• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day School SDIT Insan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

2. Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day School SDIT Insan

a. Definisidan Manfaat Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day School

Secara sederhana, partisipasi orangtua dalam program full day school dapat dimaknai sebagai peranserta atau keikutsertaan serta dukungan orangtua dalam pelaksanaan full day school. Sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa narasumber sebagai berikut:

“Partisipasi adalah peranserta dalam mendukung suatu

kegiatan. Jadi, yang dimaksud partisipasi orangtua ya peranserta orangtua atau walimurid di sekolah, mbak. ”(W/WA/13/4/2016)

“Partisipasi orangtua itu yo mungkin ikut serta atau orangtua yang berperan sertagitu.” (W/SR/13/4/2016)

93

“Partisipasi itu semacam andil atau urun gitu. Istilahnya partisipasi itu orangtua membantu atau kerjasama ddengan sekolah.” (W/IU/12/4/2016)

“...kalau yang saya pahami itu partisipasi adalah sumbangsih atau kontribusi. Kalau kita kaitkan dengan partisipasi orangtua ya tinggal diartikan saja sebagai kontribusi dari orangtua to.” (W/MS/13/4/2016)

“Partisipasi itu adalah bagaimana seseorang ikut memberikan dukungan kepada orang atau kelompok atau lembaga yang lain. Kalau partisipasi orangtua ya, bagaimana orangtua itu ikut mendukung lembaga pendidikan, yaitu sekolah. Dukungannya bisa berbentuk pikiran, tenaga, atau fisik.” (W/SN/12/4/2016)

Berbeda halnya dengan Kepala sekolah yang memaknai partisipasi sebagai rasa kepemilikan dan tanggung jawab. Beliau mengungkapkan bahwa;

“Partisipasi orangtua yaitu keikutsertaan. Bisa juga diartikan sebagai rasa kepemilikan dari orangtua, maksudnya orangtua itu merasa tanggung jawab. Kalau dia merasa bertanggung jawab, maka ia akan berpartisipasi. Kalau nggak punya rasa tanggung jawab, maka nggak akan berpartisipasi.” (W/1/4/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi orangtua dalam program full day school dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau peran serta atau kontribusi orangtua dalam mendukung dan ikut andil mensukseskan kegiatan sekolah.

Selain untuk mendukung kemajuan sekolah, partisipasi orangtua siswa di sekolah juga bermanfaat dalam pendidikan anak di sekolah, khususnya untuk kemajuan atau kesuksesan anak di

94

sekolah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ketua Komite Sekolah (MS) dan salah satu guru di sekolah (SN) sebagai berikut:

“kalau orangtua berpartisipasi insyaallah dapat mendukung kesuksesan anak. Kalau orangtua berpartisipasi secara kehadiran, guru kan jadi mantab atau merasa termotivasi, anaknya juga termotivasi untuk sekolah.” (W/MS/13/4/2016) “partisipasi orangtua itu sangat penting terutama untuk mendukung kemampuan anak dalam pemahaman materi di

rumah dan untuk pengkondisian psikis anak.”

(W/SN/12/4/2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber lainnya diperoleh hasil bahwa keikutsertaan orangtua di sekolah tidak hanya memberikan peran dalam kesuksesan anak, namun juga memberi manfaat atau keuntungan tersendiri bagi orangtua siswa.

“Ya biasanya kalau anaknya sekolah disini, Insyaallah, orangtuanya agamanya bagus semua. Orangtua disini itu umum mbak. Jadi, kalau orangtua merasa belum bagus agamanya, mereka akan termotivasi untuk berubah menjadi lebih baik. Misalnya yang sehari- harinya tidak sesuai dengan syariat Islam nanti lama kelamaan akan melebur, karena kebiasaan disini kan baik.” (W/PS/1/4/2016)

“Manfaat bagi orangtua juga ada yaitu mempertebal tanggung jawab dia punya anak.... kalau orangtua berpartisipasi dalam pendidikan anak di sekolah berarti dia mempertebal tanggung jawabnya, intinya dapat memunculkan tanggung jawab orangtua. Apabila walimurid sering berpartisipasi kan dapat menjalin tali silaturahmi dengan sekolah, guru maupun sesama walimurid. Jadi partisipasi itu jelas bermanfaat.” (W/MS/13/4/2016)

“kita punya kesempatan untuk mengobrol secara intens dengan guru...kita bisa mendapatkan ilmu- ilmu, misal untuk mendampingi anak belajar gitu.”(W/SR/13/4/2016)

IU selaku walimurid SDIT Insan Utama menambahkan bahwa; “Jadi, sebenarnya untuk pendidikan itu kan tugasnya orangtua, tetapi kan gak semua ilmu saya punya. Maka perlu adanya kerjasama antara orangtua dengan sekolah, dengan begitu anak- anak bisa punya beragam ilmu dan saya juga gak terlalu susah dalam mendidik anak gitu.” (W/IU/12/4/2016)

95

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat partisipasi orangtua siswa dalam program full day school antara lain: 1) Dapat mendukung, menyukseskan serta memajukan program sekolah; 2) Mendukung kesuksesan atau keberhasilan belajar anak di sekolah; 3) Orangtua beserta anak dapat saling memotivasi satu sama lain untuk belajar lebih baik lagi, khususnya dalam pendalaman agama; 4) Mempertebal tanggung jawab orangtua terhadap kewajibannya menyediakan pendidikan anak yang baik dan berkualitas; 5) Dapat membentuk jalinan komunikasi serta menjaga silaturahmi walimurid dengan sekolah, guru maupun sesama walimurid SDIT Insan Utama. b. Bentuk Partisipasi Orangtua Siswa dalam Program Full Day

Schooldi SDIT Insan Utama 1) Partisipasi Fisik

Berdasarkan hasil wawancara yang didukung dengan hasil pengamatan peneliti, diperoleh hasil bahwa secara umum partisipasi fisik yang dilakukan orangtua berupa partisipasi secara finansial, tenaga, serta kehadiran dalam acara sekolah.

Partisipasi orangtua secara finansial merupakan bentuk partisipasi paling umum dilakukan oleh walimurid di sekolah. Partisipasi orangtua secara finansial di sekolah ini meliputi iuran wajib dan sumbangan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala sekolah sebagai berikut:

96

” Ada dana sumbangan, misalnya kalau kita mengadakan baksos atau bakti sosial, biasanya kita melakukan tiga kali setahun, yaitu pas kurban, pas lebaran/ puasa, yang satu lagi lupa saya. Dana itu berasal dari sumbangan orangtua. Ada juga dana wajib untuk penyelenggaraan program sekolah. Uang masuk di sekolah ini sekitar 9 juta sudah dapat seragam dan buku- buku pelajaran. Uang masuk tersebut hanya dibayarkan satu kali pas daftar ulang dan bisa dibilang sebagai wakaf atau infaq walimurid untuk sekolah. Di sekolah ini sistemnya subsidi silang mbak. Subsidi silang itu maksudnya disesuaikan dengan kemampuan wali murid, jadi nanti biaya sekolahnya berbeda- beda. Beban biayanya itu bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain. Orangtua diberi pilihan untuk kategori SPP nya, ada yang 250 ribu, 300 ribu dan 350 ribu.” (W/1/4/2016)

Senada dengan IS dan IU selaku walimurid yang mengatakan bahwa;

“Uang masuk di sekolah ini beda- beda, orangtua bisa pilih. Kemarin anak saya sing kelas I itu tujuh sampai sembilan juta kok. Itu sudah komplit mbak, sudah seragam sudah infaq juga.” (W/IS/8/4/2016)

Uang masuk itu termasuk uang gedung, uang seragam, buku dan SPP sebulan. Kalau SPP nya anak saya yang sekarang kelas VI ini murah cuma 290 ribu sudah termasuk makan siang dan snack. SPP nya juga nggak sama semua, kan di sini ada subsidi silang to. Biasanya diberi pilihan dan

disesuaikan dengan kemampuan orangtua.”

(W/IU/12/4/2016)

Iuran wajib merupakan iuran yang rutin disetorkan atau dibayarkan oleh walimurid kepada pihak sekolah, contohnya SPP. Iuran wajib dapat pula disebut sebagai dana operasional sekolah, yaitu dana yang digunakan untuk penyelenggaraan program atau kegiatan di sekolah. Selain iuran wajib, terdapat

97

pula sumbangan yang sifatnya interen (ke dalam) dan eksteren (ke luar). Contoh sumbangan interen yaitu infaq untuk pembangunan gedung sekolah, sedangkan contoh sumbangan eksteren yaitu sedekah bagi warga yang kurang mampu dalam acara bakti sosial.

Dana menjadi satu aspek yang sangat penting untuk menunjang pelaksanaan program sekolah, khususnya saat ini dimana sekolah sedang melakukan pembangunan secara menyeluruh. Sekolah swasta ini mencari dana secara mandiri, sehingga partisipasi finansial dari walimurid menjadi tumpuan utama bagi sekolah ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala sekolah sebagai berikut :

“Faktor-faktor yang dapat mendukung pelaksanaan program

di sekolah sudah pasti yang sangat penting itu dana ya mbak.” (W/1/4/2016)

Senada dengan pernyataan guru di sekolah (WA dan SN) sebagai berikut :

“Masukan atau input dari orangtua dapat mendukung

kemajuan sekolah ya, mbak. Contohnya orangtuamemberi saran, atau kritik dan tidak lupa donasi dana juga penting itu itu, ya secara finansial atau material.”(W/WA/13/4/2016)) “Partisipasi orangtua di sekolah ini untuk kegiatan pembelajaran itu yang pertama dari partisipasi fisik atau materi. Biasanya partisipasi berupa uang itu sangat besar. Kalau untuk partisipasi orangtua secara materi itu gak jadi masalah ya mbak. “ (W/SN/12/4/2016)

98

Hal tersebut didukung oleh MS dan yang mengungkapkan bahwa;

“Kalau partisipasi dana itu sudah pasti atau ndak diragukan lagi, karena disini kan mahal terus juga ada iuran- iuran. Kalau di sekolah swasta terutama di SDIT Insan Utama ini, keuangan itu urusan yayasan...uang pembangunan disini itu sekitar 10 juta. Partisipasi berupa dana itu kan sebenarnya kontribusi kan atau sumbangan kita. Contoh partisipasi dana yaitu memberikan sejumlah dana.” (W/MS/13/4/2016) Selain itu, terdapat partisipasi orangtua secara tenaga yang dapat dilakukan dengan memberikan sumbangan kekuatan fisik. Contoh kongkrit dari partisipasi ini adalah para orangtua siswa yang setiap hari mengantar jemput anak- anaknya ke sekolah, kebetulan sekolah ini juga tidak menyediakan fasilitas antar jemput siswa. Berdasarkan hasil observasi peneliti, diketahui bahwa hampir seluruh walimurid di sekolah ini menggunakan kendaraan pribadi untuk mengantar jemput anak mereka. Walaupun demikian, terdapat beberapa walimurid yang tidak mengantar jemput anaknya dengan beberapa alasan, seperti tidak bisa menggunakan kendaraan bermotor dan tempat tinggalnya cukup dekat dengan lokasi sekolah, sehingga anak lebih sukaberjalan kaki ataunaik sepeda dari rumah. (Obs/ 19-20 April 2016)

99

Hasil observasi tersebut diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan beberapa walimurid SDIT Insan Utama sebagai berikut :

“Kita buka apotik kalau anak- anak sudah mau berangkat sekolah. Kalau mereka berangkat sekolah kan, otomatis pintu depan nya dibuka to, nah Bapak antar sekolah anak- anak terus saya buka apotiknya, mbak.Kalau pas renang, kita antar di kolam renang jam 07.00 nanti pulangnya sudah sekolah yang tanggung jawab bawa anak- anak ke sekolahan. Nanti kita tetap yang jemput anak di sekolahan pas pulang sekolah.” (W/IS/8/4/2016)

“Setiap pagi saya sering berangkat bareng sama anak dan istri. Kalau pas pulangnya itu anak saya sering telat, karena saya dari kantor jam 16.00 WIB terus sampai di sekolah itu sekitar jam 16.30 WIB, mbak. Rata- rata jam 16.00 WIB itu baru boleh keluar kantor. Baru- bari ini anak saya suka naik sepeda ke sekolah. Kalau naik sepeda terus hujan itu saya kasihan sama anaknya mbak. Tetapi kalau anaknya memang mau ya gimanaya.” (W/AN/9/4/2016)

“Saya dan suami sepakat kalau yang ngantar anak- anak sekolah itu suami dan yang jemput itu bisa saya atau suami tergantung situasi, mbak. Kalau pagi memang saya nggak bisa mengantar anak, karena jam 07.00 WIB saya sudah harus siap- siap berangkat ke KB-TK tempat kerja saya yang bukanya jam 07.30 WIB, mbak. Jam 16.00 WIB atau paling sore jam 17.00 WIB itu anak- anak sudah sampai rumah, kan sekitar jam 15.30 sudah di jemput.Saya seringnya dapat jatah jemput anak itu hari Sabtu.” (W/SR/13/4/2016)

Hal tersebut didukung oleh pernyataan murid-murid di sekolah yang mengatakan bahwa;

“Umi ku nggak pernah telat jemput, biasanya datang duluan sebelum aku keluar kelas.” (W/ZT/20/4/2016)

“Biasanya yang antar jemput itu Bapak, tetapi kalau Bapak nggak bisa baru Ibu yang jemput. Bapak itu kalau pas jemput aku sekalian pulang dari kantor. Kalau hari Sabtu itu biasanya Ibu yang jemput. Kalau Bapak seringnya telat,

100

tetapi kalau Ibu suka datang kecepetan. Ibuku itu misalnya kalau aku selesai jam 15.00 terus langsung jemput dan masih pakai seragam.” (W/A/20/4/2016)

“Iya, biasanya di jemput sama Bapak. Tetapi kadang aku berangkat sama pulang sendiri, soalnya rumahku nggak terlalu jauh kok. Rumahku di daerah deresan situ, mbak” (W/NP/23/4/2016)

“Kadang di antar jemput, kadang aku berangkat sendiri naik sepeda. Kemarin hari Jumat aku naik sepeda, biasanya kalau pas nggak piket, nggak puasa, nggak upacara aku suka naik sepeda ke sekolah. Tetapi seringnya aku antar jemput, soalnya lumayan jauh kalau naik sepeda.” (W/IP/23/4/2016) Bentuk dukungan secara fisik yang lain, yaitu melalui kehadiran walimurid dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, baik acara yang formal maupun non formal. Kegiatan yang sifatnya formal meliputi pembagian raport siswa, POMG (Pertemuan Orangtua Murid dan Guru), AMT (Achievement Motivation Training) serta acara tutup tahun. Contoh kegiatan sekolah yang sifatnya non formal diantaranya acara ramadhan, kurban, bakti sosial, jalan sehat serta pengajian akbar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi fisik yang umum dilakukan oleh walimurid SDIT Insan Utama yaitu partisipasi finansial/ materi, partisipasi tenaga dan partisipasi kehadiran. Pertama, partisipasi orangtua secara finansial, seperti melakukan pembiayaan untuk sekolah anak. Kedua, partisipasi orangtua secara tenaga, seperti mengantar jemput anak ke sekolah dan hadir dalam acara di sekolah. Ketiga, partisipasi kehadiran orangtua dalam kegiatan sekolah seperti POMG.

101 2) Partisipasi Non Fisik

Partisipasi orangtua yang sifatnya non fisik dapat dilakukan dengan cara memberikan sumbangan secara moril atau non fisik seperti dukungan, saran, anjuran, nasihat, dan amanat. Secara umum, bentuk partisipasi non fisik orangtua yang palingbanyak dilakukan di sekolah ini yaitu dukungan dan saran atau masukan bagi sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah sebagai berikut:

“Ya orangtua mengusulkan ide- ide, ada beberapa yang aktif datang kesini untuk mengajukan idenya. Biasanya mereka mengatakan langsung kepada guru, karena sudah dekat dan akrab dengan guru disini. Dukungan secara moril juga ada, misalnya kalau dia sudah ikut dan bersemangat.” (W/PS/1/4/2016)

Senada dengan salah satu guru di sekolah (SN) yang mengatakan bahwa;

“Dalam kegiatan sekolah seperti POMG itu, walimurid diberikan keleluasaan dalam memberikan partisipasi secara pikiran untuk kemajuan sekolah.” (W/SN/12/4/2016)

Dukungan walimurid dapat pula berwujud komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa walimurid sebagai berikut :

“...karena akhir- akhir ini saya punya bayi, jadi saya selalu pesen sama gurunya kalau ada sesuatu mohon disampaikan ke saya gitu mbak. Kalau dulu saya sering meluangkan waktu, janjian sama gurunya bilang saya mau ketemu seperti itu. Misalnya saya ada sesuatu, anak saya ada ganjalan apa gitu terus saya bilang sama gurunya saya pengen janjian.” (W/IS/8/4/2016)

102

“Kalau komunikasi dengan guru sekarang ada POMG ya, sekarang juga sudah ada grup WA jadi lebih mudah. Kalau dulu sebelum ada HP yang canggih itu paling SMS –an saja. Saya sukanya lewat SMS kalau pakai WA harus di japri bukan di grup umum. Biasanya kita kasih tahu kondisi anak di rumah seperti apa terus sekolah menginformasikan seperti apa gitu..” (W/IU/12/4/2016)

“Kalau komunikasi dengan gurunya alhamdulillah baik mbak, mungkin karena saya jadi walimurid disana sejak gurunya masih sedikit sampai sudah banyak seperti sekarang. Jadi saya punya beberapa kenalan guru disana, seperti ustadzah Ari, ustadzah Tya, ustad Heri, ustadzah Rina. Kalau ustadzah Rina itu baru- baru aja ngajarnya karena dulu pas saya kenal dia masih di koperasi. Kalau dulu mungkin karena jumlah gurunya belum banyak jadi nama- namanya mudah diingat mbak.” (W/SR/13/4/2016)

Partisipasi orangtua secara non fisik juga dapat dilakukan melalui keteladanan orangtua terhadap anak di rumah. Lingkungan keluarga atau rumah memiliki peran penting bagi pertumbuhan anak. Partisipasi orangtua tidak hanya penting dilakukan di sekolah, namun juga perlu dilakukan di rumah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ketua Komite Sekolah (MS) berikut :

“Partisipasi orangtua dalam pendidikan di sekolah itu penting. Tetapi ada partisipasi orangtua yang tidak boleh dilupakan yaitu partisipasi orangtua di rumah berupa pengawalan. Partisipasi orangtuannya berupa keteladanan, kalau di sekolah adalah pembiasaan, sedangkan kalau di rumah adalah pengawalan orangtua melalui keteladanan. Pembiasaan di sekolah itu tidak akan berhasil kalau tidak diteruskan juga di rumah.”(W/MS/13/4/2016)

Senada dengan pernyatan guru di sekolah (WA dan SN) sebagai berikut :

103

“Dengan adanya peranserta juga kerjasama antara orangtua dan wali kelas dapat membentuk proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan bersama. Mungkin mensingkronkan keduannya gitu. Peran serta dalam pembiasaan belajar, memonitoring anak ketika di rumah dan yang penting meneruskan kebijakan sekolah pada anak di rumah.”(W/WA/13/4/2016)

“Sebetulnya harapan kita disini itu anak- anak sejak usia SD, benar- benar kita berusaha untuk membentuk karakter anak gitu dan terkadang karakter itu memang dipengaruhi oleh kondisi di rumah atau lingkungan sekitar anak. Kalau di sini itu kita selalu berusaha membentuk karakter yang bagus.” (W/SN//12/4/2016)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi non fisik yang umum dilakukan oleh walimurid SDIT Insan Utama antara lain dukungan serta saran bagi sekolah; menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan sekolah; serta memberikan teladan orangtua bagi anak di rumah.

Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa bentuk partisipasi orangtua dalam program full day school SDIT Insan Utama terdiri dari partisipasi fisik dan non fisik. Bentuk- bentuk keterlibatan atau partisipasi orangtua dalamprogram full day school SDIT Insan Utama terbagi dalam empat bidang program unggulan full day school yaitu bidang kreativitas, keagamaan, sosial, dan akademik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

104

Tabel 16. Keterlibatan Orangtua dalam Empat Bidang Program Unggulan Full Day SchoolSDIT Insan Utama

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Program Bentuk Keterlibatan

Fisik Non Fisik

B idang Ke aga m aa n UMMI

a) Memberikan dana untuk pelaksanaan program. b) Menjadi pengajar UMMI

dan mengikuti pelatihan untuk sertifikasi pengajar. c) Mengantar jemput anak.

Memahami seperti apa program/ kegiatan tersebut dan mendorong anak untuk belajar di rumah.

Mabit

a) Memberikan dana untuk pelaksanaan program. b) Menyediakan keperluan

anak selama mengikuti program.

c) Mengantar jemput anak.

a) Memberikan ijin pada anak untuk mengikuti program.

b) Memberi saran terkait tempat pelaksanaan program B idang K rea ti v it as Outbond

a) Memberikan dana untuk pelaksanaan program. b) Menyediakan keperluan

anak selama mengikuti program.

a) Memberikan ijin pada anak untuk mengikuti program. b) Memberi saran/ masukan terkait tempat pelaksanaan program. B idang So si al Konsultasi Psikolog

a) Memberikan dana untuk pelaksanaan program. b) Datang ke sekolah untuk

berkonsultasi dengan guru dan psikolog.

Menjalin komunikasi yang baik dengan guru/ walikelas.

Home Visit

Memberikan dana untuk pelaksanaan program.

Menjalin komunikasi yang baik dengan guru.

B idang Ak ad em ik Mentoring

a) Memberikan dana untuk pelaksanaan program. b) Mengantar jemput anak.

Memahami program dan mendorong anak untuk belajar di rumah.

ACIBU

a) Memberikan dana untuk pelaksanaan program. b) Menyediakan keperluan

anak selama mengikuti program.

Memberikan ijin pada anak untuk mengikuti program.

Kunjungan Edukasi

a) Memberikan dana untuk pelaksanaan program. b) Menyediakan keperluan

anak selama mengikuti program

a) Memberikan ijin pada anak untuk mengikuti program.

b) Memberi saran terkait tempat pelaksanaan program.

AMT

a) Memberikan dana untuk pelaksanaan program. b) Hadir dalam program.

Memberi dukungan secara moril pada anak.

105

c. Faktor Pendukung Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day School SDIT Insan Utama

1) Kesadaran dan Tanggung Jawab Orangtua

Adannya kesadaran dan tanggung jawab dari orangtua terhadap pendidikan anak di sekolah menjadi pemicu timbulnya partisipasi orangtua di sekolah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh MS selaku Ketua Komite sekolah berikut :

“...yang mendorong partisipasi orangtua di sekolah itu yang pertama adalah tingkat kesadaran dan tanggung jawab orangtua yang tinggi terhadap pendidikan anak. Tingkat kesadaran orangtua untuk berpartisipasi akan berbanding lurus dengan sikap dan tanggung jawab orangtua dalam

pendidikan anak.” (W/MS/13/4/2016)

Senada dengan yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah sebagai berikut :

“Orangtua perlu merasa tanggung jawab. Kalau dia merasa bertanggung jawab, maka ia akan berpartisipasi. Kalau nggak punya rasa tanggung jawab, maka nggakakan berpartisipasi.” (W/PS/1/4/2016)

Hal tersebut didukung oleh AN selaku walimurid kelas VI yang mengungkapkan bahwa;

“Ya karena tanggung jawab orangtua itu nggak hanya di sekolah, tetapi ya saya sebagai orangtua juga harus mendidik atau istilahnya membimbing anak bagaimanapun itu namanya orangtua ya perlu seperti itu. Jadi menurut saya orangtua itu wajib berpartisipasi dalam memberikan pendidikan kepada anaknya baik di rumah, di masyarakat dan di sekolah.” (W/AN/9/4/2016)

106

Kesadaran orangtua dalam hal pendidikan anak dapat ditunjukkan melalui beragam aspek. Salah satunya yaitu terkait tujuan para orangtua saat memilih sekolah bagi anaknya. Orangtua yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pendidikan bagi anak akan memilih dan menentukan sekolah yang berkualitas bagi anak mereka.

Seperti halnya yang dikatakan oleh beberapa walimurid berikut :

“Saya kalau model sekolah itu nggaktak sekolahkan di sekolah A gitu enggak, tetapi anaknya tak jak keliling dulu. Nanti anaknya milih sekolah sing endi ngono, mbak. Saya dari anak masih TK mesti kayak gitu. Jadi, saya nggak pernah terpaku sama satu sekolahan gitu. Kalau kriteria ki yo ora sih, biasa wae, maksutnya yo ono pandangan, ya kalau kriteria itu ya pasti ada ya mbak. Pertama, anaknya mau sik jelas. Kedua, deket juga dengan rumah. Ketiga, anaknya mau full day terus untuk pendidikan ya tahu. Bapaknya kenal juga sama pengurus yayasannya. Insyaallah pendidikan Insan Utama itu bagus, mbak. Disana ada tambahan hafalan, bacaan Al- Qur‟an nya terus ibadahnya kan bagus. Jadi, nggak cuma pendidikan sekolah umum saja.” (W/IS/8/4/2016)

“Saya menyekolahkan anak di sini, karena gini kalau menyekolahkan anak di negeri itu kita apa ya istilahnya kita merasa rawan dengan pergaulan anak secara umum. Jadi,

Dokumen terkait