PENGARUH POSISI KEUANGAN TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
DI INDONESIA
RINGKASAN TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi
Minat Utama: Akuntansi Sektor Publik
Diajukan Oleh:
Wiharta Rahardjo
NIM: S4307108
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Financial Accounting Concept No.1 (2002), menyatakan bahwa sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang kinerja perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya.
Menurut PSAK No. 1 (2008) agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan memprediksi masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan (Scott, 2000).
Menurut PSAK No. 1 (2008), para pengguna laporan keuangan adalah pemilik perusahaan, manajer atau pemimpin perusahaan, para investor, kreditur, banker, pemerintah, dan masih banyak lagi lainnya. Antara pengguna laporan yang satu dengan yang lainnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Pemilik perusahaan atau pemegang saham menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham. Manajer dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki kekurangan-kekurangan dan menentukan kebijakan yang lebih tepat. Investor memerlukan informasi keuangan untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasinya.
Salah satu bagian dalam analisis laporan keuangan adalah mencurahkan perhatian pada penghitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial di masa lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil atau laba masa mendatang (Mahmudi, 2007). Analisis ini dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan perubahan unsur-unsur tersebut dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Bahkan lebih dari itu rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan (Hartono dan Zainuddin, 1999).
penelitian 1946-2000). Earnings to price dan book to market ratio dapat memprediksi return (selama periode penelitian 1963-2000). Dividend yield memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dua rasio lainnya. Juliana dan Sulardi (2003) memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa gross profit margin dan operation profit margin mampu memprediksi laba perusahaan manufaktur.
Prakoso (2005) menyatakan bahwa hanya rasio likuiditas (current ratio) dan aktivitas (net profit margin) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur. Meriewaty dan Setyani (2005) memperoleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa pada perusahaan di Industri Food and Beverages go public dengan menggunakan 14 rasio keuangan menunjukkan bahwa rasio total debt to total capital asset, total asset turnover, return on investment (ROI), dan current ratio (CR) berpengaruh terhadap perubahan kinerja.
pemerintah dan laporan perusahaan-perusahaan swasta berbeda pada laporan realisasi anggaran. Walaupun terdapat perbedaan laporan keuangan yang disusun antara perusahaan swasta dengan pemerintah, dalam analisis laporan keuangan secara umum dapat dinyatakan sama, yaitu sama-sama menggunakan rasio keuangan. Bukti empiris Cohen (2006) dalam penelitian pada pemerintah daerah di Yunani dengan menggunakan rasio keuangan seperti rasio keuangan di sektor swasta yaitu profitability ratio yang di ukur dengan Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Profit Margin (PM), liquidity ratio yang di ukur dengan
Current ratio (CR), capital structure ratio yang di ukur dengan Debt to Equity (DER), Long terms Liabilities to Assets (LTTA), Assets Turnover (AT), performance ratio yang di ukur dengan Operating Revenues to Total Revenues
(ORTR), Operating Revenues to Operating Expenses (OROE).
Bukti empiris nilai relevan informasi laporan keuangan pemerintah juga diperoleh beberapa penelitian lain. Di antaranya adalah Steven dan McGowan (1983) yang melakukan penelitian menggunakan rasio kinerja pemerintah dengan variabel revenue expenditure variables, tax related, employee and real estate variables, composite measures terhadap external reliance measure. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang erat antara rasio keuangan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dan external reliance measure.
Cohen (2006) melakukan penelitian terkait kinerja keuangan pemerintah dengan menggunakan variabel profitability ratio, liquidity ratio, capital structure ratio, dan performance ratio. Hasil yang diperoleh bahwa kinerja keuangan yang
performance dipengaruhi oleh jumlah populasi dan pendapatan perkapita penduduk pemerintah daerah di Yunani. Plammer et al., (2007) menghubungkan risiko kegagalan dan variabel akuntansi yang membentuk laporan keuangan pemerintah. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah risiko kegagalan distrik sekolah (school district’s default risk) dan beberapa variabel akuntansi yang menjadi komponen laporan keuangan, meliputi: total net asset untuk mengukur posisi keuangan, revenues minus expense untuk mengukur kinerja keuangan dan current liabilities. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya total net asset saja yang merupakan ukuran dalam laporan keuangan dengan dasar akrual basis yang menyediakan peningkatan informasi dalam neraca, sementara itu, untuk revenues minus expense dan current liabilities tidak menyediakan peningkatan informasi. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa ukuran total net asset dengan dasar akrual basis dalam neraca dan modifikasi akrual basis untuk revenues minus expense dapat menyediakan informasi yang baik untuk menjelaskan risiko kegagalan distrik sekolah.
Hasil penelitian yang diuraikan di atas merupakan penelitian yang dilakukan di luar negeri. Sementara itu, penelitian sektor publik di Indonesia dengan fokus posisi keuangan dan kinerja atas laporan keuangan pemerintah daerah masih terbatas. Penelitian sektor publik di Indonesia yang dilakukan dengan topik-topik anggaran pemerintah seperti yang dilakukan oleh Abdullah
dan Asmara (2006), Munawar dan Irianto (2006), Suhartono dan Solichin (2006).
keperilakuan seperti yang dilakukan oleh Falikhatun (2007) dan penelitian lain
dengan tema sistem akuntansi pemerintah seperti yang dilakukan oleh Latifah dan
Sabeni (2007) dan Primasari, Waspodo dan Rahman (2008). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan pengujian empiris tentang pengaruh posisi keuangan daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia dengan mereplikasi penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti Steven dan McGowan (1983), Godsey dan Shulman (2001), serta Cohen (2006). Ketiga penelitian acuan tersebut diuji kembali hasil empirisnya dengan menggunakan sampel penelitian laporan keuangan pemerintah kota atau kabupaten di Indonesia dalam sebuah penelitian berjudul ”PENGARUH POSISI KEUANGAN
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI
INDONESIA”.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah return on equity ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
2. Apakah return on assets ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
3. Apakah profit margin ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
4. Apakah current ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
5. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
6. Apakah long terms liabilities to assets ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
7. Apakah assets turnover ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
8. Apakah operating revenues to total revenues berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan berikut ini.
1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh return on equity ratio terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh return on assets terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh profit margin ratio terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
4. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh current ratio terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
5. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh debt/equity ratio terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
6. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh long terms liabilities/assets terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
7. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh assets turnover ratio terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
9. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh operating revenues/operating expenses ratio terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak berikut ini.
1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan keuangan pemerintah daerah dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan Pemerintah Daerah.
2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti empiris terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan investasi, kredit maupun pemberian donasi bagi pemerintah daerah.
3. Bagi Legislator
yang disusun berdasar akrual basis sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 01 Tentang Penyajian Laporan Keuangan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pengawasan terhadap eksekutif dalam menjalankan pemerintahan terutama terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.
E. Sistematika Penulisan
Pengorganisasian penulisan bab-bab selanjutnya dalam penelitian ini dipaparkan dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan tinjauan pustaka dan riviu penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian tentang pengaruh posisi keuangan dalam laporan keuangan pemerintah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
BAB III : METODA PENELITIAN
penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data dan analisis data penelitian dengan melakukan pengujian hipotesis dan interpretasi hasil pengujian untuk membuktikan secara empiris hipotesis yang telah dinyatakan dalam penelitian.
BAB V : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian laporan keuangan dan tujuan laporan keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan
yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan
sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pemerintah pada
saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode
tertentu sesuai dengan standar akuntansi pemerintah (SAP, 2005). Laporan
keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan
selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan (kerangka konseptual
akuntansi pemerintah, paragraf 21). Laporan keuangan merupakan media
Dalam kerangka konseptual akuntansi pemerintah paragraf 3 disebutkan bahwa tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas untuk pengakuan pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya (SAP, 2005).
laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual tetap menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas.
2. Jenis laporan keuangan
a. Laporan realisasi anggaran
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu (SAP, 2005). Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan non-anggaran (SAP, 2005). Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor: 03 tentang Laporan Arus Kas. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut ini.
1) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah.
2) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
1) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
2) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan.
3) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
4) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
5) Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.
6) Formasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
7) Daftar dan skedul.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
3. Karakteristik kualitatif relevan atas informasi dalam laporan keuangan.
keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik terdiri dari: relevance, reliable, consistency, dan comparability yang merupakan prasyaratan normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki (kerangka konseptual akuntansi pemerintah, paragraf 20).
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi dalam laporan keuangan pemerintah dikatakan relevan menurut Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah Paragraf 33, jika memenuhi kriteria:
a. Manfaat umpan balik (feedback value).
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Manfaat prediktif (predictive value).
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. c. Tepat waktu.
d. Lengkap.
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
4. Analisis laporan keuangan pemerintah daerah
Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan, perlu dilakukan suatu interpretasi atau analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, dan data keuangan itu akan tercermin dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan dividen masa depan (Brigham dan Houston, 2001).
telah lalu dapat diketahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian oleh manajemen analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan, yang lebih penting, sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan untuk masa yang akan datang.
Para krediturpun berkepentingan terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang telah atau akan menjadi debitur atau nasabahnya. Kreditur sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengadakan analisis terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan perusahaan tersebut dalam membayar kembali hutangnya plus beban bunganya. Para kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapatkan jaminan dari aktiva, sedangkan para kreditur jangka pendek lebih tertarik pada kemampuan nasabah untuk membayar utang lancarnya dengan dana yang berasal dari aktiva lancarnya.
Selain itu, para investor juga berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah rate of return dari dana yang akan diinvestasikan dalam surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan.
purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi
kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporan dapat memahami laporan tersebut dengan baik.
Tidak semua pengguna laporan keuangan memahami akuntansi dengan baik, sementara mereka akan mengandalkan informasi keuangan itu untuk pembuatan keputusan, maka ketidakmampuan memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa metode dalam analisis laporan keuangan. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Terdapat berbagai jenis rasio yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan laporan keuangan. Hasil dari perhitungan rasio-rasio keuangan perlu diinterpretasikan, sehingga darinya dapat dievaluasi kinerja keuangan organisasi dan selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan tertentu.
5. Pelaporan dan pengukuran kinerja pemerintah
Government Accounting Standard Board (GASB), dalam Concept
Statements No. 2, membagi pengukuran kinerja dalam tiga kategori indikator,
yaitu (1) indikator pengukuran service efforts, (2) indikator pengukuran service
accomplishment. Service efforts berarti bagaimana sumber daya digunakan untuk
melaksanakan berbagai program atau pelayanan jasa yang beragam. Service
accomplishment diartikan sebagai prestasi dari program tertentu. Di samping itu
perlu disampaikan juga penjelasan tertentu berkaitan dengan pelaporan kinerja ini
(explanatory information). Pengukuran-pengukuran ini melaporkan jasa apa saja
yang disediakan oleh pemerintah, apakah jasa tersebut sudah memenuhi tujuan
yang ditentukan dan apakah efek yang ditimbulkan terhadap penerima
layanan/jasa tersebut. Pembandingan service efforts dengan service
accomplishment merupakan dasar penilaian efisiensi operasi pemerintah (GASB,
1994).
Efforts atau usaha adalah jumlah sumber daya keuangan dan non
-keuangan, dinyatakan dalam uang atau satuan lainnya, yang dipakai dalam
pelaksanaan suatu program atau jasa pelayanan (Sardjiarto, 2000). Pengukuran
service efforts meliputi pemakaian rasio yang membandingkan sumber daya
keuangan dan non-keuangan dengan ukuran lain yang menunjukkan permintaan
potensial atas jasa yang diberikan.
Sardjiarto (2000) menyatakan bahwa jenis ukuran accomplishment atau
prestasi yaitu outputs dan outcomes. Outputs mengukur kuantitas jasa yang
disediakan, dan outcomes mengukur hasil dari penyediaan outputs tersebut.
Outputs dapat mengukur hanya sebatas kuantitas jasa yang disediakan, atau lebih
dari itu, mengukur kuantitas jasa yang disediakan yang memenuhi standar kualitas
tertentu. Outcomes mengukur hasil yang muncul dari output yang ada. Outcomes
tahun-tahun sebelumnya atau dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pembandingan yang pertama adalah pembandingan antara efforts dengan
outputs untuk mengukur efisiensi. Informasi yang ingin diberikan adalah sejauh
mana hasil yang diberikan sehubungan dengan jumlah tertentu sumber daya yang
dipakai (Sardjiarto, 2000) menyatakan bahwa para pengguna laporan
diberitahukan juga explanatory information atau berbagai macam informasi yang
relevan dengan layanan yang diberikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja organisasi pemerintah, yang dikelompokkan dalam dua elemen yaitu:
elemen di luar kontrol pemerintah seperti kondisi demografi dan lingkungan dan
elemen yang dapat dikontrol oleh pemerintah secara signifikan seperti pola dan
komposisi personalia.
dibangun atas pengukuran kinerja dan menambah dimensi lainnya untuk akuntabilitas perbandingan dengan unit kerja organisasi lain yang serupa.
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Sektor Publik No. 1 tentang Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah, kinerja keuangan pemerintah diukur dengan menggunakan perspektif efisiensi, efektivitas dan ekonomis. Menurut Mardiasmo (2007) efisiensi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Sementara itu, efektivitas merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu merupakan kondisi yang efisien. Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan atau dengan kata lain efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output.
B. Pengembangan Hipotesis
Beberapa penelitian mengenai manfaat rasio keuangan atas laporan keuangan perusahaan swasta sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Prakoso (2005) meneliti kegunaan rasio keuangan untuk menentukan keuntungan saham, dengan variabel 10 rasio keuangan dengan sampel 127 perusahaan. Analisis dilakukan dengan cara univariate dan multivariate dan ditemukan 5 rasio kategori profitabilitas mempunyai hubungan yang kuat untuk memprediksi keuntungan saham.
Ou dan Penman (1992) memprediksi keuntungan saham dengan 68 rasio keuangan dengan stepwise regression. Hasil seleksi menunjukkan terdapat 16 rasio keuangan untuk perioda 1965 – 1972 dan 18 rasio keuangan untuk periode 1973 – 1977 yang signifikan untuk memprediksi keuntungan saham. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Ou dan Penman memperoleh bukti bahwa informasi akuntansi (rasio keuangan) mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham. Rasio keuangan terbaik dalam memprediksi laba mendatang adalah rasio profitabilitas.
Asyik dan Soelistyo (2000) dalam penelitiannya menggunakan 21 rasio keuangan dalam memprediksi laba dengan menggunakan metode discriminant analysis. Adapun sampel penelitian menggunakan perusahaan manufaktur dengan
Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca. Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan. Analisis laporan keuangan khususnya memperhatikan pada penghitungan rasio keuangan agar dapat mengevaluasi keadaan pada masa lalu, sekarang dan proyeksi hasil di masa datang.
Rasio keuangan perusahaan yang baik mencerminkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan juga baik. Hal ini dikarenakan pertumbuhan laba yang baik menunjukkan bahwa kinerja suatu perusahaan juga baik, karena pertumbuhan laba merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan.
Pesatnya perkembangan yang terjadi mendorong dilakukannya studi-studi yang menghubungkan rasio keuangan dengan fenomena-fenomena ekonomi tertentu dengan harapan akan ditemukan berbagai kegunaan objektif rasio keuangan. Machfoedz (1994) melakukan pengujian terhadap 68 perusahaan pabrikan yang terdaftar di BEJ. Machfoed menganalisis 47 rasio keuangan yang dikategorikan dalam 9 kategori yaitu short terms liquidity, long terms solvency, profitability, productivity, indebteness, investment intersiveness, leverage, return
current liabilities, net worth and total liabilities to fixed asset, gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, quick asset to inventory, operating income to net worth dan net worth to total liabilities. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke depan, namun tidak bermanfaat untuk prediksi lebih dari satu tahun.
Asyik dan Soelistyo (2000) memperoleh bukti empiris hasil bahwa rasio dividend/net income, sales/total asset, long terms debt/total asset, net income/sales, investment in property, plant and equipment/total uses (INPPE/TU)
merupakan discriminator yang signifikan dalam prediksi laba perusahaan. Lewellen (2002), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dividend Yield dapat memprediksi market returns selama periode 1946-2000. Earnings to Price dan Book to Market ratio dapat memprediksi return selama periode 1963-2000. Dividend Yield memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dua rasio
lainnya.
Setyani (2005), dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan di Industri Food and Beverages go public dengan menggunakan 14 rasio keuangan menunjukkan bahwa rasio total debt to total capital asset, total asset turnover, return on investment (ROI), dan current ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja.
Steven dan McGowan (1983) melakukan penelitian yang menggunakan rasio kinerja pemerintah dengan variabel revenue expenditure variables, tax related, employee and real estate variables, composite measures terhadap external
reliance measure. Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang erat antara rasio keuangan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dengan external reliance measure. Selain itu, hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa jumlah populasi penduduk dapat menjadi variabel kontrol dalam hubungan diantara variabel yang diteliti. Godsey dan Shulman (2001) menggunakan variabel lingkungan (environment), variabel organisasi (organizational) dan variabel keuangan (financial) dalam mengukur tren kinerja pemerintah. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa variabel keuangan yang dinyatakan dalam rasio pendapatan, pengeluaran dan struktur hutang pemerintah berpengaruh terhadap tren kinerja pemerintah daerah.
menghubungkan financial ratio pemerintah daerah di Australia dengan distress pemerintah daerah. Hasil penelitian tersebut, secara umum menyatakan bahwa ROE dapat berpengaruh terhadap distress pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan bagi publik.
Dalam penentuan rasio ROE menggunakan data surplus dan defisit
anggaran. Jika pemerintah daerah mempunyai jumlah surplus yang tinggi, maka
pemerintah daerah akan mempunyai angka rasio ROE yang tinggi dan sebaliknya.
Tingginya angka rasio ROE mengindikasikan bahwa pemerintah mempunyai
kemampuan yang kurang baik dalam menggunakan anggaran yang telah diajukan
pada tahun sebelumnya. Oleh karena itu, tingginya angka rasio ROE dapat
menurunkan tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran pada tahun
berikutnya.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis dalam pengembangan hipotesis ini, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H1 : Return on Equity Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara jumlah net income
surplus atau defisit anggaran yang terjadi dalam satu periode anggaran. Oleh karena hal tersebut, maka ROA dalam sektor pemerintah adalah perbandingan antara jumlah surplus atau defisit anggaran dengan jumlah asset pemerintah. Bukti empiris tentang pengaruh ROA terhadap kinerja diperoleh Cohen (2006) dalam penelitianya. Plammer et al. (2007) menggunakan ROA dalam menjelaskan kegagalan keuangan pemerintah. Hasil yang diperoleh adalah bahwa rasio yang menggunakan nilai aktiva yang disusun dengan dasar akrual, salah satunya adalah ROA mempunyai informasi yang lebih baik dibanding aktiva yang disajikan berdasar kas basis.
Pemerintah daerah dengan jumlah surplus yang tinggi mengindikasikan
bahwa pemerintah daerah kurang mampu menggunakan anggaran secara efisien
dan efektif sehingga tidak mampu menggunakan anggaran yang telah disusun.
Sebagai konsekuensi dari jumlah surplus ini adalah pemerintah daerah
berkewajiban untuk mengembalikan jumlah surplus tersebut ke kas negara dan
tidak diperbolehkan mengajukan anggaran melebihi jumlah realisasi anggaran
tahun sebelumnya. Akibat dari adanya konsekuensi ini adalah bahwa pemerintah
daerah dibatasi anggaranya sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah pada tahun berikutnya, sehingga dapat dinyatakan bahwa
jumlah surplus atau defisit yang tinggi menjadikan kemungkinan pemerintah
daerah untuk menjalankan operasional pemerintah daerah dalam kondisi kurang
efisien dan efektif.
H2 : Return on assets Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
mengidentifikasi distress pemerintah daerah dengan menggunakan financial measure berupa perbandingan antara jumlah surplus/defisit dengan hasil bahwa rasio tersebut berpengaruh terhadap kondisi keuangan pemerintah daerah.
Profit margin ratio merupakan perbandingan antara jumlah surplus atau
defisit dengan jumlah pendapatan asli daerah. Jika pemerintah daerah mempunyai
jumlah surplus yang tinggi, maka pemerintah daerah akan mempunyai profit
margin ratio yang tinggi dan sebaliknya. Jumlah surplus yang tinggi
mengindikasikan bahwa realisasi anggaran pemerintah daerah lebih rendah dari
jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah daerah kurang mampu mengoptimalkan anggaran dalam operasional
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Jumlah
surplus yang tinggi ini dapat berpengaruh pada penurunan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan anggaran pada periode berikutnya.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H3 : Profit Margin Ratio Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
Current ratio merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban lancar
mempunyai jumlah harta lancar yang cukup untuk menjamin semua utang lancar dan masih mempunyai jumlah sisa harta lancar yang cukup untuk mendukung proses operasional entitas sehingga kemungkinan proses operasional entitas dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena proses operasional berjalan lancar maka kemungkinan entitas tersebut untuk dapat mencapai kinerja yang tinggi dapat terlaksana. Bukti bahwa current ratio dapat digunakan untuk memprediksi kinerja pemerintah diperoleh dalam penelitian Cohen (2006). Hasil ini mengindikasikan bahwa current ratio berpengaruh dan dapat digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan pemerintah. Plammer et al. (2007) menghubungkan current ratio dengan risiko kegagalan pemerintah daerah dengan hasil penelitian bahwa rasio hutang lancar atas aktiva lancar tersebut mempunyai pengaruh risiko kegagalan keuangan pemerintah daerah. Jones dan Walker (2007) menggunakan current ratio sebagai variabel yang menjelaskan distress pemerintah daerah. Bukti empiris yang diperoleh menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh terhadap distress pemerintah daerah.
Current ratio merupakan perbandingan antara jumlah harta lancar
pemerintah daerah dengan jumlah hutang lancar yang dimiliki pemerintah daerah.
Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi
kewajiban lancar pemerintah dengan harta lancar yang dimiliki pemerintah
daerah. Angka current ratio yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah
daerah mempunyai jumlah harta lancar yang mencukupi untuk menjamin hutang
lancar dan kegiatan operasional dalam rangka memberikan pelayanan bagi publik.
kegiatan operasional tersebut, maka kencenderunganya pemerintah daerah dapat
melakukan kegiatan operasional dengan menggunakan anggaran pemerintah
secara efektif dan efisien. Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H4 : Current Ratio Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah total hutang
dengan jumlah total ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Rasio ini
menggambarkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan jaminan bagi
seluruh total hutang dengan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Jika
angka debt to equity ratio tinggi, memberikan indikasi bahwa pemerintah daerah
mempunyai jumlah hutang yang tinggi sehingga mempunyai risiko untuk tidak
mampu membayar hutangnya. Ketidakmampuan ini dapat berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu terjadinya ketidakefisienan dan
ketidakefektifan pelaksanaan anggaran pemerintah pada tahun berikutnya. Atas dasar hasil penelitian dan logika berpikir ini mendasari pengajuan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu seperti berikut ini.
H5 : Debt to Equity Ratio Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
dapat mencapai kinerja keuangan yang tinggi. Bukti empiris terkait pengaruh Long terms liabilities to asset terhadap kinerja telah diperoleh Cohen (2006) dalam penelitian terkait kinerja pemerintah Yunani. Hasil penelitian Cohen (2006) tersebut menyatakan bahwa Long terms liabilities to asset berpengaruh dan dapat digunakan dalam memprediksi kinerja pemerintah daerah di Yunani. Jones dan Walker (2007) menggunakan rasio yang menggunakan aktiva jangka panjang dalam analisis distress pemerintah daerah dengan hasil bahwa aktiva jangka panjang berpengaruh terhadap distress pemerintah daerah.
Long terms liabilities to assets merupakan perbandingan jumlah hutang
jangka panjang yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan jumlah total asset
pemerintah daerah. Rasio ini memberikan penggambaran tentang kemampuan
pemerintah daerah dalam menjamin terpenuhinya hutang jangka panjang dengan
asset yang dimiliki pemerintah daerah. Angka long terms liabilities to assets yang
tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai kemampuan
memberikan jaminan terpenuhinya hutang yang jelek. Kemampuan yang jelek ini
mengindikasikan bahwa jumlah asset pemerintah dalam proporsi yang rendah,
sehingga dapat berpengaruh pada kinerja keuangan yang jelek pula.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H6 : Long Terms Liabilities to Assets Pemerintah Daerah berpengaruh
Asset turnover merupakan rasio aktivitas yang merupakan perbandingan
antara total operating revenue dengan total asset. Rasio ini menggambarkan kemampuan entitas dalam melakukan efisiensi dalam melakukan aktivitas operasional entitas. Angka rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa entitas mempunyai jumlah pendapatan operasional yang tinggi sehingga dapat dinyatakan efisien dalam melakukan kegiatan operasional entitas. Jika entitas melakukan kegiatan operasional secara efisien, maka kinerja keuangan yang dicapai entitas tersebut menjadi baik karena tingginya pendapatan asli daerah. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa tinggi rendah angka rasio asset turnover mempengaruhi kinerja keuangan entitas. Pada sektor pemerintah, asset turnover merupakan gambaran pemerintah dalam melakukan efisiensi dalam proses kegiatan penyediaan layanan pada publik. Jika kegiatan pelayanan publik dapat dilakukan secara efisien dibuktikan dengan rendahnya biaya operasional, maka kinerja keuangan pemerintah tersebut akan mencapai tingkatan yang lebih baik. Bukti empiris terkait pengaruh asset turnover terhadap kinerja keuangan pemerintah diperoleh Cohen (2006) dalam penelitian pada pemerintah daerah di Yunani.
Asset turnover merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan asli
daerah dengan jumlah asset pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan
kemampuan daerah dalam menggunakan jumlah asset daerah yang dimiliki untuk
memperolah pendapatan asli daerah. Semakin tinggi angka asset turnover
mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mampu mengoptimalkan penggunaan
asset untuk mendapatkan jumlah pendapatan asli daerah yang tinggi. Dengan
dapat melakukan kegiatan operasional pada tahun berikutnya secara efisien dan
efektif.
Atas dasar hasil penilitian dan logika teoritis ini, mendasari pengajuan hipotesis penelitian yang dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H7 : Asset Turnover Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
Dalam penelitianya, Cohen (2006) menemukan bahwa pendapatan operasional terhadap total pendapatan berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah pada masa akan datang. Plammer et al. (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan rasio yang menggunakan jumlah pendapatan operasional (PAD) dan belanja operasional pemerintah dalam kaitanya dengan kegagalan keuangan pemerintah daerah dengan hasil bahwa jumlah pendapatan daerah yang tinggi dapat menurunkan risiko kegagalan keuangan pemerintah.
Operating revenues to total revenues merupakan perbandingan jumlah
pendapatan asli daerah dengan jumlah total pendapatan daerah. Rasio ini memberi
penggambaran tentang kontribusi pendapatan asli daerah terhadap jumlah total
pendapatan pemerintah daerah. Angka operating revenues to total revenues yang
tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu memperoleh jumlah
pendapatan asli daerah yang tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi yang
tinggi pula pada total pendapatan daerah. Tingginya jumlah pendapatan asli
daerah ini memberi kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk dapat
menjalankan operasional pada tahun berikutnya secara lebih efisien dan efektif.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teori ini, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H8 : Operating Revenues to Total Revenues berpengaruh terhadap kinerja
Operating revenues to operating expenses merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara jumlah pendapatan operasional dengan beban operasional. Angka rasio ini mengindikasikan kemampuan entitas untuk memperoleh pendapatan operasional dengan pengeluaran operasional yang dilakukan. Angka rasio yang tinggi menggambarkan bahwa entitas mempunyai jumlah pendapatan operasional yang lebih tinggi dibanding dengan pengeluaran operasional. Karena pendapatan operasional lebih tinggi, maka pendapatan operasional tersebut dapat menutup pengeluaran operasional dan masih mempunyai sisa yang dapat digunakan dalam pembiayaan kegiatan operasional pada periode akan datang. Dengan paparan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi angka rasio ini, maka akan semakin tinggi kemungkinan untuk entitas mencapai kinerja keuangan yang tinggi. Cohen (2006) memperoleh bukti bahwa Operating revenues to operating expenses berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah Yunani. Steven dan McGowan (1983) juga menggunakan ukuran pendapatan atas jumlah pengeluaran pemerintah daerah terkait indikator dan tren kinerja pemerintah daerah.
Operating revenues to operating expenses merupakan perbandingan antara
jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah untuk
memperoleh pendapatan asli daerah tersebut. Angka rasio operating revenues to
operating expenses ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
memperoleh pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah yang
terjadi dalam suatu periode anggaran. Angka rasio operating revenues to
mempunyai kemampuan yang baik dalam mengoptimalkan pendapatan asli daerah
atas pengeluaran yang terjadi dan hal ini dapat berpengaruh positif terhadap
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran pada tahun berikutnya. Pengaruh
positif terhadap efisiensi dan efektivitas anggaran ini dapat terjadi karena adanya
jaminan dana untuk kegiatan operasional yang disediakan oleh pendapatan asli
daerah.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teori ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
H9 : Operating Revenues to Operating Expenses Pemerintah Daerah
berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan atas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah pada satu (dua) tahun setelah tahun pelaporan keuangan. Pengaruh rasio keuangan ini untuk menggambarkan nilai relevan informasi dalam laporan keuangan pemerintah dalam pengambilan keputusan ekonomis para pemakai laporan keuangan sebagaimana tujuan pelaporan keuangan yang tercantum dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor: 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah.
laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas yang terdiri dari ROE, ROA,PM, CR,DER,LTTA,AT, ORTR, OROE yang digunakan dalam pengujian pengaruh terhadap rasio efektivitas dan rasio efisiensi pemerintah daerah satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah. Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi empiris dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris pengaruh return on equity, return on assets, profit margin, current ratio, debt/equity, long terms liabilities/total assets, assets turnover, operating revenues/total revenues, operating revenues/operating expenses terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan data penelitian time series dan menggunakan beberapa objek penelitian (cross section), sehingga
penelitian ini dapat dinyatakan sebagai penelitian dengan pooled data.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Sekaran, 2003). Populasi yang digunakan sebagai sample frame penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah di Indonesia yang berjumlah 426 pemerintah daerah baik kabupaten maupun kota.
2. Sampel penelitian
a. Pemerintah daerah kabupaten/kota seluruh Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan pemerintah pada tahun 2005, 2006 dan 2007 dan dipublikasikan dalam website BPK RI, yaitu www.bpk.go.id
b. Pemerintah daerah dengan laporan keuangan yang diterbitkan pada tahun 2005, 2006 dan 2007 dengan opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa pengecualian dengan bahasa atau paragraf penjelas (unqualified opinion with explanation language) maupun wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Adapun laporan keuangan dengan opini tidak wajar (adverse opinion) dan tidak memberi opini (disclaimer opinion) tidak digunakan dalam sampel penelitian dengan pertimbangan bahwa informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dengan opini tersebut tidak wajar dan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.
c. Pemerintah daerah dengan laporan keuangan yang mencantumkan seluruh data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengukuran variabel dan analisis data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian.
Sampel penelitian yang digunakan adalah 187 pemerintah daerah untuk pengujian data satu tahun dan 119 pemerintah daerah untuk pengujian data dua tahun.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan pemerintah daerah. Data dikumpulkan dengan cara download dari website resmi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, yaitu www.bpk.go.id.
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran
a. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintah daerah. Kinerja keuangan pemerintah daerah yang dimaksud adalah hasil kerja kegiatan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang
meliputi unsur input, output, dan outcome yang kemudian di ukur dengan
efisiensi, efektivitas, dan ekonomis. Kinerja keuangan pemerintah daerah diukur dengan perspektif efisiensi, efektivitas dan ekonomis atau dengan pendekatan value for money. Efisiensi merupakan hubungan antara masukan sumberdaya oleh suatu unit organisasi (input) dan keluaran yang dihasilkan (output) yang memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (Mardiasmo, 2007). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai (Mardiasmo, 2007). Penelitian ini menggunakan efisiensi dan efektivitas dalam pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah yang menurut Mahmudi (2007) dapat diformulasikan seperti berikut ini.
Rasio Efektivitas =
b. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan variabel dependen dan mempunyai hubungan positif atau negatif bagi variabel dependen nantinya. Dalam hal ini variabel independen adalah angka dan rasio yang diambil dari komponen laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Variabel yang dimaksud adalah seperti berikut ini.
1) Return on Equity
Return on Equity merupakan perbandingan antara jumlah surplus atau defisit dalam laporan realisasi anggaran dengan jumlah total fund equity yang dilaporkan pada neraca pemerintah daerah. Variabel ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan jumlah selisih antara pendapatan dengan belanja dari total dana ekuitas yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Untuk menentukan angka rasio ini, menurut Cohen (2006) formula yang dapat digunakan adalah seperti berikut ini.
ROE=
Equity Deficit Surplus
Net ( )
2. Return on Assets
menghasilkan selisih antara total pendapatan dengan total belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu. Untuk menghitung angka rasio ini, menurut Cohen (2006) formula yang
Profit Margin merupakan angka rasio yang menggambarkan jumlah
perbandingan antara surplus atau defisit anggaran dalam suatu periode dengan jumlah pendapatan asli daerah dalam satu periode akuntansi. Kedua angka dalam penghitungan rasio ini diambil dari laporan realisasi angaran pemerintah daerah. Untuk menentukan angka rasio ini, formula yang digunakan adalah seperti berikut ini (Cohen, 2006).
PR=
Formula untuk menentukan angka rasio ini adalah seperti berikut ini
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara jumlah total hutang pemerintah dengan total ekuitas dana. Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah dalam memberi jaminan pemenuhan seluruh jumlah hutang dengan jumlah ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah pada tanggal tertentu. Kedua angka rasio ini ditentukan dengan menggunakan angka dalam neraca pemerintah. Untuk menentukan besarnya rasio ini, menurut Godsey dan Shulman (2001) formula yang dapat digunakan adalah seperti berikut ini.
DER=
Equity Debt
6. Long Terms Liabilities to Total Assets
LTTA =
Assets Turnover merupakan perbandingan jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah total asset yang dimiliki oleh Pemda. Angka rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperoleh pendapatan asli daerah dengan menggunakan total asset yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang bersangkutan, semakin tinggi angka rasio ini menandakan bahwa semakin baik kemampuan pemerintah dalam mengusahakan asset yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan bagi daerah. Menurut Cohen (2006) formula untuk menghitung angka rasio ini adalah seperti berikut ini.
ORTR =
9. Operating Revenues to Operating Expenses
Operating Revenues to Operating Expenses merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah belanja operasi daerah dalam suatu periode tertentu. Untuk menentukan jumlah angka rasio ini angka yang digunakan adalah angka dalam laporan realisasi anggaran. Angka rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah dalam memperoleh pendapatan asli daerah dengan belanja operasi yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Untuk menentukan angka rasio ini formula yang digunakan oleh peneliti adalah formula yang digunakan oleh Cohen (2006) berikut ini.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel indikator keuangan pemerintah daerah sebagaimana digunakan oleh Cohen (2006) terdiri dari ROE, ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT, ORTR, OROE terhadap rasio
Model 1:
REK = α + β1 ROE+ β2 ROA+β3 PM + β4 CR + β5 DER + β6 LTTA +
β7 AT+ β8 ORTR+ β9 OROE + ei
Model 2:
RES = α + β1 ROE+ β2 ROA+ β3 PM + β4 CR + β5 DER + β6 LTTA +
β7 AT + β8 ORTR+ β9 OROE + ei
Notasi:
REK = Rasio Efektivitas RES = Rasio Efisiensi
α = Konstanta
β1, β2, β3,…, β9 = Koefisien regresi
ROE = Return on Equity tahun sebelumnya ROA = Return on Assets tahun sebelumnya PM = Profit Margin tahun sebelumnya
CR = Current Ratio tahun sebelumnya DER = Debt to Equity Ratio tahun sebelumnya LTTA = Long Terms Liabilities to Total Assets tahun
sebelumnya
AT = Assets Turnover tahun sebelumnya
ORTR = Operating Revenues to Total Revenues tahun
OROE = Operating Revenues to Operating Expenses tahun sebelumnya
e1 = Standart error
2. Pengujian normalitas data
Menurut Ghozali (2007) uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal. Salah satu cara agar data dapat berdistribusi normal adalah dengan menggunakan lewat pengamatan nilai residual. Cara lain dengan melihat distribusi dan variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat juga menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Dengan uji ini dapat diketahui apakah distribusi nilai-nilai sampel yang teramati terdistribusi normal. Kriteria pengujian dengan dua arah (two-tailed test) yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tarif signifikan 0,05 jika p > 1%, 5% dan 10% maka data terdistribusi normal.
3. Pengujian asumsi klasik
a. Uji multikolinearitas
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Apabila nilai tolerance diatas 0.10 dan VIF dibawah 10, maka menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas.
b. Uji heterokedastisitas
Heterokedastisitas menunjukkan bahwa variasi (varians) variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak random (acak), tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Gejala heterokedastisitas terjadi pada model yang menggunakan data sample secara cross section.
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya Heterokedastisitas dalam model regresi adalah metode Glejser, yaitu dengan meregresikan nilai dari seluruh variabel independen dengan nilai mutlak dari nilai residual sehingga dihasilkan probability value. Kriteria pengujiannya adalah jika probability value < 1%, 5% dan 10% maka terjadi heterokedastisitas dan jika probability value > 1%, 5% dan 10% maka tidak terjadi heterokedastisitas.
c. Uji autokorelasi
4. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh posisi keuangan seperti return on equity ratio, return on assets, profit margin ratio, current ratio, debt/equity ratio, long terms liabilities/total assets, assets turnover ratio, operating revenues/total revenues dan operating revenues/operating expenses terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio
efektivitas dan efisiensi pada periode satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah. Langkah-langkah analisis pengujian model dan hipotesis adalah seperti berikut ini.
a. Pengujian koefisien regresi parsial (signifikansi-t)
Merupakan pengujian masing-masing variabel independen yang dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji signifikansi-t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Kriteria pengambilan kesimpulan dalam uji ini adalah seperti berikut ini.
1. Ho diterima Ha ditolak: thitung < ttabel atau p-value > 1%, 5% dan
10%, variabel bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
2. Ho ditolak Ha diterima: thitung > ttabel atau p-value < 1%, 5% dan
10%, variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat.
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi berganda untuk variabel independen berupa return on equity ratio, return on assets, profit margin ratio, current
ratio, debt/equity ratio, long terms liabilities/total assets, assets turnover ratio, operating revenues/total revenues dan operating
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai hasil analisis untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan dua persamaan regresi. Persamaan regresi pertama untuk
mengetahui pengaruh informasi keuangan dalam laporan keuangan pemerintah
daerah terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan rasio efektivitas.
Persamaan regresi kedua untuk mengetahui pengaruh informasi keuangan dalam
laporan keuangan pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan yang diproksikan
dengan rasio efisiensi.
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, populasi meliputi seluruh pemerintah daerah
kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Menurut publikasi Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) melalui website resminya www.bpk.go.id
pada tahun 2005 terdapat 391 yang menerbitkan laporan keuangan dan pada
tahun 2006 terdapat 426 pemerintah daerah atau kota yang menerbitkan laporan
keuangan. Sampel penelitian yang berhasil diperoleh melalui metode purposive
sampling adalah 232 pemerintah daerah. Proses pemilihan sampel penelitian dapat
Tabel 1
Seleksi Pemilihan Sampel
Pemerintah daerah yang menerbitkan LKPD periode 2005-2006 817
Pemerintah daerah yang tidak terpilih menjadi sampel:
- LKPD dengan opini adverse dan disclaimer (512) - LKPD yang tidak mencantumkan informasi
secara lengkap (53)
Pemerintah daerah yang terpilih menjadi sampel 232
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel sampel penelitian di atas menunjukkan bahwa jumlah laporan
keuangan pemerintah daerah yang berhasil dikumpulkan melalui download di
website BPK RI adalah sejumlah 817 laporan keuangan pemerintah daerah. Atas
jumlah laporan keuangan tersebut, sejumlah 512 laporan keuangan mempunyai
opini tidak wajar (adverse opinion) dan tidak berpendapat (disclaimer opinion)
dan oleh karena opini tersebut, maka laporan keuangan tersebut tidak digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini. Alasan yang digunakan adalah bahwa
informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah dengan opini tidak wajar
(adverse opinion) dan tidak berpendapat (disclaimer opinion) tersebut disajikan
secara tidak wajar berdasar SAP sehingga tidak dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan. Dengan demikian
terdapat 350 laporan keuangan pemerintah daerah yang opini wajar (unqualified
opinion) dan wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Selain opini auditor BPK RI, penelitian ini juga menggunakan informasi
keuangan lain dalam pengukuran variabel independen dan dependen. Untuk
tetapi tidak mencantumkan informasi untuk pengukuran variabel penelitian, maka
laporan keuangan tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini. Jumlah laporan
keuangan pemerintah yang tidak secara lengkap menyajikan informasi yang
dimaksud sejumlah 53 laporan keuangan pemerintah. Setelah dilakukan
identifikasi dengan menggunakan kriteria pengambilan sampel, maka diperoleh
sampel sejumlah 232 laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari 148
laporan keuangan pemerintah daerah pada tahun 2005 dan 84 laporan keuangan
pemerintah daerah pada tahun 2006. Data sampel dalam penelitian ini secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran.
B. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian memberi penggambaran data dan penyebaran
data yang digunakan dalam penelitian ini. Penggambaran data yang dimaksud
meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah
(minimum) serta nilai standar deviasi yang menggambarkan penyebaran data
penelitian ini. Berikut ini disajikan deskripsi data penelitian baik untuk data
mengenai variabel dependen dan variabel independen yang telah berhasil
dikumpulkan oleh peneliti untuk tujuan pengujian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini.
Tabel 2
Statistik Deskriptif Data Satu Tahun
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 99 0,0008 0,7443 0,0387 0,0789
PM 99 0,0200 7,6933 1,3401 1,4569
CR 99 0,0926 210,4839 36,5394 43,5808
DER 99 0,0001 1,0260 0,0198 0,1030
LTTA 99 0,0000 0,0520 0,0043 0,0080
AT 99 0,0026 0,2082 0,0329 0,0279
ORTR 99 -36,7540 0,7401 -9,3056 6,4281
OROE 99 0,0230 0,6628 0,1079 0,0972
REK 99 0,0532 2,0824 0,5416 0,3626
REF 99 0,0411 2,0562 1,0754 0,3173
Valid N (listwise) 99
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata, nilai maksimum dan nilai
minimum serta standar deviasi untuk data yang digunakan dalam pengujian satu
tahun. Jumlah data yang diobservasi dalam pengujian satu tahun (N) adalah 99.
Untuk data variabel ORTR mempunyai nilai rata-rata terkecil. Dalam deskripsi
data ORTR, nilai minimum atas variabel ini adalah sebesar -36,7540 dan nilai
maksimumnya adalah sebesar 0,7401 serta nilai mean dan standart deviation
masing-masing sebesar -9,3056 dan 6,4281. Hasil deskriptif data ini menjelaskan
bahwa penyebaran data berkisar antara -9,3056 ditambah dengan 6,4281 sampai
dengan -9,3056 dikurangi 6,4281. Sementara itu, untuk variabel CR merupakan
variabel dengan rata-rata yang tertinggi. Nilai minimum untuk variabel CR adalah
sebesar 0,0926 dan nilai maksimumnya adalah sebesar 210,4839. Nilai rata-rata
dan standar deviasi untuk CR masing-masing sebesar 36,5394 dan 43,5808 yang
mengindikasikan bahwa penyebaran data variabel CR berkisar antara 36,5394
Berikut disajikan deskripsi data untuk pengujian data dua tahun setelah
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Tabel 3
Statistik Deskriptif Data Dua Tahun
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 82 0,00070 1,43068 0,04706 0,15813
ROA 82 0,00070 0,12114 0,02807 0,02875
PM 82 0,01999 4,82495 1,11995 1,24543
CR 82 0,09262 164,27506 34,74696 40,35152
DER 82 0,00008 0,08277 0,01142 0,01721
LTTA 82 0,00002 0,03849 0,00462 0,00760
AT 82 0,00255 0,42827 0,03658 0,04822
ORTR 82 -39,28118 0,33669 -9,26822 7,43561
OROE 82 0,02824 0.51784 0,10163 0,08011
REF 82 0,07231 7,17761 1,21190 0,82563
REK 82 0,07499 2,28568 0,60181 0,46894
Valid N (listwise) 82
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata, nilai maksimum dan nilai
minimum serta standar deviasi untuk data yang digunakan dalam pengujian dua
tahun. Untuk data variabel CR mempunyai nilai rata-rata tertinggi di antara
variabel lainya. Nilai minimum atas variabel ini adalah sebesar 0,09262 dan nilai
maksimumnya adalah sebesar 164,27506 serta nilai mean dan standart deviation
masing-masing sebesar 34,74696 dan 40,35152. Hasil deskriptif data ini
menjelaskan bahwa penyebaran data berkisar antara 34,74696 ditambah dengan