1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyelesaian piutang Negara macet merupakan salah satu aspek penting dari pengelolaan keuangan Negara yang memerlukan perhatian khusus agar dapat terselanggara efektif, efisien, dan bertanggung jawab dalam rangka pembangunan nasional. Masalah piutang macet tidak hanya berasal dari kredit macet perbankan, melainkan bisa juga dari instansi pemerintahan atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
Potensi piutang Negara saat ini dirasakan sangat besar dan potensial, baik itu dari segi jumlahnya maupun dari segi kepentingan keuangan Negara atau pemerintah untuk menyelamatkannya, sehingga terasa sangat relevan apabila semua unsur aparat dan atau institusi Negara/pemerintah, khususnya Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Departemen Keuangan Republik Indonesia yang diberikan kewenangan dalam penyelesaian piutang Negara macet, untuk secara sungguh- sungguh mengupayakan dan mencari cara-cara penyelesaian piutang Negara secara optimal dengan mengefektifkan berbagai sarana hukum dan peraturan perundang– undangan yang berlaku. 1
1 Arifin P. Soeriaatmadja, Laporan Penelitian Aspek-Aspek Hokum Dalam Penyelesaian Piutang- Piutang Negara, Penerbit Departemen Kehakiman Badan Pembinaan Hukum Nasional Jakarta 1993/1994, hal 4
2
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 (PP No. 33 Tahun 2006) tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 (PP No.
14 Tahun 2005) tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah, piutang perusahaan daerah dikelola oleh pemerintah daerah setempat sesuai dengan adanya otonomi daerah pada daerah tersebut. Akibatnya, hanya instansi pemerintah dan lembaga pemerintah nondepartemen yang dapat menyerahkan piutang macetnya kepada PUPN (Panitia Urusan Piutang Negara) untuk dilakukan pengurusan terhadapnya.2
Pengertian Piutang Negara menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 240/PMK.06/2016 tentang Pengurusan Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun. Dalam undang-undang ini pula diamanatkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) untuk melakukan pengurusan atas Piutang Negara yang timbul sebagai salah satu upaya menyelamatkan aset negara. Oleh karena itu, piutang yang berasal dari instansi pemerintah, lembaga pemerintah nondepartemen, Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D), serta badan-badan usaha yang merupakan anak usaha BUMN/D wajib diurus oleh PUPN.
2 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 (PP No. 33 Tahun 2006) tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 (PP No. 14 Tahun 2005) tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah
3
Karena Piutang Negara merupakan bagian dari kekayaan negara yang oleh undang-undang diserahkan pengelolaannya kepada Menteri Keuangan, oleh karena itu piutang negara harus dikelola secara tertib, efektif, efisien, transparan, bertanggungjawab, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Dalam rangka pengelolaan piutang negara tersebut terdapat 2 (dua) unit organisasi di lingkungan Departemen Keuangan, yaitu Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). Kedua unit organisasi tersebut berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan.
Tujuan dibentuknya PUPN dan DJKN tidak terlepas dari tujuan pemerintah untuk mengamankan kekayaan negara yang berupa piutang. Piutang negara tersebut berasal dari instansi pemerintah dan badan-badan yang modalnya sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh negara. Pengamanan atau pengembalian piutang negara tersebut tidak akan tercapai dengan segera bila dilakukan menurut prosedur biasa, yaitu melalui badan peradilan berdasarkan hukum acara perdata.
Dalam proses pengurusan piutang Negara akan di tetapkan beberapa produk hukum yang digunakan sebagai dasar pelaksanan tahap-tahap penyelesaian pengurusan piutang Negara antara lain:
1. Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara (SP3N) 2. Pernyataan Bersama (PB)
4
3. Penetapan Jumlah Piutang Negara (PJPN) 4. Surat Paksa (SP)
5. Surat Perintah Sita (SPS)
6. Surat Perintah Penjualan Barang Jaminan (SPPBJ) 7. Piutang Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT)
KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Malang merupakan salah satu Kantor Pelayanan dalam hal pengurusan Piutang Negara macet. Piutang Negara yang pengurusannya wajib diserahkan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) adalah piutang Negara macet, Pada tahun 2019 KPKNL Malang mendapatkan 1.300 kasus terkait mahasiswa yang tidak membayar UKT dan Pembangunan.
Penyerahan kredit macet yang diserahkan harus memuat data terkait hutang yang sudah pasti menurut hukum, jadi sebelum diserahkan harus sudah di teliti terlebih dahulu secara seksama baik mengenai besarnya jumlah kredit macet maupun tentang keadaan fisik barang jaminan dan atau harta kekayaan debitur/penanggung hutang.3 Jadi sebelum menyerahkan kredit bermasalah kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, instansi atau badan Negara tersebut harus terlebih dahulu berusaha melakukan penagihan dan apabila tidak berhasil, maka kredit yang di serahkan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) tersebut harus berupa kredit macet.
3 Begiyamami Zaki, “Kepastian Hukum dalam Pelelangan Objek Hak Tanggungan” Jurnal Fiat Justisia Journal of Law, Vol.2, (April-Juni, 2016), hlm. 372-373
5
Apabila suatu kredit telah dinyatakan sebagai suatu kredit macet, maka pihak kreditur dalam hal ini adalah badan-badan usaha yang secara langsung atau tidak langsung di kuasai oleh Negara, maka pengurusannya wajib di serahkan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) sehingga pihak kreditur tidak boleh secara langsung mengambil pelunasan dari debitur/penanggung hutang.
Pengurusan piutang Negara yang di lakukan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) didasarkan atas azas “parate eksekusi”
yaitu prosedur penagihan kredit macet dapat dilaksanakan sendiri tanpa adanya canpurtangan dari Pengadilan Negeri, maka pihak Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) dapat mengeluarkan surat paksa kemudian melakukan pelelangan yang sebelumnya telah di letakan sita eksekusi atas barang jaminan debitur/penanggung hutang/penjamin hutang.4 Namun hal yang mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan eksekusi yang dilakukan tanpa barang jaminan kredit macet di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) dan alternatif pemecahan masalah terhadap kendala yang di hadapi. Dalam penelitian ini penulis mengambil kasus di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang.
4 Demsy N.L.. Assah, Analysis The Ethichal Leadership Impact On Employee Performance At Service Office Of State Property And Auction (KPKNL) Manado,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/5644/5177 di akses pada tanggal 10 Februari 2020
6
Dalam praktiknya di lapangan, penyelesaian Piutang Negara macet ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah, jika piutang ini berasal dari lembaga non perbankan, tidak ada agunan yang bisa memudahkan dalam penyelesaian utang piutang tersebut.
Sehingga saat petugas turun ke lapangan, mereka tidak bisa menguasai harta kekayaan milik Penanggung Hutang (pihak yang mempunyai utang).
Mengingat besarnya nilai kekayaan Negara yang masih belum bisa ditagih serta permasalahan yang dihadapi saat melakukan usaha penagihan maka dirasa perlu melakukan upaya-upaya berupa terobosan hukum dalam menyelesaikan piutang Negara macet tersebut baik menyangkut teknik, manajemen, maupun langkah-langkah yang cukup drastis menyangkut pengurusan dan penyelesaian piutang Negara macet.
Berdasarkan uraian di atas, keberadaan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) sebagai suatu badan interdepartemental yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan dan bertugas untuk mengurus piutang Negara yang telah diserahkan pengurusannya oleh instansi Pemerintah atau badan-badan yang secara langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau oleh sebab apapun mutlak di perlukan guna penyelamatan uang masyarakat yang di percayakan kepada Menteri Keuangan, PUPN dan DJKN.
7
Tahap pertama yang di lakukan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) dalam pengurusan piutang Negara adalah dengan melakukan pendekatan kepada debitur sebagai penyelesaian piutang macetnya.
Apabila pendekatan ini tidak berhasil maka Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) berhak melakukan teguran atau panggilan. Pembuatan Pernyataan Bersama, pernyataan bersama berisi kesanggupan penyelesaian Piutang Negara apabila tidak dilaksanakan oleh penanggung hutang maka Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) berhak melanjutkan pengurusan pada yaitu membuat PJPN dan Surat Paksa kemudian tahap selanjutnya adalah penyitaan dengan dasar Surat Perintah Sita (SPS) penyitaan dilaksanakan terhadap barang jaminan penanggung hutang yang lebih dikenal dengan nama sita eksekusi. Pelaksanaan sita eksekusi yang selama ini telah di lakukan terkadang menemui kendala antara lain kendala dari pihak penanggung hutang yang tidak mempunyai barang pribadi.5
Apabila tidak temukannya barang milik penanggung hutang maka KPKNL dapat melakukan tindakan yang dilakukan untuk dapat menagih piutang negara. Tindakan tersebut berupa pemblokiran rekening, pencekalan, atau dapat dilakukannya penghapusan piutang apabila penanggung hutang sudah tidak mampu untuk membayar seluruh atau sisa hutangnya kepada negara. Ketika penanggung hutang tersebut tidak mampu untuk membayar
5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240/PMK.06/2016 tentang Pengurusan Piutang Negara
8
maka KPKNL dapat membuat surat PSBDT ( Piutang Sementara Belum Dapat Ditagih) dan pengurusan piutang dikembalikan kepada penyerah piutang.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Piutang Negara Macet Di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Eksekusi Lelang Terhadap Piutang Negara Tanpa Barang Jaminan Yang Mengalami Macet Dalam Kasus Uang Kuliah Tunggal (UKT)?
2. Apa Tindakan Kpknl Malang Dalam Hal Kewajiban Penanggung Hutang Pada Kasus Uang Kuliah Tunggal (UKT) Tidak Dapat Dipenuhi ?
C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya segala aktivitas yang termasuk dalam penelitian ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Sesuai dengan permasalahan yang telah peneliti atau penulis rumuskan maka ingin bertujuan:
1. Tujuan Obyektif
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan eksekusi terhadap piutang negara tanpa barang jaminan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang.
9
2. Untuk mengetahui Bagaimana Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang melakukan tindakan apabila kewajiban Penanggung Hutang/Debitur tidak dapat dipenuhi.
3. Tujuan Subyektif
a. Menambah dan mengembangkan pengetahuan hukum secara perdata.
b. Mendapatkan jawaban dari permasalahan yang akan di angkat dan akan dituangkan dalam bentuk Skripsi.
D. Manfaat Penelitian
Penilitian yang dilakukan ini mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis :
1. Manfaat Teoritis.
a. Memberikan sumbangan penelitian bagi ilmu pengetahuan hukum.
b. Menambah referensi bagi peneliti yang sama atau sejenis berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memperoleh data mengenai Bagaimana pelaksanaan eksekusi terhadap piutang negara tanpa barang jaminan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang.
b. Menambah pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam hal sita eksekusi terhadap jaminan kredit macet di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Malang.
10 E. Metode Penelitian
Suatu penelitian ilmiah dapat dipercaya kebenarannya apabila di susun dengan menggunakan suatu metode penelitian yang tepat, metode penelitian merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari pada ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode penelitian adalah suatu cara ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan yang di hadapi, suatu metode penelitian yang mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang di gunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Metode Pendekatan
Penulis ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosologis.
Metode pendekatan yuridis sosologis adalah metode pendekatan yang bertujuan untuk memaparkan suatu pernyataan yang ada di lapangan berdasarkan asas-asas hukum. Kaidah-kaidah hukum atau perundangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif sehingga dapat memberikan gambaran secara menyeluruh dan sistematis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki pada saat sekarang berdasarkan fakta. Dalam metode deskrptif ada beberapa sifat-sifat yang di pandang sebagai ciri-ciri, yaitu bahwa metode ini:
a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual.
11
b. Data yang mula-mula di susun, dijelaskan disebut dan kemudian di analisa (metode sering disebut metode analik).
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penyusunan mengambil lokasi di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang. Jalan S.
Supriadi No 157, Bandungrejosari, Kec. Sukun, Malang, Jawa Timur.
Alasan memilih lokasi penelitian ini, karena jarak lokasi penelitian yang dekat dengan domisili penulis, disamping itu Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang telah memberi ijin kepada penulis, untuk melakukan pengumpulan data guna memenuhi penelitian ini.
4. Sumber Data a. Data Primer
Merupakan data/keterangan yang di peroleh secara langsung dari sumber dimana penelitian berlangsung. Dalam hal ini di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang beserta pihak perbankan yang menyerahkan piutang Negara di KPKNL Malang b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang di peroleh melalui studi kepustakaan dan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan masalah yang di teliti.
5. Metode Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan
12
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca atau mempelajari buku peraturan perundang-undangan dan sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder mengenai permasalahan yang ada relavansinya dengan obyek yang diteliti.
b. Penelitian lapangan yaitu menggunakan pertanyaan langsung ditempat yang menjadi obyek penelitian ini penulis menggunakan cara interview atau wawancara yaitu:
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi. Disini penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan responden terutama informan yang banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti. Dengan ini penulis mengadakan wawancara dengan Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang dan pihak yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti.
6. Teknik Analisa Data
Setelah data di kumpulkan dengan lengkap, tahapan berikutnya tahap analisa data. Pada setiap tahap ini data akan di manfatkan sedemikian rupa sehingga akan memperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk, menjawab persoalan yang di ajukan dalam penelitian. Setelah jenis data dikumpulkan maka analisa data dalam
13
penulisan ini bersifat komulatif. Adapun metode analisa data yang dipilih adalah model analisis interaktif. Didalam model analisa interaktif terdapat tiga komponen pokok berupa :
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah sajian analisa suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat focus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat di lakukan
b. Sajian Data
Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan rizet dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data penelitian akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang di tarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh. Adapun proses analisis sebagai berikut: Langkah pertama adalah mengumpulkan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian diadakan penyajian data yaitu rakitan organisasi informasi atau data
14
sehingga memungkinkan untuk di tarik kesimpulan. Apabila kesimpulan yang di tarik kurang mantap kurangnya data maka penulis dapat melakukan lagi pengumpulan data. Setelah data-data terkumpul secara lengkap kemudian diadakan penyajian data lagi yang susunannya dibuat sistematis sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan berdasarkan data tersebut.
F. Sistematika Skripsi
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub bab yakni latar belakang yang menjelaskan akar dari permasalahan yang diangkat, rumusan masalah yang menjelaskan permasalahan, tujuan penulisan yang menjadi pencapaian dalam penulisan dan manfaat yang menjelaskan kegunaan bagi penulis, dan masyarakat.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi deskripsi atau uraian dari teori yang digunakan atau yang melandasi dari penulisan Skripsi. Dalam hal ini menguraikan tentang tinjauan umum yaitu tentang :
Menjelaskan pengertian dari piutang negara serta menjelaskan hubungan antara peraturan yang berlaku yang mengarah kepada piutang negara. Kemudian menjelaskan terkait dengan pelaksanaan lelang bagaimana tahapan yang harus dilalui oleh penyerah piutang dan pelaksanaan dari lelang.
15
Menjelaskan terkait dengan kantor lelang dan tugas-tugas dari petugas lelang. Setelah itu membahas terkait pengertian jaminan yang dapat dijadikan sebagai barang yang dapat dilelang.
BAB III : PEMBAHASAN
Di dalam pembahasan, penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa analisa atau kajian tentang Piutang Negara di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Malang di tinjau dari Undang- undang yang merupakan penyesuaian dari rumusan masalan dan bab tinjauan pustaka yang telah dipaparkan.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab penutup yang menjadi sub bab yakni kesimpulan dan saran dari penulis. Kesimpulan berisikan inti dari hasil pembahasan yang didapatkan dalam penulisan ini. Sedangkan saran berisikan rekomendasi dari penulis atas beberapa permasalahan yang diangkat.