• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJASORKES DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK BERTEMA KESEHATAN PADA SISWA KELAS I DAN II SD NEGERI 1 RINGINARUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENJASORKES DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK BERTEMA KESEHATAN PADA SISWA KELAS I DAN II SD NEGERI 1 RINGINARUM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

13

PENJASORKES DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK BERTEMA KESEHATAN PADA SISWA KELAS I DAN II SD

NEGERI 1 RINGINARUM

PHYSICAL EDUCATION ON HEALTH THEME THEMATIC LEARNING IN FIRST AND SECOND GRADE STUDENT OF SD

NEGERI 1 RINGINARUM

Heni Suryani SD N 1 Ringinarum

Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan Ringinarum henshaye@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk melakukan analisis kepentingan mengembangkan pembelajaran tematik bertema kesehatan di SD. Tema kesehatan diperlukan dalam pembelajaran tematik agar mempercepat peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat siswa. Analisis kebutuhan dilakukan mengidentifikasi: profil siswa SD berkaitan dengan PHBS siswa, tema yang dikembangkan guru di pembelajaran tematik kelas I dan II SD, fasilitas dan lingkungan sekolah dalam mendukung PHBS siswa, kendala penerapan yang dihadapi guru di pembelajaran tematik, dan masalah-masalah kesehatan yang dapat dikembangkan di tema.

Sampel penelitian adalah siswa kelas I dan II SD, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa di SD N 1 Ringinarum. Teknik pengumpulan data adalah:

observasi, wawancara dan mengisi kuesioner. Dari analisis data diperoleh bahwa PHBS siswa dalam parameter kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan pada aspek tertentu sudah cukup baik (seperti mandi, mencuci tangan, membuang sampah), tetapi pada aspek lain perlu ditingkatkan. Kepala sekolah, guru kelas I dan II, dan orang tua siswa sangat setuju menggunakan tema kesehatan dalam pembelajaran tematik untuk memberikan pendidikan kesehatan di SD.

Kata kunci : Pembelajaran Tematik, Kesehatan, Penjasorkes.

ABSTRACT

This research is intended to analyze the importance of developing health theme thematic learning in elementary school. Health is required on thematic learning to accelerate the increase of students living a clean and healthy behaviour. A needs of analysis was conducted to identify : elementary student profiles related to student PHBS, themes developed for first and second grade elementary student by teachers in thematic learning, school facilities and environment to support student PHBS, problems faced by teacher in thematic learning, and health problems that can be developed in the theme. The sample of this rresearch

(2)

14

are first and second grade elementary student, teachers, principals and student’s parent in SD N 1 Ringinarum. The data collection techniques are : observation, interview and questionnaire. From the analysis of the data obtained that the student PHBS in the parameters of personal hygiene and environment cleanliness on particular aspects have been good enough (such as bathing, washing hands and disposing the trash) but on other aspects need to be improved. Principals, first and second grades teacher, and parents strongly agreed to use the theme of health in the thematic learning to provide health education in elementary school.

Keywords : thematic learning, health, pyhsical education.

A.PENDAHULUAN

Perilaku Hidup, Bersih, dan Sehat (PHBS) merupakan esensi dan hak asasi manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini selaras dengan yang tercakup dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik, yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.

PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatanya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan hidup yang sehat.

Memasuki era sekarang ini yang sering disebut dengan jaman milenial, Kementerian Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan yang dilandasi dengan paradigma hidup sehat.

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Pola hidup sehat merupakan model dalam pembangunan kesehatan pada jangka panjang mampu untuk mendorong masyarakat khususnya orang tua siswa yang kemudian diteruskan ke putra putrinya dalam keluarga untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Menjaga kesehatan merupakan kewajiban yang menjadi salah satu tolok ukur utama dari pembangunan dan kesejahteraan nasional pada suatu bangsa.

Pencanangan paradigma sehat sebagai komitmen gerakan nasional hendaknya diikuti dengan tindakan nyata secara konsisten dan berkesinambungan oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk partisipasi aktif lintas sektor untuk mencapai Indonesia sehat, sehingga kesehatan bukan hanya tanggungjawab Kementrian Kesehatan saja tetapi kesehatan merupakan tanggung jawab kita semua dari segala unsur yang ada dan tidak membedakan usia.

(3)

15

Selain faktor lingkungan kotor, kebersihan diri menentukan orang terkena penyakit atau tidak. Pasalnya, penyakit mudah menular, ketika satu orang tidak bersih, dan memakai handuk, sarung, sapu tangan, kemudian dipakai yang lain, maka dapat menular. Begitu juga dengan sabun, dan peralatan mandi ketika dipakai berjemaah akan mudah menularkan penyakit (Ibda, 2018).

Pembangunan kesehatan merupakan pilar penting untuk merealisasikan dalam upaya Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia. Yaitu mewujudkan masyarakat sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan sosial. Berdasarkan paradigma sehat pada konsep ini ada tiga pilar yang mendapat perhatian khusus, yaitu: (1) lingkungan sehat, (2) perilaku sehat, dan (3) pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata. Secara teoritis faktor perilaku memiliki andil 30-35%

terhadap derajat kesehatan. Oleh karena dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.

Paradigma sehat dijabarkan dan dioperasionalkan antara lain dalam bentuk Perilaku Hidup Sehat dan Bersih yang sering kita sebut dengan singkatan PHBS . Walaupun paradigma hidup sehat telah dicanangkan sejak tahun 1998 oleh pusat penyuluhan kesehatan masyarakat yang saat ini disebut dengan pusat promosi kesehatan, dan dioperasionalkan dalam bentuk PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan sarana umum, dan tatanan sarana kesehatan, tetapi kenyataannya kesehatan masyarakat Indonesia masih belum memadai. Berbagai penyakit baik penyakit oleh kuman, parasit maupun penyakit gangguan gizi masih diderita oleh sebagian besar penduduk Indonesia serta angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi.

Hal ini merupakan indikator bahwa perilaku hidup sehat dan bersih belum dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat. Untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif dalam kesehatan, maka perlu dilaksanakannya pendidikan kesehatan di semua kelompok dan lapisan masyarakat, termasuk di sekolah. Melalui pendidikan kesehatan yang direncanakan dan dikemas dengan maksimal, diupayakan agar masyarakat menjadi “melek kesehatan” (health literacy). Pendidikan kesehatan sebaiknya sudah mulai dilakukan sedini mungkin sehingga menjadi norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Pendidikan kesehatan di sekolah seharusnya sudah diberikan sejak di kelas awal sekolah dasar, bahkan di jenjang prasekolah. Kurikulum yang dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah Kurikulum 2013 yang berlaku dalam Sistem Pendidikan di Indonesia yang merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( 2006) yang memberikan kebebasan pada guru untuk berkreatifitas mengembangkan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam mendapatkan informasi berupa pengetahuan, keterampilan dan berpikir, serta keterampilan sosial melalui berbagai mata pelajaran.

(4)

16

Di kurikulum 2013 ini memiliki empat aspek penilaian yaitu aspek pengetahuan, aspek ketrampilan, aspek sikap dan aspek perilaku. Kegiatan ini dilaksanakan saat pembelajaran dilaksanakan dengan pembelajaran tematik.

Agar siswa SD lebih cepat dapat memahami dan mengaplikasikan hasil belajarnya, sebaiknya tema yang dikembangkan bermuatan materi lokal, karena tema-tema tersebut langsung berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Karena pendidikan kesehatan tidak dijadwalkan sebagai mata pelajaran tersendiri, maka pengembangan tema-tema kesehatan dalam pembelajaran tematik akan dapat membantu siswa untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang perilaku dan pola hidup sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalis: 1) gambaran siswa yang berkaitan dengan PHBS, 2) tujuan pokok yang dikembangkan guru pada pembelajaran tematik di kelas I dan II SD Negeri 1 Ringinarum, 3) fasilitas dan lingkungan sekolah yang mendukung kegiatan PHBS untuk siswa, 4) kendala tentang pembelajaran yang dialami oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik, dan 5) masalah-masalah kesehatan yang ada di sekitar siswa yang bisa dikembangkan sebagai tema dalam pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran berupa tema untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Penggabungan dan perpaduan dalam pembelajaran ini dapat diperhatikan dalam beberapa aspek diantaranya aspek proses, atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek pembelajaran. Pembelajaran tematik ini diajarkan di sekolah dasar kelas rendah karena karakteristik utama yang dimiliki oleh siswa kelas I dan II Sekolah Dasar adalah: (1) adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah, (2) tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang ada di dalam dunianya, (3) selalu melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan , (4) siswa bercenderungan memuji diri sendiri (5) perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional, dan (6) perkembangan itu akan terpadu dengan kehidupan pada pengalaman juga lingkungan. Pada dasarnya setiap siswa memiliki kemampuan dalam kreatifitas dan pembelajaran tematik dapat mengakomodasikan kebutuhan siswa.

Menggunakan pembelajaran tematik diyakini akan muncul pengalaman yang bermakna antara pengalaman sehari-hari dengan pengalaman yang akan dipelajari oleh siswa. Dengan mengambil tema-tema yang ada di dalam kehidupan sehari- hari yang dialami siswa sebagai sumber belajar, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih sempurna dan mendekati realitas.

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan di Sekolah Dasar diarahkan untuk membina supaya siswa memiliki sikap dan perilaku hidup bersih, sehat, bugar, berdisiplin juga berupaya agar siswa menjadi “melek kesehatan” (health literacy). Yang dimaksud dengan melek kesehatan adalah siswa menyadari atau mengetahui

(5)

17

bagaimana cara memelihara kesehatan diri mereka sendiri secara baik dan teratur, bagaimana cara menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan pribadi mereka sendiri atau kesehatan orang lain, dan dimana bisa berobat jika sedang sakit. Pembelajaran tentang pendidikan kesehatan pada pokoknya bukan hanya “melek kesehatan” pada unsur masyarakat saja, tetapi yang lebih penting adalah dalam mencapai pembiasaan perilaku kesehatan (healthy behaviour). Kesehatan bukan hanya untuk dimengerti ( understood), disadari sebagai pengetahuan (knowledge) serta disikapi (attitude), melainkan harus dilaksanakan dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari (practice).

Jadi tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang kesehatan termasuk cara hidup sehat yang teratur, memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, serta dapat mempraktikan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan di lingkungan masyarakat, juga dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style). Pembelajaran pendidikan kesehatan di Sekolah Dasar dilaksanakan melalui pembelajaran tematik dengan mengeksplorasikan masalah kesehatan sehari-hari yang dialami dan yang ada di lingkungan sekitar siswa. John W. Santrock mengatakan bahwa rata-rata atau pada umumnya siswa lebih tertarik pada pembelajaran sains yang membahas persoalan sehari-hari yang relevan dengan kehidupan mereka daripada mendiskusikan tentang teori-teori abstrak. Salah satu program di Sekolah Dasar yang mencerminkan penekanan ini adalah proyek yang didanai oleh National Science Foundation yang dinamai Science for Life and Living (SLL). Program ini menekankan antara lain pada kesehatan sebagai cara berperilaku. Penekanannya pada penerapan penalaran dalam membuat keputusan tentang kesehatan yang fokus pada tema-tema seperti sebab dan akibat, serta pemahaman tentang cara berpikir kritis terhadap informasi yang menyatakan tentang kesehatan.

Dengan tema kesehatan dalam pembelajaran tematik dapat dikemas dalam bentuk selebaran buklet yang merupakan salah satu media komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan dan larangan- larangannya kepada khalayak umum dan berbentuk cetakan yang digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan. Media ini digunakan sebagai media penyampaian informasi dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dikenal dengan singkatan PHBS. Peranan buku kecil yang berfungsi sebagai selebaran atau dikenal dengan nama buklet sebagai media pendidikan kesehatan anak adalah : (1) sebagai media untuk mengubah perilaku siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat, (2) sebagai media sumber belajar bagi siswa agar menarik dan menyenangkan , 3) sebagai media untuk mengenalkan siswa pada lingkungan sekitar yang positif dan nyata juga untuk melatih siswa dalam rangkaian bahasa, 4) sebagai media untuk membimbing siswa dalam mempraktikkan rangkaian bahasa tentang kesehatan.

(6)

18

B.METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan mengacu pada model pengembangan Dick dan Carey (1990). Model Dick and Carey merupakan model desain instruksional, dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model penelitian dan pengembangan Dick & Carey merupakan salah satu dari model prosedural yakni model yang menyarankan agar penerapan prinsip desain/rancangan instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus dijalani secara berurutan.

Gambar 1 : Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan Model Dick & Carey

Untuk mengembangkan tema kesehatan dalam pembelajaran tematik, maka tahapan dilakukan adalah menetapkan materi pelajaran, kemudian dilanjutkan dengan analisis kebutuhan, yang meliputi: 1) Menganalis kurikulum terkait dengan pembelajaran tematik di Kelas II SD Negeri 1 Ringinarum, 2) Menginventarisasi bahan ajar di sekolah dan sumber belajar yang ada di lingkungan luar sekolah, 3) Mengidentifikasi dan menginventarisasi masalah- masalah kesehatan di lingkungan sekolah dan lingkungan siswa, 4) Mengobservasi perilaku sehat siswa, fasilitas sekolah yang mendukung PHBS siswa, dan lingkungan sekolah dengan menggunakan pedoman observasi, 5) Menyebarkan kuesioner pada siswa kelas I dan II dan orang tua siswa untuk mendapatkan data karakteristik peserta didik dan kebiasaan siswa yang berkaitan dengan kesehatan, dan 6) Menyebarkan kuesioner kepada guru kelas I dan II SD dalam rangka mendapatkan data mengenai buku ajar yang digunakan, tema-tema yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik, metode dan pendekatan pembelajaran, dan kendala-kendala dalam melaksanakan pembelajaran tematik.

Subjek penelitian yang dilibatkan adalah: siswa kelas I dan II di SD N 1 Ringinarum Kecamatan Ringinarum dengan jumlah 59 siswa ( 33 laki-laki dan 26 perempuan), 8 guru, 1 kepala sekolah dan 57 orang tua siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis data dikaji dan digunakan sebagai bahan acuan dalam

(7)

19

pengembangan pembelajaran tematik dengan tema kesehatan. Tema kesehatan tersebut dikemas dalam bentuk buklet yang digunakan sebagai media untuk memberikan pendidikan kesehatan di SD.

C.HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Profil Siswa SD Berkaitan dengan PBHS

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada siswa kelas I dan II, diperoleh profil siswa SD yang berkaitan dengan PHBS seperti yang ada pada Tabel 01 berikut ini.

Tabel 01: PHBS yang sudah dilakukan/ biasa dilakukan oleh Siswa SD Kelas I dan II ( N=59 )

N

o Hal-hal yang dilakukan/biasa dilakukan siswa Pernyataan siswa Ya Tidak 1. Kebiasaan makan pada pagi hari (sarapan) 64,40 35,59 2. Kebiasaan suka jajanan (mengudap) di warung 79,66 20,34 3. Kebiasaan mengganti baju sekolah dengan baju rumah

setelah tiba dari sekolah

83,05 16,95

4. Kebiasaan mandi atau suka mandi 93,22 5,09

5. Kebiasaan menggosok gigi

 1 x dalam sehari

 2 x dalam sehari

 3 x dalam sehari

15,25 52,54 23,72

5,08

6. Mencuci tangan sebelum mengambil makanan 96,61 7. Kebersihan diri yang dilakukan sebelum tidur.

 Mencuci kaki

 Menggosok gigi

 Mencuci muka

72,88 38,79 8,47

- - - 8. Memotong kuku dalam seminggu

 1 x seminggu

 2 x seminggu

 3 x seminggu

69,49 15,25 8,47

9. Kebiasaan membuang sampah di tempat sampah 96,61 3,39 10

.

Kebiasaan makan sehari

 1 kali

 2 kali

 3 kali

- 18,64 67,79

Pada data diatas didapatkan informasi bahwa sejumlah siswa (67,79%) menyatakan mempunyai kebiasaan makan tiga kali sehari, dan 18,64%

menyatakan dua kali sehari. Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 01 menunjukkan bahwa PHBS siswa cukup baik, bahkan dalam kebersihan diri (kebiasaan mandi, mengganti baju sekolah dengan baju rumah, mencuci tangan, dan membuang sampah) PHBS siswa tergolong baik. Beberapa indikator PHBS

(8)

20

perlu mendapat perhatian lebih untuk diingatkan dan dilatih, seperti kebiasaan menggosok gigi, memotong kuku, mencuci tangan, sarapan, dan kebiasaan kudapan.

Penyebaran kuesioner pada orang tua siswa dengan jumlah 57 person bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang telah dilakukan siswa di rumah masing-masing, dan memperoleh informasi tentang kendala yang dihadapi orang tua dalam membiasakan putra-putrinya untuk berperilaku sehat. Data yang diperoleh seperti pada Tabel 02 berikut.

Tabel 02: Kegiatan atau Kebiasaan Siswa di Rumah Berkaitan dengan PHBS (N

= 57)

No Kegiatan/kebiasaan sebagai indikator PHBS

Jumlah dan prosentase siswa yang melaksanakan kegiatan/

kebiasaan Sudah

dilakuka n

dilakukan jika disuruh

Belum dilakuka

n 1. Mencuci tangan memakai sabun sebelum

makan, sesudah bermain, sesudah buang air kecil dan sesudah buang air besar

39 ( 68,42)

16 ( 28,07)

2 ( 1,06) 2. Mencuci tangan sebelum makan, sesudah

bermain, sesudah buang air kecil dan sesudah buang air besar

53 ( 92,98)

4 ( 7,01)

-

3. Membersihkan dengan mencuci kaki dan tangan sebelum tidur

42 ( 73,68)

13 (22,80)

2 (3,50) 4. Mengggosok gigi paling sedikit 2 kali

sehari sesudah makan pagi dan malam sebelum tidur

42 (73,68)

14 (24,56)

1 ( 1,75) 5. Mandi dengan sabun mandi 2 kali sehari 54

(94,73) 2 ( 3,50)

1 (1,75) 6. Memotong kuku secara teratur apabila

sudah cukup panjang

37 ( 64,91)

19 (33,33)

1 ( 1,75) 7. Mengganti baju sekolah dengan baju di

rumah setelah pulang sekolah

31 (54,38)

24 (42,10)

2 (3,50) 8. Membuang sampah di tempat sampah 39

(68,42)

14 ( 24,56)

4 ( 1,06) Informasi lain tentang PHBS siswa di rumah yang juga disampaikan oleh orang tua siswa seperti pada tabel 03 berikut.

Tabel 03: Kebiasaan Siswa di Rumah Berkaitan dengan PHBS (N=57) No Kegiatan/ kebiasaan yang dilakukan Jumlah ( %)

Ya Tidak

(9)

21

1. Kebiasaan melakukan sarapan dengan teratur 54 (94,73)

3 (5,26)

2. Suka jajan di warung 48

(84,21) 9 (15,78) 3. Menyukai makanan yang tergolong pada 4 sehat 5

sempurna

47 (82,45)

10 (17,54) 4. Memperhatikan kebersihan di lingkungan rumah:

 Mau membantu jika diminta untuk

membersihkan rumah juga halaman rumah

 Merapikan kembali alat bermain setelah bermain

 Membuang sampah pada tempatnya

45 (78,94) 33(57,89) 43(75,43)

12 (36,84) 24(42,10) 14(24,56) 5. Sangat perlu memberikan pendidikan kesehatan

pada siswa SD

55(96,49) 2 (3,50) 6. Adanya hambatan dalam melatih PHBS 29(50,87) 28(49,12) Jenis makanan yang umumnya kurang disukai oleh anak (siswa) adalah kelompok sayur-sayuran, tempe dan tahu, sedangkan yang paling disukai adalah kelompok daging atau ikan juga telur, dan mie. Adapun kendala yang dijumpai oleh orang tua siswa dalam melatih dan membiasakan pola hidup sehat pada anak - anaknya adalah : melatih membiasaan pada anak untuk mandi pada sore hari, menggosok gigi menjelang tidur, melatih menjaga kebersihan lingkungan, melatih pola makan yang teratur, dan melatih mengatur waktu istirahat dan bermain.

Tema yang dikembangkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik di kelas I dan II SD N 1 Ringinarum

Tema yang dilakukan dalam pembelajaran tematik diambil dari silabus yang telah dirancang bersama-sama melalui kegiatan KKGP. Tema yang dikembangkan di Kelas I dan II adalah tentang: (1) Diri sendiri, (2) Keluarga, (3) Lingkungan, (4) Pengalaman, (5) Kegemaran, juga (6) Kebersihan dan Kesehatan.

Fasilitas dan lingkungan sekolah yang mendukung PHBS siswa

Berdasarkan hasil observasi, belum semua kelas memiliki atau menyiapkan sarana prasarana untuk mendukung pembiasaan perilaku sehat dan bersih siswa, misalnya: tempat mencuci tangan dengan air mengalir yang bersih dan sabun, tissu/ lap yang bersih untuk mengeringkan tangan, tempat sampah dengan jumlah yang memadai, tidak ada atau kurang adanya pesan-pesan atau motto kesehatan dalam bentuk tulisan atau gambar di kelas atau lingkungan kelas.

Kendala instruksional guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik Kendala instruksional yang dialami guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik antara lain: kesulitan mengembangkan tema agar kelima bidang studi (PKn, bahasa Indonesia, Matematika, SBdP,PJOK, IPA dan IPS)

(10)

22

dapat dipadu dalam satu tema, guru hanya menggunakan buku pegangan, LKS dan sumber lain yang sudah tersedia, dan belum mengembangkan sendiri tema untuk pembelajaran tematik.

Masalah kesehatan yang bisa dikembangkan sebagai tema dalam pembelajaran tematik.

Tema kesehatan yang dikembangkan guru adalah tentang kebersihan dan kesehatan sebagai mana yang terdapat dalam silabus, tetapi buku sumber yang digunakan belum semuanya mengacu pada indikator PHBS. Di samping itu, guru belum termotivasi untuk mengembangkan tema kesehatan berdasarkan masalah kesehatan terjadi di sekitar siswa. Indikator perilaku PHBS untuk tatanan sekolah antara lain adalah tentang kebersihan pribadi menurut Dinas Kesehatan sebagian besar (98,24%) orang tua anak (siswa) menyatakan setuju untuk diberikan pendidikan kesehatan di sekolah dasar dengan menekankan pada topik atau tema tentang: 1) kesehatan lingkungan (72,88%), 2) kesehatan pribadi (88,13%), dan pola makan sehat (79,66%).

2.Pembahasan

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa perilaku hidup sehat dan bersih sudah dilakukan oleh siswa, terutama siswa yang di sekolahnya juga memfasilitasi sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku hidup sehat dan bersih. Tema yang dirancang dalam KKG pada pembelajaran tematik di kelas I dan II adalah tentang diri sendiri, keluarga, lingkungan, pengalaman, kegemaran, dan kebersihan lingkungan.

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai PHBS siswa di sekolah dan di rumah, dan data tentang kondisi dan lingkungan sekolah serta dipadukan dengan tema dari KKGP, maka tema yang dapat dikembangkan sebagai tema kesehatan untuk pembelajaran tematik di kelas I dan II, antara lain kebersihan diri, makanan sehat, lingkungan sehat, dan penyakit menular. Tema kesehatan yang dikembangkan dapat melengkapi dan memperkuat apa yang telah dilakukan siswa.

Dengan demikian pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan agar masyarakat menjadi “melek kesehatan” (health literacy) secepat mungkin dapat tercapai sehingga pola hidup sehat dilaksanakan atau dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, dengan memberikan informasi tentang hidup sehat dan bersih, disertai dengan mencontohkan dalam bentuk perilaku (tindakan nyata) diharapkan siswa lebih cepat dapat membentuk pembiasaan PHBS. Agar siswa dapat melatih apa yang sudah dipelajari dan dilihat, diperlukan sarana pendukung PHBS di sekolah sehingga siswa dapat mempraktikan dan melihat kondisi nyata tentang hidup bersih dan sehat yang dipelajarinya. Perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat antara lain ditentukan oleh adanya orang lain yang dijadikan referensi atau fasilitas-fasilitas yang mendukung perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010).

(11)

23

Dengan demikian tujuan akhir pendidikan kesehatan adalah agar siswa (masyarakat) dapat mempraktikan hidup sehat bagi dirinya sendiri, dan nantinya siswa sebagai anggota masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style) (Notoatmojo, 2003). Masa anak merupakan masa meletakkan landasan yang kokoh bagi terwujudnya manusia seutuhnya, yang akan menjadi sumber daya insani dan modal pembangunan bangsa. Untuk meningkatkan kesadaran akan fungsi anak dan nilai substantifnya, maka dilakukan berbagai upaya pembinaan dan pengembangan anak, di antaranya upaya pembinaan kesehatan usia sekolah. Melalui pendidikan kesehatan, maka siswa yang sudah memiliki PHBS yang baik akan bertambah baik, sedangkan yang PHBS masih kurang diperlukan pembinaan yang lebih intensif baik melalui pendidikan kesehatan secara intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Berdasarkan hasil kuesioner untuk orang tua siswa, diperoleh data 96,49%

orang tua menyatakan bahwa pendidikan kesehatan sangat perlu diberikan kepada putra dan putri (siswa) mereka. Adanya dukungan dan kerja sama dari keluarga siswa (masyarakat) terhadap pendidikan kesehatan tentunya akan mempercepat pembentukan PHBS siswa.

Pendidikan kesehatan di SD dilaksanakan dengan pembelajaran tematik dengan mengeksplorasi problem kesehatan sehari-hari yang dialami dan yang ada di sekitar siswa. Pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan.

Pertama, materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan siswa sehingga siswa dapat memahami sekaligus menerapkannya dengan mudah. Kedua, siswa juga dapat mengaitkan hubungan antara materi pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain dengan mudah. Ketiga, dengan bekerja dalam kelompok siswa dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitifnya. Keempat, pembelajaran tematik mengakomodasi semua jenis kecerdasan siswa. Kelima, dengan pembelajaran tematik guru dapat menggunakan cara belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran dengan mudah.

Sedangkan menurut Ariantoni (2003), pembelajaran tematik memiliki beberapa kekuatan, di antaranya: (a) pengalaman dalam kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, (b) menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (c) hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan bermakna, (d) mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan yang dihadapi, dan (e) menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama, toleransi dan komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik dengan tema kesehatan adalah media atau alat bantu yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik tersebut. Alat bantu/peraga/media pendidikan kesehatan merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidikan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan kesehatan kepada sasaran pendidikan (peserta didik).

(12)

24

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan yang digunakan sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan, dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah peneri- maan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Buklet (booklet), adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku,baik berupa tulisan maupun gambar. Media ini digunakan sebagai media penyuluhan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS). Buklet yang dikemas dengan tema kesehatan yang dieksplorasi dari kehidupan siswa atau sekitar siswa menjadikan media pendidikan lebih bermakna dalam proses pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan oleh Santrock (2007) bahwa kebanyakan murid (siswa) lebih tertarik pada sains yang membahas persoalan sehari-hari yang relevan dengan kehidupan mereka ketimbang mendiskusikan teori-teori abstrak.

D. PENUTUP

Berdasarkan atas rumusan masalah, tujuan penelitian, data yang diperoleh, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Profil siswa kelas I dan II SD N 1 Ringinarum terkait indikator PHBS yang masih perlu mendapat perhatian untuk diingatkan dan dilatih adalah kebiasaan menggosok gigi, memotong kuku, mencuci tangan, sarapan, dan kebiasaan kudapan (2) Tema- tema yang dikembangkan guru dalam pembelajaran tematik adalah: Diri sendiri, Keluarga, Lingkungan, Pengalaman, Kegemaran, dan Kebersihan dan Kesehatan.

(3) Tidak semua sekolah menyiapkan sarana- prasarana untuk mendukung pembiasaan PHBS siswa (4) Buklet yang dikemas dengan tema kesehatan dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam pendidikan kesehatan untuk mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pengembangan pembelajaran tematik (5) Tema kesehatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik antara lain: kebersihan diri, makanan sehat, lingkungan sehat, dan penyakit menular.

Dari simpulan yang diperoleh penelitian ini maka dapat disarankan bahwa pendidikan kesehatan di sekolah dapat dikembangkan dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan tema kesehatan. Tema kesehatan dikemas dalam bentuk buklet sebagai media pelajaran dalam pendidikan kesehatan dengan mengacu pada masalah kesehatan di lingkungan siswa (materi lokal) akan dapat mempercepat terbentuknya PHBS siswa. Untuk lebih membantu pembiasaan siswa (anak) agar hidup bersih dan sehat sedini mungkin, pihak sekolah dengan dukungan instansi terkait bekerjasama dengan orang tua, dan masyarakat, hendaknya memperhatikan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk dapat memfasilitasi pendidikan kesehatan.

(13)

25

DAFTAR PUSTAKA

Citrawathi, D. M., Adnyana, P. B., & Maryam, S. (2009). Analisis Kebutuhan Dalam Pengembangan Buklet Edukatif Tematik (BET) Untuk Pendidikan Kesehatan Di SD. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 42(3 Okt).

I Made Tegeh, I Nyoman Jampel, Ketut Pudjawan. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ibda, Hamidulloh. “Gudik dan Mitos Keberkahan Ilmu Pesantren.” Artikel, Alif.id Rabu 19 Desember 2018 https://alif.id/read/hamidulloh-ibda/gudik- dan-mitos-keberkahan-ilmu-pesantren-b213828p/ diakses pada 29 Juni 2021.

Inayah, R., Arfajah, A., & Aini, L. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih sehat (phbs) pada siswa sekolah dasar negeri 1 serut kecamatan panti kabupaten jember. The Indonesian Journal of Health Science, 137-140.

Sitorus, N., & Fransisca, L. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan pakai Sabun pada Siswa SD Negeri 157 Kota Palembang Tahun 2014. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang), 2(14).

Mas’rian-Aminarni.2018. Penjasorkes Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kelas I SD/MI.Jakarta : Erlangga.

Mas’rian-Aminarni.2018. Penjasorkes Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kelas II SD/MI.Jakarta : Erlangga.

Mulyawati, I., Asih Kuswardinah, F. T., & Yuniastuti, A. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Keamanan Jajanan terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak. Public Health Perspectives Journal, 2(1), 1-8.

Notoatmojo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nurlila, R. U., La Fua, J., & Meliana, M. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi pada Siswa di SD Kartika Xx-10 Kota Kendari Tahun 2015. Al-TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 9(1), 94-119.

Pratama, R. K. O. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Tentang Kebiasaan Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa SDN 1 Mandong (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Lestari, S., & Isnaeni, Y. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Oleh peer Educator Terhadap PHBS Pada Anak Kelas V SD N 2 di Jambidan Banguntapan Bantul Yogyakarta (Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).

Rahmawati, D. E., & Khusnal, E. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audio Visual Terhadap Perilaku Personal Hygiene Siswa Sd Muhammadiyah Kragan Tempel Sleman.

(14)

26

Sulastri, S. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap dan perilaku dalam memelihara personal hygiene gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SD Negeri Payung. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(1), 92-101.

Sari, I. P. T. P. (2013). Pendidikan kesehatan sekolah sebagai proses perubahan perilaku siswa. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 9(2).

Gambar

Gambar 1 : Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan Model Dick & Carey
Tabel 02: Kegiatan atau Kebiasaan Siswa di Rumah Berkaitan dengan PHBS (N

Referensi

Dokumen terkait

 GPIB Jemaat “Surya Kasih” Jakarta Timur yang sedang melakukan proses perubahan status Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Perkantoran menjadi Rumah Ibadah dan telah

Melihat dari jumlah keseluruhan siswa MA NU Miftahul Falah Cendono Dawe Kudus begitu banyak maka peneliti memutuskan memilih kelas XI sebagai populasi dalam penelitian

Seratus lima puluh delapan (158) jenis burung yang terdapat pada lahan basah Muaragembong. No Famili Nama lokal Nama ilmiah CITES IUCN Prot RR-Sp

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Bagi Peserta

Panca Maju Jaya Prima sudah memiliki banyak pemesanan khususnya dari daerah-daerah besar tersebut, namun di dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu perencanaan

Pada tahun Pada 16 Januari 1995 bapak Notodiharjo telah meninggal dunia, 63 tetapi sejak meninggal pada tahun 1995 hingga tahun 2001 64 tanah tersebut belum dilakukan eksekusi

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai setiap rasio keuangan yang dijadikan indikator dalam penelitian ini, yang berada di atas nilai rata-rata industri berturut-turut

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96.. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang