• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PT. PRIMA ALLOY SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PT. PRIMA ALLOY SIDOARJO."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KINERJ A KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

PADA PT. PRIMA ALLOY SIDOARJ O

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyar atan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Oleh :

M. IQBAL ZAMZAMI 0512010230 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

J AWA TIMUR

(2)

PADA PT. PRIMA ALLOY SIDOARJ O

S K R I P S I

Oleh :

M. IQBAL ZAMZAMI 0512010230 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(3)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Pengar uh Kepuasan Ker ja Dan Komitmen Or ganisasi

Ter hadap Kiner ja Kar yawan Bagian Pr oduksi Pada PT. Pr ima Alloy Steel

Sidoar jo” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh. Soedarto, MT, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Program Studi Manajemen

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Dwi Widajati, MM, selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

(4)

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah

diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.

6. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2009

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 10

2.2.2. Kecenderungan / Trend Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia ... 12

2.2.3. Kepuasan Kerja... 14

2.2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja... ... 16

(6)

2.2.4.2. Hasil Dari Komitmen Karyawan ... 24

2.2.5. Kinerja ... 25

2.2.5.1. Penilaian Kinerja ... 30

2.2.5.2. Beberapa Faktor Penyebab Biasnya Penilaian Kinerja . 33 2.2.6. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan 34 2.2.7. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan ... 35

2.3. Kerangka Konseptual ... 38

2.4. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

3.1.1. Definisi Operasional ... 40

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 42

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 43

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.3.1. Jenis Data ... 44

3.3.2. Sumber Data ... 44

3.3.3. Pengumpulan Data ... 44

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 45

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 45

(7)

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 46

3.4.3. Uji Normalitas Data ... 47

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling) ... 47

3.4.5. Uji Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 52

4.1.2. Deskripsi Kepuasan Kerja (X1) ... 53

4.1.3. Deskripsi Komitmen Organisasi (X2)... 55

4.1.4. Deskripsi Kinerja Karyawan (Y)... ... 56

4.2. Analisis Data ... 57

4.2.1. Evaluasi Outlier ... 57

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ... 59

4.2.3. Evaluasi Validitas ... 60

4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted 61 4.2.5. Evaluasi Normalitas ... 62

4.2.6. Analisis Model One – Step Approach to SEM ... 63

4.2.7. Uji Kausalitas ... 67

4.3. Pembahasan ... 68

4.3.1. Pengujian Hipotesis Hubungan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Prestasi Kerja ... 68

(8)

5.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Tabel 1.1 Rekapitulasi Realisasi Pencapain Target Tahun 2009 PT. Prima Alloy Steel Universal, Tbk Gedangan Sidoarjo ... 5

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja

(X1) ... 54

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Komitmen

Organisasi (X2) ... 55

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kinerja

Karyawan (Y) ... 56

Tabel 4.6. Residuals Statistics ... 54

Tabel 4.7. Pengujian Reliability Consistency Internal... 55

Tabel 4.8 Standardize Faktor Loading dan Construct dengan

Confirmatory Factor Analysis ... 56

Tabel 4.9. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 57

Tabel 4.10. Assessment Of Normality ... 59

Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Base Model ... 61

Tabel 4.12. Variabel yang Dimodifikasi Dalam Model ... 62

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Modifikasi ... 63

(10)

Tabel 2.1. Respon Karyawan Terhadap Ketidakpuasan ... 18

Tabel 2.2. Kerangka Konseptual ... 35

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan, Model: One Step

Approach – Base Model... 64

Gambar 4.3. Model Pengukuran & Struktural Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan, Model: One Step

(11)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Data Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Kerja (X1), Komitmen Organisasi (X2), dan Kinerja Karyawan (Y)

(12)

Oleh:

M. Iqbal Zamzami

Abstr aksi

Penelitian ini dilakukan pada PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk Gedangan Sidoarjo. Selama bulan Januari - Desember 2009 tidak mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan, bahkan cenderung mengalami penurunan, dari 6532 satuan pada bulan januari menjadi 6532 satuan pada bulan desember tahun 2009. Penurunan produksi velg pada PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk Gedangan Sidoarjo tersebut mengindikasikan semakin menurunnya kinerja karyawan bagian produksi pada perusahaan tersebut, dimana penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh kepuasan kerja karyawan yang belum tercapai dan rendahnya komitmen organisasi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. sehingga perusahaan perlu meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan komitmen organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PT. Prima Alloy Steel Sidoarjo.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik pengukuran menggunakan semantic differential scale, sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik probability sampling tepatnya

simple random sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan secara acak, dimana semua anggota populasi mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2008:85). Pengambilan sampel didasari oleh asumsi SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5 – 10 kali parameter yang diestimasi (Augusty, 2002: 98), Pada penelitian ini ada 15 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi yaitu antara 75-150. Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 105 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM diagram yang akan mempermudah untuk melihat pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan yang akan diuji.

(13)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menghadapi persaingan di era globalisasi ini, perusahaan dituntut untuk

bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan

perusahaan dituntut untuk mampu menigkatkan daya saing dalam rangka menjaga

kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh kontribusi yang optimal,

perusahaan harus dapat memperlakukan sumber daya manusia sebagai layaknya

faktor produksi lainya yang dimiliki perusahaan. Oleh karenanya wajib dilindungi

dan dipelihara sehingga mampu memberikan kontribusi bagi perusahaan.

Sumber daya manusia merupakan harta yang paling penting bagi suatu

organisasi (Rachman, 1999). Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian serius

sehingga tujuan organisasi dapat tercapai baik jangka panjang meupun jangka

pendek. Salah satu sasaran penting dicapai oleh perusahaan dalam rangka

mengembangkan sumber daya manusia adalah menciptakan kepuasan kerja

karyawan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam organisasi,

sehingga karyawan dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan jabatan dan posisi

mereka. Karyawan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan

komitmen mereka terhadap perusahaan secara keseluruhan. (Puspita, 2007; 212)

Tingkat kepuasan kerja karyawan akan tercermin pada perasaan karyawan

terhadap pekerjaannya, yang diwujudkan dalam bentuk sikap positif terhadap

(14)

Karyawan tipe ini tidak lagi memandang bahwa pekerjaan sebagai beban tugas

dan paksaan melainkan memandang pekerjaan adalah suatu kesenangan dan

keharusan untuk kesejahteraan bersama. Oleh karena itu kepuasan kerja menjadi

hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya

manusia.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Handoko (1994) bahwa kepuasan kerja

adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan

mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Dan Martoyo (1987)

menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan terjadi

atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan

dengan tingkat nilai balas tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh

karyawan perusahaan yang bersangkutan. (Puspita, 2007; 212).

Hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan seperti yang

dinyatakan oleh Robbins (1998: 24) yang menyatakan bahwa disadari atau tidak

seseorang dalam bekerja akan selalu dipengaruhi oleh perasaannya, yang perasaan

ini dapat mempengaruhi sikap maupun tingkah lakunya dalam bekerja. Setiap

orang akan selalu menginginkan keadaan sedapat mungkin bisa memberikan

kepuasan bagi dirinya. Dengan sendirinya ia akan dapat bekerja dengan lebih

bergairah dan lebih bersemangat, serta dapat mencurahkan segenap kemampuan

atau perhatiannya pada pekerjaan, sehingga secara tidak langsung kinerjanya juga

(15)

Kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung kepada komitmen

organisasi. Komitmen dalam organisasi menunjukkan hasrat karyawan terhadap

perusahaan untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi

perusahaan. Dalam dunia kerja komitmen karyawan terhadap organisasi menjadi

hal yang sangat penting karena mereka berusaha memberikan yang terbaik bagi

perusahaan, mengerjakan sesuatu melampaui batas yang telah diwajibkan oleh

perusahaan. Hal ini terjadi bila karyawan merasa senang dan terpuaskan di

perusahaan yang bersangkutan. Komitmen sangat penting untuk mendapatkan

usaha terbaik dari pekerja dalam melaksanakan strategi. Pada saat ini kontribusi

terhadap pelanggan berdasarkan sumber daya perusahaan menandakan suasana

sosial di dalam perusahaan menjadi sangat penting, sumber daya dapat

membangun kompetensi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Robbins (1998) bahwa komitmen

organisasi merupakan suatu keadaan dimana karyawan memihak organisasi

tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam

organisasi itu. Komitmen organisasi dapat juga diartikan sebagai proses pada

individu (karyawan) dalam mengidentifikasikan dirinya denga nilai-nilai,

aturan-aturan dan tujuan organisasi. (Puspita, 2007; 214)

Hubungan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan seperti yang

dinyatakan oleh Bill Crech (1995: 393) dalam bukunya “Lima Pilar Manajemen

Mutu Terpadu”, terdapat 3 variabel komitmen organisasi yang berpengaruh

(16)

menikmati sukses bersama-sama untuk memperkokoh komitmen, dan

mempersempit kesenjangan manajemen dan karyawan.

Keefektifan kinerja karyawan merupakan masalah yang harus dihadapi

oleh perusahaan, dimana organisasi arus lentur dan efisien supaya dapat

berkembang dengan pesat. Bagi organisasi kinerja yang efektif berarti output yang

ada harus dipertahankan meskipun jumlah pekerjaannya sedikit ataupun

produktifitasnya melaksankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya maka akan meningatkan prestasi kerja atau kinerja dalam organisasi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuningsih (2004) bahwa kinerja

karyawan adalah hasil proses penyelesaian suatu pekerjaan. Kinerja bukanlah

sekedar ketrampilan kerja atau jumlah barang yang dihasilkan dalam jumlah

tetrentu tetapi juga ketepatan bekerja. Kinerja juga dapat diartikan sebagai

keampuan seseorang dalam penguasaan bidang pekerjaannya, mempunyai minat

untuk melakukan pekerjaan tersebut, dan adanya kejelasan peran dan motivasi

pekerjaan yang baik. (Puspita, 2007; 217).

Karyawan akan bekerja secara optimal apabila dengan bekerja mereka

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya perusahaan harus benar-benar

memperhatikan tingkat kebutuhan karyawannya. Kinerja yang tinggi dapat

tercipta apabila karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja. Dengan

demikian karyawan mendapatkan apa yang diperolehnya dan dengan kinerjanya

(17)

PT. Prima Alloy Steel Universal, Tbk. adalah perusahaan yang

memproduksi velg alumunium alloy untuk mobil penumpang, mobil mewah, jip,

truk ringan dengan berbagai ukuran velg dari 12” sampai 17”. Mengingat velg

merupakan produk vital untuk kendaraan bermotor.

Masalah yang terjadi belakangan ini adalah kinerja perusahaan yang sudah

baik mengalami penurunan, secara umum kinerja perusahaan dapat diukur melalui

beberapa bagian seperti: bagian marketing, bagian produksi, bagian keuangan dan

bagian sumber daya manusia. Salah satu kondisi perusahaan PT. Prima Alloy

Steel Universal, Tbk yang dapat dipaparkan adalah bagian produksi. Berikut ini

rekap evaluasi pencapaian target perusahaan PT. Prima Alloy Steel Universal,

Tbk. Gedangan Sidoarjo pada periode Januari – Desember 2009 :

Tabel 1.1

Rekapitulasi Realisasi Pencapain Target Tahun 2009 PT. Prima Alloy Steel Universal, Tbk

(18)

Berdasarkan tabel 1.1, diketahui bahwa produksi velg pada PT. Prima

Alloy Steel Universal Tbk Gedangan Sidoarjo selama 1 tahun yaitu mulai bulan

Januari - Desember 2009 tidak mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan.,

bahkan cenderung mengalami penurunan.

Penurunan produksi velg pada PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk

Gedangan Sidoarjo tersebut mengindikasikan semakin menurunnya kinerja

karyawan bagian produksi pada perusahaan tersebut, dimana penurunan tersebut

salah satunya disebabkan oleh kepuasan kerja karyawan yang belum tercapai dan

rendahnya komitmen organisasi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan.

sehingga perusahaan perlu meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan komitmen

organisasi.

Kepuasan kerja dapat diukur melalui pengupahan, hubungan dengan pihak

lain, supervisi / pengawasan, iklim organisasi, penghargaan dari pimpinan, dan

rasa kekeluargaan. Sedangkan komitmen organisasi dapat diukur melalui

kepercayaan terhadap nilai organisasi, keinginan tetap menjadi anggota, keinginan

bekerja keras, rasa bangga, dan kesempatan berafilisiasi. (Puspita, 2007; 218)

Keberhasilan kinerja karyawan sangat diperlukan sekali untuk suatu

performance karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu upaya

manajemen dalam meningkatkan performance karyawan adalah melalui kebijakan

pemberian kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja. Banyak pakar manajemen

yang sepakat bahwa prestasi kerja dan produktivitas kerja karyawan akan

maningkat bila kebijakan dalam hal kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja

(19)

lebih keras dan berprestasi lebih tinggi, guna memperoleh kinerja yang lebih baik

bagi perusahaan dan karyawan.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dan

kajian yang lebih mendalam tentang pengaruh kepuasan kerja, komitmen

organisasi dan kinerja karyawan. Selanjutnya dijadikan sebagai penelitian dengan

judul “Analisis pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap

kinerja karyawan bagian produksi pada PT. Prima Alloy Steel Sidoarjo”.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas permasalahan pada penelitian

ini adalah :

1. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian

produksi pada PT. Prima Alloy Steel Sidoarjo ?

2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian

produksi pada PT. Prima Alloy Steel Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan bagian

produksi pada PT. Prima Alloy Steel Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian dan penyusunan skripsi ini diharapkan mampu memberikan

masukan dan pengetahuan yang bermanfaat baik bagi penulis, perusahaan maupun

ilmu pengetahuan, antara lain:

1. Bagi Peneliti

Sebagai tugas akhir yang menjadi syarat untuk menyelesaikan program studi

S-1 Jurusan Manajemen di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

2. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi bagi perusahaan yang diamati yaitu dapat mengetahui

seberapa besar kepuasan kerja karyawan dan komitmen karyawan terhadap

organisasi, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai dasar dalam

meningkatkan kinerja karyawan.

3. Bagi ilmu pengetahuan

Dengan adanya penelitian ini dapat mendorong para peneliti lain untuk lebih

meningkatkan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut agar bisa

(21)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Puspita (JABM, 2007) dengan judul “Pengaruh Kepuasan

Kerja, Komitmen Organisasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan”.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepuasan kerja, komitmen

organisasi dan motivasi terhadap kinerja karyawan Instalasi farmasi RSUD Dr.

Soebandi Jember baik secara simultan maupun secara parsial.

Sampe dalam penelitian ini adalah karyawan Instalasi farmasi RSUD Dr.

Soebandi Jember yang berjumlah 44 orang. Untuk menguji kehandalan dan

kevalidan jawaban responden digunakan uji validitas dan reliabilitas serta uji

asumsi klasik. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis

regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

secara simultan dan parsial antara kepuasan kerja, komitmen organisasi dan

motivasi terhadap kinerja karyawan Instalasi farmasi RSUD Dr. Soebandi Jember.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah kedua

penelitian tersebut sama-sama menggunakan variabel kepuasan kerja, komitmen

organisasi dan kinerja karyawan. Perbedaannya, pada penelitian terdahulu

menggunakan analisis regresi linear berganda dan objeknya di Instalasi farmasi

RSUD Dr. Soebandi Jember, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan

(22)

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Keberadaan manajemen sumber daya manusia dipandang sebagai suatu

gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang

potensial untuk dikembangkan, dan peranannya yang begitu vital dan paling

menentukan dibandingkan dengan unsur-unsur sumber daya lainnya. Menurut

Gomes (1997:2) secara sederhana pengertian manajemen sumber daya manusia

adalah mengelola sumber daya manusia. Dari keseluruhan sumber daya yang

tersedia dalam suatu organisasi, baik organisasi publik maupun swasta, sumber

daya manusialah yang paling penting dan sangat menentukan. Sumber daya

manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan,

keinginan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya.

Semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya

organisasi dalam pencapaian tujuannya. Betapa pun majunya teknologi,

berkembangnya informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, namun jika

tanpa sumber daya manusia maka akan sulit bagi organisasi untuk mencapai

tujuannya.

Manajemen sumber daya manusia sebenarnya merupakan suatu gerakan

pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang

potensial, yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu

memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan bagi pengembangan

dirinya. Manajemen sumber daya manusia dianggap sebagai suatu gerakan yang

(23)

daya manusia dalam suatu organisasi, adanya tantangan-tantangan yang semakin

besar dalam pengelolaan sumber daya manusia, serta terjadinya pertumbuhan ilmu

pengetahuan dan profesionalisme di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.

Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola

unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefektif mungkin

sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas (satisfied) dan

memuaskan (satisfactory) bagi organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia

merupakan bagian dari manajemen umumnya yang memfokuskan diri pada unsur

sumber daya manusia.

Lingkup manajemen sumber daya manusia meliputi semua aktivitas yang

berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi. Menurut Gomes

(1997:4) aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan dengan manajemen sumber

daya manusia ini secara umum mencakup :

a. Rancangan Organisasi.

b. Staffing.

c. Sistem Reward, tunjangan-tunjangan.

d. Manajemen Performansi.

e. Pengembangan Pekerja dan Organisasi.

f. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.

Keterlibatan pekerja dalam kegiatan-kegiatan seperti itu dirasakan sangat

penting. Para manajer harus berusaha mengintegrasikan kepentingan dari para

(24)

2.2.2. Kecender ungan / Tr end Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia terus berkembang sejalan dengan

kemajuan dan tantangan jaman. Suatu perkembangan yang patut diperhatikan

dalam Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ditemukannya

kecenderungan-kecenderungan baru yang akan berdampak sangat positif terhadap perkembangan

dan efektivitas organisasi. Menurut Gomes (1997:13) telah ditemukan

kecenderungan / trend di dalam organisasi, yakni :

a. Meningkatnya bobot fungsi sumber daya manusia.

Banyak organisasi yang memikirkan secara menyeluruh tentang para

pekerjanya. Ada kecenderungan yang pasti ke arah pemikiran dan

perencanaan bagi efektivitas pemakaian sumber daya manusia. Hal ini

menempatkan fungsi sumber daya manusia menjadi perhatian utama

(mainstream).

b. Meningkatnya pengembangan manajemen.

Kebanyakan organisasi yang menyadari bahwa jika mereka ingin lebih efektif

berhubungan dengan sumber daya manusianya, maka para manajer akan diberi

beban tugas yang lebih banyak, dan untuk itu mereka perlu dididik dan

dikembangkan untuk melaksanakan pekerjaan. Hal ini didorong oleh

tekanan-tekanan persaingan yang dirasakan. Kecepatan perubahan yang begitu cepat

menuntut para manajer selalu memperbaharui dan terlatih pada basis-basis

yang teratur. Hal ini menuntut adanya pendidikan bagi mereka mengenai

bagaimana menjalankan tugas-tugas itu semua dengan baik. Organisasi /

(25)

untuk mempertahankan budaya dan nilai organisasi / perusahaan, termasuk di

dalamnya gaya dan falsafah manajemen.

c. Integrasi program sumber daya manusia.

Berbagai bagian dari sistem sumber daya manusia sedang diintegrasikan ke

dalam suatu gestalt sumber daya manusia juga diintegrasikan ke dalam sistem

manajemen dan perencanaan organisasi. Informasi yang berasal dari sistem

manajemen performansi akan menjadi dasar penilaian performansi dan

pengembangan program pendidikan organisasi. Karena arus data dan berbagai

aspek dari program sumber daya manusia itu menjadi begitu terkait. Mereka

saling bertukar gagasan, pemikiran, dan informasi secara rutin, serta bekerja

sama demi hasil yang terbaik bagi organisasi dan para pekerjanya.

d. Meningkatnya perhatian terhadap sikap-sikap pekerja.

Meningkatnya tingkat pendidikan, perubahan kebutuhan dan nilai-nilai dari

para pekerja, persepsi dan harapan-harapan baru mereka mengenai kerjanya

hanya merupakan alasan mengapa organisasi-organisasi perlu lebih dekat pada

para pegawainya dan melibatkan lebih banyak mereka. Organisasi-organisasi

juga menyadari untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para pekerja,

memotivasi dan mengkomunikasi secara lebih efektif.

e. Meningkatnya perhatian terhadap kultur dan nilai organisasi.

Banyak organisasi yang merumuskan nilai-nilai mereka dan

mengembangkannya berdasarkan sejarah dan tradisi mereka sendiri. Karena

organisasi-organisasi bergerak lebih cepat dari struktur unit fungsional dan

(26)

baik untuk membantu organisasi-organisasi itu agar dapat bekerja sama secara

lebih lancar. Mereka membangun berdasarkan sejarah dan tradisi mereka,

mengidentifikasikan kelebihan-kelebihannya yang membuat mereka unik dan

berbeda. Para ahli sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat

penting untuk dimainkan dalam semua hal.

2.2.3. Kepuasan Ker ja

Salah satu sasaran pentingnya dalam pengelolaan sumber daya manusia

dalam suatu perusahaan adalah terciptanya kepuasan karyawan yang lebih lanjut

akan meningkatkan prestasi kerja. Dengan kepuasan kerja tersebut pencapaian

tujuan perusahaan akan lebih baik dan akurat.

Handoko (1994) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan

emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para

karyawan memandang pekerjaan mereka. Didukung oleh Martoyo (1987) yang

menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan terjadi

atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan

dengan tingkat nilai balas tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh

karyawan perusahaan yang bersangkutan. (Puspita, 2007; 212)

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan bentuk sikap karyawan terhadap

pekerjaannya pada perusahaan tempat bekerja, yang diperoleh berdasarkan

persepsinya. Davis dan Newstrom (1993:105) menyatakan, kepuasan kerja

sebagai serangkaian perasaan menyenangkan atau tidaknya (favorable or

(27)

mendefinisikan kepuasan kerja adalah sikap seseorang secara umum terhadap

pekerjaannya.

Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan pada umumnya tercermin

dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang

dihadapi ataupun ditugaskan kepadanya di lingkungan kerjanya. Sebaliknya

apabila kepuasan kerja tidak tercapai maka akan berakibat buruk pada perusahaan.

Akibat buruk itu berupa kemalasan, kemangkiran, mogok kerja, pergantian tenaga

kerja dan akibat buruk yang merugikan lainnya.

Pendapat Tiffin dalam As’ad (2002:104) menytakan bahwa kepuasan kerja

berhubungan erat dengan sikap dari pekerja terhadap pekerjaannya sendiri, situasi

kerja, kerjasama antar pimpinan dengan sesama pekerja”.

Riggio (1996:219) menyatakan, “Job satisfaction consist of the feelings and

attitude one has about one’s job. All aspects of particular job, good and bad, positive

and negative, are likely to contribute to the development of feelings of satisfaction”.

Artinya kepuasan kerja terdiri dari perasaan dan sikap seseorang mengenai pekerjaan

tersebut. Meliputi semua aspek dari suatu pekerjaan tertentu baik dan buruk, positif

dan negatif, dikontribusikan pada pengembangan dari perasaan puas.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat kita simpulkan

bahwa kepuasan kerja adalah perasaan positif atau menyenangkan yang timbul

dari diri seorang karyawan terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Bagi

seorang karyawan kepuasan kerja timbul bila keuntungan yang dirasakan dari

pekerjaan yang dilakukan olehnya dianggap cukup memadai bila dibandingkan

(28)

2.2.3.1. Faktor -Faktor Yang Mempengar uhi Kepuasan Ker ja

Mangkunegara (2000:120) menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja yaitu :

a. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis

kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian,

emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja.

b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat

(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan

promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja

Menurut Robbins (1996:152) mengindikasikan faktor-faktor penting

kepuasan kerja meliputi :

a. Pekerjaan Yang Menantang (mentally challenging work)

Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang memberi mereka kesempatan

menggunakan keterampilan dan kemampuan dan menawarkan beragam tugas,

kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mengerjakan pekerjaan

mereka. Karakteristik seperti ini membuat kerja secara mental menantang.

b. Pemberian Upah Yang Adil (equitable rewards)

Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

dipersepsikan adil, tidak membingungkan dan sesuai dengan harapan.

c. Kondisi Kerja Yang Mendukung (supportive working conditions)

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk keamanan pribadi maupun

untuk memudahkan mengerjakan tugas – tugasnya dengan baik. Karyawan

(29)

d. Rekan Kerja Yang Mendukung (supportive colleagues)

Rekan kerja yang ramah dan mendukung dapat meningkatkan kepuasan dalam

bekerja.

Jika kondisi tantangan pekerjaan sedang, pemberian imbalan dan promosi

dipersepsikan adil, kondisi fisik organisasi tidak berbahaya dan nyaman, serta

adanya rekan kerja yang ramah dan mendukung, maka akan tercipta kepuasan

kerja.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingginya kepuasan kerja akan

menimbulkan kesehatan mental dan fisik yang baik, memudahkan karyawan

untuk belajar tentang pekerjaan yang baru, dapat menyelesaikan pekerjaan dengan

cepat, rendahnya tingkat kecelakaan dan rendahnya catatan yang berkenaan

dengan keluhan-keluhan tentang organisasi.

Blum (dalam As’ad, 2002:114) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai berikut :

a. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan.

b. Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat,

kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik,

dan hubungan kemasyarakatan.

c. Faktor utama dalam pekerjaaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman

kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan

terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan di dalam

menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang

(30)

Menurut Puspita (2007: 218) bahwa kepuasan kerja diukur dengan

menggunakan 6 indikator, antara lain:

1. Pengupahan

2. Hubungan dengan pihak lain

3. Supervisi / pengawasan

4. Iklim organisasi

5. Penghargaan dari pimpinan

6. Rasa kekeluargaan

2.2.3.2. Ak ibat Tidak Ter penuhinya Kepuasan Ker ja

Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dalam berbagai cara. Misalnya

mengeluh, tidak patuh dan mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kerja

mereka.

Aktif

EXIT SUARA

Destruktif Konstruktif

PENGABAIAN KESETIAAN

Pasif

Sumber : Robbins.1996. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jilid 1, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo, hal 185

Gambar 2.1

(31)

Indikasi menurunnya kepuasan kerja perlu diketahui sedini mungkin agar

dapat dicari jalan untuk pencegahannya dan penyelesaikan sebelum hal tersebut

hal tersebut berlarut-larut. Bila terlihat beberapa gejala-gejala seperti karyawan

bekerja tanpa semangat, absensi yang meningkat merupakan suatu gejala dari

menurunnya kepuasan kerja karyawan.

Gambar diatas menggambarkan empat respon yang berbeda satu sama lain

sepanjang dua dimensi, yaitu konstruksif/destruktif dan aktif/pasif. Respon

terhadap ketidakpuasan dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Exit (keluar) ialah perilaku yang diarahkan ke arah meninggalkan organisasi

mencakup pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti.

b. Voice (suara) ialah perilaku aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki

kondisi. Mencakup saran perbaikan, membahas problem-problem dengan

atasan dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.

c. Loyalty (kesetiaan) ialah perilaku yang pasif tapi optimis menunggu kondisi

membaik, mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik ke luar

dan mempercayai organisasi serta manajemennya untuk “melakukan hal yang

tepat”.

d. Neglect (pengabaian) ialah secara pasif membiarkan kondisi memburuk,

termasuk kemangkiran atau datang secara kronis, upaya yang dikurangi dan

tingkat kekeliruan yang meningkat.

Menurut Robbins (1996:185), “Perilaku keluar dan pengabaian meliputi

variabel-variabel kinerja yaitu produktifitas, kemangkiran dan keluarnya

(32)

dan kesetiaan, perilaku-perilaku konstruktif yang memungkinkan

individu-individu mentolerir situasi yang tidak menyenangkan atau menghidupkan kembali

kondisi kerja yang memuaskan. Model itu membantu kita untuk memahami

situasi, seperti yang kadang-kadang dijumpai di sekitar pekerja (serikat buruh)

dimana kepuasan kerja yang rendah dibarengi dengan tingkat keluarnya karyawan

yang rendah. Anggota serikat buruh sering mengungkapkan ketidakpuasan lewat

prosedur keluhan atau lewat perundingan kontrak yang formal. Mekanisme suara

ini memungkinkan anggota serikat buruh untuk melanjutkan pekerjaan mereka

sementara meyakinkan diri bahwa mereka sedang bertindak memperbaiki situasi.

2.2.4. Komitmen Organisasi

Komitmen dalam organisasi menunjukkan hasrat karyawan terhadap

perusahaan untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi

perusahaan. Dalam dunia kerja komitmen karyawan terhadap organisasi menjadi

hal yang sangat penting karena mereka berusaha memberikan yang terbaik bagi

perusahaan, mengerjakan sesuatu melampaui batas yang telah diwajibkan oleh

perusahaan.

Robbins (1998) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu

keadaan dimana karyawan memihak organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya,

serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Komitmen organisasi

dapat juga diartikan sebagai proses pada individu (karyawan) dalam

mengidentifikasikan dirinya denga nilai-nilai, aturan-aturan dan tujuan organisasi.

(33)

Beberapa pengertian dari komitmen organisasi yang paling sering

digunakan adalah berdasar pendapat Luthans (1996:130), yaitu :

1. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi tertentu.

2. Kesediaan untuk berusaha meningkatkan kemampuan diri atas nama

organisasi.

3. Keyakinan yang pasti dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan dari organisasi.

Aspek yang mencakup komitmen organisasi sangat banyak, sehingga

Meyer dan Allen (dalam Luthans, 1996: 131) menyederhanakan aspek-aspek

tersebut ke dalam tiga dimensi, yaitu :

1. Affective Commitment

Affective commitment merupakan perasaan emosional karyawan, pengenalan

karyawan dan keterlibatannya di dalam suatu organisasi. Greenberg dan Baron

(1996:175) melengkapkan bahwa aspek ini sama dengan pendekatan

kesesuaian tujuan yang mengacu pada kekuatan keinginan seseorang untuk

tetap melanjutkan bekerja di perusahaan karena ia memiliki kesamaan

pandangan dan keinginan untuk melakukan hal yang sama.

2. Continuance Commitment

Continuance commitment merupakan komitmen yang berdasarkan biaya

kerugian yang ditanggung karyawan bila ia meninggalkan organisasi.

Greenberg dan Baron (1996:175) menambahkan bahwa pada aspek ini sama

dengan pendekatan mengerutkan yang mengacu pada kekuatan keinginan

seseorang untuk tetap melanjutkan bekerja di perusahaan karena ia tidak

(34)

3. Normative Commitment

Normative commitment merupakan jaminan yang dirasakan karyawan untuk

tetap tinggal di organisasi.

2.2.4.1. Faktor -Faktor Yang Mempengar uhi Komitmen Or ganisasi

Menurut Baron dan Greenberg (1996:135) hasil penelitian menunjukkan

bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh :

1. Job Characteristics

Dengan organisasi yang memberikan tanggungjawab yang besar dalam

pekerjaan saat ini diharapkan karyawan akan memberikan komitmen pada

perusahaan dengan baik sehingga akan tercipta komitmen pada organisasi. Hal

ini jika komitmen cenderung meningkat ketika karyawan memiliki tingkat

tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang mereka

selesaikan dan komitmen cenderung rendah ketika karyawan merasa peluang

promosi yang diberikan organisasi terbatas.

2. Alternative Employment Opportunities

Dimana perusahaan atau organisasi memberikan peluang untuk memberikan

promosi secara terbuka kepada karyawan serta memberi alternatif untuk

mendapatkan pekerjaan baru untuk karyawan yang memiliki komitmen yang

rendah. Ini berarti bahwa besarnya kesempatan karyawan untuk mendapatkan

pekerjaan baru sehingga menyebabkan karyawan tersebut cenderung memiliki

(35)

3. Personal Characteristics

Merupakan kemampuan karyawan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan pekerjaannya. Dalam hal ini karyawan yang berusia tua akan

memiliki pengalaman yang tinggi bila dibandingkan dengan karyawan yang

berusia mudah terhadap komitmen organisasi. Oleh karena itu karyawan yang

berusia lebih tua dan lebih berpengalaman cenderung memiliki komitmen

terhadap pekerjaannya daripada karyawan yang sedikit pengalamannya.

4. Treatment of Newcomers

Dimana organisasi dapat melakukan berbagai cara untuk membantu karyawan

baru belajar dan menjadikan mereka anggota organisasi yang produktif maka

akan tercipta komitmen pada organisasi. Pernyataan tersebut berarti bahwa

organisasi dapat melakukan berbagai macam cara untuk membantu karyawan

baru belajar dan menjadikan mereka anggota organisasi yang produktif.

Jika karyawan memiliki tanggungjawab yang besar terhadap pekerjaannya,

kecilnya peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lain, adanya pengalaman

yang baik dalam bekerja dan adanya usaha yang sungguh-sungguh dari organisasi

untuk membantu karyawan baru dalam belajar tentang organisasi dan

pekerjaannya, maka akan tercipta komitmen pada organisasi.

Menurut Puspita (2007: 218) bahwa Komitmen Organisasi diukur dengan

menggunakan 5 indikator, antara lain:

1. Kepercayaan terhadap nilai organisasi

2. Keinginan tetap menjadi anggota

(36)

4. Rasa bangga

5. Kesempatan berafilisiasi

2.2.4.2. Hasil Dar i Komitmen Kar yawan

Menurut Staw (1996: 306) komitmen merupakan nilai-nilai organisasi

yang memberikan arti penting dalam kehidupan seorang anggota organisasi

tersebut.

Atmosoeprapto (2000: 74) melengkapi bahwa karyawan yang mempunyai

komitmen akan selalu yakin dan terdorong minatnya untuk melakukan tugasnya

dengan baik tanpa perlu diawasi, karena ia bisa mengawasi dirinya sendiri.

Mowday, Steers dan Porter (Luthans, 1996:131) dalam penelitian mereka,

menjelaskan bahwa terhadap hubungan positif antara komitmen organisasi dengan

hasil yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu kinerja, labor turn over dan tingkat

kehadiran karyawan. Miner (1992:127) menambahkan bahwa tingkat komitmen

karyawan yang tinggi secara positif berkaitan dengan rendahnya tingkat absensi

dan tingginya produktivitas karyawan.

Menurut Davis dan Newstrom (1993:112) mengatakan bahwa karyawan

yang memiliki komitmen rendah terhadap perusahaan akan cenderung

meninggalkan perusahaan tersebut bila mendapat peluang yang lebih baik di

(37)

2.2.5. Kiner ja

Definisi kinerja dalam model harapan adalah persepsi individu bahwa

upaya yang mereka keluarkan mengarah ke suatu evaluasi yang mendukung dan

evaluasi yang mendukung itu akan menghasilkan imbalan yang mereka hargai.

Mengikuti model harapan dari motivasi, jika harapan yang diharapkan

karyawan untuk dicapai tidak jelas, jika kriteria untuk pengukuran sasaran

tersebut samar-samar, dan jika karyawan itu kekurangan keyakinan diri bahwa

upaya mereka akan mengarah ke penilaian yang memuaskan mengenai kinerja

mereka atau meyakini bahwa akan ada pembayaran yang tidak memuaskan oleh

organisasi bila sasaran kinerja mereka tercapai, kita dapat mengharapkan bahwa

individu-individu akan bekerja cukup jauh dibawah potensial mereka.

Wahyuningsih (2004) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil

proses penyelesaian suatu pekerjaan. Kinerja bukanlah sekedar ketrampilan kerja

atau jumlah barang yang dihasilkan dalam jumlah tetrentu tetapi juag ketepatan

bekerja. Kinerja juga dapat diartikan sebagai keampuan seseorang dalam

penguasaan bidang pekerjaannya, mempunyai minat untuk melakukan pekerjaan

tersebut, dan adanya kejelasan peran dan motivasi pekerjaan yang baik. (Puspita,

2007; 217).

Sedangkan menurut Suprihanto (1988;7) "Setiap kegiatan yang dilakukan

karyawan pasti menghasilkan sesuatu tetapi sesuatu sebagai hasil kegiatan

tersebut belum tentu merupakan kinerja yang diharapkan suatu badan usaha untuk

itu badan usaha menetapkan standar kinerja karyawan agar tujuan badan usaha

(38)

Menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) kinerja didefinisikan sebagai

berikut: “Performance is defined as the record of outcomes produced on a

specified job function or activity during a specified time period”. Ini berarti

kinerja merupakan suatu keluaran yang dihasilkan oleh karyawan yang merupakan

hasil dari pekerjaan yang ditugaskan dalam suatu waktu atau periode tertentu.

Penekanannya adalah pada hasil yang diselesaikan dalam periode waktu tertentu.

Untuk mengukur tingkat kinerja karyawan biasanya menggunakan

performance system yang dikembangkan melalui pengamatan yang dilakukan oleh

atasan dari masing-masing unit kerja dengan beberapa alternatif cara penilaian

maupun dengan cara wawancara langsung dengan karyawan yang bersangkutan.

Informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja tersebut dapat digunakan bagi

penyelia atau manajer untuk mengelola kinerja karyawan, mengetahui apa

penyebab kelemahan maupun keberhasilan dari kinerja karyawan sehingga dapat

dipergunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan target maupun langkah

perbaikan selanjutnya dalam mencapai tujuan badan usaha.

Menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) kinerja didefinisikan sebagai

berikut: “Performance is defined as the record of outcomes produced on a

specified job function or activity during a specified time period”. Ini berarti

kinerja merupakan suatu keluaran yang dihasilkan oleh karyawan yang merupakan

hasil dari pekerjaan yang ditugaskan dalam suatu waktu atau periode tertentu.

Penekanannya adalah pada hasil yang diselesaikan dalam periode waktu tertentu.

Untuk mengukur tingkat kinerja karyawan biasanya menggunakan

(39)

atasan dari masing-masing unit kerja dengan beberapa alternatif cara penilaian

maupun dengan cara wawancara langsung dengan karyawan yang bersangkutan.

Informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja tersebut dapat digunakan bagi

penyelia atau manajer untuk mengelola kinerja karyawan, mengetahui apa

penyebab kelemahan maupun keberhasilan dari kinerja karyawan sehingga dapat

dipergunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan target maupun langkah

perbaikan selanjutnya dalam mencapai tujuan badan usaha.

Menurut Bernardin dan Russel (1993: 383) dalam mengukur kinerja

karyawan dipergunakan sebuah daftar pertanyaan yang berisikan beberapa

dimensi kriteria tentang hasil kerja. Ada enam dimensi dalam menilai kinerja

karyawan, yaitu :

1. Quality

Merupakan hasil kerja keras karyawan yang sesuai tujuan yang ditetapkan

perusahaan sebelumnya. Jika hasil yang dicapai karyawan tinggi maka kinerja

karyawan dianggap baik oleh pihak perusahaan atau sesuai dengan tujuannya.

2. Quantity

Merupakan hasil kerja keras dari karyawan yang bisa mencapai skala

maksimal yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan. Dengan hasil yang

telah ditetapkan perusahaan tersebut maka kinerja para karyawan sudah baik.

3. Timeliness

Merupakan dimana karyawan dapat bekerja sesuai dengan standar waktu kerja

yang telah ditetapkan perusahaan. Dengan bekerja yang sesuai dengan standar

(40)

4. Cost Effectiveness

Merupakan penggunaan sumber daya dari karyawan yang digunakan secara

optimal dan efisien. Dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif

maka akan bisa mempengaruhi keefektifan biaya yang dikeluarkan oleh pihak

perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang maksimum.

5. Need for Supervision

Merupakan kemampuan karyawan dalam bekerja dengan baik tanpa ada

pengawasan dari pihak perusahaan. Dengan tanpa ada pengawasan dari pihak

perusahaan maka para karyawan akan dapat bekerja dengan baik sehingga

kinerja dari karyawan akan mengalami peningkatan.

6. Interpersonal Impact

Dengan adanya karyawan yang mempunyai rasa harga diri yang tinggi

terhadap pekerjaannya maka karyawan berusaha untuk mencapai hasil terbaik

dalam pekerjaan tersebut. Oleh karena itu dengan rasa harga diri yang tinggi

terhadap pekerjaannya diharapkan para karyawan dapat meningkatkan

kinerjanya dalam bekerja.

Menurut Robbin (1996; 295) ada tiga kriteria dalam melihat kinerja

seseorang yaitu:

1. Hasil tugas individual (Individual task outcomes)

Menilai hasil tugas karyawan dapat dilakukan pada suatu badan usaha yang

sudah menetapkan standar kinerja sesuai dengan jenis pekerjaan, yang dinilai

berdasarkan periode waktu tertentu. Bila karyawan dapat mencapai standar

(41)

2. Perilaku (Behavior)

Organisasi terdiri dari banyak karyawan baik bawahan maupun atasan dan

dapat dikatakan sebagai satu kelompok kerja yang mempunyai lingkungan

sendiri, dimana setiap individu saling terlibat dan berkomunikasi, baik secara

formal maupun informal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Ciri (Traits)

Ciri atau sifat karyawan umumnya berlangsung lama dan tetap sepanjang

waktu, tetapi adanya perubahan dan campur tangan dari pihak luar seperti

pelatihan akan mempengaruhi kinerja dalam berbagai hal.

Menurut Puspita (2007: 218) bahwa Komitmen Organisasi diukur dengan

menggunakan 5 indikator, antara lain:

1. Kualitas kerja

2. Kuantitas kerja

3. Keterampilan dan pengetahuan kerja

4. Pendidikan dan kesempatan berprestasi

Dengan mengidentifikasi aspek-aspek atau dimensi dari kinerja, maka

dapat diketahui efektivitas kinerja suatu pekerjaan yang telah dilakukan seorang

karyawan, sehingga akan lebih mudah bagi badan usaha untuk menentukan

penghargaan yang pantas diberikan kepada karyawan sesuai dengan kinerja yang

telah dicapainya. Hal ini akan dapat mendorong karyawan untuk lebih

mengembangkan diri dalam peran pekerjaannya sesuai dengan tuntutan badan

(42)

2.2.5.1. Penilaian Kiner ja

Penilaian kinerja menurut Davis (1996 :341) penilaian kinerja merupakan

suatu proses di mana organisasi mengevaluasi hasil kerja yang dilakukan oleh

karyawan. Sehingga penilaian kinerja merupakan mekanisme yang dapat

digunakan untuk memastikan apakah setiap karyawan pada setiap tingkatan telah

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan demikian sistem penilaian dapat

digunakan oleh badan usaha terutama Supervisor dan Manajer untuk

mengevaluasi kinerja, sehingga apabila ada hasil kerja menurun dapat diambil

suatu tindakan.

Menurut Cascio (1995:302) penilaian kinerja mempunyai dua tujuan yaitu

meningkatkan job performance masing-masing karyawan dan memberikan

informasi untuk karyawan dan manajer dalam pengambilan keputusan. Sesuai

dengan tujuan dari penilaian kinerja maka sebaiknya penilaian kinerja dilakukan

secara terbuka dan rahasia, maksud dari sifat terbuka yaitu: bahwa karyawan yang

dinilai berhak mengetahui penilaian yang dilakukan oleh atasannya, selain itu

apabila menurut karyawan penilaian yang dilakukan tidak sesuai atau tidak adil,

maka karyawan dapat mengajukan keberatan atas penilaian yang diberikan.

Dalam mengajukan keberatan karyawan harus dapat memberikan fakta-fakta

maupun alasan yang logis. Yang dimaksud dengan rahasia adalah bahwa penilaian

yang dilakukan hanya diketahui oleh penilai, karyawan yang dinilai dan pejabat

badan usaha. Badan usaha yang membutuhkan data tiap karyawan yang akan

(43)

Menurut Ekuslie (1997 : 78) manajemen kinerja tidak hanya sekedar

menilai namun lebih dari itu bagaimana cara mengelola untuk mencapai

sasarannya. Dalam implementasinya proses pengelolaan kinerja mencakup tiga

tahapan :

1. Penetapan tujuan (goal setting), atasan dan bawahan secara bersama-sama

menetapkan sasaran kinerja yang ditargetkan kepada bawahan. Selayaknya

sasaran kinerja yang dirumuskan akan menjadi pengarah yang menuntun

karyawan kepada kejelasan beban tugas, tanggung jawab dan target kinerjanya

sepanjang tahun, sekaligus menjadi penantang yang melecut moral kerja dan

motivasi karyawan dalam upaya mengejar harapan prestasi yang telah

ditetapkannya. Sasaran kerja yang efektif haruslah memiliki empat criteria

yaitu : (1) spesifik, artinya sasaran kerja tersebut dapat dipahami secara jelas

dan tegas serta tidak menimbulkan ambiguitas penafsiran ; (2) terukur, artinya

adanya suatu tolok ukur yang tegas dan konkret yang dapat menjadi dasar

penilaian apakah karyawan seudah berhasil atau gagal dalam mencapai

sasaran kinerjanya ; (3) memiliki tingkat risiko yang wajar, artinya sasaan

kinerja tersebut merupakan sebuah peluang yang menantang namun tetap

dalam jangkauan yang realistis. (4) berbatas waktu, artinya kurun waktu

pelaksanaan sasaran kinerja haruslah diatur dalam batasan waktu yang jelas.

Sebelum mulai merealisasi sasaran kinerjanya semestinya setiap karyawan

mengidentifikasi sumber daya dan dukungan yang diperlukannya untuk

membantu pencapaian sasar kinerja serta melakukan antisipasi terhadap

(44)

2. Pengarahan dan dukungan (coaching)

Dukungan atau pengarahan diberikan oleh atasan terhadap bawahannya,

selama bawahan yang bersangkutan melaksanakan goal nya sepanjang tahun.

Melalui coaching atasan mendapat kesempatan untuk melakukan komunikasi,

pengarahan dan koreksi dini terhadap bawahan dengan harapan dapat

meningkatkan derajat pencapaian sasaran kinerjanya pada tingkatan yang

paling optimum. Melalui coaching bawahan memiliki kesempatan

berkonsultasi kepada atasan tentang kendala-kendala yang sudah, sedang dan

akan dihadapinya. Coaching yang efektif akan menjadi penghubung terhadap

kesenjangan kinerja, yakni ketidaksesuaian antara kinerja yang diharapkan

dengan kinerja yang actual. Hal ini berarti proses coaching akan menjadi

wahana komunikasi bagi atasan dan bawahan untuk mereview tingkat kinerja

yang dicapainya berikut kendala-kendala yang dialami, untuk selanjutnya

melahirkan konstruktif yang akan memacu peningkatan kinerja bawahan.

3. Penilaian Kinerja (Performance Appraisal)

Proses ini merupakan momentum bagi seorang karyawan untuk

mempertanggungjawabkan tingkat kienrja yang telah dicapainya sepanjang

tahun. Tahapan ini sekaligus untuk menilai kinerja bawahannya menurut

criteria yang tegas dan terukur berdasarkan goals yang telah disepakati

bersama, dimana hasil penilaian tersebut nantinya akan digunakan sebagai

dasar dalam memberikan treatment terhadap karyawan. Untuk menciptakan

penilaian yang memiliki nilai edukatif, selayaknya proses dan hasil penilaian

(45)

Dengan demikian bawahan percaya bahwa pelaksanaan penilaian tersebut

memang sungguh dilakukan secara fair dan obyektif dan karyawan dapat juga

belajar dari kesuksesan ataupun kegagalan kinerjanya selama ini untuk

peningkatan atau perbaikan di masa mendatang.

Pada dasarnya kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat

individual karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda-beda dalam mengerjakan tugas pekerjaannya. Kinerja seorang bergantung pada

kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang diperoleh.

2.2.5.2. Beberapa Faktor Penyebab Biasnya Penilaian Kiner ja

Dalam memberi penilaian, penilai sering tidak berhasil untuk tidak

melibatkan emosionalnya. Sehingga penilaian menjadi bias. Menurut Handoko

(2001: 140) berbagai bias dalam penilaian kinerja yang umum terjadi adalah :

(1) Hallo effect, (2) Kesalahan kecenderungan terpusat, (3) Bias terlalu lunak, (4)

Prasangka pribadi dan (5) Pengaruh kesan terakhir.

Hallo effect, terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan

mempengaruhi pengukuran prestasi kerja. Masalah ini paling mudah terjadi bila

para penilai harus mengevaluasi teman sendiri.

Kesalahan kecenderungan terpusat, terjadi karena banyak penilai yang

tidak suka menilai para karyawan, sehingga penilaian prestasi kerja cenderung

dibuat rata-rata. Pada formulir penilaian distorsi ini menyebabkan penilai

menghindari penilaian-penilaian yang ekstrim dan menempatkan penilaian pada

(46)

Bias, terlalu lunak dan terlalu keras, kesalahan terlalu lunak disebabkan

oleh kecenderungan penilai untuk terlalu mudah memberikan nilai baik dalam

evaluasi prestasi kerja karyawan. Kesalahan terlalu berat disebabkan

kecenderungan penilai untuk terlalu ketat dalam memberikan nilai baik dalam

evaluasi prestasi kerja. Kedua kesalahan ini pada umumnya terjadi bila

standar-standar penilaian prestasi kerja tidak jelas.

Prasangka pribadi terjadi karena faktor-faktor yang membentuk prasangka

pribadi terhadap seseorang atau kelompok bisa mengubah penilaian. Sebab-sebab

prasangka pribadi yang dapat mempengaruhi penilaian mencakup antara lain :

Senioritas, Kesalahan agama dan Status sosial. Sedangkan pengaruh kesan

terakhir, terjadi bila menggunakan ukuran-ukuran prestasi kerja yang subyektif,

penilaian sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan karyawan yang paling akhir.

Kegiatan-kegiatan terakhir baik atau buruk cenderung lebih diingat oleh penilai.

2.2.6. Pengar uhKepuasan Ker ja Ter hadapKiner ja Kar yawan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, kepuasan akan

merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapainya. Demikian pula halnya

dalam bekerja, setiap orang akan selalu menginginkan keadaan sedapat mungkin

bisa memberikan kepuasan bagi dirinya. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian

besar waktu yang digunakan seseorang di luar waktu tidurnya, dihabiskan dalam

pekerjaannya. Oleh karenanya, wajar dan sangat beralasan bila kepuasan kerja ini

(47)

sesungguhnya, kepuasan kerja itu merupakan hak yang sudah sewajarnya diterima

atau dirasakan oleh setiap orang.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Robbins (1998:24) yang menyatakan

bahwa disadari atau tidak seseorang dalam bekerja akan selalu dipengaruhi oleh

perasaannya, yang perasaan ini dapat mempengaruhi sikap maupun tingkah

lakunya dalam bekerja. Dengan sendirinya ia akan dapat bekerja dengan lebih

bergairah dan lebih bersemangat, serta dapat mencurahkan segenap kemampuan

atau perhatiannya pada pekerjaan, sehingga secara tidak langsung kinerjanya juga

akan meningkat.

Dari uraian dan teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan

kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Puspita (JABM, 2007) menunjukkan bahwa

kepuasan kerja memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan Instalasi

farmasi RSUD Dr. Soebandi Jember.

2.2.7. Pengar uh Komitmen Or ganisasi Terhadap Kiner ja Kar yawan

Penelitian tentang pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja

karyawan dalam manajemen kualitas total (TQM) dilakukan oleh Bill Crech

(1995: 393) dalam bukunya “Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu”. Ada 3

variabel komitmen organisasi yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan yaitu :

1. Manfaat perbaikan produktivitas bagi karyawan

Wyatt Company menunjukkan 87 % anggota serikat pekerja tidak melihat

(48)

mereka kurang antusias bekerja lebih produktif adalah kurangnya insentif

kalau mereka bekerja lebih keras dari sebelumnya. Sebagian besar karyawan

tidak melihat manfaat bagi diri mereka sendiri dalam bentuk apapun kalau

produktivitas membaik. Karyawan percaya naiknya produktivitas hanya

berarti kerja lebih keras untuk gaji yang sama. Sikap negatif karyawan

menunjukkan komitmen organisasi masih rendah, karena perbaikan

produktivitas hanya dinikmati oleh sebagian kelompok orang (manajer) dalam

organisasi sedangkan karyawan tidak selalu demikian.

2. Menikmati sukses bersama-sama untuk memperkokoh komitmen

Survei Peat Marwick tahun 1990 menemukan 84 % perusahaan industri

menggunakan hubungan gaji dengan prestasi kerja untuk para manajer bukan

untuk karyawan. Tetapi pola pikir ini berubah, hasil penelitian compensation

planning survey national summary tahun 1991-1992 pada 3100 perusahaan

menunjukkan adanya “kebiasaan non tradisional” yaitu dengan membagi

keuntungan perusahaan kepada seluruh karyawan di setiap strata.

3. Mempersempit kesenjangan manajemen dan karyawan

Perbedaan penghargaan yang diberikan kepada manajer dan karyawan yang

terlalu tinggi menyebabkan terbentuknya “manajer mempunyai posisi”,

“karyawan memperoleh upah”, terhambatnya komunikasi antara atasan

(49)

Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja dapat dicapai dengan

kenaikan target produktivitas diikuti dengan kenaikan gaji secara adil, pembagian

keuntungan yang lebih adil tidak hanya memperbesar kompensasi manajer tetapi

juga kompensasi terhadap karyawan, keadilan kompensasi yang diberikan kepada

manajer dan karyawan dapat mempersempit kesenjangan antara keduanya.

Dari uraian dan teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen

organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini didukung oleh

hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (JABM, 2007) menunjukkan bahwa

komitmen organisasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan

(50)

2.3. Model Konseptual

Gambar 2.2

(51)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan

teori, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada

PT. Prima Alloy Steel Universal, Tbk Gedangan Sidoarjo.

2. Diduga komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

(52)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kepuasan Kerja (X1) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau

tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan

mereka. (Handoko, 1994 dalam Puspita, 2007; 213)

Menurut Puspita (2007; 218) bahwa indikator untuk mengukur Kepuasan

Kerja (X1) meliputi :

X1.1 Pengupahan merupakan sistem penggajian yang diterapkan oleh

perusahaan

X1.2 Hubungan dengan pihak lain merupakan hubungan antar sesame

karyawandan antara karyawan dengan karyawan

X1.3 Supervisi / pengawasan merupakan pengawasan dari atasan terhdap

karyawan dalam melakukan pekerjaan di perusahaan

X1.4 Iklim organisasi merupakan kondisi dan keadaan lingkungan

perusahaan

X1.5 Penghargaan dari pimpinan merupakan reward yang diberikan

perusahaan kepada karyawan yang berprestasi atau yang berjasa

(53)

X1.6 Rasa kekeluargaan adalah sistem kebersamaan yang diterapkan

oleh perusahaan

2. Komitmen Organisasi (X2) adalah suatu keadaan dimana karyawan memihak

organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara

keanggotaan dalam organisasi itu. (Robbins, 1998 dalam Puspita, 2007; 214).

Menurut Puspita (2007; 218) bahwa indikator untuk mengukur Komitmen

Organisasi (X2) meliputi :

X2.1 Kepercayaan terhadap nilai organisasi merupakan tingkat

keyakinan dan kepercayaan karyawa terhadap nilai-nilai dalam

perusahaan.

X2.2 Keinginan tetap menjadi anggota merupakan kemauan karyawan

untuk tetap menjadi bagian dari anggota dama perusahaan.

X2.3 Keinginan bekerja keras merupakan kemauan karyawan untuk

selalu bekerja menyelesaikan pekerjaannya dalam perusahaan.

X2.4 Rasa bangga merupakan perasaan kemauan karyawan untuk selalu

bekerja menyelesaikan pekerjaannya dalam perusahaan

X2.5 Kesempatan berafilisiasi merupakan kesempatan yang diberikan

perusahaan kepada karyawannya untuk mengembangkan karier.

3. Kinerja Karyawan (Y) adalah hasil proses penyelesaian suatu pekerjaan.

(Wahyuningsih, 2004 dalam Puspita, 2007; 214).

Menurut Puspita (2007; 218) bahwa indikator untuk mengukur Kinerja

(54)

Y1 Kualitas kerja merupakan kualitas dari hasil pekerjaan karyawan

yang sesuai dengan standar yang ditentukan perusahaan

Y2 Kuantitas kerja merupakan jumlah hasil kerja karyawan dalam

perusahaan.

Y3 Keterampilan dan pengetahuan kerja merupakan kemampuan dan

pengetahuan karyawan terhadap pekerjaan yang dihadapi dalam

perusahaan

Y4 Pendidikan dan kesempatan berprestasi merupakan pemberian

pendidikan atau training kepada karyawan serta adanya kesempatan

yang sama bagi karyawan untuk berprestasi dalam perusahaan

3.1.2. Pengukuran Var iabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik

pengukuran menggunakan Semantic Differential Scale. Analisis ini dilakukan

dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian

pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang

berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini

mengikuti pola sebagai berikut :

1 7

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Tanggapan konsumen dinyatakan dengan memberi skor pada kotak yang

tersedia di sebelahnya. Jawaban dengan nilai 1-4 berarti kecenderungan tidak

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi Realisasi Pencapain Target Tahun 2009
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Model Konseptual
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan strategi yang terletak pada step ketiga dalam proses managemen strategik, tidak terpisahkan dengan kegiatan step pertama dan kedua, yaitu pembentukan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana resiliensi dalam menghadapi tekanan yang dialami oleh ibu yang memiliki anak tunagrahita beserta faktor-faktor

Hadi Hartono, SpJP selaku Direktur rumah sakit Darmo, yang telah memberi kesempatan penulis melakukan penelitian pada pasien anak yang sedang dirawat di rumah

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran dinamika kognitif yang dialami pada kelompok vegan pada saat mengambil keputusan

Sehingga sistem ini dapat mempermudah dan mempercepat pengelolaan data-data yang ada di SMK Negeri 3 Klaten seperti data anggota, buku, anggota yang didenda

The proposed alternative program management of mangrove ecosystem in the north coastal area of Makassar is based on the damaged condition of the ecosystem and the indication of

Efektivitas Teknik Scaffolding Berdasarkan Gaya Belajar Visual Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 3 Kedungwaru1. Subjek dengan gaya

Kedua, r epresentasi pendidikan karakter yang ada dalam trilogi novel N5M meliputi (1) nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan di indonesia yang