• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo)."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

RIZATUL FAZRIYAH NPM : 0841010017

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Oleh :

RIZATUL FAZRIYAH NPM. 0841010017

Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 12 Desember 2012

(3)

RIZATUL FAZRIYAH

0841010017

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

DR. Lukman Arif, M.Si Tukiman, S.Sos, M.Si 196411021994031001 196103231989031001

Mengetahui,

DEKAN

Dra.Ec.Hj. Suparwati, Msi

NIP. 195507181983022001

(4)

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

“PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN

PERMUKIMAN DI KABUPATEN SIDOARJ O (Studi Kasus di Desa J anti Kecamatan

Waru kabupaten Sidoarjo)”.

Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum pada Program Studi

Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada Bapak Dr. Lukman Arif, MSi sebagai dosen pembimbing utama dan Bapak Tukiman,

S,Sos,M.Si sebagai dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan kepada penulis.

Disamping itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan

bekal dalam proses perkuliahan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Kedua orang tua ku beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang

selalu.

(5)

membantu penulis dalam penyusunan proposal ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis sangat menyadari masih ada

kekurangan-kekurangan, baik dari segi teknis maupun materiil penyusunannya. Oleh karena itu, penulis

senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik dari semua pihak yang

dapat menambah kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Surabaya, Desember 2012

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. KAJ IAN PUSTAKA ...10

2.1. Penelitian Terdahulu ...10

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Peranan ... 12

2.2.2. Peran pemerintah dalam mewujudkan lingkungan yang bersih ...13

2.2.3. Permukiman ... 15

2.2.4. Birokrasi ... 16

2.2.4.1. Pengertian Birokrasi ... 16

(7)

2.2.4.3. Peranan Birokrasi ... 18

2.2.5. Pembinaan ... 22

2.2.6. Koordinasi ... 24

2.2.7. Pemberdayaan masyarakat ...27

2.3. Kerangka Berpikir ...31

BAB III. METODE PENELITIAN... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Fokus Penelitian ...34

3.3. Lokasi Penelitian ... 36

3.4. Sumber Data ... 36

3.5. Jenis Data ... 37

3.6. Pengumpulan Data ... 38

3.7. Analisis Data ... 40

3.8. Keabsahan Data ... 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47

4.1. Gambaran umum Dinas Kebersihan dan Pertamanan Sidoarjo...47

4.1.1. Keadaan Geografis ...49

4.1.2. Struktur Organisasi ...49

4.1.3. Visi Misi DKP kab.Sidoarjo ...51

4.1.4. Tujuan DKP kab.Sidoarjo...51

4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi DKP kab.Sidoarjo...52

4.1.6. Komposisi pegawai DKP kab.Sidoarjo...63

(8)

4.2.1. Peran DKP dalam memberdayakan TPS yang ada...68

4.2.2. Peran DKP dalam memfasilitasi permasalahana kebersihan.76 4.2.3. Peran DKP dalam membina usaha kebersihan yang di lakukan masyarakat ...81

4.3. Pembahasan ...86

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...93

5.1. Kesimpulan ...93

5.2. Saran ...95

(9)

RIZATUL FAZRIYAH, PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN

PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN PERMUKIMAN DI

KABUPATEN SIDOARJ O (Studi Kasus di Desa J anti Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo)

Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah kondisi lingkungan perkotaan dan perilaku masyarakatnya kurang memenuhi ketentuan kesehatan, seperti munculnya daerah kumuh, keterbatasan ketersediaan air bersih dan air tanah, pencemaran lingkungan, penataan sanitasi kota yang buruk, daerah rawan banjir, meningkatnya populasi vektor penyakit, masalah penanganan sampah. Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2012 jumlah sampah perhari yang

harus ditangani sebanyak 3900 M3/hari sementara kemampuan angkut perhari

yang bisa ditangani Dinas Kebersihan dan Pertamanan hanya 488 M3/hari.

Kondisi demikian jelas menjadi persoalan yang besar karena dapat berdampak pada timbulnya masalah lain seperti timbulnya gangguan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam menjaga kebersihan permukiman di Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Fokus dalam penelitian ini mengacu pada Peraturan Daerah No.52 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kab. Sidoarjo, yang terdiri dari Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pemberdayaan tempat pembuangan sementara (TPS) yang ada, Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam memfasilitasi permasalahan kebersihan, dan Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam membina usaha kebersihan yang dilakukan masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Di desa Janti terdapat satu TPS yang keberdaannya mendapat protes warga.pembuangan yang dilakukan pada hari selasa,kamis,sabtu diharapkan ada penambahan jadwal hari senin. 2) Dinas Kebersihan dan Pertamanan sudah berperan dalam memfasilitasi permasalahan kebersihan yaitu sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas untuk kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan sampah. 3) Dinas Kebersihan dan Pertamanan sudah berperan dalam membina usaha kebersihan yang dilakukan masyarakat yaitu dengan memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat untuk bisa memilah sampah yang tujuanya untuk mewujudkan kebersihan lingkungan.

(10)

1.1. Latar Belakang

Permasalahan kota semakin meningkat seiring dengan akibat dari dampak

mobilitas penduduk dan urbanisasi yang meningkat. Akibat dari situasi tersebut,

kondisi lingkungan perkotaan dan perilaku masyarakatnya kurang memenuhi

ketentuan kesehatan, seperti munculnya daerah kumuh, keterbatasan ketersediaan

air bersih dan air tanah, pencemaran lingkungan, penataan sanitasi kota yang

buruk, daerah rawan banjir, meningkatnya populasi vektor penyakit, masalah

penanganan sampah.

Berdasarkan Undang – Undang No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah. Maka peran serta pemerintah sangat penting, disamping peran serta dari

komponen masyarakat. Sehubungan keterbatasan aparat pemerintah (Dinas

Kebersihan dan Pertamanan) dibandingkan dengan besaran sampah yang

ditanganinya maka pemerintah melibatkan peran serta pelaku usaha dalam

melaksanakan pengelolaan sampah. Pelaku usaha menyediakan sarana dan

prasarana pengelolaan sampah serta mengelolah sampah sesuai dengan kertentuan

berlaku.

Tanpa pengelolaan yang semestinya, kegiatan di kota besar seperti Sidoarjo

memang cenderung menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan lingkungan,

antara lain semakin berkurangnya kebersihan lingkungan dalam jangka panjang

(11)

menganggap masalah kebersihan bukan tanggung jawab mereka, melainkan para

petugas kebersihan. Sebagai daerah tujuan migran, komposisi penduduk Tahun

2010 masih didominasi kelompok usia pekerja (15-64 tahun), dimana

komposisinya mencapai 70,6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Sidoarjo

terdapat cukup banyak sumber daya manusia usia produktif, yang siap dan cukup

potensial dalam mendukung pembangunan, tentu saja jika memiliki kualitas yang

memadai seperti : pendidikan maupun ketrampilan. Hasil SP2010 mencatat bahwa

dari total penduduk Kabupaten Sidoarjo sebesar 1,95 juta jiwa yang tersebar di 18

kecamatan, sebagian besar terkonsentrasi di wilayah utara yang berbatasan dengan

Surabaya dan di Sidoarjo bagian tengah. Di wilayah utara, Kecamatan Waru dan

Taman masih tercatat berpenduduk tertinggi dengan jumlah masing- masing

231.298 jiwa dan 212.857 jiwa. Wilayah bagian tengah, terdiri dari Kecamatan

Sidoarjo, Candi, Krian, Sukodono, Sedati, Gedangan dan Buduran. Sedangkan

kecamatan lain yang berada di bagian barat/ selatan, rata-rata berpenduduk lebih

sedikit, seperti Kec. Balongbendo, Tarik, Prambon, Krembung, Jabon dan

Wonoayu.

Dilihat dari pertumbuhan penduduknya, nampak bahwa kecamatan yang

berbatasan dengan Surabaya, sudah mengalami titik jenuh. Jika 20-10 tahun yang

lalu, Kec. Waru, Taman, Gedangan selalu masuk dalam kategori pertumbuhan

tertinggi, kini peranannya sudah digeser oleh kecamatan di bagian tengah, seperti :

Kec. Sukodono, Candi, dan Buduran. Hasil SP2010 mencatat bahwa 3 kecamatan

(12)

Kualitas lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan

manusia sehingga memerlukan penanganan yang serius dan memerlukan

komitmen semua pihak. Untuk kebersihan permukiman ditangani oleh Dinas

Kebersihan dan Pertamanan berdasarkan peraturan daerah Sidoarjo Nomor 52

Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kebersihan dan

Pertamanan bidang operasional kebersihan.

Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan sangat penting dalam mengatasi

berbagai permasalahan mengenai pengelolaan kebersihan. Apalagi dengan

diberlakukannya Otonomi Daerah, maka dalam pelaksanaan prinsip otonomi yang

nyata, dinamis dan bertanggung jawab dititik beratkan pada pemerintahan Kota /

Kabupaten sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan sistem desentralisasi.

Sebagai frekuensinya, maka urusan Pemerintahan akan lebih banyak diserahkan

kepada Pemerintah Kota / Kabupaten.

Untuk mewujudkan suatu lingkungan yang bersih, maka tidak akan

terlepas kaitannya dengan masalah sampah yang dari hari ke hari semakin

menumpuk. Makin menumpuknya volume sampah tersebut karena adanya

pertambahan penduduk yang semakin meningkat biasanya dibarengi dengan

meningkatnya pembangunan pemukiman. Perkembangan pemukiman kadang –

kadang tidak dilengkapi dengan sarana pembuangan sampah sementara

dikarenakan keterbatasan lahan atau ketidaksadaran masyarakat dalam membuat

sarana bak sampah dan juga banyak masyarakat yang kurang menerima

(13)

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap

aktifitas pasti akan menghasilkan sampah, semakin bertambahnya penduduk

Sidoarjo otomatis menimbulkan banyak juga sampah yang dihasilkan dari

aktifitas – aktifitas penduduk Sidoarjo. Jumlah atau volume sampah sebanding

dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan

sehari – hari. Pengelolaan sampah yang ada saat ini hanya terbatas pada

pengelolaan sampah secara konvensional yaitu hanya diangkut dari tempat

penghasil sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan kemudian hanya

dibuang begitu saja ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa dilakukan

pengolahan terlebih dahulu. Jumlah sampah yang dihasilkan kabupaten Sidoarjo

saat ini adalah sekitar 3900 M 3 /hari dan data yang masuk TPA hanya 488 M 3

/hari, itu berarti pembuangan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Sidoarjo masih belum optimal. Peran serta masyakat dalam hal ini sangat

dibutuhkan guna menjaga kebersihan permukiman masyarakat yang kurang

memahami lingkungan banyak yang menyemarinya dengan sampah.Pemukiman

diwilayah Sidoarjo pada musim penghujan banyak genangan – genangan air yang

disebabkan oleh saluran air yang tidak lancar. Penyebab dari tersumbatnya saluran

air dikarenakan dari masyarakat yang membuang sampah di selokan, sungai, dan

tempat umum lainnya.

Dampak dari kekurangan sadaran masyarakat bukan semata – mata

menjadi tanggungan masyarakat secara sepenuhnya. Tetapi peran Dinas

Kebersihan dan Pertamanan yang harus lebih proaktif lagi, untuk itu dinas harus

(14)

langkah – langkah berdasarkan sumber sampah. Selain itu diperlukan koordinasi

dengan instansi terkait dan juga lembaga masyarakat.

Peran instansi pemerintah dalam menjaga kebersihan sangat diperlukan

karena itu diperlukan koordinasi pemerintah dengan masyarakat ataupun instansi

terkait dalam memaksimalkan kebersihan, ini merupakan langkah yang harus

diselesaikan. Dalam membuat koordinasi terlebih dahulu harus menyiapkan

materi apa yang harus dikoordinasikan dan pihak – pihak yang akan di ajak

berkoordinasi.

Untuk menyadarkan masyarakat dalam pengolahan sampah maka di

perlukan pembinaan dan memberikan fasilitas sarana pembuangan sampah.

Pembinaan itu bisa berupa kesadaran membuang sampah dan yang lebih baik lagi

adalah memproses sampah ke arah yang lebih bermanfaat.

Selain itu juga diperlukan adanya pengawasan, terhadap aktifitas

masyarakat dalam kegiatan pembuangan sampah. Agar masyarakat tidak lagi

membuang sampah secara sembarangan. Pengawasan yang lebih pada petugas

kebersihan agar benar - benar melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat

menciptakan lingkungan yang bersih.

Menurut Siagian (2003 : 112) yang menyatakan bahwa pengawasan

merupakan proses pengamatan dari keseluruhan kegiatan organisasi guna lebih

menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan sebelumnya.

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, khususnya Dinas kebersihan dan

(15)

meningkatkan kebersihan khususnya masalah sampah. Dengan melakukan

pembinaan dan pengawasan yang lebih optimal dalam pengelolaan kebersihan.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo mulai kewalahan mengolah seluruh sampah yang dihasilkan warga setempat. Total sampah yang dihasilkan limbah rumah tangga setiap hari mencapai 3.600 meter kubik. Jumlah sampah yang dihasilkan belum termasuk sampah di pasar dan industri yang tersebar di Sidoarjo. "Kami tak sanggup mengolah tanpa petan serta warga," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Sigit Setiawan, Senin (14/12). Selama ini, sampah yang ditampung di tempat penampungan sementara diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tanpa pengelolaan sampah yang terintegrasi, sampah ditumpuk dan ditimbun dengan tanah. Akibatnya, selain mengeluarkan bau busuk juga mengancam kelestarian lingkungan terutama sumber mata air di wilayah setempat.(sumber. Tempo Interaktif , 14 Desember

2011)

Mendasarkan pada informasi dan data diatas menunjukkan bahwa

penanganan sampah oleh pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan belum optimal

karena banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat Sidoarjo. Jika

persoalan tersebut tidak segera diselesaikan maka bukan tidak mungkin semakin

menumpuknya sampah di TPA tersebut akan menimbulkan masalah baru.

Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2012 jumlah sampah

perhari yang harus ditangani sebanyak 3900 M3/hari sementara kemampuan

angkut perhari yang bisa ditangani Dinas Kebersihan dan Pertamanan hanya 488

M3/hari.

Secara rinci sumber dan jumlah sampah perhari di Kabupaten Sidoarjo

(16)

Tabel 1.1

J umlah Sampah Berdasar kan Volume Sampah

No Sumber Sampah

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo, 2012

Dari data diatas, menunjukkan bahwa kemampuan Dinas Kebersihan dan

Pertamanan dalam mengatasi sampah yang hanya 488 M3/hari dari 3900 M3/hari

berarti ada sisa sampah yang belum tertangani sebanyak 3412 M3/hari. Kondisi

demikian jelas persoalan tidak tertanganinya sampah ini dapat berdampak

timbulnya masalah lain seperti timbulnya gangguan kesehatan masyarakat, lebih –

lebih dari data diatas sumber sampah yang paling banyak dari pemukiman sebesar

3600 M3/hari dari total sampah yang dihasilkan perhari sebesar 3900 M3/hari, atau

(17)

Dengan latar belakang seperti yang telah dijelaskan diatas dalam

penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul “ PERAN DINAS

KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN

PERMUKIMAN DI PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di

Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo)”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan yaitu “Bagaimana peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan

dalam menjaga kebersihan permukiman di Desa Janti, Kecamatan Waru,

Kabupaten Sidoarjo?”

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan, dan tujuan yang ingin dicapai

oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Dinas

Kebersihan dan Pertamanan dalam menjaga kebersihan permukiman di Desa

Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai peran Dinas

Kebersihan dan Pertamanan dalam mengelola sampah di Desa Janti,

(18)

2. Bagi Instansi

Memberikan gambaran mengenai peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan

dalam mengelola sampah di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten

Sidoarjo.

3. Bagi Universitas

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan informasi dalam melengkapi

pembendaharaan perpustakaan serta pengembangan ilmu pengetahuan

terutama Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

(19)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah ada dan dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai bahan pengkajian dan masukan yang berkaitan dengan

penelitian ini adalah :

1. Namirudin Algadri (2008), mahasiswa Jurusan Administrasi negara, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” jawa Timur, dengan judul

“Pelaksanaan Tugas Dinas kebersihan dan Pertamanan Dalam Penanganan

kebersihan dan Pengoptimalisasikan Fungsi Pedestrian (Studi Kasus pada

pedestrian Jalan Urip sumoharjo). Jenis penelitian ini merupakan penelitian

Deskriptif Kualitatif. Dengan fokus penelitian pelaksanakan pengumpulan

dan pembersihan sampah pada jalan umum/pedestrian.

Hasil penelitian ini adalah dalam penanganan pengendalian kebersihan kota

Surabaya terutama pada jalan umum/ pedestrian Jalan Urip Sumoharjo, Dinas

kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya melibatkan pihak-pihak swasta

yang berkaitan. Dalam pelaksanakan pengumpulan dan pembersihan sampah

khususnya penyapuan selain dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Surabaya juga dibantu oleh pihak swasta yaitu CV, Ditnis.

2. Irma Dwiyanti (2009) Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur, dengan judul

(20)

Babat Jerawat Kecamatan Pangkal”. Jenis Penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomologis. Dengan fokus penelitian

partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan dalam bentuk

sumbangan tenaga kerja kebersihan.

Hasil dari penelitian ini adalah banyak warga masyarakat yang terlibat dalam

mewujudkan lingkungan bersih, tetapi tidak dipungkiri juga bahwa masih ada

masyarakat yang protes dan tidak sadar lingkungan.

3. Warah atika, SH, M.Hum. dalam penelitiannya yang berjudul Menuju

Paradigma Baru Pengelolaan Sampah Sesuai Undang-undang Nomor 18

Tahun 2008 Tentang Sampah. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini

adalah pengelolaan persampahan belum sepenuhnya mengacu pada UU

No.18 Tahun 2008 serta sulitnya mendapatkan lahan TPA, khususnya di kota

– kota besar, sehingga tidak jarang TPA milik kota berada di wilayah

kabupaten atau bahkan berada di kota lain. Pencemaran lingkungan di sekitar

TPA juga sering terjadi karena metode pembuangan yang dilakukan sebagian

besar adalah open dumping. Sebagian masayarakat juga menganggap bahwa

pengelolaan sampah bukan menjadi tanggung jawab mereka, tetapi tanggung

jawab pemerintah (Dinas kebersihan dan Pertamanan). Itulah yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Kesimpulan yang diperoleh dari kesimpulan ini adalah keterbatasan lahan

untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dan sistem pengelolaan TPA

(21)

menerapkan sistem pengelolaan sampah open dumping menjadi masalah

tersendiri dalam pengelolaan sampah. Paradigama lama pengelolaan sampah

yang digunakan masih berkonsep kumpul, diangkut dan dibuang. Terkait

dengan hal tersebut, terbitlah Undang –undang Nomor 18 tahun 2008 tentang

sampah, yang bermaksud mengubah sistem pengolahan sampah yang saat ini

masih konvensional dengan membuat terobosan baru untuk memperlakukan

sampah.

Berdasarkan penelitian – penelitian terdahulu, maka dapat diketahui

bahwa penelitian yang dilakukan ini mempunyai perbedaan dan persamaan, yaitu

letak lokasi penelitian yang berbeda dan juga penelitian yang dilakukan adalah

pengelolaan sampah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Penelitian

ini menggunakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif

sehingga penelitian ini bukanlah sebuah replikasi.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Peranan

Menurut Soekanto (2002:243), peranan merupakan aspek dinamis dari

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai

dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.

Menurut Basrowi (2006:63), peranan merupakan perilaku seseorang

tersebut dapat meramalkan perbuatan – perbuatan orang lain dalam batas – batas

tertentu sehingga orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilakunya

(22)

Menurut Levinson dalam Basrowi (2005:64), mengemukakan pengertian

peranan mencakup 3 hal yaitu :

1. Peranan meliputi norma – norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan – peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah konsep apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat. Merupakan perilaku atau tindakan yang penting

bagi struktur masyarakat dan dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan,

organisasi dilingkungan masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah

dikenal oleh masyarakat.

2.2.2. Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Lingkungan Yang Bersih

Suatu Pemerintahan bagi bangsa dan negara memang diperlukan untuk

mengurangi timbulnya konflik yang serius dalam masyarakat. Dalam

mewujudkan lingkungan yang bersih, pemerintah memiliki kewenangan dalam

mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan hal tersebut. Dalam hal ini

memberikan pengarahan, bimbingan, petunjuk dan pengaturan sekaligus juga

pengawasan menuju suatu kondisi lingkungan yang memenuhi ketentuan dan

(23)

Peran Pemerintah dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dapat

meliputi beberapa aspek (Salim,1988 45- 48), yaitu antara lain :

a. Aspek Yuridis, adalah yang berkaitan dengan langkah – langkah yang diambil

oleh pemerintah dalam bentuk keputusan, ketentuan mengikat, yang berupa

peraturan perundang – undangan yang menyangkut dalam menciptakan dan

menunjang kebersihan. Aspek Yuridis dapat berupa :

1. Peraturan Daerah, yang mempunyai kekuatan hukum dan mengikat

masyarakat di daerah, karena dibuat oleh Kepala Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

2. Keputusan Kepala Daerah, merupakan suatu kekuatan hukum yang

dibuat oleh pemerintah untuk dapat merealisasikan peraturan daerah

yang telah dibuat.

b. Aspek Organisatoris, adalah dalam hal pembentukan unit organisasi

pemerintah yang menangani dan mengurusi pengelolaan sampah. Pada

hakekatnya mewujudkan kebersihan merupakan mekanisme organisme dan

menajemen yang rapi dan teratur pada semua hirarki pemerintah. Dengan

menggunakan prinsip – prinsip perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengawasan, maka proses ini akan membawa hasil yang lebih baik.

Untuk dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sangat diharapkan

adanya suatu kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Peran

pemerintah dalam pengelolaan sampah lebih pada peran teknisnya. Selanjutnya

peran teknis yang dilakukan oleh pemerintah ini harus didukung peran aktif

(24)

2.2.3. Per mukiman

2.2.3.1. Pengertian Per mukiman

Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan

dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.

Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan

segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman.

Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika

pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku.

Menurut UU Nomor 4 Tahun 1992 dalam Sastra (2006: 36) pemukiman

mengandung pengertian sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Menurut Sastra dan Marlina (2006: 37) Pemukiman juga dapat

diimplementasikan sebagai suatu tempat bermukim manusia yang menunjukkan

suatu tujuan tertentu dan memberikan kenyamanan kepada penghuninya

(termasuk orang yang datang ke tempat tersebut). Pemukiman mempunyai makna

yang lebih menunjuk kepada obyek, yang dalam hal ini hanya merupakan unit

tempat tinggal (hunian).

Dari pendapat di atas maka penulis menyimpulkan pemukiman adalah

sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang

(25)

2.2.4. Konsep Birokr asi

2.2.4.1.Pengertian Birokr asi

Pengertian birokrasi menurut Kristiadi dalam Pasolong (2008: 67),

mengatakan bahwa birokrasi adalah merupakan struktur organisasi di sektor

pemerintahan, yang memiliki ruang lingkup tugas-tugas sangat luas serta

memerlukan organisasi besar dengan sumber daya manusia yang besar pula

jumlahnya.

Menurut Kartasapoetra (1994: 2), mengatakan birokrasi adalah

pelaksanaan perintah-perintah secara organisatoris yang harus dilaksanakan

sedemikian rupa dan secara sepenuhnya pada pelaksanaan pemerintahan melalui

instansi-instansi atau kantor-kantor.

Menurut Weber dalam Said (2007: 2) menyebutkan birokrasi adalah

sistem administrasi rutin yang dilakukan dengan keseragaman, diselenggarakan

dengan cara-cara tertentu, didasarkan aturan tertulis, oleh orang-orang yang

berkompeten di bidangnya.

Menurut Rourke dalam Said (2007: 2) menyebutkan birokrasi adalah

sistem administrasi dan pelaksanaan tugas keseharian yang terstruktur , dalam

sistem hirarchi yang jelas, dilakukan dengan aturan tertulis (written pocedures),

dilakukan oleh bagian tertentu yang terpisah dengan bagian lainnya, oleh

(26)

Dari definisi-definisi birokrasi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

birokrasi adalah tata kerja pemerintahan agar tujuan negara bisa tercapai secara

efektif dan efesien dikarenakan birokrasi ada untuk mencapai tujuan bersama.

2.2.4.2. Ciri-Cir i Birokr asi

Menurut Weber dalam Pasolong (2008 : 72) menyebutkan ada 7 konsep

birokrasi yang ideal antara lain, sebagai berikut :

1. Spesialisasi pekerjaan, yaitu semua pekerjaan dilakukan dalam

kesederhanaan, rutinitas, dan mendefenisikan tugas dengan baik.

2. Hirarki kewenangan yang jelas yaitu sebuah struktur multi tingkat yang

formal, dengan posisi hirarki atau jabatan, yang memastikan bahwa setiap

jabatan yang lebih rendah berada di bawah sepervisi dan kontrol dari yang

lebih tinggi.

3. Formalisasi yang tinggi, yaitu semua anggota organisasi diseleksi dalam basis

kualifikasi yang didemonstrasikan dengan pelatihan, pendidikan atau latihan

formal.

4. Pengambilan keputusan mengenai penempatan pegawai yang didasarkan atas

kemampuan, yaitu keputusan tentang seleksi promosi didasarkan atas

kualifikasi teknis, kemampuan dan prestasi para calon.

5. Bersifat tidak pribadi (Impersonalitas), yaitu sanksi-sanksi diterapkan secara

seragam dan tanpa perasaan pribadi untuk menghindari keterlibatan dengan

(27)

6. Jejak karier bagi para pegawai, yaitu para pegawai diharapkan mengejar

karier dalam organisasi. Sebagai imbalan atas komitmen terhadap karier

tersebut, para pegawai mempunyai masa jabatan artinya mereka akan

dipertahankan meskipun mereka ” kehabisan tenaga ” atau jika

kepandaiannya tidak terpakai lagi.

7. Kehidupan organisasi yang dipisahkan dengan jelas dari kehidupan pribadi,

yaitu pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan dan

kepentingan pribadinya termasuk keluarganya.

Ada beberapa ciri-ciri birokrasi dari perilaku birokrat yang akhir-akhir ini

menjadi patologi ( penyakit ) dalam pemerintahan diantaranya sebagai berikut :

1. Budaya feodalistik masih terasa.

2. Kebiasaan menunggu petunjuk.

3. Loyalitas kepada atasan bukan kepada tugas organisasi.

4. Belum berorientasi pada prestasi.

5. Keinginan untuk melayani masih rendah.

6. Belum ditopang teknologi secara menyeluruh.

7. Budaya ekonomi biaya tinggi.

8. Jumlah pegawai negeri relatif banyak tetapi kurang bermutu dan asal

jadi.

2.2.4.4. Peranan Birokr asi

Peranan merupakan serangkain perilaku yang diharapkan dilakukan oleh

(28)

tepatnya keselarasan atau integritas antara tujuan dan misi organisasi. ( Thoha

dalam Tangkilisan 2005 : 266 ).

Tata kerja pemerintahan agar tujuan negara bisa tercapai secara efektif dan

efesien. Sebagai suatu cara atau metode,maka sikap kita terhadap birokrasi

haruslah objektif, terbuka terhadap inovasi sesuai dengan kebutuhan konteks

ruang dan waktunya. Sebagai sebuah cara atau metode pengorganisasian kerja,

birokrasi tidak boleh menjadi tujuan dalam dirinya sendiri. Birokrasi ada untuk

mencapai tujuan bersama.

2.2.4.5.Kelemahan Birokr asi

Menurut Peter M. Blau (2000 : 4) birokrasi adalah tipe organisasi yang

dirancang untuk menyelesaikan tugas – tugas administratif dalam skala besar

dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis.

Dari sini kita bisa menyimpulkan birokrasi merupakan alat untuk

mempermudah jalannya penerapan kebijakan pemerintah dalam upaya melayani

masyarakat.

Menurut Moeljarto ( 2011:30) dalam buku Birokrasi di negara Birokratis

mengungkapkan Hegelian Bureaucracy memberikan tempat positif bahwa

birokrasi sebagai institusi yang menjembatani civil society dengan the state.

Sebaliknya Karl Marx menempatkan birokrasi secara berlawanan, birokrasi

sebagai state administration, melainkan peranan sebagai penindas dari kelas

kapitalis. Karena itu peran birokrasi bukan sebagai katalis, namun sebagai

parasitik dan misinya mempertahankan status quo hubungan sosial yang

(29)

2.2.4.6.Str uktur or ganisasi Birokr asi

Birokrasi ada untuk mengerjakan tugas rutin pemerintahan dalam rangka

untuk mencapai tujuan hidup bersama sebuah bangsa dan negara. Karena tujuan

yang hendak dicapai itu begitu luas dan besar. Maka proses pembangunan yang

harus dijalanipun juga luas.

Ricard Dickinson Jr berpendapat bahwa pembangunan lebih memusatkan

diri pada kelompok orang pada srtuktur masyarakat daripada

peroreangan.perubahan sosial yang terarah memerlukan pimpinan yang cerdas dan

perubahan sosial yang dipimpin menurut tindakan strategis yang dilakukan

bersama secara teratur.

Organisasi merupakan unsur dari birokrasi karena untuk bisa

menyelenggarakan pekerjaan yang luas dan besar dari pemerintah, dibutuhkan

kerjasama dalam bentuk pembagian tugas antar manusia yang mengerjakannya.

Tugas pengorganisasian, maka birokrasi tak akan bisa mewujudkan apa yang

menjadi tugasnya, yaitu sebagai instrumen bagi pencapaian tujuan bangsa dan

negara.

Pembagian peran dan kerja dalam sebuah organisasi birokrasi sendiri

didasarkan pada spesialisai menurut pelaksanaan tugas birokrasi tersebut. Bintoro

Tjokroamidjojo menjelaskan empat kelompok spesialisasi yaitu spesialisasi

menurut tujuan, hal ini berarti satu pembagian kerja menurut bagian tugas dari

(30)

2.2.4.7. Fasilitas Pendukung Birokr assi

Fasilitas ini dibutuhkan dalam rangka agar personel pelaksana bisa

menjalankan tugas kerjanya secara optimal. Fasilitas pendukung dibagi menjadi

tiga bagian :

a. Fasilitas pendukung operasional kerja : seperti gedung kantor, kendaraan

dinas,dan sebagainya. Fasilitas ini adalah fasilitass berupa barang untuk

mendukung operasional kerja sehari – hari dari aparatur birokrasi.

b. Fasilitas pendukung insentif kerja : seperti gaji, tunjangan dan sebagainya.

Fasilitas ini adalah fasilitas pendukung yang mendukung semangat dan

loyalitas kerja dari aparatur birokrasi.

c. Fasilitas pendukung administrasi kerja: seperti sistem akuntansi, sistem

pengawasan, sistem pelaporan dan sebagainya. Fasilitas ini adalah fasilitas

berupa sistem yang bisa menjadi alat ukur dan alat kontrrol objektif yang bisa

membantu aparatur birokrasi untuk menilai dan mengawasi kerja dan

kinerjanya secara keseluruhan sebagai aparatur birokrasi.

2.2.4.8. Peran Birokr at dalam organisasi publik

Peran birokratdalam konteks ini tidak hanya dimaksudkan pada jenis

birokrat pelaksana yang oleh Lipsky (1980) disebut sebagai birokrat garda depan.

Tetapi birokrat yang berada di garis depan ini juga memiliki ruang diskresi yang

digunakan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Setidaknya hal ini

mendasarkan pada pandangan wilson menganggap para pelaksana sebagai pihak

(31)

Pandangan peran Birokrat menurut Bums merupakan pengembangan atas

peran birokrat dalam model birokrasi klasik. Peran utama administrator

pemerintah menurut model birokrasi klasik adalah melaksanakan pekerjaan, dan

karena itu, tidaklah memutuskan apa yang harus dikerjakan.

Pendekatan birokrasi klasik yang tidak lepas dari pemikiran wilson telah

membagi pemerintahan ke dalam 2 (dua) lingkungan terpisah, yaitu politik dan

administrasi. Hal ini memberikan makna bahwa peran birokrat dibatasi mereka

bukan sebagai pengambil kebijakan tetapi sebaliknya mereka tidak lebih dari

sekedar hanya melaksakan kebijakan.

Teori dikotomipolitik administrasi yang dikemukakan oleh wilson dan

Goodnow diatas telah diperkuat oleh Gerakan Manajemen Ilmiah yang dipelopori

Frederich Winslow Taylor. Salah satu tujuan pokok dari Manajemen Ilmiah ialah

bahwa selalu ada satu cara terbaik untuk mencapai suatu tujuan. Selaras dengan

itu, maka sekali tujuan dari urusan ekonomi telah dirumuskan, manajemennya

haruslah diberikan tanggung jawab penuh serta otonomi untuk mencapai tujuan

tersebut menurut cara paling efisien dengan menerapkan metode ilmiah guna

memecahkan masalah tertentu (Abdul Wahab, 1990).

2.2.5. Pengertian Pembinaan

Dalam Kamus Besar Indonesia pembinaan (2000: 152), adalah usaha

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk

(32)

Menurut Nawawi (1992 :47), yaitu bahwa pembinaa dilakukan dengan

memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

kecakapan, keahlian, pembinaan disiplin dan lain – lain.

Menurut Thoha (2003:83) menjelaskan pengertian pembinaan adalah suatu

tindakan, proses, hasil atas penyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini

menunjukkan adanya kemajuan peningkatan pertumbuhan evaluasi atas berbagai

kemungkinan berkembang.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan

adalah proses kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan mengembangkan atau

meningkatkan kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah, teratur

dalam rangka meningkatkan kualitas. Adapun pembinaan tersebut pada dasarnya

akan memperoleh manfaaat yang besar bagi individu maupun organisasional.

Dari uraian di atas dikatakan bahwa pada hakekatnya pembinaan

merupakan suatu hal yang positif dari serangkaian prosedur yang membuat

progam pembaharuan secara menyeluruh baik personal maupun organisasi,

sehingga dari pembinaan tersebut akan mendapatkan suatu individu yang mandiri

dan bertanggung jawab.

2.2.5.7. Manfaat Pembinaan

Menurut Burhanudin (1993: 148) yang mengatakan bahwa beberapa

manfaat pembinaan antara lain :

(33)

2. Sebagai wahana untuk memotifasiagar mengembangkan bakat dan

kemampuan.

3. Memberikan kepastian hari depan.

4. Sebagai usaha untuk memdukung organisasi dalam rangka memperoleh

tenaga – tenaga yang cakap dan terampil dalam melaksanakan program.

2.2.6. Koordinasi

2.2.6.1. Pengertian Koordinasi

Menurut Drs. Sukarno K.(1985 : 131), dalam bukunya “ dasar

manajemen” memberikan pengertian koordinasi adalah usaha/kegiatan tiap

pejabat pimpinan dalam setiap tingkatan hirarki untuk menghimpun material (

bahan – bahan), metode, mesin serta sumber lainnya yang ada dalam organisasi,

demi tercapainya tujuan dari pada organisasi itu.

Dari definisi yang diberikan oleh Drs. Sukarno K dapat diambil

kesimpulan bahwa koordinasi mengandung arti adanya usaha – usaha untuk

menghimpun/menjuruskan kegiatan orang – orang, uang, material demi

tercapainya tujuan dari pada organisasi itu. Juga pengertian sinkronisasi sudah

terdapat dalam pengertian koordinasi tersebut yang terbukti dari kalimat adanya

usaha – usaha, uang, material, metode, mesin serta sumber lainnya yang ada pada

organisasi demi tercapainya tujuan organisasi. Dengan adanya usaha untuk

menghimpun/ mengarahkan tools of management (OM) untuk mencapai tujuan

artinya pengarahan penjurusan tersebut sudah tentu dalam arti tindakan tersebut

(34)

2.2.6.2.Tipe – tipe Koordinasi

Beberapa tipe koordinasi menurut Khairudin (2000 : 24) adalah sebagai

berikut :

1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan

oleh atasan erhadap kegiatan unit – unit, kesatuan kerja yang ada dibawah

wewenang dan tanggung jawabnya. Atasan mengkoordinasikan semua aparat

yang ada dibawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal

ini mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat

yang sulit diatur.

2. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan atau kegiatan

penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan dalam tingkat

organisasi yang setingkat. Koordinasi ini dibagi atas Interdisciplinary adalah

suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan –

tindakan mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan

unit yang lain secara intern maupun secara ekstern pada unit yang sama

tugasnya.

2.2.6.3. Sifat – Sifat Koordinasi

Menurut Khairudin (2000-48) ada beberapa sifat koordinasi diantaranya

adalah :

(35)

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator

dalam rangka mencapai tujuan.

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas kooordinasi adalah asas skala artinya koordinasi dilakukan menurut

jenjang kekeuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang yang

berbeda – beda satu sama lain. Tegasnya asas hirarki ini bahwa setiap atasan/

koordinator harus mengkoordinassi bawahannya langsung.

2.2.6.4. Tujuan Koordinasi

Menurut Khairudin (2000-49) ada beberapa tujuan dari koordinasi

diantaranya adalah :

1. untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran kearah

tercapainya sasaran perusahaan.

2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialisasi ke arah sasaran perusahaan

3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan

4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran

5. Untuk menginterpresentasikan tindakan dan pemanfaatan kearah sasaran

organisasi atau perusahaan

6. Untuk menghindari tindakan overkapping dari sasaran perusahaan

2.2.6.5. Cara – Cara Mengadakan Koordinasi

Beberapa cara mengadakan koordinasi menurut Khairudin (2000:52)

(36)

1. Membagi keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai

pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan – tindakan yang tepat harus

diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik.

2. Mengusahakan pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh

anggota, tidak menurut masing- masing individu anggota dengan tujuan

sendiri- sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama.

3. Mendorong para anggota bertukar pikiran, mengemukan ide, saran- saran,

dan sebagainya.

4. Mendorong para anggota berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan

penciptaan sasaran.

5. Membina human relation yang tidak baik antara sesama karyawan.

6. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan.

Ringkasnya, suatu koordinasi akan lebih baik, jika memperoleh dukungan.

2.2.7. Pemberdayaan Masyarakat

2.2.7.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan

mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang

kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun

demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan

perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi

(37)

Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang

pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan

yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.

James A. Christenson, etc (1989) yang mengatakan bahwa pemberdayaan

masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk

memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri

sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut

berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan

masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen

pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor

penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek saja.

Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses

pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas

dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa

pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,” yang berarti memberi daya,

memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.

Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya

bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan

untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan

dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam

melakukan tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif

diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk

(38)

ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung

pada pertolongan dari hubungan eksternal

2.2.7.2. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses

pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan

yang mene-kankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan,

kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya.

Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan

primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau

kecenderungansekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau

memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.

Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:

1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan

(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)

2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri

3. Memiliki kekuatan untuk berunding

4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama

yang saling menguntungkan, dan

5. Bertanggungjawab atas tindakannya.

Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud

(39)

termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu

bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani

mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu

bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan

masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara

berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara

bertanggungjawab

2.2.7.3. Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab

utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah

masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan

yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan,

kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan

prinsip-prinsip pemberdayaan.

Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan

bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut

meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka

lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh

masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan

sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah

(40)

Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif,

psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.

Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi

oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas

permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku

masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap

nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan

yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai

keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan

kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung

masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan. Pemberdayaan

Masyarakat

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori diatas, penelitian ini merupakan satu macam

variabel atau variabel mandiri yaitu Peran Dinas Kebersihan Dan Pertamanan

dalam pengelolaan sampah di Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Dalam penelitian

ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran Dinas Kebersihan dan

Pertamanan dalam meningkatkan kebersihan kota. Kerangka berpikir dalam

(41)

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Sumber : diolah dari Perda No.52 Tahun 2008

Peraturan daerah No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah

Peraturan Daerah No.52 Tahun 2008

Tentang Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kab. Sidoarjo

(42)

3.1. J enis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif yaitu tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis

atau membuat prediksi. Dalam penelitian Deskriptif, penelitian hanya akan

memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2004:24)

Menurut Rakhmat (2004:24) penelitian deskriptif ditujukan untuk

beberapa hal diantaranya adalah :

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala

yang ada.

2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek –

praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk

menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Dalam penelitian ilmiah diperlukan metode penelitian yang sesuai dengan

pokok permasalahan dan tujuan penelitian, dengan maksud agar diperoleh data

yang relevan dengan permasalahan penelitian tersebut. Menurut Sugiyono

(2003:1) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkandata dengan

(43)

Penelitian deskriptif menurut Irawan (2002:35) adalah penelitian yang

bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu

kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara

dua gejala atau lebih.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud untuk

memperoleh deskripsi secara menyeluruh dan mendalam tentang pengelolaan

kebersihan, peran yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo khususnya

oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah. Secara

teoritis, menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002:3), penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa kata – kata

tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.2. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2005:94), menyatakan bahwa ada dua maksud tertentu

yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan

memanfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini

fokus akan membatasi bidang inkuiri sehingga peneliti tidak perlu kesana –

kemari untuk mencari subyek penelitian. Kedua, penetapan fokus ini berfungsi

untuk memenuhi kriteria inklusi – eksklusi atau kriteria masuk – keluar suatu

informasi yang diperoleh dilapangan.

Jadi, dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti

dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang dikumpulkan dan

(44)

Dalam penelitian kualitatif ini digunakan variabel mandiri tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel penelitian adalah peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan

dalam mengelola kebersihan di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah

penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini

fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan

masalah penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan

masalah adalah bagaimana peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam

mengelola kebersihan di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

Sesuai dengan perumusan masalah penelitian, dapat disimpulkan yang

menjadi fokus penelitian ini adalah :

Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam melaksanakan kebersihan

permukiman. Adapun sasaran kajiannya meliputi :

1. Memberdayakan/ pengamanan tempat penampungan sementara (TPS)

yang ada.

Dalam penelitian ini tempat pembuangan sampah (TPS) yang dimaksud

adalah sarana TPS yang disediakan oleh Dinas Kebersihan dan

Pertamanan untuk desa Janti Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

2. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan kebersihan pemukiman.

Yang dimaksud dalam fokus dua ini adalah penyelesaian permasalahan

(45)

3. Membantu dan membina usaha kebersihan yang dilaksanakan

masyarakat.

Usaha kebersihan yang dimaksud adalah usaha-usaha yang berkaitan

dengan kebersihan pemukiman desa Janti kecamatan Waru kabupaten

Sidoarjo.

3.3. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan dengan cara “purposive”, yaitu

didasarkan pada pertimbangan dan tujuan tertentu. Penelitian ini dilaksanakan di

Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

3.4. Sumber Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dari berbagai sumber yakni sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sekunder adalah sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada mengumpul data (Sugiyono,

2003:156)

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157) sumber data utama

penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Informan

Yakni kata – kata dan tindakan dari para informan. Data ini diperoleh

dari nara sumber yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snow-ball,

(46)

informasi lainnya dan seterusnya sampai peneliti lagi (Hamidi,

2004-75). Untuk menetapkan siapa saja yang akan menjadi informan

pertama kali akan ditentukan siapa yang akan menjadi key informan

atau informasi kunci yaitu kepala seksi kebersihan permukiman, jalan,

saluran dan selokan Bapak Sofyan Irwad, Sm.Hk.

2. Sumber Tertulis

Data ini diperoleh dari sumber – sumber tertulis yang secara tidak

langsung berkaitan dengan fokus penelitian seperti sumber buku dan

majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen

resmi.

3. Data Statistik

Data ini dipakai dengan tujuan agar dapat membantu memberi

gambaran kepada peneliti tentang kecenderungan subyek pada latar

penelitian, misalnya seperti data demografi dan monografi dari lokasi

penelitian.

3.5. J enis Data

Dalam penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan

penelitian dapat menggunakan dua jenis data :

a. Data Primer

Yaitu data – data informasi yang diperoleh secara langsung dari

informan pada saat dilakukannya penelitian. Dalam penelitian ini, data

(47)

1. Pengamatan

2. Wawancara

kedua hal tersebut dilakukan peneliti di Desa Janti, Kecamatan Waru,

Kabupaten Sidoarjo.

b. Data Sekunder

Yaitu data – data berupa dokumen – dokumen , laporan – laporan dan

arsip – arsip yang ada relevansinya dengan penelitian tersebut.

3.6. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini, ada 3 (tiga) teknik yang akan

digunakan yaitu :

1. Proses Melakukan Lokasi (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik,

peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan,

baik kelengkapan administratif maupun semua permasalahan yang

berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi

awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh

pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan yang akrab

dengan informan (Moleong,2002:96)

2. Ketika Berada Di Lokasi Penelitian (Getting Along)

Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan

pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian

(48)

mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensifitas data

penelitian. Selain itu, dalam proses ini peneliti berusaha untuk

memperoleh informan selengkapnya dari lokasi penelitian

(Moleong,2002 :88)

3. Pengumpulan Data (Logging The Data)

Ada 3 (Tiga) teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan

data yaitu :

a. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi

partisipan untuk mengamati berbagai kegiatan yang dilaksanakan

oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan

b. Wawancara mendalam

Wawancara jenis ini tidak menggunakan struktur

wawancara yang ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin

memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang di dapat

cukup mendalam. Fleksibilitas semacam ini mampu mendapatkan

kejujuran informan dalam memberikan informasi, terutama yang

berhubungan dengan perasaan, sikap, dan pandangan mereka

terhadap pelaksanaan aktifitasnya. Teknik wawancara ini bertujuan

mendapatkan data yang valid guna menjawab masalah penelitian.

c. Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2002:161),

(49)

alasan yang dapat diterima. Dengan cara mengumpulkan data yang

bersumber pada arsip dan dokumen yang ada pada Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo.

3.7. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992:16), teknik analisa data kualitatif

meliputi tiga alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada saat sebelum, selama

dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun

suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

dengan menggunakan model interaktif (interactive models of analysis) yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam model ini terdapat

tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa

wujud kata- kata bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah

dikumpulkan dengan aneka macam cara (observasi, wawancara,

dokumen, pita rekaman). Dan yang biasanya diproses kira-kira

sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan atau alat

tulis).

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

(50)

kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

merupakan suatubentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan

data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan

atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data

lapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya

akan direduksi, dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola (melalui

proses penyuntingan, pemberian kode, dan pembuatan tabel).

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data

yang ada secara sederhana, rinci, utuh, dan integrative yang digunakan

sebagai pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik

kesimpulan dari data yang ada.

4. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus

sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lokasi

penelitian dan selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti

berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang

dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan

dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan

yang tentative namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi

(51)

grounded (dasar). Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan

dalam bentuk skema sebagai berikut

Gambar 2.2

Analisis Model Interaktif Menur ut Miles dan Huber man

Sumber : Analisis Data Kualitatif , Miles dan Huberman. (1992:20)

Berdasarkan gambaran diatas maka menjelaskan bahwa data yang

diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan uraian

sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah dianalisa

kemudian diinterpretasikan. Masalah yang dihadapi diuraikan dengan berpatokan

pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian tersebut,

kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.

3.8. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data maka diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.

Menurut Moleong (2004 324) ada empat kriteria yang digunakan yaitu :

Pengum pulan Data

Kesimpulan dan verifikasi

(52)

1. Derajat kepercayaan (credibility)

Penerapan kriterium derajat kepercayaan (credibility) pada

dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif.

Kriterium ini berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa

sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai serta untuk

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil – hasil penemuan dengan

jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang

diteliti.

2. Keteralihan (transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada

kesamaan antara konteks dan penerima. Untuk melakukan pengalihan

tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan

kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti

bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika

ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk

keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk

memastikan usaha memverifikasi tersebut.

3. Ketergantungan (dependability)

Merupakan substansi istilah reabilitas dalam penelitian

nonkualitatif. Yaitu dengan diadakan pengulangan suatu study dalam

suatu kondisi yang sama hasilnya secara esensial sama maka berarti

reabilitasnya tinggi. Peneliti sebagai instrument penelitian bisa saja

(53)

karena keletihan untuk itu digunakan kriteria kebergantungan, dimana

konsepnya lebih luas daripada reabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh

peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala –

galanya, yaitu yang ada reabilitas itu sendiri ditambah faktor – faktor

yang tersangkut. Hal tersebut akan dibahas dalam konteks

pemeriksaan.

4. Kepastian (confirmability)

Pemastian disini adalah bahwa sesuatu itu obyektif atau tidak

bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,

pendapat, dan penemuan seseorang. Sesuatu yang objektif berarti dapat

dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan.

Menurut Moleong (2005:327), ada beberapa teknik pemeriksaan

untuk masing – masing kriteria keabsahan data, antara lain :

1. Kriteria kredibilitas

Teknik pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara :

a. Perpanjangan keikutsertaan, berarti peneliti tinggal dilapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika

hal itu dilakukan maka akan membatasi :

1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.

2) Membatasi kekeliruan peneliti.

3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian – kejadian

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 4.1
Tabel 4.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Saya berharap dengan buku ini, jumlah pemakai Internet di Indonesia bisa bertambah banyak dan mengalahkan negara berkembang lainnya. Ada juga cafe-cafe yang menyediakan fasilitas

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui adakah pengaruh keberadaan minimarket terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional

Upaya untuk mencapai sasaran dalam penguatan peran adat dalam menjaga lingkungan berlandaskan falsafah Tri Hita Karana di desa adat Batuan Kecamatan Sukawati

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kepada pelanggan yaitu sikap dan

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

bahwa dalam rangka pelaksanaan penilaian dokumen rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum, maka dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 66 ayat (1) Peraturan

Strenght Pareto Evalutionary Algorithm based Multi-Objective Optimization for Shortest Path Routing Problem in Com- puter Networks.. Robot Mobil Pencarian Rute Terpendek Meng-

Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Menggunakan Media Manipulatif berupa Sticky Notes .... Pengurangan Bilangan Bulat dengan Menggunakan Media Manipulatif berupa Sticky Notes