Program Pascasarjana
Universitas Kristen Satya Wacana
MEMBALI di LAMPUNG
STUDI KASUS IDENTITAS KEBALIAN di DESA
BALINURAGA, LAMPUNG SELATAN
MEMBALI di LAMPUNG
______________________________________________________
STUDI KASUS IDENTITAS KEBALIAN di DESA BALINURAGA, LAMPUNG SELATAN
ISBN : Setting / Layout : Desain Sampul :
Universitas Kristen Satya Wacana
MEMBALI di LAMPUNG
Studi Kasus Identitas Kebalian di Desa Balinuraga, Lampung Selatan
DISERTASI
Diajukan untuk memperoleh gelar Doktor di Universitas Kristen Satya Wacana. Disertasi ini telah dipertahankan dalam Ujian
Terbuka Program Pascasarjana Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya
Wacana, yang dipimpin oleh Rektor Magnificus Prof. John A. Titaley, Th.D pada
hari Jumat, 17 Juni 2011, jam 11.00 di Ruang Pertemuan Gedung G, lantai 5, Universitas
Kristen Satya Wacana,
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga, Jawa Tengah
Oleh:
Yulianto
Promotor:
Prof. Dr. Kutut Suwondo
Ko Promotor:
Marthen L.nDoen, Ph.D. Marwata, Ph.D.
Penguji:
Dr. Soegeng Hardiyanto Dr. Pamerdi Giri Wiloso
KATA PENGANTAR
“Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”
Pramoedya Ananta Toer
Dari berbagai kelompok pendatang di Lampung, etnis Bali memiliki ciri khas yang menonjol, yaitu kebaliannya. Mereka dapat membali atau menjadi Bali di Lampung. Menjadi Bali sekaligus menjadi Lampung. Ikatan sosial dengan tanah leluhur tetap dipertahankan demi kelestarian identitas kebaliannya. Dalam komunitasnya yang eksklusif (Kampung Bali) mereka menjadi negara satelit dengan Bali sebagai negara pusatnya. Hubungan ini
yang menyebabkan mengapa etnis Bali di Lampung dapat “Membali di Lampung” dengan ciri khasnya tersendiri. Bali Hindu yang
berasal dari Pulau Bali memiliki beberapa perbedaan dengan berbagai persamaan dengan Bali Hindu yang berasal dari Pulau Nusa Penida.
Membali di Lampung merupakan sebuah proses pembentukan identitas kebalian komunitas Bali Hindu di Lampung. Hal ini dapat dilihat dari studi kasus komunitas Bali Nusa di Desa Balinuraga, Lampung Selatan. Penulis sangat bersyukur mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran ketika
berkesempatan memahami arti “Membali di Lampung”. Karena
begitu berharganya pengalaman pembelajaran tersebut, pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membuat penulis semakin mengerti arti menjadi seorang terpelajar menurut seorang Pramoedya.
bertanggungjawab dalam berpikir akademis. Dengan dedikasi dan tanggungjawabnya beliau terus memantau perkembangan proses penelitian dan penulisan dalam disertasi ini. Dedikasi dan tanggungjawab tersebut tidak luntur meskipun beliau menderita sakit keras. Dr. Marthen L. nDoen selaku ko-promotor dengan segala kesibukannya juga turut membantu penulis dalam proses penelitian dan penulisan disertasi ini. Beliau terus memantau dan telah mengikuti proses belajar yang telah penulis lalui sejak berada di jenjang Strata Satu. Begitu pula dengan Dr. Marwata yang cukup memberikan perhatian dalam proses penelitian dan penulisan disertasi ini. Rasa terima kasih juga penulis haturkan kepada Dr. Pamerdi Giri Wiloso yang telah mengorbankan waktu dan pemikirannya untuk membaca dan memberikan masukan bagi disertasi ini.
Dalam proses pembelajaran penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada Prof. Liek Wilardjo dan Dr. Soegeng Hardiyanto. Dengan gayanya yang cool Pak Liek banyak memberikan pembelajaran kepada penulis di bangku kuliah. Sama halnya dengan Pak Soegeng dengan gayanya yang nyentrik telah memberikan banyak pembelajaran. Beliau tidak segan-segan
“memarahi” penulis jika melakukan keteledoran.
Secara khusus penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada (almarhum) Pramoedya Ananta Toer. Karya-karya besarnya memberikan inspirasi bagi penulis. Tidak berlebihan bila kata pengantar ini diawali dengan kutipan dari salah satu karya besar beliau.
memiliki tradisi wiraswasta. Terima kasih atas segala pengertian dan perngorbanannya. Begitu pula dengan Venny Santosa yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, meskipun saat ini sedang menyelesaikan program doktornya di Jepang, terutama di masa-masa akhir studi ini yang penuh dengan kefrustasian dan rasa lelah yang mendalam.
Kepada “Pak Pendeta” (Pendeta Setiyadi) penulis mengucapkan banyak terima kasih. Beliau telah mengorbankan waktunya untuk membaca disertasi penulis, mengoreksi penulisan, serta memberikan masukan-masukan. Terima kasih telah hadir pada saat penulis benar-benar terpuruk, frustasi, dan mandek. Ketika mau mendengarkan curahan hati penulis yang kacau balau menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Untuk Keluarga Besar Balinuraga penulis menghaturkan rasa terima kasih yang besar. Terima kasih karena telah memberikan penulis semangat Balinuraga, Bali masih ada. Terima kasih untuk sebuah “ruang” dalam penulis memahami dinamika “Membali di
Lampung”. Ini semakin mengesankan karena keluarga besar di Balinuraga terus memantau perkembangan penelitian penulis. Banyak informasi yang telah mereka berikan dalam proses penelitian ini. Termasuk menghubungi penulis untuk menghadiri upacara-upacara penting di Balinuraga. Secara khusus penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada keluarga Bapak I Wayan Gambar. Terima kasih karena telah menerima penulis sebagai bagian dari keluarga besar Balinuraga, bantuan dan kerjasamanya selama proses penelitian ini. Kepada keluarga besar Paulus Kristianto dan Bapak I Made Warnadja yang telah membuka akses bagi penulis ke Desa Balinuraga.
memanfaatkan perpustakaan serta layanan internet di Percik. Secara khusus penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada Om Sam (Drs. I Made Samiana) dengan segala perhatian dan motivasinya. Begitu pula dengan kawan-kawan Office Boy Percik yang dengan setia dan guyonan segarnya menemani penulis selama proses menulis yang sebagian dilakukan di Percik. Terima kasih kepada kawan-kawan Percik: Mas Tono, Mas Dwi, Mas Slamet “Kancil”, Mas Wagiman, Mas Mul, Mas Hendrat, Mas “Bro” Ahihi (Wachidy), Bang Madun, dan lain-lain. Penulis juga berterima kasih kepada kawan di UKSW Pak Panto dan Pak Budi. Terima kasih kawan-kawan atas “secangkir kopi dan teh panasnya”.
Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan atas kerja sama, dukungan dan perhatiannya: Suster Helena dan Suster Susan, Mas Didit, Pak Ruspendi, Pak Damayana, Bu Woro, Pak Tontje, Pak Pieter, Pak Bele, Bu Eka, dan lain-lain. Secara khusus penulis berterima kasih kepada Mas Didit dan Keluarga Besar Pak Ayub atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian di Bali. Terima kasih juga kepada kakak-kakak tercinta: Om Roy, Om Piet, Om Wilson, Om Yulius, Bung Rama, dan lain-lain.
Penghargaan dan terima kasih juga penulis haturkan kepada kamrade-kamrade di Bogor dan Jakarta: Kamrade Daddy Heryono Gunawan (Mas Didit), Arie “Vodka” Herdiyanto, Yustinus “Timor”
Emau, Bayu Yulianto, Robie “Nyoto” Kurniawan, Kang Doddy, dan
lain-lain. Terima kasih atas perhatian, dukungan, dan perkenalannya
dengan “yang politis”.
dalam disertasi ini. Harapannya, proses “Membali di Lampung”
MEMBALI di LAMPUNG
(Studi Kasus Identitas Kebalian di Desa Balinuraga, Lampung Selatan)
_______________________________________________________
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN ... 7
BAB II. IDENTITAS dan KEBALIAN ... 15
Tentang Identitas ... 15
Kebalian ... 34
BAB III. PERJALANAN MIGRASI BALI NUSA ... 45
Pulau Nusa Penida ... 46
Sejarah Migrasi Bali Nusa ... 56
Migrasi Terpaksa Orang Bali ke Pulau Nusa Penida Pra-Kolonial ... 57
Proyek Politik Etis Pemerintah Kolonial: Kolonisasi (Transmigrasi) ... 60
Migrasi Masa Kolonial: Transmigrasi Lokal dari Nusa Penida ke Jembarana... 64
Migrasi Pasca Kolonial: Bertransmigrasi ke Sumatera ... 68
Balinuraga ... 77
Dari Nusa Penida ke Lampung ... 77
Bertransmigrasi ke Lampung ... 79
Masa-Masa Awal yang Sulit dan Melelahkan (1963-1966) .... 86
Lahirnya Desa Balinuraga ... 89
Balinuraga sebagai Desa Administratif ... 93
BAB IV. PROSES PEMBENTUKAN IDENTITAS ... 97
Aktor ... 97
Sri Mpu Suci: The Powerfull Pandé ... 100
Warga-Warga di Balinuraga ... 117
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) ... 161
Perjalanan Identitas Bali Nusa ... 184
Masa Kemapanan Identitas Semu: Internal Conversion
(Identitas Warga Dan Agama) ... 193
Masa Politik Identitas ... 204
Faktor-Faktor Pembentuk Identitas ... 219
Faktor Patronase terhadap Pusat: Identitas Warga (Kawitan) 220 Faktor Kekuasaan atau Otoritas: Identitas Hindu Dharma (Hindu Bali) ... 222
Faktor Ekonomi ... 224
Faktor Ancaman Eksternal... 226
Faktor Pendidikan ... 229
Model Pembentukan Identitas ... 232
Model 1: Konstruksi Identitas ... 233
Model 2: Pusat sebagai Acuan Pembentukan Identitas ... 237
Model 3: Perkembangan dan Pembentukan Identitas Berdasarkan Waktu ... 238
Model 4: Bonding Berbasis Identitas dan Pembangunan ... 240
Model 5: Model Pembentukan Identitas ... 243
Kesimpulan ... 245
BAB V. DESKRIPSI IDENTITAS KEBALIAN ... 247
Sistem Sosial - Kemasyarakatan Komunitas Bali Nusa ... 247
Pura Kahyangan Tiga dan Pura Kawitan ... 249
Banjar, Desa Adat, dan Seka ... 258
Subak ... 271
Sistem Warga ... 276
Bahasa Bali Nusa ... 280
Kompleks Perkampungan Bali ... 283
Kehidupan Sosial-Keagamaan: Tradisionalisasi versus Modernisasi ... 302
Bonding dan Bridging Komunitas Bali Nusa ... 309
Pembangunan Berbasis Identitas ... 318
Sistem Sosial dan Ekonomi ... 319
Sistem Sosial sebagai Modal Sosial ... 327
Kasus Upacara Ngaben di Balinuraga ... 340
Mengapa Ngaben Pribadi? ... 344
Persiapan dan Pelaksanaan Upacara Ngaben Pribadi: Khas Nusa Penida ... 347
Hujan Deras Saat Upacara Pembakaran Pitra ... 365
Bade dan Patulangan versi Kreasi Balinuraga ... 371
Sulinggih Warga (Pendeta Warga, Pendeta Jaba) sebagai
Pemuput Upacara ... 390
Ketidak-berlakuan Dominasi Triwangsa: Pembebasan Kaum Jaba dan Eksistensi Sudra Wangsa ... 391
Kesimpulan ... 393
BAB VI. BENTENG PELESTARI IDENTITAS ... 397
Benteng Identitas Kebalian di Luar Bali ... 397
Tantangan dan Ancaman, Peluang dan Kekuatan ... 399
Tantangan dan Ancaman terhadap Kelestarian Identitas Kebalian ... 400
Peluang dan Keunggulan terhadap Kelestarian Identitas Kebalian ... 415
Pelestarian Identitas ... 424
Adaptasi ... 426
Memperkuat Benteng Identitas ... 429
Masyarakat sebagai Agen Pelestari Identitas sekaligus Agen Yang Terstruktur ... 432
Kreativitas ... 434
Perkawinan... 435
Konflik Identitas ... 437
Menjadi Bali Lampung ... 441
Kesimpulan ... 450
Bab VII. KESIMPULAN ... 453
Daftar Pustaka ... 465
Lampiran 1: Metode Penelitian... 477
Mendamaikan Pusat dan Satelit ... 477
Narasi Singkat Proses Penelitian ... 477
Berawal dari Sebuah Ketertarikan ... 477
Menuju Lokasi Penelitian ... 480
Terbukanya Relasi ... 481
Kesederhanaan ... 481
Membangun Kepercayaan ... 482
Tanpa Sponsor ... 484
Pengumpulan Data Lapangan ... 485
Penelitian Singkat di Nusa Penida, Bali ... 486
Etika ... 487
Penutup ... 487
Lampiran 2: Bagan Silsilah Warga ... 491
Silsilah Leluhur Pandé di Bali ... 493
Lampiran 3: Lampung ... 495
Sejarah Singkat Lampung ... 496
Gambaran Singkat Masyarakat Lampung... 507
Lampiran 4: Kronologis Sejarah Singkat... 513
Daftar Gambar
Gambar 1. Jukung dan Perahu Nelayan di Nusa Penida ... 50Gambar 2. Pelabuhan Kusamba, Klungkung ... 53
Gambar 3. Proses Pengiriman Sapi Bali dari Nusa Penida ke Kusamba, Klungkung; dan Proses Penurunan Penumpang dari Kusamba ke Nusa Penida ... 54
Gambar 4. Pasar Mentigi dan Jalan Utama Pelabuhan Mentigi Nusa Penida ... 55
Gambar 5. Gereja Katolik dan Patung Yesus Kristus di Desa Tetangga Balinuraga ... 150
Gambar 6. Salah Satu Pura Keluarga di Balinuraga ... 155
Gambar 7. Sekolah Dasar dan Menengah Pertama di Balinuraga ... 175
Gambar 8. Contoh Buku Pelajaran Agama yang Digunakan Murid SD di Balinuraga ... 177
Gambar 9. Upacara Melasti Komunitas Bali Hindu di Lampung Selatan180 Gambar 10. Persiapan Upacara Melasti ... 181
Gambar 11. Karya Ukiran Seniman Balinuraga ... 200
Gambar 12. Seka Gong (seka gong sedang mentas). ... 201
Gambar 13. Pentas Tari Bali di Acara Formal ... 202
Gambar 14. Salah Satu Kantor Pimpinan Partai Politik Tingkat Kecamatan di Balinuraga ... 207
Gambar 15. Kalender Bali di Lampung ... 208
Gambar 16. Pesan Sponsor di Bawah Kalender Bali ... 209
Gambar 17. Keterlibatan Bupati Incumbent (Putra Daerah) dalam Upacara Melasti sebagai Media Kampanye Kepala Daerah ... 211
Gambar 18. Pecalang Bertugas Menjaga Keamanan Upacara Melasti dan Seragam Resmi Pecalang ... 215
Gambar 19. Pemuda dan Pemudi dengan Sepeda Motornya ... 232
Gambar 20. Pura Desa dan Pura Puseh I ... 252
Gambar 21. Pura Desa dan Pura Puseh II ... 253
Gambar 22. Pura Dalem ... 254
Gambar 23. Pura Kawitan Warga ... 255
Gambar 24. Warga Banjar Bersembahyang di Pura Kawitan Warga saat Upacara Galungan ... 257
Gambar 26. Calon Kepala Daerah Berkampanye di Banjar di dalam Pura
Kawitan Warga ... 265
Gambar 27. Salah Satu Bale Banjar ... 268
Gambar 28. Seka Gong sedang Mentas ... 270
Gambar 29. Anggota dan Logo Seka Gong ... 271
Gambar 30. Pura Tani ... 274
Gambar 31. Pura Subak / Empelan ... 275
Gambar 32. Sumur Bor Krama Subak ... 276
Gambar 33. Pura Keluarga di Pekarangan Rumah ... 285
Gambar 34. Pura Keluarga di Teras Lantai Atas Rumah ... 285
Gambar 35. Tugu Desa ... 286
Gambar 36. Padmasana / Pelinggih di Perempatan Jalan ... 287
Gambar 37. Masyarakat Berkumpul di Bale Bengong ... 289
Gambar 38. Babi yang Berkeliaran ... 291
Gambar 39. Perkampungan Balinuraga ... 293
Gambar 40. Perkampungan Balinuraga Tampak Atas ... 293
Gambar 41. Jalan Desa dan Plat Gang Desa ... 294
Gambar 42. Prasada ... 298
Gambar 43. Meru ... 299
Gambar 44. Padmasana ... 300
Gambar 45. Gedong ... 301
Gambar 46. Rong Tiga ... 302
Gambar 47. Spanduk Bertuliskan Om Swastiastu ... 304
Gambar 48. Krama Banjar Ngayah saat Persiapan Upacara Pitra Yadnya ... 343
Gambar 49. Tamu Undangan di Hari-H Upacara Pitra Yadnya ... 344
Gambar 50. Jenis Makan Siang ... 349
Gambar 51. Kaus Panita Bersponsor ... 352
Gambar 52. Jadwal Kegiatan Upacara ... 354
Gambar 53. Bale Semanggen ... 355
Gambar 54. Proses Ngangget Beringin / Ngaskara ... 357
Gambar 55. Pentas Tari Baris di Pura Kawitan saat Upacara Ngaskara .. 358
Gambar 56. Pihak Keluarga dan Massa Melakukan Pawai Desa setelah Upacara Ngaskara ... 359
Gambar 57. Arak-Arakan Massa Memberangkatkan Bade ke Setra ... 362
Gambar 58. Proses Pembakaran Jenasah di Tengah Guyuran Hujan Deras ... 369
Gambar 59. Bade... 376
Gambar 60. Lembu “Bang” Patulangan ... 378
Gambar 61. Dadong Brayut dan Gedong ... 382
Gambar 62. Setra ... 386
Gambar 63. Bale Bengong dan Plat Nama Desa Bersponsor ... 339
Gambar 64. Kartu Ceki ... 423
Gambar 66. Bangunan Capura Bercorak India dan Bale Bercorak
Tiongkok di bagian Jaba Pura Kawitan Warga ... 448
Gambar 67. Model Atap Tiongkok pada Bale di bagian Jero Pura Kawitan ... 448
Gambar 68. Bagian Jaba Pura ada Perpaduan India dan Tiongkok ... 449
Gambar 69. Atap Gedong Bercorak Tiongkok di bagian Jero Pura ... 449
Gambar 70. Keramik Tiongkok yang Disertakan bersama Simbol-Simbol Hindu ... 450
Gambar 71. Penulis di Pura Kawitan ... 488
Gambar 72. Berbusana Adat Sesaat Selesai Mengikuti Upacara Galungan 2009 ... 489
Gambar 73. Penulis Bersama Salah Satu Keluarga Tokoh Balinuraga saat Hari Raya Galungan 2009 ... 489
Gambar 74. Logo Provinsi Lampung ... 508
Daftar Peta
Peta 1. Peta Komprehensif Pulau Bali dan Nusa Penida ... 47Peta 2. Peta Satelit Pulau Nusa Penida... 47
Peta 3. Kabupaten Jembrana ... 65
Peta 4. Peta Komprehensif Nusa Penida, Bali, Jawa dan Sumatera Bagian Selatan ... 70
Peta 5. Peta Administrasi Kabupaten Lampung Selatan (Administrative Map of Lampung Selatan Regency). ... 94
Peta 6. Wilayah Administrasi Provinsi Lampung ... 506
Daftar Model
Model 1. Konstruksi Identitas ... 233Model 2. Pusat (Bali) dan Peniruan (Copying) Identitas ... 238
Model 3. Perubahan Identitas, Waktu, Generasi, dan Tantangan ... 239
Model 4. Bonding Berbasis Identitas ... 240
Model 5. Pembentukan Identitas ... 244