• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI SUBSEKTOR PERKEBUNAN Dl KABUPATEN SlAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI SUBSEKTOR PERKEBUNAN Dl KABUPATEN SlAK"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

3s 11s

2/&&

STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI SUBSEKTOR PERKEBUNAN

Dl KABUPATEN SlAK

BAMBANG DWI MARMINTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BGGOR 2806

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak adalah karya saya sendiri dan belum diajukan datam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Januari 2006

Bambang Dwi Marminto A153024505

(3)

ABSTRAK

BAMBANG DWI MARMINTO. Strategi Pengernbangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR dan HENY K.S. DARYANTO

Kekayaan surnberdaya alarn yang dirniliki dan lokasi strategis kabupaten Siak, adalah potensi yang besar untuk pernbangunan ekonorni kabupaten Siak. Untuk mernbiayai pernbangunan maka surnber dari pemerintah saja tidak dapat diandalkan. Altenatifnya usaha swasta perlu digerakkan dan diberi motivasi agar berperan dalam mernbangun Kabupaten Siak melalui kegiatan investasi khususnya pada subsektor perkebunan.

Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan, baik oleh pernerintah kabupaten Siak, rnaupun hasil kajian pernbangunan daerah, menyatakan bahwa potensi di sektor pertanian khususnya pada subsektor perkebunan menghasilkan beberapa kornoditas unggulan yang layak untuk dikernbangkan oleh rnasyarakat kabupaten Siak maupun para investor swasta.

Tl~juan umum kajian ini adalah merurnuskan strategi pengernbangan investasi subsektor perkebunan dalarn pelaksanaan pernbangunan di kabupaten Siak. Sedangkan tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah: Untuk rnengetahui dan menganalisis rninat investor terhadap investasi, pengaruh dari faktor internal (kekuatan dan kelernahan) dalarn pengembangan investasi dan pengaruh dari faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalarn pengernbangan investasi pada subsektor perkebunan di kabupaten Siak.

Pengurnpulan data dilakukan di kabupaten Siak propinsi Riau dari bulan Mei

-

Agustus 2005.

Bidang usaha yang banyak dirninati oleh investor di Kabupaten Siak pada subsektor perkebunan adalah perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya. Berdasarkan analisis rnatrik Internal-Eksternal pengernbangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten Siak diperoleh total nilai IFE sebesar 2,492 dan total nilai EFE sebesar 2,868. Hal ini rnenunjukkan bahwa pengernbangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten Siak masih bisa ditingkatkan dengan cara pendekatan integratif yaitu integrasi horizontal. Penggabungan rnatrik IFE I EFE ke dalam rnatrik SWOT dalarn pengembangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten Siak diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu:

pengernbangan usaha subsektor perkebunan berdasarkan potensi daerah;

rnenjalin kerjasama yang saling rnenguntungkan dalam penarnan modal;

pelayanan satu atap perijinan investasi; perluasan pangsa pasar;

pengernbangan sektor usaha yang terkait dengan subsektor perkebunan;

kebijakan yang kondusif (mernfasilitasi) dalarn pengembangan investasi;

optimalisasi peran lembaga terkait dan rnasyarakat; peningkatan sarana dan prasarana; kerjasama di bidang penelitian dan pengembangan. Analisis dengan menggunakan rnatriks perencanaan strategi quantitatif (QSPM) rnenghasilkan urutan prioritas strategi yang akan dilaksanakan dalarn pengernbangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten Siak dengan prioritas pertama adalah rnelakukan strategi pengembangan usaha subsektor perk~hunan herdasarkan potensi daerah dengan skor 6,947

(4)

O

Hak cipta milik Bambang Dwi Marminto, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari lnstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik

cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

(5)

STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI SUBSEKTOR PERKEBUNAN

Dl KABUPATEN SlAK

BAMBANG DWI MARMINTO

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

(6)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak

Nama

:

Bambang Dwi Marminto

NIM : A153024505

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto !!iregar

.

M.Ec

Ketua

Dr.lr. Henv K.

S.

~ a r v a l t o . -L M.Ec Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Manajemen Pembangunan Daerah

vfl$:-d.;> " A

".*.' 9%"

- * , .

. -

Tn-,.*_ "!,

. * a

.

Ir. Yusman Syaukat, M.Ec

Tanggal Ujian

:

30 Januari 2006

0 8 F EB 2006--

Tanggal Lulus

:

(7)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis sembahkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister pada program studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. Adapun pokok bahasan yang dipilih berjudul "Strategi Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak.

Didatam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka tidak berlebihan kiranya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc, selaku Dekan Sekolah Pascasarjana IPB.

2. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec, selaku ketua program studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah.

3. Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec dan Ibu Dr. Ir. Heny K.S.

Daryanto, M.Ec, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang selalu memberikan masukan dan arahan terhadap penyelesaian Tugas Akhir ini.

I 4. Bapak-bapak Dosen serta Staf Pengajar program studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah.

5.

Bapak Bupati Siak dan kepala Bappeda Kabupaten Siak yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan studi S2.

6. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada lstri dan Anak- anak yang telah memberikan motivasi bagi penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

7. Serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

8. Selanjutnya penghargaan disampaikan kepada sernua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu psnulis dalam ;ssr?yelesaian Tugas Akhir ini

(8)

Beranjak dari keinginan untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pembangunan daerah, maka berbekal kerangka pemikiran semasa dalam pendalaman materi pada program studi Pembanguan Daerah serta data dan informasi lapangan diharapkan kegiatan ini mampu memberikan gambaran dan sekaligus umpan balik dalam perumusan kebijakan dimasa depan.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan investasi di kabupaten Siak dimasa mendatang.

Bogor, Januari 2006

Bambang Dwi Marminto A153024505

(9)

Penulis lahir di Klaten Jawa Tengah, tanggal 10 Mei 1959, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari ayah Ali Sumardjo dan ibu Sunarni

Pendidikan dasar diselesaikan di SDN Payaman II Magelang tahun 1971, sekolah menengah pertama di SMPN Ill Magetang tamat tahun 1974 dan tamat sekolah rnenengah atas di SMAN I Magelang pada tahun 1977.

Pada tahun 1984 penulis menamatkan studi di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada.

Pada tahun 1986 penulis mulai bekerja di PEMDA Tk I Propinsi Riau dan bertugas di kantor BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) Riau sampai tahun 2001. Sejak tahun 2002 pindah tugas ke Badan Promosi dan lnvestasi (BPI) Kabupaten Siak sampai dengan tahun 2003.

Pada tahun 2004 sampai sekarang bertugas di kantor Bappeda Kab. Siak.

Tahun 2003 penulis di terima di program studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.

Menikah pada tahun 1991 dengan Neny Salmah, S.Pd. alumnus FKlP

-

UNRI, penulis dikaruniai tiga orang putri yaitu : Siti Nestiti Listyoningrum, Niken Tyas Palupi, dan Retno Parasrasmi.

(10)

DAFTAR IS1

Halaman DAFTAR TABEL

...

xii DAFTARGAMBAR ... xv

...

DAFTAR LAM PI RAN xvi

I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

...

1 ...

1.2. Perumusan Masalah 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian

...

10 1.3.1. Tujuan Kajian

...

10

...

1.3.2. Manfaat Kajian 11

II

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1. Peranan lnvestasi dalam Pembangunan Daerah 12 2.2. Kaitan Peningkatan lnvestasi dengan Peningkatan

...

Perekonomian Daerah 19

...

2.3. Pembangunan Subsektor Perkebunan 21

2.4. Strategi Peningkatan lnvestasi

...

27 2.5. lkhtisar

...

29 Ill

.

METODE KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

...

32 3.2. Lokasi dan Waktu Kajian

...

35

...

3.3. Metode Penelitian 35

3.3.1

.

Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling

...

35

...

3.3.2. Metode Pengumpulan Data 36

...

3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data 37 3.4. Metode Rancangan Program

...

46 IV

.

PROFIL KABUPATEN SlAK

4.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Siak

...

...

4.2. Keadaan Geografis

4.3. Kependudukan

...

4.4. Ketenagakerjaan

...

4.5. Pendidikan ...

4.6. Pertumbuhan Ekonomi ...

...

4.7. Struktur Ekonomi

...

4.8. Peluang lnvestasi Subsektor Perkebunan

4.9. Ekspor dan lmpor

...

4.10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Siak

...

4.1 1

.

Kebijakar! Fembangunan iingkungar! HiGup dalar? Kaita~mya terhadap pembangunan subsektor Perkebunan

...

(11)

V

.

ANALISIS DAN PENENTUAN ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN Dl KABUPATEN SIAK

5.1. Analisis Minat Investor pada Subsektor Perkebunan di ...

Kabupaten Siak

...

5.2. Analisis Faktor Strategis

...

5.2.1. Faktor Strategis Internal

...

5.2.2. Faktor Strategis Eksternal

5.2.3. Evaluasi Faktor-faktor Strategis ...

5.2.4. Internal Factor Evaluation (IFE) ...

5.2.5. External Factor Evaluation (EF EJ ...

5.2.6. Analisis Matrik Gabungan Internal

-

Eksternal (IE) Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di

...

Kabupaten Siak

5.2.7. Analisis SWOT

...

5.3. Penentuan Prioritas Alternatif Strategi

...

5.3.1. Analisis Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) 5.4. lkhtisar ...

VI

.

STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INVESTASI ...

SUBSEKTOR PERKEBUNAN Dl KABUPATEN SIAK 106

VII

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

7.1. Kesimpulan 113

7.2. Saran

...

114 DAFTAR PUSTAKA ... 116

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Perbandingan produktivitas tanaman perkebunan Kabupaten

...

Siak terhadap Propinsi Riau

Rincian Jumlah Responden ...

...

Matrik Internal Factor Evaluation

Matrik External Factor Evaluation ...

Penerttuan Bobot Faktor Strategis ...

Penentuan Rating Faktor Strategis

...

...

Matrik Analisis SWOT

Penentuan Pilihan Strategis dengan Matriks QSPM

...

Tujuan Kajian. Jenis Data yang Diperlukan. Sumber Data

...

dan Metode Analisis

Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2003

...

Banyaknya Penduduk. Luas Wilayah dan Kepadatan

...

Penduduk Per-km2 Tahun 2003

Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ke~iatan Utarna Kabupaten Siak Tahun 2003

...

Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Lapengan Usaha

...

Utama Kabupaten Siak Tahun 2003

Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Siak Tahun 2003

...

Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Siak

...

Tahun 2003

Laju Pertumbuhan Menurut Sektor dl Kabupaten Siak Tahun 2001

.

2003

... ... ...

(13)

Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha ...

Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga konstan Menurut Lapangan Usaha

...

Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan di ...

Kabupaten Siak, Tahun 2003

Volume dan Nilai Ekspor Kabupaten Siak Menurut Kelompok ...

Komoditas Tahun 2003

Arahan Kawasan Lokasi Kabupaten Siak

...

Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Berdasarkan

...

Hirarkinya di Kabupaten Siak

Perkiraan Kebutuhan Penyediaan Air Bersih

...

Perkembangan lnvestasi PMDN di Kabupaten Siak, periode ...

1990 - 2004

Perkembangan lnvestasi PMA di Kabupaten Siak, periode ...

1990

-

2004

Persetujuan Penanaman Modal Asing Tahun 2000

-

2004 di

...

Kabupten Siak

Persetujuan Penanaman Modali Dalam Negeri Tahun 2000 -

...

2004 di Kabupten Siak

Luas dan Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Siak Tahun 2003 ...

Hasil Ananlis Komoditas Perkebunan Berdasarkan

...

Kesesuaian Lahan dan Ekonomi

Perkembangan ekspor komoditas perkebunan utama 1998- 2000 (US$ 000). ...

Jumlah penyaluran kredit tahun 2004 dan triwulan 1 2005

...

Matrik IFE Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan ...

di Kabupaten Siak

(14)

33

.

Matrik EFE Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan

...

di Kabupaten Siak

34

.

Matrik

SWOT

Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak ...

35

.

Hasil Perhitungan Prioritas Strategi Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak

...

36 . Matriks rencana program pengembangan investasi subsektor perkebunan tahun anggaran 2007 Kabupaten Siak

...

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Bagan Kerangka Pikir Strategi Pengembangan lnvestasi

Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak

...

34 2. Matrik Analisis Internal - Eksternal

...

42 3. Grafik kredit menurut jenis penggunaan Propinsi Riau

Maret 2005 ... 87 4. Matrik IE untuk Pengembangan lnvestasi Subsektor

...

Perkebunan di Kabupaten Siak 97

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Hasil perhitungan bobot faktor strategis internal pengembangan

imret;tasi subsektor perkebunan dari 20 responden

...

Hasil perhitungan bobot faktor strategis eksternal pengembangan investasi subsektor perkebunan dari 20 responden

...

Hasil Perhitungan Rating Faktor Internal (Kekuatan dan Ketemahan) Pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kab. Siak dari 20 Responden

. . .. . .

.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Hasil Perhitungan Rating Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kab. Siak dari 20 responden

. .

.

.

. . . .

. . . . . . .

.

. . .

.

. . . . .

. .

. .

. . . .

. .

Penentuan Pilihan Strategi dengan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

. . . . . . .

.

. . . . . . . . . . . . . . .

Kelayakan Finansial Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Skala 6200 Ha.

...

Kelayakan Finansial Usahatani Kelapa Skala 1000 Ha. ...

Kelayakan Finansial Usahatani Karet per Ha.

...

Kelayakan Finansial Agroinddustri Sagu

...

(17)

I. PENDAHULUAN

1 .I . Latar Belakang

Kabupaten Siak salah satu wilayah kabupaten baru di Provinsi Riau, dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999, rnerupakan pemekaran dari kabupaten Bengkalis. Wilayahnya merniliki karakteriitik sebagai daerah pedalarnan, pesisir sungai dan pantai dengan luas wilayah 8.556,09 km2.

Posisi geografis kabupaten Siak sangat strategis, karena sebagai hinterland dari pusat segitiga perturnbuhan kerjasama ekonorni regional IMS-GI yang berpusat di Batam dan rnerupakan salah satu pintu gerbang pelabuhan penting bag!

Provinsi Riau. Kabupaten Siak mulai dikernbangkan setelah diberlakukannya otonomi daerah, dirnana pemerintah daerah diberi kewenangan dan ruang gerak yang lebih luas untuk mengelola surnberdaya yang dirniliki dalarn rangka rnengernbangkar~ perekonornian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Potensi kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki dan lokasi yang

I

strategis, adalah potensi besar untuk pernbangunan ekonorni kabupaten Siak saat ini maupun di lnasa rnendatang. Untuk membiayai pembangunan surnber dana yang berasal dari pemerintah tidak dapat diandalkan. Dengan kata lain usaha swasta harus digerakkan dan diberi motivasi agar ikut serta dalarn pernbangunan. Untuk mengikutsertakan sektor swasta rnengisi pernbangunan diperlukan kebijaksanaan pemerintah yang cukup cerrnat. Usaha menggerakkan dan rnenggiring swasta sesuai dengan tujuan pembangunan yang diinginkan oleh masyarakat, rnernerlukan peratcrsn dan perangsang yang meliputi seluruh asp& sgsc Aspa: mendorang swssts untuk berparfisipasi (Kunarjo, 1992).

(18)

Hampir semua pemerintah daerah sekarang ini mengalami keterbatasan keuangan, yang membawa akibat terbatasnya kemampuan pemerintah daerah membiayai proyek-proyek pembangunan yang telah direncanakan. Hal ini akhirnya mengakibatkan terbatasnya lowongan kerja karena tidak cukup menampung angkatan kerja baru yang senantiasa semakin besar. Jalan yang masih terbuka untuk memelihara dan menjamin laju pembangunan adalah pemerintah bekerjasama dalam pengembangan investasi dengan pihak swasta maupun yang dilaksanakan sendiri oleh pihak swasta. Untuk menindaklanjuti ha1 ini Pemerintah Daerah harus melakukan analisis terhadap kondisi perekonomian di daerah agar dapat memanfaatkan peluang yang ada (Syaukat, 2004).

Dalam pembangunan perekonomian daerah, kegiatan investasi mempunyai peran yang strategis dan krusial. Strategis karena merupakan tahapan mutlak berupa pembelanjaan sumberdaya untuk pembangunan yang harus dilewati bagi pengembangan setiap sektor. Sedangkan krusial karena apabila tepat sasaran akan dihasilkan ekonomi daerah yang tangguh, namun apabila tidak tepat dalam penentuan sasaran maka akan terjadi pemborosan sumberdaya daerah dan akan menghasilkan keadaan sebaliknya. Mengingat ha1 tersebut permasalahan pembangunan investasi tidak dapat dibiarkan begitu saja, harus diantisipasi kemungkinan dampak negatif dan ditingkatkan dampak positif, antara lain diperlukan penampilan birokrasi yang lebih adaptif, kondusif dan responsif, karena pada saat yang sama te rjadi persaingan berbagai sektor pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi dan penyebaran teknologi.

Menurut Nisjar (1997), kemajuan suatu daerah salah satunya ditentukan oleh kegiatan investasi yang berlangsung di wilayah tersebut dan perkembangan in~estasi yang pesat di suatu wilayah dapat menimbulkan multiplier effect.

Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan arus investasi di kabupaten Siak semzkin berat. Oleh karena itu upaya harus diiaku~an agzr target pembangunan

(19)

yang telah direncanakan dapat tercapai, antara lain investasi y'ang berasal dari dalam negeri tetap mendapat perhatian utama untuk dikembangkan, sedangkan investasi dari luar negeri dimanfaatkan karena masih diperlukan mengingat sumber-sumber yang ada masih terbatas.

Sejalan dengan maksud untuk meningkatkan kegiatan perekonomian, kabupaten Siak perlu meningkatkan kemampuan memanfaatkan potensi yang ada. Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, baik oleh Pemerintah kabupaten Siak sendiri maupun hasil kajian pembangunan daerah, menyatakan bahwa potensi di sektor pertanian khususnya pada subsektor perkebunan menghasilkan beberapa komoditas unggulan yang layak untuk dikembangkan oleh masyarakat kabupaten Siak maupun untuk ditawarkan kepada para investor, guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus untuk dapat mendongkrak peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Siak.

Pengembangan investasi pada subsektor perkebunan ini juga didukung oleh kontribusi sektor pertanian sebesar 30,13 % dari PDRB Kabupaten Siak pada tahun 2003 (BPS, 2003). Sektor ini merupakan penyumbang terbesar kedua setelah industri pengolahan. Dengan kenyataan itu sangat wajar bila sektor ini harus dikembangkan secara baik.

Untuk kelornpok tanaman perkebunan, komoditi-komoditi perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Siak adalah kelapa, kelapa sawit, kopi, dan karet. Di antara tanaman tersebut kelapa sawit mempunyai produktivitas tertinggi 17,98 tonlha, yang kemudian diikuti kelapa sebesar 0,99 tonlha, karet sebesar 0,88 tonlha, dan kopi sebesar 0,80 tonlha. Dari Tabel 1 terlihat bahwa untuk kelapa sawit dan kelapa mempunyai tingkat produktivitas yang lebih besar dari rata-rata produktivitas Riau, semetara untuk tanaman karet mempiinyai prodiiktivitas yang lebih rendah dibandingkan Riau.

(20)

Tabel 1. Perbandingan Produktivitas Tanaman Perkebunan ~abupaten Siak terhadap Propinsi Riau

Kesesuaian tanaman perkebunan di Kabupaten Siak relatif lebih baik dibandingkan dengan rata-rata di Propinsi Riau, yang ditunjukkan dengan produktivitas semua tanaman perkebunan yang lebih besar dibandingkan dengan Propinsi Riau kecuali untuk karet. Dengan demikian berdasarkan kriteria potensi produksi tersebut komoditi perkebunan yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah berturut-turut kelapa sawit, kelapa, dan kopi.

Pemerintah kabupaten Siak pada saat ini telah dan sedang mengembangkan perkebunan kelapa sawit dan nenas guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerahnya. Pola pengembangan yang akan dilaksanakan adalah kerjasama dengan pihak swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun dengan pihak perbankan. Kehadiran pihak swasta ataupun BUMN ini karena dalam pengembangan sektor ini disamping memerlukan investasi yang sangat besar, juga diperlukan adanya pengelolaan yang profesional. Dewasa ini peranan dunia usahalswasta sebagai partner dalam pembangunan harus mendapat porsi yang semakin besar dengan dibukanya peluang usaha yang seluas-luasnya oleh pemerintah. Tujuannya agar kalangan swasta ini dapat memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada di daerah menjadi potensi ekonomi yang nyata dan produktif.

Rasio

Kelapa sawit Karet Kelapa Kopi

Produktivitas Kab. Siak Komoditi Produktivitas

Prop. Riau

Sumber : Deptan Kanwil Riau, 2000 (diolah) (Tonlha)

1,91 0,56 0,91 0,48

(Tonlha) 17,98

0,27 0,99 0,80

9,41 0,48 1,09 1,48

(21)

Untuk menindak lanjuti ha1 tersebut, salah satu strategi yang harus ditempuh oleh pemerintah daerah adalah mengarahkan pembangunan di bidang investasi subsektor perkebunan yang mempunyai prospek baik. Caranya dengan berpegang pada sumber-sumber dan potensi yang dimitiki maupun yang dapat dikembangkan melalui pemanfaatan yang optimal dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan kapasitas sumberdaya alam. Dengan demikian, pertanyaan pokok kajian ini adalah bagaimana strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak.

1.2. Perurnusan Masalah

Perkembangan investasi PMAIPMDN di Kabupaten Siak dalam kurun waktu 5 tahun (2000

-

2004) mengalami penurunan. Untuk PMA selama lima tahun terakhir hanya ada dua proyek investasi (masing-masing pada tahun 2000 dan 2004). Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam kurun waktu yang sama juga mengalami penurunan baik jumlah maupun nilai investasinya (BPI Kab. Siak, 2004). Kondisi perkembangan investasi yang belum menggembirakan ini diperkirakan masih akan berlangsung, bila tidak ada kebijakan baru dari Pemerintah yang kondusif.

Potensi ekonomi subsektor perkebunan di kabupaten Siak banyak, beragam dan ditunjang oleh ketersediaan lahan yang relatif luas serta kesesuaian lahan, maka peluang untuk berinvestasi pada sektor ini cukup terbuka. Menurut Badan Promosi lnvestasi (BPI) Kabupaten Siak (2004), potensi pengembangan lahan untuk perkebunan yang disediakan pemerintah daerah Kabupaten Siak masih tersedia total 118.349 ha. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Siak pada tahun 2003 mengusulkan target perluasan sekitar 17.000 ha kebun sawit; karet 4.491 ha; s a p 540 ha; dan kopi 2 i 5 ha. Sala~n komoditas perkebunan Vans Uiusul~an untuK dikembang~an, BEMDA kabupaien S i a ~

(22)

bekerjasama dengan LPKM IPB (2002) juga telah mengkaji kesesuaian lahan di kabupaten Siak dan diketahui cocok untuk pengembangan subsektor perkebunan antara lain: kelapa, kelapa sawit, karet dan sagu.

Melihat potensi dan peluang besar pada subsektor perkebunan yang dapat ditawarkan kepada para investor, Pemerintah kabupaten Siak telah bertekad menjadikan pengembangan investasi swasta pada sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan sebagai bagian integral dari salah satu misi kabupaten Siak dan menjadikan pengembangan investasi swasta subsektor perkebunan sebagai andalan yang dapat diharapkan menggerakan oembangunan daerah yang berkesinambungan. Untuk itu diperlukan berbagai upaya yang dapat mendorong minat dan kemauan para investor melakukan investasi ke kabupaten Siak. Hal ini agar tercipta akumulasi modal produktif untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekorlomi daerah.

Untuk mengetahui ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya alam daerah dapat dilihat dari kontribusi kegiatan perekonomian sektor primer (pdrkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan) terhadap perekonomian daerah. Ketersediaan sumberdaya alam dan pemanfaatannya menjadi sangat penting sebagai pertimbangan berinvestasi, karena memperlihatkan seberapa besar potensi kekayaan alam yang masih dapat dikembangkan atau diolah dan seberapa besar daya dukungnya terhadap kegiatan usaha baik perdagangan maupun industri. Untuk itu diperlukan pencarian strategi dengan penggalian sumber-sumber potensi peluang investasi.

Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) (2003), dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran penting u~t.uk mendorong pertumbuhan ekonoml. Secara umum investasi atau penanaman n?odal baik Penanaman h?sdal Dalam Negeri (PMDN) maupun

(23)

Penanaman Modal Asing (PMA) membutuhkan adanya iklim yang sehat dart kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. lklim investasi juga dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi suatu negara atau daerah. Kondisi inilah yang mampu menggerakkan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda ekonomi.

Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya tarik daerah tersebut terhadap investasi, dan adanya iklim investasi yang kondusif. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi, salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Selain itu yang juga perlu mendapat perhatian dalam rangka menarik investor adalah pengembangan sumberdaya manusia dan infrastruktur dalam arti luas. Hal ini menuntut perubahan orientasi dari pemerintah, yang semula lebih bersifat sebagai regulator, harus diubah menjadi supe~isor, sehingga peran swasta dalam perekonomian dapat berkembang optimal.

Liberalisasi perdagangan dunia yang sedang dan akan berkembang merupakan tantangan sekaligus peluang yang akan dihadapi dalam pembangunan ekonomi di berbagai tempat terrnasuk Kabupaten Siak.

Komitmen-komitmen ke rjasama intemasioal yang menurunkan berbagai bentuk proteksi, baik tarif maupun non tarif akan mendorong aliran barang dari dan ke berbagai tempat. Kondisi tersebut menuntut adanya peningkatan daya saing dari setiap pelaksana usaha untuk dapat bertahan di pasar.

Peningkatan daya saing tersebut dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, kamampuan bersaing di pasar mengandung arti produk yang dijual adalah produk yang sesuai dengan

(24)

atribut yang dituntut konsurnen. Sedangkan dari sisi penawaran adalah kemampuan untuk mernproduksi lebih efisien pada kualitas yang sama.

Komoditi yang potensial untuk dikernbangkan harus mampu rnenjarnin kontinuitas produksi baik dari segi kualitas rnaupun kuantitas. Dari sisi lain komoditas tersebut harus te rjarnin di pasarnya. Dengan demikian kornoditas potensial ini akan berkernbang dengan baik. Kontiuitas produksi dapat didekati dengan rnelihat perkembangan luas panen yang mempresentasikan tingkat produksi dan penerimaan masyarakat dari kornoditas yang bersangkutan.

Dalam perkembangannya peranan pertanian di Kabupaten Siak rnasih mernegang peranan karena rnarnpu rnemberikan kontribusi yang terbesar (32,57%), kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan. Sernentara sektor ekonomi yang paling kecil peranannya terhadap PDRB Kabupaten adalah pertambangan dan penggalian. Hal ini rnenunjukkan adanya prospek pegembangan pertanian yang bagus di Kabupaten Siak, karena didukung oleh kesesuaian dengan agroekologi wilayah dan sarana dan prasarana yang ada.

Dengan demikian sektor pertanian akan memegang peranan yang penting dan menjadi leading sector babi pembangunan perekonornian di Kabupaten Siak.

Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dalarn ha1 ini telah membuat beberapa kebijakan yang bertujuan meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Beberapa bentuk kebijakan mengarah pada konsep pengembangan investasi swasta, antara lain di subsektor perkebunan dengan rnenggali potensi surnberdaya yang dapat dikernbangkan melalui kornoditas unggulan untuk kegiatan investasi.

Kegiatan usaha perkebunan di suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan (kuantitas) fasilitas atau infrastruktur fisik seperti jalan raya, re1 kereta dpi, peiabuhan laut dan udars, kuantitas dan kualitas lahan dan sebagainya. Sebagai kabupaten pen?ekaran baru, kabupaten Siak masih dalarn

(25)

tahap berbenah diri dalam bidang pembangunan dan pemeriniahan. Berbagai kesiapan terutama di bidang infrastruktur sebagai faktor yang menentukan minat investor dalam berinvestasi khususnya perkebunan harus menjadi perhatian, terutama sekali seperti layanan air bersih, listrik, telepon dan jalan yang masih perlu ditingkatkan. Sementara itu dunia usaha juga memandang penting untuk melihat komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan infrastruktur penunjang perekonomian di daerah. Komitmen pemerintah kabupaten Siak untuk membangun infrastruktur terlihat dari rasio pembangunan dibandingkan anggaran rutin yang cukup tinggi, pada tahun 2004 perbandingannya 70:30 (Bappeda Kab. Siak, 2004). Semakin besar rasio pembangunan dibandingkan anggaran rutin menunjukkan bahwa dana yang dimiliki daerah lebih banyak dibelanjakan untuk kegiatan pembangunan ekonomi produktif.

Minat investor untuk berinvestasi di suatu daerah khususnya pada subsektor perkebunan juga disebabkan adanya keuntungan yang diharapkan dari kapital yang direalisasikan. Keuntungan yang diharapkan dari suatu investasi sangat terkait dengan permintaan pasar mengenai barang produk investasi dan kemudahan inputnya. Selanjutnya Rachman (2004), mengemukakan bahwa dalam konteks pengembangan investasi di daerah ada beberapa ha1 yang dapat menjadi daya tarik daerah terhadap investasi, diantaranya pasar domestik yang memadai, sarana teknologi informasi, ekonomi pasar, perdagangan internasional serta sistem pembayaran. Layaknya kegiatan usaha, suatu daerah akan

I

berkembang apabila daerah tersebut sanggup bersaing secara efektif dalam menjual produk dan jasa ke berbagai pasar. Untuk itu pembangunan ekonomi suatu daerah harus bermula dari pemberdayaan potensi ekonomi yang dir~ilai unggul dan memiliki peluang ekspor.

(26)

Disamping itu untuk menciptakan opini positif dan ' feasible dalam pengembangan investasi khususnya pada subsektor perkebunan ke Kabupaten Siak, diperlukan langkah-langkah kerjasama berbagai pihak yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan investasi. Langkah-langkah tersebut mencakup berbagai aspek antara lain mengenai potensi dan peluang investasi beserta perangkat pendukung yang tersedia dan dimiliki oleh Kabupaten Siak. Sebagai daerah baru, Kabupaten Siak memiliki potensi pengembangan yang cukup besar. Banyak investor telah melakukan investasinya di Siak, baik melalui Proyek Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Oleh sebab itu perumusan pertanyaan spesifik yang muncul adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana minat investor terhadap investasi pada subsektor perkebunan di Kabupaten Siak?

2. Faktor-faktor internal apa (kekuatan dan kelemahan) yang mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak?

3. Faktor-faktor ekstemal apa (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perlkebunan di Kabupaten Siak?

4. Strategi apa yang digunakan dalam pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak?

1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian 1.3.1. Tujuan Kajian

Tujuan umum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Siak. Sedangkan tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah untuk :

1. Mengsnalisis minat investor terhadap investasi pad3 subsektor pei~ebunan ai ~abupaten S i a ~ .

(27)

2. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan.

3. Menganalisis faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan.

4. Merumuskan strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak.

1.3.2. Manfaat Kajian

Manfaat yang diharapkan dalam kajian strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Siak adalah:

1. Untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan dan pihak- pihak yang berkepentingan dalam penyususunan strategi pengembangan investasi di subsektor perkebunan.

2. Dapat digunakan sebagai panduan bagi investor dalam membuat keputusan untuk berinvestasi.

3. Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan di bidang yang sama.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan lnvestasi dalam Pembangunan Daerah

lnvestasi adalah suatu kata dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Kata tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapitallmodal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh investasi termasuk membangun re1 kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di universitas (Wikipedia, 2005).

Menurut BPS (2002), investasilpenanaman modal secara umumlmakro ekonomi adalah pengeluaran pembelanjaan oleh penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli perlengkapan-perlengkapan produksi untuk meningkatkan kemampuan memproduksikan barang dan jasa. Secara prinsip investasi dibedakan menurut "investasi finansial" dan "investasi non finansial".

lnvestasi finansial lebih ditujukan kepada, investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial direalisasikan daiam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud "kapital"

atau barang modal, termasuk pula didalamnya inventori (persediaan).

Pelakulinstitusi investasi dapat berasal dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemeritah daerah, investasi yang berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta investasi yang berasal dari swasta. lnvestasi menurut sektor, yaitu sekior pertanian, periambaiiyan dan penggalian, industri, pe~gilangan minyak, !istrik, gas, air

(29)

minum, konstruksi, perdagangan, pemerintahan umum, sewa rumah dan jasa- jasa.

Menurut Francis (1993), investasi terdiri dari investasi langsung (direct invesment) dan investasi tidak langsung (Portofolio invesment). investasi Langsung (Direct Investment) adalah :

a. Investor terlibat langsung dalam pengelolaan usaha yang bertanggung jawab atas kinerja usaha maupun menanggung segala resiko usaha (untunglrugi).

b. Perolehan bersifat laba baik yang dibagikan kepada pemilik (deviden) maupun yang ditanam kembali dalam perusahan dalam rangka pengembangan usahanya, disini dampak pembentukan nilai tambahnya besar.

lnvestasi tidak langsung (Portofolio Invesment) :

a. Investor tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha dan tidak bertanggung jawab atas kinerjanya (maju mundurnya) usaha serta tidak menanggung resiko usahanya.

b. Perolehan investor adalah agiolgain dari jual beli sahamlsuraf berharga lainnya. Kegiatan investasi ini lebih bersifat spekulatif sehingga dampak pembentukan nilai tambah relatif kecil.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (1 994), mengelompokkan investasi menjadi :

1. Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan UU No. I tahun 1967 dan yang digunakan untuk menjalankan perusahan cii Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

(30)

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yaitu pmggunaan kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak dan benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkanldisediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam UU Nomor 1 tahun 1967 tentang PMA baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Non PMAlPMDN adalah penanaman modal dalam negeri yang tidak diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA maupun UU Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN. Pengaturan penanaman modal non PMAIPMDN semula berdasarkan pada BRO Nomor 38 Tahun 1934, namun saat ini sudah tidak berlakukan lagi dan kemudian diatur kedalam UU masing-masing sektor.

lnvestasi merupakan kegiatan yang memegang peranan penting dalam pergerakan dan pertumbuhan perekonomian di daerah, sangat dipengaruhi oleh karakteristik daerah, letak geografis, dan keunggulan-keunggulan suatu daerah, serta berbagai sektor yang membedakan antara satu daerah dengan daerah lain dalam pehgembangan dan pembangunannya. Untuk mengejar pembangunan yang diikuti dengan percepatan laju pertumbuhan ekonomi diperlukan berbagai upaya-upaya bertujuan meningkatan pendapatan daerah, dengan pemerataan pendapatan yang baik serta keberhasilan pembayaran yang ditunjukkan dari indikator ekonomi dan indikator sosial. Hal ini memerlukan penunjang yang sinergis dari sektor-sektor pembangunan bidang investasi.

Ada beberapa pendekatan yang dapat mendukung mengenai peranan investasi dalam pembangunan daerah, antara lain pendekatan dari aspek ekonomi makro, aspek penyediaan lapangan kerja dan aspek bisnis (BKPM, 1 994).

(31)

(7). Aspek Ekonomi Makro

Dalam teori ekonomi makro, menurut Samuelson dan Nordhaus (1997), pembentukan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut penggunaan (expenditure approach) akan terjadi karena pembentukan pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah dan keseimbangan neraca perdagangan melalui kegiatan ekspor dan irnpor. Secara matematis keseimbangan pendapatan nasionawdaerah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana : Y = Pendapatan Nasional atau Daerah ( PDB atau PDRB) C = Pengeluaran komsumsi

I = Pengeluaran lnvestasi G

=

Pengeluaran pemerintah

(X

-

M)= Selisih Pengeluaran ekspor dan impor

Jadi pembentukan pendapatan nasional atau aerah (PDB atau PDRB) sangat dipengaruhi oleh pembentukkan variabel C, I ,G dan (X

-

M), makin tinggi tingkat investasi akan berpengaruh terhadap naiknya pendapatan nasional atau daerah. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi sangat rnenentukan pendapatan ekonorni (PDBIPDRB) atau sebaliknya.

Faktor-faktor terhambatnya investasi masuk ke daerah (Patros, 2004) adalah: kondisi politik, keamanan, ketentraman dan ketertiban yang belurn kondusif, kemudahan perijinan dan pelayanan yang masih rendah dan pecyediaan infrastruktur dan tersedianya sumberdaya manusia yang rendah. Langkah-langkah yaiig diperlukarl dalam penyehatan iklim

(32)

investasi di daerah meliputi: (1) regulasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, (2) pengembangan sektor usaha kecil dan menengah dan (3) kebijakan pemerintah dalam pemberian kemudahan dan fasilitas pendukung bagi investor.

Dalam upaya peningkatan pendapatan daerah diperlukan usaha untuk menarik investasi secara lokal, nasional maupun internasional.

Untuk menarik investasi tersebut sangat bergantung kepada kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah. Kebijakan tersebut harus memberikan garansi keamanan, kepastian hukum dan prospek jangka panjang yang lebih kondusif bsgi iklim investasi. Baik atau tidaknya penegakan hukum ternyata sangat rnempengaruhi keinginan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Misalnya, IFC (International Finance Corporation), anak perusahaan Bank Dunia tersebut menegaskan tidak akan membuat investasi baru di Indonesia, jika penegakan hukum di Indonesia belum dibenahi (Anisah, 2003).

Masalah investasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, hamun yang lebih penting kelancaran investasi sangat ditentukan oleh dukungan yang diberikan masyarakat. Tanpa adanya dukungan yang kuat dari rnasyarakat proses iwestasi akan tersendat. Peran serta masyarakat dalam menjamin aset investor sangat penting, sehingga investor rnerasakan kenyarnanan tanpa harus dibebani dengan rasa ketakutan.

(2). Aspek Penyediaan Lapangan Kerja

Di samping perencanaan makro di atas, Partowidagdo (1999) rilengemukaan bahwa investasi dengan sendirinya barkaitan secara langsuny aengap penciptam lapmgan kerja Dengan terbukanya lapangan kerja yang luas bagi masyarakat sehi~gga angka pengangguran

(33)

menjadi rendah. Akibat krisis ekonomi, tingkat pengangguran telah mencapai 35 juta orang atau 17,5 % dari jumlah penduduk Indonesia (Wijandi dan Sarrna, 2002). Pengangguran yang tinggi itu terjadi karena turunnya tingkat investasi yang sangat drastis selama krisis ekonomi.

Jadi tanpa adanya percepatan investasi persoalan pengangguran akan semakin besar dan berdampak sangat luas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

(3). Aspek Bisnis

Bisnis adalah suatu aktivitas usaha yang akan dikerjakan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk mendapatkan keuntungan. Sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan sangat terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara berbagai macam usaha yang paling menguntungkan (Oemar, 2003). Ditinjau dari sisi bisnis, investasi berkaitan dengan pendirian dan pengembangan usaha dari suatu perusahan. Sumber investasi adalah dari laba yang tercipta atau pinjaman dari pihak lain. Efisiensi investasi menjadi sangat penting bagi perusahaan sehingga sebelum investasi harus dilakukan studi kelayakan terlebih dahulu. Pada umumnya, selarna masa investasi (investment period) perusahan belum mampu menciptakan laba sehingga membutuhkan bantuan eksternal agar perusahaan survive. Dalam konteks ini, pemerintah sangat berperan memberikan rangsangan (incentive) terhadap perusahan yang berinvestasi di Indonesia.

Pemberian izin prinsip investasi terhadap perusahan ataupun perorangan ditindaklanjuti dengan pemberian fasilitas selama periode investasi.

Mengingat penting dan strategisnya peran investasi dalam pembangunan maka semua pihak seperti pemerintah, swasta dan masyarakat luas perlu berperan a ~ t i f untuk menggsrakannya. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

(34)

(1). Peran pemerintah

Dari sudut pandang ekonomi, peran dan fungsi- pemerintah pada dasarnya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan indikator (Partowidagdo, 1999):

a. Meningkatnya PDBIPDRB melalui peningkatan nilai tambah.

Meningkatnya nilai tambah makin banyak pilihan komsumsi masyarakat.

b. Terbukanya lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. Angka pengangguran menjadi rendah dan pendapatan masyarakat meningkat.

c. Stabilitas nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uanglvaluta asing.

Ketiga peran dan fungsi di atas dapat dilaksanakan bila pemerintah dapat menggerakkan roda perekonomian melalui investasilbisnis. Oleh karena itu pemerintah perlu mendayagunakan segenap potensi sumber daya yang dimiliki secara optimal. Dalam rangka menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dibidang investasi tersebut pihak pemerintah h a r k berperan aktif dalam ha1 :

a. Pembangkit motivasi masyarakat untuk menjadi pelaku investasi b. Penciptaan iklim yang kondusif antara lain berupa :

-

Arahan kebijakan yang tepat

- Pengaturan/regulasi/peraturan perundang-undangan yang baik antara lain dibidang: fiskal, moneter, tata ruang, lingkungan

-

Fasilitas dan pelayanan yang baik (terrnasuk insentif)

-

Pembinaan, bimbingan dan penyuluhan

c. Pengawasan Jan Pengendalian serta penegakan hukum d . Pelindung Ipembeiti kepentinga~ rakyat

(35)

e. Menyediakan infrastruktur dan sarana penunjang yang memadai:

jalan, pelabuhan, air, listrik, kawasan bisnis, lembaga penelitian dan pelatihan.

(2). Peran Swasta

a. Berpartisipasi melalui bidang produksi dan distribusi

b. Memenuhilmembayar kewajiban : pajak, lingkungan, disiplin c. Menegakkan hukum

d. Membangun infrastruktur

e. Kontribusi sosial : pendidikan, kesehatan, fasilitas umum.

(3). Peran masyarakat

a. Memberikan dukungan sosial b. Melakukan pengawasan

c. Menegakkan stabilitas politik dan keamanan

2.2. Kaitan Peningkatan lnvestasi dengan Peningkatan Perekonomian Daerah

Kegiatan investasi di Kabupaten Siak diharapkan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui kegiatan investasi akan terjadi penyerapan tenaga kerja dan alih teknologi, peningkatan produksi, peningkatan pendapatan per kapita serta peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan berimplikasi pula pada dinamika perekonomian daerah.

Menurut Husodo (2004), perturnbuhan ekonomi suatu negara yang baik biasanya ditunjang dengan masuknya investasi secara reguler di negara tersebut. Pertumbuhan ini akan lebih baik lagi jika negara tersebut dapat bersaing dengan negara lain dalam memasarkan hasil pr~duksinya dari ~nvestasi yang rnasuk ierse~ut.

(36)

Perkembangan ekonomi suatu negaratdaerah ditentukan paling tidak oleh dua faktor produksi, yaitu kapital dan tenaga kerja. Kedua faktor produksi tersebut merupakan faktor utama yang menjadi penggerak sistem perekonomian, sehingga arus perputaran kegiatan ekonomi dapat tetap berlangsung. Faktor produksi kapital terbentuk akibat dari adanya kegiatan investasi, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai barang modal yang akan digunakan &lam kegiatan proses produksi. Kapital tersebut berperan untuk rnentransformasikan berbagai input menjadi output atau produk.

lnvestasi merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian karena investasi mempunyai keterkaitan dengan keberlangsvr~gan kegiatan ekonomi pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang. Melalui investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang pada gilirannya mampu untuk meningkatkan output, yang kemudian pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan.

Sampai dengan tahun 2004 secara kumulatif persetujuan investasi PMDN di Kabupaten Siak sebesar Rp. 2,93 trilyun, sedangkan PMA sebesar USD 11,86 milyar. Bidang usaha yang banyak diminati adalah indhstri yang mengolah basil-hasil hutan (industri plywood, pulp dan kertas) serta perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya. Bidang usaha yang diminati investor tersebut sangat signifikan dengan perkembangan perekonomian Kabupaten Siak yang PDRB-nya didominasi oleh sektor industri pengolahan dan sektor pertanian.

Sektor industri pengolahan kontribusinya sebesar 46,87% dan sektor pertanian sebesar 30,13%. Peranan sektor industri pengolahan dan pertanian menjadi sangat penting bahkan sektor-sektor ini sebagai lokomotif dan penggerak roda perekonomian Kabupaten Siak (BPS Siak, 2004).

Sektor pertanian merniliki prospek yang sarigat b a i ~ terutama didukung 0Iei1 subsektor perkebunan. I-ial tersebut ditandai dengan berkembangnya

(37)

berbagai fasilitas pendukung sentra-sentra produksi yang ' berbasis pada agribisnis dan agroindustri. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Siak adalah tetap rnemberdayakan dan rneningkatkan sektor-sektor ekonomi yang menjadi "economy basen yaitu antara lain sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian. Keberhasilan pemerintah daerah dalarn meningkatkan investasi swasta yang masuk ke daerah te~sebut akan berdampak multiplier effect dengan timbulnya kegiatan-kegiatan lain yang rnengikutinya, sehingga ha1 ini akan dapat mempengaruhi kinerja perekonomian daerah tersebut. lndikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perkonomian daerah antara lain melalui PDRB, laju pertumbuhan ekonomi, peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat. Apabila PDRB meningkat maka ada ekspansi atau pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan jika PDRB turun, maka terjadi resesi, oleh karena itu perlu insentif tertentu dari pemerintah daerah.

2.3. Pembangunan Subsektor Perkebunan

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pernbangunan nasional harus dilaksanakan secara terpadu dan serasi serta diarahkan untuk mengembangkan daerah sesuai dengan prioritas dan potensi wilayah. Sesuai dengan visi Kabupaten Siak yaitu "Tewujudnya Kabupaten Siak sebagai pusat budaya melayu di Riau yang didukung oleh agribisnis, agroindustri dan pariwisata yang rnaju dalam lingkungan masyarakat yang agarnis dan sejahtera pada tahun 2020n, maka pernbangunan daerah Kabupaten Siak dalam jangka panjang adalah mencapai kesejahteraan sosial sebagai tuntutan aspirasi masyarakat. Mengacu kepada visi Kabupaten Siak tersebut maka visi yang ingin diwujudkan dalam pembangunan pertavian dan perkebunan di Kabupaten Siak adalah "Terwujudnya pertanian yang tangguh melalui pengembangan agiihisnis

(38)

dan agroindustri yang berwawasan lingkungan". Makna yang terkandung dalam visi tersebut adalah :

a. Pertanian yang tangguh yaitu pertanian yang memiliki kemampuan yang kuat, berdaya saing baik ditinjau dari aspek pelaku pembangunan pertanian itu sendiri, kelembagaan serta produksi yang dihasilkan yang mampu bersaing dengan komoditas lainnya baik di tingkat regional, nasional dan bahkan internasional.

b. Pengembangan agribisnis yaitu pengembangan usaha pertanian dan perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan mampu bersaing di pasaran.

c. Pengembangan agroindustri yaitu pengembangan atau pembangunan industri yang berbasiskan pertanian dan perkebunan.

d. Berwawasan lingkungan yaitu cara pandang terhadap lingkungan agar tidak terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh adanya aktivitas pabrik yang dijalankan.

Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi pembangunan pertanian dan perkebunan Kabupaten Siak sebagai berikut :

a. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya aiam (lahan dan air), tenaga kerja, modal dan teknologi.

b. Mewujudkan sumberdaya manusia (petugas dan petani) pertanian dan perkebunan yang disiplin, berkualitas dan profesional.

c. Mewujudkan kualitas perencanaan, monitoring dan pengendalian program serta kegiatan pembangunan pertanian dan perkebunan.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengembangan usaha pertanian dan perkebunan.

(39)

e. Menciptakan iklim yang kondusif sehingga mendorong' investor untuk menginvestasikan modalnya di bidang pertanian dan perkebunan di Kabupaten Siak.

Selanjutnya untuk melaksanakan pembangunan perkebunan, mengingat begitu banyaknya komoditas yang diusahakan oleh masyarakat, maka dalam rangka peningkatan perekonomian daerah melalui pengembangan investasi swasta perlu dilakukan penggalian potensi dan peluang investasi.

Adalah tidak mudah untuk mengetahui potensi produksi suatu komoditas perkebunan yang dimiliki suatu daerah. Yang dimaksud dengan potensi produksi adalah segala kemampuan produksi yang ada dan layak dikembangkan hingga akan terus berkembang dan menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan.

Kemudian Hardison (2003), mengemukakan bahwa keunggulan komoditas di suatu daerah dicirikan paling tidak 7 (tujuh) indikator yaitu: didukung oleh potensi pasar, memiliki daya saing, kemampuan berproduksi tinggi, pasokanltrend produksi naik, memiliki kelayakan finansial, menghasilkan multiplier effect, dan didukung oleh kebijakan pemerintah daerah. Salah satu kegiatan ekononi yang mampu menghasilkan produk dengan ciri tersebut diatas adalah seMor pertanian termasuk didalamnya subsektor perkebunan, dimana ketangguhan sektor pertanian tersebut diarahkan oleh : (1) usaha pertanian berbasis pada sumberdaya domestik dan permintaan produknya tidak elastis terhadap pendapatan maupun harga, sehingga tangguh menghadapi gejolak ekonomi, (2) penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sangat fleksibel, sehingga beriungsi sebagai jaring pengaman (survival sector) dalam keadaan darurat, (3) produksi pertanian relatif stabil, memiliki keterkaitan antara sektoral yang luas dan sangat penting untuk pemantapan ketahanan pangan.

(40)

Berkenaan dengan hal-ha1 tersebut diatas, maka pembangunan subsektor perkebunan yang saat ini sedang dikembangkan di Kabupaten Siak adalah kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, dan sagu. Pengembangan subsektor ini dapat dilakukan melalui pendekatan agribisnis yang merupakan salah satu bentuk dari industrialisasi perkebunan dengan mengembangkan 5 (lima) subsistem agribisnis perkebunan secara terus menerus dan harmonis. Kelima sub sistem tersebut adalah (1) Subsistem hulu perkebunan, yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan barangloutput untuk masukan subsistem lainnya, (2) Subsistem usahatani budidaya, adalah kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer; (3) Subsistem pengolahan (Agroindustri) adalah kegiatan yang mengolah hasil usahatani budidaya menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir; (4) Subsistem pemasaran yaitu kegiatan- kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian baik segar maupun olahan, baik untuk pemasaran luar negeri maupun dalam negeri, (5) Subsistem jasa penunjang yaitu kegiatan jasa dan penunjang untuk berjalannya sistem agribisnis.

Untuk membangun sistem agribisnis yang berdaya saing, kelima subsistem dari sistem agribisnis perkebunan tersebut harus dikembangkan secara serentak dan seimbang. Pengembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Siak harus dapat berjalan sesuai dengan kondisi obyektif, rnengikuti arus globalisasi, sehingga dapat menghasilkan produk yang berdaya saing, baik jenis, kuantitas maupun kualitas. Produk yang mempunyai daya saing tersebut adalah produk yang sesuai dengan keinginan pasar dan mempunyai harga yang dapat bersaing dengan produk sej'enis yang terdapat di pasar.

Perkemba~gzn pembangunan perkebunan di Kabupaten Siak menunjukkan ha1 yang menggembirakan. Ltias areal perkebunan pada tahun

(41)

2000 adalah 132.351 ha dan meningkat menjadi 185.063 ha pada tahun 2003, sehingga selama periode tiga tahun telah terjadi peningkatan luas areal sebesar 52.712 Ha atau 39,83%. Komoditas perkebunan yang diusahakan seperti: kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, dan sagu. Komoditas perkebunan yang dominan diusahakan di Kabupaten Siak adalah tanaman kelapa sawit, dengan luasan 164.668 ha atau 88,98 % (Dinas Pertanian dan Perkebunan Siak, 2004).

Perkebunan kelapa sawit sudah dikembangkan cukup luas terutama melalui pola perkebunan besar baik perusahaan perkebunan pemerintah maupun swasta, dengan manajemen dan kelembagaan yang cukup memadai.

Perrnasalahan yang masih perlu diatasi dalam pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) untuk kebun kelapa sawit rakyat dan industri hilir CPO.

Untuk komoditas karet, kelapa, kopi, dan sagu saat ini terutama dikembangkan oleh rakyat secara pribadi. Kondisi pertanaman komoditas tersebut pada saat ini telah banyak yang perlu peremajaan dengan bibit unggul dan sistem pengelolaan secara corporate dengan membentuk kelompok Hamparan. Disamping perbaikan usaha dan manajemen budidaya, dalam pengembangan ini juga perlu disertai dengan sistem pengolahan hasilnya.

Bentuk pengolahan hasil yang dapat dilakukan oleh petani dalam bentuk kelompok tani ini adalah agroindustri yaitu pengolahan hasil produksi sebagai bahan baku industri lanjutan.

Untuk lebih meningkatkan nilai tambah dari usaha agribisnis perkebunan, perlu dibangun industri hilirnya. Pembangunan pabrik pengolahan lanjutan ini dapat dilakukan pada kawasan industri di Tanjung Buton melalui investasi swasta/investor. Pada ssat ini pemerintah Kabupaten Siak sedang membangun kwasan industri dan pelabuhan Tanjung Buton, yang letaknya sangat s~rategis yaitu di pmtai timur Surnatera dengan luas areal 6.000 Ha.

(42)

Pengembangan komoditas kelapa sawit diarahkan pada pengolahan industri hilirnya. Produk kelapa sawit diperoleh dari produk utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, serta produk sampingan yang berasal dari limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit diantaranya adalah minyak goreng, produk-produk oleokimia, seperti fatty acid, fatty alcohol, glycerine, metalic soap, stearic acid, methil ester, dan stearin.

Perkembangan industri oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsurnen seperti deterjen, sabun, dan kosmetika. Sedangkan produk- produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah diantaranya adalah pupuk organik, kompos, dan kalium serta serat yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit, arang aktif dari tempurung buah, pulp kertas yang berasal dari batang dan tandan sawit, perabot dan papan partikel dari batang, dan pakan ternak dari batang dan pelepah, serta pupuk organik dari limbah cair dari proses produksi minyak sawit.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Siak 2001-2010, rencana alokasi pemanfaatan ruang di Kabupaten Siak untuk perkebunan seluas 241.509 Ha, sehingga masih terdapat potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk usaha perkebunan seluas sekitar 56.446 Ha.

Besarnya luasan kebun di Kabupaten Siak dan masih tersedianya lahan yang cukup luas akan mendorong investor untuk berinvestasi dibidang usaha perkebunan dan pengolahannya. Berdasarkan hasil kajian Hardison (2003), komoditas unggulan di Kabupaten Siak yang menempati rangking pertama untuk subsektor perkebunan adalah kelapa sawit. Ini berarti bahwa komoditas kelapa sawit sangat layak untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Siak. Hal ini didukung oleh kesesuaian lahan dan agroklimat serta budaya masyarakat yang selama ini banyak mengusahakan tanaman perkebur~an.

(43)

Selama ini dengan adanya pembangunan perkebunari oleh investor di Kabupaten Siak telah memberikan dampak bagi masyarakat yang bermukim disekitarnya, baik itu masyarakat yang merupakan petani kebun maupun masyarakat yang bukan petani kebun. Adanya proyek-proyek pembangunan perkebunan yang berukuran besar di daerah, akan memainkan peranan penting dalam stabilitas ekonomi, karena diharapkan proyek-proyek ini akan memberikan efek ganda. Daerah tersebut akan terbuka dan kegiatan pembangunan lainnya akan menyusul, mengingat pembangunan perkebunan mempunyai hubungan erat dan berkaitan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya.

2.4. Strategi Peningkatan lnvestasi

Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi (Mulyadi, 2001). Proses perencanaan strategis dapat dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu ( I ) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis dan (3) tahap pengambilan keputusan (Rangkuti, 2004). Strategi peningkatan investasi pada subsektor perkebunan Kabupaten Siak, tidak terlepas dari pengaruh perubahan lingkungan baik yang bersifat internal maupun

I

eksternal. Mencermati lingkungan internal diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang perlu dibenahi, diperbaiki atau ditingkatkan. Sedangkan lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman, merupakan faktor yang perlu dijawab guna mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan dihadapi pada masa yang akan datang.

Penilaian yang diperlukan secara simultan terhadap lingkungan ekstsmal memungkinkan manajemen mengidentifikasikan berbagai jenis peluang yang mungkin timbul dan dapat dimanfaatkan. Berbagai peluang tersebut berupa kemungkinan yang wajar untuk dipertirnbangkan. Dalam melakukan analisis ierliany Ler~ayai ~ernun~kinart tersebui ~ ~ ~ a t ~ a j e m e r ~ rrrltiiak pwiu ~nelakukar~

(44)

penyaringan yang cermat sehingga terlihat perbedaan nyata antara kemungkinan sebagai peluang dan kemungkinan yang diinginkan. Jika proses demikian dilalui dengan tepat, hasilnya ialah suatu pilihan yang sifatnya strategis. Suatu pilihan strategis harus bermuara pada penggabungan antara sasaran jangka panjang dan strategi dasar organisasi yang pada gilirannya rnenempatkan organisasi pada posisi yang optimal dalam menghadapi lingkungannya dalam rangka mengemban misi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Gill (1983), bahwa salah satu tugas terpenting yang dihadapi sebuah negara berkembang (termasuk Indonesia) dalam usahanya untuk mencapai kernajuan ekonomi adalah menaikkan tingkat investasi atau pembentukan modalnya. Tanpa kecuali negara-negara seperti ini miskin modal, namun mengalami kesulitan untuk menaikkan tingkat investasi. Terdapat berbagai macam cara yang dapat ditempuh sebuah negara dalam mengerahkan tambahan investasi namun tidak ada cara yang paling baik, tetapi semuanya mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri dan dalam prakteknya praktis semua cara akan digunakan secara serentak.

Beberapa ahli ekonomi terrnasuk Galenson dan Leibenstein, Hollis Chenery dan A.E. Kahn (Jhingan, 2000), menyebutkan kriteria investasi yang tepat sebagai asas penuntun kebijaksanaan ialah (1) investasi harus diarahkan pada penggunaan yang paling produktif sehingga rasio output uang (current output) terhadap investasi menjadi maksimum atau sebaliknya rasio modal- output menjadi minimum, (2) investasi harus dilakukan terhadap proyek yang akan memanfaatkan buruh secara maksimum, dalam ha1 ini rasio buruh

-

investasi maksimum, (3) proyek investasi ini harus diseleksi sehingga menghasilkan barang yang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat da11 meningkatkan ekonomi eksternal lebih luas, (4) proyek investasi crdalah proyek yang dirancang paling banya~ menggunakan bahan baku dz!arr! negeri dan

(45)

berbagai suplai lain, (5) proyek investasi tersebut harus diseteksi sehinga dapat memperbaiki distribusi pendapatan nyata, dan (6) investasi harus diarahkan pada industri yang menghernat devisa, rnengurangi bebm neraca pembayaran dan memaksirnurnkan rasio barang ekspor terhadap investasi.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang PMA dan PMDN, pemerintah telah rnengeluarkan berbagai kebijaksanaan guna menciptakan iklirn investasi yang sehat, berupa pemberian fasilitas, kemudahan-kernudahan, keringanan dan insentif bagi calon investor. Penciptaan iklim usaha yang sehat tersebut ditujukan untuk sernakin meningkatkan peran serta baik usaha negara, usaha kecil menengah dan koperasi maupun usaha swasta, sehingga diharapkan akan tercipta struktur ekonomi yang lebih kokoh dan saling menunjang, mendorong pertumbuhan ekonomi, memperluas pemerataan pembangunan, memperluas kesempatan berusaha dan meningkatkan lapangan kerja.

Dilain pihak kewenangan dibidang investasi merupakan ha1 baru bagi Kabupatenlkota di seluruh Indonesia dimana selama ini kewenangan tersebut merupakan kewenangan pernerintah pusat dan propinsi. Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pernerintahan Daerah yang rnenyatakan bahwa Kabupatenlkota dapat melaksanakan urusan dibidang investasi. Dapat dikaiakan bahwa telah terjadi perubahan yang sangat fundametal dalam bidang investasi. Dengan demikian diperlukan berbagai kesiapan oleh pernerintah Kabupaten dan kota untuk melaksanakan dan merealisasikan kewenangan-kewenangan yang dirniliki tersebut.

2.5. lkhtisar

Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya yang terencana untuk meningkatkan ka~asitas pemerintah daerah, sehingga tercipta suatu kernampuan yang hanaal dan proiesiona~ dalam memberikan pelayanan kepada

Gambar

Tabel 2. Rincian Jumlah Responden
Tabel 3. Matrik IFE
Gambar 2. Matriks Analisis Internal  -  Eksternal
Tabel 7. Matrik Analisis SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis dengan menggunakan metode game’s jenis penulis dadakan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan atau

Berdasarkan tabel 7 menunjukan adanya pengaruh kompres hangat rebusan air serai terhadap penurunan nyeri hiperuresemia pada lansia yang ditunjukkan oleh hasil

Diberitahukan kepada masyarakat luas bahwa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal melalui Pejabat Pengadaan telah melaksanakan proses pengadaan langsung Pengadaan Jasa

“A Descriptive Study on Descriptive Paragraph Writing Ability by Using Realia of the Seventh Grade Students at SMP Negeri 10 Jember”; Ibana Rosida,

Gilster menyebutkan bahwa konsep literasi digital berkaitan dengan kemampuan untuk memahami informasi, mengevaluasi dan mengintegrasikan informasi tersebut dalam

lain yaitu benang dan manik-manik (sedotan) berukuran besar. Guru juga menjelaskan manik-manik yang akan digunakan dalam meronce yaitu warna yang akan dironce

Koefisien regresi dari masing- masing variabel independen bernnilai positif, artinya variabel financial attitude dan lingkungan sosial secara bersama-sama berpengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh opini audit, ukuran KAP, pergantian manajemen, pertumbuhan perusahaan dan financial distres