SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh :
DYAH KURNIA HANDAYANI 0812010004 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Disusun oleh:
DYAH KURNIA HANDAYANI 0812010004 / FE / EM Telah Dipertahankan Dihadapan
Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur
pada tanggal 09 Desember 2011.
Pembimbing Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi Dr. Muhadjir Anwar, MM Sekretaris
Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi
Anggota
Dra. Ec. Hj. Kustini, MSi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM NIP. 196309241989031001
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Pengaruh Kebijakan Hutang, Insider Ownership Dan Firm Size Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di Bei Tahun 2006-2009”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
4. Ibu Dra.Ec.Tri Kartika P.MSi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas
6. Kepada kedua orangtuaku dan Kakak dan Adikku tercinta yang telah
memberikan dukungan baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, Nopember 2011
DAFTAR ISI ... ii 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 12
2.2 Landasan Teori... 15
2.2.1 Teori Keagenan ... 15
2.2.1.1. Masalah Keagenan ... 15
2.2.1.2. Biaya Keagenan... 17
2.2.1.3. Cara Mengatasai Biaya Keagenan ... 17
2.2.2 Kebijakan Hutang Perusahaan ... 18
2.2.2.1.Pengertian Hutang ... 18
2.2.2.2. Jenis-Jenis Hutang ... 19
2.2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Hutang ... 21
2.2.3. Insider Ownership ... 22
2.2.4. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 23
2.2.5. Nilai Perusahaan ... 24
2.3.3. Teori Yang Melandasi Kebijakan Perusahaan Dalam
Meningkatkan Nilai Perusahaan ... 29
2.4 Kerangka Berpikir ... 30
2.5 Hipotesis... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Pengukuran Variabel ... 31
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 33
3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 39
3.6.1. Uji Hipotesis ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 42
4.1.1.PT.Lion Mesh Prima, Tbk... 42
4.1.2 PT.Lion Metal Works,Tbk …………... ... 43
4.1.3 PT. Alumindo Light Metal Industry…... . 43
4.1.4 PT.Gudang Garam,Tbk... ... 44
4.1.5. PT.Sumi Indo Kabel,Tbk ... 45
4.1.11. PT.Indika Energy,Tbk... 50
4.4. Analisa Model Dan Pengujian Hipotesis ... 66
4.4.1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 66
4.4.2. Uji F ... 68
4.4.3. Uji t ... 69
4.5. Pembahasan ... 70
4.5.1. Pengaruh insider ownership Terhadap Nilai Perusahaan ... 70
4.5.2. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan 71 4.5.3. Pengaruh Firm size Terhadap Nilai Perusahaan ... 72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kesimpulan... 75
5.2. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Tabel 4.1. Insider Ownership Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009 . 52
Tabel 4.2. Firm Size Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009... 54
Tabel 4.3 Leverage Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009 ... 56
Tabel 4.4 Debt Ratio Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009... 58
Tabel 4.5. Uji Normalitas ... 60
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Dengan Transformasi... 61
Tabel 4.7. Uji Kualitas Data ... 62
Tabel 4.8. Uji Durbin Watson ... 63
Tabel 4.9. Uji Autokorelasi ... 64
Tabel 4.10. Nilai VIF ... 65
Tabel 4.11 Korelasi Rank Spearman ... 66
Tabel 4.12. Analisis Regresi Linear Berganda... 67
Tabel 4.13. Uji F... 68
Tabel 4.14 Uji t... 69
Lampiran 1 : Tabulasi Data Keuangan
Lampiran 2 : Hasil Uji Normalitas
Lampiran 3 : Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dyah Kurnia Handayani Abstraksi
Pasar modal Indonesia yang dikatagorikan sebagai pasar modal yang sedang tumbuh memiliki potensi yang tinggi untuk memberi kontribusi dalam ekonomi lndonesia. PT. Bursa Efek lndonesia sebagai salah satu bursa yang menjadi acuan pasar modal Indonesia yang didominasi emiten industri manufaktur. Seperti diketahui bahwa krisis ekonomi lndonesia berdampak pada nilai fundamental perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai perusahaan yang kurang stabil. Hal ini disebabkan karena sektor perusahaan manufaktur kurang mendapat perhatian dari investor yang mengakibatkan saham emiten perusahaan manufaktur kurang likuid sehingga saham emiten manufaktur hanya bergerak aktif di saat tertentu saja.
Populasi dalam penelitian ini adalah aporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tahun 2006 – 2009 dimiliki oleh sampel sebesar 13 perusahaan. Teknik sampel yang digunakan adalah
purposive sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berasal dari perusahaan. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian 1). Insider ownership berpengaruh
terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. 2).Firm size
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu industri kreatif adalah kerajinan dan termasuk di dalamnya
adalah barang kerajinan emas. Emas tak sekedar perhiasan saja, perkembangan
industri maupun fashion dalam mengolah logam mulia ini pun telah
mengembangkan berbagai produk perhiasan emas baik untuk dipakai maupun
untuk dipajangan. Oleh karena itu sudah saatnya barang-barang emas ditangani
secara serius oleh pemerintah melalui standardisasi, guna meningkatkan daya
saing baik di pasaran domestik maupun internasional.Indriastuti dan Rufaidah,
(2010: 2).
Sudah sejak dahulu dalam perdagangan emas bahwa kadar emas
dinyatakan dalam satuan karat, akan tetapi akhir-akhir ini kadar dinyatakan dalam
persen. Sebagian besar dari masyarakat saat melakukan transaksi emas
berpedoman pada “karat”, jarang mengenal atau menggunakan “persen” sebagai
cara untuk mengetahui kandungan emas dari barang yang dibeli. Kadang di sini
konsumen dimainkan oleh pedagang karena ketidaktahuan tentang perhitungan
kadar. Persyaratan mutu yang telah tercantum dalam SNI 13-3487-1995 Barang-
barang emas, kadarnya sudah disetarakan antara karat dengan persen dan sudah
mencantumkan tingkat kemurnian namun titik beratnya masih kepada kadar emas
yang dinyatakan dalam karat. Sedang persyaratan mutu pada SNI Barang-barang
Perhiasan-perhiasan yang diproduksi dan dipasarkan, terbuat dari berbagai
macam bahan, seperti platinum, emas, perak, nikel dan lain-lain. Dari semua
produk perhiasan yang dipasarkan perhiasan emas merupakan salah satu perhiasan
yang penjualannya sangat sensitif. Dari waktu ke waktu harga emas murni terus
melonjak, sehingga hal ini menjadi suatu fenomena tersendiri bagi
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis perhiasan emas. Adapun sensitifnya harga jual
perhiasan emas dikarenakan harga material utamanya yaitu mas murni, sangat
tergantung pada faktor-faktor lain seperti nilai minyak mentah, nilai tukar mata
uang, dan lain-lain. Sikap seseorang terhadap atribut produk dapat berbeda-beda
karena keyakinan atau kepercayaan konsumen serta evaluasi terhadap atribut yang
dimiliki produk tersebut. Disamping itu masih ada faktor lain yang turut
berpengaruh yang pada akhirnya akan menentukan minatnya membeli suatu
produk.
Dalam penelitian ini sikap merupakan faktor yang mendapatkan perhatian
dari peneliti, karena sikap merupakan faktor yang tepat untuk memprediksi atau
meramalkan perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Jadi dengan
mempelajari sikap konsumen diharapkan dapat menentukan apa yang akan
Sikap adalah evaluasi kognitif seseorang yang berlangsung terus menerus, perasaan emosionalnya, kecondongan bertindak kearah sasaran atau gagasan
tertentu (William J Stanton 1985; 161), sedangkan menurut Kotler (2002; 200)
sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang
terhadap suatu obyek atau gagasan.
Gaya hidup merupakan salah satu indicator dari factor pribadi yang turut
berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Jika diartikan gaya hidup merupakan
pola hidup didunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat
seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang
berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik
kelas social seseorang dan menggambarkan bagaimana mereka menghabiskan
waktu dan uangnya. Oleh karena itu dalam kaitannya sebagai factor yang
berpengaruh terhadap perilaku konsumen gaya hidup sering dikaitkan dengan
produk dan jasa tertentu yang berhubungan dengan kelas sosial seseorang.
Dimana dalam keputusan pembelian harga bukan menjadi pertimbangan utama
namun prestise, kenyaman, dan penerimaan lingkungan menjadi pendorong kuat
dalam pertimbangan pembelian. Octavia, (2010: 28).
Perhiasan bagi sebagian besar perempuan memiliki makna yang berbeda
produsen semakin beragam dan memunculkan keinginan yang juga beragam.
Salah satunya perhiasan yang cukup diminati adalah emas putih. Trend ditahun
2009 untuk jenis perhiasan perempuan, emas putih menduduki peringkat kedua
setelah berlian.
Secara teori, emas putih berbeda dengan emas kuning.Emas putih adalah
campuran emas dengan logam lain berwarna putih seperti nikel (Ni), perak (Ag),
palladium (Pd), platinum (Pt), maupun rhodium (Rh). Campuran logam putih
mampu mengubah warna emas dari kuning menjadi putih. Banyak pencinta
perhiasan yang beralih membeli emasputih, disamping sebagai alternative
investasi, menggunakan emas putih dianggap lebih fresh, elegan dan tidak
mencolok. Perilaku pembelian emas putih tidak terlepas dari gaya hidup. Namun
apakah terdapat pengaruh gaya hidup terhadap perilaku pembelian konsumen
memerlukan pengkajian secara empiris.
Penelitian ini dilakukan di Pusat kota Surabaya di perbelanjaan toko emas
dimana di tempat tersebut adalah pasar yang cukup strategis letaknya di tengah
kota Surabaya sebagai lalu lintas perdagangan, khususnya perdagangan emas.
Beberapa alasan penyebab perhiasan emas lebih diminati daripada perhiasan perak
adalah disebabkan oleh beberapa motif pembelian perhiasan emas seperti dapat
meningkatkan gengsi, spekulasi atau investasi. Sedangkan perhiasan perak kurang
kuning, emas putih boleh jadi 18 karat, 14 karat, 8 karat atau mana mana karat
yang sesuai. Emas putih 18 karat adalah campuran 75 peratus emas dan 25 peratus
lain lain logam seperti perak dan palladium.
http://toyu2u.wordpress.com/2008/08/24/apakah-emas-putih/,namun
akhir-akhir ini emas putih banyak yang dipalsukan sehinggan banyak konsumen
yang beralih ke emas kuning, berikut adalah data tentang pembelian emas putih di
Toko Mas Gajah Surabaya.
Tabel 1.1. Data penjualan emas putih di Toko Mas Gajah Surabaya
Tahun Target Penjualan Realisasi Penjualan
2007 400000000 545420055
2008 400000000 535670400
2009 400000000 470600321
2010 400000000 345200150
Sumber: toko Toko Mas Gajah Surabaya /2010.
Berdasarkan gambaran data di atas menunjukkan bahwa pembelian dan
penjualan emas putih yang dilakukan di pasaran mengalami penurunan hal ini
dapat disebabkan kondisi masing-masing pelanggan."Pelanggan atau konsumen
yang berfikir rasional dalam kehidupannya dan juga banyak yang menjual, karena
kebutuhan mereka. Bukan karena emas yang lagi naik. Lagi pula naiknnya masih
sekedar investasi tetapi juga ada motif seperti gaya hidup masing-masing
konsumen yang membelinya, serta sikap yang membentuk mereka dalam
memutuskan untuk pembelian emas putih.
Jakarta - Harga emas dunia yang terus merangkak naik, membawa dampak
kepada penjualan perhiasan logam mulia emas di dalam negeri. Kenaikan harga
emas tercatat tipis dibawah 10%, namun terjadi penurunan pembelian atas
perhiasan emas. Berdasarkan pantauan detik Finance di beberapa toko perhiasan
di Jakarta, ada beberapa pengelola yang menaikkan harga jual emas. Seperti pada
toko Diamond di pusat belanja Cijantung Jakarta Timur. Di sini, emas dengan
kadar 23 dan 24 karat naik Rp 10 ribu per gram, dari harga minggu sebelumnya.
"Harga emas kami naikan Rp 10 ribu, dari harga kemarin. Tentu ada pengaruh
dari harga emas dunia yang naik. Kita mengikuti saja”.Minggu (22/11/2009).
Shiffman dan Kanuk(2000) adalah “Consumer behavior can be defined
as the behavior that customer display insearching for, purchasing, using,
evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy
they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk,
jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat
memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
Pengambilan Keputusan Pembelian Emas Putih Di Pusat Kota Surabaya”.
1.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan membeli emas putih
di Pusat Kota Surabaya?
2. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan membeli emas putih di
Pusat Kota Surabaya?
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat disusun tujuan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap keputusan membeli emas putih di
Pusat Kota Surabaya.
2. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap keputusan membeli emas
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen
Pemasaran terutama bagi akademisi yang ingin menganalisis pengaruh sikap
dan gaya hidup terhadap pengambilan keputusan pembelian.
2. Bagi perusahaan
Sebagai bahan informasi tambahan untuk penyempurnaan dalam perbaikan
atau peningkatan kualitas produk, memberikan ketertarikan pada suatu produk
agar konsumen membelinya.
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan
dapat menjadi bahan kajian dan masukan untuk mendukung penelitian pernah
dilakukan oleh :
Penelitian ini sebelumnya dilakukan oleh Harjito dan Nurfaizah,(2006).
dengan judul penelitian “Hubungan Kebijakan Hutang, Insider Ownership Dan
Kebijakan Dividen Dalam Mekanisme Pengawasan Masalah Agensi Di
Indonesia”. Rumusan masalah yang di ajukan adalah sebagai berikut: 1).Ada
hubungan saling mengganti antara kebijakan hutang dengan insider ownership
dalam peranan pengawasan untuk mengurangi masalah agensi. 2).Ada hubungan
saling mengganti antara kebijakan hutang dengan pembayaran dividen dalam
peranan pengawasan untuk mengurangi masalah agensi. 3).Ada hubungan saling
mengganti antara insider ownership dengan pembayaran dividen dalam peranan
pengawasan untuk mengurangi masalah agensi. 4). Ada pengaruh positif yang
signifikan antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. 5). Ada pengaruh
positif yang signifikan antara insider ownership terhadap nilai perusahaan. 6).Ada
pengaruh positif yang signifikan antara kebijakan pembayaran dividen terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa hubungan saling
mengganti antara kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan hutang
Hubungan saling mengganti antara ketiga variabel mekanisme agensi tersebut
ditunjukkan dengan hubungan negatif di antara mekanisme-mekanisme
pengawasan tersebut. Tetapi meskipun diperoleh hubungan yang negatif, tetapi
secara statistik tidak signifikan. Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan terdapat
hubungan antara kebijakan hutang dengan insider ownership dalam pengawasan
masalah agensi tidak terbukti dalam penelitian ini. Begitu juga dengan hipotesis
(H3) yang menyatakan terdapat hubungan saling mengganti antara insider
ownership dengan kebijakan dividen dalam pengawasan masalah agensi tidak
terbukti.
Oleh karena itu disimpulkan bahwa hutang dan dividen sebagai kebijakan
keuangan tidak dapat menggantikan peranan insider ownership sebagai kebijakan
bukan keuangan dalam mengurangi masalah agensi. Hubungan saling mengganti
antara kebijakan hutang dengan dividen dalam peranan pengawasan masalah
agensi juga tidak terjadi secara signifikan. Hubungan saling mengganti ini
ditunjukkan oleh tanda koefisien negatif dan tidak signifikan untuk kedua
mekanisme hutang dan dividen. Penemuan ini tidak mendukung hipotesis (H2)
yang menyatakan terdapat hubungan saling mengganti antara hutang dengan
dividen dalam peranan pengawasan masalah agensi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa di antara variabel kebijakan keuangan (hutang dan dividen)
tidak dapat saling mengganti untuk mengurangi masalah agensi di Indonesia.
Meskipun tingkat penggunaan hutang ditingkatkan, peranan dividen sebagai
mekanisme pengawasan tidak dapat dikurangi untuk tujuan mengurangi masalah
Penelitian ini selanjutnya dilakukan oleh Wardani dan
Hermuningsih,(2009) dengan judul penelitian ” Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai Perusahaan pada perusahaan yang Terdaftar di bursa efek malaysia Dan
bursa efek indonesia”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia.
Hasil penelitian ini bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia
kebijakan dividen dipengaruhi oleh insider ownership dan kebijakan hutang,
sedangkan di Indonesia tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa undang-undang
yang terapkan di Malaysia berkaitan dengan perlindungan hukum investor dirasa
lebih efektif untuk mengendalian manajer dan insider ownership, sehingga insider
tidak mungkin meningkatkan nilai perusahaan karena kepentingan antara pemilik
dan agen diselaraskan karena kontrol pasar dan tindakan disiplin manajer. Selain
itu nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia dan Bursa Efek Indonesia
tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Hal ini tidak sesuai dengan bird hand
theory (Gordon, 1962 dalam Brigham dan Gapensky, 1996) yang menyatakan
bahwa dividen yang tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan karena pemegang
saham lebih menyukai dividen yang tinggi karena memiliki kepastian yang tinggi
dibandingkan capital gain. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang saham tidak
lagi melihat kebijakan dividen sebagai sinyal positif bahwa perusahaan dalam
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Agen adalah pihak yang diberi wewenang oleh pihak lain, disebut pemberi
amanat, untuk bertindak atas nama pemberi amanat tersebut. Teori agen (agency
theory) adalah cabang ekonomi yang berhubungan dengan perilaku pemberi amanat (pemilik) dan agennya (manajer) (Horne, 1997:5) dalam hal lain pihak
manajemenlah yang disebut sebagai agen dan pemberi amanat adalah pemilik
perusahaan.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002: 11) bagi perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas (PT), yang lebih dulu terdaftar di pasar modal
seringkali terjadi pemisahan antara penegelola (pihak manajemen atau seringkali
disebut sebagai pihak agen) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham yang
disebut sebagai principal).namun karena adanya perbedaan tanggung jawab dari
keduanya ketika perusahaan mengalami kebangkrutan memungkinkan sekali akan
timbulnya masalah atau konflik keagenan.
2.2.1.1 Masalah Keagenan
Permasalahan dasar yang timbul dalam agency theory menurut Jogi dan
Tarigan (2007) adalah adanya konflik kepentingan pemegang saham dan manajer.
Masing-masing pihak berkepentingan memaksimalkan tujuannya yang terkadang
saling berlawanan. Tetapi setiap pihak juga memiliki resiko untuk manajer tidak
ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal menjalankan fungsinya, sementara
manajer. Kondisi seperti ini merupakan konsekuensi adanya pemisahan fungsi
pengelolaan dengan fungsi kepemilikan.
Menurut Brigham , Gapenski, dan Daves (1999) dalam Erni Masdupi,
maslah keagenan bias terjadi antara pertama pemilik (shareholders) dengan
manajer, kedua, antara manajer dengan debtholders dan yang ketiga, manajer
dengan shareholders dan debtholders. Masalah keagenan menurut Jeff Madura,
(2001: 43) adalah muncul ketika para manajer tidak bertindak sebagai agen yang
bertanggung jawab kepada pemegang saham atau pemilik perusahaan.
Sedangkan menurut Husnan dan Pudjiastuti, (2001: 12) masalah keagenan
(agency problems) muncul dalam dua bentuk, yaitu antara pemilik perusahaan (principals) dengan pihak manajemen (agent), antara pemegang saham dengan pemegang obligasi. Antara pemilik perusahaan dan manajemen muncul masalah
keagenan ketika pihak manajemen dalam pengambilan keputusan keuangan lebih
memaksimumkan kepentingan sendiri bukan untuk kepentingan pemegang saham.
Sedangkan antara pemegang saham dengan pemegang obligasi muncul masalah
keagenan ketika pengambilan keputusan keuangan diambil untuk kepentingan
pemegang saham, namun mengorbankan kepentingan pemegang obligasi.
Contohnya adalah kepentingan untuk menambah hutang yang sangat besar yang
akan berdampak menurunnya harga obligasi, karena obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan akan dinilai sangat berisiko. Dngan demikian keputusan tersebut akan
2.2.1.2 Biaya Keagenan
Menurut Wahidawati, (2002), tujuan utama perusahaan adalah
meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Brigham, Gapensi,
1996) antara pihak manajemen atau manajer seringkali mempunyai tujuan lain
yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan sehingga timbul konflik
kepentingan.
Konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham dapat
diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan
kepentingan-kepentingan yang terkait. Namun dengan munculnya mekanisme
pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency
theory.
2.2.1.3 Cara Mengatasi Biaya Keagenan
Masalah keagenan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002 : 12) dapat
diatasi dengan menciptakan suatu mekanisme monitoring agar pihak manajemen
(agent) selalu mengambil keputusan berdasarkan kepentingan pemegang saham. Namun mekanisme pengawasan itu sendiri akan memunculkan biaya-biaya.
Menurut Wahidawati, (2002) dalam mengatasi agency cost ada beberapa alternatif
sebagai berikut :
Pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan
yang diambil dan apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari
Kedua, dengan meningkatkan dividend payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari
pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya (Crutley dan Hansen, 1989).
Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang juga
akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga
menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Jensen,
et al., 1992; Jensen 1986).
Keempat, institutional investor sebagai monitoring agents. Adanya kepemilikan oleh investor institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
2.2.2 Kebijakan Hutang Perusahaan 2.2.2.1 Pengertian hutang
Menurut Baridwan (1992 : 219) Hutang adalah pengorbanan manfaat
ekonomi di masa akan datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan
usaha dimasa kini untuk untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada
badan usaha lain dimasa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian
di masa lalu.
Menurut Riyanto (1995: 227) Hutang atau modal asing adalah modal yang
berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan
yang pada saatnya harus dibayar kembali.
Sedangkan menurut Jeff Madura (2001: 224) adalah dana yang dipinjam
oleh perusahaan. Perusahaan perlu meminjam dana tersebut untuk diinvestasikan
2.2.2.2 Jenis-jenis Hutang
Menurut Riyanto (1995: 227-239), hutang (kewajiban) dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Hutang jangka pendek (Short – Term Debt)
Hutang jangka pendek (Short – Term Debt) merupakan
hutang yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun.
Adapun jenis-jenis hutang jangka pendek, yaitu :
Rekening Koran
Rekening Koran merupakan kredit yang diberikan oleh
bank kepada perusahaan dengan batasan plafon tertentu dimana
perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian
demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang
dibayarkan hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun
sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut.
Kredit dari Penjual
Kredit dari penjual merupakan kredit perniagaan dan kredit
ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit.
Apabila penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual
baru menerima pembayaran harga dari barang yang dijual beberapa
waktu kemudian setelah barang diserahkan.
Kredit dari Pembeli
Kredit dari pembeli adalah kredit yang diberikan oleh
mentahnya atau barang-barang lainnya. Pembeli membayar harga
barang yang dibelinya terlebih dahulu, dan setelah beberapa waktu
berulah pembeli menerima barang yang dibelinya.
Kredit Wesel
Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan
mengeluarkan “surat pengakuan utang” yang berupa kesanggupan
untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan
pada saat tertentu (sesuai dengan notes/promes), dan setelah
ditanda tangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada
Bank.
2. Modal Asing/Utang Jangka Menengah (Intermediate – Term Debt)
Modal asing atau utang jangka menengah adalah utang
jangka waktu atau umurnya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10
tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah adalah :
Term Loan
Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu
tahun dan kurang dari 10 tahun. Term loan pada umumnya dibayar
kembali dengan angsuran tetap selama satu periode tertentu
misalnya pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan.
Leasing
Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan “service”
dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti
milik untuk aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai
dengan hak milik.
3. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long – Term Debt)
Modal asing/utang jangka panjang adalah utang yang jangka
waktunya adalah panjang, umurnya lebih dari 10 tahun. Jenis atau
bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara lain :
Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka
waktu yang panjang, untuk nama pihak debitur mengeluarkan surat
pengakuan hutang yang mempunyai nominal tertentu.
Pinjaman Hipotik (Mortage)
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana
pemberi uang atau kreditur diberi hak hipotik terhadap suatu
barang tidak bergerak agar supaya pihak debitur tidak memenuhi
kewajibannya, maka barang itu dapat dijual dan dari hasil
penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.
2.2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Utang
Menurut Jeff Madura (2001: 225) pemilik dana akan menilai kekayaan
kredit dari perusahaan, berkenaan dengan beberapa faktor, yaitu:
1. Rencana penggunaan pinjaman perusahaan.
2. Kondisi keuangan bisnis perusahaan.
3. Peramalan tentang industri atau lingkungan disekitar bisnis
4. Adanya jaminan dan perusahaan yang dapat digunakan untuk
mengembalikan pinjaman.
2.2.3. Insider Ownership
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukan dengan
besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer (Jogi & Josua
Tarigan 2007).
Friend dan Hasbrouck (1988) seperti dikutip Moh’d et aL, (1998) dan
Friend dan Lang (1988) menyatakan bahwa insider perusahaan mempunyai
kepentingan yang lebih besar dalam menjamin kelangsungan hidup perusahaan
karena resiko hutang non divesifable manajemen lebih besar dari investor publik,
dengan kata lain, apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang maka akan
mengancam likuiditas perusahaan dan posisi manajemen. Insider yang
kpemilikannya lebih besar dalam perusahaan akan memiliki keinginan yang lebih
besar dalam meminimalkan resiko struktur modal.
Jensen dan meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan orang dalam
atau insider ownership merupakan ukuran prosentase saham yang dimiliki oleh
direksi, manajemen, komisaris, ataupun setiap pihak yang terlibat secara langsung
dalam pembuatan keputusan perusahaan.
Menurut Erni Masdupi (2005: 62) variable insider ownership dihitung
INSD = Jumlah saham yang dimiliki komisaris/ direktur
Jumlah saham beredar
2.2.4. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap
perluasan modal sahamnya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
perusahaan yang bersangkutan.
Size yang besar memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam
masalah pendanaan melalui pasar modal. Kemudahan ini biasa ditangkap sebagai
informasi yang baik. Size yang besar dan tumbuh biasanya merefleksikan tingkat
profit dimasa yang akan datang.
Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya
aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu
perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran
perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan (Nisa Fidyati, 2003). perusahaan yang besar dan mapan (stabil) akan
lebih mudah untuk ke pasar modal. Kemudahan untuk ke pasar modal maka
berarti fleksibilitas bagi perusahaan besar lebih tinggi serta kemampuan untuk
mendapatkan dana dalam jangka pendek juga lebih besar daripada perusahaan
kecil
Sedangkan untuk dapat bertahan dalam jangka panjang perusahaan kecil
Frm Size diketahui dari mengukur variabel natural log of sales dengan menggunakan rumus (Erni Masdupi : 2005:62), sebagai berikut :
SIZE = NL Total Asset
2.2.5. Nilai Perusahaan
2.2.5.1. Pengertian Nilai perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. “Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat
saham diperdagangkan di pasar” (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Nilai
perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price to book value
yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal
itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan
yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha &
Taswan, 2002).
Dalam realitasnya tidak semua perusahaan menginginkan harga saham
tinggi (mahal), karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor untuk
membelinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan
yang go public di BEJ melakukan stock split (pemecahan saham) di bursa efek
(“ICMD”, 2006). Itulah sebabnya, harga saham harus dapat dibuat seoptimal
mungkin. Artinya, harga saham tidak boleh terlalu tinggi (mahal) atau tidak boleh
tertalu rendah (murah). Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk
pada citra perusahaan di pemandangan para investor. Harga saham yang optimal
perusahaan dalam menjual saham di bursa efek. Artinya, bila pasar sangat tertarik
dengan saham yang diperdagangkan, maka perusahaan dapat menaikkan harga
sahamnya, demikian juga sebaliknya.
Nilai perusahaan dalam beberapa literatur disebut dengan berbagai istilah,
misalnya price to book value (PBV) ratio (Fakhuddin & Hadianto, 2001) dan
market/book (M/B) ratio (Brigham & Gapenski, 2006). Istilah nilai perusahaan
pada masing-masing literatur meskipun berbeda, tetapi artinya adalah price to
book value merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham (Brigham & Gapenski, 2006). Adapun yang dimaksud dengan nilai buku
per saham atau book value per share adalah perbandingan antara modal dengan
jumlah saham yang beredar (Fakhuddin & Hadianto, 2001).
Jadi, price to book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara
harga saham dengan nilai buku saham. Berdasarkan perbandingan tersebut harga
saham perusahaan akan dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai buku
saham tersebut. Formula untuk menghitung price to book value ditunjukkan
sebagai berikut (Brigham & Ehrhardt, 2002):
Price To book Value =
aham Nilaibukus
asaham Harg
Di mana Nilai Buku Saham (Book Value per Share) dapat dihitung dengan
formula:
Book Value per share =
mberedar Jumlahsaha
Modal
Price to book value juga dapat berarti rasio yang menunjukkan apakah
bawah) nilai buku saham tersebut (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Dengan demikian, price to book value rasio sangat berguna untuk
menentukan saham-saham apa saja yang mengalami overvalued, undervalued,
atau wajar (Pandowo, 2002).
Keberadaan price to book value sangat penting bagi investor untuk
menentukan strategi investasi. Hasil penelitian Yulianto (1998) yang dikutip oleh
Pandowo (2002) menyimpulkan bahwa price to book value dapat digunakan untuk
menentukan strategi investasi yang dilakukan investor di pasar modal.
Berdasarkan nilai PBV, investor dapat memprediksi saham-saham yang
mengalami undervalued dan overvalued, sehingga dapat menentukan strategi
investasi yang sesuai dengan harapan investor untuk memperoleh dividen dan
capital gain yang tinggi.
2.3. Pengaruh insider ownership Terhadap Nilai Perusahaan
Menurut Bathala et al (1994) dalam agency model yang dikemukakan oleh
Jensen meckling, perusahaan merupakan subyek terhadap meningkatnya konflik,
karena adanya penyebaran keputusan dan resiko. Dalam konteks ini para manajer
cenderung untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi perilaku
oportunistik yang lain. Mereka menerima manfaat penuh tapi tidak menanggung
resiko ataupun biaya yang oleh Jensen dan Meckling disebut gency cost of equity.
Di sisi lain para manajer juga mempunyai kecenderungan untuk
menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai
menimbulkan resiko kebangkurutan. Untuk menekan hal ini Jensen dan Meckling
(1976) menyarakan untuk lebih meningkatkan kepemilikan insider dalam
perusahaan. Dengan demikian menanggung resiko sebagai konsekuensi apabila
mereka melakukan kesalahan dalam keputusan. Kepemilikan saham oleh manajer/
insider akan membuat mereka semakin hati – hati dalam menentukan hutang. Dapat disimpulkan bahwa, adanya pemisahan kepemilikan perusahaan
akan menjadi factor pemicu masalah keagenan. Oleh karena itu dengan adanya
kepemilikan manajerial maka kinerja manajer akan semakin meningkat karena
mereka juga memiliki perusahaan, kinerja yang meningkat akan meningkatkan
nilai perusahaan.
2.3.1. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan
Jensen (1986) menyatakan bahwa dengan adanya hutang dapat digunakan
untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh
manajemen, dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia. Penggunaan
hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai tersebut dikaitkan
dengan harga saham dan penurunan hutang akan menurunkan harga saham
(Masulis, 1998). Namun demikian peningkatan hutang juga akan menimbulkan
peningkatan risiko kebangkrutan bila tidak diimbangi dengan penggunaan hutang
yang hati-hati (Taswan, 2003).
Dari pendapat para pakar diatas maka bias dikatakan bahwa kebijakan
hutang bias digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan, maka kebijakan
2.3.2. Pengaruh Firm size Terhadap Nilai Perusahaan
Semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang digunakan
untuk menjalankan operasi perusahaan. Salah satunya adalah hutang. Bringham
dan Gapenski (1999) dalam Soliha dan Taswan (2002) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
membutuhkan dana dari sumber eksternal yang besar, peningkatan hutang bias
meningkatkan nilai perusahaan. Size yang besar dan tumbuh bisa merefleksikan
tingkat profit dimasa yang akan datang.
Besar kecilnya suatu perusahaan akan sangat berpengaruh pada
pendanaannya. Banyak perusahaan besar akan memperoleh dana dengan
menerbitkan obligasi, yang merupakan surat utang jangka panjang yang dibeli
oleh investor. Beberapa perusahaan besar akan memilih untuk menerbitkan
obligasi dibandingkan memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan karena
tingkat suku bunganya lebih rendah. Perusahaan kecil yang tidak terkenal tidak
akan dapat menerbitkan obligasi. Bahkan jika mereka dapat menerbitkan obligasi
mereka sendiri, penerbitan obligasi biasanya akan memerlukan banyak dana yang
tidak mampu dikeluarkan oleh sebuah perusahaan kecil (Jeff Madura, 2001 : 227).
Ukuran perusahaan menunjukan aktivitas perusahaan yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan menunjukan
tingkat pertumbuhan yang mengalami perkembangan sehingga investor akan
2.3.3. Teori yang melandasi kebijakan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan
Adanya Balancing Theory yang mengungkapkan bahwa akan terjadi
struktur modal yang optimal bila ada keseimbangan antara manfaat dan
biaya.
Pecking Order Theory yang mendasarkan pada Asymmetric Information
yang menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan
dimana perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity untuk
membayar deviden dan mengimplementasikannya sebagai peluang
pertumbuhan. Apabila perusahaan membutuhkan dana eksternal, maka
akan lebih memilih hutang sebelum external equity (Donaldson, 1961;
Myers, 1984). Sesuai dengan teori pecking order, maka investasi akan
dibiayai dengan dana internal terlebih dahulu. Kemudian baru diikuti
dengan penerbitan hutang. Setelah hutang tidak mencukupi, maka langkah
terakhir dengan penerbitan saham (ekuitas) baru. Hal tersebut digunakan
untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Dari penjelasan teori-teori yang dikemukakan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa untuk menciptakan keseimbangan Price Book
Value maka perusahaan harus dapat menyeimbangkan antara manfaat dan
biaya. Dalam hal ini harus lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan
investasi dan penggunaan dana baik berasal dari hutang maupun dari cash
flow sehingga tercipta kemakmuran semua pihak baik pemilik saham
2.4. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, hipotesa yang diajukan
dan landasan teori yang ada akan di uji beberapa variable yang mempengaruhi
nilai perusahaan, maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam bentuk diagram
sebagai berikut:
Analisis regresi linear berganda
2.5. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, landasan teori
yang digunakan, penelitian terdahulu dan kerangka pikir maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bahwa insider ownership berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
manufaktur yang go publik di BEI
2 : Bahwa firm size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan manufaktur
yang go publik di BEI
3 : Bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
manufaktur yang go publik di BEI Insider ownership
FIRM Size
Kebijakan Hutang
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
1. Sikap (X)
Adalah sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan
kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.
Kotler, (2002; 200) dengan indikator Allport menurut (Mar’at 1982)
a. Kognitif (X1) adalah pengetahuan dan persepsi konsumen,
- Pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari
berbagai sumber.
- Pengetahuan akan produk
- Keyakinan terhadap produk
b. Afektif (X2) menggambarkan emosi dan perasaan konsumen,
- Penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk
- Reaksi emosional
- Perasaan suka atau tidak suka
c. Konatif (X3) menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan
- Berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan
oleh seorang konsumen terhadap pembelian dan sering juga
disebut intention.
- Kebal terhadap perubahan
- Sikap dapat berubah secara perlahan-lahan
2. Gaya Hidup (Z)
Yaitu pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
Plumer, (1974) dalam Octavia, (2009)
a. Pola seseorang dalam menghabiskan waktunya.
b. Minat seseorang dalam kehidupan
c. Pandangan seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain.
3. Keputusan Membeli (Y)
Adalah pengambilan keputusan oleh konsumen adalah tahap
penilaian yang menyebakan konsumen membentuk suatu pilihan yang
mengakibatkan konsumen tertarik untuk membeli produk yang
ditawarkan. Kotler (1994; 257). Adapun indikatornya adalah sebagai
berikut: dalam Ferrinadewi,(2008)
a. Frekuensi pembelian
3.1.1. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang
berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada
dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian ini, setiap pertanyaan
masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung ditetapkan dengan kata sifat
yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai berikut:
Sangat Jelek Sangat Bagus
3.2.Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang membeli
emas putih di Toko Mas Pusat Kota Surabaya
b. Sampel
Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non
Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh sampel.
Ciri-ciri sampel tersebut adalah: (1) konsumen yang berada di toko mas
Pusat Kota Surabaya 2). Berusia minimal 25 tahun
Menurut Ferdinand (2002: 48).
- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200
sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).
- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi
- Karena terdapat 14 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah (14X8 = 112) maka sampel yang digunakan adalah
minimal sebesar 112 responden.
3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner kepada konsumen yang membeli emas putih di
Pusat Kota Surabaya
b. Data Sekunder
Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang
bersangkutan. Data ini antara lain berupa data perusahaan dan gambaran
umum tentang perusahaan.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung pelanggan yang membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya dengan
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara berikut:
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan
bukti - bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada konsumen yang membeli emas putih di Pusat Kota
Surabaya.
c. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau
arsip-arsip aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur
manajemen perusahaan.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit. Model
confirmatory factor analyses. Penaksiran pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya menggunakan koefidien jalur Langkah-langkah dalam
analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor variable loyalitas
pelanggan dilakukan sebagai berikut : Persamaan Dimensi variabel keputusan
membeli
Z1 = 1keputusan membeli + er_1
Z2 = 2 keputusan membeli + er_2
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk
diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variabel keputusan membeli akan nampak sebagai
berikut:
Gambar 3.1 : Contoh Model PengukuranKeputusan Membeli
Keterangan :
Y1 = pertanyaan tentang frekuensi membeli
Y2 = pertanyaan tentang kuantitas pembelian
er_j = error term X1j
3.4.2. Outliers
Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik
unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi
lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat
kategori.
Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan
dalam memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya
8 diketik 80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam
rentang jawaban responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka
akan menjadi sebuah nilai ekstrim.
Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus
yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi
peneliti mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai
ekstrim itu.
Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti
tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan
mengenai nilai ekstrim itu.
Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila
dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim
atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.
3.4.3. Evaluasi atas outliers
Mengamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier
0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar
jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah
multivariate outlier.
3.4.4. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi
sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah
tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan
derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini
dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan
dengan cara mengkorelasikan antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini
koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of
significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai
pembentukan indikator.
3.4.5. Uji Reliabilitas
Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana
masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang
3.4.6. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam
analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah
adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang
biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan
melalui rumus berikut ini :
Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi
data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat
signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari
2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada
tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis
sebesar 1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak pada tingkat
signifikasi 0.05 (5%). Augusty (2002: 95 )
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan
singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati
determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil
mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak
3.4.8 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.
3.4.9. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modelling.
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
GOODNESS OF
FIT INDEX
RANGAN CUT-OFF VALUE
X2 - Chi-square
Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama
dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapkan Kecil, 1 s.d 5.
atau paling baik diantara 1
dan 2.
matriks covariance yang diestimasi. atau 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample
yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi
[analog dengan R2 dalam regresi berganda].
0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. 0,90
CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model 2,00
TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya
sample dan kerumitan model.
0,95
Sumber : Hair et.al., [1998]
1.X² CHI SQUARE STATISTIK
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik
chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan
dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil
nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan
dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,
maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat
sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil
2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi
chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya degress of freedom.
3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini
akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI
adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.
4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila
AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun
AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians
alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan
sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.
Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya
sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang
dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks
kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.
6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai
yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.
7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin
mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini
besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk
mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. PT. Lion Mesh Prima, Tbk.
PT Lionmesh Prima Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia
berdasarkan Akta Notaris Drs.Gde Ngurah Rai, S.H. No. 28 tanggal 14 Desember
1982 dengan nama PT Lion Weldmesh Prima. Sejak didirikan, Anggaran Dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan Akta
Notaris Indah Prastiti Extensia, S.H., pengganti Adam Kasdarmadji, S.H., No. 88
tanggal 7 Mei 1997 terutama mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan
menjadi Rp 38.000.000.000, perubahan ruang lingkup kegiatan Perusahaan dan
penyesuaian dengan Undang-undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
dan Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perubahan ini telah
disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan
No. C2-2560 HT.01.04.Th.98 tanggal 27 Maret 1998. Perubahan Anggaran Dasar
Perusahaan terakhir dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, SH. No. 29 tanggal 10
Juni 2008 mengenai penyesuaian dengan Undang-undang Perseroan Terbatas
No.40 tahun 2007 tentang Anggaran Dasar Perusahaan. Perubahan ini telah
disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan No.AHU-86981.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 18 Nopember
4.1.2. PT. Lion Metal Works, Tbk.
PT Lion Metal Works (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia dalam rangka
Undang-undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 juncto No. 11 tahun
1970 (terakhir diubah dengan Undang-undang No. 25 tahun 2007) berdasarkan
Akta Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H., No. 21 tanggal 16 Agustus 1972 dan
diubah dengan Akta No. 1 tanggal 2 Juni 1973 dan akta No. 9 tanggal 11
Nopember 1974 dari notaris yang sama. Akta Pendirian dan perubahannya
diumumkan dalam Berita Negara No. 34 tanggal 29 April 1975 Tambahan No.
215. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
antara lain dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 41 tanggal 27 Agustus
1999, terutama dalam rangka memenuhi Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal
No. Kep 44/PM/1998 tentang peningkatan modal tanpa hak memesan efek
terlebih dahulu. Perubahan Anggaran Dasar ini mendapat persetujuan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan surat No. C-19408 HT.01.04.-TH.99
tertanggal 30 Nopember 1999. Perubahan terakhir dengan Akta Notaris Fathiah
Helmi, SH., No. 32 tanggal 10 Juni 2008 terutama mengenai penyesuaian dengan
Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007. Perubahan telah disetujui
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. AHU–86982.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 18 Nopember 2008.
4.1.3. PT. Alumindo Light Metal Industry,Tbk
PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (Perusahaan) didirikan pada
tanggal 26 Juni 1978 dengan akta notaris No. 157 dari Soetjipto, S.H., notaris di
Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. JA/5/123/8 tanggal
30 Mei 1981 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 21 tanggal 5 Januari
1982.
Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir dengan akta No. 12 tanggal 4 Juli 2008 dari Dyah Ambarwaty Setyoso,
S.H., notaris di Surabaya, mengenai persetujuan pemegang saham untuk
mengubah anggaran dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang
No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal. Akta pendirian tersebut telah
mendapat pengesahaan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-80596.AH.01.02.Tahun 2008
tanggal 31 Oktober 2008.
4.1.4. PT. Gudang Garam, Tbk.
PT Gudang Garum Thk ("Pemeroan"), yang semula bemama PT
Perus.h.an Rokok Tjap "Gudang Garum" Kediri (PT Gudang Garam). didirikan
dengan akte Suroso SH, wakil notaris sementara di Kediri, tanggal 30 Jooi 1971
No. 10, diubah dengan akte notaris yang sarna tanggal 13 Oktober 1971 No. 13;
akte~akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No, J.A.5119717 tanggal
17 Nopember 1971. didaftarkan di Pengadilan Negeri Kediri dengan No, 3111971
dan No, 32/1971 tangga126 Nopember 1971, dan diumumkan dalarn Tambahan
No, 586 pada Berita Negara No, 104 ranggal 28 De,ember 1971. Perseroan
Pada labun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun 197] menjadi
Perseroan Terbatas. Operasi komersial dimulai tahun 1958.
4.1.5. PT. Sumi Indo Kabel,Tbk.
PT Sumi Indo Kabel Tbk. (Perusahaan) didirikan pada tanggal 23 Juli
1981 berdasarkan akta notaris Chusu Nuduri Atmadiredja No. 121, wakil notaris
di Tangerang, dengan nama PT Industri Kawat Indonesia. Perusahaan mengubah
namanya menjadi PT IKI Indah Kabel Indonesia berdasarkan akta notaris Lieke
Lianadevi Tukgali, S.H., No. 67 tanggal 19 Maret 1982. Akta pendirian dan
perubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No. Y.A.5/289/18 tanggal 30 April 1982 serta didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang dengan No. 23/PN/ TNG/1982
tanggal 24 Mei 1982
4.1.6. PT. Metrodata, Tbk.
P.T. Metrodata Electronics Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia, pada
mulanya dengan nama PT Sarana Hitech Systems berdasarkan akta notaris No.
142 tanggal 17 Pebruari 1983 dari Kartini Mulyadi, S.H., notaris di Jakarta. Akta
pendirian ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan surat keputusannya No. C2-5165.HT.01.01.TH.83 tanggal 27
Juli 1983 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 80,
Tambahan No. 908 tanggal 7 Oktober 1983. Anggaran dasar Perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaries No. 19 tanggal
3 Juni 2009 dari Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., notaris di Jakarta, mengenai
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan surat keputusannya No. AHU-45107.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 14
September 2009.
4.1.7. PT.Branta Mulia,Tbk atau PT.Indo Korsda,Tbk
PT. Indo Kordsa Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka
Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-Undang-Undang-Undang
No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 83 tanggal 8 Juli 1981 dari Ridwan
Suselo, S.H., notaris di Jakarta, yang diubah melalui akta notaris No. 288 tanggal
27 November 1981 dan No. 261 tanggal 28 Januari 1982 dari notaris yang sama.
Akta-akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Surat Keputusannya No. Y.A.5/88/3 tanggal 2 Maret 1982 serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 50 tanggal 22 Juni
1982, Tambahan No. 771. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa
kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 22 tanggal 10 Desember 2010
dari Amrul Partomuan Pohan S.H., notaris di Jakarta sehubungan dengan
perubahan atas dewan direksi Perusahaan. Perubahan ini telah diketahui oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat
keputusan No. AHU-AH.01.10-00258 tanggal 4 Januari 2011.
4.1.8. PT.United Tractors,Tbk
PT United Tractors Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia pada
tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works, berdasarkan
Akta Pendirian No. 69, oleh Djojo Muljadi, S.H. Akta Pendirian tersebut disahkan
Y.A.5/34/8 tanggal 6 Pebruari 1973 dan diumumkan dalam Lembaran Berita
Negara No. 31, Tambahan No. 281 tanggal 17 April 1973. Anggaran Dasar
Perusahaan telah mengalami perubahan dari waktu 2000 oleh Refizal, S.H.,
notaris di Jakarta, berkaitan dengan peningkatan modal dasar Perusahaan dari
sejumlah Rp 500 miliar menjadi Rp 1.500 miliar. Perubahan tersebut
mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik
Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan No. C-16066.HT.01.04.TH.2000
tanggal 2 Agustus 2000 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 51
tanggal 26 Juni 2001, Tambahan No. 249. Perubahan terakhir Anggaran Dasar
Perseroan termuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 35, tanggal 20
Mei 2009, yang dibuat dihadapan Benny Kristianto, S.H., notaris di Jakarta untuk
disesuaikan dengan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas. Akta
Perubahan tersebut disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHUAH. 0110-2319 tanggal 11
Nopember 2009.
4.1.9. PT.International Nickel Indonesia
PT International Nickel Indonesia Tbk (“PT Inco” atau “Perseroan”)
didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dengan akta notaris Eliza Pondaag, No. 49 di
Jakarta. Anggaran Dasar Perseroan disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam Surat
Keputusan No. JA5/69/18 tanggal 26 Juli 1968 dan diumumkan dalam Berita
Negara No. 62 tanggal 2 Agustus 1968. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa
kali mengalami perubahan dan yang terakhir diubah dengan akta Nomor 56