• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI ORANGTUA DALAM PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU INSAN UTAMA KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI ORANGTUA DALAM PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU INSAN UTAMA KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA."

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

i

PARTISIPASI ORANGTUA DALAM PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU INSAN UTAMA BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Qonita Khusnaya NIM 12110241038

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

God is Never Wrong in Giving The Sustenance

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan anugerah serta ridho atas perjuangan saya dalam menyelesaikan karya ini. Dengan ketulusan hati dan penuh rasa syukur, karya tulis ini saya persembahkan untuk:

o Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Warsito dan Ibu Siti Maryani. Terima kasih atas segala ketulusan, pengorbanan, kasih sayang, dukungan, doa-doa serta pengharapan yang telah beliau panjatkan untukku selama ini. o Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PARTISIPASI ORANGTUA DALAM PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU INSAN UTAMA BANTUL YOGYAKARTA

Oleh Qonita Khusnaya NIM 12110241038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) bentuk-bentuk partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama Kasihan Bantul; (2) faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah orangtua siswa SDIT Insan Utama, sedangkan informan dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, ketua komite sekolah, dan guru SDIT Insan Utama. Setting penelitian yaitu SDIT Insan Utama beralamat di Dusun Gatak, Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara, observasi, serta dokumentasi. Analisis data yang digunakan dari Milles dan Hubberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Metode triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bentuk keterlibatan orangtua dalam program- program unggulan full day school SDIT Insan Utama terdiri dari dua macam yaitu partisipasi fisik dan non fisik. Bentuk partisipasi fisik orangtua meliputi: partisipasi secara finansial, tenaga, kehadiran dan keahlian; sedangkan bentuk partisipasi non fisiknya meliputi: dukungan orangtua secara moril bagi anak, jalinan komunikasi yang baik antara orangtua dengan sekolah, dan pemahaman serta pemberian saran dari orangtua terkait pelaksanaan program. 2) Faktor yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam program-program unggulan full day school di SDIT Insan Utama terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukungnya antara lain: adanya kesadaran dan tanggung jawab orangtua, adanya kemauan dan kebutuhan orangtua, penghasilan orangtua yang mencukupi, serta terjalinnya komunikasi yang baik antara orangtua dan sekolah. Faktor penghambatnya antara lain: keterbatasan waktu orangtua, karakteristik orangtua yang beragam, serta peran ibu yang lebih dominan dalam pendidikan anak di sekolah.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan sholawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga penulis masih diberikan kesempatan, kekuatan, kesabaran, serta kemampuan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Partisipasi Orangtua Dalam Program Full Day School di SD Islam Terpadu Insan Utama Bantul Yogyakarta” ini dengan baik dan lancar.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat kelulusan akademik dari Program Studi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan dapat terwujud tanpa dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam mensukseskan penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijaksanaannya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk studi di kampus tercinta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Program Studi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Siti Irene Astuti Dwiningrum., M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak nasihat, arahan, dorongan maupun motivasi, serta bimbingan kepada penulis sampai skripsi ini terselesaikan dengan baik.

(9)

ix

6. Bapak Pranowo Sasongko, S. Pt., selaku kepala sekolah SDIT Insan Utama, serta segenap guru dan karyawan SDIT Insan Utama, yang telah memberikan banyak dukungan serta bantuan selama penyusunan skripsi.

7. Orangtua siswa SDIT Insan Utama, selaku narasumber utama dalam penelitian ini yang telah berkenan memberikan waktunya dan berkontribusi dalam penelitian ini.

8. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Warsito dan Ibu Siti Maryani. Terima kasih atas segala ketulusan, pengorbanan, kasih sayang, dukungan, doa-doa serta pengharapan yang telah beliau panjatkan untukku selama ini.

9. Adikkutersayang, Amalia Khusnaya yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya.

10. Sahabat- sahabatku tersayang, Yunida, Agnes, Efika, Jian, Andriani, Laksmi, Ayun, Wulan, dan Amanda. Terima kasih telah memberikan banyak kenangan dan motivasi selama masa studi.

11. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala dukungannya.

12. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan dapat memberikan kontribusi nyata untuk membangun bangsa dan negara yang lebih baik.

Yogyakarta, 02 Agustus 2016

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Partisipasi Orangtua ... 10

1. Pengertian dan Manfaat PartisipasiOrangtua ... 10

2. Bentuk- Bentuk Partisipasi Orangtua ... 13

3. Tingkatan Partisipasi Orangtua ... 17

4. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Orangtua ... 19

B. Kajian tentang Full Day School ... 22

1. Karakteristik Full Day School ... 22

(11)

xi

C. Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar ... 30

D. Penelitian yang Relevan ... 33

E. Kerangka Pikir ... 37

F. Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subyek Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 48

G. Keabsahan Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 50

1. Profil SDIT Insan Utama ... 51

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 52

3. Struktur dan Muatan Kurikulum SDIT Insan Utama ... 53

4. Struktur Organisasi Sekolah ... 56

5. Fasilitas Sekolah ... 58

6. Keadaan Guru dan Karyawan ... 59

7. Keadaan Siswa ... 62

8. Prestasi Siswa ... 62

9. Keadaan Orangtua Siswa SDIT Insan Utama ... 63

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 65

1. Pelaksanaan Program Full Day School SDIT Insan Utama ... 65

2. Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day School SDIT Insan Utama ... 92

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

(12)

xii

Program Full Day School SDIT Insan Utama ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Responden dalam Penelitian ... 43

Tabel 2. Kisi- Kisi Pedoman Wawancara ... 46

Tabel 3. Kisi- Kisi Pedoman Observasi ... 47

Tabel 4. Kisi- Kisi Pedoman Dokumentasi ... 47

Tabel 5. Profil SDIT Insan Utama... 51

Tabel 6. Struktur Kurikulum SDIT Insan Utama ... 53

Tabel 7. Data Pendidik SDIT Insan Utama ... 59

Tabel 8. Data Karyawan SDIT Insan Utama ... 61

Tabel 9. Data Siswa SDIT Insan Utama Lima Tahun Terakhir ... 62

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Wali Murid SDIT Insan Utama ... 63

Tabel 11. Daftar Pekerjaan Wali Murid SDIT Insan Utama ... 64

Tabel 12. Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama di Bidang Akademik ... 84

Tabel 13. Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama di Bidang Keagamaan ... 85

Tabel 14. Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama di Bidang Sosial ... 85

Tabel 15. Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama diBidang Kreativitas ... 86

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Instrumen Penelitian ... 138

Lampiran 2 Transkrip Wawancara ... 146

Lampiran 3. Reduksi Data ... 169

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 176

Lampiran 5. Dokumentasi Peneliti ... 192

Lampiran 6. Dokumen Sekolah ... 195

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan terus berkembang dan berinovasi seiring perkembangan

jaman. Pendidikan harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan

lingkungannya. Full day school merupakan salah satu inovasi dalam bidang pendidikan yang sedang berkembang saat ini.Fenomena

berkembangnya full day school dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya perubahan sosial-budaya dimasyarakat. Perubahan yang dimaksud yaitu

perubahan dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri.

Muhaimin (dalam Baharudin, 2014: 223-224) menyatakan bahwa

perubahan tersebut mempengaruhi pola pikir dan cara pandang

masyarakat. Kemunculan full day school juga dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknologi

dapat berpengaruh negatif bagi anak, sehingga satuan pendidikan, seperti

full day school memiliki peran dalam membentengi anak dari bahaya teknologi.

Secara harfiah full day school dapat diartikan sebagai sekolah sehari penuh. Full day school berlangsung hampir sehari penuh lamanya, yaitusekitar pukul tujuh pagi hingga tiga sore. Pengaturan jadwal mata

pelajaran dan pendalaman materi merupakan hal yang diutamakan dalam

(17)

2

dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Sekolah full daydapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa dan disesuaikan dengan bobot

mata pelajaran yang ditambah dengan pendalaman materi keagamaan.

Konsep full day school didesain untuk mengembangkan kreativitas anak yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Kurikulum

full day school didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan peserta didik. Melalui full day school, anak memperoleh pendidikan kepribadian yang bersifat antisipatif terhadap perkembangan

sosial, budaya, dan pengetahuan umum. Potensi, bakat serta minat anak

full day school juga dapat tersalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan program bimbingan dan konseling di sekolah (Annisa Nurul A, 2014:

15).Sistem pembelajaran full day school lebih menekankan pembentukan akidah dan akhlak untuk menanamkan nilai-nilai yang positif.

Banyak masyarakat dalam hal ini para orangtua yang termotivasi

untuk menyekolahkan anaknya di full day school. Baharuddin (2014: 226) menyatakan bahwa full day school banyak dipilih orangtua dengan beberapa alasan, antara lain dapat mengurangi seminimal mungkin

pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah, karena waktu pendidikan

di sekolah lebih lama; anak dididik oleh tenaga kependidikan yang terlatih

dan profesional; adanya perpustakaan yang nyaman jugarepresentative sehingga membantu peningkatan prestasi belajar anak; serta terdapat

(18)

3

Full day schooldapat pula menjadi pilihan bagi masyarakat yang menginginkan pendidikan secara menyeluruh di sekolah. Pendidikan tidak

hanya terfokus pada intelektualitas, melainkan juga spiritual peserta didik.

Full day school merupakan bentuk sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran islam secara intensif dengan menambahi waktu khusus untuk

pendalaman keagamaan siswa (Sismanto, 2007:5). Kebanyakan full day school sangat konsen terhadap keseimbangan antara kecerdasan intelektualitas dan spiritualitas peserta didiknya. Menurut Syukur Basuki

(2012:8), hal tersebut diwujudkan dalam penerapan sistem full day school yang bertujuan antara lain menanamkan nilai-nilai positif, memberikan

dasar yang kuat untuk belajar di segala bidang, serta membentukakhlak

dan akidah yang dapat mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai

khalifah fil ardhijuga sebagai hamba Allah SWT.

Full day school menerapkan waktu pembelajaran yang lebih lama dari sekolah umum, sehingga pelaksanaan full day school membutuhkan biaya yang tidak murah. Biaya tersebut digunakan untuk menunjang segala

kebutuhan anak disekolah. Hal ini sering menimbulkan banyak pandangan

di masyarakat bahwa full day school hanya diperuntukkan untuk masyarakat atas atau kalangan elit saja. Sismanto (2007:6) mengemukakan

bahwa peserta didik yang masuk ke sekolah full day dengan sistem subsidi silang, hanyalah suatu akal-akalan saja dari pihak sekolah untuk

(19)

4

Kebanyakan orangtua merasa tidak mampu untuk memberikan

pendidikan terutama pendidikan agama bagi anaknya di rumah, sehingga

orangtua lebih mempercayakan hal tersebut pada sekolahfull day. Ketidakmampuan orangtua tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hal,

salah satunya yaitu kesibukan orangtua. Sekolah full day banyak diminati oleh kalangan masyarakat modern yang memiliki kesibukan dalam hal

pekerjaan atau aktivitas lain di luar rumah. Kesibukan atau aktivitas yang

padat menyebabkan orangtua kurang memberikan perhatian terhadap

anaknya, khususnya dalam hal pendidikan agama bagi anak. Selain itu,

kesibukan orangtua dapat yang membuka celah bagi terbentuknya sikap

apatis orangtua terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Sejatinya peran orangtua sangat penting dalam mendukung

keberhasilan anak di sekolah. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan

memiliki pengaruh yang positif dalam peningkatan motivasi peserta

didik.Selain itu, para peneliti mendokumentasikan dampak positif bahwa

keterlibatan orangtua berperan dalam nilai ujian dan prestasi siswa.

Keterlibatan orangtua juga telah terbukti dalam memfasilitasi

pembelajaran yang lebih baik bagi kepentingan anak sembari memberikan

rumah dan lingkungan tempat tinggal yang lebih positif, melalui teladan

dan penguatan (Dwiningrum, 2015: 69).

Orangtua merupakan pendidik yang paling pertama dan utama bagi

anaknya. Salah satu tugas utama orangtua adalah mendidik keturunannya,

(20)

5

tercakup unsur pendidikan untuk membangun kepribadian anak dan

mendewasakannya. Orangtua bertanggung jawab terhadap masa depan

anak. Jamal Ma‟mur Asmani (2012:55-59) mengemukakan bahwa banyak

keluarga yang merasa rugi dan menyesal berat ketika hanya mementingkan

karir pribadi dan kemapanan finansial, sementara pendidikan anak mereka

diserahkan kepada pembantu dan orang lain. Orangtua perlu mengetahui

dan aktif mengamati kepribadian, karakter, minat, hobi, serta kesenangan

anak.

Salah satu full day school tingkat sekolah dasar yang ada di Yogyakarta yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Utama.

Sekolah ini telah menerapkan program full day school bagi seluruh siswanya sejak tahun 2010. Sekolah ini terletak di Dusun Gatak, Lingkar

Selatan, Kasihan, Bantul, D.I Yogyakarta. Program- program unggulan full day school Insan Utama, antara lain UMMI dan Tahfidz Al- Quran,Mentoring,Konsultasi dengan psikolog pendidikan,Home Visit, Outbond,Kunjungan edukasi,AMT(Achievement Motivation Training),sertaMabit.

Full day school Insan Utama banyak diminati oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah

(W/1/4/2016), diketahui bahwa orangtua menyekolahkan anak mereka di

full day school Insan Utama dengan berbagai alasan. Pertama, orangtua ingin anaknya memiliki pengetahuan dan mendalami keagamaan di

(21)

6

ingin membentengi anaknya dari dampak negatif perkembangan

teknologi melalui pendidikan formal. Ketiga, orangtua memilih full day school supaya ada yang mengontrol dan membimbing anaknya saat mereka bekerja di luar rumah. Keempat, SDIT Insan Utama merupakan sekolah favorit yang memiliki banyak peminat, khususnya di daerah

Bantul dan sekitarnya.

Sebagian besar wali murid atau orangtua siswa SDIT Insan Utama

berprofesi sebagai dosen, guru, pengusaha dan wiraswasta. Ada pula

sebagian kecil wali murid yang bekerja sebagai buruh, pedagang dan

petani. Mayoritas orangtua atau wali murid di sekolah ini adalah orang

yang sibuk bekerja. Berdasarkan hasil pra observasi peneliti, diketahui

bahwa masih banyak orangtua siswa yang tidak hadir dalam kegiatan

sekolah seperti pertemuan rutin wali murid (POMG) tiap satu atau dua

bulan sekali. Ketidakhadiran para orangtua atau wali murid tersebut

disebabkan oleh adanya beberapa kendala atau hambatan. Salah satu

kendala yang sering terjadi adalah keterbatasan waktu, karena tuntutan

pekerjaan maupun urusan lain yang menyita waktu orangtua

(Obs/15-17/02/2016).

Selain itu, berdasarkan hasil pra observasi, diketahui pula bahwa

orangtua siswa tidak dilibatkan dalam perencanaan maupun perumusan

program sekolah. Kegiatan perencanaan atau perumusan program-

program sekolah merupakan tanggung jawab pihak sekolah, terutama

(22)

7

membutuhkan dukungan orangtua untuk mewujudkan keberhasilan serta

ketercapaian tujuan pelaksanaan program-program di sekolah. Orangtua

atau wali murid dapat terlibat dalam pelaksanaan program sekolah melalui

keikutsertaan mereka secara fisik maupun non fisik. Berdasarkan latar

belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai

bentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam

program full day school di SDIT Insan Utama Kasihan, Bantul. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan full day school membutuhkan biaya yang tidak murah, sehingga timbul pandangan masyarakat bahwa full day school hanya diperuntukkan bagi kalangan elit.

2. Orangtua merasa tidak mampu memberikan pendidikan agama bagi

anaknya di rumah.

3. Orangtua atau wali murid yang sibuk bekerja memiliki partisipasi yang

kurang di sekolah.

4. Orangtua atau wali murid SDIT Insan Utama tidak dilibatkan dalam

perencanaan maupun perumusan program- program sekolah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti hanya akan

membatasi permasalahan tentang bentuk dan faktor yang mempengaruhi

(23)

8 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dari penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama ?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung partisipasi orangtua dalam

program full day school di SDIT Insan Utama ? E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ini adalah untuk mengetahui, memahami

dan mendeskripsikan tentang :

1. Bentuk-bentuk partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama.

2. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung partisipasi orangtua

dalam program full day school di SDIT Insan Utama. F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

yang bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah referensi, literatur atau pustaka studi yang berkaitan

dengan mata kuliah yang diajarkan dalam Program Studi Kebijakan

(24)

9

b. Memperluas wawasan serta pengetahuan yang mendalam terkait

salah satu mata kuliah Program Studi Kebijakan Pendidikan, yaitu

partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

c. Memperluas wawasan serta pengetahuan yang mendalam tentang

partisipasi orangtua dalam program full day school di sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran konkrit tentang partisipasi orangtua di

sekolah yang dapat dijadikan sebagai sumber landasan yang rinci

kepada pengambil kebijakan pendidikan di tingkat daerah maupun

satuan pendidikan di Yogyakarta, khususnya daerah Bantul.

b. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi acuan

dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan partisipasi

orangtua dalam pendidikan anak, khususnya pendidikan di full day school.

c. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap upaya untuk meningkatkan peranserta atau

keikutsertaan orangtua dalam penyelenggaraan program-program di

(25)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Partisipasi Orangtua

1. Pengertiandan Manfaat PartisipasiOrangtua

Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participate” yang artinya mengikutsertakan, ikut mengambil bagian (Wijaya, 2004: 208).

Menurut Made Pidarta (dalam Dwiningrum, 2015: 50), partisipasi

adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan.

Keterlibatan tersebut dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta

fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya atau

berinisiatif dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung

pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan. I

Nyoman Sumaryadi (dalam B Tokan Ferdinand, 2012: 12) berpendapat

bahwa partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok

masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan

maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran,

tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut

memanfaatkan dan menikmati hasil- hasil pembangunan.

Secara umum orangtua adalah ayah dan ibu kandung. Thamrin dan

Nurhalijah Nasution (dalam Nia Amalia, 2011:39) mengemukakan

bahwa yang dimaksud dengan orangtua adalah;

(26)

11

telah dewasa, maka orangtua harus bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya. Orangtua tidak hanya bertanggung jawab pada pemeliharaan anak saja, melainkan orangtua juga wajib bertanggung jawab pada pendidikan anaknya.”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

partisipasi orangtua adalah peran serta atauketerlibatan setiap orang

dewasa yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang lazim

disebut Ibu- Bapak secara mental, emosi atau fisik yang dimilikinya

dengan tanggung jawab atas segala keterlibatanuntuk mendukung

pencapaian tujuan bersama dalam suatu kegiatan.

Partisipasi dapat terjadi apabila di dalamnya telah mencakup

prinsip- prinsip partisipasi. Sebagaimana yang tertuang dalam Panduan

Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (Retno SetyaPutri, 2012: 18-19) sebagai berikut:

a. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yangterkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

b. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

c. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

(27)

12

keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

f. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

g. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia (Retno SetyaPutri, 2012: 19).

Keikutsertaan atau partisipasi orangtua dalam pendidikan anak di

sekolah memiliki banyak keuntungan, sebagaimana yang dikemukakan

oleh Rhoda (Nia Amalia, 2011: 44-45), sebagai berikut:

“Pertama, pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembang secara signifikan. Kedua, orangtua dapat mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga, orangtua akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula-formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat, akhirnya orangtua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah.”

Burt K. Schalan & Roger (dalam Widi Astuti, 2008:14)

berpendapat bahwa partisipasi bermanfaat dalam hal:

a. Lebih banyak komunikasi dua arah.

b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan.

c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif.

d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif,

diakui dalam derajat yang lebih tinggi.

Manfaat partisipasi lainnya, yaitu lebih mengemukakan

diperolehnya keputusan yang benar; mampu menggunakan kemampuan

(28)

13

manusia; sebagai motivasi dan membangun kepentingan bersama; lebih

mendorong orang untuk bertanggung jawab dan mengikuti perubahan

(Pariatra Westra dalam Widi Astuti, 2008:14).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa

manfaat partisipasi orangtua, antara lain:

a. Pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat

berkembang secara signifikan.

b. Mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di

sekolah.

c. Orangtua dapat menjadi guru yang baik di rumah dan bisa

menerapkan formula positif untuk pendidikan anaknya.

d. Orangtua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah.

e. Mampu mengendalikan nilai- nilai martabat manusia.

f. Lebih banyak komunikasi dua arah.

g. Sebagai motivasi dan membangun kepentingan bersama.

h. Mendorong orang untuk bertanggung jawab.

i. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif.

j. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.

2. Bentuk- Bentuk Partisipasi Orangtua

Partisipasi orangtua memiliki beragam bentuk. Berdasarkan cara

keterlibatannya, partisipasi orangtua dapat diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu :

(29)

14

ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung, yaitu partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya (Sugiyah, 2011:38).

Selain itu, partisipasi orangtuadapat dibedakan berdasarkan bentuk

fisik maupun non fisiknya. Basrowi (dalam Dwiningrum, 2011: 58-59)

berpendapat bahwa partisipasi masyarakat, khususnya orangtua dalam

pendidikan terdiri dari dua, yaitu :

a. Partisipasi fisik merupakan partisipasi masyarakat atau orangtua dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan sekolah, menyelenggarakan beasiswa, membantu pemerintah dalam membangun gedung-gedung untuk masyarakat, dan atau menyelenggarakan usaha-usaha perpustakaan yang berupa buku atau bantuan lainnya.

b. Partisipasi nonfisik merupakan keikutsertaan masyarakat dalam hal menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan warganya untuk bersekolah. Partisipasi nonfisik dapat berupa pemberian gagasan, ide, pemikiran, suara-suara yang dapat mempengaruhi jalannya suatu program atau kebijakan.

Cohen dan Uphoff (dalam Dwiningrum, 2015: 61-63) membagi

partisipasi menjadi empat, yaitu sebagai berikut :

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

(30)

15

dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari prosentase keberhasilan program.

d. Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya (Cohen dan Uphoffdalam Dwiningrum, 2015: 61-63).

Menurut Asher (dalam Dwiningrum, 2015: 72), bentuk- bentuk

keterlibatan atau partisipasi orangtua antara lain :

a. Menghadiri pertemuan umum di sekolah.

b. Menghadiri konferensi orangtua dan guru yang dijadwalkan secara rutin.

c. Menghadiri kegiatan sekolah atau kelas.

d. Menghadiri sesi pelatihan orangtua yang disediakan oleh rayon sekolah.

e. Membantu dan meninjau pekerjaan rumah anak. f. Menyediakan tempat untuk pekerjaan rumah. g. Bertindak sebagai relawan sekolah.

h. Membangun rutinitas di rumah untuk membantu kesuksesan anak (Asher dalam Dwiningrum, 2015: 72).

Partisipasi orangtua dapat pula dilihat dari dimensi orangtua itu

sendiri. Seymour B. Sarason (dalam Dwiningrum, 2015: 67-68)

mengungkapkan bahwa:

(31)

16

pendorong bagi guru. Selanjutnya, orangtua dalam dimensi deficitsmeliputi: (a) Orangtua memiliki sedikit gambaran untuk memahami budaya sekolah dan sistem sekolah: kebenaran dan asumsi yang mendasari perilaku dan regulasi yang terencana; sifat dan dasar pemikiran untuk pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah dan tanggung jawab, bagaimana tujuan organisasi, praktik pendidikan yang berpengalaman dan penafsiran orang dewasa dalam budaya tersebut, bervariasi seperti yang mereka lakukan dengan status, kepemilikan, dan pengalaman; serta bagaimana budaya di dalam, di antara serta di luarnya, adalah sikap dari cara pandang terhadap asal usul dan substansi yang berakar pada masa sekarang dan masa lalu; (b) Pengetahuan orangtua, sikap terhadap sekolah secara umum dan personil sekolah yang khususnya berasal dari pengalaman mereka sebagai peserta didik; (c) Orangtua dan yang lainnya menyerukan keterlibatan akan beberapa tingkat dalam proses pengambilan keputusan, penekanan terhadap isu-isu kekuasaan yang mereka inginkan "di dalamnya" dan bukan pada isu-isu pendidikan yang substantif (Sarason dalam Dwiningrum, 2015: 68).”

Marrison (dalam Patmonodewo Soemiarti, 2003: 125)

mengemukakan bahwa ada tiga bentuk orientasi keterlibatan/ partisipasi

orangtua, yaitu :

a. Orientasi pada tugas. Orientasi ini paling sering dilakukan oleh pihak sekolah yaitu harapan keterlibatan orangtua dalam membantu program sekolah, yang berkaitan dengan staf pengajar, staf administrasi, sebagai tutor, melakukan monitoring, membantu mengumpulkan dana, membantu mengawasi anak apabila anak-anak melakukan kunjungan luar. Bentuk peran serta orangtua yang tersebut adalah yang biasanya diharapkan para guru. Bentuk peran serta lain yang masih termasuk orientasi pada tugas adalah, orangtua membantu anak dalam tugas-tugas sekolah.

b. Orientasi pada proses. Partisipasi orangtua didorong untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan antara lain perencanaan kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi guru dan membantu menentukan standar tingkah laku yang diharapkan. Orientasi proses ini jarang dilaksanakan, karena sekolah seringkali menganggap bahwa

umumnya orangtua tidak memiliki keterampilan untuk

melaksanakannya.

(32)

17

bersamaan meningkatkan peran serta orangtua. Bentuk peranserta yang baik adalah yang mencakup keterlibatan yang berorientasi tugas, proses dan pada perkembangan (Patmonodewo Soemiarti, 2003: 125).

Bentuk partisipasi lainnya yaitu „parental involvement’ dan „parental participation’. Davis (dalam Dwiningrum, 2015: 72-73)

mengemukakan bahwa;

“Indikasi parental participation adalah orangtua berpengaruh atau berupaya mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada hal- hal yang sangat penting di sekolah, seperti penentuan program sekolah, masalah keuangan dan lain-lain. Sebaliknya indikasi parental involvement mengarah pada keterlibatan orangtua pada semua jenis aktivitas yang ditujukan untuk mendukung program- program sekolah.”

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa terdapat beragam bentuk partisipasi orangtua antara

lainpartisipasi langsung; partisipasitidak langsung; partisipasi fisik;

partisipasi non fisik;parental involvement;parental participation; partisipasi orangtua sebagai assets dan deficits; partisipasi yang berorientasi pada tugas, proses, dan perkembangan; serta partisipasi

dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengambilan manfaat, dan

evaluasi.

3. Tingkatan Partisipasi Orangtua

Selain dilihat dari bentuk-bentuknya, partisipasi orangtua dapat

pula dilihat dari tingkatan partisipasinya. Peter Oakley (dalam

Dwiningrum, 2015: 65-66) memetakan partisipasi dalam tujuh

(33)

18

d. Manipulation, merupakan tingkat paling rendah mendekati situasi tidakada partisipasi, cenderung berbentuk indoktrinasi.

e. Consultation, yaitu dimana stakeholder mempunyai peluang untukmemberikan saran akan digunakan seperti yang mereka harapkan.

f. Consensus-building, yaitu dimana pada tingkat ini stakeholderberinteraksi untuk saling memahami dan dalam posisi salingbernegosiasi, toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahanyang sering terjadi adalah individu-individu dan kelompok masihcenderung diam atau setuju bersifat pasif.

g. Decision-making, yaitu dimana konsensus terjadi didasarkan padakeputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggungjawab untukmenghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan derajatperbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok. h. Risk-taking, yaitu dimana proses yang berlangsung dan

berkembangtidak hanya sekedar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibatdari hasil yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Padatahap ini semua orang memikirkan resiko yang diharapkan dari hasilkeputusan. Karenanya, akuntabilitas merupakan basis penting.

i. Partnership, yaitu memerlukan kerja secara equal menuju hasil yangmutual. Equal tidak hanya sekedar dalam bentuk struktur dan fungsitetapi dalam tanggungjawab.

j. Self-management, yaitu puncak dari partisipasi masyarakat. Stakeholderberinteraksi dalam proses saling belajar (learning process) untukmengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.

Khumas dkk (dalam Dwiningrum, 2015: 73-75) berpendapat bahwa

proses keterlibatan atau partisipasi orangtua di sekolah dapat disusun

secara sistematis sebagai berikut :

(34)

19

b. Support (Level II), menunjukkan keterlibatan orangtua di sekolah hanya pada saat khusus di mana pihak sekolah meminta keterlibatan mereka. Tugas yang dibebankan kepada orangtua biasanya dapat diselesaikan di rumah dan tidak menuntut waktu dan energi. Sebagai contohnya, orangtua ke sekolah untuk memastikan bahwa anaknya hadir, orangtua memeriksa pekerjaan rumah anak. Selain itu, orangtua biasanya menyumbang bagi sekolah, membayar iuran kelompok orangtua- guru, dan lain-lain.

c. Engagement (Level III), menunjukkan hubungan orangtua dan sekolah yang saling menghormati dalam suasana saling mendukung. Keterlibatan orangtua di sekolah berdasarkan dua kebutuhan umum, yaitu mengamati sekolah dan pengaruhnya terhadap anak; sertadengan tujuan agar partisipasinya disaksikan oleh anak. Pihak sekolah mengharapkan orangtua dapat mengembangkan, mendistribusikan sumber informasi untuk sekolah dan masyarakat, serta bekerja sebagai volunteeratau narasumber untuk membagi pengetahuan, ketrampilan dan bakat khusus pada siswa. Guru dapat meminta orangtua untuk menyediakan sarana transportasi, menemani siswa pada kunjungan studi lapangan, bahkan orangtua dapat membimbing dan membawa siswa di kelas pada kegiatan akademis di bawah pengawasan guru. Orangtua menyadari bahwa fungsi sekolah tidak hanya menyediakan ketrampilan sebagai bekal kerja, tetapi sekolah juga berfungsi memberi bekal agar memiliki ketrampilan hidup yang berkualitas.

d. Decision Making (Level IV), pada level ini orangtua menuntut hubungan yang saling tergantung antara rumah dan sekolah. Pada tingkat ini, kekuatan sekolah diperoleh melalui jaringan yang dimiliki orangtua. Aktivitas orangtua pada tingkat ini adalah secara konsisten mempengaruhi pengambilan keputusan. Orangtua bertanggung jawab pada setiap aspek sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa partisipasi orangtua terdiri dari beberapa tingkatan

antara lain manipulation, consultation, self-management, partnership, risktaking, decisionmaking, dan consensus-building, spectator, support, dan engagement

4. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Orangtua

Partisipasi orangtua tidak dapat terlepas dari faktor- faktor yang

mempengaruhinya, baik yang sifatnya mendukung maupun

(35)

20

57- 58), faktor yang dapat menghambat atau menjadi ancaman terhadap

partisipasi masyarakat antara lain :

a. Sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan

perubahan ditingkat anggota masarakat.

b. Aspek-aspek tipologis (pembuktian dan jurang).

c. Geografis (pulau-pulau kecil yang tersebar letaknya).

d. Demografis (jumlah penduduk).

e. Ekonomi (desa miskin/tertinggal).

Angell (dalam Retno SetyaPutri, 2012: 25-27) berpendapatbahwa

partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhioleh banyak

faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderunganseseorang

dalam berpartisipasi, yaitu:

a. Usia. Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikapseseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada.Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

b. Jenis kelamin. Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

c. Pendidikan. Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. d. Pekerjaan dan penghasilan. Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama

(36)

21

bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh perekonomian yang mapan.

e. Lamanya tinggal. Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu danpengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akanberpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalamlingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungancenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiapkegiatan lingkungan tersebut (Retno SetyaPutri, 2012: 25-27).

Unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang dapat mempengaruhi

partisipasi masyarakat yaitu :

a. Kepercayaan diri masyarakat;

b. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat; c. Tanggung jawab sosial dan komitmen masyarakat;

d. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri;

e. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diteriman dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat;

f. Kepentingan umum murni, setidaknya umum dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum yang semu karena pencampuran kepentingan perseorangan atau sebagian kecil masyarakat;

g. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha;

h. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan;

i. Kepekaan dan daya tanggap masyarakat terhadap masalah, kebutuhan- kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat(Holil, 1980: 9-10).

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

suatu program juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut

Holil (1980: 10) ada empat poin yang dapat mempengaruhi partisipasi

masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu :

a. Komunikasi yang intensif antar sesama warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya.

(37)

22

c. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;

d. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam keluarga, masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

banyak faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat

(orangtua). Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri

individu/kelompok maupun dari luar atau lingkungan individu/

kelompok tersebut. Faktor dari dalam antara lain usia; jenis kelamin;

kepercayaan diri; tanggung jawab sosial; kepekaan terhadap masalah;

serta kemauan atau kemampuan diri untuk mengubah keadaaan. Faktor

yang berasal dari luar contohnya geografis; demografis; ekonomi;

pendidikan; pekerjaan; lamanya seseorang tinggal di suatu wilayah;

solidaritas dan integritas sosial; kepentingan umum; komunikasi antar

sesama; kesempatan serta kebebasan untuk berprakarsa atau berkreasi.

B. Kajian tentang Full Day School 1. Karakteristik Full day School

(38)

23

dinyatakan oleh Wiwik Sulistyaningsih (dalam Annisa Nurul Azizah,

2014: 9), sekolah bertipe full day berlangsung hampir sehari penuh lamanya. Walaupun demikian, full day school yang banyak berkembang saat ini tidak benar-benar menerapkan pembelajaran sehari penuh,

karena tidak semua full day school memiliki fasilitas asrama di sekolah. Menurut Nor Hasan(2006: 113) pengelolaan full day school membutuhkan perencanaan yang matang dan bersifat strategis. Hal

pokok yang dibutuhkan dalam mewujudkan sistem tersebut adalah

tingkat komitmen dan kesungguhan pengelola.Senada dengan Sismanto

(2007:6-7) yang mengungkapkan bahwa:

“Kunci keberhasilan sekolah full day terletak pada kemampuan sumber daya manusia dalam mengejawantahkan konsep-konsep ideal yang berarti reliabilitas personal dan profesional para pengelola sekolah menjadi faktor dominan bagi tercapainya tujuan sekolah serta memberi kontribusi terbesar bagi peningkatan akses masyarakat.”

Aspek kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen yang

dikembangkan sekolah program full day school mengedepankan kemuliaan akhlak dan prestasi akademik (Muslihin al- Hafizh, 2013).

Full day school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran Islam secara intensif yaitu melalui tambahan waktu

khusus untuk pendalaman keagamaan bagi siswa. Biasanya jam

tambahan tersebut dialokasikan pada waktu setelah sholat dhuhur

sampai sholat ashar (Sismanto, 2007:5).

(39)

24

Annisa Nurul Azizah, 2014: 11-12). Hal inilah yang membedakan

dengan sekolah pada umumnya. Dionisios Loukeris et al (dalam Annisa

Nurul Azizah, 2014: 11) menyatakan bahwa „holoimero school’ atau „all day school‟ yang dapat dikatakan sebagai full day school memiliki tujuan pelaksanaan pendidikan. Dionisios Loukeris, dkk

mengungkapkan bahwa :

“tujuan pelaksanaan pendidikan holoimero school adalah untuk menguatkan pengetahuan dan keterampilan siswa (belajar, intervensi mengajar tambahan bahasa dan matematika, mengajar konsolidasi, program individual oleh guru sekolah dari kelas sore). Selanjutnya, adanya pengayaan materi pokok dengan mata pelajaran yang dikhususkan pada budaya dan sosial (bahasa Inggris, olahraga, musik, tari, studi teater, seni, teknologi baru dalam pendidikan), sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa serta diajarkan oleh guru khusus.”

Muslihin al- Hafizh (2013:11) berpendapat bahwa:

“Full day school memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah pada umumnya, namun terdapat sedikit modifikasi dengan kurikulum lokal atau kurikulum khas sekolah. Kurikulum sekolah program full day school juga dirancang sedemikian rupa untuk memacu keunggulan dalam aspek sains, keagamaan, bahasa berbasis informasi teknologi (IT), muatan lokal, keterampilan-keterampilan vokasional, ekstrakurikuler serta pengembangan diri.”

Kegiatan belajar full day school identik dengan permainan, tujuannya agar proses belajar mengajar penuh dengan suasana

kegembiraan. Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran

full day school adalah untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah perkembangan anak.

Menurut Adapun tiga ranah yang dimaksud, yaitu :

(40)

25

b. Ranah rasa (afektif), meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan).

c. Ranah karsa (psikomotorik), meliputi ketrampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal (Muhibbin Syah, 2013: 148-150).

Nor Hasan (2006: 110-111) mengemukakan bahwa;

“Sistem persekolahan dan pola fullday school mengindikasikan proses pembelajaran yang aktif, dalam arti mengoptimalisasikan seluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sisi kreatif sistem pembelajaran dengan sistem fullday school terletak pada optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana sekaligus sistem untuk mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi siswa. Adapun sisi transformatif proses pembelajaran sistem fullday school adalah proses pembelajaran itu diabdikan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan lebih seimbang.”

Sistem pembelajaran full day school merupakan pengemasan dalam hal metode belajar yang berorientasi pada kualitas pendidikan

berlangsung selama sehari penuh dengan penggunaan format game (permainan) yang menyenangkan dalam pembelajarannya (Hanif

Faizin, 2009:19). Sekolah yang menerapkan full day school dapat menciptakan situasi yang sangat menyenangkan serta mewujudkan

keakraban antar siswa dan guru yang nantinya melahirkan generasi

cerdas intelektual serta emosional. Wiwik Sulistyaningsih (dalam

Annisa Nurul Azizah, 2014: 14) menyatakan bahwa sekolah bertipe full day school dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang luas kepada anak, misalnya pergi berdarmawisata, ke taman, ke kebun

(41)

26

Cryan dan Others (dalam Addin Arsyadana, 2010: 29) melakukan

sebuah riset dan memperoleh hasil bahwa;

“dengan adanya full day school menunjukkan anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif, karena tidak ada waktu luang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam pengawasan guru.”

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dina (dalam Marfiah Astuti, 2013: 135) tentang “Pengaruh Full Day School Terhadap Kecerdasan Sosial Anak Kelas IV SDIT Bina Anak Sholeh Yogyakarta” dijelaskan

bahwa;

“pendidikan atau sekolah full day kian diminati. Alasan yang bisa muncul adalah waktu belajar di sekolah lebih panjang. Konsep ini dianggap mampu mengembangkan kreativitas dan keilmuan anak didik secara lebih tepat, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kecerdasan sosial anak. Hasil tersebut didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara full day school dan kecerdasan sosial anak.”

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Full Day School

Faktor-faktor yang dapat mendukung atau menunjang pelaksanaan

full day school, antara lain :

a. Sistem Sekolah. Perlu sistem yang baik, agar sekolah khususnya full day school dapat mencapai tujuan yang dicita- citakan. Apabila sudah memilih sistem yang baik, maka berbagai kelengkapan

sekolah dapat diberdayakan menurut fungsi dan perannya masing-

(42)

27

b. Kurikulum yang diterapkan sekolah. Kurikulum adalah suatu alat

untuk mencapai tujuan pendidikan. Sukses tidaknya pendidikan

dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan sekolah. Kurikulum

sangat mendukung peningkatan mutu pendidikan, karena menjadi

tolak ukur dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah (dalam

Baharuddin, 2014: 227).

c. Manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan yang efektif dan

efisien akan menunjang pengembangan lembaga pendidikan yang

berkualitas (dalam Baharuddin, 2014: 228). Manajemen pendidikan

perlu dilakukan pihak sekolah, terutama oleh kepala sekolah selaku

pemimpin satuan pendidikan. Kompetensi manajerial kepala sekolah

meliputi kemampuan manajemen dan kepemimpinan, yang

dilengkapi keterampilan konseptual, insani, dan teknis (Nur Hilalah

dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 18).

d. Sarana dan prasarana. Didin Hafidudin (dalam Baharuddin, 2014:

228-229) berpendapat bahwa;

(43)

28

e. Sumber daya manusia (SDM). Baharuddin (2014: 229-231)

mengemukakan bahwa;

“Sumber daya manusia dalam pendidikan yaitu guru dan pegawai. Guru full day school dituntut memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus menguasai metode-metode pembelajaran yang tidak membuat siswa bosan. Hal tersebut dikarenakan sistem pembelajaran full day school menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah. Selain itu, keberadaan pegawai juga menjadi hal yang sangat penting dalam lembaga pendidikan, karena mendukung proses pembelajaran secara tidak langsung.”

f. Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang kondusif sangat

mendukung pelaksanaan full day school. Karena lingkungan dapat mempengaruhi motivasi dan minat belajar siswa di sekolah. dapat

terwujud apabila kepala sekolah memiliki kecerdasan emosi tinggi

dan gaya kepemimpinan yang tepat (Nur Hilalah dalam Annisa

Nurul Azizah, 2014: 18).

g. Partisipasi orangtua. Hubungan baik antara sekolah dengan orangtua

atau wali siswa akan mempengaruhi hasil pendidikan di sekolah.

Mereka saling memberikan informasi tentang perkembangan

anaknya baik di sekolah maupun di keluarga sehingga memperoleh

hasil yang maksimal (Nur Hilalah dalam Annisa Nurul Azizah,

2014:18).

Selain itu, adapula faktor- faktor yang dapat menjadi penghambat

dalam pelaksanaan full day school, diantarannya :

a. Keterbatasan sarana prasarana. Keterbatasan sarana dan prasarana

(44)

29

sarana dan prasarana merupakan bagian vital yang menunjang

keberhasilan pendidikan (Baharudin, 2014: 232).

b. Kemampuan pendidik (guru). Baharudin (2014: 233) berpendapat

bahwa;

“Aspek guru dapat menghambat pembelajaran full day school, karena guru full day school bertugas mendampingi siswa selama sehari di sekolah. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami perbedaan kemampuan dan karakter siswa. Guru juga dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi dan kerukunan kerja serta profesionalitas. Jika guru tidak memiliki hal tersebut, maka akan menghambat pengembangan sekolah.”

c. Strategi pembangunan pendidikan. Addin Arsyadana (2010:135)

mengungkapkan bahwa;

“Strategi pembangunan pendidikan yang bersifat input oriented lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku, sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan, padahal hal tersebut hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.”

d. Pengelolaan pendidikan. Addin Arsyadana (2010:135-136)

mengungkapkan bahwa;

“Pengelolaan pendidikan yang banyak diatur oleh pusat akan menyebabkan tidak terselenggaranya pendidikan secara optimal, mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan beragam, sehingga dibutuhkan kedinamisan dan kreativitas dalam melaksanakan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan.”

e. Rendahnya partisipasi masyarakat. Rendahnya partisipasi

(45)

30

murid akan menghambat proses pengembangan pendidikan yang

sedang berlangsung (Addin Arsyadana, 2010:136-137).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pelaksanaan full day school meliputi sistem sekolah, kurikulum yang diterapkan sekolah, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia,

lingkungan sekolah, serta partisipasi orangtua; sedangkan faktor

penghambat pelaksanaan full day school meliputi kemampuan pendidik, keterbatasan sarana prasarana, strategi pembangunan pendidikan,

pengelolaan pendidikan, dan rendahnya partisipasi masyarakat.

C. Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Masa anak- anak sangat penting sebagai dasar dari seluruh kehidupan.

Gunarsa dan Gunarsa (1991: 3-6) mengungkapkan bahwa:

“Adanya pengalaman- pengalaman yang kurang menguntungkan yang menimpa diri seorang anak pada masa mudanya akan memudahkan timbulnya masalah gangguan penyesuaian diri di kelak kemudian hari. Psikologi perkembangan banyak membicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa anak- anak. Proses- proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak- anaknya secara sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.”

Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa

latent. Gunarsa dan Gunarsa (1991: 13) mengemukakan bahwa;

(46)

31

teman- temannya dimana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan dan kegagalan atau ejekan teman.”

Angela Anning (dalam Suharjo, 2006: 36-37) mengungkapkan bahwa

perkembangan dan belajar anak adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari kongkrit menuju abstrak.

b. Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, misalnya dala hal membaca permulaan, mengingat angka, dan belajar konservasi.

c. Anak belajar melalui pengalaman- pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain.

d. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.

e. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan yang lain.

f. Setiap anak sebagai seorang individu, masing- masing memiliki cara belajar yang unik (Suharjo, 2006: 37).

Gunarsa dan Gunarsa (1991: 69-70) berpendapat bahwa;

“Pada usia sekolah dasar, nilai atau kaidah moral sebagian besar lebih ditentukan oleh norma- norma yang terdapat dalam lingkungan kelompoknya. Sebelumnya anak merumuskan “tingkah laku baik” sebagai suatu tindakan yang khusus seperti “patuh pada ibu”, maka pada usia 8-9 tahun konsep- konsep mereka bertambah luas dan umum. Pada masa ini anak lebih berorientasi pada kelompoknya, namun hal itu tidak berarti orangtua kehilangan perannya dalam perkembangan moral anaknya.”

Pada dasarnya hubungan antara orangtua dan anak merupakan

hubungan yang timbal balik. Gunarsa dan Gunarsa (1991: 144)

berpendapat bahwa;

(47)

32

Gunarsa dan Gunarsa (1991: 159) mengungkapkan hal lainnya yaitu; “Anak- anak pada masa sekolah (5-12 tahun) masih membutuhkan pertolongan dalam membentuk tingkah lakunya agar sesuai dengan situasi, kondisi dan aturan- aturan yang di lingkungan yang baru baginnya. Ia membutuhkan rasa aman dari kedua orangtuanya dan orang dewasa di lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman- pengalaman dirumahnya, anak diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap pengalaman di sekolahnya.”

Lingkungan pertama yang dikenal anak dalam kehidupannya adalah

orangtua, maka peranan orangtua yang dirasa paling besar pengaruhnya

terhadap perkembangan moral anak, di samping pengaruh lingkungan lain

seperti sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, orangtua perlu menyadari

peran besar mereka sebagai orangtua (Gunarsa dan Gunarsa, 1991: 60).

Brecknridge & Vincent (dalam Gunarsa dan Gunarsa, 1991: 179-180)

mengemukakan pentingnya rumah bagi perkembangan anak sebagai

berikut :

a. Rumah adalah tempat terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan fisik dan kebutuhan- kebutuhan psikologis anak.

b. Rumah adalah tempat untuk belajar dan juga tempat untuk mendapat pengalaman dalam menerima atau menghadapi orang lain.

c. Rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah lelah dengan aktivitas- aktivitas sehari- hari.

Tidak setiap anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap

lingkungannya. Mereka bisa menjadi anak yang “miskin” kepribadianya

atau kehidupan sosialnya. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan

anak menyesuaikan diri. Gunarsa dan Gunarsa (1991: 94-95) berpendapat

bahwa:

(48)

33

anak akan seringkali merasa dendam dengan tokoh otoriter yang dijumpainya dalam masyarakat. Kedua, kesulitan lain terjadi karena anak tidak memperoleh “model” yang baik di rumahnya terutama dari orangtuannya. Biasanya anak- anak yang merupakan “hasil” keluarga tesebut, akan mengalami kesukaran dalam hubungan dengan orang lain di luar rumah.”

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

anak usia sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari orangtua,

walaupun tidak sekuat seperti halnya pada usia dini pada masa

perkembangan sebelumnya.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Marfiah Astuti (2013) yang berjudul “Implementasi Program Full Day School Sebagai Usaha Mendorong Perkembangan Sosial Peserta Didik TK Unggulan Al- Ya‟lu Kota Malang”. Hasil penelitian Marfiah menjelaskan bahwa penerapan program

fullday schooldi TK Unggulan Al-Ya‟lu kota Malangdilaksanakan pada hari Senin sampai Jumat, mulai dari pagi hingga sore hari. Faktor

pendukung program antara lain: 1) ketersediaan dana dari yayasan dan

wali murid; 2) antusiasme anak yang besar dalam menjalankan program;

dan 3) keikutsertaan orangtua dalam pelaksanaan program. Faktor

penghambatnya adalah sikap orangtua yang kurang percaya pada pihak

sekolah dalam menyelesaikan permasalahan anak, serta perbedaan

kematangan anak didik. Solusi pihak sekolah untuk mengatasi hambatan

program meliputi sosialisasi program sekolah untuk wali murid sehingga

tercipta adanya kerjasama yang baik, memproduksi film sendiri untuk

(49)

34

teaching. Persamaan dari penelitian Marfiah Astuti dengan penelitian ini adalah variabel penelitiannya, yaitu program full day school, sedangkan perbedaan penelitian Marfiah Astuti dengan penelitian ini adalah

penelitian adalah fokus penelitian. Penelitian Marfiah Astuti fokus

terhadap implementasi program full day school dan tidak mengkaji tentang partisipasi orangtua secara lebih mendalam.

Penelitian yang dilakukan oleh Addin Arsyadana (2010) yang berjudul “Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Mi Al-Qamar, Nganjuk”. Berdasarkan hasil

penelitian Addin diketahui bahwa upaya peningkatan kualitas pendidikan

di MI Al-Qamar melalui sistem full day school sudah berjalan dengan baik, artinya apa yang direncanakan dan pelaksanaanya sudah sesuai.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, madrasah terus menerus

memacu dengan cara melengkapi sarana prasarana, mengatur penggunaan

sarana prasarana, melakukan pemantauan dan melaksanakan pembinaan

intensif yang tidak bersifat kaku. Dalam proses belajar mengajar guru

dituntut untuk menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti

game, setting pembelajaran yang berbeda, atau moving class. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Addin adalah keduannya mengkaji tentang

programfull day school pada tingkat sekolah dasar. Selain itu, pendekatan penelitian yang digunakan juga sama, yaitu pendekatan kualitatif,

sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian. Penelitian Addin

(50)

35

pendidikan, sedangkan penelitian ini fokus pada bentuk- bentuk dan faktor

yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam program full day school. Penelitian yang dilakukan oleh Bahaddur Muslikh (2012) yang berjudul “Partisipasi Orangtua Siswa dalam Pembelajaran Di SD Islam

Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta”. Penelitian Bahaddur menjelaskan

tentang bentuk- bentuk partisipasi orangtua, yaitu partisipasi finansial,

sarana, tenaga dan moril. Partisipasi orangtua dalam pembelajaran

dilakukan melalui wadah komite kelas. Faktor yang mempengaruhi

partisipasi orangtua siswa yaitu faktor kepedulian yang ditunjukkan

dengan rasa memiliki sekolah yang tinggi serta presensi kehadiran rapat

komite kelas tinggi. Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan atau profesi

orangtua siswa. Persamaan dari penelitian Bahaddur Muslikh dan

penelitian ini adalah keduannya mengkaji tentang partisipasi orangtua di

sekolah. Persamaan lainnya terlihat pada pemilihan setting penelitian, yaitu di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Perbedaannya adalah

penelitian Bahaddur Muslikh fokus terhadap partisipasi orangtua dalam

pembelajaran di sekolah, sedangkan penelitian ini fokus pada partisipasi

orangtua dalam program full day school.

Penelitian yang dilakukan oleh Hendita Rifki Alfiansyah (2015) yang

berjudul “Pengaruh Partisipasi Orangtua Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Kelas IV Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo”. Berdasarkan hasil penelitian Hendita, dapat disimpulkan

(51)

36

motivasi belajar siswa sebesar 39,7%. Semakin tinggi peran partisipasi

orangtua, maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Bentuk

partisipasi yang diberikan orangtua berupa partisipasi fisik (penyediaan

tempat belajar/ pemberian alat bantu untuk belajar di rumah) dan

partisipasi non fisik (pemberian bimbingan, arahan, motivasi pada anak).

Penelitian Hendita dan penelitian ini sama- sama mengkaji tentang

partisipasi orangtua di sekolah, tetapi fokus penelitiannya berbeda.

Penelitian Hendita fokus terhadap pengaruh partisipasi orangtua dalam

peningkatan motivasi belajar siswa, sedangkan penelitian ini fokus

terhadapbentuk- bentuk serta faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi

orangtua dalam program full day school. Perbedaan yang lainnya adalah penelitian Hendita menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1. Data Responden dalam Penelitian
Tabel 2. Kisi- Kisi Pedoman Wawancara
Tabel 3. Kisi- Kisi Pedoman Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait