendistribusian darahnya itu biasanya didistribusikan kemana saja ya?

Misalnya untuk pasien kecelakaan atau untuk ibu melahirkan, boleh dijelaskan?

I : Jadi untuk sistem distribusinya, ada 2 jenis sistem distribusinya mbak. Yang pertama adalah pengambilan darah langsung, atau kita melakukan dropping darah ke rumah sakit. Nah, saya coba jelaskan untuk pengambilan darah langsung ya mbak, langsung itu maksudnya adalah petugas rumah sakit itu mengambil darahnya langsung membawa sampel dan formulir pasien.

Jadi, darahnya dikerjakan di laboratorium PMI, setelah itu baru darahnya bisa dibawa kembali ke petugas rumah sakit ke rumah sakit dan didistribusikan ditransfusikan, itu yang pertama secara garis besarnya. Yang kedua adalah menggunakan sistem dropping sistem dropping ini adalah sistem dimana rumah sakit sudah memiliki laboratorium untuk melaksanakan pencocokan darah pasien dan donor. Jadi, petugas yang datang ke PMI hanya mengambil sejumlah darah saja, misalnya dia minta dropping sel darah merahnya jumlahnya versi golongan A 10, B 10, O 10, AB 10, itu kita akan kirimkan darahnya saja, nanti pengecekannya dilakukan di rumah sakitnya. Itu sistem dropping.

P : Tadi kan sempat disebutkan ya, dari pak Ade, kalau minat masyarakat tuh sebenarnya baik ya buat melakukan donor darah. Apakah ada perbedaan dari minat masyarakat untuk donor darah pada saat sebelum pandemi dan saat pandemi?

I : Kalau dari minat masyarakat sih, saya rasa tidak ada perubahan ya, karena hanya berbicara terhadap kebijakan di saat pandemi ini saja yang membuat kita penurunan stok darah.

Contoh biasanya kita setiap hari Senin sampai Jumat mungkin ada satu hari kita melaksanakan donor darah di sebuah company atau di rumah sakit, itu bisa sampai 50 - 100 pendonor. Karena

(16)

sekarang kebijakannya adalah WFH di kantor atau di pabrik. Mau tidak mau, pabrik juga tidak ingin mengambil resiko terhadap karyawannya. Jadi, mereka meniadakan donor darah. Tapi, mungkin, kalau ditanya sebagai individunya saya rasa sih tetep mau ya, cuman karena kebijakan saja mungkin ditunda-tunda dulu, seperti itu sih.

P : Kalau di PMI itu calon pendonornya itu seperti apa sih, yang disarankan untuk mendonor darahnya, apakah ada usia yang optimal untuk mendonorkan darahnya?

I : Kalau untuk persyaratannya, persyaratan umum sih sebenarnya ga terlalu banyak ya, yang pasti sudah berusia minimal 17 tahun. Terus, kemudian donornya itu range usianya antara 17 sampai 60 tahun untuk yang pertama kali donor. Jadi, kalau usia 60 tahun baru pertama kali donor itu masih boleh, tapi kalau sudah lewat dari 60 tahun tapi dia sudah menjadi pendonor darah yang rutin, itu masih bisa kita ambil darahnya selama pemeriksaannya masih oke, tapi range waktunya diundur menjadi 6 bulan sekali, biasanya 2 bulan sekali atau 3 bulan sekali, sekarang 6 bulan sekali untuk donornya. Kemudian, setelah di PMI itu nanti akan dilakukan pengecekan standard pembersihan hemoglobin, tekanan darah, berat badan, dan anamnesa secara umum. Kalau semuanya itu memenuhi standard, baru boleh dilakukan pengambilan darah.

P : Jadi, range usia donor darah yang paling baik seperti itu tidak ada ya?

I : Tidak ada sih, tapi memang kebanyakan memang rata-rata di range paling banyak itu range antara 30 - 40 tahun datanya. Kemudian disusul usia-usia produktif di usia 20 - 30 tahun.

Sisanya ada yang lebih dari itu.

P : Berarti pendonor rutinnya itu sebagian besar 30 - 40 tahun?

I : Iya, rata-rata paling banyak adalah usia 30 - 40 tahun. Itu paling rutin. Tapi kalau sekarang, biasanya kalau sekarang donor darah itu kita kampanyekan sebagai gaya hidup, anak- anak sekarang tuh lebih suka kayak donor tuh keren aja gitu. Paradigmanya sudah dirubah, bukan lagi untuk “gua donor untuk menyelamatkan nyawa sesama, tapi gua donor sebagai gaya hidup”.

Itu paradigma yang sekarang terjadi di PMI Indonesia ini. Donor itu keren lah pokoknya.

P : Apakah pandemi ini menjadi faktor kenaikan atau penurunan pada pendonor rutin tersebut?

I : Iya, sebenarnya secara overall penurunan donasi ini memang salah satunya yang paling besar adalah pandemi. Seperti yang tadi saya bilang, kita kehilangan banyak pendonor di mobile unit atau kegiatan keluar. Banyak juga orang yang agak enggan ke PMI karena keluar rumah,

xxxvii

(17)

khawatir, dan segala macam. Jadi kalau dibilang faktornya yang paling besar, salah satunya memang itu, karena pandemi ini, karena PSBB ini. Tapi seperti yang tadi saya sudah sebutkan, kita siasati dengan kita punya program dan menjalankan program tersebut. Sekarang justru karang taruna - karang taruna yang saat ini banyak menjalankan kegiatan program donor darah kita, salah satunya, kelompok donornya.

P : Mengenai tindakan atau pemberlakuan khusus donor darah saat pandemi ini sudah disebutkan ya, seperti protokol kesehatan jaga jarak, pakai masker, hand sanitizer. Nah, selain itu apakah ada tindakan atau perilaku khusus pada saat ingin pergi donor darah di PMI langsung atau di mobile unit?

I : Secara prinsip tidak ada, karena kita juga memperlakukan di mobile unit itu dan di PMI di tempat itu sama, protokolnya sama, cuci tangan, atau kalaupun nanti mbak Ave main-main ke mobile unit mungkin akan melihat, lho kok gaada cuci tangan ya, seperti itu. Biasanya karena itu, kita kalau di bis kayak di TangCity memang agak sulit. Cuman kita tetep menghimbau untuk menggunakan hand sanitizer, akan kita berikan hand sanitizer dan kita semprot hand sanitizer untuk lebih safe, seperti itu. Prinsipnya sama, untuk protokolnya tetap sama.

P : Kalau selama ini, ada ga sih calon pendonornya bilang kalau transfusi darah itu bisa menularkan COVID?

I : Kalau ditanya ada yang bertanya atau nggak, ada. Terutama ketika sedang kita menjalankan program ini sosialisasi kembali kepada masyarakat perihal COVID ini pasti ada yang bertanya. Yang paling klasik adalah “gimana, aman nggak?”. Nah itu yang paling banyak ditanyakan, aman tidak? Kita bisa bilang aman, selama mengikuti protokolnya. Gitu. Jadi masyarakat itu seperti itu, mbak, masih ragu untuk “aman nggak nih?” “nanti ngumpul-ngumpul bergerombol nggak nih?” segala macam, seperti itu. Kita bilang, selama teman-teman mau melaksanakan protokolnya, mau mengikuti kegiatannya dengan menerapkan protokolnya InshaAllah, aman.

P : Jadi masyarakat tidak perlu takut akan resiko terjadinya penularan pada saat melakukan donor darah?

I : Betul. Harusnya tidak perlu takut karena mengikuti protokolnya.

P : Kalau selama ini ada tidak ya kasus penularan COVID melalui transfusi darah?

(18)

I : Belum terdiscover ya, mbak. Karena sekarang lebih concern untuk bagaimana mereka untuk mencari penularannya via droplets, airborne dan semacamnya. Tapi untuk transfusi darah, sampai saat ini belum ada laporan menginfeksi melakui transfusi darah. Karena memang penularan utamanya adalah melalui droplet, airborne, yang media sempat bilang. Untuk transfusi darah, memang belum ada laporannya, sih.

P : Kalau kita mau donor darah nih, pas pandemi ini berlangsung, itu ada syarat-syarat khususnya tidak? Selain syarat produktif 17 - 60, dan syarat protokol kesehatan.

I : Syaratnya itu, kalau dari kami PMI, belum ada mandatory untuk menambahkan persyaratan khusus. Contoh, ada banyak yang bertanya, “nanti dicek rapid test dulu ngga?” “dicek ini ngga?”. Sampai saat ini belum ada mandatory ke PMI untuk, yang setau saya, belum ada untuk yang pengecekan seperti itu. Tetapi kalau untuk protokol, kegiatannya diperketat itu iya, tapi kalau untuk mandatory darah donornya harus dicek COVID nya juga itu memang belum, gitu, toh kalau nanti ada di PMI di wilayah di Indonesia ini ada, itu mungkin hanya sekitar tambahan pelayanan pemeriksaan, begitu. Tapi kalau untuk yang lainnya tidak.

P : Jadi untuk pelayanan donor darahnya berlangsung seperti biasanya ya? Diikuti dengan protokol kesehatan.

I : Betul sekali.

P : Boleh dijelaskan mengenai upaya apa saja yang pernah dilakukan dalam menangani kasus penurunannya stok darah di PMI Kota Tangerang? Spesifiknya lewat media apa saja ya?

I : Kalau di Tangerang, kami selalu, utamanya selain media promosi itu, kita pakai media- media sosial pastinya, kita bekerjasama dengan stakeholder, salah satunya KOMINFO Kota Tangerang, DISKOMINFO Kota Tangerang. Terus kemudian media-media partner kawan-kawan jurnalis juga kita ajak. Dan juga agen relawan kita, relawan Palang Merah Indonesia di Palang Merah Remaja, itu relawan-relawan kami selain media sosial. Selain itu, kita juga membentuk program kegiatan donor darah. Itu selalu kita publikasikan selain promosi kesehatannya, juga perihal donor darah. Karena PMI itu tidak hanya menangani hanya donor darah saja, PMI juga menangani semua kegiatan seperti promosi donor darah, promosi kesehatan, dan juga pencegahan untuk COVID ini. Seperti itu.

P : Lalu bagaimana dengan evaluasinya? Apakah sudah berjalan dengan efektif?

xxxix

(19)

I : Kalau bilang cukup, biasanya sih tidak akan pernah cukup. Tapi Alhamdullilah program ini sudah berjalan dengan baik. Saya bilang, kita bekerjasama dengan baik dengan komunikasi- komunikasi yang berhubungan dengan donor darah. Mulai dari donor remaja, keremajaan, seperti Karang Taruna, komunitas-komunitas, kemudian rumah ibadah, gereja, masjid, vihara, pura, segala macam, itu masih kita tetap berjalan, perumahan-perumahan itu juga masih kita tetap jalankan program yang tadi saya bilang itu, namanya program Dobrak, Donor Darah Bareng Keluarga. Jadi, kalau teman-teman ada yang di RT nya nih khusus RTnya saja mau kegiatan donor darah dengan menggunakan protokol kesehatan, boleh, kita bisa datang kesitu, tidak perlu menunggu donor hingga sekian puluh orang. Tidak, teman-teman ada sebanyak 10 orang panggil PMI, InsyaAllah kita akan datang. Itu yang kita sebut dengan Dobrak. Jadi, berapapun orangnya, ayo, kita donor darah bareng, karena stok darah kita yang lagi kosong. Alhamdullilah dengan itu sangat membantu sekali untuk kegiatan donor darah ketersediaan stok darah yang ada di PMI. Kota Tangerang terutama. Itu yang bisa kita lakukan sementara selain promosi - promosi via media sosial, juga kampanye-kampanye, itu yang bisa kita lakukan sih.

P : Nah, kalau program dobrak ini boleh dijelasin secara rincinya, bagaimana kita bisa memanggil PMI untuk datang?

I : Jadi, kalau di PMI kemarin setelah saat pandemi kita meluncurkan program Dobrak atau Donor Darah Bareng Keluarga, itu adalah program yang kita buat untuk skala komunitas kecil.

Jadi misalnya, kalau dirumahnya ada 5 orang keluarga atau ada komunitas sekitar 5 orang atau 10 orang itu bisa menghubungi PMI saja di hotline kami 021 - 5531310, atau bisa menghubungi PMInya langsung, atau boleh datang langsung, boleh, silahkan, atau via media sosial Instagram, Inbox, Twitter, segala macam, itu bisa. Jadi, “tolong untuk PMI datang, disini ada sekitar calon donornya ada sekitar 10 orang” itu bisa. Tetap kita akan dengan menggunakan protokol kesehatan juga. Tidak usah khawatir. Jadi kita “jemput bola” gitu. Harus proaktif harus di masa sekarang ini.

P : Program Dobrak ini saat pandemi ini muncul, atau memang sudah ada dari sebelum pandemi?

I : Untuk spesifik Dobrak itu memang pada saat pandemi ini. Tapi, kalau untuk program kegiatan mobile yang skala kecil itu kita sudah siapkan sistemnya, seperti itu. Tapi, di Dobrak ini kita lebih memantapkan untuk pelayanannya untuk pelayanan kegiatannya. Karena, orang malas

(20)

keluar, jadi kita harus lebih benar-benar proaktif lagi untuk datang ke tempat-tempat yang memang mau kira-kira untuk kegiatan donor darah.

P : Menurut PMI, bagaimana kesadaran masyarakat terhadap program Dobrak ini?

I : Mungkin orang kurang mengenali Dobrak, mungkin agak bingung kan. Tapi kalau misalnya Donor Dirumah, mungkin mereka lebih paham istilahnya. Tapi mungkin nama program Dobrak, mereka agak asing. Tapi di beberapa kelompok donor, itu sudah tau juga masalah program Dobrak. Jadi kita selalu tawarkan teman-teman kita, tetangga sekitar, RT, itu untuk “Pak, ayo kegiatan donor, ada program Dobrak nih. Kita datang kerumah, jadi tidak usah khawatir protokol kesehatan, nanti juga akan kita disinfeksi area area pengambilan darahnya pak” seperti itu, untuk meyakinkan pendonornya.

P : Mengenai kampanye yang ada di sosial media, boleh saya tahu siapa penanggung jawabnya untuk kampanye dan juga bagian visualnya?

I : Jadi, kalau kami ada timnya, tim HUMAS PMI Kota Tangerang, jadi tim humas itu admin dari beberapa akun media sosial, kita ada timnya, tim visual juga ada, tim promote dan editornya juga ada. Jadi, kita sama lah seperti kegiatan yang lain, tetap ada tim untuk tim HUMASnya. Kebetulan, saya salah satu koordinator untuk HUMAS tersebut.

P : Kalau donor darah dari PMI biasanya ada rewardnya tidak?

I : Ini kalau dari PMI, memang kalau kita bicara reward, secara nasional itu ada namanya piagam penghargaan, gitu. Jadi, rentang waktunya adalah ketika Anda sudah mendonorkan darah sebanyak 10 kali, 25 kali, 50 kali, 75 kali, sampai 100 kali, itu biasanya memang kita berikan sertifikat mulai dari sertifikan dan pin, tanda bahwasanya Anda telah mendonorkan darah sebanyak 10 kali, dari mulai dari tingkatan PMI kota, kemudian ke provinsi, kemudian ke wilayah kotamadya, kotamadya itu maksudnya yang memberikan adalah walikota, kemudian ke tingkat provinsi, 75 kali, itu yang memberikan penghargaannya adalah ibu / bapak gubernur, dan sampai 100x itu ke pak presiden. Kalau yang 100x ini adalah program rutin dari PMI pusat. Jadi, mereka yang sudah mendonorkan darahnya sebanyak 100 kali itu akan diundang langsung oleh presiden untuk mendapatkan penghargaan satya lencana kebaktian sosial dari presiden.

P : Ada ya pak, yang donor darah sampai 100 kali?

I : Ada, yang donor sampai 150 kali pun ada.

P : Banyak juga ya, sampai 100 kali.

xli

(21)

I : Iya, banyak. Nah, itu program rutinnya.

P : Bagaimana dengan pendonor yang pertama kali?

I : Ya, jadi biasanya dimulai dari 10, itu boleh tuh mengajukan kepada PMI. “Mbak, mbak, boleh saya mengajukan sertifikat donor 10 kali?” Terus nanti kalau sudah 25 kali boleh ke 50 kali, 75 juga boleh, sampai 100 boleh, begitu. Jadi, kalau untuk rewardnya biasanya kita seperti itu.

Dan, ada reward yang berupa tidak terikat, daalam artian ini diberikan pada kebijakan PMInya masing-masing. Jadi misalnya ada untuk keluarga pendonor, ketika dia membutuhkan darah selalu kita akan prioritaskan untuk ketersediaan darahnya itu yang pertama. Yang kedua, biasanya di beberapa PMI itu memberikan komplimen atau memberikan bantuan ketika memang dia lagi butuh darah berupa pemotongan biaya penggantu pengolahan darah. Tapi itu tidak terikat dan tidak ada UU yang mengatur segala macam. Itu hanya diberikan kepada pihak PMI nya masing-masing.

P : Apakah ada pembedaan reward yang diberikan sebelum pandemi dan saat pandemi?

I : Kalau sebelum pandemi, dan saat pandemi ini biasanya rewardnya, setelah donor pun itu selalu kita kasih refreshment donor. Setiap donor darah, baik sebelum pandemi, dan sesudah pandemi, ituselalu kita berikan refreshment donor. Biasanya kalau di tempat, dalam gedung itu biasanya kita berikan “mickup”** dan soft drink dan biskuit, wafer, segala macam untuk refreshment donor saja. Tapi kalau di luar, biasanya mungkin mickup** atau susu, atau disana mereka bisa “mbak, minta soft drink ini dong”, boleh. Kalau saat pandemi sekarang, kadang- kadang ada juga beberapa kelompok donor yang minta “mbak, bisa diganti nggak, soft drink ini diganti dengan semacam sembako gitu”, itu bisa, sangat bisa sekali, gitu, tapi kita tetap menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

P : Jadi, refreshment donor diberikan menurut kebijakan PMI masing-masing ya?

I : Iya, betul. Jadi tidak terikat, jadi kalau ada yang ngeliat “PMI ini ada dapet ini lho, PMI ini juga dapet ini”. Pada dasarnya, kami memang mencari pendonor yang sukarela memang.

Karena sifatnya donor darah ini memang harus sukarela dan tidak ada pamrih, dan tidak ada unsur pemaksaan disitu. Sukarelawan bukan paksawan.

P : Kemarin saya sempat baca mengenai donor darah yang sukarela dan donor darah pengganti. Kalau di PMI ini bisa dilakukan dua-duanya ya?

I : Bisa dilakukan dua-duanya. Ini adalah terminologi untuk para donor. Para donor darah sukarela adalah donor darah ketika dia memang didasari kebutuhan ataupun kesukarelaan karena

(22)

memang sudah waktunya donor “sudah, gua mau donor, gua mau bantu orang mungkin, gua mau jadi lifestyle gua sudah waktunya” ini yang disebut sebagai donor darah sukarela. Tanpa ada tekanan tanpa ada paksaan. Yang kedua itu, selanjutnya adalah donor darah pengganti. Nah, donor darah pengganti ini adalah, bisa juga berasal dari donor darah para pendonor dan sukarela yang diminta bantuan oleh kerabatnya, oleh orang tua, oleh teman, untuk membantu keluarganya yang sedang sakit , di rumah sakit yang butuh darah. Nah, donor darah pengganti ini, adalah donor darah yang dilakukan untuk menggantikan stok darah PMI yang dikeluarkan pada saat kondisi- kondisi tertentu, contoh, pada saat sekarang, kondisi stok darah tengah menurun, permintaan tetap, untuk menjaga agar stok darah PMI tetap stabil, itu jadi darah yang diminta harus ada penggantinya untuk stok darah di PMI tetap stabil. Kemudian ada terminologi yang satu lagi sebenarnya, donor darah bayaran. Donor darah bayaran ini, dulu sekali itu adalah oknum yang ketika mendonor itu, maunya dibayar. Tapi Alhamdullilah, di Kota Tangerang ini sudah tidak ada.

Di PMI-PMI lain pun juga sudah tidak ada untuk donor darah bayaran seperti itu. Dulu itu ada terminologi donor darah bayaran. Sekarang hanya donor darah sukarela dan pengganti saja.

Pengganti itu kalau memang stoknya benar-benar tipis sekali, kosong, ataupun menurun seperti di bulan puasa itu biasanya kosong, disebutnya aja kosong padahal kita ada persediaannya, tapi harus di ganti agar stok di PMI tidak collapse.

P : Apa yang bisa PMI sampaikan kepada calon pendonor kedepannya yang masih takut untuk mendonorkan darahnya?

I : Kami selalu memberikan kampanye kepada calon donor bahwasanya donor darah saja, tidak perlu takut. Selama Anda mengikuti protokol kesehatan yang dilakukan oleh PMI InsyaAllah darah di PMI itu aman untuk ditransfusikan — (indaudible). Dan, dirumah sakit ada teman kita, keluarga kita yang sedang menunggu darah Anda. Jadi tidak usah menunggu, karena mereka yang dirumah sakit tidak bisa menunggu untuk itu. Jadi saya selalu menghimbau untuk tetap ayo donor darah, ayo kita selamatkan jiwa, donor darah itu gaya hidup, donor darah itu sehat.

P : Baik. Sekiranya pertanyaan untuk waawancara dari saya sudah cukup pak. Saya mau mengucapkan terimakasih kepada pak Ade atas kesediannya karena sudah mau meluangkan waktunya. Saya mohon maaf kalau ada salah ucap atau kata. Terimakasih.

xliii

(23)

LAMPIRAN D. TRANSKRIP WAWANCARA (DEA)

Hari/Tanggal : Minggu, 18 Oktober 2020

Waktu : 16.00 WIB

Lokasi: : via Zoom (daring)

Keterangan

P : Penulis I : Informan

*Introduction*

P : Jadi langsung saja ke pertanyaan pertama ya, benar ya kak Dea pernah melakukan donor darah di saat pandemi?

I : Iya, bener banget. Sudah 2 kali sih. Dari pertama itu bulan Juni. Di bulan Juni itu aku donor, tapi sempat gagal. Soalnya darah aku rada kental gitu. Terus 3 bulan kemudian di bulan Oktober kemarin tanggal 7 Oktober aku donor lagi dan itu berhasil.

P : Yang pertama kali donor darah kental itu karena kurang istirahat atau bagaimana ya?

I: Karena waktu itu tuh jarang banget olahraga, terus juga lagi baru-baru WFH, itu

kayak makan terus, tidurnya nggak teratur dan jarang olahraga banget. Akhirnya

(24)

pas lagi di sana tuh gabisa. Salahnya aku tuh sebelumnya juga aku lupa minum yang banyak gitu, jadi darahnya sempat kental.

P : Yang pas donor darah pertama kali dan kedua kali itu itu donor darahnya dimana ya, kak? Langsung datang ke UDD PMI Kota Tangerangnya atau kayak ada mobile unitnya gitu?

I : Kalau aku, aku dari tahun 2016 itu kan udah sering donor ya, itu aku selalu di PMI Tangsel. Jadi, udah dari 2016 aku selalu ke PMI Tangsel itu di daerah Taman Kota BSD.

P : Berarti langsung datang kesananya ya?

I : Iya, langsung datang kesananya. Biasanya langsung isi data, data kelengkapan diri terus sama ada pertanyaan-pertanyaan gitu deh, habis minum obat atau enggak, habis dari luar negeri, terus habis itu dicek tensi, terus sama cek hemoglobin.

P : Tadi kan pertama kali di tahun 2016 ya kak, sekitar 4 tahun yang lalu, kalau yang pertama kali donor darah itu alasannya kenapa ya?

I : Pas pertama kali banget itu aku ikut-ikutan sih, orangtua aku dulu. Jadi papa aku sering banget donor darah, dia sampe dapat bukunya terus sampai full gitu, aku sampai penasaran donor darah itu gimana. Terus kok sampai segitunya papaku suka sama donor darah. Kalau kata papaku itu, setelah donor darah badan rasanya jadi enteng, terus kayak nggak terlalu susah tidur, jadi papaku itu sering banget ikut donor, jadi pertama kali itu aku donor karena ikut-ikutan aja nyobain.

xlv

(25)

P : Kalau menurut kak Dea, usia dari seseorang itu menentukan kesiapan untuk melakukan donor darah nggak sih?

I : Kayaknya ngaruh ya, soalnya pas itu tahun 2016 aku kayak masih takut- takut gitu yaa. Ngaruh sih, soalnya suntikannya itu masih lumayan gede, jadi bukan kayak suntikan yang didokter yang cuman buat vitamin C atau jarum infus.

Kalau gak salah berapa milimeter ya, 5 milimeter kalo nggak salah, 3 - 5 mili karena itu lumyan gede.

P : Iya sih, itu bisa jadi salah satu kenapa orang takut sama jarum, gede gitu.

Kalau kak Dea ini kan sempat donor darah di saat pandemi, kak Dea ada melihat prosedur yang berbeda gitu gak yang dilakukan PMI, misalnya dari prosedurnya atau dari perlengkapan APD pada saat ingin melakukan pengambilan darah?

I : Ada banget. Jadi pas lagi datang kesana, itu biasanya sebelum pandemi ya masuk-masuk aja. Gaperlu disuruh cuci tangan, terus biasanya kalau dulu itu disuruh ganti sepatu, jadi kedalam ruang tusukannya atau ruang periksanya gitu kita harus lepasin sepatu dari luar dan pake sepatu dari si PMI nya itu. Nah kalau kemarin itu nggak sih, nah aku kan baru pertama kali lagi tuh donor darah di tahun 2020 gitu. Itu, datang-datang satpam langsung kayak “mbak cuci tangan dulu ya” terus habis itu isi data, terus periksa, terus ambil darah. Nah setelah ambil darah itu ada perbedaannya sih. Jadi pas aku berdiri, jadi udah selesai donor darah nih, itu staff PMI nya semprotin disinfektan gitu ke tempat bekas aku tidur. Terus ada bedanya juga, gatau prosedurnya emang agak beda atau gimana.

Tapi biasanya sebelum-sebelumnya setelah donor darah aku tuh gak pernah

(26)

dikasih bubur kacang ijo. Tapi kemarin pas pertama kali pas pandemi itu, atau mungkin karena ruangannya masih baru atau emang SOP nya udah beda, tapi kemarin itu dikasih bubur kacang ijo juga.

P : Berarti selama ini mereka juga melaksanakan protokol-protokol kesehatan sesuai dengan prosedur COVID?

I : Iya sih ngadain banget, soalnya setiap ada selesai, waktu itu juga sempat ada sama ibu-ibu. Aku darahnya kan kental, tapi ibunya udah selesai duluan, nah langsung disemprot disinfektan. Si petugasnya itu pake masker, ada juga yang pake face shield.

P : Kalau yang terakhir donor darah itu kan tadi katanya sekitar tanggal 7 Oktober ya?

I : 7 Oktober, yang pertama itu tanggal 22 Juni. Aku udah donor darah di saat pandemi itu 3 kali deh ya Ave. di 7 Maret aku sama temen aku dan ada ibu- ibu, habis selesai dia langsung disinfektan gitu. Yang pertama itu berhasil, yang kedua nggak berhasil, yang ketiga berhasil.

P : Berarti yang pertama itu di bulan Maret tanggal 7, terus 22 Juni, baru ke 7 Oktober. Kalau yang alasan donor darah di tahun 2016 itu kan karena mau ikut- ikutan keluarga. Nah, kalau sekarang ada nggak bedanya gitu? Misalnya kak Dea untuk kesehatan diri sendiri aja gitu, karena kakak udah paham aja gitu.

I : Iya, bener. Iya beda banget. Jadi kalau sekarang tuh lebih terdorong bahkan berangkatnya sendiri gitu. Kalau dulu kan nungguin pada donor baru ikutan. Kalau sekarang tuh lebih sendiri datengnya, kadang sama temen sih. Jadi

xlvii

(27)

soalnya mikirnya itu untuk kesehatan, terus kedua kayak apasih kontribusi saya ke Indoneisa? Jadi ya gua punyanya darah, ya, semoga aja berguna, walaupun sebenernya kita gaktau darah kita itu sebenernya lulus uji atau enggak kan disananya. Tapi setidaknya langkah kecil dan penuh manfaat juga ke kita karena itu bisa mengurangi berat badan, bisa meregenerasi darah, jadi darah-darah yang lama tuh kebuang terus darah baru terdorong untuk terbentuk lagi. Jadi, kalau sekarang itu untuk kesadaran diri sih.

P : Jadi alasannya itu yang utama karena terdorong kesadaran diri sendiri, yang kedua itu karena emang rasa aksi sosialnya ya.

I : Iya bener, soalnya kayaknya anak muda jaman sekarang kayaknya rada jarang yang suka donor darah gitu, ya setidaknya di lingkup kecil kita bisa ngasih tau “donor darah itu enak lho” walaupun suntikannya itu gede gitu.

P : Kak Dea kan tau kalau sekarang itu lagi pandemi dan PSBB gitu ya, tapi kak Dea kok masih mau donor darah? Apakah karena faktor kepercayaan terhadap PMI?

I : Jadi, aku cerita ya, aku udah rada inget, kan 7 Maret itu yang awal-awal

pandemi banget. Nah itu sebenarnya masih rada udah takut gitu, tapi temen aku

yang nemenin aku itu kan perawat, aku sempet nanya kan, kira-kira aman nggak

sih? Maksudnya kan lagi kayak gini, masa kita ke PMI takutnya kan suntikannya

kenapa atau rame atau gimana gitu kan. Trus abis gitu kata dia, yang perawat itu

bilang yang penting kita nggak kontakan sama mereka, gitu. Trus kayaknya di

PMI juga nerapin protokol kesehatan. Jadi itu tuh awalnya pertama-tama emang

(28)

agak takut, tapi coba aja deh gitu kan. Karena emang temen aku ngajakin terus habis itu emang aku udah lama nggak donor. Terus pas sampe sana, emang agak kaget karena PMI udah sebagus itu. Jadi dulu tuh nggak sebagus sekarang, kalau yang dulu tuh masih kayak agak kecil gitu. Kalau sekarang mejanya tuh udah banyak terus baru-baru semua alatnya dan brandingnya bagus banget gitu ada kayak manfaatnya, terus sebelum donor darah harus ngapain, setelah donor darah harus ngapain. Terus mengenai takut apa enggaknya, awal itu memang takut, ya karena temen aku yakinin aja, yang penting kita sampai sana, donor langsung pulang. Kadang mikir juga sih takutnya misalnya kalau petugasnya kena terus kita jadi kena, tapi aku mikir lagi kan sentuhan sama petugasnya, dia kan pakai sarung tangan gitu ya, walaupun sebenarnya sarung tangan juga bisa buat nularin, tapi setidaknya pas ditusuk itu kan kayak jarumnya steril, terus pas setelahnya itu kan langsung ditutup tanpa kena tangannya dia.

P : Berdasarkan pengalaman kak Dea sendiri, apakah kak Dea merekomendasikan donor darah ke kerabat atau teman-teman, terutama di saat pandemi?

I : Mau banget, jadi kemarin aku ngepost gitu di instagram terus habis itu kayak ada dua orang yang lumayan terpengaruh untuk ikutan donor darah. Tapi kalau sekarang ngga tau sih udah donor darah apa belum. Dia nanya-nanya gitu.

Jadi, aku sangat merekomendasikan kalau misalkan mau donor darah, ya kalau sekarang tuh gapapa gitu, malah karena orang banyak takut, justru ya butuh yang

xlix

(29)

berani-berani ini. Tapi ya mungkin merekomendasikan kepada kerabat yang berani gitu ya atau berusaha meyakinkan gitu kalau kita nggak kenapa-kenapa nih.

P : Dari Kota Tangerang itu kan sempat terjadi penurunan stok darah gitu, setelah aku tanya-tanya, ternyata mereka ada ngeluncurin sebuah program namanya DOBRAK, Donor Darah Bareng Keluarga, kak Dea tahu nggak sih ada program tersebut?

I : Nggak.

P : Tapi memang karena PMI Kota Tangerang memang promosinya kurang gencar sih. Jadi aku jelasin sedikit ya, Donor Darah Bareng Keluarga itu gini, kak Dea bisa ngumpulin beberapa orang terus tentuin lokasinya dan tinggal panggil orang PMI nya dateng gitu kak. Antara pengambilan darahnya dilakukan di lokasi yang udah ditentuin atau nanti dijemput buat dateng ke PMI nya gitu, nah itu program DOBRAK. Nah, kalau berdasarkan penjelasan yang tadi, dengan adanya program tersebut, apakah menurut kak Dea akan menjadi lebih efektif gitu terutama di pandemi ini?

I : Hmm, sebenarnya efektif sih ya. Soalnya mungkin orang takut untuk keluar rumah atau mungkin takut untuk ke PMI nya, karena kan mungkin di tempat duduknya atau di pulpennya buat nulis, gitu, mungkin dia takutnya pas dateng donor ramai, trus pas dia lagi donor tiba-tiba yang dateng ramai gitu, mereka takut, jadi kalau misalnya ada program ini sih sebenarnya bagus sih ya, jadinya PMI nya kayak “jemput darah” nya gitu.

P : Aku ada kirim contoh media promosinya ya kak, ke Line mungkin ya.

(30)

I : Bagus sih ya, DOBRAK, Donor di Rumah Bareng Keluarga, mendukung stay at home. Tapi mungkin kurang di sosialisasiin.

P : Kak Dea aja yang sering donor darah aja masih belum tau gitu kan.

I : Iya, bener. Sebenernya aku buka PMI Tangsel aja aku masih belum tau itu namanya DOBRAK. Cuman kayak, “di masa pandemi ini aman lho”. Terus mungkin kurang disosialisasiin kali ya, harusnya masuk kayak lambe turah kali ya, kan anak-anak jaman sekarang lebih senengnya yang kayak gitu-gitu. Coba deh kamu buka misalnya PMI Kota Tangsel, kalau aku kayaknya nggak ada yang follow deh kalau temen-temenku, dan aku juga nggak follow mereka.

P : Sekiranya sekian pertanyaan dari aku kak, terimakasih atas waktunya yang udah diberikan ya kak.

I : Iya, sama-sama.

li

(31)

LAMPIRAN E. BUKTI WAWANCARA (ADIT)

Hari/Tanggal : Jumat, 23 Oktober 2020

Waktu : 13.00 WIB

Lokasi: : via Whatsapp (chat)

(32)

liii

(33)

LAMPIRAN F. LEMBAR BIMBINGAN

(34)

lv

Referensi

Dokumen terkait

S 4 Meningkatnya inovasi perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan IKS 4.1 Persentase PTS yang berhasil meningkatkan kinerja dengan meningkatkan jumlah dosen

Teknik membaca dengan mengenal, menjelaskan dan mempertimbangkan gagasan penulis atau disingkat 4M menurut Eanet dan Manzo 1976 dalam Tierney (1990: 289) merupakan metode

Berbeda dengan pemeriksaan fisik pada dewasa, pada anak diperlukan cara pendekatan tertentu agar anak tidak merasa takut, tidak menangis dan tidak menolak

Guru dan stakeholder lainnya belum mampu memanfaatkan berbagai sarana dan menjadikan PSBG sebagai bengkel penempah guru yang professional sampai pada

Dari arah taman, dia ngeliat * ke dapur, dan melihat wajan yang ditinggal. * Miranda masuk ke

Manajemen sebagai pihak yang diberi wewenang untuk mengelola perusahaan lebih banyak memiliki informasi tentang perusahaan dari pada pemilik saham, sehingga manajemen

Hal ini menjadikan konfigurasi bagi komputer client dan komputer server bisa berbeda seperti kapasitas memory, kecepatan processor atau alat masukan dan keluaran yang

Hasil percobaan penentuan kadar vitamin C tidak sesuai dengan literature karena vitamin dalam bentuk sari buah seharusnya lebih lama dititrasi dibandingkan