1 A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antar seseorang untuk saling
berhubungan di lingkungan sekitar. Dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik, bahasa mempunyai peran sentral untuk menjalin
hubungan dimasyarakat. Seseorang dituntut untuk belajar bahasakarena
dorongan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
Ketrampilan berbahasa ditekankan pada empat aspek, yaitu : menyimak,
berbicara, membaca dan menulis.
MenurutMulyati, Yeti dkk (2007:1.13) menulis adalah salah satu jenis
keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Dalam menulis
diperlukan keterampilan yang didapat melalui proses belajar dan latihan. Belajar
dalam hal ini memegang peranan penting dalam peningkatan keterampilan
menulis karena dengan belajar peserta didik mampu mendapatkan keluasan
berpikir yang akan mempertajam daya kreatifitas ide dan gagasan peserta didik.
Belajar seharusnya tidak hanya tersekat dalam ruang namun harus keluar
dan dekat dengan lingkungan, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial agar makna belajar dapat teraplikasi nyata di lingkungan sekitar peserta
didik. Percuma bila belajar hanya dimaknai untuk mengahafal, ulangan,
mendapat nilai bagus, dan pujian dari orang tua tanpa adanya aplikasi nyata di
masyarakat.
Senada dengan pendapat diatas, Gagne (dalamDimyatidanMudjiono,
2010:10 ) berpendapat terdapat 3 komponen penting dalam belajar yaitu
kondisieksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Kondisi internal
berhubungan dengan kondisi siswa dan proses kognitif siswa, sedangkan kondisi
hal tersebut mempunyai dampak yang besar dalam baik tidaknya hasil belajar.
Untuk itu dalam suatu proses belajar kondisi siswa harus dalam keadaan fisik
yang sehat dan lingkungan belajar siswa harus variatif (pembelajaran tidak
selalu dalam kelas) karena semakin bervariasi lingkungan belajar maka akan
bervariasi pula proses kognitif siswa.
Piaget dalam ( Dimyati &Mudjiono, 2010:13 ) juga mengungkapkan
bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu yang mengalami interaksi dengan
lingkungan yang selalu dinamis atau berubah sehingga fungsi intelek pun
berkembang. Dengan pendapat dua ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan adalah salah satu faktor yang penting dalam proses belajar.
Realitas di sekolah sekarang ini hanya terfokus dalam pemenuhan
kurikulum. Guru dituntut untuk bisa menerapkan kurikulum sebaik mungkin
dan sesuai dengan kurikulum pusat. Salah satu indikator dari pemenuhan
kurikulum adalah nilai yang diperoleh peserta didik selama proses belajar
mengajar. Jadi potensi siswa ditentukan oleh nilai yang didapat daripada potensi
peserta didik. Disamping itu banyaknya kurikulum yang harus dikejar di setiap
tahun ajaran membuat guru menggunakan metode atau pendekatan konvensional
yang dirasa efektif.
Seperti pada umumnya, di ruang pembelajaran terdapat permasalahan yang
beragam salah satunya adalah kebosanan siswa. Salah satu faktor munculnya
kebosanan karena pembelajaran dengan pendekatan konvensional kebanyakan
dilakukan di dalam kelas. Pendekatan ini mungkin bisa diikuti oleh siswa
dengan daya tangkap tinggi namun sulit bagi siswa berdaya tangkap rendah.
Sehingga pola yang muncul adalah tidak memperhatikan penjelasan dari guru
dan beragam perilaku siswa yang muncul seperti tidur dalam kelas, ramai
sendiri, ramai dengan temannya, dan masih banyak lagi.
Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran yang diharapkan selain
melestarikan budaya daerah, juga mampu sebagai media peningkatan budi
meliputi dua aspek, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan
bersastra. Setiap aspek meliputi empat keterampilan, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Dalam keterampilan menulis, siswa tidak
hanya diajarkan cara menulis huruf alphabet namun siswa juga harus terampil
menulis aksara jawa. Namun, kurangnya variasi guru dalam menyajikan
pembelajaran Bahasa Jawa menjadi sebab siswa kurang tertarik belajar pelajaran
Bahsa Jawa.
Dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada ranah menulis aksara
Jawa, kebanyakan guru hanya menyuruh siswa menghafal kemudian menunjuk
siswa maju untuk mengerjakan soal. Hasilnya siswa hanya mengetahui secara
parsial aksara jawa tanpa adanya perasaan ingin tahu bagaimana aksara jawa
yang lebih sulit tingkatannya. Contoh siswa disuruh menulis aksara jawa “buku”
(selama pembelajaran tersebut hanya belajar menulis pepet suku dan wulu).
Tanpa ada proses bertanya kepada guru bagaimana menulis “prapatan”, “watu
krikil”, “godhong krambil”, “omah joglo” (menulis aksara jawa dengan
pasangan dan sandhangan) yang kesemuanya tidak ditemukan di ruang kelas.
Bervariasinya benda yang ditemukan siswa mampu memacu rasa ingin tahu dan
tertarik pada pengetahuan sehingga dalam pembelajaran sudah sepantasnya
mencoba untuk belajar dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kita.
Kejadian diatas juga terjadi di SDN 01 Tanjang, dimana dalam hal ini
adalah lokasi penelitian. Pendapat ini muncul setelah melakukan observasi dan
wawancara langsung di SDN 01 Tanjang dimana dalam pembelajaran Bahasa
Jawa sering kosong dikarenakan guru Bahasa Jawa merangkap sebagai Kepala
Sekolah sehingga kompetensi menulis aksara Jawa peserta didik SDN 01
Tanjang relatif rendah. Disamping itu pendekatan pembelajaran konvensional
sangat kental terasa, polanya seperti yang diutarakan diatas menghafal,
menunjuk, mengererjakan soal, dan diberi tes. Efek sampingnya siswa tidak
memperhatikan, ramai, pasif dalam pembelajaran dan hasil belajar rendah.
sehingga diperlukan pendekatan yang lebih bersosialisasi dengan lingkungan
agar dapat terasa makna dari pembelajaran.
Salah satu metode pembelajaran yang mengajak siswa keluar kelas adalah
metode pembelajaran Field Trip. Metode pembelajaran Field Trip adalah cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau
obyek tertentu di luar kelas atau sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu (Roestiyah dalam Yuswari ,2012:8).
Keunggulan dari metode ini antara lain, membuat apa yang dipelajari di
sekolah lebih relavan dengan kenyataan sehari-hari. Metode seperti ini dapat
lebih merangsang kreativitas siswa, serta informasi sebagai bahan pelajaran
lebih luas dan aktual.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Dengan Metode Pembelajaran
Field - Trip Kelas IV SDN 01 Tanjang Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Tahun
Ajaran 2014/2015”. Dengan diadakannya penelitian ini dapat diketahui
bagaimana metode diatas mampu meningkatkan keterampilan menulis aksara
jawa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Sekolah formal terlalu fokus pada kurikulum, sehingga metode
pembelejaran yang dipakai mengarah pada pendekatan konvensional.
2. Pembelajaran hanya terjadi di ruang kelas (sekolah) sehingga peserta
didik kurang tergelitik untuk mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
materi.
3. Peserta didik kurang memahami makna belajar aksara Jawa karena
4. Keterampilan menulis aksara Jawa peserta didik SDN 01Tanjang
rendah.
5. Membutuhkan sebuah metode yang mampu mengajak siswa keluar
kelas untuk meningkatkan atensi peserta didik dan mampu
meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa.
C. Pembatasan Masalah
Agar dalam penelitian ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara
optimal, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya dilakukan di kelas IV SDN 01 Tanjang Kecamatan
Gabus Kabupaten Pati tahun 2014/2015.
2. Penelitian ini terbatas pada penggunaan metode field tripuntuk
meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa di kelas IV SDN 01
Tanjang Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun 2014/2015.
3. Penelitian ini terbatas pada mata pelajaran Bahasa Jawa kelas IV SDN
01 Tanjang Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun 2014/2015.
4. Penelitian ini terbatas pada keterampilan siswa dalam menulis aksara
jawa, di kelas IV SDN 01 Tanjang Kecamatan Gabus Kabupaten Pati
tahun 2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah metode fieldtripdapat meningkatkan keterampilan menulis aksara
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk meningkatkan keterampilan menulis aksara jawa dengan metode field
tripdi kelas IV SDN 01 Tanjang Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian pelaksanaan tindakan kelas akan memberikan manfaat
yang sangat berarti : bagi siswa, guru, maupun sekolah.
a) Manfaat bagi siswa
Sangat bermanfaat bagi siswa-siswi yang bermasalah di kelas tersebut
dalam keterampilan menulis serta dapat memberikan susana baru dalam
pembelajaran Bahasa Jawa di kelas IV SDN 01 Tanjang Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati.
b) Manfaat bagi guru.
Dengan dilakukan penelitian tindakan kelas ini, kiranya guru dapat
merubah dan melaksanakan metode pembelajaran menulis dengan
pendekatan proses dan teknik pembelajaran yang bervariasi yang dapat
mempengaruhi dan meningkatkan pembelajaran di kelas serta penggunaan
metode dan alat peraga yang tepat. Disamping itu dengan adanya contoh
penelitian tindakan kelas ini guru akan mencoba dan terbiasa melakukan
penelitian pada mata pelajaran lainnya yang tentunya akan sangat
bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran dan karir serta professional guru
itu sendiri.
c) Manfaat bagi Sekolah.
Penelitian ini sangat bermanfaat memberikan sumbangan yang berarti bagi
sekolah dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran khususnya dan
sekolah pada umumnya. Dan selanjutnya mengangkat nama baik dan mutu