• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol.1 No.1 April NAHDATUL ULAMA SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN (STUDI HUKUM ISLAM KONTEMPORER)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Vol.1 No.1 April NAHDATUL ULAMA SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN (STUDI HUKUM ISLAM KONTEMPORER)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

NAHDATUL ULAMA SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN (STUDI HUKUM ISLAM KONTEMPORER)

Oleh Tolkah

Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Gunung Jati, Tangerang Email: dr.tolkah@gmail.com

Abstract

The development of Islamic teachings in Indonesia has had a lot of influence on the living conditions of the wider community, one of which was the birth of various Islamic organizations as a form of embodiment of resistance to colonialism in the past, besides the birth of these Islamic organizations also influenced the world of politics and land governance water. This study uses a descriptive method with a qualitative approach and data triangulation analysis, the results of the study explain that the birth of the Nahdatul Ulama organization in the midst of Indonesian society is indeed enough to give a lot of influence on the government system in Indonesia, as one of the most experienced organizations and has been born since During the colonial period, Nahdatul Ulama had many transformations into an Islamic organization that mostly voiced its aspirations and political voice against the Indonesian government.

Keywords: Organization, Islam, Law & Nahdatul Ulama

PENDAHULUAN

Peradaban agama islam mulai masuk ke negara Indonesia diyakini pada abad ke-13 sampai abad ke-15, sejak kedatangannya ke tanah air islam mulai banyak menghadapi berbagai kondisi, hambatan, dan juga tantangan, agama islam merupakan agama yang memiliki sejarah panjang ketika mulai menyebarkan ajarannya ke berbagai wilayah di Indonesia, ketika islam telah berkembang dan mulai mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Indonesia, keadaan ini perlahan lahan mulai terganggu sejak kedatangan kaum kolonial penjajah yang cenderung mulai menyebarkan paham agama lain selain ajaran islam, di tambah lagi kaum penjajah mulai menanamkan tentang paham-paham pemerinatahn seperti hukum perdata dan hukum pidana kepada masyarakat Indonesia (Widodo, 2011; Suparman, 2012; Sobary, 2013).

Ketika perkembangan ajaran islam telah berkembang dan mulai di pahami oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia, perdebatan tentang hukum islam pun terus berlanjut hingga memasuki abad ke-20, pada masa tersebut

kebangkitan ajaran islam tengah memuncak di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia, angin pembaruan ini kemudian melahirkan berbagai gerakan organisasi Islam yang tersebar di berbagai daerah Indonesia, seperti lahirnya Muhammadiyah (1912), kemudian Persatuan Islam Persis (1923) dan yang terakhir adalah Nahdatul Ulama yang lahir pada tanggal 31 Januari tahun 1926 tepatnya di Surabaya, lahirnya organisasi-organisasi tersebut memiliki tujuan untuk menghimpun, membahas, dan memecahkan masalah hukum islam yang kemudian kumpulan hukum tersebut di satukan dan di terbitkan kedalam sebuah buku yang berisikan tentang kumpulan fatwa-fatwa yang di rumuskan oleh para kiyai dan ulama besar dan semuanya bermuara dari ajaran-ajaran pesantren yang memiliki keutamaan untuk mempersatukan umat manusia, sifat penyatuan lingkungan itu akan menimbulkan interaksi sosial antara pesantren dengan penduduk setempat serta membentuk pola kepemimpinan sosial yang berpusat pada kiyai (Mulia, 2013; Haris, 2015; Zuhdi, 2015).

(2)

Indonesia sendiri sebagai negara dengan penganut ajaran islam terbesar di dunia, memiliki ajaran dan pemahaman yang sangat beragam dan membaur dengan sangat harmonis di tengah-tengah masyarakat, islam hadir di tanah air dengan berbagai cara, baik di tinjau dari pemahaman, tradisi, pelaksanaan ibadah dan lain sebagainya, tentunya ini merupakan sebuah warna tersendiri bagi negara Indonesia yang memang kaya akan berbagai ajaran agama serta kebudayaannya dan tentunya sebagai wujud dari karakteristik masing-masing ajaran islam yang ada di Indonesia (Fachruddin, 2006), karena hakikatnya agama islam merupakan sebuah agama yang selalu mengajarkan tentang perdamaian, menghormati antar sesama, menjalin ukhuwah islamiyah, maka sebab itu pemerintah menuntut untuk selalu menjalin tali silaturahmi kepada berbagai ajaran dan golongan agama manapun, karena sejatinya masyarakat Indonesia merupakan sebuah perkumpulan berbagai ajaran agama yang membentuk sebuah kehidupan yang sejahtera dan saling menghargai perbedaan, terutama ajaran islam yang merupakan agama Rahmatan Lil Alamin atau agama yang mampu memberikan kasih sayang bagi manusia ataupun alam semesta.

Ketika ajaran islam telah menjadi sebuah agama yang sangat besar dan sangat berpengaruh terhadap aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia, beberapa organisasi islam yang telah terbentuk sejak beberapa abad kebelakang mulai menunjukan berbagai aktivitas dan memberikan pengaruh pada sistem pemerintahan Indonesia, salah satu organisasi islam tertua dan terbesar di tanah air yakni Nahdatul Ulama mulai aktif dan memperlihatkan eksistensinya pada perkembangan pembangunan Indonesia, Nahdatul Ulama yang lahir di Kota Surabaya merupakan sebuah organisasi islam yang memiliki arti kebangkitan para ulama, istilah kebangkitan sendiri memang pada dasarnya mempunyai makna yang lebih apabila di bandingkan dengan kata perkumpulan atau perhimpunan, Seperti kita ketahui, para ulama

merupakan panutan umat dimana umat akan mengikutinya. Oleh karena itu, dengan kepemimpinan para ulama, diharapkan arah kebangkitan dan kejayaan umat islam serta kaum muslimin akan lebih terlihat jelas dan nyata, keputusan ini merupakan langkah bersejarah karena merupakan organisasi yang berskala nasional (Sanusi et al, 2016; Sidiq, 2016).

Pembentukan organisasi Nahdatul Ulama di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia islam yang di pelopori oleh para ulama tradisional untuk memberikan aspirasinya terhadap pembentukan sistem pemerintahan di Indonesia, pembentukan Nahdatul Ulama juga di proyeksikan sebagai upaya pengorganisasian peran ulama dan pesantren agar wilayah kerja keulamaan dapat lebih di tingkatkan, di kembangkan dan di luaskan jangkauannya hingga menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, kelahiran Nahdatul Ulama bisa di artikan sebagai rangkaian kegiatan yang memiliki hubungan dengan berbagai keadaan di tanah air, seperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki latar belakang yang sangat beragam baik dari budaya, agama, politik, dan kultural yang semuanya terjalin dan mengikat sebuah negara kesatuan Republik Indonesia, pola hubungan kyai-santri, terutama pada masyarakat di lingkungan pondok pesantren. Pola hubungan santri-kyai ini mampu mewarnai bahkan membentuk sub kultural tradisionalis Islam tersendiri di Indonesia (Mundlir, 2014; Sidiq et al, 2015; Arifin, 2015; Farih, 2016).

Nahdatul Ulama pada

perkembangannya memang tidak dapat di lepaskan dari sejarah nasional bangsa Indonesia, dimana organisasi islam ini memiliki ciri khusus yang sangat berbeda dengan organisasi-organisasi islam lannya, dimana bila kita cermati pergerakan organisasi Nahdatul Ulama ini lebih mengedepankan praktek islam yang di kombinasikan dengan kebudayaan dan adat masyarakat Indonesia,

(3)

sebagaimana kita ketahui bahwa jaman peradaban manusia memang telah banyak berkembang begitupun dalam hal mengembangkan ajaran islam melalui sebuah elaborasi budaya adat yang di kemas dengan pondasi ke islaman yang lebih harmonis tidak kaku selama tidak melanggar norma-norma serta ajaran agama islam itu sendiri, akan tetapi melalui sebuah pengembangan organisasi Nahdatul Ulama ini kita dapat merasakan sebuah ikatan ke islaman yang tetap mempertahankan tradisi dan juga kebudayaan Indonesia sehingga kerukukan umat beragama dapat terealisasikan dengan memperkuat ukhuah islamiyah dan menjaga negara kesatuan Republik Indonesia.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan metode kualitatif. Peneliti juga ingin mengkaji sebuah fenomena yang membahas tentang Nahdatul Ulama Sebagai Organisasi Sosial Keagamaan di Negara Indonesia, Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu penomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Siyoto & Sodik, 2015).

dengan mengkaji beberapa jurnal atau artikel terkait dengan topik pembahasan permaslahan yakni Nahdatul Ulama sebagai Organisasi Islam sosial di Indonesia, Terdapat dua sumber data yang di gunakan pada penelitian ini, dimana data tersebut mencakup data primer dan juga data sekunder selanjutnya fakta-fakta temuan tersebut di uraikan dalam bentuk pembahasan yang terperinci dan di simpulkan dengan lebih mudah untuk di tafsirkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Nahdatul Ulama Dalam Pemerintahan Indonesia

Sebagai salahsatu organisasi islam terbesar yang ada di Indonesia rekam jejak perjalanan Nahdatul Ulama memang tidak

dalam mensukseskan pemerintahan yang amanah jujur dan tidak mengutamakan salah satu golongan baik agama, suku, ras, semuanya satu dan memiliki kepentingan yang berbeda beda, dalam dunia politik Indonesia, Nahdatul Ulama menitik beratkan pada aktivitas sosial keagamaan, dimana langkah tersebut di ambil untuk mengangkat harkat dan martabat khususnya umat islam yang ada di tanah air, karena sebagaimana kita ketahui bahwa umat islam adalah umat mayoritas yang ada di Indonesia (Binfas et al, 2014), namun pada perjalanannya umat islam seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari pihak pemerintah, termasuk salah satunya terkait isu terorisme yang sering menyudutkan orang-orang islam, maka sejalan dengan pernyataan tersebut bahwa organisasi islam harus ikut berperan dalam kegiatan-kegiatan politik pemerintahan di Indonesia, karena peran ulama harus di junjung setinggi-tingginya, agar dapat di contoh dan menjadi teladan bagi masyarakat muslim lainnya, mereka juga yang menjadi panutan bagi Nahdatul Ulama dan memiliki kedudukan paling menentukan di dalam organisasi yang didirikannya ini sebagaimana terealisasikan pada masa-masa awal baik secara legal maupun formal (Ma’arif, 1997; Isnaini, 2012; Saleh, 2015).

Secara historis Nahdatul Ulama memang didirikan oleh banyak ulama dan kiai yang berada di daerah Surabaya, dengan ciri khasnya yang selalu mengisi dimensi politik tanah air, keberadaan organisasi islam ini selalu di nantikan kiprah politiknya oleh masyarakat Indonesia, dan sampai saat ini Nahdatul Ulama masih aktif dalam memajukan sistem pemerintahan di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak mendirikan partai politik tepatnya pada tahun 1952, keterlibatan Nahdatul Ulama dalam dunia politik Indonesia telah mengalami berbagai rentetan pengalaman yang sangat panjang, maka dengan segudang pengalamannya dalam menangani sistem politik Indonesia, bisa di katakan Nahdatul Ulama ini sebagai salah satu

(4)

Bila ditarik lebih jauh peran dan keterlibatan Nahdatul Ulama dalam menciptakan sistem pemerintahan yang ideal bagi negara Indonesia, sudah terbukti bahkan ketika pemerintahan Hindia Belanda masih berkuasa di tanah air organisasi ini masih aktif dan setia kepada pemerintahan penjajahan tersebut, hal itu di dasari dari ajaran islam sunni yang memperbolehkan umat islam untuk terus berjuang mengambil hak-hak nya serta menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai umat islam yang tangguh dan selalu mementingkan kepentingan orang banyak, mengandalkan peran kiai dan para tokoh di tanah air dalam menciptakan sebuah keadilan adalah sebuah bukti nyata bagaimana Nahdatul Ulama sangat menghormati sebuah perjuangan demi terbentuknya negara Indonesia yang merdeka dan menghormati organisasi- organisasi islam yang ada di tanah air (Feillard, 1999; Fealy, 2012; Fitriyani, 2010).

Perjuangan memperubutkan keadilan bagi umat islam yang ada di Indonesia merupakan salah satu bentuk jihad (perang suci) demi terbentuknya bangsa yang adil, damai dan jauh dari sifat-sifat radikal, karena demi sebuah kedaulatan bagi bangsa dan umat muslim tentunya sikap Nahdatul Ulama akan tetap tegas dan selalu berkeyakinan bahwa pemerintahan yang ideal dengan tujuan untuk memajukan masyarakatnya akan membawa pada perdamaian dan kesejahteraan bagi setiap bangsa. Perjuangan organisasi Nahdatul Ulama tidak hanya dilakukan ketika masa penjajahan saja, lebih dari itu keterlibatan Nahdatul Ulama dalam mempertahankan ideologi bangsa serta mempertahankan kebebasan bagi umat beragama untuk mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum melalui sebuah diplomasi dan revolusi dalam mewujudkan sistem pemerintahan yang madani serta dapat memberikan perlindungan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Banyak sekali tokoh-tokoh Nahdatul Ulama yang turut mengisi posisi penting dalam pembentukan ketatanegaraan Indonesia, seperti yang dilakukan oleh KH. Wahid Hasyim dan

KH. Bisri Syamsuri, secara tidak langsung ini menandakan bahwa dengan melibatkan diri pada sistem pemerintahan dan sistem politik tanah air telah mengantar Nahdatul Ulama sebagai salah satu organisasi islam yang tidak hanya berorientasi pada nilai-nilai keagamaan saja, lebih dari itu membentuk sebuah budaya sosial dan bertransformasi pada nilai-nilai kebangsaan merupakan sebuah kewajiban demi terbentuknya budaya bangsa yang tidak hanya kritis pada nilai-nilai tatanan negara saja, akan tetapi ada kebudayaan islam yang memang erat kaitannya dengan negara Indonesia.

Dengan kata lain hadirnya Nahdatul Ulama sebagai salah satu organisasi islam yang ikut dalam percaturan dunia politik Indonesia, sebagai salah satu wadah bagi para kiai dan juga ulama supaya lebih meningkatkan wilayah kerja nya, agar tidak hanya terfokus pada seputaran dunia pesantren saja, namun lebih di perluas lagi dalam hal dunia sosial, politik, ekonomi, serta urusan kemasyarakatan yang tentunya dapat memberikan manfaat dan juga kewenangan bagi seluruh rakyat Indonesia, secara umum setidaknya ada tiga motivasi dan tujuan di balik didirikannya organisasi Nahdatul Ulama di Indonesia, yang pertama tentunya motivasi keagamaan dimana dalam hal ini untuk mempertahankan harkat dan martabat agama islam sebagai agama besar dan memiliki umat yang sangat banyak agar selalu terbiasa dengan dunia politik dan sistem pemerintahan, di lain sisi umat islam juga harus selalu waspada terhadap serangan politik kristenisasi yang dapat merusak moral dan adab masyarakat muslim Indonesia.

Kemudian yang kedua yakni untuk mempertahankan paham Ahlussunnah wal- jama,ah (Sunni), dari paham-paham ajaran islam wahabisme yang dikenal keras dan sangat ekstrim hal itu di buktikan dengan sikap menentang terhadap segala praktek keagamaan yang dinilai tidak sepaham dengan ajaran- ajaran islam mereka, tentunya selain menyimpang aliran wahabisme juga dapat membuat umat islam menjadi tertinggal dalam hal pendidikan, terbelakang dan tentunya

(5)

sangat tidak ideal dengan perkambangan jaman yang sudah sangat modern. Dan tentunya tujuan lahirnya organisasi Nahdatul Ulama ini di dasari kerasnya politik di tanah air yang dapat menyebabkan umat islam semakin tertinggal dan terancam selain itu demi mewujudkan sistem politik yang adil dan dapat memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia, maka para ulama dan kiai yang berasal dari golongan Nahdatul Ulama ikut terjun dalam percaturan pemerintahan tanah air, dari situlah terbentuknya organisasi Nahdatul Ulama sebagai salah satu organisasi islam yang akan merevolusi sistem ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sosial di tanah air (Mawardi, 2008; Haryono, 2011).

Urgensi Peran Nahdatul Ulama Dalam Pembentukan Politik di Indonesia

Keberadaan Nahdatul Ulama kedalam dunia pemerintahan dan politik Indonesia merupakan sebuah penegasan bahwa ajaran islam perlu melebur pada semua tradisi dan kehidupan sosial yang ada di Indonesia, masyarakat Indonesia memandang organisasi Nahdatul Ulama sebagai sebuah organisasi yang dinamis, serta tidak terlalu sulit bila di jalankan dengan adat dan norma-norma yang ada di di Indonesia, di lain sisi Nahdatul Ulama di pandang sebagai sebuah unit komunitas sosial budaya masyarakat islam, kemampuan organisasi Nahdatul Ulama dalam menyamakan beragam persepsi serta pemahaman di tengah-tengah masyarakat ini, tampaknya semakin mempertegas Nahdatul Ulama sebagai sebuah kesatuan umat islam yang berpegang pada tiga pilar penting dalam ajarannya yakni, ulama, pesantren dan politik, ketiga pilar tersebut turut mengantarkan Nahdatul Ulama pada kedudukan yang sangat tinggi baik di mata masyarakat maupun di mata pemerintahan.

Selama ini kita melihat beberapa pendekatan yang di lakukan oleh Nahdatul Ulama dalam menyamakan berbagai persepsi untuk lebih di pandang terutama dalam dunia politik nasional, beberapa pendekatan tersebut di yakini sangat cocok dengan kultur budaya

selama ini di terapkan lebih bersifat praktis, parsial, dan gradual, apa yang di rumuskan mengenai program dan aksi politik yang di tampilkan oleh Nahdatul Ulama telah sampai dan dapat di maknai secara sederhana dan lebih mudah untuk di pahami bahkan oleh masyarakat awam sekalipun (Vam Bruinessen, 1994; Haris, 2012).

Terdapat tiga tujuan utama yang di tetapkan oleh Nahdatul Ulama ketika mereka memutuskan untuk mengikuti dunia politik di tanah air, dari ketiga bagian tersebut erat kaitannya dengan tujuan keagamaan, di antaranya menyalurkan dana pemerintah untuk masyarakat islam secara amanah, adil dan merata, yang kedua dapat meraih peluang bisnis sebesar-besarnya terutama dukungan terhadap dunia pemerintahan, sehingga dengan banyaknya dukungan yang di terima oleh Nahdatul Ulama dapat memudahkan langkah mereka untuk mengikuti dunia politik di tanah air, tentunya dengan harapan dapat mengangkat harkat dan kesejahteraan umat islam terutama meningkatkan kemampuan para kiai dan ulama dalam memenuhi kewajiban sosial dan keagamaannya.

Selama perjalannya dalam kiprah dunia politik nasional Nahdatul Ulama menjadi partai politik tepatnya pada tahun 1952, setelah memutuskan untuk keluar dari Masyumi, tentunya pengunduran ini merupakan hasil dari musyawarah para anggota Nahdatul Ulama dan fokus kembali pada perjuangan melawan penjajah dan ikut serta dalam dunia politik tanah air, akan tetapi keluarnya Nahdatul Ulama ini memberikan sebuah konsekuensi kebebasan dari para anggotanya untuk memilih dan ikut berpartisipasi dalam menyalurkan aspirasi politiknya, di balik terjun nya Nahdatul Ulama pada dunia politik ini memberikan sebuah perkembangan pluralisme politik di kalangan anggota Nahdatul Ulama, keberhasilan para anggotanya dalam memajukan paham politik dalam tubuh Nahdatul Ulama setidaknya membangun sebuah citra positif sebagai salah satu organisasi islam yang mampu bertahan dan

(6)

berdiri secara independen dalam memajukan politik demokratis di Indonesia.

Setelah mengalami perubahan dan juga ikut berpartisipasi dalam dunia politik tanah air, Nahdatul Ulama di pandang sebagai suatu kelompok tradisional yang mampu menggagas beberapa kebijakan pada tatanan kenegaraan di Indonesia, melalui sebuah politik praktis semakin membuktikan bahwa organisasi ini mampu bertahan dan menunjukan eksistensinya terhadap sebuah perubahan jaman yang modern akan tetapi tidak menghilangkan citra tradisionalnya, para anggota Nahdatul Ulama sangat yakin dengan memacu sebuah perubahan yang positif dalam memajukan standar dan kualitas yang lebih baik akan membentuk sebuah organisasi islam yang kuat, mandiri, serta unggul dalam segala bidang, selama perkembangan tersebut, tidak melanggar setiap ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan oleh agama.

Memang pada prinsipnya keberadaan Nahdatul Ulama pada dunia politik Indonesia, sama sekali tidak bertentangan dengan nilai- nilai yang terdapat pada ajaran agama islam, karena pada dasarnya agama islam merupakan sebuah perwujudan dari pengertian agama yang sesungguhnya yakni mengajarkan keseragaman, saling toleran dan menyempurnakannya pada kebaikan-kebaikan yang memang harus di miliki oleh setiap manusia, Nahdatul Ulama sendiri ingin menyempurnakan dan membimbing nilai-nilai tradisi yang ada di masyarakat sehingga selaras dengan ajaran islam yang menjadi kunci keberhasilan dakwah Nahdatul Ulama melalui politik praktis dan membawanya pada sebuah kesejahteraan bagi seluruh umat islam yang ada di Indonesia (As, 2013).

Ada beberapa poin dasar keagamaan yang selalu menjadi acuan organisasi Nahdatul Ulama dalam menjalankan dakwah kulturalnya, dan di antaranya adalah, menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang terdapat pada ajaran islam, kemudian selalu mendahulukan kepentingan organisasi daripada individu, selalu berpegang teguh pada loyalitas

agama,bangsa dan negara Indonesia, memajukan kemuliaan ahlaq bagi seluruh umat muslim yang ada, menjunjung tinggi nilai amal, sebagai bagian dari melakukan ibadah kepada Allah Swt, selalu menyesuaikan diri dengan setiap perubahan jaman yang ada selama itu memberikan sebuah manfaat bagi kesejahteraan umat, dan yang paling penting adalah selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan di tengah hidup berbangsa dan bernegara.

Dari gambaran umum tersebut kita dapat menarik poin penting yang terdapat pada organisasi Nahdatul Ulama sebagai sebuah organisasi islam yang sangat modern serta dapat menyesuaikan dengan beragam tradisi yang ada di Indonesia, karena sikap yang di tunjukan Nahdatul Ulama dalam berpartisipasi dan menyuarakan berbagai aspirasi politiknya merupakan sebuah cerminan umat islam yang sangat toleran dan menghormati serta menghargai nilai-nilai budaya yang luhur sebagai negara yang sangat kaya akan agama, budaya, norma serta tradisi yang sudah melebur jadi sebuah kesatuan negara Republik Indonesia, Inilah yang diupayakan oleh Nahdatul Ulama , agama Islam hadir dan membawa kedamaian bukan untuk menciptakan perpecahan ataupun kehancuran dalam sebuah kesatuan negara dan berbangsa, lebih jauh lagi ajaran Islam di ciptakan Allah untuk menjadi sebuah cinta dan kasih sayang bagi seluruh makhluknya tanpa terkecuali, NU hadir dengan menyelaraskan aturan Islam dan kepercayaan yang telah menyatu di hati masyarakat. Adat istiadat, tradisi, dan segala hal yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat tidak semena-mena dibuang.

Semuanya dikaji kembali, didiskusikan kembali sesuai tidak dengan tuntunan Islam (Ida, 2004).

(7)

PENUTUP Kesimpulan

Sebagai negara dengan pemeluk agama islam terbanayak di dunia, Indonesia memiliki berbagai ajaran dan organisasi islam yang menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, munculnya organisasi-organisasi tersebut di dasari karena negara kita memiliki sejarah yang sangat panjang dalam proses penyebaran agama, terutama ajaran agama islam, hadirnya Nahdatul Ulama sebagai salah satu organisasi islam terbesar dan tertua di Indonesia memberikan sebuah kontribusi lebih dalam pembentukan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, dengan mengusung konsep metode dakwah plural Nahdatul Ulama turut mengembangkan berbagai kemampuannya dalam menciptakan sebuah sistem politik dan pemerintahan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan yang ada di Indonesia, karena tujuan organisasi ini sangat bijaksana dan banyak sekali membawa perubahan terhadap dunia pemerintahan Indonesia, Nahdatul Ulama dengan berbagai konsep dakwah kulturalnya telah mampu menjalankan berbagai syariat ajaran agama islam dan tetap menjadikan nilai-nilai budaya Indonesia sebagai salah satu medianya dalam berdakwah, Budaya bukan perusak nilai-nilai agama.

Budaya yang selaras bisa dijadikan sebagai media, metode untuk menunjang aktivitas dakwah. Tidak ada yang merusak jika dipertimbangkan dengan baik, budaya dan agama bisa berjalan secara berdampingan.

Inilah yang ditekankan dalam organisasi Nahdatul Ulama, di sisi lain hadirnya organisasi ini di tanah air turut berpengaruh dalam dunia politik dan pemerintahan Indonesia, bahkan dianggap sebagai salah satu organisasi islam yang banyak memberikan kontribusi dalam tatanegara pemerintahan Indonesia, salah satunya dengan menempatkan seorang tokoh besar dalam dunia politik Indonesia yakni presiden sekaligus petinggi Nahdatul Ulama yakni bapak Gus dur.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arifin, Z. (2015). Kepemimpinan Kiai Dalam Ideologisasi Pemikiran Santri Di Pesantren-Pesantren Salafiyah Mlangi Yogyakarta. INFERENSI: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 9(2), 351- 372.

[2] As, A. S. (2013). PARADIGMA

NAHDLATUL ‘ ULAMA

TERHADAP MODERNISASI. The Sociology of Islam, 3(2).

[3] Binfas, M. A. M., Abdullah, M. S. Y., &

Ismail, A. M. (2014). Tapak Perbezaan Asal Usul Gerakan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia.

Jurnal Melayu, 12.

[4] Fachruddin, F. (2006). Agama dan pendidikan demokrasi: pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Pustaka Alvabet.

[5] Farih, A. (2016). Nahdlatul Ulama (NU) dan Kontribusinya dalam Memperjuangkan Kemerdekaan dan Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Walisongo:

Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 24(2), 251-284.

[6] Fealy, G. (2012). Ijtihad Politik Ulama;

Sejarah NU 1952-1967 (Vol. 1). LKIS PELANGI AKSARA.

[7] Feillard, A. (1999). NU Vis a Vis Negara;

Pencarian Isi, Bentuk Dan Makna. LKIS PELANGI AKSARA.

[8] Fitriyani, F. (2010). Organisasi Islam dan Pengembangan Hukum Islam di Indonesia. Al-Ulum, 10(1), 73-90.

[9] Haris, M. (2012). Potret Partisipasi Politik NU di Indonesia dalam Lintasan Sejarah.

JRP (Jurnal Review Politik), 2(2), 135- 152.

[10] Haris, M. (2015). Partisipasi Politik NU dan Kader Muslimat Dalam Lintas Sejarah. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 15(2), 283-308.

[11] Haryono, A. (2011). Pola komunikasi warga NU etnis Madura sebagai refleksi budaya paternalistik.

(8)

[12] Ida, L. (2004). NU muda: kaum progresif dan sekularisme baru. Erlangga.

[13] Isnaini, A. (2012). Strategi Dakwah Muslimat NU Fatimiyah dan Aisyiyah dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara (Doctoral dissertation, IAIN Walisongo).

[14] MA’ARIF, K. O. P. D., KAPLONGAN, D., & INDRAMAYU, K. (1997).

Syafa’at.

[15] Mawardi, K. (2008). Madrasah Banat:

Potret pendidikan anak perempuan NU masa kolonial Belanda. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak, 3(2), 239- 254.

[16] Mulia, M. (2013). Hukum Islam Dan Dinamika Feminisme Dalam Organisasi Nahdlatul Ulama’. Al-Ahkam, 23(1), 37- 56.

[17] Mundlir, A. (2014). Peran Politik NU Tahun 1952-1955. Avatara, 2(3).

[18] Saleh, D. A. (2015). Pengaruh Personal Branding Ridwan Kamil Terhadap Sikap Siswa SMA Kota Bandung Pada Gerakan Pungut Sampah (Doctoral dissertation).

[19] Sanusi, A. R., & Darmawan, C. (2016).

Implementasi pendidikan politik dalam membentuk karakter kepemimpinan lintas budaya pada generasi muda demi mewujudkan budaya politik pancasila (Studi deskriptif terhadap organisasi kepemudaan Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(1), 24-40.

[20] Sidiq, R., & Sofro, S. (2015).

Community-Based Ecotourism Development in Sultan Syarif Qasyim Forest Park District of Minas, Siak District of Riau Province.

[21] Sidiq, R., & Sofro, S. (2016). UPAYA

KELUARGA DALAM

MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN RUMAH

TANGGA DI DESA PASIR BONGKAL

KECAMATAN SUNGAI LALA

KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PROVINSI RIAU: KAJIAN ETNISITAS SUKU MELAYU.

[22] Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. Literasi Media Publishing.

[23] Sobary, M. (2013). NU dan keindonesiaan. Gramedia Pustaka Utama.

[24] Suparman, D. (2012).

KEWIRAUSAHAAN-SOSIAL

BERBASIS ORGANISASI

MASYARAKAT (ORMAS)(Studi Analisis Mengenai Pemberdayaan Ekonomi Ummat Atas Unit Usaha-Sosial Persis, NU, Dan Muhammadiyah Di Kabupaten Garut). JURNAL ISTEK, 6(1- 2).

[25] Van Bruinessen, M. (1994). NU; Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru. Lkis Pelangi Aksara.

[26] Widodo, S. A. (2011). Konstruksi Keilmuan Muhammadiyah dan NU. Al- Ulum, 11(2), 205-238.

[27] Zuhdi, S. (2015). Manajemen konflik pasangan perkawinan beda organisasi keagamaan dan implikasinya terhadap keluarga sakinah: Studi pasangan perkawinan warga NU-Muhammadiyah di Kota Batu (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Referensi

Dokumen terkait

pada diri dan lingkungan sekitarnya, tidak semua siswa mampu memaksimalkan kecerdasan emosionalnya sehingga dalam pembelajaran di kelas sering terdapat siswa yang kurang mampu

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENYUSUNAN SKALA KECEMASAN ASPEK FISIK UNTUK

Selain kisah-kisah ketiga pemimpi yang terdapat dalam cerita ini, pembaca akan disuguhi potret pemandangan pulau Belitong dan kondisi sosialnya salah satunya yaitu

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis data-data keuangan yang ada sehingga dapat dihitung jumlah unit yang harus terjual dengan

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen dan dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini

Proses tersebut terjadi pada semua garis horizontal yang ada pada pixel layar, dan ketika telah sampai ujung, sinar tersebut akan mati sementara untuk mengulang

Hasil dalam penelitian menjelaskan tingkat agresivitas antara kedua kelompok yang dilihat dari 4 dimensi perilaku agresi dan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang