• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PT. MHE DEMAG SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PT. MHE DEMAG SURABAYA."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

DANA FEBRIANTO 0612010068/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

(2)

Subhannallah Walhamdulillah Walla’illaa’ilallah Huallahu’akbar. Alhamdulillahirabbil’alamiin. segala puji bagi Allah SWT, serta shalawat dan salam yang senantiasa penulis ucap dan tujukan kepada Baginda Rasul, Nabi Besar Muhammad SAW. Penuh rasa haru dan bangga, serta sujud syukur akan Kebesaran-Nya, Sang Maha Kuasa dan Maha Pemberi kemudahan atas segala urusan Umat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PT. MHE DEMAG SURABAYA” , guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Ekonomi jurusan Manajemen pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dari lubuk hati terdalam, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pribadi-pribadi yang telah dengan tulus bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran, do’a dan mengisi kembali semangat penulis agar selalu yakin serta percaya akan mimpi yang bisa menjadi nyata.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

(3)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi UNiversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

5. Ibu Dra.EC.Sulastri Irbayuni, MM , selaku Dosen Pembimbing yang memiliki empati terhadap kondisi penulis. Terima kasih atas bimbingan, tenaga, waktu, pemikiran-pemikiran yang brilian, kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing serta mengarahkan penulis selama proses bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Orang Tua penulis, Mama dan Papa tercinta. Terima kasih atas segala dukungannya, baik secara moril, do’a dan restu, maupun materi (finansial). Terima kasih atas ketulusan cinta dan kasih sayang yang tak berkesudahan serta tak akan lekang oleh waktu di sepanjang hidup penulis. Tak lupa juga terima kasih untuk kakak ku sudah menjadi penghibur yang baik untuk penulis.

7. Segenap karyawan PT. MHE DEMAG Surabaya, Khususnya Ibu Sri Wahyuni selaku Kepala Biro SDM, dan Pembimbing selama melakukan penelitian, serta semua karyawan PT. MHE DEMAG Surabaya.

(4)

9. Teman-temanku semua angkatan 2006, Geata, Ratih, kiki, Mieke, Linda, Echa, Prana Lika, Ozi’, Permana, Vicky, Nanda, Danu, Doni, Hendra, Zeen dan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas segala sumbangsih yang tulus dan ikhlas kepada penulis selama ini. Dengan segala kerendahan hati yang begitu dalam, penulis memohon ma’af lahir dan bathin bila diri ini selalu meyakiti atau menyinggung hati.

Penulis sepenuhnya menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penyajian skripsi ini karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk dilakukannya suatu penelitian selanjutnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Oktober 2010

(5)

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

ABSTRAKSI………. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Rumusan Masalah………... 9

1.3. Tujuan Penelitian……… 9

1.4. Manfaat Penelitian………. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu………. 11

2.2. Kajian Teori……….... 13

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia……….. 13

2.2.1.1.Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia……… 13

2.2.1.2.Kecenderungan/Trend Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia………. 16

(6)

2.2.2.2.Penyebab-Penyebab Stres………... 23

2.2.2.3.Dampak Stres Kerja Pada Karyawan…………. 29

2.2.2.4.Tindakan-Tindakan Untuk Mengurangi Stres………... 31

2.2.3. Pengertian Kinerja……….. 32

2.2.3.1.PenilaianKinerja………. 35

2.2.3.2.Tujuan Penilaian Kinerja………... 38

2.2.3.3.Jenis Pengukuran Kinerja……….. 40

2.2.4. Metode Penilaian Kinerja……….. 41

2.2.4.1.Manfaat Penilaian Kinerja………. 45

2.2.4.2.Pihak Yang Melakukan Penilaian Kinerja……. 45

2.2.5. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan…… 46

2.3. Kerangka Konseptual……… 48

2.4. Hipotesis………... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… 50

3.1.1. Definisi Operasional……… 50

3.1.2. Pengukuran Variabel……… 53

3.2. Teknik Penentuan Sampel……….. 53

(7)

3.3.2. Sumber Data………. 54

3.3.3. Pengumpulan Data………... 54

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis……….. 55

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas………... 55

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat………... 56

3.4.2.1.Uji Outlier Univariat……… 56

3.4.2.2.Uji Outlier Multivariat………. 56

3.4.3. Uji Normalitas Data………. 57

3.4.4. Analisis Path Dengan Menggunakan Pemodelan SEM (Structural Equation Modelling)……….. 57

3.4.5. Uji Hipotesis………. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………. 62

4.1.1. Struktur Organisasi……… 63

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden………. 68

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian……… 70

4.3.1. Deskripsi Variabel Stres Kerja (X)……… 70

4.3.1.1.Deskripsi Dimensi Subyektif (X1)……… 70

4.3.1.2.Deskripsi Dimensi Kognitif (X2)……….. 71

(8)

4.3.2.2.Deskripsi Dimensi Quality of work (Y2)……… 74 4.3.2.3.Deskripsi Dimensi Job knowledge (Y3)……… 75 4.3.2.4.Deskripsi Dimensi Cooperative (Y4)…………. 76 4.3.2.5.Deskripsi Dimensi Initiative (Y5)………... 77 4.4. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis……… 77

4.4.1. Asumsi Model……….. 77 4.4.1.1.Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas…………. 78 4.4.1.2.Evaluasi dan Outlier………. 79 4.4.1.3.Deteksi Multicollinierity dan Singularity………. 80 4.4.1.4.Uji Validitas dan Reliabilitas………... 81 4.4.2. Pengujian Model Dengan One-Step Approach…………. 86 4.4.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal………. 88 4.5. Pembahasan……… 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……… 93 5.2. Saran……….. 94 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Tabel 1.1. Data Absensi Karyawan Bagian Produksi PT. MHE DEMAG

Surabaya Periode Tahun 2007-2009………... 6

Tabel 2.1. Goodness of Fit Indices………... 61

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……... 68

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 69

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja…………. 69

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Dimensi Subyektif (X1)……….. 70

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Dimensi Kognitif (X2)……… 71

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Dimensi Fisiologi (X3)………... 72

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Dimensi Quantity of work (Y1)……… 73

Tabel 4.8. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Dimensi Quality of work (Y2)……….. 74

(10)

Dimensi Initiative (Y5)……… 77

Tabel 4.12. Hasil Pengujian Normalitas………. 78

Tabel 4.13. Hasil Pengujian Outlier Multivariate………... 80

Tabel 4.14. Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis……… 82

Tabel 4.15. Pengujian Reliability Consistency Internal……….. 83

Tabel 4.16. Construct Reliability dan Variance Extracted………. 85

Tabel 4.17. Evaluasi Kriteria Goodness of fit Indices………. 87

(11)

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual………... 48

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. MHE DEMAG Surabaya……….. 67

Gambar 4.2. One Step Approach to SEM………. 87

(12)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Penyebaran Kuesioner Lampiran 3. Hasil Pengujian Normalitas

Lampiran 4. Hasil Pengujian Outlier Multivariate

Lampiran 5. Hasil Pengujian Faktor Loading dan Konstruk dengan

Confirmatory Factor Analysis

Lampiran 6. Hasil PengujianReliability Consistenct Internal

(13)

Oleh : Dana Febrianto

Abstraksi

Dalam kehidupan, stres adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Manusia dalam hidupnya mempunyai banyak kebutuhan, namun dalam pemenuhannya kendala dan rintangan akan selalu menyertainya. Hal ini yang merupakan pangkal terjadinya stres. Jalannya suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh kesehatan mental tenaga kerjanya. Hal ini disebabkan karena kesehatan mental sangat terkait dengan kemampuan tenaga kerja untuk berpikir, beradaptasi pada perubahan, mengelola krisis, serta berkreasi. Jadi, tenaga kerja yang sehat secara mental akan lebih produktif bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang terganggu mentalnya. Ada tiga klasifikasi penyebab stres, pertama : stres organisasi, yang secara langsung berkaitan dengan lingkungan kerja dan fungsi secara langsung dengan pekerjaan. Kedua, life events, yang tidak dipengaruhi oleh aspek organisasi tetapi lebih didominasi dari peristiwa kehidupan individu. Ketiga, individual stressor, terkait dengan karakteristik yang dimiliki masing-masing individu dalam memandang lingkungannya.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. MHE DEMAG Surabaya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada karyawan PT. MHE DEMAG Surabaya Bagian Produksi. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan One Step Approach to SEM (Structural Equation Modeling).

Hasil pengujian dengan menggunakan SEM (Structural Equation

Modeling) memperlihatkan bahwa Faktor Job Stress berpengaruh negatif terhadap

Faktor Job Performance, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,056 < 0,10 [signifikan [positif].

(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan bisnis dalam dunia usaha yang semakin meningkat, perkembangan ekonomi yang serba cepat, banyaknya perusahaan yang melakukan perampingan tenaga kerja, pemutusan hubungan kerja, merger,

dan bangkrutnya beberapa perusahaan dewasa ini adalah sebagai akibat dari krisis moneter dan krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Kondisi tersebut menimbulkan dampak yang sangat merugikan tenaga kerja, hal tersebut menuntut perusahaan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin agar unggul dalam persaingan, oleh karena

itu para pengusaha harus lebih pandai dalam mengelola tenaga kerja, perusahaan yang beroperasi secara efektif dan efisien tidak mungkin dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Suatu perusahaan membutuhkan adanya suatu perangkat yang kuat dalam menjalankan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain;

memiliki permodalan yang kuat, peluang pasar yang potensial, dan tenaga manajemen yang profesional dalam mengelola perusahaan dengan baik

(15)

organisasinya dan menyeleksi serta mengimplementasikannya secara tepat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi ekonomi yang tidak pasti dapat berdampak terhadap individu dalam organisasi, dalam hal ini karyawan

dituntut untuk lebih banyak menciptakan keunggulan kompetitif melalui peningkatan pengetahuan, pengalaman keahlian, komitmen, dan hubungan kerja sama dengan rekan sekerja maupun dengan pihak lain di luar

perusahaan.

Kenyataannya, seringkali terlihat bahwa individu secara sadar atau

tidak, pada umumnya menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan tersebut, penyebab utamanya yaitu adanya benturan-benturan ketegangan, tekanan atau penyesuaian diri yang kurang dengan lingkungan

sehingga dapat menimbulkan stres.

Stres akan muncul apabila ada tuntutan-tuntutan pada seseorang yang

bisa dirasakan menantang, menekan, membebani atau melebihi daya penyesuaian yang dimiliki individu, akibat dari stres, produktivitas kerja menjadi turun (Kirkcaldy, 2000:2002). Stres kerja pada karyawan bisa

berdampak pada penurunan produktivitas kerja melalui berbagai bentuk kemunduran psikis, fisik, perilaku dan kemampuan kognitif pekerja, yang

(16)

komunikasi dan kerja sama yang baik antar semua lini departemen di setiap level manajemen.

Manajemen di sini berkewajiban untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan mengendalikan organisasi sehingga

tujuan yang diharapkan tercapai.

Kinerja karyawan dipandang perlu dalam organisasi perusahaan karena dapat menentukan hidup dan matinya suatu perusahaan. Kinerja itu

sendiri dapat berdampak positif bila terdapat campur tangan pihak pimpinan (manajer), sehingga stres dapat ditanggulangi atau sebagai

senjata dalam mendongkrak kinerja karyawan.

Tuntutan tugas merupakan faktor yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang dan dapat memberikan tekanan pada seseorang jika kecepatan

tuntutan tugas dirasakan berlebihan, selain itu tuntutan tugas dapat meningkatkan kecemasan dan stres (Robbins, 2001:49)

Setiap orang di manapun ia berada dalam suatu organisasi, dapat berperan sebagai sumber stres bagi orang lain, mengelola stres diri sendiri berarti mengendalikan diri sendiri dalam kehidupan. Sebagai seorang

manajer, mengelola stres pekerja di tempat kerja, lebih bersifat pemahaman akan penyebab stres orang lain dan mengambil tindakan untuk

menguranginya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Efektivitas proses komunikasi dua arah di antara manajer dan pekerja adalah penting untuk mengidentifikasikan penyebab stres yang potensial

(17)

organisasi. Stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan serta hasil yang

diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan.

Stres atau tekanan jiwa merupakan keadaan wajar, terbentuk dalam

diri manusia sebagai respon terhadap setiap hasrat atau kehendak, maka dari itu stres tidak mungkin dihindari, karena merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari pada manusia. Keadaan ini tentu saja akan menuntut

energi yang lebih besar, akan tetapi menurut Davis dan Newstrom (1989 : 469), sejalan dengan meningkatnya stres, prestasi cenderung naik karena

stres membantu individu untuk mengarahkan segala sumber daya dalam memenuhi standar kerja, namun pada teori tertentu stres kerja yang meningkat akan menurunkan kinerja karyawan.

PT. MHE DEMAG Surabaya adalah sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang produksi alat-alat berat untuk pabrik, yaitu crane

(keria), komponen truk, gondola, sistem monorail dan sistem mesin otomatis untuk parkir mobil. PT. MHE DEMAG Surabaya, memberikan informasi, tentang penurunan kinerja karyawan dan penurunan jumlah

produksi pada PT.MHE DEMAG Surabaya.Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari pihak perusahaan yang menerangkan tentang alasan

(18)

1.Sesama rekan sekerja kurang bisa menyesuaikan diri, di karenakan :

a.Faktor pendidikan

Karena faktor pendidikan yang berbeda otomatis pengetahuan yang di

dapat berbeda-beda/tidak sama. b.Faktor fisik

Bagi karyawan wanita dalam hal fisik tidak sama dengan kaum

pria,karena wanita akan mengalami seperti datang bulan,hal ini berpengaruh pada aktifitas dalam melaksanakan pekerjaan.

2.Adanya rasa kebosanan yang timbul dari diri karyawan karena pekerjaannya yang monoton.

Data Jumlah Produksi Alat-Alat Berat PT. MHE DEMAG SurabayaPeriode Tahun 2007-2009

Sumber : PT. MHE DEMAG Surabaya.

Turunnya jumlah produksi tersebut, diduga karena adanya stres kerja yang di alami oleh karyawan,sehingga berdampak pada penurunan

kinerja karyawan bagian produksi PT.MHE DEMAG surabaya.

Adanya stres kerja di perusahaan tersebut berdampak pada kenaikan absensi karyawan bagian produksi di PT.MHE DEMAG Surabaya.

(19)

Terbukti, dari informasi yang selama ini diperoleh menyatakan bahwa sejak tahun 2007 sampai dengan 2009, PT. MHE DEMAG Surabaya menghadapi tingginya

jumlah karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan. Antara lain ijin, sakit dan alpa atau tanpa keterangan. Ketidakhadiran dapat dilihat pada daftar

absensi karyawan bagian produksi. Hal ini diduga disebabkan adanya tekanan kerja atau stres kerja yang dialami karyawan atau pegawai bagian produksi PT. MHE DEMAG Surabaya, pihak perusahaan menuntut karyawan supaya

memenuhi jumlah produksi yang ditentukan perusahaan, sedangkan PT. MHE DEMAG Surabaya sendiri kurang memperdulikan kebutuhan dari karyawan,

seperti pemenuhan kebutuhan untuk rekreasi, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Daftar Absensi Karyawan Bagian Produksi PT. MHE DEMAG Surabaya Periode Tahun 2007- 2009

Sumber : PT. MHE DEMAG Surabaya.

(20)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa selama periode tiga tahun, mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2009, terjadi kenaikan absensi

karyawan. Kenaikan absensi karyawan tersebut menyebabkan adanya penurunan jumlah produksi barang seperti yang ditunjukkan pada tabel.

Hal ini diduga adalah akibat adanya stres kerja yang dialami karyawan bagian produksi di perusahaan tersebut.

Selain itu, juga didapat informasi dari karyawan bahwa adanya

ketidakpuasan disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak kondusif, dan tekanan pekerjaan dari intern (perusahaan) maupun pihak ekstern

(pelanggan) yang dapat menyebabkan stres kerja karyawan. Pihak perusahaan, terlebih perusahaan asing, selalu menuntut karyawannya agar bekerja secara maksimum. Perusahaan menekankan kepada karyawan

untuk bekerja keras memenuhi jumlah produksi yang ditentukan, tetapi pihak perusahaan kurang bisa memahami apa saja hal-hal yang diinginkan

(dalam hal ini adalah hak karyawan), dibutuhkan oleh karyawan mereka, keadaan dan kondisi karyawan. Selain itu kurangnya perhatian dari pihak perusahaan untuk selalu mendorong semangat serta kemampuan karyawan

dalam menjalankan pekerjaannya dapat mempengaruhi kinerja karyawan secara umum.

Menurut Davis dan Newstrom (1996 : 196), menyatakan bahwa stres merupakan suatu tekanan yang dirasakan oleh seseorang di mana tekanan ini berasal dari adanya suatu keadaan, dihadapkan pada suatu kesempatan

(21)

diinginkan dan menjadi tujuan dari dirinya serta hasilnya tidak pasti dan merupakan hasil penting bagi orang tersebut. Ini berarti bahwa jika hasil

dari suatu tujuan tersebut bukan merupakan hal yang penting bagi dirinya, maka tekanan atau stres tersebut tidak akan dirasakan oleh individu

tersebut.

Menurut Johns (1996 : 167) bahwa “Kinerja adalah suatu tingkat peranan anggota organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi,

peranan yang dimaksud adalah pelaksanaan suatu tindakan untuk menjalankan dan menyelesaikan tugas yang diberikan”.

Sedangkan pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan, menurut David dan Newstrom (1996 : 201) menyatakan bahwa “Stres dapat membantu atau merusak kinerja karyawan, tergantung seberapa besar

tingkat stres itu. Bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada dan prestasi kerja cenderung menurun. Sejalan dengan meningkatnya stres,

prestasi kerja cenderung naik karena stres membantu karyawan untuk mengarahkan segala sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja, akhirnya stres mencapai titik stabil yang kira-kira sesuai dengan

kemampuan prestasi karyawan”.

Stres kerja pada karyawan akan berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, stres kerja yang muncul pada diri seseorang karyawan akan memberikan nilai negatif terhadap perusahaan baik dari hasil kualitas maupun kuantitas sehingga

(22)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan meneliti penelitian

“Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi

Pada PT. MHE DEMAG Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Apakah stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PT. MHE DEMAG Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan

penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PT. MHE DEMAG Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat ganda, di samping

bermanfaat secara teoritis juga mempunyai manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan agar dapat memberi gambaran, yaitu gambaran secara realistis tentang permasalahan yang terjadi dalam

(23)

penulis sehingga akan membuka wawasan berpikir bagi penulis dalam praktek dunia usaha.

2. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam

rangka meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih produktif dan efisien.

3. Bagi Pembaca

Sebagai bahan pertimbangan untuk menindak lanjuti penelitian-penelitian serupa sehingga gambaran suatu perusahaan yang ideal

(24)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain sebagai bahan masukan pengkajian serta berhubungan dengan stres kerja dan kinerja adalah sebagai berikut :

1. Widyatmoko, 2007, Stres Dan Pengaruh Terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh stres

terhadap prestasi kerja karyawan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stres pada karyawan bukanlah suatu hal yang akan selalu berakibat buruk pada karyawan

dan juga kinerja mereka. Stres juga dapat memberikan motivasi bagi karyawan untuk selalu memupuk rasa semangat yang tinggi dalam

menjalankan setiap pekerjaannya demi mencapai suatu prestasi kerja yang baik dan maksimal bagi karir karyawan guna mencapai kemajuan serta keberhasilan perusahaan itu sendiri.

2. Park, 2007, Work Stress and Job Performance. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tekanan pekerjaan terhadap prestasi kerja

karyawan.

(25)

tersebut diindikasikan bisa memberi peranan penting untuk meningkatkan prestasi kerja mereka. Dukungan dari perusahaan dan

memberikan dorongan-dorongan positif merupakan faktor-faktor atau unsur-unsur yang protektif bagi para pekerja untuk dapat memperbaiki

prestasi kerja. Di sisi lain, perilaku penanganan negatif dari perusahaan mungkin dapat meningkatkan kelemahan prestasi kerja. Promosi yang efektif dengan unsur-unsur protektif dan pengurangan

perilaku negatif, mungkin dapat membantu pengurangan dampak stres atau pengaruh tekanan pekerjaan terhadap prestasi kerja pegawai

perusahaan tersebut.

3. Retnaningtyas, 2005, Hubungan Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja di Bagian Linting Rokok PT. Gentong Gotri Semarang. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan produktivitas tenaga kerja wanita di bagian linting PT. Gentong Gotri

Semarang.

Hasil dari penelitian ini adalah stres kerja tidak selalu membuahkan hasil buruk dalam kehidupan manusia. Stres diperlukan untuk

menghasilkan prestasi yang tinggi. Semakin tinggi dorongan untuk berprestasi makin tinggi juga produktivitas dan efisiensinya. Demikian

pula sebaliknya. Stres dapat berkembang menjadikan tenaga kerja sakit, baik fisik atau mental, sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Untuk menanggulanginya, sekecil apapun stres kerja yang

(26)

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini dan penelitian ini mempunyai replikasi atau baru berdampak yang besar, baik bagi

tenaga kerja ataupun bagi perusahaan sendiri.

4. Sri Sukeni, 2007,Pengaruh Stres Kerja Dan Semangat Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan Bagian Produksi Pada CV.Aneka Ilmu Semarang.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Stres kerja dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan,baik secara

parsial maupun simultan pada CV.Aneka Ilmu Semarang .

Hasil dari penelitian ini bahwa dengan semangat kerja yang tinggi

maka kinerja karyawan akan meningkat karena para karyawan akan dapat bekerja sama dengan para individu lainnya secara maksimal sehingga pekerjaan lebih cepat,kerusakan berkurang,absensi dapat

diperkecil,perpindahan karyawan dapat dicegah dan sebagainya.Begitu juga sebaliknya,Jika semangat kerja turun maka

kinerja akan turun juga.Jadi dengan kata lain semangat kerja akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

2.2.1.1.Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi, bidang manajemen sumber daya manusia menyangkut bidang psikologi, ekonomi dan administrasi. Manajemen merupakan

(27)

untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya yang terbatas di dalam lingkungan yang terbatas pula.

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas manusia dalam organisasi, tujuannya adalah untuk memberikan

kepada organisasi satuan kerja yang efektif untuk mencapai tujuan ini. Studi tentang manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan,

menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan akan jumlah dan tipe yang tepat.

Keberadaan manajemen sumber daya manusia dipandang sebagai suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang potensial untuk dikembangkan, dan peranannya juga

begitu vital serta paling menentukan dibandingkan dengan unsur-unsur sumber daya yang lainnya.

Menurut Gomes (1997:2) menyatakan bahwa “Manajemen sumber daya manusia adalah mengelola sumber daya manusia. Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia dalam suatu organisasi, baik organisasi publik

maupun swasta, sumber daya manusialah yang paling penting dan sangat menentukan”. Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya

yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya. Semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam

(28)

informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, namun jika tanpa sumber daya manusia maka akan sulit bagi organisasi untuk mencapai

tujuannya.

Menurut Dessler (1997 : 2) manajemen sumber daya manusia adalah

kebijakan dan praktek yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek orang atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian.

Sedangkan menurut Manullang (2001 : 11) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai seni dan ilmu perencanaan,

pelaksanaan dan pengontrolan tenaga kerja untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan adanya kepuasan hati pada diri karyawan, dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah suatu

ilmu yang mempelajari cara bagaimana memberikan facilitiet untuk perkembangan pekerja dengan kedisiplinan dan rasa partisipasi pekerja

dalam satu unit activitiet.

Menurut Simamora (1993 : 5) manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan , penilaian, pemberian balas jasa

dan pengolahan terhadap individu, organisasi atau kelompok pekerja. Manajemen sumber daya manusia sebenarnya merupakan suatu

gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang potensial, yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan bagi

(29)

sebagai suatu gerakan yang mencerminkan pengakuan adanya peranan vital dan semakin pentingnya sumber daya manusia dalam suatu

organisasi, adanya tantangan-tantangan yang semakin besar dalam pengelolaan sumber daya manusia, serta terjadinya pertumbuhan ilmu

pengetahuan dan profesionalisme di bidang manajemen sumber daya manusia.

Lingkup manajemen sumber daya manusia meliputi semua aktivitas

yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi. Menurut Gomes (1997 : 4) aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan

manajemen sumber daya manusia ini secara umum mencakup : a. Rancangan organisasi.

b. Staffing.

c. Sistem reward, tunjangan-tunjangan. d. Manajemen performansi.

e. Pengembangan pekerja dan organisasi. f. Komunikasi dan hubungan masyarakat.

Keterlibatan pekerja dalam kegiatan-kegiatan seperti itu dirasakan

sangat penting. Para manajer harus berusaha mengintegrasikan kepentingan dari para pekerja dengan kepentingan organisasi secara

keseluruhan.

2.2.1.2.Kecenderungan / Trend Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia terus berkembang sejalan dengan

(30)

diperhatikan dalam manajemen sumber daya manusia adalah ditemukannya kecenderungan-kecenderungan baru yang akan berdampak

sangat positif terhadap perkembangan dan efektivitas organisasi. Menurut Gomes (1997 : 13) telah ditemukan kecenderungan atau trend di dalam

organisasi, yakni :

a. Meningkatnya bobot fungsi sumber daya manusia.

Banyak organisasi yang memikirkan secara menyeluruh tentang para

pekerjanya. Ada kecenderungan yang pasti ke arah pemikiran dan perencanaan bagi efektivitas pemakaian sumber daya manusia. Hal ini

menempatkan fungsi sumber daya manusia menjadi perhatian utama (mainstream).

b. Meningkatnya pengembangan manajemen.

Kebanyakan organisasi yang menyadari bahwa jika mereka ingin lebih efektif berhubungan dengan sumber daya manusianya, maka para

manajer akan diberi beban tugas yang lebih banyak, dan untuk itu mereka perlu dididik dan dikembangkan untuk melaksanakan pekerjaan. Hal ini didorong oleh tekanan-tekanan persaingan yang

dirasakan. Kecepatan perubahan yang begitu cepat menuntut para manajer selalu memperbaharui dan terlatih pada basis-basis yang

teratur. Hal ini menuntut adanya pendidikan bagi mereka mengenai bagaimana menjalankan tugas-tugas itu semua dengan baik. Organisasi/perusahaan juga menyadari bahwa suatu program

(31)

organisasi perusahaan, termasuk di dalamnya gaya dan falsafah manajemen.

c. Integrasi program sumber daya manusia.

Berbagai bagian dari sistem sumber daya manusia sedang

diintegrasikan ke dalam suatu sistem manajemen dan perencanaan organisasi. Informasi yang berasal dari sistem manajemen performansi dan pengembangan program pendidikan organisasi. Karena arus data

dan berbagai aspek dari program sumber daya manusia itu menjadi begitu terkait. Mereka saling bertukar gagasan, pemikiran, dan

informasi secara rutin, serta bekerja sama demi hasil yang terbaik bagi organisasi dan para pekerjanya.

d. Meningkatnya perhatian terhadap sikap-sikap pekerja.

Meningkatnya tingkat pendidikan, perubahan kebutuhan dan nilai-nilai dari para pekerja, persepsi, dan harapan-harapan baru mereka

mengenai kerjanya hanya merupakan alasan mengapa organisasi-organisasi perlu lebih dekat pada para pegawainya dan melibatkan lebih banyak mereka. Organisasi-organsasi juga menyadari untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan para pekerja, member semangat dan mengkomunikasi secara lebih efektif.

e. Meningkatnya perhatian terhadap kultur dan nilai organisasi.

Banyak organisasi yang merumuskan nilai-nilai mereka dan mengembangkannya berdasarkan sejarah dan tradisi mereka sendiri.

(32)

fungsional dan hierarkis, maka memerlukan pelekat untuk menyatukan organisasi yang lebih baik untuk membantu

organisasi-organisasi itu agar dapat bekerja sama secara lebih lancar. Mereka membangun berdasarkan sejarah dan tradisi mereka,

mengidentifikasikan kelebihan-kelebihannya yang membuat mereka unik dan berbeda. Para ahli sumber daya manusia mempunyai peranan penting untuk dimainkan dalam semua hal.

2.2.1.3.Peranan Manajemen

Semua manajer dalam setiap organisasi sangat dipengaruhi oleh

unsur-unsur organisasi (tujuan, teknologi, dan struktur) dan unsur-unsur sumber daya manusia (kemampuan, sikap, dan kebutuhan). Manajer harus mampu membuat orang-orang dalam organisasi itu memiliki ciri-ciri

sesuai dengan tujuan organisasi. Orang yang berasal dari berbagai latar belakang, dengan berbagai karakteristik yang berbeda satu sama lain harus

dapat disatukan dengan tujuan organisasi.

Tugas manajer adalah bagaimana mengintegrasikan unsur-unsur organisasi dan unsur-unsur sumber daya manusia, untuk itu seorang

manajer memerlukan suatu mekanisme guna melakukan penyesuaian-penyesuaian. Menurut Robbins (1998 : 135) Mekanisme yang diperlukan

untuk menyatu-padukan unsur-unsur tersebut meliputi :

a. Pengarahan (direction) yang mencakup pembuatan keputusan, kebijaksanaan, dan lain-lain.

(33)

oleh manajer dalam bertindak, yaitu :

1. Dari penentuan rencana-rencana, kebijaksanaan, dan tujuan secara

unilateral hingga penentuan secara bersama-sama dengan semua orang yang terlibat.

2. Dari pengawasan yang langsung dan ketat (baik melalui orang, prosedur-prosedur yang terinci dan laporan-laporan) sampai kepada pengawasan yang umum sehingga terlaksananya self-direction dan

self-control dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah disetujui sebelumnya.

b. Rancangan organisasi dan pekerjaan (organization and job design). Pada mekanisme rancangan organisasi dan pekerjaan ini terdapat sejumlah alternatif yang dapat dipilih oleh manajer dalam bertindak :

1. Dari struktur yang mengatur pengelompokkan spesialisasi secara ketat berdasarkan fungsi yang sejenis dengan berbagai

keterampilan yang diarahkan pada bagian atau tahap proses yang terintegrasi.

2. Dari bentuk rancangan yang sangat menekankan pada kesatuan

tugas hingga bentuk rancangan yang meliputi aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi operasi-operasi yang berjalan sendiri (

self-paced) dan pengendalian diri.

c. Sistem komunikasi dan pengendalian (communication and control system).

(34)

sejumlah alternatif yang dapat dipilih oleh manajer dalam bertindak, berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci :

1. Dari sistem komunikasi yang terutama hanya mengutamakan instruksi dan perintah dari atas (manajer) dan laporan dari bawah

(karyawan/bawahan) ke atas hingga sistem informasi yang dirancang untuk memberikan kepada unit-unit pelaksanaan keterbukaan yang lebih besar terhadap informasi yang dianggap

perlu bagi kinerja mereka.

2. Dari sistem kontrol yang mengumpulkan informasi mengenai

kemajuan unit-unit pelaksana bagi transmisi hingga pada bentuk evaluasi yang agak jauh untuk membentuk rancangan feed back

yang menjamin unit-unit pelaksana secara langsung menilai dan

menyesuaikan kinerja mereka sendiri.

Melalui rangkaian mekanisme inilah para manajer dapat

melaksanakan tugas untuk mengintegrasikan semua karakteristik ke dalam satu model yang mendukung pencapaian tujuan organisasi.

2.2.1.4.Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Penerapan manajemen sumber daya manusia bertujuan mendayagunakan sumber daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditentukan secara efisien dan efektif. Maksud dari daya guna di sini adalah untuk penggunaan sumber tenaga manusia dalam suatu perusahaan dengan mendapatkan tenaga manusia yang layak dan

(35)

manusia bertujuan agar setiap karyawan dalam organisasi dapat bekerja sama dengan rekan-rekannya guna merealisir tujuan organisasi secara

efektif dan efisien.

2.2.2. Stres Kerja

2.2.2.1.Pengertian Stres

Stres menurut Robbins (2007) adalah kondisi dinamik yang di dalamnya individu menghadapi peluang, kendala atau tuntutan terkait

dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting.

Menurut Charles D, Spielberger (dalam Handoyo, 1984 : 63) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu

stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang

berasal dari luar diri seseorang.

Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat

mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan (Davis dan Newstrom, 1996 : 95).

Menurut Davis dan Newstrom (1996 : 196), menyatakan bahwa stres merupakan suatu tekanan yang dirasakan oleh seseorang di mana tekanan ini berasal dari adanya suatu keadaan, dihadapkan pada suatu kesempatan

(36)

diinginkan dan menjadi tujuan dari dirinya serta hasilnya tidak pasti dan merupakan hasil penting bagi orang tersebut. Ini berarti bahwa jika hasil

dari suatu tujuan tersebut bukan merupakan hal yang penting bagi dirinya, maka tekanan atau stres tersebut tidak akan dirasakan oleh individu

tersebut.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu keadaan psikologis yang merupakan stimulus dari berbagai keadaan

yang tidak menyenangkan.

2.2.2.2.Penyebab–Penyebab Stres

Kondisi–kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressors. Terdapat dua sumber utama dari stres pada karyawan yaitu faktor-faktor yang bersifat organisasi atau pekerjaan dan faktor-faktor yang bersifat

non-organisasi atau non-pekerjaan. Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan tersebut secara positif maupun negatif. Stres dikatakan

positif dan merupakan suatu peluang, bila stres tersebut merangsang mereka untuk meningkatkan usahanya agar mendapat hasil yang maksimal, dan dikatakan negatif bila stres tersebut menurunkan usaha

mereka. Akibatnya, ada konsekuensi yang konstruktif maupun destruktif bagi badan usaha maupun karyawan. Pengaruh dari konsekuensi tersebut

adalah penurunan atau peningkatan usaha dalam jangka pendek atau bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, untuk mengendalikan stres, badan usaha mengawalinya dengan mencari

(37)

Ada 3 kategori potensi stressor menurut Robbins (2001 : 294), yaitu : 1. Faktor lingkungan, terdiri dari :

a. Ketidakpastian ekonomi

Perubahan dalam bisnis menimbulkan ketidakpastian ekonomi,

sehingga rasa cemas mengenai keamanan pada kondisi ekonomi akan meningkat.

b. Ketidakpastian politik

Ancaman maupun perubahan politik atau politik yang tidak stabil, dapat menimbulkan keadaan yang tidak pasti terhadap situasi

politik. Hal itu akan berdampak menimbulkan kecemasan pada diri seseorang.

c. Ketidakpastian teknologi

Inovasi dapat membuat keahlian dan pengalaman karyawan menjadi berguna dalam waktu singkat, sehingga merupakan

ancaman bagi karyawan dan menyebabkan stres. 2. Faktor organisasi, terdiri dari :

a. Tuntutan tugas

Desain pekerjaan individu (otonomi, variasi tugas, tingkat otomasi), kondisi kerja, dan letak fisik pekerjaan. Makin kecil

ketergantungan antara tugas seseorang dengan tugas yang lain dan makin besar otonomi, stres akan cenderung semakin berkurang. b. Tuntutan peran

(38)

dipuaskan, kelebihan beban peran terjadi ketika karyawan diharapkan melakukan pekerjaan melebihi waktu yang tersedia.

Keraguan akan peran yang tidak pasti terhadap apa yang harus dikerjakan.

c. Tuntutan antar pribadi

Disebabkan oleh karyawan lain, kurangnya dukungan sosial dari kenalan dan hubungan antar pribadi yang buruk.

d. Struktur organisasi

Peraturan yang kaku dan kurangnya partisipasi dalam pembuatan

keputusan yang menyangkut karyawan merupakan variabel struktural.

e. Kepemimpinan organisasi

Menunjukkan gaya karyawan eksekutif senior dari organisasi. Beberapa eksekutif menciptakan budaya yang ditandai dengan

tekanan, ketakutan, kecemasan. f. Daur hidup organisasi

Tahap pendirian dan penurunan biasanya penuh dengan stres. Stres

cenderung paling kecil dalam tahap dewasa, di mana ketidakpastian beda pada titik terendah.

3. Faktor individu, terdiri dari : a. Keluarga dan hubungan pribadi

Kesulitan pernikahan, perpecahan hubungan, masalah kedisiplinan

(39)

b. Masalah ekonomi

Orang yang memiliki masalah pribadi dengan sumber daya

keuangannya menjadi stres dan perhatiannya pada pekerjaan terganggu.

Sumber-sumber stres yang berhubungan dengan pekerjaan menurut Davis dan Newstrom (1996 : 198) sebagai berikut :

1. Beban kerja yang berlebihan

2. Tekanan atau desakan waktu

3. Kualitas pengawasan kerja yang rendah

4. Iklim politik yang tidak aman

5. Otoritas kerja yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab

6. Konflik kerja

7. Perbedaan nilai antara karyawan dan pemimpin

8. Perubahan tipe, khususnya yang tidak lazim 9. Frustasi kerja

Menurut Handoko (1984 : 200), ada 2 kategori yang bisa

menyebabkan stres, yaitu on the job dan off the job : Penyebab-penyebab stres on the job antara lain :

1. Beban kerja yang berlebihan 2. Tekanan atau desakan waktu 3. Kualitas supervisi yang jelek

(40)

5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung

jawab

7. Kemenduaan peranan (role ambiguity)

8. Frustasi

9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok

10. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan

11. Berbagai bentuk perusahaan

Penyebab-penyebab stres off the job antara lain :

1. Kekuatiran finansial

2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan anak 3. Masalah-masalah fisik

4. Masalah-masalah perkawinan (masalah cerai) 5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal

6. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian Menurut Widyatmoko (2007) beberapa sumber stres yaitu :

1. Dimensi Subyektif adalah gejala psikologis (emosional individu) yang

tumbuh pada diri seseorang akibat adanya stres kerja, yaitu:

a. Kekhawatiran yaitu seringkali merasa khawatir saat sedang bekerja

(dihinggapi rasa khawatir yang berlebihan terhadap pekerjaannya). b. Peledakan emosi, memperlihatkan sikap amarah yang

meledak-ledak.

(41)

gejala psikologis individu, artinya individu tersebut akan mudah mengalami penurunan mental akibat adanya stres.

2. Dimensi Kognitif adalah berkaitan dengan sikap individu. Gejala-gejala perilaku yang timbul dari individu akibat adanya stres, yaitu :

a. Tidak mampu mengambil keputusan secara sehat, dalam pengambilan keputusan, akan mengalami kesukaran.

b. Kurang dapat berkonsentrasi yaitu tidak dapat berpikir fokus pada

satu hal, pikirannya akan terpecah.

c. Sangat peka terhadap ancaman yaitu memperlihatkan sikap apatis

dan selalu merasa curiga atau tidak percaya dengan rekan sekerja atau orang lain.

3. Dimensi Fisiologi adalah berkaitan dengan fisiologi individu. Gejala

fisik yang timbul pada diri seseorang akibat adanya stres biasanya akan menimbulkan gangguan kesehatan tubuh, yaitu :

a. Tekanan darah naik, pada saat seseorang berada pada situasi yang tertekan karena pekerjaan, orang tersebut akan mengalami kenaikan tekanan darah yang bisa menyebabkan hipertensi.

b. Mudah gugup, (menjadi bingung), memperlihatkan sikap kurang tenang dalam menghadapi situasi yang memberikan tekanan pada

dirinya.

c. Mengalami ketegangan, saat menghadapi tekanan atau stres, pada bagian tubuh biasanya akan mengalami reaksi tegang, pada

(42)

2.2.2.3 .Dampak Stres Kerja Pada Karyawan

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan kedua belah pihak, baik dari pihak karyawan maupun dari pihak perusahaan. Pada diri

karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan tinggi, frustasi dan sebagainya. Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas

ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti misalnya, karyawan tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu

berkonsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan dan sebagainya.

Stres sebagai ketegangan atau tekanan emosional yang dialami oleh seseorang dan dapat memperlihatkan gejala abstrak, oleh para ahli

dikelompokkan menjadi 3 kategori (Robbins, 2007 : 800) yaitu :

1. Gejala fisik, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada

metabolisme organ tubuh seperti denyut jantung yang meningkat, tekanan darah yang meningkat, sakit kepala dan sakit perut yang bisa kita alami dan harus diwaspadai.

2. Gejala psikologis, yaitu perubahan-perubahan sikap yang terjadi seperti ketegangan, kegelisahan, ketidaksenangan, kebosanan, cepat

(43)

3. Gejala keperilakuan, yaitu perubahan atau situasi di mana produktivitas seseorang menurun, absensi meningkat, kebiasaan makan berubah,

merokok bertambah, banyak minum-minuman keras, tidak bisa tidur, berbicara tidak tenang dan lain-lain.

Menurut Higgins (dalam Umar, 1998:259) bila stres menjadi terlalu besar, maka kinerja akan mulai menurun karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk

mengendalikannya. Akibat yang lebih ekstrem adalah kinerja akan menjadi nol, karyawan tidak kuat lagi bekerja, putus asa, keluar dari pekerjaan dan

menolak untuk bekerja. Dampak stres kerja yang negatif dapat berupa kebosanan, kehilangan kesabaran, ketidakpuasan dalam bekerja dan keletihan (Gibson Ivancevich dan Donelly, 1984:207).

Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres

yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja

dapat berupa: terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja, mengganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunkan

tingkat produktivitas, menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan,

(44)

berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.

2.2.2.4.Tindakan-Tindakan Untuk Mengurangi Stres

Menurut Davis (1996 : 202) beberapa tindakan untuk mengurangi

stres adalah : 1. Meditasi

Meditasi mencakup pemusatan pemikiran untuk menenangkan fisik

dan emosi. Meditasi membantu menghilangkan stres duniawi secara temporer dan mengurangi gejala-gejala stres. Ada sejumlah praktek

lain, yang mirip dengan praktek meditasi, seperti yoga.

Umumnya semua meditasi memerlukan unsur sebagai berikut : a. Lingkungan yang relatif tenang

b. Posisi yang nyaman

c. Rangsangan mental yang repentitive

d. Sikap yang pasif

2. Biofeedback

Suatu pendekatan yang berbeda terhadap suasana kerja yang

mengandung stres adalah biofeedback. Dengan biofeedback orang di bawah bimbingan medis belajar dari umpan balik instrumen untuk

(45)

3. Personal wellness

Umumnya ada kecenderungan terhadap program pemeliharaan

preventif bagi personal wellness yang didasarkan pada riset obat perilaku. Pendekatan preventif adalah lebih baik dalam mengurangi

penyebab stres, walaupun metode-metode penanggulangan membantu seseorang menghadapi stressor yang berada di bawah pengendalian langsung.

Sedangkan menurut Luthans (1992 : 460) beberapa teknik khusus yang digunakan individu untuk menghilangkan atau untuk lebih efektif

mengelola stres yang tidak terelakkan adalah sebagai berikut : 1. Olah raga

2. Relaksasi

3. Mengendalikan perilaku 4. Terapi kognitif

5. Jaringan

2.2.3. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja berasal dari Job performance atau Actual performance

atau hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai atau karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) dinyatakan bahwa “Performance is defined as the record of outcomes produced on a

(46)

Pernyataan ini berarti bahwa kinerja dapat didefinisikan sebagai catatan hasil-hasil yang diperoleh pada sebuah fungsi atau aktivitas pekerjaan

dalam sebuah periode atau waktu yang telah ditentukan.

Secara sederhana kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai

oleh seorang karyawan selama periode waktu tertentu pada bidang pekerjaan tertentu. Seorang karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Untuk dapat memiliki kinerja yang tinggi dan baik, seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya harus memiliki

keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang dimilikinya. Oleh karena itu dalam meningkatkan kinerja karyawan, perusahaan hendaknya sedini mungkin memberikan penghargaan pada karyawan agar

ikut berperan serta dalam semua kegiatan perusahaan karena pengaruh beberapa faktor tenaga kerja selalu berubah dari waktu ke waktu (Robbins,

2001).

Menurut Johns (1996 : 167) menyatakan bahwa “Kinerja adalah suatu tingkat peranan anggota organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan

organisasi, peranan yang dimaksud adalah pelaksanaan suatu tindakan untuk menjalankan dan menyelesaikan tugas yang diberikan”.

Menurut Robbins (1998 : 650) kinerja karyawan dapat dilihat dalam 3 kriteria, sebagai berikut :

1. Individual task outcomes, if ends count, rather than means, then

(47)

outcomes, a plant manager could be judged on criteria such as quality

produced, scrap generated, and cost per unit of production artinya

bahwa kinerja karyawan dapat dilihat dalam tiga hal, pertama adalah hasil-hasil tugas individual. Menilai hasil tugas karyawan dapat

dilakukan pada suatu badan usaha, mereka sudah menetapkan standar kinerja sesuai dengan jenis pekerjaaan, yang dinilai berdasarkan periode waktu tertentu. Bila karyawan dapat mencapai ketentuan

standar berarti hasil tugasnya baik.

2. Behaviours, it is difficult to identify specivic outcomes that can be

directly attributable to an employee’s action. This is particularly true

of personnel in staff position and individuals whose work assignments

are intrisically part of a group effort. Perilaku, perusahaan tentunya

terdiri dari banyak karyawan baik bawahan maupun atasan dan dapat dikatakan sebagai suatu kelompok kerja yang mempunyai perilaku

masing-masing berbeda karena itu seorang karyawan dituntut untuk memiliki perilaku yang baik dan benar sesuai pekerjaan masing-masing.

3. Traits, the weakest of criteria, yet one still widely used by organizations, is individual traits. They are weaker than either task

outcomes or behaviours because they are farthest removed from the

actual performance of the job it self. Ciri atau sifat, ini merupakan bagian terlemah dari kriteria kinerja yang ada. Ciri atau sifat karyawan

(48)

adanya perubahan-perubahan dan campur tangan dari pihak luar seperti diadakannya pelatihan akan mempengaruhi kinerja dalam

beberapa hal.

Menurut Gomes (2003 : 142) merupakan tanggung jawab pemimpin

atas pencapaian hasil kerja tertentu sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab karyawan yang dinilai oleh atasan langsung, kinerja karyawan juga dapat dilihat dari :

1. Quantity of work, yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

2. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan

ketrampilannya.

4. Cooperative, kesediaan bekerja sama dengan orang lain (bekerja sama

dalam tim atau kelompok).

5. Initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dalam memperbesar tanggung jawabnya.

2.2.3.1.Penilaian Kinerja

Kinerja karyawan dapat diketahui dan untuk itu diadakan penilaian

terhadap kinerja karyawan itu sendiri, dari penilaian itu dapat diketahui tingkat kinerja yang dihasilkan oleh karyawan telah memenuhi standar atau tidak. Dengan melakukan penilaian kinerja karyawan, pihak

(49)

dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperbaiki kinerja karyawan, untuk memotivasi karyawan dalam pengembangan diri, serta sebagai dasar

perencanaan dan pengambilan keputusan.

Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1993 : 419) adalah penentuan

secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh orang lain.

Mangkunegara ( 2000 : 69 ) mengemukakan penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan pemimpin

perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

Menurut Gomes (2003 : 137), penilaian kinerja dilihat dari titik acuan

penilaiannya ada 3 tipe, yaitu :

1. Penilaian kinerja berdasarkan hasil

Tipe kriteria kinerja ini merumuskan performansi pekerjaan berdasarkan pencapaian tujuan organisasi atau mengukur hasil-hasil akhir.

2. Penilaian kinerja berdasarkan perilaku

Tipe kriteria kinerja ini mengukur sarana pencapaian sasaran, dan

bukannya hasil akhir.

3. Penilaian kinerja berdasarkan judgement

Ini merupakan tipe kriteria kinerja yang menilai dan / atau

(50)

spesifik, yaitu :

1. Quantity of work, yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam suatu

periode waktu yang ditentukan.

2. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian yang telah ditetapkan dan kesiapannya dalam menyelesaikan pekerjaan.

3. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan

keterampilan.

4. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan

untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperative, yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang-orang lain.

6. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercayai dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.

7. Initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dalam memperbesar tanggung jawabnya.

8. Personal Qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi.

(51)

2.2.3.2.Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2003 : 233) tujuan penilaian dari kinerja adalah :

a. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan. b. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam

perusahaan.

c. Alat untuk memberikan umpan balik yang mendorong ke arah

kemajuan dan kemungkinan memperbaiki atau meningkatkan kualitas kerja bagi para tenaga kerja.

d. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari

seorang pemegang tugas dan pekerjaan.

e. Landasan atau bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada

bidang ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan lainnya.

Sedangkan Mulyadi (1993 : 420), tujuan utama dari penilaian kinerja

adalah untuk dapat memberi semangat personel dalam mencapai sasaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dan dalam mematuhi standar

(52)

Tujuan penilaian kinerja menurut Rivai (2005 : 50), yaitu : 1. Meningkatkan kinerja.

2. Menetapkan tujuan organisasi.

3. Mengidentifikasikan pelatihan dan kebutuhan pengembangan.

Penilaian prestasi dilakukan untuk memperoleh informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan manajer sumber daya manusia yang lain, seperti perencanaan SDM,

penarikan dan seleksi, pengembangan SDM, perencanaan dan pengembangan karier, program-program kompensasi, promosi, pensiun,

dan pemecatan (Panggabean, 2004 : 67).

Tujuan penilaian kinerja menurut Handoko (2001 : 135) : 1. Perbaikan prestasi kerja

2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi 3. Keputusan-keputusan penempatan

4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan 5. Perencanaan dan pengembangan karir

6. Peyimpangan-penyimpangan proses staffing

7. Ketidakakuratan informasional

8. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan

(53)

2.2.3.3.Jenis Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja boleh mengacu pada berbagai hal seperti

pandapatan, penjualan, output, unit yang diproses, produktivitas, biaya-biaya, waktu penyelesaian, waktu penyerahan barang, memberi layanan,

kecepatan reaksi atau perputaran, kinerja standar kualitas atau reaksi pelanggan (Rivai, 2005 : 95).

Selain itu, pengukuran kinerja dapat pula dilakukan dengan empat

jenis pengukuran yang jelas, yang dijelaskan sebagai berikut : a. Pengukuran uang

Meliputi pemaksimalan pendapatan, menghemat biaya dan meningkatkan tingkat keuntungan.

b. Pengukuran waktu

Pengukuran berdasarkan waktu menyatakan kinerja terhadap jadwal pekerjaan, jumlah pekerjaan yang tertunda dan kecepatan kerja atau

cepat tanggap. c. Pengukuran efek

Meliputi kinerja dari suatu standar, perubahan dalam perilaku (para

rekan kerja, staf, pelanggan atau klien), penyelesaian fisik (menyangkut) pekerjaan dan tingkat layanan.

(54)

d. Reaksi

Mengidentifikasikan bagaimana orang lain memegang jabatan dan

karena pengukuran sasaran yang kurang. Reaksi dapat diukur oleh evaluasi acuan, tingkat kinerja oleh pelanggan atau analisis keluhan

dan komentar internal atau eksternal.

2.2.4. Metode Penilaian Kinerja

Banyak cara yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk

mengukur atau menilai kinerja dari seorang karyawan. Secara umum, data kinerja dapat dikategorikan menjadi dua kelompok menurut Rivai (2005 :

349), yaitu :

1. Judgement (subjektif)

Penilaian kinerja judgement atau subjektif dapat dilakukan dengan

bermacam-macam metode atau teknik. Beberapa metode atau teknik yang sering digunakan oleh perusahaan dalam sistem penilaian kinerja

subjektif antara lain :

a. Alphabetical/Numering Rating

Dalam metode alphabetical atau numering rating ini, metode atau

teknik yang digunakan oleh penilai yaitu penilai akan diminta untuk me-rating atau memberi peringkat kepada karyawan dengan

cara menggunakan angka yang masing-masing mempunyai bobot yang berbeda.

(55)

b. Forced Choice Rating Index

Pada metode forced choice rating index ini, cara penilaiannya

penilai diminta untuk membuat kata sifat atau ungkapan yang dapat memberikan gambaran tentang kinerja karyawan yang akan dinilai.

c. Personality Trait Rating

Dalam metode personality trait rating ini, penilaiannya terdiri dari lima atau enam poin kualitas personal dan karakteristik

kepribadian.

d. Graphic Rating Scale

Dalam metode graphic rating scale ini, metode atau cara penilaiannya menggunakan skala grafik. Di dalam skala grafik ini akan memberikan gambaran yang menunjukkan mulai dari kinerja

yang tertinggi sampai dengan kinerja yang terendah.

e. Force Distribution

Pada metode force distribution ini, persentase kelompok karyawan yang akan dinilai telah ditetapkan terlebih dahulu.

f. Ranking

Dalam metode ranking ini, penilai hanya mengurutkan berdasarkan

ranking, mulai dari urutan yang mempunyai ranking kinerja yang

paling baik hingga sampai pada ranking kinerja yang paling jelek.

(56)

g. Paired Comparison

Metode ini penilai diminta untuk membandingkan seorang

karyawan dengan karyawan lainnya, kemudian dinilai apakah kinerjanya lebih tinggi atau lebih rendah dari karyawan lain

tersebut.

2. Non-Judgement (objektif)

a. Free Written Report (metode esai)

Metode ini, penilai memberikan pendapat tentang kinerja masing-masing karyawan dalam bentuk esai atau karangan.

b. Controlled Written Report

Metode ini mirip dengan metode free written report, namun lebih terarah karena adanya heading dalam dokumen penilaian yang

mengarahkan komentar penilai.

c. Critical Incident Technique (insiden-insiden kritis)

Pada metode ini, metode atau tenik yang digunakan yaitu penilai diminta untuk mencatat kedua sisi kinerja, baik yang positif maupun yang negatif dari karyawan.

d. Result Oriented Scheme

Metode ini berorientasi pada hasil yang ingin dicapai yang lebih

menekankan kinerja daripada kepribadian.

e. Self Appraisal

Metode ini melibatkan karyawan dalam proses penilaian tentang

(57)

f. Behaviorally Anchored Rating Scales (BARS) / skala peringkat dikaitkan dengan tingkah laku.

3. Penilaian kinerja berorientasi masa lalu

Metode penilai kinerja berorientasi masa lalu dilakukan berdasarkan

kinerja masa lalu. Keuntungan metode ini adalah dapat dijadikan umpan balik yang dapat mengarahkan usaha untuk meningkatkan kinerja. Teknik-teknik penilaian ini adalah sebagai berikut :

a. Skala peringkat (Rating Scale) b. Daftar pertanyaan (Checklist)

c. Metode dengan pilihan terarah (Torced Choice Methode) d. Metode peristiwa kritis (Critical Incident Methode) e. Metode catatan prestasi

f. Skala peringkat dikaitkan dengan tingkah laku (BARS) g. Metode peninjauan lapangan (Field Review Methode)

h. Tes dan observasi prestasi kerja (Performance Test and Observation)

4. Penilaian kinerja berorientasi masa depan

a. Penilaian diri sendiri (Self Appraisal)

b. Manajemen berdasarkan sasaran (Management by Objecive)

c. Implikasi penilaian kinerja individu dengan pendekatan MBO d. Penilaian dengan psikolog

(58)

2.2.4.1.Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk (Mulyadi : 1993) :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. Seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan,

untuk menyediakan kriteria seleksi serta evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.2.4.2.Pihak yang melakukan Penilaian Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2002 : 87) penilaian kinerja dapat

dilakukan oleh siapa saja yang paham benar tentang penilaian karyawan secara individual. Kemungkinan antara lain :

1. Para atasan yang menilai karyawannya

2. Karyawan yang menilai atasannya

3. Anggota kelompok yang menilai satu sama lain

4. Sumber-sumber dari luar 5. Penilaian karyawan sendiri 6. Penilaian dengan multi sumber

(59)

Metode yang pertama adalah yang paling umum. Atasan langsung memiliki tanggung jawab penuh terhadap penilaian dalam organisasi, meskipun

merupakan suatu hal yang paling umum dilakukan untuk meninjau dan mendapatkan persetujuan dari petinggi atasan langsung tersebut. Sistem manapun

harus termasuk langsung di dalamnya diskusi atau tatap muka langsung antara penilai dari pihak yang dinilai. Oleh karena itu, penggunaan yang semakin bertambah terhadap input dari pihak konsumen, dua sumber informasi penilaian

yang semakin meningkat pemanfaatannya adalah anggota kelompok dan sumber-sumber di luar organisasi.

2.2.5. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Higgins (dalam Umar, 1998: 259) berpendapat bahwa terdapat hubungan langsung antara stres kerja dan kinerja,sejumlah besar riset telah

menyelidiki hubungan stres kerja dengan kinerja di sajikan dalam model stres – kinerja (hubungan U terbalik) yakni hukum Yerkes Podson

(Mas’ud, 2002:20).Pola U terbalik tersebut menunjukkan hubungan tingkat stres (rendah-tinggi) dan kinerja (rendah-tinggi).Bila tidak ada stres,tantangan kerja juga tidak ada dan kinerja cenderung

menurun.Sejalan meningkatnya tres,kinerja cenderung naik,karena stres membantu karyawan untuk mengarahkan segala sumber daya dalam

memenuhi kebutuhan kerja,adalah suatu rangsangan sehat yang mendorong para karyawan untuk menanggapi tantangan pekerjaan.Akhirnya stres mencapai titik stabil yang kira-kira sesuai dengan

(60)

kinerja akan mulai menurun karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan.Karyawan kehilangan kemampuan untuk

mengendalikannya.Akibat yang paling ekstrem kinerja menjadi nol,karyawan menjadi tidak kuat lagi dalam bekerja,putus asa,keluar atau

menolak bekerja untuk menghindari stres.

Menurut Robbins (1998 : 314), terdapat pengaruh langsung antara stres kerja terhadap kinerja karyawan,di mana stres tersebut bisa

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Berdasarkan uraian di atas, variabel-variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Stres (X)

Adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses

berpikir, dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan (Davis dan Newstrom, 1996:95). Dimensi dari variabel ini adalah :

a. Subjektif (X1)

Adalah suatu hal yang berkaitan dengan psikis (emosional) individu.

Indikator pada dimensi ini dikembangkan berdasarkan penelitian Widyatmoko (2007) :

X1.1. Kekhawatiran yaitu seringkali merasa khawatir saat sedang

bekerja (dihinggapi rasa khawatir yang berlebihan terhadap pekerjaannya).

(62)

X1..3. Mudah lelah (mental) yaitu di sini, mudah lelah dikaitkan dengan gejala psikologis individu, artinya individu tersebut

akan mudah mengalami penurunan mental akibat adanya stres. b. Kognitif (X2)

Adalah hal-hal yang berkaitan dengan sikap individu. Indikator pada dimensi ini dikembangkan berdasarkan penelitian Widyatmoko (2007):

X2.1. Tidak mampu mengambil keputusan secara sehat, dalam pengambilan keputusan, akan mengalami kesukaran.

X2.2. Kurang dapat berkonsentrasi yaitu tidak dapat berpikir fokus pada satu hal, pikirannya akan terpecah.

X2.3. Sangat peka terhadap ancaman yaitu memperlihatkan sikap

apatis atau selalu merasa curiga atau tidak percaya dengan rekan sekerja atau orang lain

c. Fisiologi (X3)

Adalah berkaitan dengan fisiologis individu. Indikator pada dimensi ini dikembangkan oleh Widyatmoko (2007):

X3.1. Tekanan darah naik, pada saat seseorang berada pada situasi yang tertekan karena pekerjaan, orang tersebut akan mengalami

(63)

X3.2. Mudah gugup (menjadi bingung), memperlihatkan sikap kurang tenang dalam menghadapi situasi yang memberikan

tekanan pada dirinya.

X3.3. Mengalami ketegangan, saat menghadapi tekanan atau stres,

pada bagian tubuh biasanya akan mengalami reaksi tegang, pada umumnya di bagian otot tubuh kita.

2. Kinerja Karyawan (Y)

Merupakan tanggung jawab pemimpin atas pencapaian hasil kerja tertentu sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab karyawan yang dinilai oleh

atasan langsung. Indikator pada variabel ini dijelaskan berdasarkan teori Gomes (2003:142) :

Y1.1. Quantity of work, yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam

suatu periode waktu yang ditentukan .

Y1.2. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat keseuaian dan kesiapannya.

Y1.3. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya.

Y1.4. Cooperative, kesediaan bekerja sama dengan orang lain (bekerja sama dalam tim atau kelompok).

Gambar

Tabel 4.10.
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual…………………………………………...  48
Tabel 4.1.
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

The purpose of this research is (1) To know whether there is influence of Emotional Quotient on leaming outcome of Akidah Akhlak to Allah SWT student of class VII at Islamic

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI DISERTAI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

For assessing the point clouds quality, both results have been compared to a reference point cloud, previously generated by the scanning of a stele with the

The following issues are addressed: the definition of school culture, the effects of culture on schools in general and teachers in particular, the assumptions held by school

The goal for the final year is to enrich the method-mix by re- searching a coin image recognition technique, to further improve and evaluate the methods researched so far and

Impor produk jagung yang didistribusikan didalam maupun diluar Jawa Timur baik untuk konsumsi maupun industri sampai dengan tahun bulan Januari tahun 2014

Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang 3

Pendaftaran harus dilakukan oleh direktur utama/pimpinan perusahaan/pengurus koperasi atau dapat diwakilkan dengan membawa tanda pengenal dan surat tugas dari