S K R I P S I
Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur
Oleh :
RIZATUL FAZRIYAH NPM : 0841010017
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Oleh :
RIZATUL FAZRIYAH NPM. 0841010017
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 12 Desember 2012
RIZATUL FAZRIYAH
0841010017
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
DR. Lukman Arif, M.Si Tukiman, S.Sos, M.Si 196411021994031001 196103231989031001
Mengetahui,
DEKAN
Dra.Ec.Hj. Suparwati, Msi
NIP. 195507181983022001
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN
PERMUKIMAN DI KABUPATEN SIDOARJ O (Studi Kasus di Desa J anti Kecamatan
Waru kabupaten Sidoarjo)”.
Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum pada Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Lukman Arif, MSi sebagai dosen pembimbing utama dan Bapak Tukiman,
S,Sos,M.Si sebagai dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis.
Disamping itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
2. Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan
bekal dalam proses perkuliahan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Kedua orang tua ku beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang
selalu.
membantu penulis dalam penyusunan proposal ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis sangat menyadari masih ada
kekurangan-kekurangan, baik dari segi teknis maupun materiil penyusunannya. Oleh karena itu, penulis
senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik dari semua pihak yang
dapat menambah kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surabaya, Desember 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II. KAJ IAN PUSTAKA ...10
2.1. Penelitian Terdahulu ...10
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Peranan ... 12
2.2.2. Peran pemerintah dalam mewujudkan lingkungan yang bersih ...13
2.2.3. Permukiman ... 15
2.2.4. Birokrasi ... 16
2.2.4.1. Pengertian Birokrasi ... 16
2.2.4.3. Peranan Birokrasi ... 18
2.2.5. Pembinaan ... 22
2.2.6. Koordinasi ... 24
2.2.7. Pemberdayaan masyarakat ...27
2.3. Kerangka Berpikir ...31
BAB III. METODE PENELITIAN... 33
3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Fokus Penelitian ...34
3.3. Lokasi Penelitian ... 36
3.4. Sumber Data ... 36
3.5. Jenis Data ... 37
3.6. Pengumpulan Data ... 38
3.7. Analisis Data ... 40
3.8. Keabsahan Data ... 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47
4.1. Gambaran umum Dinas Kebersihan dan Pertamanan Sidoarjo...47
4.1.1. Keadaan Geografis ...49
4.1.2. Struktur Organisasi ...49
4.1.3. Visi Misi DKP kab.Sidoarjo ...51
4.1.4. Tujuan DKP kab.Sidoarjo...51
4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi DKP kab.Sidoarjo...52
4.1.6. Komposisi pegawai DKP kab.Sidoarjo...63
4.2.1. Peran DKP dalam memberdayakan TPS yang ada...68
4.2.2. Peran DKP dalam memfasilitasi permasalahana kebersihan.76 4.2.3. Peran DKP dalam membina usaha kebersihan yang di lakukan masyarakat ...81
4.3. Pembahasan ...86
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...93
5.1. Kesimpulan ...93
5.2. Saran ...95
RIZATUL FAZRIYAH, PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN
PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN PERMUKIMAN DI
KABUPATEN SIDOARJ O (Studi Kasus di Desa J anti Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo)
Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah kondisi lingkungan perkotaan dan perilaku masyarakatnya kurang memenuhi ketentuan kesehatan, seperti munculnya daerah kumuh, keterbatasan ketersediaan air bersih dan air tanah, pencemaran lingkungan, penataan sanitasi kota yang buruk, daerah rawan banjir, meningkatnya populasi vektor penyakit, masalah penanganan sampah. Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2012 jumlah sampah perhari yang
harus ditangani sebanyak 3900 M3/hari sementara kemampuan angkut perhari
yang bisa ditangani Dinas Kebersihan dan Pertamanan hanya 488 M3/hari.
Kondisi demikian jelas menjadi persoalan yang besar karena dapat berdampak pada timbulnya masalah lain seperti timbulnya gangguan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam menjaga kebersihan permukiman di Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Fokus dalam penelitian ini mengacu pada Peraturan Daerah No.52 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kab. Sidoarjo, yang terdiri dari Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pemberdayaan tempat pembuangan sementara (TPS) yang ada, Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam memfasilitasi permasalahan kebersihan, dan Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam membina usaha kebersihan yang dilakukan masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Di desa Janti terdapat satu TPS yang keberdaannya mendapat protes warga.pembuangan yang dilakukan pada hari selasa,kamis,sabtu diharapkan ada penambahan jadwal hari senin. 2) Dinas Kebersihan dan Pertamanan sudah berperan dalam memfasilitasi permasalahan kebersihan yaitu sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas untuk kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan sampah. 3) Dinas Kebersihan dan Pertamanan sudah berperan dalam membina usaha kebersihan yang dilakukan masyarakat yaitu dengan memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat untuk bisa memilah sampah yang tujuanya untuk mewujudkan kebersihan lingkungan.
1.1. Latar Belakang
Permasalahan kota semakin meningkat seiring dengan akibat dari dampak
mobilitas penduduk dan urbanisasi yang meningkat. Akibat dari situasi tersebut,
kondisi lingkungan perkotaan dan perilaku masyarakatnya kurang memenuhi
ketentuan kesehatan, seperti munculnya daerah kumuh, keterbatasan ketersediaan
air bersih dan air tanah, pencemaran lingkungan, penataan sanitasi kota yang
buruk, daerah rawan banjir, meningkatnya populasi vektor penyakit, masalah
penanganan sampah.
Berdasarkan Undang – Undang No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah. Maka peran serta pemerintah sangat penting, disamping peran serta dari
komponen masyarakat. Sehubungan keterbatasan aparat pemerintah (Dinas
Kebersihan dan Pertamanan) dibandingkan dengan besaran sampah yang
ditanganinya maka pemerintah melibatkan peran serta pelaku usaha dalam
melaksanakan pengelolaan sampah. Pelaku usaha menyediakan sarana dan
prasarana pengelolaan sampah serta mengelolah sampah sesuai dengan kertentuan
berlaku.
Tanpa pengelolaan yang semestinya, kegiatan di kota besar seperti Sidoarjo
memang cenderung menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan lingkungan,
antara lain semakin berkurangnya kebersihan lingkungan dalam jangka panjang
menganggap masalah kebersihan bukan tanggung jawab mereka, melainkan para
petugas kebersihan. Sebagai daerah tujuan migran, komposisi penduduk Tahun
2010 masih didominasi kelompok usia pekerja (15-64 tahun), dimana
komposisinya mencapai 70,6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Sidoarjo
terdapat cukup banyak sumber daya manusia usia produktif, yang siap dan cukup
potensial dalam mendukung pembangunan, tentu saja jika memiliki kualitas yang
memadai seperti : pendidikan maupun ketrampilan. Hasil SP2010 mencatat bahwa
dari total penduduk Kabupaten Sidoarjo sebesar 1,95 juta jiwa yang tersebar di 18
kecamatan, sebagian besar terkonsentrasi di wilayah utara yang berbatasan dengan
Surabaya dan di Sidoarjo bagian tengah. Di wilayah utara, Kecamatan Waru dan
Taman masih tercatat berpenduduk tertinggi dengan jumlah masing- masing
231.298 jiwa dan 212.857 jiwa. Wilayah bagian tengah, terdiri dari Kecamatan
Sidoarjo, Candi, Krian, Sukodono, Sedati, Gedangan dan Buduran. Sedangkan
kecamatan lain yang berada di bagian barat/ selatan, rata-rata berpenduduk lebih
sedikit, seperti Kec. Balongbendo, Tarik, Prambon, Krembung, Jabon dan
Wonoayu.
Dilihat dari pertumbuhan penduduknya, nampak bahwa kecamatan yang
berbatasan dengan Surabaya, sudah mengalami titik jenuh. Jika 20-10 tahun yang
lalu, Kec. Waru, Taman, Gedangan selalu masuk dalam kategori pertumbuhan
tertinggi, kini peranannya sudah digeser oleh kecamatan di bagian tengah, seperti :
Kec. Sukodono, Candi, dan Buduran. Hasil SP2010 mencatat bahwa 3 kecamatan
Kualitas lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan
manusia sehingga memerlukan penanganan yang serius dan memerlukan
komitmen semua pihak. Untuk kebersihan permukiman ditangani oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan berdasarkan peraturan daerah Sidoarjo Nomor 52
Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kebersihan dan
Pertamanan bidang operasional kebersihan.
Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan sangat penting dalam mengatasi
berbagai permasalahan mengenai pengelolaan kebersihan. Apalagi dengan
diberlakukannya Otonomi Daerah, maka dalam pelaksanaan prinsip otonomi yang
nyata, dinamis dan bertanggung jawab dititik beratkan pada pemerintahan Kota /
Kabupaten sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan sistem desentralisasi.
Sebagai frekuensinya, maka urusan Pemerintahan akan lebih banyak diserahkan
kepada Pemerintah Kota / Kabupaten.
Untuk mewujudkan suatu lingkungan yang bersih, maka tidak akan
terlepas kaitannya dengan masalah sampah yang dari hari ke hari semakin
menumpuk. Makin menumpuknya volume sampah tersebut karena adanya
pertambahan penduduk yang semakin meningkat biasanya dibarengi dengan
meningkatnya pembangunan pemukiman. Perkembangan pemukiman kadang –
kadang tidak dilengkapi dengan sarana pembuangan sampah sementara
dikarenakan keterbatasan lahan atau ketidaksadaran masyarakat dalam membuat
sarana bak sampah dan juga banyak masyarakat yang kurang menerima
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap
aktifitas pasti akan menghasilkan sampah, semakin bertambahnya penduduk
Sidoarjo otomatis menimbulkan banyak juga sampah yang dihasilkan dari
aktifitas – aktifitas penduduk Sidoarjo. Jumlah atau volume sampah sebanding
dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan
sehari – hari. Pengelolaan sampah yang ada saat ini hanya terbatas pada
pengelolaan sampah secara konvensional yaitu hanya diangkut dari tempat
penghasil sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan kemudian hanya
dibuang begitu saja ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Jumlah sampah yang dihasilkan kabupaten Sidoarjo
saat ini adalah sekitar 3900 M 3 /hari dan data yang masuk TPA hanya 488 M 3
/hari, itu berarti pembuangan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Sidoarjo masih belum optimal. Peran serta masyakat dalam hal ini sangat
dibutuhkan guna menjaga kebersihan permukiman masyarakat yang kurang
memahami lingkungan banyak yang menyemarinya dengan sampah.Pemukiman
diwilayah Sidoarjo pada musim penghujan banyak genangan – genangan air yang
disebabkan oleh saluran air yang tidak lancar. Penyebab dari tersumbatnya saluran
air dikarenakan dari masyarakat yang membuang sampah di selokan, sungai, dan
tempat umum lainnya.
Dampak dari kekurangan sadaran masyarakat bukan semata – mata
menjadi tanggungan masyarakat secara sepenuhnya. Tetapi peran Dinas
Kebersihan dan Pertamanan yang harus lebih proaktif lagi, untuk itu dinas harus
langkah – langkah berdasarkan sumber sampah. Selain itu diperlukan koordinasi
dengan instansi terkait dan juga lembaga masyarakat.
Peran instansi pemerintah dalam menjaga kebersihan sangat diperlukan
karena itu diperlukan koordinasi pemerintah dengan masyarakat ataupun instansi
terkait dalam memaksimalkan kebersihan, ini merupakan langkah yang harus
diselesaikan. Dalam membuat koordinasi terlebih dahulu harus menyiapkan
materi apa yang harus dikoordinasikan dan pihak – pihak yang akan di ajak
berkoordinasi.
Untuk menyadarkan masyarakat dalam pengolahan sampah maka di
perlukan pembinaan dan memberikan fasilitas sarana pembuangan sampah.
Pembinaan itu bisa berupa kesadaran membuang sampah dan yang lebih baik lagi
adalah memproses sampah ke arah yang lebih bermanfaat.
Selain itu juga diperlukan adanya pengawasan, terhadap aktifitas
masyarakat dalam kegiatan pembuangan sampah. Agar masyarakat tidak lagi
membuang sampah secara sembarangan. Pengawasan yang lebih pada petugas
kebersihan agar benar - benar melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat
menciptakan lingkungan yang bersih.
Menurut Siagian (2003 : 112) yang menyatakan bahwa pengawasan
merupakan proses pengamatan dari keseluruhan kegiatan organisasi guna lebih
menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, khususnya Dinas kebersihan dan
meningkatkan kebersihan khususnya masalah sampah. Dengan melakukan
pembinaan dan pengawasan yang lebih optimal dalam pengelolaan kebersihan.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo mulai kewalahan mengolah seluruh sampah yang dihasilkan warga setempat. Total sampah yang dihasilkan limbah rumah tangga setiap hari mencapai 3.600 meter kubik. Jumlah sampah yang dihasilkan belum termasuk sampah di pasar dan industri yang tersebar di Sidoarjo. "Kami tak sanggup mengolah tanpa petan serta warga," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Sigit Setiawan, Senin (14/12). Selama ini, sampah yang ditampung di tempat penampungan sementara diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tanpa pengelolaan sampah yang terintegrasi, sampah ditumpuk dan ditimbun dengan tanah. Akibatnya, selain mengeluarkan bau busuk juga mengancam kelestarian lingkungan terutama sumber mata air di wilayah setempat.(sumber. Tempo Interaktif , 14 Desember
2011)
Mendasarkan pada informasi dan data diatas menunjukkan bahwa
penanganan sampah oleh pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan belum optimal
karena banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat Sidoarjo. Jika
persoalan tersebut tidak segera diselesaikan maka bukan tidak mungkin semakin
menumpuknya sampah di TPA tersebut akan menimbulkan masalah baru.
Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2012 jumlah sampah
perhari yang harus ditangani sebanyak 3900 M3/hari sementara kemampuan
angkut perhari yang bisa ditangani Dinas Kebersihan dan Pertamanan hanya 488
M3/hari.
Secara rinci sumber dan jumlah sampah perhari di Kabupaten Sidoarjo
Tabel 1.1
J umlah Sampah Berdasar kan Volume Sampah
No Sumber Sampah
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo, 2012
Dari data diatas, menunjukkan bahwa kemampuan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan dalam mengatasi sampah yang hanya 488 M3/hari dari 3900 M3/hari
berarti ada sisa sampah yang belum tertangani sebanyak 3412 M3/hari. Kondisi
demikian jelas persoalan tidak tertanganinya sampah ini dapat berdampak
timbulnya masalah lain seperti timbulnya gangguan kesehatan masyarakat, lebih –
lebih dari data diatas sumber sampah yang paling banyak dari pemukiman sebesar
3600 M3/hari dari total sampah yang dihasilkan perhari sebesar 3900 M3/hari, atau
Dengan latar belakang seperti yang telah dijelaskan diatas dalam
penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul “ PERAN DINAS
KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN
PERMUKIMAN DI PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di
Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo)”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan yaitu “Bagaimana peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan
dalam menjaga kebersihan permukiman di Desa Janti, Kecamatan Waru,
Kabupaten Sidoarjo?”
1.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan, dan tujuan yang ingin dicapai
oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Dinas
Kebersihan dan Pertamanan dalam menjaga kebersihan permukiman di Desa
Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai peran Dinas
Kebersihan dan Pertamanan dalam mengelola sampah di Desa Janti,
2. Bagi Instansi
Memberikan gambaran mengenai peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan
dalam mengelola sampah di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten
Sidoarjo.
3. Bagi Universitas
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan informasi dalam melengkapi
pembendaharaan perpustakaan serta pengembangan ilmu pengetahuan
terutama Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah ada dan dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan pengkajian dan masukan yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah :
1. Namirudin Algadri (2008), mahasiswa Jurusan Administrasi negara, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” jawa Timur, dengan judul
“Pelaksanaan Tugas Dinas kebersihan dan Pertamanan Dalam Penanganan
kebersihan dan Pengoptimalisasikan Fungsi Pedestrian (Studi Kasus pada
pedestrian Jalan Urip sumoharjo). Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Deskriptif Kualitatif. Dengan fokus penelitian pelaksanakan pengumpulan
dan pembersihan sampah pada jalan umum/pedestrian.
Hasil penelitian ini adalah dalam penanganan pengendalian kebersihan kota
Surabaya terutama pada jalan umum/ pedestrian Jalan Urip Sumoharjo, Dinas
kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya melibatkan pihak-pihak swasta
yang berkaitan. Dalam pelaksanakan pengumpulan dan pembersihan sampah
khususnya penyapuan selain dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya juga dibantu oleh pihak swasta yaitu CV, Ditnis.
2. Irma Dwiyanti (2009) Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur, dengan judul
Babat Jerawat Kecamatan Pangkal”. Jenis Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomologis. Dengan fokus penelitian
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan dalam bentuk
sumbangan tenaga kerja kebersihan.
Hasil dari penelitian ini adalah banyak warga masyarakat yang terlibat dalam
mewujudkan lingkungan bersih, tetapi tidak dipungkiri juga bahwa masih ada
masyarakat yang protes dan tidak sadar lingkungan.
3. Warah atika, SH, M.Hum. dalam penelitiannya yang berjudul Menuju
Paradigma Baru Pengelolaan Sampah Sesuai Undang-undang Nomor 18
Tahun 2008 Tentang Sampah. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini
adalah pengelolaan persampahan belum sepenuhnya mengacu pada UU
No.18 Tahun 2008 serta sulitnya mendapatkan lahan TPA, khususnya di kota
– kota besar, sehingga tidak jarang TPA milik kota berada di wilayah
kabupaten atau bahkan berada di kota lain. Pencemaran lingkungan di sekitar
TPA juga sering terjadi karena metode pembuangan yang dilakukan sebagian
besar adalah open dumping. Sebagian masayarakat juga menganggap bahwa
pengelolaan sampah bukan menjadi tanggung jawab mereka, tetapi tanggung
jawab pemerintah (Dinas kebersihan dan Pertamanan). Itulah yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Kesimpulan yang diperoleh dari kesimpulan ini adalah keterbatasan lahan
untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dan sistem pengelolaan TPA
menerapkan sistem pengelolaan sampah open dumping menjadi masalah
tersendiri dalam pengelolaan sampah. Paradigama lama pengelolaan sampah
yang digunakan masih berkonsep kumpul, diangkut dan dibuang. Terkait
dengan hal tersebut, terbitlah Undang –undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
sampah, yang bermaksud mengubah sistem pengolahan sampah yang saat ini
masih konvensional dengan membuat terobosan baru untuk memperlakukan
sampah.
Berdasarkan penelitian – penelitian terdahulu, maka dapat diketahui
bahwa penelitian yang dilakukan ini mempunyai perbedaan dan persamaan, yaitu
letak lokasi penelitian yang berbeda dan juga penelitian yang dilakukan adalah
pengelolaan sampah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Penelitian
ini menggunakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif
sehingga penelitian ini bukanlah sebuah replikasi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Peranan
Menurut Soekanto (2002:243), peranan merupakan aspek dinamis dari
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
Menurut Basrowi (2006:63), peranan merupakan perilaku seseorang
tersebut dapat meramalkan perbuatan – perbuatan orang lain dalam batas – batas
tertentu sehingga orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilakunya
Menurut Levinson dalam Basrowi (2005:64), mengemukakan pengertian
peranan mencakup 3 hal yaitu :
1. Peranan meliputi norma – norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan – peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah konsep apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat. Merupakan perilaku atau tindakan yang penting
bagi struktur masyarakat dan dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan,
organisasi dilingkungan masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah
dikenal oleh masyarakat.
2.2.2. Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Lingkungan Yang Bersih
Suatu Pemerintahan bagi bangsa dan negara memang diperlukan untuk
mengurangi timbulnya konflik yang serius dalam masyarakat. Dalam
mewujudkan lingkungan yang bersih, pemerintah memiliki kewenangan dalam
mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan hal tersebut. Dalam hal ini
memberikan pengarahan, bimbingan, petunjuk dan pengaturan sekaligus juga
pengawasan menuju suatu kondisi lingkungan yang memenuhi ketentuan dan
Peran Pemerintah dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dapat
meliputi beberapa aspek (Salim,1988 45- 48), yaitu antara lain :
a. Aspek Yuridis, adalah yang berkaitan dengan langkah – langkah yang diambil
oleh pemerintah dalam bentuk keputusan, ketentuan mengikat, yang berupa
peraturan perundang – undangan yang menyangkut dalam menciptakan dan
menunjang kebersihan. Aspek Yuridis dapat berupa :
1. Peraturan Daerah, yang mempunyai kekuatan hukum dan mengikat
masyarakat di daerah, karena dibuat oleh Kepala Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
2. Keputusan Kepala Daerah, merupakan suatu kekuatan hukum yang
dibuat oleh pemerintah untuk dapat merealisasikan peraturan daerah
yang telah dibuat.
b. Aspek Organisatoris, adalah dalam hal pembentukan unit organisasi
pemerintah yang menangani dan mengurusi pengelolaan sampah. Pada
hakekatnya mewujudkan kebersihan merupakan mekanisme organisme dan
menajemen yang rapi dan teratur pada semua hirarki pemerintah. Dengan
menggunakan prinsip – prinsip perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan, maka proses ini akan membawa hasil yang lebih baik.
Untuk dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sangat diharapkan
adanya suatu kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Peran
pemerintah dalam pengelolaan sampah lebih pada peran teknisnya. Selanjutnya
peran teknis yang dilakukan oleh pemerintah ini harus didukung peran aktif
2.2.3. Per mukiman
2.2.3.1. Pengertian Per mukiman
Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan
dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.
Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan
segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman.
Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika
pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku.
Menurut UU Nomor 4 Tahun 1992 dalam Sastra (2006: 36) pemukiman
mengandung pengertian sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Menurut Sastra dan Marlina (2006: 37) Pemukiman juga dapat
diimplementasikan sebagai suatu tempat bermukim manusia yang menunjukkan
suatu tujuan tertentu dan memberikan kenyamanan kepada penghuninya
(termasuk orang yang datang ke tempat tersebut). Pemukiman mempunyai makna
yang lebih menunjuk kepada obyek, yang dalam hal ini hanya merupakan unit
tempat tinggal (hunian).
Dari pendapat di atas maka penulis menyimpulkan pemukiman adalah
sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang
2.2.4. Konsep Birokr asi
2.2.4.1.Pengertian Birokr asi
Pengertian birokrasi menurut Kristiadi dalam Pasolong (2008: 67),
mengatakan bahwa birokrasi adalah merupakan struktur organisasi di sektor
pemerintahan, yang memiliki ruang lingkup tugas-tugas sangat luas serta
memerlukan organisasi besar dengan sumber daya manusia yang besar pula
jumlahnya.
Menurut Kartasapoetra (1994: 2), mengatakan birokrasi adalah
pelaksanaan perintah-perintah secara organisatoris yang harus dilaksanakan
sedemikian rupa dan secara sepenuhnya pada pelaksanaan pemerintahan melalui
instansi-instansi atau kantor-kantor.
Menurut Weber dalam Said (2007: 2) menyebutkan birokrasi adalah
sistem administrasi rutin yang dilakukan dengan keseragaman, diselenggarakan
dengan cara-cara tertentu, didasarkan aturan tertulis, oleh orang-orang yang
berkompeten di bidangnya.
Menurut Rourke dalam Said (2007: 2) menyebutkan birokrasi adalah
sistem administrasi dan pelaksanaan tugas keseharian yang terstruktur , dalam
sistem hirarchi yang jelas, dilakukan dengan aturan tertulis (written pocedures),
dilakukan oleh bagian tertentu yang terpisah dengan bagian lainnya, oleh
Dari definisi-definisi birokrasi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
birokrasi adalah tata kerja pemerintahan agar tujuan negara bisa tercapai secara
efektif dan efesien dikarenakan birokrasi ada untuk mencapai tujuan bersama.
2.2.4.2. Ciri-Cir i Birokr asi
Menurut Weber dalam Pasolong (2008 : 72) menyebutkan ada 7 konsep
birokrasi yang ideal antara lain, sebagai berikut :
1. Spesialisasi pekerjaan, yaitu semua pekerjaan dilakukan dalam
kesederhanaan, rutinitas, dan mendefenisikan tugas dengan baik.
2. Hirarki kewenangan yang jelas yaitu sebuah struktur multi tingkat yang
formal, dengan posisi hirarki atau jabatan, yang memastikan bahwa setiap
jabatan yang lebih rendah berada di bawah sepervisi dan kontrol dari yang
lebih tinggi.
3. Formalisasi yang tinggi, yaitu semua anggota organisasi diseleksi dalam basis
kualifikasi yang didemonstrasikan dengan pelatihan, pendidikan atau latihan
formal.
4. Pengambilan keputusan mengenai penempatan pegawai yang didasarkan atas
kemampuan, yaitu keputusan tentang seleksi promosi didasarkan atas
kualifikasi teknis, kemampuan dan prestasi para calon.
5. Bersifat tidak pribadi (Impersonalitas), yaitu sanksi-sanksi diterapkan secara
seragam dan tanpa perasaan pribadi untuk menghindari keterlibatan dengan
6. Jejak karier bagi para pegawai, yaitu para pegawai diharapkan mengejar
karier dalam organisasi. Sebagai imbalan atas komitmen terhadap karier
tersebut, para pegawai mempunyai masa jabatan artinya mereka akan
dipertahankan meskipun mereka ” kehabisan tenaga ” atau jika
kepandaiannya tidak terpakai lagi.
7. Kehidupan organisasi yang dipisahkan dengan jelas dari kehidupan pribadi,
yaitu pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan dan
kepentingan pribadinya termasuk keluarganya.
Ada beberapa ciri-ciri birokrasi dari perilaku birokrat yang akhir-akhir ini
menjadi patologi ( penyakit ) dalam pemerintahan diantaranya sebagai berikut :
1. Budaya feodalistik masih terasa.
2. Kebiasaan menunggu petunjuk.
3. Loyalitas kepada atasan bukan kepada tugas organisasi.
4. Belum berorientasi pada prestasi.
5. Keinginan untuk melayani masih rendah.
6. Belum ditopang teknologi secara menyeluruh.
7. Budaya ekonomi biaya tinggi.
8. Jumlah pegawai negeri relatif banyak tetapi kurang bermutu dan asal
jadi.
2.2.4.4. Peranan Birokr asi
Peranan merupakan serangkain perilaku yang diharapkan dilakukan oleh
tepatnya keselarasan atau integritas antara tujuan dan misi organisasi. ( Thoha
dalam Tangkilisan 2005 : 266 ).
Tata kerja pemerintahan agar tujuan negara bisa tercapai secara efektif dan
efesien. Sebagai suatu cara atau metode,maka sikap kita terhadap birokrasi
haruslah objektif, terbuka terhadap inovasi sesuai dengan kebutuhan konteks
ruang dan waktunya. Sebagai sebuah cara atau metode pengorganisasian kerja,
birokrasi tidak boleh menjadi tujuan dalam dirinya sendiri. Birokrasi ada untuk
mencapai tujuan bersama.
2.2.4.5.Kelemahan Birokr asi
Menurut Peter M. Blau (2000 : 4) birokrasi adalah tipe organisasi yang
dirancang untuk menyelesaikan tugas – tugas administratif dalam skala besar
dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis.
Dari sini kita bisa menyimpulkan birokrasi merupakan alat untuk
mempermudah jalannya penerapan kebijakan pemerintah dalam upaya melayani
masyarakat.
Menurut Moeljarto ( 2011:30) dalam buku Birokrasi di negara Birokratis
mengungkapkan Hegelian Bureaucracy memberikan tempat positif bahwa
birokrasi sebagai institusi yang menjembatani civil society dengan the state.
Sebaliknya Karl Marx menempatkan birokrasi secara berlawanan, birokrasi
sebagai state administration, melainkan peranan sebagai penindas dari kelas
kapitalis. Karena itu peran birokrasi bukan sebagai katalis, namun sebagai
parasitik dan misinya mempertahankan status quo hubungan sosial yang
2.2.4.6.Str uktur or ganisasi Birokr asi
Birokrasi ada untuk mengerjakan tugas rutin pemerintahan dalam rangka
untuk mencapai tujuan hidup bersama sebuah bangsa dan negara. Karena tujuan
yang hendak dicapai itu begitu luas dan besar. Maka proses pembangunan yang
harus dijalanipun juga luas.
Ricard Dickinson Jr berpendapat bahwa pembangunan lebih memusatkan
diri pada kelompok orang pada srtuktur masyarakat daripada
peroreangan.perubahan sosial yang terarah memerlukan pimpinan yang cerdas dan
perubahan sosial yang dipimpin menurut tindakan strategis yang dilakukan
bersama secara teratur.
Organisasi merupakan unsur dari birokrasi karena untuk bisa
menyelenggarakan pekerjaan yang luas dan besar dari pemerintah, dibutuhkan
kerjasama dalam bentuk pembagian tugas antar manusia yang mengerjakannya.
Tugas pengorganisasian, maka birokrasi tak akan bisa mewujudkan apa yang
menjadi tugasnya, yaitu sebagai instrumen bagi pencapaian tujuan bangsa dan
negara.
Pembagian peran dan kerja dalam sebuah organisasi birokrasi sendiri
didasarkan pada spesialisai menurut pelaksanaan tugas birokrasi tersebut. Bintoro
Tjokroamidjojo menjelaskan empat kelompok spesialisasi yaitu spesialisasi
menurut tujuan, hal ini berarti satu pembagian kerja menurut bagian tugas dari
2.2.4.7. Fasilitas Pendukung Birokr assi
Fasilitas ini dibutuhkan dalam rangka agar personel pelaksana bisa
menjalankan tugas kerjanya secara optimal. Fasilitas pendukung dibagi menjadi
tiga bagian :
a. Fasilitas pendukung operasional kerja : seperti gedung kantor, kendaraan
dinas,dan sebagainya. Fasilitas ini adalah fasilitass berupa barang untuk
mendukung operasional kerja sehari – hari dari aparatur birokrasi.
b. Fasilitas pendukung insentif kerja : seperti gaji, tunjangan dan sebagainya.
Fasilitas ini adalah fasilitas pendukung yang mendukung semangat dan
loyalitas kerja dari aparatur birokrasi.
c. Fasilitas pendukung administrasi kerja: seperti sistem akuntansi, sistem
pengawasan, sistem pelaporan dan sebagainya. Fasilitas ini adalah fasilitas
berupa sistem yang bisa menjadi alat ukur dan alat kontrrol objektif yang bisa
membantu aparatur birokrasi untuk menilai dan mengawasi kerja dan
kinerjanya secara keseluruhan sebagai aparatur birokrasi.
2.2.4.8. Peran Birokr at dalam organisasi publik
Peran birokratdalam konteks ini tidak hanya dimaksudkan pada jenis
birokrat pelaksana yang oleh Lipsky (1980) disebut sebagai birokrat garda depan.
Tetapi birokrat yang berada di garis depan ini juga memiliki ruang diskresi yang
digunakan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Setidaknya hal ini
mendasarkan pada pandangan wilson menganggap para pelaksana sebagai pihak
Pandangan peran Birokrat menurut Bums merupakan pengembangan atas
peran birokrat dalam model birokrasi klasik. Peran utama administrator
pemerintah menurut model birokrasi klasik adalah melaksanakan pekerjaan, dan
karena itu, tidaklah memutuskan apa yang harus dikerjakan.
Pendekatan birokrasi klasik yang tidak lepas dari pemikiran wilson telah
membagi pemerintahan ke dalam 2 (dua) lingkungan terpisah, yaitu politik dan
administrasi. Hal ini memberikan makna bahwa peran birokrat dibatasi mereka
bukan sebagai pengambil kebijakan tetapi sebaliknya mereka tidak lebih dari
sekedar hanya melaksakan kebijakan.
Teori dikotomipolitik administrasi yang dikemukakan oleh wilson dan
Goodnow diatas telah diperkuat oleh Gerakan Manajemen Ilmiah yang dipelopori
Frederich Winslow Taylor. Salah satu tujuan pokok dari Manajemen Ilmiah ialah
bahwa selalu ada satu cara terbaik untuk mencapai suatu tujuan. Selaras dengan
itu, maka sekali tujuan dari urusan ekonomi telah dirumuskan, manajemennya
haruslah diberikan tanggung jawab penuh serta otonomi untuk mencapai tujuan
tersebut menurut cara paling efisien dengan menerapkan metode ilmiah guna
memecahkan masalah tertentu (Abdul Wahab, 1990).
2.2.5. Pengertian Pembinaan
Dalam Kamus Besar Indonesia pembinaan (2000: 152), adalah usaha
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk
Menurut Nawawi (1992 :47), yaitu bahwa pembinaa dilakukan dengan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kecakapan, keahlian, pembinaan disiplin dan lain – lain.
Menurut Thoha (2003:83) menjelaskan pengertian pembinaan adalah suatu
tindakan, proses, hasil atas penyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini
menunjukkan adanya kemajuan peningkatan pertumbuhan evaluasi atas berbagai
kemungkinan berkembang.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan
adalah proses kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan mengembangkan atau
meningkatkan kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah, teratur
dalam rangka meningkatkan kualitas. Adapun pembinaan tersebut pada dasarnya
akan memperoleh manfaaat yang besar bagi individu maupun organisasional.
Dari uraian di atas dikatakan bahwa pada hakekatnya pembinaan
merupakan suatu hal yang positif dari serangkaian prosedur yang membuat
progam pembaharuan secara menyeluruh baik personal maupun organisasi,
sehingga dari pembinaan tersebut akan mendapatkan suatu individu yang mandiri
dan bertanggung jawab.
2.2.5.7. Manfaat Pembinaan
Menurut Burhanudin (1993: 148) yang mengatakan bahwa beberapa
manfaat pembinaan antara lain :
2. Sebagai wahana untuk memotifasiagar mengembangkan bakat dan
kemampuan.
3. Memberikan kepastian hari depan.
4. Sebagai usaha untuk memdukung organisasi dalam rangka memperoleh
tenaga – tenaga yang cakap dan terampil dalam melaksanakan program.
2.2.6. Koordinasi
2.2.6.1. Pengertian Koordinasi
Menurut Drs. Sukarno K.(1985 : 131), dalam bukunya “ dasar
manajemen” memberikan pengertian koordinasi adalah usaha/kegiatan tiap
pejabat pimpinan dalam setiap tingkatan hirarki untuk menghimpun material (
bahan – bahan), metode, mesin serta sumber lainnya yang ada dalam organisasi,
demi tercapainya tujuan dari pada organisasi itu.
Dari definisi yang diberikan oleh Drs. Sukarno K dapat diambil
kesimpulan bahwa koordinasi mengandung arti adanya usaha – usaha untuk
menghimpun/menjuruskan kegiatan orang – orang, uang, material demi
tercapainya tujuan dari pada organisasi itu. Juga pengertian sinkronisasi sudah
terdapat dalam pengertian koordinasi tersebut yang terbukti dari kalimat adanya
usaha – usaha, uang, material, metode, mesin serta sumber lainnya yang ada pada
organisasi demi tercapainya tujuan organisasi. Dengan adanya usaha untuk
menghimpun/ mengarahkan tools of management (OM) untuk mencapai tujuan
artinya pengarahan penjurusan tersebut sudah tentu dalam arti tindakan tersebut
2.2.6.2.Tipe – tipe Koordinasi
Beberapa tipe koordinasi menurut Khairudin (2000 : 24) adalah sebagai
berikut :
1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan
oleh atasan erhadap kegiatan unit – unit, kesatuan kerja yang ada dibawah
wewenang dan tanggung jawabnya. Atasan mengkoordinasikan semua aparat
yang ada dibawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal
ini mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat
yang sulit diatur.
2. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan atau kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan dalam tingkat
organisasi yang setingkat. Koordinasi ini dibagi atas Interdisciplinary adalah
suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan –
tindakan mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan
unit yang lain secara intern maupun secara ekstern pada unit yang sama
tugasnya.
2.2.6.3. Sifat – Sifat Koordinasi
Menurut Khairudin (2000-48) ada beberapa sifat koordinasi diantaranya
adalah :
2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator
dalam rangka mencapai tujuan.
3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas kooordinasi adalah asas skala artinya koordinasi dilakukan menurut
jenjang kekeuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang yang
berbeda – beda satu sama lain. Tegasnya asas hirarki ini bahwa setiap atasan/
koordinator harus mengkoordinassi bawahannya langsung.
2.2.6.4. Tujuan Koordinasi
Menurut Khairudin (2000-49) ada beberapa tujuan dari koordinasi
diantaranya adalah :
1. untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran kearah
tercapainya sasaran perusahaan.
2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialisasi ke arah sasaran perusahaan
3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan
4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran
5. Untuk menginterpresentasikan tindakan dan pemanfaatan kearah sasaran
organisasi atau perusahaan
6. Untuk menghindari tindakan overkapping dari sasaran perusahaan
2.2.6.5. Cara – Cara Mengadakan Koordinasi
Beberapa cara mengadakan koordinasi menurut Khairudin (2000:52)
1. Membagi keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai
pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan – tindakan yang tepat harus
diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik.
2. Mengusahakan pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh
anggota, tidak menurut masing- masing individu anggota dengan tujuan
sendiri- sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama.
3. Mendorong para anggota bertukar pikiran, mengemukan ide, saran- saran,
dan sebagainya.
4. Mendorong para anggota berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan
penciptaan sasaran.
5. Membina human relation yang tidak baik antara sesama karyawan.
6. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan.
Ringkasnya, suatu koordinasi akan lebih baik, jika memperoleh dukungan.
2.2.7. Pemberdayaan Masyarakat
2.2.7.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan
mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang
kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun
demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan
perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi
Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang
pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan
yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.
James A. Christenson, etc (1989) yang mengatakan bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk
memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri
sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut
berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan
masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen
pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor
penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek saja.
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses
pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas
dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa
pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,” yang berarti memberi daya,
memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya
bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan
untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan
dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif
diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk
ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung
pada pertolongan dari hubungan eksternal
2.2.7.2. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses
pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan
yang mene-kankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan,
kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya.
Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan
primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau
kecenderungansekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. Memiliki kekuatan untuk berunding
4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama
yang saling menguntungkan, dan
5. Bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud
termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu
bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani
mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu
bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan
masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara
berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara
bertanggungjawab
2.2.7.3. Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab
utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah
masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan
yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan,
kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan
prinsip-prinsip pemberdayaan.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan
bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan
sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah
Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif,
psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.
Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi
oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas
permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku
masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap
nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan
yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai
keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan
kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung
masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan. Pemberdayaan
Masyarakat
2.3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas, penelitian ini merupakan satu macam
variabel atau variabel mandiri yaitu Peran Dinas Kebersihan Dan Pertamanan
dalam pengelolaan sampah di Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Dalam penelitian
ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran Dinas Kebersihan dan
Pertamanan dalam meningkatkan kebersihan kota. Kerangka berpikir dalam
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Sumber : diolah dari Perda No.52 Tahun 2008
Peraturan daerah No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah
Peraturan Daerah No.52 Tahun 2008
Tentang Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kab. Sidoarjo
3.1. J enis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yaitu tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis
atau membuat prediksi. Dalam penelitian Deskriptif, penelitian hanya akan
memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2004:24)
Menurut Rakhmat (2004:24) penelitian deskriptif ditujukan untuk
beberapa hal diantaranya adalah :
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada.
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek –
praktek yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Dalam penelitian ilmiah diperlukan metode penelitian yang sesuai dengan
pokok permasalahan dan tujuan penelitian, dengan maksud agar diperoleh data
yang relevan dengan permasalahan penelitian tersebut. Menurut Sugiyono
(2003:1) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkandata dengan
Penelitian deskriptif menurut Irawan (2002:35) adalah penelitian yang
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu
kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara
dua gejala atau lebih.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud untuk
memperoleh deskripsi secara menyeluruh dan mendalam tentang pengelolaan
kebersihan, peran yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo khususnya
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah. Secara
teoritis, menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002:3), penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa kata – kata
tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati.
3.2. Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2005:94), menyatakan bahwa ada dua maksud tertentu
yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan
memanfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini
fokus akan membatasi bidang inkuiri sehingga peneliti tidak perlu kesana –
kemari untuk mencari subyek penelitian. Kedua, penetapan fokus ini berfungsi
untuk memenuhi kriteria inklusi – eksklusi atau kriteria masuk – keluar suatu
informasi yang diperoleh dilapangan.
Jadi, dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti
dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang dikumpulkan dan
Dalam penelitian kualitatif ini digunakan variabel mandiri tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel penelitian adalah peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan
dalam mengelola kebersihan di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah
penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini
fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan
masalah penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan
masalah adalah bagaimana peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam
mengelola kebersihan di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
Sesuai dengan perumusan masalah penelitian, dapat disimpulkan yang
menjadi fokus penelitian ini adalah :
Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam melaksanakan kebersihan
permukiman. Adapun sasaran kajiannya meliputi :
1. Memberdayakan/ pengamanan tempat penampungan sementara (TPS)
yang ada.
Dalam penelitian ini tempat pembuangan sampah (TPS) yang dimaksud
adalah sarana TPS yang disediakan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan untuk desa Janti Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
2. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan kebersihan pemukiman.
Yang dimaksud dalam fokus dua ini adalah penyelesaian permasalahan
3. Membantu dan membina usaha kebersihan yang dilaksanakan
masyarakat.
Usaha kebersihan yang dimaksud adalah usaha-usaha yang berkaitan
dengan kebersihan pemukiman desa Janti kecamatan Waru kabupaten
Sidoarjo.
3.3. Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan dengan cara “purposive”, yaitu
didasarkan pada pertimbangan dan tujuan tertentu. Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
3.4. Sumber Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dari berbagai sumber yakni sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sekunder adalah sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada mengumpul data (Sugiyono,
2003:156)
Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157) sumber data utama
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Informan
Yakni kata – kata dan tindakan dari para informan. Data ini diperoleh
dari nara sumber yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.
Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snow-ball,
informasi lainnya dan seterusnya sampai peneliti lagi (Hamidi,
2004-75). Untuk menetapkan siapa saja yang akan menjadi informan
pertama kali akan ditentukan siapa yang akan menjadi key informan
atau informasi kunci yaitu kepala seksi kebersihan permukiman, jalan,
saluran dan selokan Bapak Sofyan Irwad, Sm.Hk.
2. Sumber Tertulis
Data ini diperoleh dari sumber – sumber tertulis yang secara tidak
langsung berkaitan dengan fokus penelitian seperti sumber buku dan
majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen
resmi.
3. Data Statistik
Data ini dipakai dengan tujuan agar dapat membantu memberi
gambaran kepada peneliti tentang kecenderungan subyek pada latar
penelitian, misalnya seperti data demografi dan monografi dari lokasi
penelitian.
3.5. J enis Data
Dalam penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan
penelitian dapat menggunakan dua jenis data :
a. Data Primer
Yaitu data – data informasi yang diperoleh secara langsung dari
informan pada saat dilakukannya penelitian. Dalam penelitian ini, data
1. Pengamatan
2. Wawancara
kedua hal tersebut dilakukan peneliti di Desa Janti, Kecamatan Waru,
Kabupaten Sidoarjo.
b. Data Sekunder
Yaitu data – data berupa dokumen – dokumen , laporan – laporan dan
arsip – arsip yang ada relevansinya dengan penelitian tersebut.
3.6. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian ini, ada 3 (tiga) teknik yang akan
digunakan yaitu :
1. Proses Melakukan Lokasi (Getting In)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik,
peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan,
baik kelengkapan administratif maupun semua permasalahan yang
berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi
awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh
pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan yang akrab
dengan informan (Moleong,2002:96)
2. Ketika Berada Di Lokasi Penelitian (Getting Along)
Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan
pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian
mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensifitas data
penelitian. Selain itu, dalam proses ini peneliti berusaha untuk
memperoleh informan selengkapnya dari lokasi penelitian
(Moleong,2002 :88)
3. Pengumpulan Data (Logging The Data)
Ada 3 (Tiga) teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan
data yaitu :
a. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi
partisipan untuk mengamati berbagai kegiatan yang dilaksanakan
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
b. Wawancara mendalam
Wawancara jenis ini tidak menggunakan struktur
wawancara yang ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin
memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang di dapat
cukup mendalam. Fleksibilitas semacam ini mampu mendapatkan
kejujuran informan dalam memberikan informasi, terutama yang
berhubungan dengan perasaan, sikap, dan pandangan mereka
terhadap pelaksanaan aktifitasnya. Teknik wawancara ini bertujuan
mendapatkan data yang valid guna menjawab masalah penelitian.
c. Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2002:161),
alasan yang dapat diterima. Dengan cara mengumpulkan data yang
bersumber pada arsip dan dokumen yang ada pada Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo.
3.7. Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1992:16), teknik analisa data kualitatif
meliputi tiga alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada saat sebelum, selama
dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun
suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
dengan menggunakan model interaktif (interactive models of analysis) yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam model ini terdapat
tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa
wujud kata- kata bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah
dikumpulkan dengan aneka macam cara (observasi, wawancara,
dokumen, pita rekaman). Dan yang biasanya diproses kira-kira
sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan atau alat
tulis).
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
merupakan suatubentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan
atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data
lapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya
akan direduksi, dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola (melalui
proses penyuntingan, pemberian kode, dan pembuatan tabel).
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data
yang ada secara sederhana, rinci, utuh, dan integrative yang digunakan
sebagai pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik
kesimpulan dari data yang ada.
4. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus
sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lokasi
penelitian dan selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti
berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang
dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan
dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan
yang tentative namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi
grounded (dasar). Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan
dalam bentuk skema sebagai berikut
Gambar 2.2
Analisis Model Interaktif Menur ut Miles dan Huber man
Sumber : Analisis Data Kualitatif , Miles dan Huberman. (1992:20)
Berdasarkan gambaran diatas maka menjelaskan bahwa data yang
diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan uraian
sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah dianalisa
kemudian diinterpretasikan. Masalah yang dihadapi diuraikan dengan berpatokan
pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian tersebut,
kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.
3.8. Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data maka diperlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
Menurut Moleong (2004 324) ada empat kriteria yang digunakan yaitu :
Pengum pulan Data
Kesimpulan dan verifikasi
1. Derajat kepercayaan (credibility)
Penerapan kriterium derajat kepercayaan (credibility) pada
dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif.
Kriterium ini berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai serta untuk
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil – hasil penemuan dengan
jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang
diteliti.
2. Keteralihan (transferability)
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada
kesamaan antara konteks dan penerima. Untuk melakukan pengalihan
tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan
kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti
bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika
ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk
keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk
memastikan usaha memverifikasi tersebut.
3. Ketergantungan (dependability)
Merupakan substansi istilah reabilitas dalam penelitian
nonkualitatif. Yaitu dengan diadakan pengulangan suatu study dalam
suatu kondisi yang sama hasilnya secara esensial sama maka berarti
reabilitasnya tinggi. Peneliti sebagai instrument penelitian bisa saja
karena keletihan untuk itu digunakan kriteria kebergantungan, dimana
konsepnya lebih luas daripada reabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh
peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala –
galanya, yaitu yang ada reabilitas itu sendiri ditambah faktor – faktor
yang tersangkut. Hal tersebut akan dibahas dalam konteks
pemeriksaan.
4. Kepastian (confirmability)
Pemastian disini adalah bahwa sesuatu itu obyektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,
pendapat, dan penemuan seseorang. Sesuatu yang objektif berarti dapat
dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan.
Menurut Moleong (2005:327), ada beberapa teknik pemeriksaan
untuk masing – masing kriteria keabsahan data, antara lain :
1. Kriteria kredibilitas
Teknik pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara :
a. Perpanjangan keikutsertaan, berarti peneliti tinggal dilapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika
hal itu dilakukan maka akan membatasi :
1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
2) Membatasi kekeliruan peneliti.
3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian – kejadian