Gambaran Transisi Menuju
Standar Akuntansi Pemerintah dalam Penerapan PPK- BLUD
1
Dadang Kurnia, Ak., MBA., CA., CGAP., QIA
Ketua IAI - KASP
Jakarta, 19 Oktober 2017
2005 Nov 2010 2012 2015 2007
Okt 2017 PP 23/2005
PP 24/2005 PP 58/2005
Permendagri 61/2007 Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan BLUD
PP 71/2010 PP 74/2012 PSAP 13
Revisi Permendagri 61/2007 ??
Revisi
PP 23/2005 jo 74/2012 ??
PP 58/2005 Proses
2003/
2004
Paket UU Keuangan Negara
REGULASI BLU/BLUD
• PP 23/2005 ttg Pengelolaan Keuangan BLU
• PP 24/2005 ttg Standar Akuntansi Pemerintahan (CTA)
• PP 58/2005 ttg Pengelolaan Keuangan Daerah
• PP 71/2010 ttg Standar Akuntansi Pemerintahan (Akrual - Pengganti PP 24/2005)
• PP 74/2012 ttg Perubahan atas PP 23/2005 BLU
• PSAP Berbasis Akrual Nomor 13 ttg Penyajian LapKeu BLU diberlakukan dgn PMK
217/2015
ISTILAH/PENGERTIAN
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah SKPD atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
Fleksibilitas adalah keleluasaan pengelolaan keuangan/barang BLUD pada batas-batas tertentu yang dapat dikecualikan dari ketentuan yang berlaku umum.
Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas pelaporan.
Sumber : Permendagri 61/2007
PERMENDAGRI 61/2007 PP 23/2005 jo PP 74/2012 PSAP 13 BLU
Akuntansi dan Lapkeu Sesuai SAK yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi Auntansi Indonesia (Psl 116 ayat 1)
Akuntansi dan Lapkeu BLU diselenggarkan sesuai dengan SAK yang diterbitkan oeh Asosiasi Profesi Akuntansi Indonesia (pasal 26 ayat 2)
Badan Layanan Umum selaku entitas akuntansi dan entitas pelaporan menyusun laporan keuangan berbasis akrual dengan menggunakan SAP Berbasis Akrual (Pasal 2 dan 4)
Sistem akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk BLUD dan ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah (Pasal 116 ayat 4)
Sistem akuntansi dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku untuk BLUD dan ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala
daerah (Pasal 26 ayat 4)
Sistem akuntansi dengan mengacu pada Standar Akuntansi Berbasis Akrual (PSAP 13 )
Laporan Keuangan BLU terdiri dari:
Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan (psl 118)
4 komponen
Laporan keuangan BLU setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi anggaran/ laporan operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan mengenai kinerja (pasal 27 ayat 1) 4 komponen + Lap. kinerja
Komponen Lapkeu terdiri dari 7 komponen
Laporan Semesteran dan Tahunan dikonsolidasikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah, Berdasarkan SAP (pasal 119 - 121)
Penggabungan laporan keuangan BLU pada laporan keuangan kementerian Negara/lembaga/
SKPD/pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. (pasal 27 ayat 7)
Laporan Keuangan BLU dikonsolidasikan dengan Lapkeu Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan yang membawahinya.
Laporan keuangan diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai dengan peraturan perundang- undangan. (Pasal 118 ayat 3)
Laporan pertanggungjawaban keuangan BLU diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 27 ayat 8)
Laporan Keuangan BLU diaudit dan diberi opini oleh auditor eksternal.
Matrik Perbandingan Regulasi
• Laporan Posisi Keuangan
• Laporan Aktivitas
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas Laporan Keuangan
SAK (PSAK 45)
• Laporan Realisasi Anggaran
• Neraca
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas Laporan Keuang an
PP
24/2005
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
• Neraca
• Laporan Operasional
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas Laporan Keuangan
PP
71/2010
Perbandingan Laporan BLUD Berdasarkan Basis Akuntansi
Akrual SAK
Cash Toward Accrual
Akrual
SAP
Elemen Akrual (SAK) Akrual (SAP)
Laporan Keuangan Terdiri atas:
Laporan Posisi Keuangan
Laporan Aktivitas
Laporan Arus Kas
Catatan atas Laporan Keuangan
Terdiri atas:
Laporan Realisasi Anggaran;
Laporan Perubahan SAL;
Neraca;
Laporan Operasional;
Laporan Arus Kas;
Laporan Perubahan Ekuitas; dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Aset Klasifikasi menurut likuiditasnya.
Terdapat klasifikasi aset neto yaitu: aset terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.
Aset diklasifikasikan menurut likuiditasnya sesuai PSAP berbasis akrual.
Laporan Aktivitas/ Laporan Operasional
Berisikan pendapatan dan beban, terdapat pengakuan kerugian dan keuntungan.
Berisikan pendapatan-LO dan beban, tidak terdapat pengakuan kerugian dan keuntungan, melainkan Surplus-Defisit LO.
Pengaturan Lain Mengacu pada SAK atau SAK ETAP. Mengacu pada PSAP Konsolidasi LapKeu Proses Konsolidasi dilakukan dengan Konversi ke
SAP
Dapat dikonsolidasi dengan Entitas Pemda di atasnya mengacu PSAP Akrual tanpa Konversi
AKRUAL SAK VS AKRUAL SAP
Rekomendasi Perubahan Permendagri 61/2007
BLUD menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Dalam hal standar akuntansi pemerintahan yang berlaku tidak mengatur secara spesifik jenis usaha BLUD, maka BLUD mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi dengan mengacu pada pedoman yang diatur lebih lanjut oleh Kementerian Dalam Negeri.
BLUD mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi yang ditetapkan kepala daerah dengan peraturan kepala daerah mengacu pada pedoman yang diatur oleh Kemendagri.
Laporan Keuangan BLUD terdiri dari 7 Komponen sesuai dengan SAP yaitu Laporan Realisasi Anggaran;
Laporan Perubahan SAL; Neraca; Laporan Operasional; Laporan Arus Kas; Laporan Perubahan Ekuitas; dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Penyampaian laporan keuangan dilakukan reviu terlebih dahulu oleh SPI sehingga hasil reviu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan BLUD semesteran dan tahunan.
Tata cara penyusunan, penyajian dan penyampaian laporan keuangan BLUD, mengacu pada pedoman yang
akan diatur lebih lanjut oleh Kementerian Dalam Negeri.
SARAN MASA TRANSISI
Penerapan Perubahan Permendagri 61/2007 dilakukan secara bertahap selama 3 tahun mulai dari ditetapkannya Perubahan Permendagri tersebut;
Kemendagri menyusun Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi BLUD yang akan diacu oleh pemerintah daerah;
Pemerintah Daerah menyusun Kebijakan Akuntansi yang mengacu pada Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi BLUD dan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah;
Aplikasi Akuntansi BLUD yang ada disesuaikan dengan PSAP Nomor 13 ttg BLU
Penyiapan SDM pengelola keuangan BLUD
PENINGKATAN KAPABILITAS PENGELOLAAN BLUD
IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik
Survey Kapabilitas
Pengelolaan BLU/BLUD oleh IAI
10
• Jumlah Responden : 83
• Rincian Responden:
– Layanan Kesehatan : 71
• Rumah Sakit: 25 Responden
• Puskesmas : 46 Responden
– Layanan Pendidikan: 11 Responden – Pengelola Dana Bergulir: 1 Responden
• Dilaksanakan Tahun 2016
Hasil Survey Pengelolaan BLU/BLUD
1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00
Agency Governance
Risk Management and Internal Control System
Agency Culture Quality Management
Harapan Kenyataan
Komponen Harapan Kenyataan Gap
Tatakelola Agensi (Agency Governance) 4,76 2,57 2,19
Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian Intern (Risk Management and Internal Control System)
4,67 3,48 1,19
Budaya Agensi (Agency Culture) 4,70 4,19 0,51
Manajemen Kualitas (Quality Management) 4,61 3,38 1,23 11
Kondisi Implementasi BLU/BLUD Secara Umum (Hasil FGD)
• Praktik governance belum terbentuk dengan baik
• Belum terbentuknya perilaku dari manajemen dan staf BLU-BLUD yang mengedepankan pelayanan prima kepada pelanggan
• Belum terbangunnya budaya yang dapat mendorong peningkatan inovasi layanan
• Kualitas pelayanan belum meningkat secara signifikan
• Belum optimalnya pemanfaatan aset BLU/BLUD
• Belum terukurnya pencapaian efisiensi pemanfaatan sumber daya
• Hanya memfokuskan pada bagaimana mengelola keuangan saja
12
PP23/2005 jo PP 74/2012, Permendagri 61/2007
Kapabilitas Pengelolaan BLU/BLUD
Prinsip Efisiensi dan Produktivitas
Praktek Bisnis Yang
Sehat
Pelayanan Berkualitas
Tidak
Mengutamakan Keuntungan
BLU/
BLUD
• Governance
• Risk Management
• Culture
• Internal Control
Quality Management
Efektivitas Implementasi
14
Commitment
Integrity
Competency
Engagement
Excellent
Agency
USULAN PENINGKATAN TATA KELOLA BLU/BLUD
Mengembangkan Tata Kelola agar dapat mencerminkan struktur, proses dan kebijakan tata kelola agensi yang baik, khususnya dalam hal penerapan RAPAT UMUM PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN BLUD, yang dihadiri oleh: Kepala Daerah/Sekda, Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah selaku Pembina BLUD, Dewan Pengawas dan Direksi/Pimpinan BLUD.
Mengembangkan Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian Intern yang terintegrasi dengan manajemen kualitas pengelolaan BLU/BLUD
Mengembangkan arahan yang tegas mengenai pengembangan budaya organisasi BLU/BLUD agar dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanan BLU/BLUD;
Mengembangkan model pengukuran tingkat kematangan (maturitas) Pengelolaan BLU/BLUD yang
dapat digunakan sebagai Road Map bagi Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola BLU/BLUD dalam
meningkatkan kualitas pengelolaannya.
Maturity Level Implementasi BLU/BLUD
Permulaan
Infrastruktur
Terintegrasi
Terkelola
Optimum
Penerapan BLU/BLUD masih
permulaan
Mulai Dibangun Berbagai Kelengkapan
BLU/BLUD
Kelengkapan BLU/BLUD mulai diintegrasikan dengan
Proses Manajemen
BLU/BLUD telah dijalankan dengan baik
pada seluruh unit organisasi
BLU/BLUD telah dijalankan dengan sangat baik secara
berkesinambungan
Quality Management Maturity Level
UNSUR
KEPEMIMPINAN PERENCANAAN STRATEGI PEGAWAI SUMBER DAYA PROSES PENGHANTARAN
LEVEL
OPTIMUM
Tatakelola diimplementasikan dengan sangat baik, arah organisasi selaras dengan harapan seluruh pegawai, hubungan dengan stakeholders
dan komunitas terjalin dengan baik secara berkelanjutan.
RSB mampu mengantisipasi perubahan lingkungan dan mengakomodasi inovasi secara
berkelanjutan.
Inovasi menjadi pendorong perkembangan organisasi secara
berkelanjutan dan Strategi organisasi selaras dengan berbagai kepentingan mitra kerja
yang relevan.
Pengembangan berkelanjutan terhadap kompetensi pimpinan
dan pegawai selaras dengan kapasitas dan kapabilitas organisasi, dan Tingginya keterlibatan pegawai pada seluruh tingkatan pengambilan
keputusan organisasi.
Seluruh aset organisasi telah dioptimalkan pemanfaatannya,
ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan, dan pengelolaan
ilmu pengetahuan secara berkelanjutan
Proses bisnis organisasi dapat mengendalikan risiko dan
mengadaptasi berbagai perubahan lingkungan dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
secara berkelanjutan.
Penghantaran layanan memenuhi seluruh standar yang dipersyaratkan, dan kinerja organisasi tercapai secara optimal
secara berkelanjutan.
TERKELOLA
Prinsip-prinsip tatakelola yang baik telah diterapkan di seluruh unit organisasi, komunikasi telah
berjalan dengan baik di seluruh unit organisasi, hubungan dengan stakeholders telah terjalin dan kepentingan komunitas mulai teridentifikasi.
RSB mampu mengakomodasi seluruh kepentingan dilingkungan organisasi dan dijadikan pedoman bagi unit
organisasi.
Mengakomodasi berbagai inovasi dan kepentingan mitra kerja yang
relevan secara wajar.
Pengembangan kompetensi pimpinan dan pegawai telah diprogramkan dan pegawai dilibatkan dalam penentuan keputusan teknis operasional
organisasi.
Sebagian aset organisasi telah dioptimalkan pemanfaatannya,
pendapatan lebih diutamakan pada intensifikasi, manajemen
ilmu pengetahuan mulai dikembangkan.
Proses bisnis organisasi dikembangkan dengan mengakomodasi berbagai upaya
untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan telah dikoordinasikan dengan seluruh
unit organisasi tetapi belum mengintegrasikannya dengan
manajemen risiko
Seluruh Aktivitas Difokuskan Untuk Peningkatan Kualitas Penghantaran Layanan dan Pengelolaan kinerja diintegrasikan
untuk peningkatan kualitas layanan.
TERINTEGRASI
Prinsip-prinsip tatakelola yang baik sudah berjalan dan Seluruh
Unit Telah Berjalan Sesuai Dengan Tupoksinya.
RSB disusun berdasarkan mekanisme baku dan mengakomodasi seluruh masukan dari berbagai tingkatan
organisasi.
RBA menerapkan model activity based costing, Mengintegrasikan
Sistem Pengukuran Kinerja dengan Strategi Organisasi.
Rasio Pegawai sesuai dengan Kebutuhan Jabatan dan Standar
Kompetensinya, dan Pengisian Jabatan Mengedepankan Prinsip
Keterbukaan.
Pengembangan Potensi Pendapatan didasarkan pada Data Base Aset dan Terintegrasi
dengan Sistem Informasi Manajemen.
Pengelolaan dan peningkatan proses kerja terkoordinasi dengan
seluruh unit organisasi dan organisasi telah menerapkan
manajemen risiko.
Aktivitas Penghantaran Layanan Utama Mendasarkan pada SOP yang Mendukung Pencapaian Standar Pelayanan Minimal, Fokus
Terhadap Prioritas Layanan, dan Kinerja Dimonitor dan Dievaluasi
Secara Berkala.
INFRASTRUKTUR
Tatakelola masih sebatas formalitas, dan struktur organisasi baru sesuai kebutuhan
telah terbentuk.
RSB disusun berdasarkan informasi strategis yang valid.
RBA menerapkan konsep anggaran berbasis kinerja yang selaras dengan RSB dan disusun
berkala serta Mengimplementasikan Sistem
Pengukuran Kinerja.
Pengayaan dan Pengembangan Pegawai Berdasarkan Pada Data
Base Pegawai, Analisis Jabatan dan Beban Kerjanya.
Telah Memiliki Sistem Pengelolaan Aset, Sistem Akuntansi dan Pengelolaan
Keuangan serta Telah Mengidentifikasi Potensi
Pendapatan.
Proses kerja didesain sesuai kompetensi inti organisasi.
Standar Pelayanan Minimal menjadi Pedoman Kinerja Organisasi dan Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Sesuai
Standar.
PERMULAAN
Fungsi Dewan Pengawas/ Instansi Pembina Belum Berjalan, Belum Memiliki Satuan Pengawas Internal, Komposisi Pejabat Pengelola belum terbuka, RBA belum selaras dengan RSB, Belum Memiliki Costing System, Belum Memiliki Accounting System, Belum Memiliki SOP, Komposisi Pegawai Seluruhnya PNS, Belum Memiliki Program Pengembangan SDM, Belum Menyusun Laporan Keuangan Sesuai Standar, Belum Menyusun Laporan Kinerja,