• Tidak ada hasil yang ditemukan

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DALAM AL-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DALAM AL-"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS MARYANI

ABSTRAK

Wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dan merupakan hal yang sangat penting dalam keberlangsungan organisasi. Jika hal ini tidak ada maka akan hancurlah sebuah organisasi, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mengembangkan dan memadukan develop and integrated (mengembangkan dan terintegrasi) keilmuan manajemen pendidikan sub topik wewenang dan tanggung jawab. Disini akan menggunakan pendekatan Interkonektif serta akan dikonsultasikan dan di komunikasikan berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits.

Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba yang berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada Nya sebagai bentuk tanggung jawab 'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai khalifah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam.

Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain.

Kata Kunci: Wewenang, Tanggung Jawab, dalam Al-Qur’an Dan Hadits

A. Latar Belakang

Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia di mana saja berada sebagai pedoman hidup baik bagi kehidupan duniawi maupun bagi kehidupan sesudah mati.

Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana caranya berhubungan dengan khalik Nya, serta aturan bagaimana caranya berhubungan dengan sesama makhluk, termasuk di dalamnya persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup.

Dalam perkembangan selanjutnya, dalam mengembang tugas, manusia memerlukan suatu tuntunan dan pegangan agar dalam mengolah alam ini mempunyai arah yang jelas dan tidak bertentang dengan kehendak Allah SWT. Islam sebagai ajaran

▸ Baca selengkapnya: uraian tugas tanggung jawab dan wewenang klinik

(2)

agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia melalui Rasul Nya adalah satu pegangan dan tuntunan bagi manusia itu sendiri dalam mengarungi kehidupan ini.

Al-Qur‟an adalah mukjizat yang terbesar umat manusia yang berfungsi sebagai petunjuk agar manusia dapat menjalankan semua perintah dan menjauhi segala larangan.

Al-Qur‟an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah sebagai penyempurna dari kita-kitab yang pernah diturunkan sebelumnya. Al-Qur‟an dan Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat.

Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan).1 Kata ini merupakan asal dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al-Qur‟an seperti firman Allah SWT dalam surat Al Sajadah ayat 5:





































Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.

Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.

Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas- aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan melalui orang lain.2 Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal 262.

2 Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), (Jakarta: PT Indeks, 2007), hal. 8

(3)

efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.3

Berbicara mengenai manajemen pendidikan Islam tentunya ada kaitannya dengan wewenang dan tanggung jawab. Wewenang dan tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting di dalam organisasi. Dengan adanya wewenang dan tanggung jawab maka sesuatu perencanaan akan berhasil dengan baik dan maksimal.

Wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dan merupakan hal yang sangat penting dalam keberlangsungan organisasi. Jika hal ini tidak ada maka akan hancurlah sebuah organisasi, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mengembangkan dan memadukan develop and integrated (mengembangkan dan terintegrasi) keilmuan manajemen pendidikan sub topik wewenang dan tanggung jawab. Disini akan menggunakan pendekatan Interkonektif4 serta akan dikonsultasikan dan di komunikasikan berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits.

B. Wewenang Dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah

Manajemen adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh menejer dalam memanage organisasi, lembaga, maupun perusahaan.5 Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Seorang manajer dalam memanage sebuah organisasi memiliki wewenang serta memiliki tanggung jawab.

C. Wewenang dan Tanggung Jawab Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits

3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit, hal. 260

4 Amin Abdullah, Membangun Paradigma Keilmuan Interkonektif Islamic Studies di Perguruan Tinggi;

Pendekatan Integratif-Interkonektif, Cetakan: I, Februari 2006.

5 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Surabaya: CV. Haji Mas Agung, 1997), hal. 78.

(4)

Secara universal, manusia adalah makhluk Allah yang memiliki potensi kemakhlukan yang paling bagus, mulia, pandai, dan cerdas. Manusia mendapatkan kepercayaan untuk menjalankan dan mengembankan titah-titah amanatNya serta memperoleh kasih sayangNya yang sempurna.6

Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba yang berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada Nya sebagai bentuk tanggung jawab 'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai khalifah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam.

Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain.

Dalam peraturan Menteri Agama Republik Indonesia menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan perlu dipimpin oleh seorang kepala madrasah.7 Guru dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah/ madrasah untuk memimpin dan mengelola sekolah/ madrasah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas kepala sekolah/madrasah perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/ madrasah serta sertifikasi kompetensi dan penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah.

Dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kepala sekolah/ madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhatul athfal (TK/ RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/ MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/ MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB).8

6 Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, (Yogyakarta: DIVA Press, 2008), hal. 21.

7 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala Madrasah

8 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru sebagai kepala sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010

(5)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dalam bab II mengenai tugas dan fungsi disebutkan dalam pasal 3 ayat 1 dan 2 kepala madrasah mempunyai tugas merencanakan, mengelola memimpin dan mengendalikan program dan komponen penyelenggaraan pendidikan pada madrasah berdasarkan standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan meliputi: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan standar penilaian.9

Tugas dan tanggung jawab itu merupakan amanat ketuhanan yang sungguh besar dan berat. Oleh karena itu, semua yang ada di langit dan di bumi menolak amanat yang sebelumnya telah Allah SWT tawarkan kepada mereka. Akan tetapi, manusia berani menerima amanat tersebut, padahal ia memiliki potensi untuk mengingkarinya seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 72.







































Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh"(Al-Ahzab: 72).

Ibn 'Abbas sebagaimana dikutip oleh Ibn Kasir dalam tafsirnya10 " menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan amanat pada ayat di atas adalah ketaatan dan penghambaan atau ketekunan beribadah. Ada juga yang memaknai kata amanah

9 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala Madrasah, Loc.

Cit. Hal. 4.

10 'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim, (Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000), Jil. XI, hal. 25

(6)

sebagai al-taklif atau pembebanan, karena orang yang tidak sanggup memenuhinya berarti membuat utang atas dirinya. Adapun orang yang melaksanakannya akan memperoleh kemuliaan.

َتَػبَّسنا ْشِظَتَْبَف ُتََبَيَ ْلْا ْتَؼُِّٛض اَرِإ َتَػبَّسنا ْشِظَتَْبَف ِِّهَْْأ ِشَْٛغ َٗنِإ ُشْيَ ْلْا َذُِْسُأ اَرِإ َلبَق ِ َّاللَّ َلُٕسَس بَٚ بَُٓتَػبَضِإ َفَْٛك َلبَق

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; „bagaimana maksud amanat disia-siakan? „Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (Bukhari–6015).

Sungguh benarlah ucapan Rasulullah SAW. "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia ialah amanah ketaatan kepada Allah, pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa alam semesta dengan segenap isinya.

Kepala madrasah dalam menjalankan tugas kepemimpinan yang dibarengi dengan wewenang dan tanggung jawab memikul amanat bersesuain dengan surat Al-Ahzab ayat 72 yang lebih dititik beratkan kepada semua isi komponen madrasah terdiri dari semua hal yang menunjang segala sesuatu baik mengenai sarana dan prasarananya.

Dari sekian banyak penafsiran ulama tentang amanah, dapat ditarik sebuah

"benang merah" yang dapat menghubungkan antara satu dengan yang lain, yaitu pada kata al-mas'uliyyah (tanggung jawab) atas anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, baik berupa jabatan (hamba sekaligus khalifah) maupun nikmat yang sedemikian banyak. Dengan kata lain, manusia berkewajiban untuk menyampaikan

"laporan pertanggung jawaban" di hadapan Allah atas limpahan karunia Ilahi yang diberikan kepadanya. Kepala madrasah sebagai khalifah mempertanggung jawabkan segalanya kepada allah SWT dan juga pertangung jawaban kepada semua komponen madrasah.

Rasulullah SAW dalam hadits yang driwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah ibn Umar, yaitu:

(7)

ٍػ لٔؤسي ىكهكٔ عاس ىكهك لاأ :لبق ىهس ٔ ّٛهػ اللَّ ٗهص اللَّ لٕسس ٌأ :بًُٓػ اللَّ ٙضس شًػ ٍب اللَّ ذبػ ٍػ ٍػ لٔؤسي ْٕٔ ّتٛب مْأ ٗهػ عاس مجشنأ ّتٛػس ٍػ لٔؤسي ْٕٔ عاس طبُنا ٗهػ ٘زنا ىظػلاا وبيلإبف ّتٛػس لٔؤسي ْٕٔ ِذٛس لبي ٗهػ عاس مجشنا ذبػٔ ىُٓػ تنٔؤسي ْٙٔ ِذنٔٔ بٓجٔص تٛب مْأ ٗهػ تٛػاس ةأشًنأ ّتٛػس

ّتٛػس ٍػ لٔؤسي ىكهكٔ عاس ىكهكف لاأ ُّػ Artinya: "Abdullah bin Umar RA berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,

“Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawabannya tentang keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu.

Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggung jawaban) tentang hal yang dipimpinnya”11

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari pada kalimat seperti dibawah ini: 12

ّتٛػس ٍػ لٕئسي ءاس مكٔ ءاس ىكهك Artinya: ”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai

pertanggung jawabannya.”

Begitu berat dan besar tanggung jawab seorang pemimpin, pada hadits rasulullah kembali mengulangi kalimat kullukum ra'in yang diawali dengan huruf peringatan (tanbih) yaitu لاأ sebagai bentuk isyarat yang mengingatkan setiap manusia untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan kepemimpinannya karena semua itu akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.13

قف تقشس ٙتنا تٛئضخًنا ةأشًنا ٌأش ىٓتًْأ بشٚشق ٌأ بُٓػ اللَّ ٙضس تشئبػ ٍػ لٕسس بٓٛف ىهكٚ ٍي :إنب

ىهسٕٓٛهؼٓهنبىهصٓهنا ىهسٕٓٛهؼٓهنبىهصٓهنا لٕسس بح ذٚص ٍب تيبسأ لاإ ّٛهػ ء٘شتجٚ ٍئ : إنبقف ،

،تيبسأ ًّهكف ،

11 Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min Hadis Rasulillah Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid. III (Kairo: al-Matba'ah al-Salafiyyah, 1403 H), hal. 328.

12 Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta: An-Nur, 2009), hal.103

13 Al-„Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn „Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr Syarh} Nukhbah.

(Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani), Jilid. XIII, hal. 113.

(8)

ٍٚزنا كهْأ بًَإ :طبُنا بٓٚأ :لبقف ،بطتخبف وبق ىث اللَّ دٔذح ٍي ذح ٙف غفشتأ :ىهسٔ ّٛهػ اللَّ ٗهص اللَّ لٕسس :لبقف

َٕبك ىَٓأ ىكهبق تُب تًطبف ٌأ ٕن اللَّ ىٚأ .ذحنا ّٛهػ إيبقأ فٛؼضنا ىٓٛف قشس ارإٔ ،ِٕكشت فٚششنا ىٓٛف قشس ارإ ا

ِأس .بْذٚ تؼطقن تقشس ذًحي

٘سبخبنا

14

Artinya: “Dari Aisyah RA bahwa orang-orang Quraisy dibuat susah oleh urusan seorang wanita Makhzumiyah yang mencuri. Mereka berkata:”Siapa yang mau berbicara dengan Rasulullah SAW untuk memintakan keringanan baginya?, Mereka berkata, siapa lagi yang berani melakukannya selain dari Usamah bin Zaid, kesayangan Rasulullah? Maka Usamah berbicara dengan beliau, lalu beliau bersabda, Adakah engkau memintakan syafa‟at dalam salah satu hukum-hukum Allah? Kemudian beliau berdiri dan menyampaikan pidato, seraya bersabda: “Sesungguhnya telah binasalah orang-orang sebelum kalian,karena jika orang yang terpandang di antara mereka mencuri, mereka membiarkannya, dan sekiranya yang mencuri itu orang lemah di antara mereka, maka mereka menegakkan hukuman atas dirinya. Demi Allah, sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya kupotong tangannya.”

(HR. Bukhari).

Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa dia menceritakan seorang perempuan yang sering mengingkari barang yang dia pinjam dari orang lain, maka nabi menyuruh untuk dipotong tangannya, maka Usamah Bin Zaid sebagai saudara atau kerabatnya meminta rasulullah untuk mengampuni kesalahannya.

Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Jabir RA bahwa diceritakan ada seorang wanita dari Bani Makhzum yang mencuri, maka Nabi SAW mendatangkannya, akhrinya ia meminta perlindungan kepada Ummi Salamah, namun Nabi SAW bersabda: Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya.15

Hadits ini juga memberi hikmah kepada kita bahwa keadilan dalam islam itu memang mutlak ditegakkan demi tercapainya masyarakat Islam yang memiliki persamaan hak dan kewajiban dihadapan hukum Allah. Tidak ada perbedaan hukum antara si kaya dengan si miskin, antara si bangsawan dengan rakyat jelata, seluruh manusia sama dihadapan Allah sang pemilik hukum, yang membedakan derajat hanya ketakwaan.

14 Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam,Taisirul-Allam Syarh Umdatul-Ahkam, (Jeddah:

Maktabah As-SAWady Lit-Tauzi‟,1412/1992)

15 Ibid. 889.

(9)

Selanjutnya dalam salah satu ayat Al-Qur‟an, kemampuan dalam melaksanakan wewenang Allah SWT kepada Nabi Adam disimbolkan dengan kemampuan dalam mengeja nama-nama benda seluruhnya, Nabi Adam bertanggung jawab untuk mengeja nama benda tersebut, hal ini diisyaratkan dalam Al-Qur‟an surah Al Baqarah ayat 31:

































Artinya: “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:

“Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang orang- orang yang benar”.

Tanggung jawab manusia yang paling utama adalah bagaimana manusia mampu memposisikan dirinya di hadapan Allah dan kehidupan sosialnya. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dipaparkan terlebih dahulu maksud dan tugas diciptakan manusia itu, seperti dijelaskan dalam ayat Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 56:















Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengabdi kepada Ku”.

Istilah kata Abdi dan pengabdian merupakan kata-kata yang biasa dipergunakan sehari-hari. Tetapi dalam konteks Al-Qur‟an kata „abd yang darinya bahasa Indonesia abdi dan pengabdian itu mengandung pengertian yang luas secara baik secara teologis maupun filosofis. Abdi maksudnya adalah ketundukan hati, merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Dalam surat At-Tahrim ayat 6:















































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

(10)

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dari ayat Al-Qur‟an ini tergambar jelas sebuah wewenang dan tanggung jawab skala kecil yaitu seorang kepala rumah tangga selaku manager terhadap keluarganya agar terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Kepala rumah tangga diberikan wewenang untuk mengatur keluarga agar tidak masuk kedalam api neraka, dari skala kecil inilah akan muncul skala yang lebih besar dalam menjalankan manajemen.

Berkaitan dengan kepala madrasah, tentunya kepala madrasah bertanggung jawab memelihara rumah tangga sekolah dari api neraka. Dikarenakan kepala madrasah merupakan Bapak yang akan bertanggung jawab dalam tugas kepemimpinan yang di embankan kepadanya.

Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa tanggung jawab, maka semuanya akan menjadi tidak karuan. Dalam surat Al Mudatsir ayat 38:

Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”

Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab atas diri sendiri dan berkaitan dengan surat At-Tahrim ayat yang menjelaskan tanggung jawab itu bukan saja terhadap apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh, kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapanpun.

Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas'uliyyah. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggung jawab kepada yang lain. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra ayat 36:

الأُؤْسَي َُُّْػ ٌَبَك َكِئـنُٔأ ُّمُك َداَؤُفْنأَ َشَصَبْنأَ َغًَّْسنا ٌَِّإ

(11)

Artinya: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."

Mata yang dimiliki sehingga Anda dapat melihat dan mengindentifikasi sesuatu, kemudian telinga yang Anda miliki sehingga Anda dapat mendengarkan kebaikan untuk ditransformasikan ke dalam hati dan fisik Anda, serta kalbu yang Anda miliki sehingga Anda dapat merasakan, memutuskan, dan menjatuhkan pilihan dimana esensi manusia terletak pada kalbunya, semua ini adalah sarana yang telah dianugerahkan Allah SWT dan kelak akan diminta pertanggung jawabannya.

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial ataupun teologis.16

Tanggung jawab timbul karena telah diterima wewenang. Seperti wewenang, tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu antara pemberi wewenang dan penerima wewenang. Jadi tanggung jawab seimbang dengan wewenang. Dengan demikian kalau terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya.

Dalam organisasi formal, pemimpin dalam hal ini kepala madrasah memegang tanggung jawab terhadap psiformance. Pemimpin harus menerima tanggung jawab atas kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin dapat memutuskan untuk memlih pertanggung jawaban yang didasarkan atas keputusan-keputusan dimana para bawahan ikut berpartisipasi, atau pertanggung jawaban yang didasarkan atas keputusan yang dibuat.17



































16 Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 132

17 Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), hal. 56

(12)

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."(An-Nahl: 90).

Rasulullah SAW bersabda:

تَبيأ بَٓإٔ

بٓٛف ّٛهػ ٘زنا ٖدأٔ بٓقحب بْزخأ ٍي لاإ تياذَٔ ٘ضخ تيبٛقنا وٕٚ بَٓإٔ

Artinya: "Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah amanah, dan sesungguhnya pada hari kiamat akan mendapatkan malu dan penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan hak dan melaksanakan tugas kewajibannya dengan baik".18

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya, seorang kepala sekolah harus dapat memahami, menghayati, dan menyelami kondisi jiwa yang berbeda-beda. Rakyat memiliki kapasitas dan kapabilitas tersendiri, sehingga pemimpin harus terus menggali dan mengembangkan kualitas pemahaman terhadap rakyatnya yang beragam tersebut dengan perspektif psikologi Islam atau psikologi kenabian.19

Suatu pelajaran yang berharga dari Rasulullah SAW. agar pemimpin memperhatikan orang-orang yang dipimpinnya yang memiliki kondisi berbeda-beda diisyaratkan pada sabda beliau:

ءبش بي لٕطٛهف ّسفُن ىكذحأ ٗهص ارإٔ شٛبكنأ ىٛقسنأ فٛؼضنا ىُٓي َّئف ففخٛهف طبُهن ىكذحأ ٗهص ارإ Artinya: "Apabila salah seorang di antara kalian menjadi imam, hendaklah ia meringankan shalatnya. Karena di antara manusia itu ada yang lemah, ada yang sakit, dan adapula yang tua. Apabila kalian shalat sendiri, hendaklah ia shalat menurut yang ia kehendaki".

D. Wewenang Kepala Madrasah

18 Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus Shalihin, Jilid III, hal. 1457.

19 Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership. (Yogyakarta: DIVA Press. 2008), hal. 249.

(13)

Wewenang menurut para ahli seperti: George R. Terry, menjelaskan bahwa wewenang merupakan hak jabatan yang sah untuk memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya, dengan wewenang seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup. Mac Iver R.M, menyebutkan wewenang merupakan suatu hak yang didasarkan pada suatu pengaturan sosial, yang berfungsi untuk menetapkan kebijakan, keputusan, dan permasalahan penting dalam masyarakat.

Soerjono Soekanto mengatakan bila orang-orang membicarakan tentang wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Max Weber menyebutkan bahwa wewenang adalah sebagai kekuasaan yang sah.20

Bagir Manan menyebutkan istilah wewenang dengan kekuasaan itu berbeda.

Kekuasaan menurutnya hanya digambarkan dalam bentuk hak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Sedangkan wewenang memiliki pengertian yang lebih luas meliputi hak dan kewajiban. Secara teoritik pendapat H.D. Stout: wewenang adalah merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang. Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak, kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.21

Wewenang adalah kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang untuk bertindak dan memerintah orang lain. Tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan janganlah mengerjakan pekerjaan tersebut, karena tidak mempunyai dasar hukum untuk melakukannya. Wewenang terbagi dua yaitu pertama sentralisasi wewenang yaitu bila sebahagian besar kekuasaan masih tetap dipegang oleh pimpinan. Sertralisasi wewenang mengakibatkan pimpinan sibuk bekerja, sedangkan bawahan bekerja santai saja. Kedua yaitu disentralisasi wewenang adalah apabila sebahagian kecil kekuasaan dipegang pimpinan, sedangkan sebahagian besar kekuasaannya didelegasikan kepada bawahan.

20 Definisi Wewenang, http://artikata.com/arti-383651-wewenang.html

21 Ibid.

(14)

Dengan desentralisasi wewenang, pimpinan mempunyai banyak waktu untuk merencanakan, mengarahkan dan mengawasi bawahannya.22

Umar bin Khatab dalam hal wewenang, sangat tegas, hal ini seperti cerita pertemuan umar dengan utusan dari Azerbaijan datang ke kota Madinah. Seusai shalat fajar, Umar RA mengajak tamunya singgah di rumahnya. Ia berkata kepada istrinya,”Wahai Ummu Kultsum, sugguhkan makanan yang ada. Kita kedatangan tamu jauh dari Azerbaijan.” ”Kita tidak mempunyai makanan, kecuali roti dan garam.” jawab istri Umar.”Tidak mengapa,” kata Umar. Akhirnya mereka berdua makan roti dengan garam. Walikota Azerbaijan menyuruhku menyampaikan hadiah ini untuk Amirul Mukminin,”kata utusan Azerbaijan seusai makan, sembari menunjukan sebuah bungkusan. ”Bukalah bungkusan ini dan lihat apa isinya!” perintah Umar RA setelah dibuka, ternyata berisi gula-gula. ”ini adalah gula-gula khusus buatan Azerbaijan,” utusan itu menjelaskan. ”Apakah semua kaum muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” tanya Umar. Utusan itu tertegun atas pertanyaan Umar, kemudian menjawab, ”Oh tidak, Baginda, gula-gula ini khusus untuk Amirul Mukminin.” Mendengar jawaban itu, Umar tampak amat marah. Segera ia memerintahkan kepada utusan Azerbaijan untuk membawa gula-gula tersebut ke masjid dan membagi-bagikannya kepada fakir miskin. ”Barang ini haram masuk kedalam perutku, kecuali jika kaum muslimin memakannya juga,” kata Umar dengan nada agak marah. ”Dan engkau cepatlah kembali ke Azerbaijan, beritahukan kepada yang mengutusmu, bahwa jika ia mengulangi ini kembali, aku akan memecat dari jabatannya.

Kisah diatas menggambarkan betapa kesederhanaan dan kehatia-hatian Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA tatkala menjadi khalifah. Ia amat takut kepada Allah, sehingga matanya tidak bisa terpejam sepanjang malam, khawatir tidak mendapatkan ampunan Allah. Di keheningan malam saat rakyatnya tidur nyenyak, ia bangun dan mendekatkan diri di masjid. Tidak ada pengawal yang menyertainya. Di rumah, tak ada makanan istimewa layaknya para penguasa dan pejabat sekarang. Istri Umar hanya memiliki roti dan garam, makanan sehari-hari rakyat biasa. Sebagai Khalifah dan

22 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 4

(15)

pemimpin negara, ia tidak malu menyuguhkan makanan roti gandum kepada tamunya, sebab itulah makanan kesehariannya.Tatkala mendapatkan hadiah khusus dari utusan Azerbaijan, ia pun mempertanyakan, ”Apakah semua kaum muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” Ini pertanyaan penting bagi Amirul Mukminin. Jika ternyata seluruh kaum muslimin menerima hadiah tersebut maka wajar jika ia menerima. Akan tetapi jika tidak, maka tidak layak bagi dirinya menerima hadiah secara sendirian.

Ternyata memang tidak. Itu adalah hadiah yang khusus diberikan kepada Amirul Mukminin, maka ia pun menolaknya.

Sepantasnya seorang kepala madrasah ketika diberikan hadiah oleh siapa saja memiliki tanggung jawab untuk melihat bagaimana keadaan personel sekolah lainnya.

Jika ada personel yang tidak mendapatkan, maka kepala madrasah memiliki wewenang membuat keputusan untuk tidak mengambilnya.

Namun pun demikian, tipe-tipe kepemimpinan itu bermacam-macam dalam menjalankan wewenang, adapun bentuk-bentuk wewenang seperti dibawah ini:23

a. Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)

Wewenang karismatik merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Dasar wewenang kharismatis bukanlah terletak pada suatu peraturan (hukum), akan tetapi bersumber pada diri pribadi individu bersangkutan. Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah- kaidah, baik yang rasional maupun tradisional. Sifatnya cendrung irasional, adakalanya kharisma dapat hilang, karena masyarakat sendiri yang berubah dan mempunyai paham yang berbeda.

Berdasarkan konsep Max Weber mengenai wewenang karismatik, bahwa peletakan kesetian pada hal-hal yang suci, kepahlawanan atau sifat-sifat ndividu yang patut dicontoh memiliki sifat jujur cerdas dan sifat-sifat terpuji lainnya dan pola-pola normatif yang diperlukan.24

23 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pres, 1990), hal. 281-285

24 Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), hal. 147.

(16)

Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun sekelompok orang.

Wewenang ini dimiliki oleh orang-orang yang menjadi anggota kelompok. Ciri-ciri utama wewenang tradisional yaitu Pertama, Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang mempunyai wewenang, serta orang lain yang ada dalam masyarakat. Kedua, Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seseorang yang hadir secara pribadi. Ketiga, dapat bertindak secara bebas selama tidak ada pertentangan dengan ketentuan tradisional.

Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan pada sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hukum ini dipahamkan sebagai kaidah yang telah diakui, ditaati masyarakat, dan telah diperkuat oleh negara yang berbentuk di dalam lembaran-lembaran.

b. Wewenang resmi dan tidak resmi

Wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut wewenang tidak resmi karena bersifat spontan, situasional, dan faktor saling kenal. Contohnya pada ciri seorang ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga. Wewenang resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang ini dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap.

c. Wewenang pribadi dan teritorial

Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota kelompok, dan unsur kebersamaannya sangat berperan penting. Para individu dianggap lebih banyak memiliki kewajiban ketimbang hak. Struktur wewenang bersifat konsentris, yaitu dari satu titik pusat lalu meluas melalui lingkaran-lingkaran wewenang. Wewenang teritorial, yang berperan penting yaitu tempat tinggal. Pada kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang, karena desakan faktor-faktor individualisme.

Wewenang pribadi dan teritorial sangat berbeda namun dalam kenyataan keduanya berdampingan.

(17)

d. Wewenang terbatas dan menyeluruh

Wewenang terbatas merupakan wewenang yang tidak mencangkup semua sektor dalam bidang kehidupan, namun terbatas pada salah satu sektor bidang. Contohnya, seorang menteri dalam negeri tidak mempunyai wewenang untuk mencampuri urusan yang yang menjadi urusan wewenang mentri luar negeri.

Wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang- bidang kehidupan tertentu. Contohnya, bahwa setiap negara mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Fungsi ganda dari wewenang adalah tanggung jawab yang menjadi kewajiban setiap individu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan terbaik dari kemampuan yang dimilikinya. Setiap manajer harus memiliki keseimbangan antara tanggung jawab dan wewenang, wewenang tanpa tanggung jawab tidak layak untuk dijadikan pegangan, begitu pun tanggung jawab tanpa wewenang adalah omong kosong.25

E. Tangung Jawab Kepala Madrasah

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, sehingga bertanggung jawab, berkewajiban menanggung segala sesuatu, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.

Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.26

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan

25 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 100

26 http://kbbi.web.id/tanggung+jawab

(18)

menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Allah SWT.

Tanggung jawab merupakan syarat utama dalam kepemimpinan seperti kepala madrasah. Tanpa memiliki rasa tanggung jawab, maka kepala madrasah tidak dapat menjadi pemimpin. Dalam memaknai tanggung jawab maka berisi di dalamnya keberanian mengambil resiko terhadap tantangan, hambatan atau rintangan yang akan menghalang tercapainya pekerjaan-pekerjaan yang dipikul dengan sebaik-baiknya.

Kepala madrasah harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kepemimpinannya.27 Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu:

Pertama tanggung jawab terhadap Allah SWT. Manusia diciptakan oleh Allah SWT di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan dalam kitab suci Al-Qur'an. Kedua, tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi untuk bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri. Ketiga, keluarga merupakan masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

Keempat tanggung jawab terhadap masyarakat, pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat

27 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal.73

(19)

yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Kelima, tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia, tiap individu adalah warga negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertinggah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.

Dalam diri manusia melekat tiga peran pokok yang harus dimainkan dalam kehidupannya yaitu peran manusia sebagai hamba Allah SWT, peran manusia sebagai makhluk sosial dan peran manusia sebagai khalifah fil ardl. Peran pertama merupakan landasan utama dalam menjalankan peran yang kedua dan ketiga. Membincangkan masalah tanggung jawab manusia, erat hubungannya dengan istilah khalifah seperti disebutkan dibeberapa ayat Al-Qur‟an.

Menurut Dawam Raharjo dalam bukunya Ensiklopedi Al-Qur‟an, kata khalifah yang cukup dikenal di Indonesia mengandung makna ganda. Di satu pihak, khalifah dimengerti sebagai kepala negara dalam pemerintahan seperti kerajaan Islam di masa lalu, dan di lain pihak pula pengertian khalifah sebagai „wakil tuhan” di muka bumi28. Yang dimaksud dengan “wakil tuhan” menurut M. Dawam Raharjo bisa mempunyai dua pengertian; Pertama yang diwujudkan dalam jabatan pemerintahan seperti kepala negara, kedua, dalam pengertian fungsi manusia itu sendiri di muka bumi.29

Menurut Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar mengutip pendapat al-Qurtubi, amanat yang ditugaskan Allah kepada manusia sungguh berat, hal ini terbukti pada penolakan langit dan bumi serta gunung-gunung ketika ditawarkan untuk memikulnya dan mengemban amanat tersebut.30 Penawaran dan penolakan amanat tersebut dipahami oleh banyak ulama dalam arti kiasan atau majaz. Namun ada juga yang memahami dalam arti

28 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta:

Paramadina, 2002), cet. II, hal. 346.

29 M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. I, Vol. 11, hal. 336.

30 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), cet. I, juz XXII, hal. 112.

(20)

yang sesungguhnya. Quraish Shihab menyimpulkan pendapat pertamalah yang lebih kuat.31

Dasar yang dipakai manusia ketika bersedia menerima wewenang (amanat) adalah karena ia diberi kemampuan atau potensi oleh Allah yang memungkinkan mampu mengemban wewenang (amanat) itu. Potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk dapat menunaikan wewenang tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan wewenang dengan baik dan bertanggung jawab.32

Wewenang dari pimpinan (kepala madrasah) merupakan bagian terpenting dari organisasi lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada kenyataannya ketika seorang kepala madrasah telah menjalankan tugasnya memanej madrasah dengan baik maka organisasi tersebut akan menjadi baik pula. Kepala madrasah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya yang direalisasikan. Kepala madrasah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala madrasah. Karena dia sebagai pemimpin dilembaganya, maka dia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dia harus mampu melihat adanya berubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala madrasah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan madrasah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.

Kepala madrasah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.33

31 Ibid, hal. 346

32 Ibid, hal. 332.

33 Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), cetakan ke3, hal. 83.

(21)

Wewenang dan fungsi tanggung jawab kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan adalah:

1. Perencanaan madrasah dalam arti menetapkan arah madrasah sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian.

2. Mengorganisasikan madrasah dalam arti mebuat membuat struktur organiasasi (stucturing), menetapkan staff (staffing) dan menetapkan tugas dan fungsi masing- masing staff (functionalizing)

3. Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan membimbing semua staf dan warga madrasah.

4. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi konflik34.

Sebagai admisnistrator mengandung makna bahwa sebagai kepala madrasah dengan tugas pokok dan fungsi di bidang administrasi, pimpinan madrasah yang menjalankan tugas pokok dan fungsi menggerakkan dan mempengaruhi guru-guru dan staf madrasah untuk bekerja. Manajer madrasah mengandung makna sebagai kepala madrasah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan operatif dari keseluruhan aktivitas instituisinya, sedangkan school principal bermakna menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai principalship.35

Pada dasarnya tugas kepala madrasah itu sangat luas dan kompleks. Rutinitas kepala madrasah menyangkut serangkaian pertemuan interpersonal secara berkelanjutan dengan murid, guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya.

Tugas kepala sekolah (madrasah) sebagai berikut: (1) Menjaga agar segala program madrasah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible); (2) Menangani konflik atau menghindarinya; (3) Memulihkan kerjasama; (4) Membina para staf dan

34 Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, (Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2004), hal. 112.

35 Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 57

(22)

murid; (5) Mengembangkan organisasi; (6) Mengimplementasi ide-ide pendidikan. Untuk memenuhi tugas-tugas di atas, dalam segala hal hendaknya kepala madrasah berpegangan kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini didasarkan pada pengalamannya, karakteristik normatif masyarakat dan madrasah, serta iklim instruksional dan organisasi madrasah.

Seorang kepala madrasah harus memiliki kualitas dan kompetensi. Secara umum kepala madrasah setidaknya mengacu kepada empat hal pokok yang dimiliki, yaitu; (a) sifat dan keterampilan kepemimpinan, (b) kemampuan pemecahan masalah, (c) keterampilan sosial, dan (d) pengetahuan dan kompetensi profesional.

Kepala madrasah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya.

Kepala madrasah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Melihat penting dan strategisnya posisi kepala madrasah dalam mewujudkan tujuan madrasah, maka seharusnya kepala madrasah harus mempunyai nilai kemampuan relasi yang baik dengan segenap warga di madrasah, sehingga tujuan madrasah dan tujuan pendidikan berhasil dengan optimal. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudra, kepala madrasah mengatur segala sesuatu yang ada di madrasah.

Pada awal khalifah di dalam Islam, tanggung jawab kepemimpinan ditunjukan kepada Umar bin Khatab setelah Abu Bakar. Banyak hal mengenai tanggung jawab kepemimpinan yang sudah dicontohkan oleh beliau. Pernah Umar memakai baju bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata,

”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka Umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”

Umar dalam tanggung jawab sebagai khalifah pemimpin umat beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya. Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana

(23)

dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.

Kepala madrasah seyogyanya mencontoh bagaimana tanggung jawab kepemimpinan Umar, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam menjalankan aktifitas hubungan sebagai kepala madrasah dengan guru, siswa dan elemen yang mendukung madrasah.

F. Pendelegasian Wewenang (Otoritas) Kepala Madrasah

Kunci perbedaan otoritas dan tanggung jawab adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Istilah otoritas singkatan dari kekuasaan atau hak yang diberikan kepada seseorang untuk membuat keputusan yyang disebut wewenang, sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban untuk memelihara dan mengatur kewenangan ditugaskan. 36

Delegasi wewenang adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung jawab dari pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi lain untuk melakukan aktivitas tertentu. Hal ini didasarkan bahwa pada esensinya hampir tidak ada seorang kepala madrasah yang dapat secara pribadi menyelesaikan secara penuh seluruh tugas organisasi seorang diri. Kepemimpinan kepala madrasah yang sukses tampak pada kepemimpinan menejer yang mempengaruhi bawahan untuk mengerjakan suatu tugas. Apabila bawahan mengerjakan tugas tersebut, berarti kepala sekolah sukses dalam kepemimpinannya, tetapi hal tersebut tidaklah efektif. Namun apabila bawahan mengerjakan tugas tersebut dengan rasa ketidaksenangan dan melakukan tugas tersebut hanya karena otoritas seorang manajer maka manajer tersebut sukses dalam kepemimpinannya.37

Seorang ahli dari Inggris J.C Denyer dalam The Liang Gie menyatakan bahwa seseorang manajer perkantoran harus memiliki pendidikan dan latihan yang tepat maupun

36http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.differencebetween.info/difference- between-authority-and-responsibility&prev=search diakses tanggal 20 Oktober 2015

37 H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 163

(24)

ciri-ciri perwatakan yang cocok dengan tugasnya. Selanjutnya harus memiliki kemampuan melimpahkan pekerjaan maupun kecakapan dalam organisasi.38

Pada dasarnya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:39

1. Agar organisasi dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien, tanggung jawab atas tugas yang detail yang dilimpahkan kepada hierarki organisasi yang paling bawah yang mempunyai kemampuan dan informasi yang cukup untuk pelaksanaan tugas tersebut yang secara kompeten. Dampak yang diharapkan atas konsep ini adalah agar setiap individu dalam organisasi dapat melaksanakan tugas secara efektif.

2. Agar delegasi wewenang dan tanggung jawab berlangsung secara efektif, para anggota organisasi harus eksistensi mereka dalam suatu rantai komando. Prinsip ini mempertegas bahwa dalam suatu organisasi harus terdapat suatu garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

3. Agar delegasi wewenang dan tanggung jawab itu berlangsung efektif, setiap anggota organisasi melaporkan hanya kepada satu atasan.

Dalam organisasi lini (garis) pendelegasian wewenang dilakukan secara vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada bawahannya. Pelaporan tanggung jawab dari bawahan kepada atasannya juga dilakukan melalui garis vertikal terpendek.

Perintahan-perintah hanya diberikan seorang atasan saja dan pelaporan tanggung jawab hanya kepada atasan bersangkutan.

Pendelegegasi wewenang merupakan suatu faktor yang penting di dalam manajemen dikarenakan: (a) menetapkan hubungan organisatoris formal diantara anggota-anggota badan usaha, (b) memberikan kekuasaan manajerial agar mereka mampu bertindak apabila keadaan memaksa dan (c) mengembangkan bawahan dengan cara memberi izin kepada mereka untuk mengambil keputusan dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh.40

38 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 12.

39 Ibid. hal. 164

40 George R. Terry, Prinsip-prinsip .., hal. 101

(25)

Jika otoritas tidak pernah menjadi masalah, orang akan ingin mendelegasikan tanggung jawab secara maksimum. Dalam rangka paling lengkap untuk mewujudkan potensi dari setiap anggota, dan jaminan terbaik keberhasilan organisasi, pimpinan akan ingin memiliki semua orang merasa bertanggung jawab. Otoritas adalah cukup sederhana kemampuan untuk membuat keputusan tertentu tanpa harus meminta izin orang lain.

Modulasi otoritas adalah masalah yang lebih halus dari pada penyebaran tanggung jawab. Tidak seperti tanggung jawab, yang harus sepenuhnya didistribusikan mungkin, otoritas harus lebih hemat dibagikan.41 Wewenang dan tanggung jawab adalah fungsi dasar dipertimbangkan pada tahap utama dalam sistem manajemen. Dalam perusahaan sukses, ini adalah fungsi dasar yang dikelola oleh otoritas masing-masing organisasi.

Otoritas adalah suatu entitas atau kekuasaan untuk menegakkan hukum-hukum tertentu, aturan dan harapan.Kekuatan otoritatif selalu diberikan dengan kebebasan mengambil keputusan dan mengelola kendali yang diperlukan, untuk kepentingan organisasi.

Otoritas sebagai hak untuk memberi perintah. Tanpa otoritas, kepala madrasah tidak lagi menjadi manajer, karena ia tidak bisa mendapatkan kebijakannya dilakukan melalui orang lain. Dalam pendelegasian wewenang berjalan mengalir ke bawah, yaitu bekerja dari atasan atas ke pengikut lebih rendah.

Otoritas adalah kekuatan untuk memberi perintah dan mendapatkannya dipatuhi atau dengan kata lain itu adalah kekuatan untuk mengambil keputusan. Tanggung jawab berarti keadaan yang akuntabel atau jawab untuk setiap kewajiban, kepercayaan, utang atau sesuatu atau dengan kata lain berarti kewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan pada waktu dan dengan cara terbaik. Wewenang dan tanggung jawab yang terkait erat dan ini menyatakan prinsip bahwa kedua harus berjalan seiring. Ini berarti bahwa otoritas yang tepat harus didelegasikan untuk memenuhi tanggung jawab.

41JonathanWallacedalamhttp://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.

spectacle.org/1098/leader.html&prev=search

(26)

Berikut ini adalah perbandingan antara wewenang dan tanggung jawab:

Kewenangan Tanggung jawab

Definisi Otoritas adalah kekuatan untuk memberi perintah, membuat keputusan, dan menegakkan kepatuhan.

Tanggung jawab adalah fakta memiliki tugas untuk berurusan dengan sesuatu, atau memiliki kendali atas seseorang.

Pada dasarnya

Kekuatan. Tugas.

Fungsi utama

1. Perintah

2. Perintah memainkan peran penting.

1. tugas

2. Ketaatan memainkan peran penting.

Durasi Waktu

Jangka waktu lebih lama dibandingkan dengan tanggung jawab.

Itu akan selesai dengan selesainya tugas sehingga memiliki waktu yang lebih singkat.

Arus arah Mengalir ke bawah. Mengalir ke atas.

Delegasi Hal ini dapat didelegasikan kepada orang lain.

Hal ini tidak dapat didelegasikan.

Contoh Hak manajer untuk perintah bawahannya.

Kewajiban bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan.

Tanggung jawab adalah kewajiban, wewenang adalah hak, ketika hak dilaksanakan, kewajiban terlaksana, ketika hak dilaksanakan, kewajiban dilaksanakan maka tidak akan terganggu, kalau kewajiban terlaksana maka hak orang lain terpenuhi.

Kewajiban dilanggar, maka hak tidak terpenuhi. Maka sepantasnya seorang kepala madrasah melaksanakan hak dan kewajiban dengan menjalankan weweenang dan tanggung jawab.

(27)

G. Kesimpulan

Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui wewenang dan tanggung jawab dalam penggunaan sumber daya organisasi. Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak, membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Adapun bentuk-bentuk wewenang adalah: wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal), wewenang resmi dan tidak resmi, wewenang pribadi dan territorial, wewenang terbatas dan menyeluruh. Pendelegasian wewenang (otoritas) adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung jawab dari pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi lain untuk melakukan aktivitas tertentu.

Tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua tugas-tugas (kewajiban) yang dibebankan kepada seseorang, sebagai akibat dari wewenang yang diterimanya atau dimilikinya. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul karena seseorang telah menerima wewenang, maka dari itu, antara wewenang dan tanggung jawab harus seimbang.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min Hadis Rasulillah Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid.

III Kairo: al-Matba'ah al-Salafiyyah, 1403 H.

Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam,Taisirul-Allam Syarh Umdatul- Ahkam, Jeddah: Maktabah As-SAWady Lit-Tauzi‟,1412/1992

Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, CV Pustaka Setia, Bandung 1999

Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, Jakarta: An Nur, 2009

Al-„Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn „Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr Syarh Nukhbah. Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani

Amin Abdullah, Membangun Paradigma Keilmuan Interkonektif Islamic Studies di Perguruan Tinggi; Pendekatan Integratif-Interkonektif, Cetakan: I, Februari 2006

Definisi Wewenang, http://artikata.com/arti-383651-wewenang.html

George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009 H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Surabaya, CV. Haji Mas Agung, 1997 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988, cet. I, juz XXII

Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2004.

'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim, jil. XI Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000

M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008

(29)

M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Jakarta:

Lentera Hati, 2002

Malyu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012 Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus Shalihin Jilid III Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala

Madrasah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru sebagai kepala sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010

Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, Yogyakarta: DIVA Press, 2008 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2008

Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), Jakarta: PT Indeks, 2007

Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, Jakarta: Rajawali Press, 1990 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pres, 1990

Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta: Liberty, 2000

Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994 Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, Jakarta: Raja Grafindo Persada), cetakan

ke 3.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Survey untuk mengindentifikasi preferensi daya terima (acceptability) dari masyarakat terhadap rencana kenaikan harga LPG 12 dan preferensi kecenderungan terjadinya

Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 7, ternyata mahasiswa yang memiliki persepsi kinestetik tinggi dengan pendekatan pembelajaran praktik padat, memiliki peningkatan hasil

Cahyono, Bilal Dwiko, 2015, Penerapan Metode Life Skill Education Untuk Meningkatkan Kemampuan Vokasional Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Sekolah Luar

Itulah info mengenai Nama Obat Kuat Tanpa Efek Samping Yang Aman dan Ampuh Harga Murah buat kamu yang sudah menginjak usia dewasa supaya bisa tetap menjadi pria perkasa.

Kondisi peserta didik terkait dengan keterampilan vokasional yang dipilih. Peserta didik melakukan pilihan jenis keterampilan yang

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel didalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).Detektor yang baik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi status sosial ekonomi anggota layanan prima dan lama bergabung menjadi anggota terhadap partisipasi anggota